Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES

IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Larasati Surliadji
NIM : 03031181419063
Shift/Kelompok : Senin Siang/5

I. JUDUL PERCOBAAN : Pembuatan Cuka Apel

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengetahui fungsi penggunaan fermipan dalam pembuatan cuka apel.
2. Mengetahui manfaat cuka apel dalam berbagai bidang.
3. Mengetahui lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan cuka apel.

III. DASAR TEORI

III.1.Buah Apel
Apel (Malus sylvestris Mill) termasuk rajanya buah komersial karena
konsumennya luar biasa banyaknya. Apel merupakan tanaman buah tahunan yang
berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis . Apel telah ditanam sejak
tahun 1934 di Indonesia hingga saat ini. Buah apel di Indonesia diperkenalkan
oleh orang Belanda dan dikembangkan oleh orang Indonesia . Sayangnya kondisi
daerah di Indonesia yang sangat cocok untuk ditanami apel masih sangat terbatas.
Daerah Batu, Malang, merupakan pusat tanaman apel yang ada di Indonesia,
karena tanaman ini banyak diusahakan sebagai suatu usaha tani, yang ditanam di
pekarangan maupun di kebun. Tanaman apel termasuk kedalam spesies Malus
sylvestris Mill. Berdasarkan spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-
macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri . Beberapa
varietas apel unggulan antara lain seperti Rome Beauty, Manalagi, dan Anna.
Buah apel memiliki syarat-syarat penting agar dapat tumbuh dengan baik.
Syarat-syarat ini terdiri dari iklim, media tanam, dan ketinggian tempat . Curah
hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150
hari/tahun. Selama setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan

1
2

kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan
bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah. Tanaman apel membutuhkan
cahaya matahari yang cukup, yaitu berkisar antara 50-60% setiap harinya,
terutama pada saat pembungaan. Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27C, dan
kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel adalah sekitar 75-85%.
Berdasarkan aspek media tanam, tanaman apel tumbuh dengan baik pada
tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur
tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas
baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan
menyimpanan airnya optimal. Tanah yang cocok adalah latosol, andosol dan
regosol. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7
dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia . Dalam
pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup,
dan kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga
bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
Setiap makhluk hidup pasti memilki struktur morfologi, tidak terkecuali
tanaman apel. Pohon apel berasal dari biji yang membentuk akar tunggang, akar
berfungsi sebagai penegak tanaman, penghisap air dan unsur hara dalam tanah,
untuk menembus lapisan tanah yang keras. Pohon apel berkayu cukup keras dan
kuat, cukup tebal, warna muda kecoklatan sampai coklat kuning keabu-abuan.
Daun apel berbentuk lonjong, ada yang lebar dan ada yang kecil. Ujung daun
runcing, pangkal daun tumpul dan tepi daunnya bergerigi teratur . Bunga apel
bertangkai pendek, menghadap keatas, bertandan dan pada tiap tandan terdapat 7-
9 bunga. Buah apel berbentuk bulat sampai lonjong, kulit agak kasar dan tebal,
pori-pori buah kasar, renggang tetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat.
Apel mengandung banyak vitamin C dan B, selain itu apel kerap menjadi
pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi. Buah apel mempunyai
banyak manfaat, diantaranya adalah mengeluarkan toksin yang ada di dalam
tubuh, menjaga kestabilan hormon dan sistim imunitas, mengurangi tingkat stres,
meningkatkan konsentrasi dan produktivitas, memperbaiki kualitas tidur,
mengurangi manifestasi alergi, dan melancarkan peredaran darah dan sistem saraf.
3.2. Senyawa Penting Buah Apel
3

Buah apel memiliki banyak kandungan penting, seperti flavanoid, fitokimia,


pectin, dan tannin. Flavonoid pada buah apel paling banyak dibandingkan dengan
buah -buahan lain. Flavonoid tersebut, mampu menurunkan risiko kena penyakit
kanker paru-paru sampai 50 persen, selain itu juga quacertin, sejenis flavonoid
yang terkandung dalam apel, dapat membantu mencegah pertumbuhan sel kanker
prostat. Fitokimia di dalam apel juga akan berfungsi sebagai antioksidan yang
melawan kolesterol jahat, Low Density Lipoprotein (LDL) yang potensial
menyumbat pembuluh darah dan juga antioksidan akan mencegah kerusakan sel-
sel atau jaringan pembuluh darah. Pada saat yang bersamaan, antioksidan akan
meningkatkan jenis kolesterol baik, High Density Lipoprotein (HDL) yang
bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah.
Kandungan pektin (serat larut yang dikandung buah-buahan dan sayuran)
telah diteliti dan terbukti menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Secara
spesifik pada sebuah penelitian awal, terbukti bahwa dalam apel ditemukan asam
D-glucaric yang bermanfaat mengatur kadar kolesterol, jenis asam ini mampu
mengurangi kolesterol sampai 35 persen. Apel sebesar lima gram berukuran
sedang mempunyai serat yang tinggi dan serat ini sangat bermanfaat untuk
melencarkan sistem pencernaan dan menurunkan berat badan. Apel mengandung
tannin yang berkonsentrasi tinggi. Tannin ini mengandung zat yang dapat
mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak.
Tidak hanya itu, tannin juga berfungsi mencegah infeksi saluran kencing dan
menurunkan risiko terjangkit dari penyakit jantung dan sistem peredaran darah.

3.3. Ragi
Ragi adalah suatu macam tumbuh- tumbuhan bersel satu yang tergolong
kedalam keluarga cendawan. Ragi berkembang biak dengan suatu proses yang
dikenal dengan istilah pertunasan, yang menyebabkan terjadinya peragian.
Peragian adalah istilah umum yang mencangkup perubahan gelembung udara dan
yang bukan gelembung udara (aerobic dan anaerobic) yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Dalam pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba
jenis Saccharomyces cerevisiae. Ragi merupakan bahan pengembang adonan
dengan produksi gas karbondioksida. Ragi terdiri dari sejumlah kecil enzim,
4

diantaranya seperti protease, lipase, invertase, maltase dan zymase. Enzim yang
tergolong sangat penting dalam ragi adalah invertase, maltase dan zymase.
Enzim invertase dalam ragi bertanggung jawab terhadap awal aktivitas
fermentasi. Enzim ini mengubah gula (sukrosa) yang terlarut dalam air menjadi
gula sederhana yang terdiri atas glokosa dan fruktosa. Gula sederhana kemudian
dipecah menjadi karbondioksida dan alkohol. Enzim amilase yang terdapat dalam
tepung mampu memproduksi maltose yang dapat dikonsumsi oleh ragi sehingga
fermentasi terus berlangsung. Proses pengembangan adonan dapat terjadi apabila
ragi dicampur dengan bahanbahan lain dalam pembuatan roti, maka ragi akan
menghasilkan CO2. Gas inilah yang menjadikan adonan roti menjadi
mengembang. Proses pengembangan adonan yang dilakukan oleh ragi ditunjang
oleh penggunaan bahan lain yaitu gula yang berfungsi sebagai sumber energi.
Pada umumnya jenis ragi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu compressed
yeast, active dry yeast, dan instant dry yeast. Jenis ragi compressed yeast ini
mengandung 70% kadar air. Penyimpanannya harus pada suhu rendah, agar
kemampuannya dalam pembentukan gas terjaga. Penyimpanan terbaik ragi jenis
ini pada suhu 1 C. Jenis ragi active dry yeast mengandung kadar air 7,5% - 9%.
Sebelum dipakai ragi harus direndam air terlebih dahulu dengan perbandingan 4 :
1 (4 kg air : 1 kg dry yeast) dengan suhu air 10 menit. Instant dry yeast hampir
sama dengan active dry yeast, namun bedanya ragi ini tidak perlu direndam
sebelum dipakai. Jika bungkus sudah dibuka, ragi tersebut harus segera
digunakan. Contoh ragi jenis ini yang beredar di pasar yaitu Fermipan.

3.4. Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Fermentasi pada awalnya hanya menunjukkan pada
suatu peristiwa alami pada pembuatan anggur yang menghasilkan buih. Senyawa
yang dapat dipecah dalam fermentasi terutama adalah karbohidrat sedangkan
asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu.
Pengertian itu mencakup fermentasi aerob dan anaerob. Namun secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat
5

definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Pada kebanyakan tumbuhan den hewan respirasi yang berlangsung adalah
respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat pada
sesuatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut melangsungkan proses
fermentasi yaitu proses pembebasan energi tanpa adanya oksigen, nama lainnya
adalah respirasi anaerobik. Respirasi anaerobik dalam ototmamalia selama kerja
yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan
sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai produk
sampingannya. Fermentasi mempunyai beberapa fungsi atau kegunaan antara lain,
fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah serta
berfungsi dalam pengawetan bahan, merupakan suatu cara untuk menghilangkan
zat anti nutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan makanan.
Tujuan fermentasi secara khusus adalah mengendalikan pertumbuhan
mikrobia, mempertahankan gizi yang dikehendaki, dan menciptakan kondisi
kurang memadai untuk mikrobia kontaminan agar tidak meruasak hasil fermentasi
yang diinginkan. Fermentasi bisa menjadi cara untuk menghasilkan energi pada
organisme purba sebelum oksigen berada pada konsentrasi tinggi di atmosfer
seperti saat ini, sehingga fermentasi merupakan bentuk lampau dari produksi
energi sel. Produk fermentasi mengandung energi kimia yang tidak teroksidasi
penuh tetapi tidak dapat mengalami metabolisme lebih jauh tanpa oksigen atau
akseptor elektron lainnya sehingga cenderung dianggap produk buangan.
Glikolisis aerobik adalah metode yang dilakukan oleh sel otot untuk
memproduksi energi intensitas rendah selama periode di mana oksigen berlimpah .
Pada keadaan rendah oksigen, makhluk vertebrata menggunakan glikolisis
anaerobik yang lebih cepat tetapi kurang efisisen untuk menghasilkan ATP .
Fermentasi tidak dapat bertahan dalam jangka waktu lama pada organisme
aerobik yang kompleks jika oksigen tersedia sedikit. Tahap akhir dari fermentasi
adalah konversi piruvat ke produk fermentasi akhir. Tahap ini tidak menghasilkan
energi tetapi sangat penting bagi sel anaerobik karena tahap ini meregenerasi
nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+), yang diperlukan untuk glikolisis.
6

3.5. Sejarah Cuka Apel


Pada tahun 907, Elie Metchinkoff ilmuan Rusia peraih Nobel
menyampaikan hipotesisnya tentang manfaat minuman fermentasi (dari susu yang
diasamkan), bagi bangsa Bulgaria yang biasa mengkonsumsi minuman tersebut,
mempunyai dampak umur panjang dan selalu dalam kondisi sehat, sedikit sekali
yang terserang penyakit. Perkembangan berikutnya sekitar abad VII, dalam
literatur Kekaisaran Romawi pernah mencatat bahwa Yulius Caesar
mengintruksikan kepada para prajurit Romawi untuk secara teratur mengkonsumsi
minuman asam (cuka dari buah apel) untuk menjaga ketahanan tubuh prajuritnya.
Pada awal tahun 1990, cuka apel mulai beredar dipasaran Indonesia sebagai
produk impor. Umumnya bahan baku cuka apel tersebut terbuat dari buah apel
new zealand, washington dan red delicious. Kemudian diperkirakan sekitar tahun
1998, di Indonesia mulai muncul beberapa merk cuka apel yang diproduksi
menggunakan bahan baku domestik (buah apel Malang, Jawa Timur) . Berbicara
tentang cuka apel di Indonesia tidak terlepas dari peran besar Miftahus Sadiyah,
S.TP selaku penemu formulasi cuka apel yang kemudian diproduksi oleh PT.
Hemarco Perkasa Utama sejak tahun 2001, dengan kualitas produk yang baik
tersebut membawa berkah bagi kejayaan PT. Hemarco Perkasa Utama sebagai
industri yang mampu mempopulerkan cuka apel diseluruh penjuru Indonesia.

3.6. Cuka Apel


Cuka apel (Apple Cider Vinegar) merupakan cuka yang terbuat dari sari
buah apel atau bisa juga dari ampas jus apel . Warna cuka ini adalah coklat
kekuningan. Cuka apel tidak menimbulkan keasaman dalam tubuh, walaupun
sebenarnya rasa dari cuka apel tersebut asam. Seperti yang telah diketahui, tidak
selalu makanan yang rasanya asam memiliki pH asam, contoh makanannya
seperti jeruk, nanas, mangga, jeruk nipis, atau jeruk lemon. Sebaliknya makanan
dengan pH asam tidak selalu memiliki rasa yang asam., contohnya seperti daging
yang dapat meningkatkan keasaman darah, coklat yang rasanya sama sekali tidak
asam. Hal ini disebabkan karena faktor yang menentukan makanan termasuk
pembentuk asam atau basa bukan berdasarkan dari rasa ataupun baunya,
melainkan dari jenis kandungan mineralnya, kadar proteinnya, dan kadar airnya.
7

Terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan pH asam, dapat


meningkatkan keasaman dalam darah sehingga menimbulkan kondisi yang
disebut asidosis. Asidosis menyebabkan gangguan metabolisme yang diikuti
terjadinya pengentalan atau penggumpalan darah, salah gizi (malnutrisi), serta
munculnya penyakit degeneratif. Cuka apel merupakan suatu cairan hasil
fermentasi buah apel segar yang umumnya mengandung pektin, jenis serat larut
air yang dapat mengikat kelebihan kolesterol dan logam berat dalam saluran usus.

Gambar 3.6.1. Cuka Apel


(Sumber : Pramono,2012)

Walaupun aroma dan rasa cuka apel terkesan asam, cuka apel tidak
meningkatkan keasaman dalam tubuh, dengan catatan produk harus dibuat secara
organik dan diambil dari apel yang ditanam secara organik juga. Produk
cuka apel organik sudah dibuktikan aman dan efektif, termasuk untuk anak-anak.
Penyajian apel dalam bentuk cuka berkaitan dengan pengoptimalan zat yang
terkandung dalam buah apel bahkan melalui proses fermentasi, kandungan
nutrisinya bertambah kaya, terutama kadar enzim dan asam amino. Cuka apel
merupakan minuman kesehatan dari fermentasi alami buah apel . Penyajian buah
apel dalam bentuk cuka adalah optimalisasi manfaat zat yang terkandung dalam
buah apel. Cuka apel yang dibuat dari sari buah apel bertambah popular sebagai
minuman kesehatan salah satunya karena sebagai pencegah penyakit jantung.

3.7. Proses Pembuatan Cuka Apel


Vinegar (cuka) berasal dari bahasa Perancis vin aigre, yang artinya anggur
asam. Cuka bukan merupakan dari asam asetat . Food and Drug Administration
(FDA) Amerika Serikat menyatakan bahwa tidak setiap asam asetat yang
diencerkan merupakan cuka yang boleh ditambahkan untuk produk makanan
konsumen. Produk cuka yang dihasilkan tersebut harus mengandung minimal 4%
8

keasaman atau mengandung minimal 4 gram asam asetat per 100 larutan. Cuka
dapat dibuat dari hampir seluruh sumber karbohidrat terfermentasi, termasuk
anggur, sirup gula, kelapa, anggur, melon, bir, madu, dan karbohidrat lainnya.
Cuka apel merupakan produk produk olahan buah apel yang dihasilkan dari
dua proses fermentasi, yaitu fermentasi alkohol (mengubah gula menjadi etanol
oleh aktivitas jamur, biasanya oleh Sacharomyces cerevisiae) dan fermentasi
asetat (oleh mikroorganisme kelompok Acetobacter yang mengoksidasi etanol
menjadi asam asetat). Kedua macam fermentasi ini berbeda dan bagian pertama
harus diselesaikan dulu sebelum tahap kedua dilakukan. Sel Khamir merupakan
spesies dari Sacharomyces cerevisiae, bekerja pada kondisi aerobic. Sel khamir
akan memfermentasi glukosa menjadi etanol, terutama melalui lintasan Meyerhof.
Pada setiap 180 gram glukosa yang melalui lintasan ini akan menghasilkan
92 gram etanol, 80 gram CO2, dan energy (ATP) sehingga secara teoritis setiap 1
gram glukosa akan menghasilkan 0,49 gram CO2 dan 0,51 gram etanol. Kondisi
optimal sel khamir (Sacharomyces cerevisiae) untuk memproduksi etanol secara
efisien adalah pada temperatur antara 28-35 C dan besar pH antara 3,3-6 . Akan
tetapi, bisa saja tahap fermentasi ini dilakukan tanpa pengaturan temperatur .
Setelah dilakukan proses fermentasi alkohol, langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah proses fermentasi asam asetat. Bakteri asam cuka (Acetobacter dan
Aspergillus aceti) akan mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat dan air.
Berbeda halnya dengan proses fermentasi alkohol yang memerlukan kondisi
anaerob, untuk pertumbuhan dan aktivitasnya fermentasi asam asetat ini
memerlukan kondisi aerob (memerlukan kandungan oksigen (O2)).
Pada skala industri, pembuatan cuka apel ini terdiri dari macam-macam
metode seperti metode lambat, metode cepat, dan metode perendaman . Pada
metode lambat, bahan baku yang digunakan adalah buah-buahan . Langkah
pertama yang dilakukan adalah memasukkan jus buah, yeast, dan bakteri cuka ke
dalam tangki. Setelah beberapa hari, sebagian jus buah akan terfermentasi menjadi
etanol (11-13% alkohol). Selanjutnya, pada permukaan tangki terjadi fermentasi
etanol menjadi asam asetat. Bakteri cuka di permukaan larutan akan membentuk
lapisan agar-agar tipis. Bakteri inilah yang akan mengubah etanol menjadi asam
9

asetat (disebut juga proses asetifikasi). Proses asetifikasi ini memerlukan kondisi
temperature 21-29 C. lapisan tipis agar-agar yang jatuh dari bakteri cuka akan
memperlambat proses asetifikasi. Hal ini dapat dicegah dengan memegang lapisan
yang dapat mengapungkan lapisan tipis agar-agar dari bakteri cuka.
Pada metode cepat atau German process, bahan baku yang biasa digunakan
adalah etanol cair. Langkah pertama yang dilakukan adalah campuran etanol cair
(10,5%), vinegar (1%), dan nutrisi dicampurkan pada bagian atas tangki dengan
alat sparger. Campuran ini akan mengalir turunmelalui bahan isian dengan sangat
lambat. Selanjutnya, udara akan dialirkan secara countercurrent melalui bagian
bawah tangki. Panas yang timbul akibat reaksi oksidasi akan diambil oleh
pendingin yang dipasang pada aliran daur ulang cairan campuran (yang umumnya
mengandung vinegar, etanol, dan air) dari bagian bawah tangki. Suhu operasi
dipertahankan pada rentang suhu 30-35 C. Produk yang terkumpul di bagian
bawah tangki mengandung asam asetat optimum 10-10,5%. Sebagian produk
didaur ulang dan sebagian yang lain dikeluarkan dari tangki . Bakteri asetat akan
berhenti memproduksi asam asetat jika kadar asam asetat telah mencapai 12-14%.
Pada metode perendaman, umpan (feed) yang mengandung 8-12% etanol
diinokulasi dengan menggunakan Acetobacter actigenum dengan suhu yang
dipertahankan pada rentang suhu 24-29 C. setelah itu, umpan dimasukkan
melewati bagian atas tangki. Udara didistribusikan dalam cairan yang
difermentasikan sehingga membentuk gelembung-gelembung gas, bakteri akan
tumbuh di dalam suspensi antara gelembung udara dan cairan yang difermentasi .
Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin stainless
steel yang terpasang di dalam tangki. Defoamer yang terpasang di bagian atas
tangki membersihkan busa yang terbentuk dengan sistem secara mekanik.
Ketiga metode di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Namun, perlu diperhatikan tentang lama waktu fermentasi yang dilakukan.
Semakin lama waktu fermentasi, memungkinkan akumulasi dari lendir bukan
racun (nontoxic slime), komposisinya yeast dan bakteri asam asetat dikenal
sebagai ibu cuka. Ibu cuka adalah selulosa (karbohidrat alami yang merupakan
serat makanan seperti seledri) yang terproduksi oleh bakteri cuka tidak berbahaya.
10

3.8. Kandungan dan Manfaat Cuka Apel


Cuka apel memiliki kandungan mineral dan vitamin yang sangat banyak
seperti kalium, asam amino, vitamin, dan betakaroten. Kalium merupakan salah
satu mineral dalam cuka apel yang berperan dalam proses penyembuhan. Sebagai
elektrolit yang komposisinya hampir sama dengan elektrolit tubuh, kalium
berguna meningkatkan metabolisme tubuh, sedangkan asam amino berperan
sebagai bahan untuk membangun protein yang bermanfaat mengganti sel-sel
tubuh yang rusak, sebagai pemberi kalori pada tubuh, membuat protein dalam
darah yang berguna untuk mempertahankan tekanan osmose darah, menurunkan
kadar kolesterol darah, menjaga keseimbangan cairan tubuh . Asam amino dalam
cuka apel kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk buah apel segarnya.
Selain mineral dan asam amino, cuka apel juga memiliki banyak kandungan
vitamin seperti vitamin A, B1, dan C. Vitamin A berperan untuk menjaga
kesehatan mata juga sebagai antioksidan untuk membersihkan radikal bebas yang
membuat kerusakan sel. Vitamin B1 berfungsi memelihara sifat permeabilitas dari
dinding pembuluh darah sehingga mencegah terjadinya penumpukan cairan
jaringan tubuh seperti pada penyakit beri-beri, memelihara fungsi syaraf sehingga
mencegah terjadinya neuritis, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mencegah
rematik, kanker, arterosklerosis, stroke, dan memperbaiki kontraksi dinding
lambung. Vitamin B2 berperan untuk memproses asam amino, lemak, dan
karbohidrat hingga menghasilkan energi ATP yang diperlukan sel tubuh,
antioksidan, pemeliharaan jaringan saraf, jaringan pelapis, kulit, dan kornea mata.
Vitamin C berperan dalam pembentukan substansi antar-sel dan berbagai
jaringan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan sebagai zat antioksidan yang
mampu membersihkan tubuh dari radikal bebas. Provitamin betakaroten berperan
sebagai antioksidan. Keberadaan betakaroten, vitamin A, dan bersama antioksidan
lain bermanfaat untuk membersihkan radikal bebas sehingga kualitas darah dan
sel lebih sehat. Magnesium berperan sebagai perekat yang melekatkan kalsium
dan fosfor pada tulang-tulang dalam tubuh melawan osteoporosis, membantu
fungsi saraf dan otot, mengatur irama jantung agar tetap normal, dan digunakan
sebagai obat penenang alami jika magnesium dikombinasikan dengan kalsium.
IV. ALAT DAN BAHAN

4.1. Alat
1. Pisau.
2. Hotplate.
3. Panci.
4. Kain saring.
5. Baskom.

4.2. Bahan
1. Apel 500 gr.
2. Gula 125 gr.
3. Air 1000 ml.
4. Yeast (ragi).

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Apel dicuci bersih kemudian diiris tipis-tipis.
2. Rebus irisan apel tersebut dengan air sampai mendidih.
3. Kecilkan api kompor kemudian tambahkan gula. Biarkan selama 30 menit
agar aroma buah apel keluar.
4. Pisahkan sari apel dari buahnya lalu setelah dingin sari apel dimasukkan
kedalam botol.
5. Masukkan ragi/yeast kedalam sari apel tersebut. Tutup dengan kain saring.
Fermentasi sari apel selama 1-2 minggu akan membentuk alkohol.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abu-Zaiton AS. 2011. Effect of Apple Vinegar on Physiological State of Pancreas


in Normal and Alloxan Induced Diabetic Rats. Jurnal Teknik Kimia,
6(1):7-11.
Hlebowicz J. 2007. All About Apple Cider Vinegar. New York: CBS Corporation.
Jarvis. 2010. Khasiat Cuka Apel dan Madu. Jakarta: Pustaka Press
Omegawati, W. 2011. Bioteknologi dan Fermentasi. Klaten: Intan Paeiwara.
Pramono. 2012. Efek Samping Cuka Apel. (Online): http://log.viva.co.id/news/rea
d/336962-5-efek-samping-dari-cuka-apel-untuk-kesehatan (Diakses pada
11 Februari 2017).
Rahadian, L. 2014. Heterofermentasi. (Online): http://www.academia.edu/
4537974/makalah_heterofermentasi# (Diakses pada 11 Februari 2017).

Anda mungkin juga menyukai