NIM :03031382126123
Shift/kelompok :Selasa (13.00-16.00) WIB/V
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
1) Mengetahui pengaruh kematangan apel terhadap pembuatan cuka apel.
2) Mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap pembuatan cuka apel.
3) Mengetahui prinsip dan mekanisme proses pembuatan cuka apel.
1.4. Manfaat
1) Dapat menambah pengetahuan terkait pengaruh kematangan apel
terhadap pembuatan cuka apel.
2) Dapat memperbanyak acuan dalam kajian ilmiah terkait lama fermentasi
terhadap pembuatan cuka apel.
3) Dapat memberi wawasan terkait prinsip dan mekanisme proses
pembuatan cuka apel.
1.5. Hipotesis
1) Jumlah glukosa dalam sari apel dipengaruhi kematangan apel, semakin
banyak kandungan glukosa maka semakin besar juga konsentrasi etanol
(Rosend dkk, 2019).
2) Semakin lama fermentasi, maka asam asetat yang dihasilkan akan lebih
banyak dan baik pula kualitas dari cuka apel (Andayani dkk, 2019).
3) Prinsip pembuatan cuka apel yaitu proses fermentasi. Mekanisme yang
dilakukan pada pembuatan cuka apel diawali dengan pembentukan
alkohol dan selanjutnya pembentukan cuka apel (Judoamidjojo dkk,
1992).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Buah apel memiliki umur panen sekitar 114 hari dan dapat disimpan atau
dipasarkan selama sekitar 21 hingga 28 hari. Faktanya, apel yang disimpan terlebih
dahulu cenderung memiliki rasa yang lebih baik daripada yang langsung
dikonsumsi setelah dipetik dari pohon. Buah apel memiliki karakteristik khusus
yang melibatkan proses pernafasan dan penguapan. Oleh karena itu, jika dibiarkan
terlalu lama, buah apel akan mengalami pematangan, kelewat matang, dan akhirnya
membusuk. Proses ini disebut sebagai respirasi. Buah apel memiliki berbagai
macam varietas, termasuk yang sering diimpor dari negara-negara lain. Beberapa
contohnya yaitu varietas impor dari spesies Malus domestica adalah Fuji, Red
Delicious, Granny Smith, Golden Delicious, dan juga sebagainya (Lubis, 2019).
Buah apel memiliki beragam manfaat kesehatan selain dari kandungan
vitaminnya. Beberapa zat yang ada dalam apel, seperti tanin, dapat digunakan untuk
membersihkan dan menyegarkan mulut. Apel mengandung boron, yang berperan
dalam menjaga jumlah hormon estrogen pada tubuh wanita. Kandungan flavonoid
dalam apel dapat membantu mengurangi risiko kanker, sedangkan asam D-glucaric
dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. Asam tartarat dalam apel dapat
meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dan memiliki sifat antimikroba yang
dapat membantu melawan bakteri berbahaya dalam sistem pencernaan. Semua ini
membuat apel menjadi salah satu buah yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Kandungan yang bermanfaat dalam buah apel memang membuatnya
memiliki banyak manfaat yang telah digunakan selama berabad-abad dalam bidang
kesehatan dan kecantikan, seperti yang disebutkan oleh Harjana. Penting juga untuk
menyadari bahwa bukan hanya buahnya yang memiliki beragam manfaat. Bagian
lain dari tanaman apel, seperti daunnya, juga mengandung antioksidan yang
bermanfaat. Manfaat dari daun apel dapat dikonsumsi dan dicerna dengan baik,
sangat perlu dilakukan untuk pengembangan di dalam pengolahan apel. Salah satu
cara pengembangan ini adalah dengan menghasilkan selai lembaran dari daun apel
(Ningmastuti dkk, 2021). Berdasarkan penjelasan mengenai kandungan buah apel,
berikut beberapa manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dengan mengonsumsi
apel, khususnya dalam bidang kesehatan. Apel dapat meningkatkan kekebalan
tubuh, meningkatkan kualitas penglihatan, memfasilitasi pertumbuhan tulang dan
gigi, menurunkan kolestrol, membantu pencernaan, dan lain sebagainya.
5
unit glukosa per molekul. Pati dihasilkan oleh daun hijau tanaman sebagai wadah
penyimpanan sementara hasil fotosintesis. Pati disimpan dalam bagian permanen
tanaman seperti biji, sumbu pusat, kulit kayu, akar, dan umbi yang tahan lama. Pati
berfungsi sebagai gudang karbohidrat yang penting bagi tanaman dan juga menjadi
sumber makanan yang berharga bagi manusia dan hewan (Abbas dkk, 2020).
2.1.2. Spirit Vinegar
Spirit vinegar biasa disebut cuka putih, dibuat melalui fermentasi asetat
yang berasal dari distilat alkohol yang dihasilkan dari produk fermentasi alkohol
larutan gula alami. Cuka putih adalah cairan yang tidak berwarna dan memiliki rasa
sangat asam tetapi tidak memiliki aroma khas. Ini mengandung sedikit asam amino
hasil fermentasi oleh bakteri asam asetat. Cuka putih cenderung lebih terjangkau
dan umum ditemukan di seluruh dunia. Produk ini setidaknya mengandung 4 gram
asam asetat per 100 mL pada suhu 20°C. Cuka putih juga dapat diwarnai dengan
penambahan karamel atau pewarna makanan. Produk ini dapat digolongkan sebagai
spirit vinegar, produk tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan, termasuk
berasal dari sumber pertanian dan mengalami proses fermentasi ganda. Tujuan dari
terjadinya proses fermentasi pertama adalah untuk mengubah gula menjadi alkohol.
Sementara fermentasi yang kedua memiliki tujuan untuk mengubah alkohol yang
dihasilkan dari fermentasi pertama sehingga berubah menjadi asam asetat.
2.1.3. Balsamic Vinegar
Balsamic vinegar adalah jenis cuka yang sangat tua dan aromatik,
diproduksi selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad di wilayah Italia Utara.
Bahan dasar utama dalam pembuatan Balsamic vinegar adalah sari buah anggur
yang direbus hingga mengurangi volume hingga sekitar sepertiga dari total larutan
dan memiliki konsentrasi gula yang tinggi, sekitar 30%. Fermentasi harus dimulai
dalam 24 jam setelah pengepresan, dan anggur jenis Trebiano sering digunakan
dalam proses ini. Fermentasi ini dilakukan dalam tong kayu. Balsamic vinegar
memiliki warna yang sangat cokelat dan memiliki rasa yang kaya dengan campuran
rasa asam dan manis yang khas (Febriani, 2022). Balsamic vinegar hanya tersedia
untuk kalangan kelas atas di Italia. Balsamic vinegar dapat berusia antara 12 hingga
100 tahun atau bahkan lebih, dan memiliki harga yang sangat mahal, meskipun
memiliki tingkat keasaman yang tinggi, cuka ini juga memiliki nuansa rasa manis.
7
11
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, B., Kabes, R. J., Tjolli, I., Wibowo, K., dan Richana, N. 2020. Feasibility
Study Penerapan Hasil Riset Berbasis Sagu. Papua: Program Pascasarjana
UNIPA.
Adnyani, N. M. D. 2019. Perbedaan Zona Hambat Pertumbuhan
Propionibacterium acnes pada Berbagai Konsentrasi Cuka Apel (Apple
Cider Vinegar) Secara In Vitro. [THESIS]. Denpasar (IDN). Poltekkes
Denpasar.
Andayani, N., Nurhayati, D., dan Saing, M. D. 2019. Optimalisasi Lama Fermentasi
dengan Penambahan Konsentrasi Acetobacter Aceti pada Pembuatan
Cuka Buah Apel Rhome Beauty Menggunakan Alat Fermentor. Prosiding
Seminar Nasional Hasil Pengabdian Masyarakat dan Penelitian Pranata
Laboratorium Pendidikan Politeknik Negeri Jember. Jember, 23-29
November 2019: Hal. 313-320.
Anggraini, L., dan Oktavia, N. 2023. Skrining Fitokimia dan Perbandingan Kadar
Vitamin C Apel Impor dan Lokal yang Dijual di Pasar Buah 88 Pekanbaru
Menggunakan Metode Spektrofotometer UV-Vis. Journal of Pharmacy
and Science. Vol. 6(2): 160-166.
Aryasa, I. W. T., dan Artini, N. P. R. 2022. Antibakteri Cuka Apel Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara
In Vitro. The Journal Of Muhammadiyah Medical Laboratory
Technologist. Vol. 5(2): 106-114.
Ayesha, C., Rahman, N. A., Zakiya., Handayani, E. S., dan Irdawati. 2021. Proses
Fermentasi Vinegar dan Potensinya Sebagai Obat Saluran Pencernaan.
Prosiding Seminar Nasional Biologi. Padang, 14 Desember 2021: Hal.
677-684.
Febriani, A. 2022. Manfaat Kaviar Buatan Berbahan Dasar Agar-Agar dan
Balsamic bagi Vegetarian. Jurnal Mahasiswa Pariwisata dan Bisnis. Vol.
1(9): 2292-2298.
Hardiyanto, A. 2019. Kajian Pembuatan Sirup Mentimun (Cucumis Sativus L.)
dengan Penambahan Daun Mint (Mentha piperita L.). [THESIS]. Malang
(IDN). Universitas Muhammadiyah Malang.
Judoamidjojo, M. A., Darwis, A. A., dan Sa'id, E. G. 1992. Teknologi Fermentasi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
Lubis, D. A. 2019. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Buah Apel
Fuji Impor Di Brastagi Supermarket Medan. [SKRIPSI]. Medan (IDN).
Universitas Sumatera Utara.
Mardiyah, S. 2020. Efektivitas Anti Bakteri Perasan Bawang Putih (Allium satium
L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. [SKRIPSI].
Sidoarjo (IDN). Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Ningmastuti, A. T., Devi, M., dan Soekopitojo, S. 2021. Analisis Mutu Kimia Asam
Klorogenat Selai Lembaran Apel Manalagi dengan Penambahan Bubuk
Daun Apel Manalagi (Malus Sylvestris) yang Berbeda. Prosiding
Pendidikan Teknik Boga Busana FT UNY. Yogyakarta, 16 Januari 2021:
Hal. 1-4.
Novitasari, A., Warkoyo, W., dan Winarsih, S. 2019. Pemanfaatan Limbah Padat
Sari Apel sebagai Bahan Baku Cuka Apel Menggunakan Metode
Backslop. Food Technology and Halal Science Journal. Vol. 2(1): 55-72.
Ponidi., dan Rizaly, A. 2023. Pengembangan Mikroba EM4 untuk Fermentasi
Pupuk Organik di Desa Carang Wulung Wonosalam. Jurnal Kreativitas
dan Inovasi. Vol. 3(2): 76-80.
Purnomo, V. V., Tjandra, A. S. A., dan Risma, R. 2019. Manalagi Apple Vinegar
(Malus sylvestris Mill) as Anti Diabetic to Alloxan Induced Wistar White
Male Rat. Oceana Biomedicina Journal. Vol. 2(1): 44-51.
Rosend, J., Kuldjarv, R., Rosenvald, S., dan Paalme, T. 2019. The effects of apple
variety, ripening stage, and yeast strain on the volatile composition of
apple cider. Heliyon. Vol. 5(1): 1-7.
Sari, A. R. S., Nurwantoro., Hintono, A., dan Mulyani, S. 2020. Pengaruh
Penggunaan F1 Grain Kefir sebagai Starter terhadap Kadar Alkohol, Total
Khamir dan Kesukaan Kefir Optima. Jurnal Teknologi Pangan. Vol. 4(2):
137-144.
Ulya, I. H. 2023. Analisis Kandungan Cuka Apel Manalagi (Malus sylvestris mill.)
dengan Lama Fermentasi Berbeda. [THESIS]. Malang (IDN).
Universitas islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Yulion, R., Hadriyati, A., dan Elvina, N. 2023. Antibacterial Activity of Apple
Vinegar Against the Growth of Streptococcus pyogenes. International
Journal of Pharmaceutical Sciences and Medicine. Vol. 8(6): 188-191.
LAMPIRAN CEK PLAGIARISME