Anda di halaman 1dari 7

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

PASCA PANEN PADA APEL

Disusun oleh
Kelompok 5 :

Rima Anggrie Difanti (20200210174)


Muh Wahyu Hanafi (20200210188)
Dwi Septi Nur Amaliah (20200210192)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
A. Kasus Permasalahan
“ Pak Tono adalah seorang distributor buah apel didaerah pasar Pamotan, Rembang.
Buah apel berasal dari daerah surabaya dengan distribusi menggunakan truk . Sekali
pengiriman berjumlah 30 kardus buah apel dengan berat per kardus 15 kg. Tetapi
setelah sampai ditempat tujuan, didapatkan bahwa terjadi penyusutan buah sebanyak
5% . Selain itu juga terdapat busuk buah dan luka pada buah apel. Memperhatikan
permasalahan yang dihadapi oleh Pak Tono coba beri saran dan masukan agar buah
apel yang diterima memiliki penampilan yang baik dan meminimalisir terjadinya luka
dan busuk buah. Dan perlakuan pascapanen seperti apa yang dibutuhkan untuk
mengatasinya dan memperbaiki penampilan buah apel untuk dijual ?”.

B. Identifikasi Masalah
Dari permasalahan tersebut diidentifikasikan permasalahanya yaitu :
1. Komoditas buah apel yang diterima pak tono mengalami penyusutan sebanyak
5%.
2. Terdapat busuk pada buah apel selama proses pengiriman.
3. Terdapat luka pada buah apel selama proses pengiriman.

C. Analisis Permasalahan
Dari identifikasi permasalahan yang telah didapatkan, perlu dianalisis
permasalahannya yaitu :
1. Penyusutan berat komoditas buah sebanyak 5%
Komoditas apel yang diterima Pak Tono mengalami penyusutan berat sebanyak 2%.
Hal ini disebabkan karena pada saat pasca panen apel masih mengalami proses
transpirasi dan respirasi. Kondisi disekitar apel pada saat pengiriman itu dapat menjadi
faktor yang menyebabkan percepatan proses transpirasi dan respirasi contohnya yaitu
suhu dan kelembaban. Pengemasan dan perlakuan yang tidak tepat juga dapat
mempengaruhi terjadinya proses transpirasi dan respirasi.
2. Terdapat Busuk buah pada apel
Terdapat busuk pada apel selama proses pengiriman. Hal ini dapat disebabkan
beberapa faktor yaitu faktor internal dari komoditas, dapat berupa penyakit yang
dibawa oleh apel dan faktor ekternal yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang
masuk pada saat pengiriman melalui luka pada apel.
3. Terdapat luka pada apel
Terdapat luka pada apel selama proses pengiriman. Hal ini terjadi akibat penanganan
pascapanen yang tidak tepat seperti pada saat pengangkutan yang asal-asalan,
pengemasan yang tidak tepat, ataupun akibat guncangan-guncangan saat diperjalanan.

D. Tinjauan Pustaka
Apel dalam ilmu botani disebut Malus sylvestris Mill. Apel merupakan tanaman buah
tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia
apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Tanaman apel mulai berkembang
setelah tahun 1960, terutama jenis Rome Beauty. Dari spesies Malus sylvestris Mill
ini, terdapat bermacam-macam kultivar yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan
tersendiri. Beberapa kultivar apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi,
Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo Jenis Tanaman.
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Malus
Spesies : Malus sylvestris Mill
Beberapa kultivar apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess
Noble dan Wangli/Lali jiwo (Soelarso, 1996).
Tanaman apel menghendaki lingkungan dengan karakteristik yaitu temperatur
rendah, kelembaban udara rendah dan curah hujan tidak terlalu tinggi. Syarat tumbuh
tanaman apel adalah sebagai berikut (Soelarso, 1996) : 1) Curah hujan yang ideal
adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun
banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan
yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat
menjadi buah. 2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-
60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan. 3) Temperatur yang sesuai
berkisar antara 16-270C . 4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel
sekitar 75-85%. 5) Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian
700-1200 m dpl dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl Agroklimat dataran
tinggi beriklim kering yang dimiliki, menempatkan daerah wisata agro ini sebagai
sentra produksi utama apel di Indonesia.
Morfologi tanaman Apel terdiri dari beberapa bagian, mulai akar hingga daun.
Morfologi tanaman apel adalah sebagai berikut:
a. Akar
Pohon apel berasal dari biji dan anakan yang membentuk akar tunggang, yaitu
akar yang arah tumbuhnya lurus atau vertikal ke dalam tanah. Berfungsi sebagai
penegak tanaman, penghisap air dan unsur hara dalam tanah, untuk menembus lapisan
tanah yang keras. Akar ini berfungsi sebagai penegak tanaman, penghisap air, dan
unsur hara dalam tanah, serta menembus lapisan tanah yang keras. Sedangkan batang
bawah yang berasal dari stek dan rundukan tunas akar, yang berkembang baik adalah
akar serabut dan tidak mempunyai akar tunggang, sehingga batangnya kurang kuat
dan rentan terhadap kekurangan air
b. Batang
Pohon apel berkayu cukup keras dan kuat. Kulit kayu cukup tebal, warna
muda kecoklatan sampai coklat kuning keabu-abuan. Pohon apel berkayu cukup keras
dan kuat, cabang-cabang yang dibiarkan atau tidak dipangkas pertumbuhannya lurus
dan tidak beranting. Kulit kayunya cukup tebal, warna kulit batang muda, cokelat
muda sampai cokelat kekuning-kuningan dan setelah tua berwarna hijau kekuning-
kuningan sampai kuning keabu-abuan. Karena dilakukan pemangkasan pemeliharaan,
maka tajuk pohon berbentuk perdu seperti payung atau meja.
c. Daun
Daun apel berbentuk lonjong / oval , ada yang lebar dan ada yang kecil. Ujung
daun runcing, pangkal daun tumpul dan tepi daunnya bergerigi teratur. Bentuk daun
apel dipilah dalam enam kategori , yaitu oval, broadly oval, narrow oval, acute,
broadly acute, dan narrow acute. Permukaan daun bisa datar atau bergelombang. Sisi
daun ada yang melipat ke bawah, ada juga yang melipat ke atas. Bagian bawah daun
umumnya diselimuti bulu-bulu halus.
d. Bunga
Bunga apel bertangkai pendek, menghadap keatas, bertandan dan pada tiap
tandan terdapat 7 - 9 bunga. Bunga tumbuh pada ketiak daun, mahkota bunganya
berwarna putih sampai merah jambu berjumlah 5 helai, menyelubungi benangsari
pada daun buah, di tengah – tengah bunga terdapat putik / bakal buah. Bunga tumbuh
pada ketiak daun, mahkota bunga berwarna putih sampai merah jambu berjumlah 5
helai, menyelubungi benangsari pada badan buah, dan di tengah-tengah bunga
terdapat putik atau bakal buah
e. Buah
Buah apel mempunyai bentuk bulat sampai lonjong bagian pucuk buah
berlekuk - lekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori- pori buah kasar, renggang
tetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat. Bagian pucuk buah berlekuk dangkal,
kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan renggang, tetapi setelah tua
menjadi halus dan mengkilat. Warna buah hijau kekuning-kuningan, hijau berbintik-
bintik, merah tua, dan sebagainya sesuai dengan varietasnya.
f. Biji
Biji buah apel ada yang berbentuk panjang dengan ujung meruncing, ada yang
berbentuk bulat berujung tumpul , ada pula yang bentuknya antara bentuk pertama
dan kedua.

E. Penyelesaian Permasalahan
Dari permasalahan kasus yang sudah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa solusi dari permasalah tersebut sebagai berikut :
1. Alat pengontrol suhu dan kelembaban
Bisa menggunakan alat pengontrol suhu dan kelembaban yaitu picos. Picos
merupakan alat penyimpan buah dan sayur dengan suhu dan kelembaban yang
terkontrol otomatis, sehingga untuk masalah penyusutan bobot atau yang
sering disebut transpirasi/respirasi dapat diatasi.
2. Penyedotan gas etilen
Di dalam buah agar menjaga buah tetap terjaga segar dan tidak terlalu matang
saat tiba di lokasi tujuan. Penyedotan gas etilen juga mengendalikan etilen
yang ada pada buah, Pengendalian gas etilen termasuk salah satu upaya
penanganan buah pasca panen. Ada juga teknologi lain semacam ada
komponen tertentu untuk memblok kerja etilen alami. Memblok kerja etilen
ini agar kerja etilen terhambat. Saat tiba di lokasi tujuan dilakukan
penambahan etilen kembali untuk mempercepat kematangan
3. Menjaga kebersihan lahan ketika akan pemanenan
Pada saat sebelum pemanenan alangkah baiknya dilakukan menjaga
kebersihan kebun, eradikasi buah yang sakit, lakukan penyemprotan pestisida
organik. Hal ini dilakukan agar saat pemanenan buah terhindar dari segala
jenis penyakit dan kerusakan buah.
4. Pemberian lilin (pelilinan)
Pelilinan ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan air, mengurangi
kebusukan, meningkatkan penampakan dan untuk memperpanjang umur
simpan buah-buahan apalagi buah tujuan ekspor
5. Mengemas buah dengan lapisan yang dapat menahan gesekan dan tubrukan
Sebelum dilakukan pengiriman, buah dapat terlebih dahulu di kemas dengan
lapisan yang dapat menahan gesekan dan tubrukan. misalnya kertas halus atau
tisu, Kemas tiap-tiap buah dengan cara terpisah. Pembungkusan bertujuan
untuk menghalangi hantaman antar buah selagi pengiriman. Masukkan buah
ke dalam dus atau kardus yg bidang dasarnya beralas bahan lunak seperti busa
atau potongan kertas.
6. Menggunakan truk/trailer berpendingin
Pada umumnya dikemas dengan kardus dan diangkut menggunakan truk.
Untuk mengurangi kerusakan dan susut bobot buah selama pengangkutan
dapat dilakukan dengan memodifikasi pengisian buah dalam kardus yaitu
dengan penataan dan pemberian lapisan kertas serta kapasitas 44-48 kg dari
semula tanpa lapisan kertas dan tanpa penataan dengan kapasitas 46-50 kg
buah. Pada jarak tempuh sampai 2 hari 1 malam hanya mengalami kerusakan
yang sangat kecil dan buah tetap masih segar.

F. Kesimpulan
Dari analisis permasalahan berupa penyusutan berat , luka, dan busuk pada apel
saat pengangkutan dapat disimpulkan beberapa solusi diantaranya dengan
menggunakan alat pengontrol suhu dan kelembaban, menyedot gas etilen, menjaga
kebersihan lahan pada saat prapanen, melapisi dengan lilin, atau bahan yang tahan
goresan, dan menggunakan truk berpendingin sehingga hasil dari panen apel bisa
maksimal dan optimal.

Daftar Pustaka
Amaliah, R., J. Muhidong& T. Sapsal. (2017). KarakteristikPenurunan Kadar Air dan
Perubahan Volume Bengkoang (Pachyrizuserosus) SelamaPengeringan.
JurnalAgriTechno. 10(1) : 33-41.

Chooi, O. H. (2008). Vegetables for Health and Healing.Utusan Publications & Distributors
Sdn Bhd. Kuala Lumpur.

Karuniawan, A &Wicaksana, N. (2006). KekerabatanGenetikPopulasiBengkuang


(Pachyrhizuserosus). BerdasarkanKarakterMorfologiBunga dan Daun. BuletinAgron.

Suhardi.(1992). PenangananPascaPanenBuah dan Sayuran, PAV Pangan dan


Gizi.Yogyakarta. UGM.

Sandranutha, D., (2012).Pengaruh Waktu dan Suhu pada


PembuatanKripikBengkuangdenganVaccum Frying.TugasAkhir. Semarang.Fakultas
Teknik UniversitasDiponegoro.

Anda mungkin juga menyukai