Anda di halaman 1dari 22

1.

Botani Apel
Apel dalam ilmu botani disebut Malus domestica. Saat ini ada 7.500 kultivar apel yang tersebar di seluruh dunia.
Masing-masing jenis tersebut mempunyai ciri dan karakteristik, akan tetapi secara umum apel memiliki ciri sebagai
berikut:
• Pohon
Tanaman apel termasuk kelompok pohon berukuran sedang, yaitu tumbuh mencapai ketinggian 9 meter di alam
liar. Sedangkan jika dirawat, tingginya hanya mencapai 2 hingga 4,5 meter. Pertumbuhan tersebut terhambat karena
rutin dipangkas agar lebih cepat berbuah. Ukuran dan bentuk pohon apel yang dibudidayakan tergantung dari cara
penanaman dan metode pemangkasan yang dilakukan. Jika ditanam langsung dari biji buahnya, pohon apel umumnya
tumbuh lebih besar. Banyaknya jenis kultivar apel di dunia tidak lepas dari peran para pembudidaya dan ahli botani
yang terus mengembangkan apel agar menghasilkan pohon dan buah dengan rasa terbaik.
• Daun
Daun apel berbentuk oval dan sederhana. Panjang daunnya sekitar 25 cm sampai 12 cm dan lebarnya sekitar 3 cm
sampai 6 cm.
Lanjutan
• Bunga
Pohon apel memiliki bunga yang akan mekar di musim semi, bersamaan dengan percambahan daun. Warna
bunganya putih dengan semburat berwarna merah muda. Warna merah muda ini akan berangsur pudar ketika
bunga menua. Bunga apel memiliki 5 kelopak dan berukuran kecil, diameter bunganya sekitar 2,5 cm hingga
3,5 cm.
• Buah Apel
Buah apel pada umumnya matang pada akhir musim panas atau musim gugur. Ukurannya berkisar antara
diameter 5 cm sampai 9 cm. Namun ada juga kultivar apel yang menghasilkan buah berukuran lebih besar. Di
Jepang, apel berukruan besar lebih disukai, sehingga buah apel yang diameternya di bawah 5,5 cm hanya
digunakan sebagai bahan jus. Jika pun dijual, maka nilai jualnya tidak terlalu tinggi.
Warna kulit buah apel yang sudah matang beragam. Ada apel yang berwarna merah, hijau, merah muda,
dan kuning. Ada juga beberapa kultivar apel yang buahnya berwarna campuran, dari kuning ke merah muda,
atau merah muda ke merah.Pada kulit apel dilindungi oleh semacam lapisan lilin transparan. Daging buah apel
pada umumnya berwarna putih kekuningan pucat. Ada juga jenis apel yang daging buahnya memiliki sedikit
warna merah muda atau kuning.
Taksonomi Apel
Klasifikasi ilmiah dan nama binomial tanaman apel, yaitu:
• Kingdom : Plantae
• Divisio : Spermatophyta
• Subdivisio : Angiospermae
• Klas : Dicotyledonae
• Ordo : Rosales
• Famili : Rosaceae
• Genus : Malus
• Spesies : Malus Domestica
2. Metabolisme Produk Pasca Panen

Tumbuhan mengalami proses metabolisme yang terdiri dari


anabolisme dan katabolisme. Anabolisme yaitu pembentukan senyawa
yang lebih besar dari molekul-molekul yang lebih kecil. Proses ini
membutuhkan energi, contohnya yaitu fotosintesis. Sedangkan
katabolisme adalah menguraikan molekul yang besar menjadi molekul
yang kecil dan menghasilkan energi, contohnya yaitu respirasi.
Tumbuhan yang telah dipanen metabolismenya tetap berlanjut,
tetapi metabolismenya tidak sama dengan tumbuhan induk yang
tumbuh pada lingkungan aslinya, karena telah dipanen dengan berbagai
tingkatan stress. Metabolisme yang terjadi yaitu respirasi.
Metabolisme Produk Pasca Panen
Respirasi adalah proses sentral dari sel-sel hidup yang memediasi
pelepasan energi melalui pemecahan senyawa karbon dan
pembentukan kerangka karbon (carbon sekeletons) yang diperlukan
untuk menjaga reaksi sintesis setelah panen. Laju respirasi
mengindikasikan laju metabolisme secara keseluruhan. Jadi respirasi
berlangsung adalah untuk memperoleh energi agar tetap dapat
melangsungkan aktivitas hidupnya.
Metabolisme Produk Pasca Panen
Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat terjadinya
perombakan yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut
sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai indeks untuk
menentukan masa simpan produk setelah panen.
Apel adalah jenis buah yang termasuk ke dalam buah non
klimaterik. Buah non klimaterik adalah buah yang tidak mengalami
kenaikan atau perubahan laju respirasi. Proses pematangan buah non
klimaterik terjadi saat buah masih berada pada pohonya.
Metabolisme Produk Pasca Panen
Faktor Internal Respirasi
a. Faktor protoplasmic
b. Konsentrasi substrat respirasi yang tersedia
Faktor eksternal Respirasi
c. Temperatur
d. Cahaya
e. Konsentrasi oksigen di udara
f. Konsentrasi karbon dioksida
g. Tersedianya air
h. Luka pada organ tumbuhan
i. Senyawa kimia
j. Perlakuan mekanik
3. Faktor Faktor Penyebab
Kerusakan Apel
Buah dan sayur merupakan komoditas yang mudah rusak. Penanganan
pascapanen saat pengangkutan & penyimpanan menjadi faktor penyebabnya.
Termasuk pohon apel, saat dipetik proses metabolism terhenti & cadangan
energi menipis karena terpisah dari pohonnya. Hal tersebut menjadi awal dari
kerusakan pada apel sepertinya menyusut, berat berkurang, penampilan tidak
segar & perubahan wujud (kenampakan), cita, rasa, warna atautekstur yang
menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen, susut nilai gizi yang
berpengaruh terhadap kualitas buah (Tawali dan Zainal, 2004).
Faktor Internal
yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kondisi dalam bahan/produk pangan seperti
kadar air, suhu produk, kelembaban dan Aw (water activity).

• Berhentinya proses metabolism karena sudah terpisah dari pohonnya sebagai


pengedar cadangan makanan.
• Enzim yang bekerja dalam reaksi katabolisme (penguraian senyawa kompleks
menjadi senyawa sederhana). Sehingga energi berkurang dan lambat laun
membusuk.
• Difusi gas ke dalam dan luar buah yang terjadi melalui lentisel yang tersebar di
permukaaan buah.
• Varietas buah apel. Contoh Apel Jonathan yang tidak tahan disuhu rendah
sehingga dapat cepat rusak.
• kelembaban tinggi, terhambatnya laju respirasi, dan terakumulasinya senyawa
volatil pada buah menjadi penyebab cepatnya kerusakan apel.
Faktor Ekternal
yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan di luar produk seperti suhu
ruang, kelembaban, kandungan oksigen, dan cahaya

1. Suhu matahari tinggi akan menyebabkan berbagai macam kerusakan


diantaranya yaitu:
• Munculnya bintik jonathan yaitu bintik dangkal pada lenti sel.
• Warna cokelat kering karena sinar matahari saat pasca panen.
• Bagian pusat berair karena sinar matahari tembus hingga ke daging, jika
kelamaan akan mengalami hati cokelat(berlubang)
2. Serangan jamur, misalnya infeksi laten antraknos disebabkan oleh mikrobia
Colletotrichum gloeosporiodes.
3. Kerusakan mekanis akibat benturan yang mengakibatkan memar. Hal tersebut
membuat mikroba lebih mudah masuk.
4. Polusi udara (ozon, sulfur dioksida, dan lain-lain) serta pestisida berlebihan
4. Penyimpanan Apel
Umur simpan buah apel yaitu antara 1 bulan hingga 3 bulan. Suhu penyimpanan yang disarankan adalah
keadaan yang paling efektif untuk menghambat proses pemasakan dan mencegah pertumbuhan mikroba pembusuk
serta menghindari penyimpangan-penyimpangan penyimpanan dingin. Umumnya buah apel mempunyai suhu optimum
penyimpanan 30OF –32OF atau sekitar 0OC. Titik beku tertinggi untuk buah apel adalah 29,3 OF atau -2OC, sehingga buah apel
dapat disimpan pada suhu sekitar minus 1OC –0OC atau lebih(Santoso,2012).
1. Skala Rumahan
Hampir semua jenis apel bisa tetap segar selama tiga atau empat bulan, atau bahkan lebih lama jika disimpan dengan
benar. Biasanya dalam skala rumahan, buah apel disimpan dalam sebuah wadah ataupun di dalam kulkas. Namun, dilansir
dari Bobo.grid.id buah Apel tidak dianjurkan untuk disimpan di dalam kulkas apa lagi apabila ada buah lain di dalamnya.
Hal itu dikarenakan gas ethylene yang dikeluarkan apel jumlahnya lebih banyak dari buah lainnya sehingga berisiko
membuat buah lain yang disimpan di dekatnya jadi lekas busuk. Keberadaan gas ethylene dalam jumlah banyak di kulkas
inilah yang bisa membuat buah lain lekas layu dan membusuk. Walaupun demikian, apel akan lebih awet apabila disimpan
di tempat yang gelap dan dingin namun tidak menyebabkan pembekuan.
Oleh karena itu, ada beberapa tips dalam penyimpanan apel skala rumahan:
a.) Apabila apel akan tetap disimpan dalam lemari pendingin, Apel dianjurkan disimpan dalam wadah yang terpisah dari
buah dan sayuran lainnya ataupun makanan yang sensitif terhadap gas ethylene(seperti brokoli dan kembang kol).
b.) Untuk penyimpanan yang lebih lama,akan lebih baik jika Apel dibungkus satu-persatu untuk mengurangi penyebaran
gas ethylene baik itu antar apel dan penyebaran ethylene dari apel ke buah lain.
c.) Apel yang memiliki kondisi memar atau rusak, alangkah lebih baiknya dipisah ataupun dikonsumsi segera
mungkin,karena apel yang memar cenderung cepat mengalami pembusukan.
Penyimpanan Apel
2. Skala Industri
Dalam skala industri baik itu di gudang maupun ketika sampai di toko, buah apel biasanya tidak hanya
disimpan begitu saja, melainkan ada proses packing terlebih dahulu. Pengepakan buah sering dilakukan dengan
membungkus buah dengan plastik yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih
besar. Bahan pembungkus dapat berupa bahan pulp, polyethilen maupun kertas, kemudian dimasukkan dalam
suatu wadah. Satu wadah dapat terdiri hanya satu buah atau terdiri dari banyak buah. Bahan wadah yang
digunakan berupa kertas karton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu, ataupun plastik. Pengepakan
dalam satu dos yang terdiri dari banyak buah, maka antara buah satu dengan lainnya dibungkus stirofoam
ataupun potongan-potongan kertas. Tujuannya untuk menghindari gesekan atau tumbukan antar individu
buah. Bahan pack(dos) luar yang akan menampung beberapa dos berukuran kecil sering disebut sebakai
master container atau dos luar. Bahan dos tersebut sebaiknya berupa karton maupun kayu, dan yang
terpenting memiliki sifat tahan terhadap kerusakan akibat air, gesekan, tumpukan dan tidak goyah, serta tidak
berat. Master container dapatberisi empat dos kecil (Santoso,2012).
5. Pengawetan Apel
Dalam Industri Agribisnis Apel, ada banyak teknik pengawetan yang digunakan seperti pendinginan, pelapisan dengan
lilin, iradiasi, ataupun dengan cara mengolah Apel menjadi berbagai olahan seperti sari apel, selai apel, manisan, cuka
apel,dan sebagainya. Teknik pengawetan yang lazim digunakan dalam Industri Apel adalah Pre-cooling, dan Coating
1. Pre-cooling
Pre-cooling diartikan upaya menghilangkan panas lapang pada buah akibat pemanenan di siang hari. Suhu yang tinggi
pada buah akan merusak buah selama penyimpanan sehingga menurunkan kualitas. Suhu yang terlalu rendah/ lembab
juga dapat menyebabkan buah cepat busuk (Broto, Wisnu, 2012)
Ada beberapa metode pre-cooling yaitu secara tradisional dan menggunakan pendingin. Pre-cooling secara tradisional
biasanya dilakukan dengan cara mendinginkan buah apel di bawah dinginnya udara malam seperti yang dilakukan oleh para
petani apel tradisional di Tiongkok. Untuk penggunaan pendingin biasanya apel diletakan dalam suatu wadah dan diletakkan
ke dalam mesin pendingin, namun terkadang proses pre-cooling menggunakan pendingin kurang efektif karena ada beberapa
buah apel yang basah dan menyebabkan buah tersebut dapat cepat busuk.
2. Coating
Coating dimaksudkan untuk melapisi permukaan buah dengan bahan yang dapat menekan laju respirasi maupun
menekan laju transpirasi buah selama penyimpanan atau pemasaran, contohnya dengan cara pelilinan (waxing)
(Gardjito, Murdjiati & Saifudin, Umar, 2011).
Proses Coating yang lazim digunakan saat ini adalah waxing menggunakan beewax,dan jenis lilin food-grade lainnya.
Sebelum dilakukan waxing, prosedur yang harus dilakukan adalah melakukan pencucian buah apel untuk menghilangkan
kotoran maupun pestisida yang tersisa pada kulit buah. Selain itu untuk pembersihan dalam industri biasanya apel direndam
dalam larutan kimia seperti chloridesolution (3%-6%), ethoxyquin solution (0.25%-0.35%) dan thiabendazole solution (1000-
2500mg/kg).
Lampiran
Lampiran
6. Transportasi Produk

Pengangkutan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam


penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan dan sayur-sayuran.
Selama distribusi, produk-produk hortikultura biasanya mengalami kerusakan
mekanis dan fisiologis. Kesalahan pengangkutan dan pemilihan jenis kemasan
dalam transportasi buah dan sayuran dapat menyebabkan kerusakan mekanis yang
dapat menurunkan mutu produk.
Jumlah kerusakan yang dialami oleh komoditi pada waktu sampai ditempat tujuan
mencapai kurang dari 1,57% dan 37,05%. Penggunaan kemasan tranportasi yang
tepat dapat mengurangi kehilangan hasil produk. Dalam pemilihan kemasan
transportasi perlu diketahui syarat-syarat kemasan, jenis kemasan yang tepat dan
sesuai, sifat produk, cara perancangan kemasan dan penyusunan produk serta
penataan kemasan. Jenis kemasan transportasi dapat berupa kemasan langsung
dan tidak lansung, dan jenis bahan pengemas yaitu peti kayu, kertas karton,
keranjang bambu dan keranjang plastic.
Transportasi Produk
Buah apel memiliki suatu kemasan khusus biasanya diberikan jaring
jaring di sekitar buah, namun ada juga yang dilapisi suatu kertas
mengelilingi buah apel, semua macam kemasan pada intinya memiliki
prinsip agar mengurangi adanya kerusakan barang ketika barang dikirim
dari supplier ke customer.
Buah apel sebagian besar dikirimkan dalam transportasi darat untuk
satu wilayah dan transportasi udara untuk beda wilayah namun dalam
transportasi ini memiliki kesamaan yaitu pengangkutan dalam jumlah
skala yang besar, yang biasanya akan dikirimkan ke toko grosir yang
sebagai mitranya
Transportasi Produk
Pengiriman dilakukan dengan penggunaan pickup apabila dikirim
dalam skala yang kecil dan dibagian belakang diberi box tertutup
dengan diberi sedikit ventilasi udara atau dalam box diberi alat
pendingin dengan suhu 0-3oC. Penanganan dalam hal transportasi juga
sangat diperlukan pengawasan sepanjang pengiriman buah apel. Hal ini
bertujuan untuk meminimalkan dan menghindari terjadinya kebusukan
buah (Santoso,2012).
Daftar Pustaka
RimbaKita.com (2021, 23 Maret). Apel - Taksonomi, Morfologi, Asal, Sebaran,
Jenis Kultivar, Manfaat & Budidaya Buah. Diakses pada 6 November 2021
dari https://rimbakita.com/apel/.
Paliwang, A. A. A., Septian, M. R. D., Cahyanti, M., & Swedia, E. R. (2020).
Klasifikasi Penyakit Tanaman Apel Dari Citra Daun Dengan Convolutional
Neural Network. Sebatik, 24(2), 207-212.
• Wills, R.H., T.H. Lee, D. Graham, W. B. Mc. Glasson and E.G. Hall. 1981.
Postharvest, An Introduction to the Physiology and Handling of Fruit
and Vegetables. New South Wales university Press Limited, Australia.
• Tawali, A. B. dan Zainal. (2004) Perubahan Mutu Buah Anggur Impor
Pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Jurnal Sains & Teknologi. Vol 4, No
2, hal 72-82.
https://bobo.grid.id/read/082537091/benarkah-apel-sebaiknya-tidak-disimpan-di-kulkas-ketah
ui-cara-tepat-menyimpan-apel-di-kulkas-yuk?page=all
Santoso, Bambang. 2012 “Penanganan Pasca Panen Buah”. Diunggah tanggal 2 Februari
2012.
http://fp.unram.ac.id/data/DR.Bambang%20B%20Santoso/BahanAjar-PascapanenHortikult
ura/BAB-8-Pasca-Panen-Buah.pdf
Sutapa, I Nyoman, dkk. 2014 “Peningkatan Mutu Buah Apel Sepanjang Rantai Pasok dari
Pascapanen Sampai Display Super Market”. Petra Christian University. Surabaya.
http://repository.petra.ac.id/18560/
Broto, Wisnu. “Teknologi PenangananPasca Panen Buah untuk Pasar”. Diunggah tanggal 5 Maret 2012.
http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/assets/media/publikasi/juknis_buah.pdf “Budidaya Apel” post by: Flora
Fauna. 10 Juni 2008
Gardjito, Murdjiati & Saifudin, Umar.(2011). Penanganan Pascapanen Buah-buahan Tropis. Yogyakarta:
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai