Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

PROBLEMATIKA HUBUNGAN AIR TANAH DAN TANAMAN

KADAR LENGAS TANAH

Oleh :

Anwar Subekti 20140210089

Yudha Sakti Nugroho 20180210114

Sefa Falahudin 20180210122

Dyah Rahmawati Suseno 20180210128

Claudia Bintania Ayu L. 20180210134

Achmad Zan Jabiila 20180210138

Erlintang Ratri F. 20180210146

Fendra Afria 20180210150

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Tujuan Praktikum ................................................................................................ 4
C. Langkah Kerja ...................................................................................................... 4
D. Alat dan Bahan ...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 6
1. Tanaman Jagung ................................................................................................. 6
2. Kadar Lengas Tanah ........................................................................................... 6
B. Hasil dan Pembahasan ......................................................................................... 8
1. Tinggi Tanaman .................................................................................................. 8
2. Jumlah Daun ....................................................................................................... 9
3. Berat Segar Tajuk Tanaman .............................................................................. 10
4. Berat Kering Tajuk Tanaman ............................................................................ 12
5. Berat Segar Akar Tanaman ............................................................................... 13
6. Berat Kering Akar Tanaman ............................................................................. 14
7. Panjang Tajuk Segar ......................................................................................... 15
8. Panjang Akar Segar........................................................................................... 16
KESIMPULAN ............................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18
LAMPIRAN..................................................................................................................... 20
PERHITUNGAN............................................................................................................. 21

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan bahan alam yang memiliki wujud tersendiri.
Dalam kehidupan sehari – hari tanah sangat dibutuhkan. Selain sebagai
tempat berpijak, tanah merupakan media tanam bagi tumbuhan. Tanah
terdiri dari empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik,
udara, dan air tanah. Tanah sering dikatakan memiliki fungski yang
multidimensional. Oleh sebab itu sering timbul masalah yang berkaitan
dengan tanah yaitu ketersediaan tanah terbatas sedangkan penggunaan
semakin luas sehingga terjadi penurunan kualitas air tanah. Analisis tanah
dapat berupa pengukuran kimiawi,fisika, dan biologi yang bertujuan untuk
memahami sifat tanah dan kesesuaiannya untuk pertumbuhan tanaman
Dalam suatu pandang tanah sebagai medium untuk pertumbuhan
tanaman, Lengas tanah yang merupakan salah satu sifat fisik tanah sangat
berperan penting dalam menjaga kelembapan tanah. Lengas menyusun dua
per tiga bagian dari pori – pori tanah pada suhu kamar dan menjadi satu
pertiga baguan jika suhu meningkat. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai
kadar lengas sangatlah penting. Lengas tanah adalah air yang terdapat
dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler).
Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan
kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga
menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan. Bagian
lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan
(Notohadiprabowo, 2006).
Menurut Prasetyo dkk. (2016), sensor kelembapan atau kadar lengas
tanah sangat penting dalam menentukan waktu irigasi suatu tanaman,
kedalaman pembahasan tanah, kedalaman pertumbuhan akar tanaman dan
kecukupan pembahasan tanah. Kadar lengas tanah itu sendiri merupakan air
yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas, yaitu kakas ikat
matrik, osmosis dan kapiler. Kadar lengas tanah juga sering disebut juga
sebagai kandungan air yang terdapat dalam pori tanah. Untuk menyakan

3
4

satuan kadar lengas ini yaitu dapat berupa persen atau bisa juga persen
pervolume.
Kadar lengas tanah juga berpengaruh terhadap berat kering tanaman
dan pada saat panen. Kadar lengas tanah yang semakin rendah dapat
menyebabkan penurunan berat kering tanaman saat panen (Permanasari dan
Silistyaningsih, 2013). Kandungan uap air dalam tanah sangat penting ,
karena tanah akan terbentuk apabila dalam tanah tersebut terdapat lempung,
koloid organik, garam terlarut yang terakumulasi larut di dalam air.jumlah
air yang terdapat di dalam tanah terikat oleh gaya matriks, gaya osmotik dan
gaya kapiler. Kadar lengas tanah meliputi air dan bahan-bahan yang terlarut
di dalamnya, sedangkan kadar air tanah mengandung pertian air murni yang
ada pada tanah.
Pengukuran kadar lengas tanah dapat digunakan sebagai patogan
usaha budidaya suatu tanaman. Karena tanah merupakan media yang utama
dalam melakukan kegiatan pertanian. Oleh karena itu perlu diadakannya
praktikum pengukuran kadar lengas tanah
B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pengaruh kadar lengas terhadap penyerapan unsur hara
C. Langkah Kerja
1. Siapkan bahan media tanam dengan mengeringkan tanah sampai kadar
lengasnya mencapai kering mutlak.
2. Siapkan media tanam dengan cara mencampur tanah dengan pupuk
kendang dengan perbandingan 100% tanah, 95% tanah : 5% PPK, 90%
tanah : 10% PPK.
3. Isilah polybag dengan campuran media tanam sebanyak 6 Kg/polybag.
Masing-masing kelompok menyiapkan 3 polybag untuk M1, M2, dan M3.
4. Ambil sampel tanah pada masing-masing campuran media tanam untuk
penetapan kadar lengas awal media tanam dan kadar lengas kapasitas
lapangan.
5. Masing-masing polybag tanamlah 2 benih jagung manis.
5

6. Penyiraman dilakukan dengan menambahkan air sampai pada kapasitas


lapangan untuk masing-masing perlakuan media tanam pada minggu
pertama.
7. Pada minggu ke dua dan seterusnya penyiraman dilakukan setiap 3 hari
sekali dengan menambahkan air pada media tanam sampai kadar lengasnya
mencapi 100% kapasitas lapangan, kadar lengas 95%, kadar lengas 90%,
kadar lengas 85%, kadar lengas 80%, dan kadar lengas 75%. Jumlah air
yang ditambahkan disesuaikan dengan berkurangnya kadar lengas media
dengan metode penimbangan.
D. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Polybag 1. Tanah Regosol
2. Cetok 2. Pupuk Kandang
3. Ayakan 3. Pupuk NPK
4. Timbangan 4. Benih Jagung
Hibrida
5. Botol timbang
6. Oven
7. Desikator
8. Timbangan Analitis
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman palawija yang paling utama
di Indonesia, komoditas ini adalah bahan pangan alternative yang paling
baik selain beras. Karena jagung adalah sumber karbohidrat setelah
beras. Seiring dengan peningkatan pendapatan dan pertambahan jumlah
penduduk menyebabkan permintaan jagung meningkat, sementara itu
produktivitas yang dicapai petani masih sangat rendah (Gunawan,
2009). Produksi jagung di Indonesia masih sangat rendah produksi yang
dapat dipasarkan baru mencapai 4,0 sampai 5,0 t ha-1 (Koswara, 1989),
bila dibandingkan dengan negara lain, misalnya di Lockyervalley
Queensland, produksi jagung mencapai rata-rata 7,0 sampai 10,0 t ha-1
(Lubach, 1980).
Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur, subur,
berdrainase baik dengan pH 5,6-7,2 serta membutuhkan air dan
penyinaran matahari yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Tanaman budidaya seperti jagung selain memerlukan unsur hara dalam
tanah juga memerlukan tambahan hara agar pertumbuhannya optimal.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemupukan mengambil peran yang cukup
penting dalam budidaya tanaman semusim (Gunawan, 2009). Menurut
Moenandir (1988) bahwa penggunaan bahan-bahan kimia pertanian
seperti pupuk dan pestisida pada lahan- lahan pertanian dan lahan-lahan
lain di dunia cenderung semakin meningkat setiap tahunnya.
2. Kadar Lengas Tanah

Tanah dalam sudut pandang sebagai medium pertumbuhan tanam


memiliki salah satu sifat fisik tanah yaitu lengas tanah. Lengas tanah sangat
berperan penting dalam menjaga kelembaban tanah. Lengas tanah
menyusun dua per tiga bagian dari pori-pori tanah pada suhu kamar, dan

6
7

menjadi satu per tiga bagian jika suhu meningkat. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai kadar lengas sangatlah penting.

Kadar lengas tanah memiliki peran penting dalam pembentukan


tanah dan pertumbuhan tanaman. Dalam proses pembentukan tanah, kadar
lengas tanah berperan dalam pelapukan fisika maupun kimia, serta menjaga
suhu tanah supaya tetap stabil. Pada pertumbuhan tanaman, lengas tanah
berfungsi memasok unsur harauntuk tanaman dan menetralkan suhu tubuh
tanaman. Selain itu, Poerwowidodo (1999) mengatakan bahwa kadar lengas
tanah adalah kandungan air dalam tanah yang memiliki peran penting pada
ekosistem daratan karena menentukan pertumbuhn tanaman.

Lengas tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu iklim,


topografi, bahan organik dan bahan penutup tanah. Iklim yang berpengaruh
dalam hal ini adalah intenitas curah hujan yang diterima oleh tanah.
Semakin tinggi curah hujan suatu wilayah, maka kadar lengas di wilayah
tersebut juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Topografi atau tingkat
ketinggian suatu wilayah berdampak positif terhadap kadar lengas tanah.
Peningkatan kualitas tanah suatu tempat/ daerah akan meningkatkan
persentase lengas tanah, sedangkan bahan organik memperbaiki proses
agregasi dan meningkatkan pori-pori tanah. Bahan penutup tanah berperan
dalam menghalangi kontak matahari langsung dengan tanah, sehingga dapat
meminimalisir penguapan air dalam tanah (Wulan, 2011).

Kadar lengas tanah berpengaruh terhadap berat kering tanaman dan


pada saat panen. Kadar lengas tanah yang semakin rendah dapat
menyebabkan penurunan berat kering tanaman saat panen (Permanasari dan
Silistyaningsih, 2013). Kandungan uap air dalam tanah sangat penting ,
karena tanah akan terbentuk apabila dalam tanah tersebut terdapat lempung,
koloid organik, garam terlarut yang terakumulasi larut di dalam air.jumlah
air yang terdapat di dalam tanah terikat oleh gaya matriks, gaya osmotik dan
gaya kapiler. Kadar lengas tanah meliputi air dan bahan-bahan yang terlarut
di dalamnya, sedangkan kadar air tanah mengandung pertian air murni yang
ada pada tanah.
8

B. Hasil dan Pembahasan


1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan parameter yang mudah diamati dan
sering digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diberikan. Adapun setiap perlakuan akan memberikan dampak yang
berbeda pada tanaman.
Pengaruh yang sama ataupun berbeda antar semua perlakuan kepada
tinggi jagung dapat dipengaruhi oleh ketersediaan air. Menurut F.
Leiwakabessy (1988) pertambahan tinggi tanaman berbanding lurus
terhadap jumlah air yang tersedia hingga batas tertentu. Besar kecilnya air
yang diserap oleh akar tergantung pada kandungan air tanah. Proses yang
sensitif pada kekurngan air yaitu pembelahan sel (Ritche, 1980). (Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman sangat peka terhadap deficit air sebab
berhubungan dengan turgor, sehingga hilangnya turgiditas dapat
menghentikan pembelahan serta pembesaran sel yang berakibat tanaman
lebih kerdil.

140
GRAFIK TINNGI TANAMAN
120
100 M1 L1
Tinggi cm

80
M2 L1
60
40 M3 L1
20
0
6 12 18 24 30 33
Hari
Berdasarkan grafik tinggi tanaman diatas maka dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan pertumbuhan pada tanaman. Pada minggu akhir pengamatan,
pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun menunjukan bahwa
perlakukan M1L1 (100% tanah) lebih baik dari dua perlakuan lainnya
dengan tinggi sebesar 127 cm, pada perlakuan M2L1 (95% tanah + 5%
pupuk) sebesar 116 cm dan M3L1 (penambahan 10% pupuk kandang)
sebesar 117 cm. Perbedaan pada setiap perlakuan tersebut diduga karena
komposisi dan pemberian air yang berbeda pada tanaman. Menurut Gardner
Pearce and Mitchell (1991) tinggi tanaman dipengaruhi oleh pembelahan
9

dan pembesaran sel yang terjadi di dalam jaringan meristem ujung, dimana
kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan meristem ujung. Sehingga
kecukupan air menyebabkan proses fisiologi seperti pembelahan dan
pembesaran sel akan berjalan dengan baik (Sri Setyati Harjadi 1993). Lebih
lanjut lagi Joedojono Wiroatmodjo dan Zulkifli (1988) bahan organic dapat
memperbaikii sifat fisik tanah, sehingga memacu pertumbuhan akar
sekaligus dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun,berat basah dan
berat kering total sebesar 8,38%. Tanah atau media yang digunakan dalam
praktikum merupakan tanah subur dan penyiraman yang cukup adalah pada
pelakuan M1L1 sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik
terdapat pada M1L1 (100% tanah) dengan tinggi 127 cm.
2. Jumlah Daun

Daun merupakan sumber asimilat utama bagi kenaikan berat kering


(Goldsworth dan Fisher, 1996). Kegiatan pertumbuhan dan hasil tanaman
dipengaruhi oleh jumlah daun, karena daun adalah tempat berlangsungnya
proses fotosintesis untuk menghasilkan energy yang akan digunakan pada
proses pertumbuhan tanaman.

Grafik Jumlah Daun


12

10

8
Jumlah Daun

M1 L1
6 M2 L1

4 M3 L1

0
6 12 18 24 30 33
Hari

Berdasarkan grafik jumlah daun diatas, dapat dilihat bahwa terdapat


perbedaan pertumbuhan pada tanaman. Pada minggu akhir pengamatan,
pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun menunjukan bahwa
10

perlakukan M1L1 (100% tanah) lebih baik dari dua perlakuan lainnya
dengan jumlah daun 9 helai, pada perlakuan M2L1 (95% tanah + 5% pupuk)
sebanyak 8 helai dan M3L1 (penambahan 10% pupuk kandang) sebanyak 8
helai. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah pemberian air maka air
tanah lebih tersedia bagi tanaman sehingga proses fisiologis dan morfologis
dapat berjalan dengan baik.
Seperti yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumya,
pertambahan daun ditentukan oleh ketersediaan air. Air merupakan salah
satu faktor dari suatu proses fotosintesis. Jika air yang dibutuhkan tercukupi,
daun akan melakukan proses fotosintesis yang mengakibatkan pertumbuhan
dan pertambahan jumlah daun meningkat. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Joedojono Wiratmojo dan Zulkifli (1998) bahwa kebutuhan air
yang cukup akan menyebabkan pembukaan stomata dan meningkatkan
penyerapan CO2 untuk proses fotosintesis sehingga pertumbuhan dan
pertambahan jumlah daun meningkat. Namun, apabila kekurangan air maka
dapat menurunkan turgor sel yang berpengaruh pada terhambatnya
pembesaran sel, sehingga tanaman yang menderita kekurangan air
mempunyai ukuran dan jumlah daun yang lebih kecil dibanding tanaman
normal juga akan berpengaruh terhadap pembentukan daun, luas daun dan
jumlah daun (Islami dan Utomo, 1995). Selain dipengaruhi oleh
ketersediaan air, jumlah daun juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara
Nitrogen (N). Unsur hara nitrogen yang diserap tanaman berperan dalam
meningkatkan klorofil daun. Apabila klorifil meningkat maka laju
fotosintesis juga meningkat sehingga akan berpegaruh terhadap
pembentukan jumlah daun pada tanaman jagung.
3. Berat Segar Tajuk Tanaman
Berat segar tajuk tanaman menunjukkan berat total yang
diperoleh dari aktifitas metabolisme selama pertumbuhannya yaitu
terdiri dari total fotosintat yang dihasilkan dan serapan air dalam
tanaman. Berat atau bobot segar tajuk yaitu bobot tanaman setelah
dipanen sebelum tanaman menjadi layu dan kehilangan air serta bobot
segar merupakan bobot tanaman tanpa akar yang menunjukkan hasil
11

aktivitas metabolic tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Dari


pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data berat segar tajuk
tanaman jagung pada histogram di bawah ini:

80
Berat Segar Tajuk
70

60
M1 L1
Berat (Gram)

50
M2 L1
40
M3 L1
30

20

10

0
Berdasarkan histogram berat segar tajuk tanaman jagung diatas,
terlihat bahwa setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap berat segar tajuk tanaman jagung. Berdasarkan histogram
diatas ditemukan perbedaan berat segar tajuk tanaman jagung.
Perbedaan berat segar tajuk pada tanaman jagung tersebut disebabkan
oleh ketersediaan unsur hara yang ada di dalam tanah. Ketersediaan
unsur hara berperan sebagai sumber energi sehingga tingkat kecukupan
hara berperan mempengaruhi biomassa suatu tanaman (Harjadi, 2007).
Berdasarkan histogram diatas, perlakuan M2L1 memberikan hasil bobot
berat yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bobot segar
tajuk yang tinggi disebabkan oleh tinggi tanaman dan jumlah daun yang
tinggi. Semakin banyak jumlah daun maka akan mengakibatkan bobot
segar tajuk yang tinggi (Darwin 2012). Pemberian pupuk organik juga
mengakibatkan penyerapan unsur hara yang baik oleh tanaman sehingga
daun akan lebih lebar dan proses fotosintesis akan berlangsung dengan
cepat. Hasil fotosintesis ini yang akan digunakan untuk membentuk sel
batang, akar, daun yang akan mempengaruhi bobot segar tajuk.
12

4. Berat Kering Tajuk Tanaman

Berat kering tajuk menunjukkan jumlah biomassa yang dapat


diserap oleh tanaman. Biomassa adalah jumlah bahan organik yang
diproduksi oleh organisme (tumbuhan) per satuan unit area pada suatu
saat. Biomassa biasa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering
dalam satuan gram, atau dalam kalori, oleh karena kandungan air yang
berbeda setiap tumbuhan, maka biomassa diukur berdasarkan berat
kering. Pengukuran berat kering tajuk tanaman dilakukan pada masa
vegetatif yakni 30 hari setelah tanam. Menurut Larcher (1975) berat
kering tanaman merupakan hasil penimbunan hasil bersih asimilasi CO2
yang dilakukan selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada
pertumbuhan tanaman itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu
peningkatan berat segar dan penimbunan bahan kering. Jadi semakin
baik pertumbuhan tanaman maka berat kering juga semakin meningkat.

80
Berat Kering Tajuk
70

60

50
Berat Gram

M1 L1
40
M2 L1
30
M3 L1
20

10

0
1 2 3 4
Pengamatan (Hari)

Berdasarkan histogram berat kering tajuk tanaman jagung diatas


terdapat perbedaan hasil berat kering tajuk, tetapi perbedaan antara
perlakuan M1L1 & M2L2 tidak berbeda nyata. Adanya peningkatan
proses fotosintesis akan meningkatkan hasil fotosintesis yang berupa
senyawa organik yang akan ditranslokasikan ke seluruh tubuh tanaman
13

dan berpengaruh terhadap berat kering tanaman (Nurdin, 2011). Hasil


berat kering yaitu keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi.
Fotosintesis meningkatkan berat kering dikarenakan pengambilan CO2
sedangkan respirasi menurunkan berat kering dikarenakan pengeluaran
CO2. Jika respirasi lebih besar dibandingkan fotosintesis
mengakibatkan berkurang berat keringnya, begitu jika sebaliknya.

5. Berat Segar Akar Tanaman


Bobot segar akar merupakan bobot basah akar setelah panen
tanpa ada proses pengeringan terlebih dahulu. penimbangan dilakukan
menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram. Sistem perakaran
tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetik dari tanaman yang
bersangkutan, kondisi tanah atau media tanam. Faktor yang
mempengaruhi pola sebaran akar antara lain : penghalang mekanis, suhu
tanah, aerasi, ketersedian hara dan air. Pengukuran berat segar akar ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar air yang terkandung dalam akar
tanaman tersebut .

40
Berat Segar Akar
35
30
M1 L1
Berat (Gram)

25
M2 L1
20
M3 L1
15
10
5
0
Berdasarkan histogram diatas, berat segar akar pada tanaman
jagung menunjukkan adanya perbedaan dari setiap perlakuan. Pada
perlakuan M1L1 lebih kecil karena perlakuan ini tidak diberi pupuk
tetapi hanya tanah saja, sehingga pada pertumbuhan akar tidak
maksimal. Sedangkan pada perlakuan M2L1 yang mengandung 95%
tanah dan 5% PPK menghasilkan berat segar akar tertinggi. Pengaruh
tersebut diduga karena kandungan unsur hara N dan P pada pupuk
14

organik dapat memberikan unsur hara yang mencukupi bagi


pertumbuhan terutama sebagai unsur pembangun klorofil, enzim dan
senyawa lainnya (Kurnia, 2008). Menurut Irwan (2005) pemberian
pupuk atau bahan organik yang memiliki kandung N yang cukup saat
tanaman dapat mempertahankan awal pertumbuhan tanaman yang
bagus, sehingga dapat meningkatkan jumlah akar yang banyak. Apabila
jumlah akar pada tanaman dalam jumlah yang banyak akan mendukung
pertumbuhan tanaman itu sendiri, karena pada dasarnya akar merupakan
salah satu organ tanaman yang digunakan untuk menyimpan air dan
biomasa dari tanah yang kemudian akan di distribusikan pada tanaman
yang nantinya akan digunakan untuk proses metabolisme pada tanaman
itu sendiri. Sedangkan pada perlakuan M3L1 yang terdiri dari 90% tanah
dan 10% PPK menghasilkan berat segar akar terendah dibandingkan
dengan 2 perlakuan yang lain.

6. Berat Kering Akar Tanaman

Bobot kering akar sangat terggantung pada volume akar dan


jumlah akar tanaman itu sendiri, sehingga banyak tidaknya volume dan
jumlah akar berpengaruh bayak terhadap berat kering akar terpengaruh
juga. Pertumbuhan tanaman paling sedikit 90 persen bahan kering
tanaman adalah hasil fotosintesis. Biomassa juga memberikan suatu
dasar yang mudah bagi tanaman terutama mengukur kemampuan
tanaman sebagai penghasil fotosintesis. Nisbah biomassa bagian-bagian
yang berlainan terhadap biomassa total yang sering kali digunakan
sebagai ikhtisar data pembagian yang baik ( Tomo, Wani dan Hadi, 1993
).
15

16
Berat kering Akar
14
Berat (Gram) 12
10
M1 L1
8
M2 L1
6 M3 L1
4
2
0
1 2 3 4
Pengamatan (Hari)

Berdasarkan histogram di atas, terdapat perbedaan berat kering


akar pada setiap perlakuan yang diberikan. Pada perlakuan yang
diberikan memberikan pengaruh terhadap berat kering akar. Berat
kering akar tanaman jagung tertinggi terdapat pada perlakuan M2L1
yang terdiri dari 95% tanah dan 5% PPK. Hal ini diduga terjadi karena
adanya kandungan tambahan dari pupuk NPK dan pupuk kandang.
Unsur N dan K yang dibuthkan tercukupi dan hal ini mendukung proses
penyerapan unsur hara serta fotosintesis yang berlangsung optimal
sehingga asimilat yang ditranslokasikan ke organ tanman menghasilkan
bobot yang besar. Sedangkan berat kering akar tanaman jagung terendah
terjadi pada perlakuan M3L1 yang terdiri dari 90% tanah dan 10 PPK.

7. Panjang Tajuk Segar

Berdasarkan data di atas menunjukkan panjang tajuk segar


tertinggi pada pelakuan M1L1, hal ini terjadi karena kandungan unsur
hara pada M1L1 terutama pada kandungan tanah bisa jadi cukup tinggi
daripada perlakuan lain, dan dengan ditambahnya pupuk N, P, dan K
(placement). Kemudian pada perlakuan M2L1 menunjukkan panjang
tajuk terendah, hal ini dikarenakan kandungan unsur hara dan
mikroorganisme pada tanah perlakuan M2L1 sangat sedikit, walaupun
16

sudah ditambahkan pupuk organik dan NPK pertumbuhan tajuk pada


perlakuan M2L1 masih rendah, kemudian pada perlakuan M3L1 yang
seharusnya panjang tajuknya tertinggi, justru lebih rendah dibanding
perlakuan M1L1, hal ini bisa jadi kandungan unsur hara dan
mikroorganisme yang ada pada tanah lebih rendah dibanding perlakuan
M1L1, dan penambahan pupuk N,P, dan K juga belum mencukupi
sehingga pertumbuhan terhambat dan hasilnya lebih rendah dibanding
perlakuan M1L1.

8. Panjang Akar Segar

Berdasarkan grafik panjang akar pada tanaman jagung,


menunjukkan bahwa pada perlakuan M3L1 menunjukkan adanya
pertumbuhan panjang akar tertinggi, dikarenakan pada perlakuan di
media M3L1 mengandung unsur N, P,dan K dan pupuk kandang
tertinggi dengan metode placement, sehingga akar pada tanaman jagung
bisa menyerap optimal dengan kadar unsur hara yang cukup tinggi.
Kemudian pada perlakuan M2L1 menunjukkan panjang akar
terpendek/terendah yang seharusnya lebih tinggi dibanding perlakuan
M1L1, hal ini dikarenakan pada saat pengamatan terdapat pupuk NPK
yang tercecer di dekat tanaman sebelum pemupukan, sehingga dari sifat
salah satu pupuk N yaitu cukup panas bagi tanaman sehingga bisa
menyebabkan kering, dan pertumbuhannya terhambat walaupun
sesudahnya diberi pupuk NPK dengan metode placement, alasan lain
yang menyebabkan perlakuan M2L1 terendah pada panjang akarnya
bisa jadi karena unsur hara di tanah dan penambahan pupuk NPK
kurang, sehingga pertumbuhannya terhambat dibanding perlakuan
M1L1. Pada perlakuan M2L1 terlihat panjang akar lebih tinggi daripada
perlakuan M1L1, hal ini bisa jadi kadar unsur hara pada tanah yang
digunakan sudah mencukupi dan lebih tinggi daripada perlakuan M2L1.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan dapat diketahui bahwa
penyerapan unsur hara yang hubungannya dengan dominan berat tanaman tertinggi
yaitu pada perlakuan M2L1 dan penyerapan unsur hara dengan dominan panjang
akar pada perlakuan M3L1, dan pada penyerapan unsur hara hubungannya dengan
dominan pajang tajuk segar pada perlakuan M1L1, kemudian perlakuan dengan
jumlah daun terbanyak ada pada perlkuan M1L1,dari hasil tersebut penyerapan
unsur hara oleh tanaman jagung terhadap pertumbuhan yang terbaik adalah
perlakuan M1L1.

17
DAFTAR PUSTAKA

Darwin, H P. 2012. Pengaruh Pupuk Organikcair Terhadap Pertumbuhan dan


Produksi Saturan Daun Kangkung, Bayam dan Caisin. Perhimpunan
Hortikultura Indonesia. Bogor.
Gardner, F.P.,dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press.
Jakarta, P.119-121
Goldsworth., Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropis. Universitas
Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Gunawan. A. 2009. Budidaya Tanaman Jagung Lokal ( Zea mays. L.)
Di Kebun Percobaan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. (Online).
(http://laporan-pertanian.blogspot.com/2009/03/budidaya-tanaman-jagung-
lokal-zea-mays.html, diakses 2 Januari 2020.
Harjadi, B. 2007. Analisis Karakteristik Kondisi Fisik Lahan DAS dengan PJ dan
SIG di DAS Benain-Noemina NTT. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.
7(2):74-79.
Islamit, T. Dan Utomo, W. H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.p. 215-254.
Koswara, J. 1989. Makalah Khusus Budidaya Jagung Manis. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lakitan, B. 2001. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Leiwakabssy, F M. 1988. Ilmu Kesubburan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Lubach, G. W. 1980. Growing Sweet Corn For Processing Queensland. Agric. J.
106 (3): 218-230.p
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Edisi I. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 176 hal.
Notohadiprawiro,T.2006. Pendayagunaan Pengelolaan Tanah untuk Proteksi
Lingkungan.
Nurdin. 2011. Penggunaan Lahan Kering di DAS Limboto Provinsi Gorontalo
untuk Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Litbang Pertanian. 30(3):98-107.
Permanasari, I dan E. Sulistyaningsih. 2013. Kajian Fisiologi Perbedaan Kadar
Lengas Tanah Dan Konsentrasi Giberelin Pada Kedelai (Glycine Max L).

18
Kajian Fisiologi, 4(1): 31-39
Poerwowidodo. 1995. Metode Selidik Tanah. Surabaya: Usaha Nasional.
Prasetyo, A., E. Firmansyah, dan L. Sutiarso. 2016. Perancangan Dan Pengujian
Unjuk Kerja Sistem Monitoring Kadar Lengas Berbasis Gypsum Block
Untuk Memantau Dinamika Tanah Polietilen, Polistiren Dan Other. Jurnal
Teknologi Technoscientia, 8(2): 100-106.
Ritche, J T. 1980 Climate and Soil Water In Moving Up The Yield Curve. Advace
and Obstacle, Spec. Publ. 39:1-23.
Salisbury, F B., C W, Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Terjemahan Diah
dan Sumaryo. ITB. Bandung.
Suprapto Dan Marzuki, 2005. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Jagung (Zea MaysSaccharata Sturt)
Wiroatmodjo, J., Zulkifli. 1988. Penggunaan Herbisida dab Pembenah Tanah (Soil
conditioner) pada Budidaya Olah Tanam Minuman untuk Tanamann Nilam
(Pogestemon cablin Benth). Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Wulan. 2011. Penentuan Kadar Air Metode Oven.
http://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapan-kadar-air-metode-
oven-pengeringan (diakses tanggal 4 Januari 2020)

19
LAMPIRAN

Gambar 1. Sampel Tanah Sebelum Oven Gambar 2. Sampel Tanah Setelah Oven

Gambar 3. Berat Basah Tajuk Gambar 4. Berat Kering Tajuk

Gambar 5. Berat Basah Akar Gambar 6. Berat Kering Akar

Gambar 7. Tanaman Korban

20
PERHITUNGAN

Berat Tanah = 6kg


Penambahan Berat Tanah
Berat tanah = 6 kg (setara kering mutlak)
1. M1L1
Tanah = 6,3 ka
KL Ka = 2%
KL Kl = 25,73%
Berat tanah dengan KL 100% (kapasitas lapangan)
Tambahan berat (air) = 25,73 – 2 = 23,73%
L1 = 23,73% x BT km = 23,73 x 6
100
= 1,42 kg/l
L2 = 0,95 x 1,42 = 1,34 kg/l
L3 = 0,90 x 1,42 = 1,28 kg/l
L4 = 0,85 x 1,42 = 1,20 kg/l
L5 = 0,80 x 1,42 = 1,13 kg/l
L6 = 0,75 x 1,42 = 1,06 kg/l
Berat Tanah = 6,3 + 1,42 = 7,72 kg
2. M1L2
Tanah = 6,41 ka
KL Ka = 2%
KL Kl = 32,8%
Berat tanah dengan KL 100% (kapasitas lapangan)
Tambahan berat (air) = 32,8 – 2 = 30,8%

21
L1 = 30,8% x BT km = 30,8 x 6
100
= 1,84 kg/l
L2 = 0,95 x 1,84 = 1,74 kg/l
L3 = 0,90 x 1,84 = 1,65 kg/l
L4 = 0,85 x 1,84 = 1,56 kg/l
L5 = 0,80 x 1,84 = 1,47 kg/l
L6 = 0,75 x 1,84 = 1,38 kg/l
Berat Tanah = 6,41 + 1,84 = 8,25 kg

3. M1L3
Tanah = 6,51 ka
KL Ka = 2%
KL Kl = 37,49%

Berat tanah dengan KL 100% (kapasitas lapangan)


Tambahan berat (air) = 37,49 – 2 = 35,49%
L1 = 23,73% x BT km = 35,49 x 6
100
= 2,13 kg/l
L2 = 0,95 x 2,13 = 2,02 kg/l
L3 = 0,90 x 2,13 = 1,92 kg/l
L4 = 0,85 x 2,13 = 1,81 kg/l
L5 = 0,80 x 2,13 = 1,70 kg/l
L6 = 0,75 x 2,13 = 1,60 kg/l
Berat Tanah = 6,51 + 2,13 = 8,64 kg

22

Anda mungkin juga menyukai