PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan .
1. Mengetahui pengaruh variasi massa ragi terhadap cuka apel yang
dihasilkan.
2. Mengetahui indikator cuka apel yang berkualitas tinggi.
3. Mengetahui pengaruh rasio apel dan air yang digunakan terhadap kualitas
cuka apel.
1.4. Manfaat .
1. Dapat mengetahui pengaruh variasi massa ragi terhadap cuka apel yang
dihasilkan.
2. Dapat mengetahui indikator cuka apel yang berkualitas tinggi.
3. Dapat mengetahui pengaruh rasio apel dan air yang digunakan terhadap
kualitas cuka apel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Apel
Apel adalah tanaman buah yang biasa tumbuh di iklim sub tropis. Apel di
Indonesia dikembangkan di beberapa wilayah. Pada pembuatan cuka apel, buah
apel yang umumnya digunakan adalah jenis apel hijau Malang (manalagi) yang
memiliki nama latin Malus sylvestris Mill. yang berasal dari Australia dan kini
sedang dikembangkan di Indonesia. Apel untuk cuka biasanya terlalu asam dan
sepat untuk dimakan segar, tetapi memberikan rasa yang nikmat pada cuka.
Morfologi buah apel adalah berbentuk bulat sampai lonjong, bagian pucuk
buah berlekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan
renggang, buni, dan mengkilat. Buah apel berwarna merah di luar saat matang,
namun ada juga yang berwarna hijau atau kuning. Dagingnya keras, ada banyak
bibit di dalamnya dan banyak kandungan kimia yang terkandung dalam buah apel.
Umumnya, buah apel dapat dipanen pada umur 4 sampai 5 bulan sejak
bunga mekar, tetapi ini tergantung pada varietas dan iklim. Jika kondisi cuaca
sedang bagus, maka panen dapat dilakukan kurang dari empat bulan. Sebaliknya,
jika cuaca kurang mendukung, maka kemungkinan panen dilakukan lebih dari lima
bulan. Ciri fisiologis buah yang telah masak adalah bentuk dan ukurannya sudah
maksimal, aroma buahnya terasa, warnanya tampak segar dan cerah, dan terasa
empuk jika ditekan. Pemanenan sebaiknya dilakukan serempak di setiap kebun.
3
4
Buah apel mengandung pektin yang dapat melindungi tubuh dari infeksi.
Pektin adalah senyawa polisaccharida yang dapat terlarut di dalam air dan
membentuk cairan kental (jelly) yang disebut mucilage atau mucilagines. Cairan ini
dapat berfungsi sebagai pelindung yang melapisi selaput lendir lambung dan usus.
Dinding lambung dan usus akan terlindungi jika terdapat luka, kuman, atau toksin.
Pektin juga dikenal sebagai antikolesterol karena dapat mengikat asam
empedu yang merupakan hasil akhir metabolisme kolesterol. Semakin banyak asam
empedu yang berikatan dengan pektin dan terbuang ke luar tubuh, maka semakin
banyak kolesterol yang dimetabolisme, sehingga jumlah kolesterol menurun pada
akhirnya. Pektin juga dapat menyerap kelebihan air dalam usus, memperlunak feses,
serta mengikat dan menghilangkan racun dari usus. Jika berinteraksi dengan vitamin
C, maka pektin dapat menurunkan kolesterol darah. Secara tidak langsung, apel juga
dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit maag, lambung, dan diare.
Kandungan vitamin paling banyak terkandung di dalam buah apel. Vitamin
merupakan nutrisi organik yang diperlukan dalam jumlah kecil yang umumnya
tidak dapat disintesis oleh tubuh, sehingga perlu masukan dari diet. Ketiadaan dan
defisiensi vitamin dapat menyebabkan sindroma dan munculnya sifat-sifat
kekurangan vitamin. Vitamin yang terkandung dalam apel merupakan vitamin yang
larut dalam air. Apel juga memiliki kandungan tanin yang berkonsentrasi tinggi.
Tanin mengandung zat yang dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang
disebabkan oleh tumpukan plak. Selain itu, tanin juga dapat berfungsi untuk
mencegah infeksi saluran air seni dan menurunkan resiko penyakit jantung.
Asam asetat dalam industri digunakan sebagai bahan baku sintesis serat
dan plastik. Di dalam laboratorium, asam asetat digunakan sebagai pelarut dan
pereaksi. Larutan asam asetat dengan kadar 3% sampai 6% disebut cuka makan
yang dibuat melalui peragian sari buah apel, anggur, dan sari buah lain, atau
pengenceran asam asetat sintetis. Asam asetat yang ada di dalam cuka memiliki
kemampuan untuk memperlambat enzim disakarida dalam proses metabolisme
karbohidrat, sehingga dapat menurunkan glukosa dalam darah. Kombinasi antara
kandungan asam asetat, senyawa aktif flavonoid, dan antioksidan yang terkandung
dalam cuka buah diduga dapat mencegah reaksi oksidatif, sehingga dapat
memperbaiki kerusakan sel beta pankreas dan meningkatkan sekresi insulin.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Coklat
1 3 Cair Bau Apel
Keruh
Coklat
2 6 Cair Bau Apel
Keruh
14
15
Terdiri dari 2
Kuning lapisan:
1 3 Bau Tape
Keruh -Atas Cair
-Bawah Padatan
Terdiri dari 2
Kuning lapisan:
2 6 Bau Tape
Keruh -Atas Cair
-Bawah Padatan
16
17
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin tinggi massa ragi, maka semakin baik kualitas cuka apel yang
dihasilkan.
2. Indikator cuka apel yang berkualitas tinggi dapat ditinjau dari hasil
fermentasi alkohol yang memiliki warna kekuningan, berbau alkohol, dan
terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan atas yang berfase cair dan lapisan
bawah yang berfase padat.
3. Rasio apel dan air yang sesuai akan meningkatkan kualitas cuka apel.
4. Semakin tipis irisan apel, maka semakin efektif proses fermentasi yang
berlangsung.
5.2. Saran
1. Pengirisan apel sebaiknya digunakan dengan menggunakan pisau yang
tipis dan tajam, sehingga irisan apel yang dihasilkan semakin tipis.
2. Campuran sari apel dan ragi sebaiknya dikocok hingga homogen, sehingga
proses fermentasi berlangsung dengan efektif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Atro, R. A., dkk. 2015. Keberadaan Mikroflora Alami dalam Fermentasi Cuka Apel
Hijau (Malus sylvestris Mill.) Kultivar Granny Smith. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. 4(3): 158−161.
Benita, C. 2011. Penetapan Kadar Asam Asetat pada Fermentasi Cuka Apel pada
Hari Ke-14−Hari Ke-28. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Gorie, M. B. D. Pembuatan Cuka Apel Fuji (Malus ‘Fuji’) Menggunakan
Saccharomyces cerevisiae dan Acetobacter acetii. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Karim, N. M. 2011. Perbandingan Efektivitas Cuka Apel dan Dietilpropion
terhadap Penurunan Berat Bada Tikus (Rattus novegicus). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Kompas. 2009. Beragam Manfaat Cuka. (Online): https://lifestyle.kompas.com/re-
ad/2009/04/24/16011763/beragam.manfaat.cuka (Diakses pada tanggal 12
Maret 2018).
Nendissa, S. J., dkk. 2015. Pengaruh Konsentrasi Ragi Saccharomyces cerevisiae
dan Lama Fermentasi terhadap Kualitas Cuka Tomi-tomi (Flacourtia
inermis). Agrotekno. 4(2): 50−55.
Nugraheni, M. 2004. Potensi Makanan Fermentasi sebagai Makanan Fungsional.
Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Sunarko, S. 2017. Cuka Apel Memiliki Manfaat dan Efek Samping yang Perlu Kamu
Ketahui. (Online): https://sehatafiat.com/cuka-apel/ (Diakses pada tanggal
12 Maret 2018).
Yulianti, S., dkk. 2006. Menuju Hidup Sehat: Khasiat & Manfaat Apel. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Zubaidah, E., dkk. 2015. Efek Cuka Apel dan Cuka Salak terhadap Penurunan
Glukosa Darah dan Histopatologi Pankreas Tikus Wistar Diabetes. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 28(4): 297−301.