Anda di halaman 1dari 11

DAYA ANTI BAKTERI EKSTRAK BUAH APEL MANALAGI TERHADAP

BAKTERI SALMONELLA THYPOSA


Oleh
Adisti Wulandari
Dosen Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang
INTISARI
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya daya hambat ekstrak apel manalagi
(Pyrus malus l) terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa.
Sampel penelitian ini menggunakan ekstrak apel manalagi segar dengan konsentrasi 50%, 25%,
12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56%. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Variabel bebas yaitu
konsentrasi ekstrak buah apel manalagi (Pyrus malus l). Variabel terikat yaitu pertumbuhan
salmonella thyposa dan Variabel terkendali adalah a. Metode dan cara kerja, b. Media untuk
pertumbuhan Salmonella thyposa, c. Jumlah Salmonella thyposa. Alat untuk membuat ekstrak
buah apel antara lain; a. Timbangan, b. Pisau, c. Blender, d. Corong Buchner, e. Labu alas bulat
1000 ml.Alat untuk uji kepekaan bakteriara lain; a. Inkubator, b. Cawan Petri, c. Tabung reaksi
dan Rak, d. Mikropipet Steril, e.Kawat Oese streril, f. Lampu spiritus. Bahan Penelitian antara
lain; a. Stock Samonella thyposa, b. Ekstrak buah apel manalagi (Pyrus malus I) dengan
konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56%., c. Media Brain Heart Infusion (BHI), d.
Media Tryptone Yeast Cysteine (TYC), e. Aquadest steril
Buah apel manalagi seberat 1 kg, daging buahnya dipotong-potong tipis lalu diblender, maka
diperoleh buah apel segar yang telah dihaluskan. Selanjutnya hasil proses tersebut direndam
dalam etanol 96% selama 3x24 jam, setiap harinya disaring dengan corong buchner dan labu
hisap. Kemudian hasil filtratnya diuapkan dengan rotary evaporator dengan suhu 45C, sehingga
didapatkan ekstrak murni 100%
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak apel manalagi mempunyai daya hambat
terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa
PENDAHULUAN
Didaerah malang dan sekitarnya banyak sekali dijumpai sayuran maupun buah-buahan
yang bermanfaat bagi kesehatan yang salah satunya adalah buah apel. Apel dikenal sebagai raja
buah-buahan yang memiliki varietas yang cukup banyak. Buah apel banyak dikonsumsi
masyarakat karena mempunyai banyak khasiat bagi tubuh (Anonim, 2002). Hipocrates, seorang
dokter berkebangsaan Yunani pada 460 377 SM, ketika itu menganjurkan kepada orang yang
mempunyai penyakit lemah jantung dan masalah pencernaan agar rajin mengkonsumsi apel. Ia
meyakini , zat yang berperan besar dalam proses perbaikan metabolism tubuh adalah antioksidan
yang terdapat dalam buah apel. Menurut Hembing (1992) seorang pakar kesehatan , menguyah
apel setiap hari juga dapat membantu membersihkan gigi di samping kandungan vitamin C yang
tinggi yang dapat membantu mencegah gusi berdarah (Anonim, 2004).
Jenis apel dari Malang adalah jenis apel manalagi, Rome Beauty dan Princes Noble. Apel
Malang banyak mengandung vitamin, contohnya seperti vitamin A,B dan C serta mineral seperti
kalsium, fosfor, zat besi, klor, magnesium, natrium, potassium dan silicon. Buah ini bisa
digunakan untuk obat batuk, penghancur batu ginjal, melancarkan pencernaan, membersihkan

tubuh dari racun dan mengobati peradangan di dalam tubuh (Sufrida, 2006). Apel mengandung
50% lebih banyak vitamin A dibandingkan jeruk. Vitamin ini berfungsi untuk menyembuhkan
influenza dan infeksi lainnya. Khasiat lainnya menjaga mata dalam kondisi baik dan mencegah
kebutaan. Vitamin B dan C penting untuk mempertahankan kesehatan syaraf . Vitamin C juga
merupakan antioksidan dan berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh dan penting untuk
pembentukan tulang dan gigi (Hemila, 1994).
Dalam penelitian ini digunakan jenis varietas apel, yaitu apel manalagi (Pyrus malus L).
Buah apel manalagi (Pyrus malus L) merupakan salah satu jenis dari apel Malang yang banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia , karena rasanya yang manis , enak, mudah didapat dan
harganya cukup terjangkau (Anonim, 2002). Salah satu khasiat dari buah apel manalagi adalah
mampu menghambat pertumbuhan bakteri (Abiyadi, 2005). Menurut Syamsuhidayat dan
Hutapea (1991), buah apel mengandung beberapa zat yang diketahui mempunyai kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan bakteri yaitu polifenol, flavonoid, saponin, pektin dan iodium.
Pektin 1% dapat membunuh bakteri streptococcus mutan penyebab penyakit gigi dan mulut.
Penelitian tentang efek antibakteri ekstrak buah apel dalam menghambat pertumbuhan
bakteri telah banyak dilakukan . ekstrak buah apel manalagi (Pyrus malus l) dapat menghambat
pertumbuhan Sterptococcus alfa mulai konsentrasi 40% (Abiyadi, 2005). Berdasarkan latar
belakang diatas peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai daya hambat ekstrak apel
manalagi (Pyrus malus l) terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa . mengingat Salmonella
thyposa cukup berpotensi untuk menimbulkan kelainan pada saluran pencernaan, sedangkan
apel manalagi (Pyrus malus l) memiliki kandungan bahan aktif yang berfungi sebagai antibakteri
dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan pencernaan tubuh.

Tinjauan Pustaka
Tinjauan tentang buah apel
1.Morfologi dan klasifikasi tanaman apel
Tanaman apel dapat hidup subur didaerah yang mempunyai temperatur udara dingin.
Tanaman apel di Eropa dibudidayakan terutama didaerah subtropis bagian utara, sedangkan apel
local di Indonesia yang terkenal berasal dari daerah Malang. Jawa Timur yang disebut sebagai
apel Malang dan berasal dari daerah Gunung Pangrango , Jawa Barat. Tanaman apel di Indonesia
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila dibudidayakan pada daerah yang mempunyai
ketinggian sekitar 700 1200 meter diatas permukaan laut (Sufrida, 2006).
s apel Malang yang dibudidayakan di Indonesia.
Jenis apel Malang yang dibudidayakn di Indonesia adalah : Rome Beauty, Manalagi dan
Princess Noble.
1). Rome Beauty
Apel jenis ini berdiameter 5 12 cm dengan berat 75 300 gram / buah. Bentuknya bulat
tapi ada beberapa yang lonjong. Mempunyai lima sekat tidak nyata dengan pucuk buah yang
berlekuk dangkal sampai agak dalam. Kulitnya berpori agak tebal dan kasar. Aromanya tidak
tajam dan rasanya segar karena mengandung cukup banyak air. Daging buahnya agak kasar
dengan warna kekuningan (Anonim, 2002).
Apel jenis Rome Beauty mempunyai rasa manis disertai rasa lebih masam dibandingapel
jenis lain (Anonim, 2004). Bagian kulit yang terkena sinar matahari berwarna merah, sedangkan
yang tidak berwarna hijau. Di pasaran , jenis ini biasa dikenal dengan apel Malang.
2). Manalagi

Bentuk buah agak bulat dengan ujung dan pangkal berlekuk dangkal, diameter 4 7 cm
dan berat 75 160 gram / buah. Buah apel manalagi berwarna hijau muda kekuningan dengan
aroma yang harum segar (Anonim, 2002). Pori kulitnya jarang-jarang . Rasanya manis dan tidak
berasa asam walaupun belum matang. Daging buahnya berwarnaputih, sedikit air dan teksturnya
agak liat. Bentuk bijinya bulat pendek dan berwarna coklat tua. Produksi buah rata rata tiap
pohonnya sekitar 75 kg per musim (Sufrida, 2006).
3). Princess Noble
Apel ini sering disebut apel hijau atau apel Australia. Ciri khas terletak pada warna kulit
buah yang tetap hijau kekuningan meskipun sudah masak. Rasanya segar sedikit asam. Buahnya
berbentuk agak bulat dengan lekukan dibagian ujung relatif dalam. Berat rata-rata tiap buah
sekitar 175 gram (Sufrida, 2006). Pori kulit buahnya halus dan renggang. Daging buah berwarna
putih, lembut dan berair. Apel ini juga mempunyai aroma yang kuat. Tangkainya panjang, kecil
dan berwarna kelabu. Bijinya berbentuk agak bulat dan berwarna coklat tua. Jika sudah berumur
tujuh tahun, produksinya bisa mencapai 30 40 kg per pohon dalam setiap musimnya (Sufrida,
2006).
3. Kandungan gizi da manfaat buah apel
Menurut Sufrida (2006) dalam 100 gr buah apel mengandung :
Energi
: 58 kal
Protein
: 0,3 gr
Lemak
: 0,4 gr
Karbohidrat : 14,9 gr
Kalsium
: 6 mg
Fosfor
: 10 mg
Serat
: 0,07 gr
Besi
: 1,30 mg
Vit. A
: 24 RE
Vit B1
: 0,04 mg
Vit B2
: 0,03 gr
Vit C
: 5 mg
Niacin
: 0,1 mg
Menurut Hembing (1992), seorang pakar kesehatan , manfaat buah apel antara lain adalah
menurunkan kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah, menstabilkan gula darah, menurunkan
nafsu makan, membunuh virus, meningkatkan HDL, memperlancar pencernaan,
mempertahankan kesehatan urat saraf, antikanker dan sebagai obat jantung yang baik.
Disamping zat-zat gizi tersebut, rahasia apel dalam mencegah penyakit terletak pada
kandungan karoten dan pektinnya yang merupakan serat larut di dalam air. Karoten memiliki
aktivitas sebagai vitamin A dan juga antioksidan yang berguna untuk menangkal serangan radikal
bebas penyebab berbagai penyakit degeneratif.
Pektin merupakan salah satu tipe serat kasar berbentuk gel yang berfungsi memperbaiki
otot pencernaan yang rusak dan membantu mendorong sisa makanan berupa faeces
keluar
dari tubuh melalui saluran pembuangan (Sufrida, 2006).
Zat aktif yang terkandung dalam buah apel

Dalam buah apel mengandung berbagai macam senyawa kimia yang berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri terutama untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri
pada saluran makan diantaranya tannin, flavonoid (dalam apel disebut kuersetin), pektin dan vit
C (Sufrida, 2006).
1. Tannin
Menurut Hagerman (2002) tannin merupakan salah satu senyawa yang diperlukan dalam
proses metabolisme tumbuhan. Meskipun tannin tidak digunakandalam fungsi primer
metabolisme seperti biosintesis dan biodegradasi, tannin mempunyai aktivitas biologi yang
bervariasi, dapat bersifat toksik dan menyerupai hormon, serta kemungkinan berfungsi untuk
melindungi pohon dari hewan herbivora dan penyakit.
Senyawa tannin dinamakan juga asam tanat dan asamgalotanat. Ada yang tidak berwarna
dan ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Asam tanat mempunyai berat molekul 1,701.
Tannin terdiri atas sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa (Harborne, 1999). Istilah
tannin sendiri berasal dari bahasa Celtic kuno yang berarti pohon oak, yang merupakan salah
satu sumber tannin untuk proses pembuatan kulit (Harborne, et al, 1999 ; Hagerman, 2002).
Apel mengandung tannin berkonsentrasi tinggi (Ikrawan, 2004). Menurut Bale-Smith
dalam Tannin Chemistry (Hagerman, 2002) mendefinisikan tannin sebagai zat fenol yang larut
dalam air dan mempunyai berat molekul antara 500 3000, serta memberikan reaksi gugus fenol
pada umumnya, yaitu mengganggu sintesis RNA dan mendenaturasi protein. Tannin mempunyai
kemampuan khusus seperti menggumpalkan alkaloid, gelatin dan protein lainnya . tannin juga
merupakan penghambat enzin yang kuat bila terkait pada protein (Wikipedia, 2007). Tannin
dapat dikategorikan sebagai true artrigen adalah rasa sepat (Anonim,2002). Rasa sepat timbul
karena koagulasi dari protein dari protein air liur dan mukosa ephitelium dengan tannin. Tannin
juga bermanfaat sebagai antibakteri dan antiseptik (Sari,Manik,2006).
Tannin dalam buah apel dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang
disebabkan oleh tumpukan plak. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar tannin
dalam ekstrak apel. Pada Journal American DentalAssociation tahun 1998 disebutkan bahwa apel
mengandung tannin dengan konsentrasi tinggi (Anonim, 2004).
2. Flavonoid
Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa bersifat racun/ aleopati, merupakan
persenyawaan glukosida yang terdiri dari gula yang terikat dengan flavon serta merupakan
senyawa golongan fenol yang mempunyai daya antibakteri dengan cara mendenaturasi protein
sel bakteri (Rahardjo,2005). Apel mengnadung senyawa flavonoid yang disebut kuersetin .
kuersetin mengandung bahan anti radang (Anonim,2005). Bila vitamin C memiliki aktivitas
antioksidan 4,7 atau setara dalam 1000 mg apel (Ikrawan,2004). Apel mempunyai aktivitas
antioksian setara dengn vitamin C sebanyak 1500 mg (Rahardjo,2005).
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa apel kaya serat fitokimia dan flavonoid . Institut
kanker nasional Amerika Serikat menyatakan, apel paling banyak mengandung zat flavonoid
dibandingkan dengan buah-buahan lainnya, selain itu, flavonoid ini dinilai dapat melindungi
tubuh dari pengaruh radikal bebas dan polusi lingkunan (Sufrida, 2006).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau , terdapat hampir disemua bagian
tanaman, yaitu : daun, akar, kulit, tepung sari, bunga , buah dan biji. Apel paling banyak
megadung flavonid bila dibandingkan buah-buahan yang lain (Syamsuhidayat dan
Hutapea,1992).
3. Pektin

Pektin merupakan senyawa polisakarida yang dapat larut dalam air dan berfungsi sebagai
pelindung bakteri dan timbulnya luka (Rahardjo, 2005). Pektin atau serat alami bersifat
melindungi tubuh dari infeksi (Ikrawan, 2004). Pektinmengandung tidak kurang dari 6,7 %
gugus metoksi OCH3 dan tidak kurang dari 74% asam galakturonat C 6H10O7. Pektin dari buah
apel manalagi (Pyrus malus l) mengandung 3,09% gugus metoksi dan 44,64% asam galakturonat
(Wikipedia,2007)
Pektin juga dikenal sebagai antikolesterol karena dapat mengikat asam empedu yang
merupakan hasil akhir metabolisme kolesterol (Sufrida,2006). Makin banyak asam empedu yang
berikatan dengan pektin dan terbuang keluar tubuh, makin banyak kolesterol yang
dimetabolisme, sehingga pada akhirnya koesterol menurun jumlahnya. Selain itu pektin juga
dapat menyerap kelebihan air dalam usus , memperlunak feces, serta mengikat dan
menghilangkan racun dari usus.
4. Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang paling efektif untuk menghambat terjadinya
kerusakan karena adikal bebas. Vitamin C ini bekerja dalam komponen air, seperti pada
sitoplasma. Vitamin C ini terdapat pada sayuran dan buah-buahan, misal apel, jeruk, mangga,
brokoli, pepaya, dll (Hemla, 1994). Apel mengandung vitamin C yang merupakan antioksidan
dan berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh. Sari buah apel sangat baik untuk melawan
berbagai serangan virus (Depkes,2000).
Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat atau kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlukan sedemikian hingga memenuhi standar baku yang telah ditetapkan (Bernasconi et al,
1995).
Ekstraksi atau penyaringan adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang
berbeda dari komponen-komponen dalam campuran . Ekstraksi atau penyaringan dipengaruhi
oleh derajat kehalusan serbuk dan perbedaan konsentrasi yang terdapat dimulai dari pusat butir
serbuk simplisia sampai kepermukaannya, maupun pada perbedaan konsentrasi yang terdapat
lapisan batas.
Menurut Bernasconi et al (1995) pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut ini : selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling bercampur,
kerapatan , reaktivitas, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat dan keduanya tidak
membentuk aseotrop. Kriteria lain dari suatu pelarut adalah murah, tersedia dalam jumlah besar,
tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak korosif,
stabil secara kimia dan termis, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi dan memiliki viskositas
yang rendah. Cairan pelarut yang ditetapkan dalam farmakope indonesia adalah air, etanol dan
eter (Depkes RI,1995).
Ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi padat ke cair, satu atau
beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada
metode ekstraksi ini , yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan bahan pelarut, maka pelarut
menembus kapiler-kapler dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak, sehingga larutan ekstrak
dengan konsentrasi yang tinggi akan terbentuk dibagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara

difusi akan terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan diluar bahan
padat (Bernasconi et al 1995).
Berdasarkan latar belakang ysng telah diuraikan , maka timbul permasalahan : apakah ada
daya hambat ekstrak apel manalagi (Pyrus malus l) terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa?

Ekstrak apel manalagi mempunyai banyak kandungan zat aktif yaitu tannin, flavonoid
dan pektin. Zat aktif tersebut dapat bersifat sebagai anti bakteri . Buah apel manalagi (pyrus
malus l) yang telah diekstraksi dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus alpha mulai
konsentrasi 40% . Pektin dari buah apel manalagi dapat membunuh Salmonella alpha dan
Salmonella enteritidis 3,5 % (Abiyadi,2005).
Buah apel yang telah diekstraksi mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena
mengandung zat aktif : tannin, flavonoid dan pektin. Senyawa polifenol yang terdapat dalam
buah apel adalah tannin dan flavonoid. Polifenol dan flavonoid merupakan senyawa golongan
fenol dan derivatnya dapat melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif secara aktif,
bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel bakeri dan merusak membran sel bakteri (Pelezar
dan Chan, 1986).
Tannin memiliki toxisitas terhadap bakteri dengan cara mendenaturasi protein pada
dinding sel Salmonella thyposa . kerusakan pada dinding sel mengakibatkan lisis pada sel
(Murray, 2002). Flavonoid mempunyai sifat antibakteri karena mampu bereaksi dengan DNA
bakteri. Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim gukosiltransferase yang dihasilkan oleh
Salmonella thyposa . Hasil interaksi ini menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas
didnding sel bakteri , mikrosom dan lisosom (Sabir, 2003). Pektin dapat berfungsi sebagai
denaturan.
2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat
disusun hipotesis sebagai berikut : ekstrak apel manalagi (Pyrus malus l) mempunyai daya
hambat terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa.

METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya daya hambat ekstrak apel manalagi
(Pyrus malus l) terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa.
Sampel penelitian ini menggunakan ekstrak apel manalagi segar dengan konsentrasi 50%,
25%, 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56%.
Kriteria sampel adalah buah apel manalagi warna dan bentuk : buah segar, warna hijau muda
kekuningan , aroma harum segar, bentuk buah agak bulat dengan ujung dan pangkal berlekuk
dangkal, kulit halus dan tebal, umur buah 4 bulan. Buah apel didapat dari Pasar buah batu
Malang.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Variabel bebas yaitu
konsentrasi
ekstrak
buah apel manalagi (Pyrus malus l). Variabel terikat yaitu pertumbuhan salmonella thyposa dan
Variabel terkendali adalah a. Metode dan cara kerja, b. Media untuk pertumbuhan Salmonella
thyposa, c. Jumlah Salmonella thyposa
Alat dan Bahan Penelitian
1).Alat untuk membuat ekstrak buah apel antara lain; a. Timbangan, b. Pisau, c. Blender, d. Corong
Buchner, e. Labu alas bulat 1000 ml
2).Alat untuk uji kepekaan bakteriara lain; a. Inkubator,
b. Cawan Petri,
c.
Tabung
reaksi dan Rak, d. Mikropipet Steril, e. Kawat Oese streril, f. Lampu spiritus
3) Bahan Penelitian antara lain;
a. Stock Samonella thyposa
b. Ekstrak buah apel manalagi (Pyrus malus I) dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
3,13%, 1,56%.
c. Media Brain Heart Infusion (BHI)
d. Media Tryptone Yeast Cysteine (TYC)
e. Aquadest steril
Pembuatan ekstrak apel manalagi
Buah apel manalagi seberat 1 kg, daging buahnya dipotong-potong tipis lalu diblender,
maka diperoleh buah apel segar yang telah dihaluskan. Selanjutnya hasil proses tersebut
direndam dalam etanol 96% selama 3x24 jam, setiap harinya disaring dengan corong buchner
dan labu hisap. Kemudian hasil filtratnya diuapkan dengan rotary evaporator dengan suhu 45C,
sehingga didapatkan ekstrak murni 100%.
Uji daya hambat ekstrak apel manalagi terhadap pertumbuhanSalmonella thyposa.
Pengenceran ekstrak apel manalagi dilakukan dengan meode penipisan seri atau dilusi
(Finegold & Baron, 1986). Penipisan seri yaitu pengenceran ekstrak dengan kelipatan setengah
dari konsentrasi sebelumnya. Dimulai dari konsentrasi 100% sampai didapatkan konsentrasi
akhir 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56%. Disediakan deret tabung yang terdiri dari 8
tabung reaksi tertutup . tabung nomer 1 sampai dengan nomer 8 masing-masing diisi dengan 2
ml media BHI cair, kemudian pada tabung nomer 1 diisi ekstrak apel manalagi konsentrasi 100%
sebanyak 2 ml sehingga pada tabung ini volumenya 4 ml, setelah dicampur konsentrasinya
menjadi 50%. Dari tabung nomer 1 diambil sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam tabung nomer
2 , dicampur sehingga konsentrasinya menjadi 25 %, demikian seterusnya sampai tabung nomer
6. Pada tabung nomer 6 dibuang 2 ml untuk memperoleh volume yang sama . dengan demikian
terjadi penipisan seri ekstrak apel manalagi dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,

3,13%, 1,56%. Setelah semua tabung selesai disiapkan , maka kedalam tabung nomer 1 sampai 7
ditambahkan 0,1 ml inokulum Salmonella thyposa. Tabung nomer 7 sebagai kontrol
pertumbuhan (Tanpa ekstrak apel manalagi)dan tabung nomer 8 sebagai kontrol sterilisasi (Tanpa
ekstrak apel manalagi dan Salmonella thyposa). Kemudian semua tabung diinkubasi dalam
inkubator selama 24 jam pada suhu 37C.
Penilaian biakan ditentukan bila kontrol negatif tetap bening dan kontrol positif menjadi
keruh. Oleh karena ekstrak apel merupakan larutan yang berwarna maka kekeruhan dalam
tabung yang seharusnya menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri agak sulit dilihat secara
visual. Untuk meyakinkan ada tidaknya pertumbuhan bakteri maka perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut yaitu dengan cara mengambil 1 oese sedimen keruh dari setiap biakan tabung
kemudian ditanam kembali pada TYC agar dengan cara streae. Selanjutnya disimpan dalam
inkubator pada suhu 37C selama 2x24 jam. Bila dalam 1x24 jam terdapat koloni bakteri pada
media, maka didalam tabung sudah ada pertumbuhan Salmonella thyposa. Dalam penelitian ini
dilakukan replikasi sebanyak 6 kali.
Dari metode ini dapat ditentukan konsentrasi hambat minimum atau Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) yaitu kadar terkecil dari ekstrak apel yang dapat menghambat pertumbuhan
Salmonella thyposa. Pertumbuhan Salmonella thyposa dari setiap percobaan / replikasi .
sehingga dari rata-rata tersebut kita dapat mengetahui nilai MIC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada ekstrak apel manalagi dihasilkan cairan yang berwarna coklat, beraroma harum dan
rasanya manis.
Tabung reaksi yang berisi ekstrak buah apel yang dicampur dengan BHIB didapatkan
konsentrasi akhir 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56% dikontakkan dengan Salmonella
thyposa kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37C , setelah 24 jam
tabung tersebut diamati kekeruhannya.
Untuk mengetahui MIC , perlu dilakukan penanaman ulang dari tiap kultur Salmonella
thyposa pada media TYC agar sehingga diketahui dengan jelas yaitu konsentrasi terendah yang
dapat menghambat pertumbuhan Salmonella thyposa sebanya 1 oese dari masing-masing tabung
reaksi ditanam dalam media TYC agar dan diinkubasikan selama 2x24 jam pad suhu 37C.
Adanya pertumbuhan Salmonella thyposa ditandai dengan adanya koloni pada media.
Hasil Ekstrak apel manalagi
Konsentrasi 50% dan 25%
: tidak ada pertumbuhan Salmonella thyposa
Konsentrasi 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56% : ada pertumbuhan Salmonella thyposa
Kontrol (+)
: ada pertumbuhan Salmonella thyposa
Kontrol (-)
: tidak ada pertumbuhan Salmonella thyposa
Pada TYC agar ekstrak apel manalagi pada konsentrasi 50% dan 25% tidak terlihat
pertumbuhan Salmonella thyposa, sedngkan pada konsentrasi 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56%
tampak pertumbuhan Salmonella thyposa. Pada ekstrak apel manalagi dengan konsentrasi 25%
merupakan konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan Salmonella typosa . Hal
ini berarti MIC ekstrak apel manalagi yang dapat menghambat Salmonella thyposa adalah 25%.

Tabel 1 Hasi pengamatan pada media TYC ekstrak apel manalagi yang dapat menghambat
pertumbuhan Salmonella thyposa.
Replikasi

50%

25%

Konsentrasi Ekstrak Buah Apel Manalagi


12,5%
6,25%
3.13%
1,56%
Kontrol
(+)

1
+
+
+
2
+
+
+
3
+
+
+
4
+
+
+
5
+
+
+
6
+
+
+
Catatan :
(-)
: tidak ada pertumbuhan Salmonella thyposa
(+)
: ada pertumbuhan Salmonella thyposa

+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+

Kontrol (-)

Pada penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa ekstrak apel manalagi mempunyai
daya hambat terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa . dari enam kali pengulangan yang
dilakukan pada penelitian ini didpatkan rata-rata hasil konsentrasi hambat minimum (MIC).
Ekstrak apel manalagi pada konsentrasi 25%.
Pembahasan
Pada penelitian ini , uji daya hambat ekstrak apel manalagi terhadap pertumbuhan
Salmonella thyposa dilakukan dengan mencampurkan suspensi Salmonella thyposa dalam media
Brain Heart Infusion Broth (BHIB) dan ekstrak apel tersebut , kemudian diinkubasikan selama
24 jam dan dilakukan pencatatan kekeruhan secara visual setelah 24 jam inkubasi. Kekeruhan
yang tampak pada tabung menunjukkan adanya pertumbuhan Salmonella thyposa karena ekstrak
buah apel manalagi pada konsentrasitersebut tidak mampu menghambat pertumbuhan
Salmonella thyposa. Sementaa tidak adanya kekeruhan pada tabung menunjukkan tidak ada
pertumbuhan Salmonella thyposa. Oleh karena pencatatan yang dilakukan secara visual dan
hanya melalui kekeruhan yang tampak, maka diperlukan penanaman ulang pada media TYC agar
untuk memastikan ada tidaknya pertumbuhan Salmonella thyposa dan diinkubasikan selama
2x24 jam dalam inkubator.
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56% dari
ekstrak apel manalagi masih ada pertumbuhan Salmonella thyposa sedangkan pada konsentrasi
25% dan 50% tidak ditemukan adanya pertumbuhan Salmonella thyposa sehingga pada
konsentrasi 25% merupakan konsentrasi hambat minimum (MIC) ekstrak apel manalagi terhadap
pertumbuhan Salmonella thyposa .Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak apel manalagi
mampu menghambat pertumbuhan Salmonella thyposa . Tidak tumbuhnya Salmonella thyposa
tersebut kemungkinan adanya kandungan bahan aktif pada ekstrak apel, yaitu tannin, flavonoid,
pektin dan vitamin C. Kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai anti bakteri yaitu tannin,
flavonoid, dan pektin. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat
menghambat pertumbuhan Salmonella thyposa . adanya pertumbuhan Salmonella thyposa pada
media TYC agar disebabkan adanya kadar bahan aktif yang memiliki daya anti bakteri , yaitu
tannin, flavonoid, dan pektin kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan Salmonella

thyposa . Tidak adanya pertumbuhan Salmonella thyposa pada media TYC agar disebabkan oleh
sifat bakterisid dari bahan aktif tersebut efektif untuk membunuh Salmonella thyposa.
Penelitian ini hanya menentukan efektivitas ekstrak buah apel manalagi dalam
menghambat pertumbuhan Salmonella thyposa dan tidak dilakukan pengujian untuk menentukan
bahan aktif apa saja yang terkandung dalam buah apel manalagi yang diduga berperan sebagai
anti bakteri dan banyaknya kandungan bahan aktif tersebut pada buah apel manalagi.
Antimikroba terbagi menjadi lima golongan berdasarkan sifat penghambatannya
terhambat mikroba, yaitu antiseptik dan desinfektan, antimikroba sistemik, antimikrobakterial,
antifungal dan antivirus (Remington, 2000). Dari penelitian ini didapatkan bahwa tannin dalam
ekstrak manalagimerupakan unsur yang penting. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran
kadar tanninpada kedua jenis ekstrak apel, namun pada journal American Dental Association
tahun 1998 disebutkan bahwa buah apel mengandung tannindengan konsentrasi tinggi (Anonim,
2004).
Apabila dilihat dari tatacara bereaksinya denganprotein membran bakteri, maka
tannintermasuk dalam bahan yang bersifat antiseptik sehingga dari hasil penelitian ini didapat
bahwa ekstrak apel memberikan efek antiseptik. Antiseptik merupakan bahan kimia yang dapat
mencegah atau mematikan pertumbuhan mikroorganisme patogen. Daya antiseptik tannin
disebabkan oleh adanya gugus pirogalol dan gugus galoil yang merupakan gugus fenol, dengan
cara kedua gugus tersebut bereaksi dengan protein membran bakteri dan mengkoagulsinya (Kun
Harismah, 1996).
Antiseptik tidak digunakan untuk menyembuhkan penyakit namun digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi dengan cara merusak atau mematikan mikroorganisme. Mekanisme
kerja antiseptik ada beberapa macam, diantaranya bekerja sebagai oxidizing and alkylating
agents, mendenatrasi protein, menurunkan tegangan permukaan dan menghambat sintesa enzim
(Remington, 2000). Dalam penelitian ini , tannin menghambat pertumbuhan Salmonella thyposa
dengan cara bereaksi dengan sel protein Salmonella thyposa sehingga terjadi denaturasi protein.
Adanya koagulasi protein pada dinding sel Salmonella thyposa menyebabkan gangguan
mebolisme sehingga terjadi kerusakan pada dinding sel dan akhirnya menyebabkan sel lisis
(Murray, 2002).
Flavonoid mempunyai sifat antibakteri karena mampu bereaksi dengan DNA bakteri.
Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase yang dihasilkan oleh
Salmonella thyposa . Hasil ineraksi ini menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding
sel bakteri, mikrosom dan lisosom (Sabir, 2003).
Pektin berfungsi sebagai denaturan. Vitamin C pada buah apel merupakan antioksidan
yang berfungsi menigkatkan kekebalan tubuh dari serangan radikal bebas, meningkatkan sistim
imun, sehingga dapat melawan berbagai serangan penyakit. Vitamin C berperan penting sebagai
penunjang kesembuhan melalui kemampuannya dalam mempercepat regenerasi jaringan, yaitu
dengan pembentukan kolagen pada jaringan ikat, pembentukan membran basalis dan matriks
antar sel sehingga mempercepat waktu penyembuhan (Hemila, 1994).
Ekstrak buah apel manalagi terbukti dapat menghambat pertumbuhan Salmonella thyposa
berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh . dari hasil penelitian tentang daya hambat ekstrak
buah apel manalagi (Pyrus malus I) terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa ini telah diketahui
bahwa ekstrak buah apel manalagi memiliki daya hambat erhadap pertumbuhan Salmonella
thyposa karena kandungan bahan aktif didalamnya , yaitu tannin, flavonoid, pektin dan Vitamin
C.

KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak apel manalagi mempunyai daya
hambat terhadap pertumbuhan Salmonella thyposa .
Saran
Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menentukan komposisi bahan aktif yang
terkandung pada ekstrak buah apel yang diduga berperan sebagai antibakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Hagerman, Ann, E. 2002. Tannin Handbook. Miami University. USA
Harborne JB.1996. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I,
Teknologi Bandung.

penerjemah, Bandung: Institut

Hembing, 2006, Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit, Pustaka Bunda Universitas, Jakarta.
Hemila H. 1994. Does vitamin C alleviate the symptoms of the common cold? A review of current
evidence. Scand. J. Infect. Dis. 26:16
Ikrawan,

Yusep.
2004.
Minyak
Ikan
dan
rakyat.com/cetak/0704/22/cakrawala/lainnya03.htm

Omega

3.

http://www.pikiran-

Rahardjo IB, Effendie K, Marwoto B. 2004. Profil Komoditas Tanaman Hias Menunjang Strategi
Penelitian untuk Pengembangan Agribisnis Florikultura. Laporan akhir. Proyek Pengkajian
Teknologi Pertanian Partisipatif, The Participatory Development of Agriculture Technology
Project (PAATP). Balai Penelitian Tanaman Hias. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura.
Sufrida dan Maloedyn S. 2006. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Edisi 1. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Syamsuhidayat, S.S. dan J.R. Hutapea. 1991.
Kesehatan RI. Jakarta.

Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Departemen

Anda mungkin juga menyukai