Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Rasio Mol Minyak dengan Metanol pada Pembuatan

Biodiesel dari Minyak Kedelai terhadap Rendemen dan Densitas


Biodiesel
Annisia Dwi Rosalina, Aura Nabila, Darmawilly Iteh, Medias Indah Monica Sari
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Corresponding author: chelsi1399@gmail.com

Abstrak

Biodiesel merupakan senyawa metil ester yang didapatkan dari proses transesterifikasi baik dari
minyak nabati maupun hewani. Penelitian ini bertujuan untuk membuat Metil ester dari bahan baku
minyak kedelai, menguji pengaruh dari penambahan konsentrasi sukrosa terhadap tingkat transparansi
sabun yang dibuat dari dua jenis minyak yaitu Virgin Coconut Oil (VCO) dan minyak zaitun. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah rasio mol minyak dan metanol 1;6, 1:7, 1;8. Parameter pengamatan
meliputi persen rendemen dan densitas pada biodiesel yang dihasilkan. Sabun traansparan dari VCO
dengan konsentrasi sukrosa 45% merupakan sabun dengan tingkat transparansi yang paling disukai
oleh panelis. Hasil penelitian pada sabun dari VCOmempunyai nilai pH 10-11 dan sabun dari minyak
zaitun mempunyai nilai pH 11-12.Adanya variasi konsentrasi sukrosa pada pembuatan sabun tidak
berepngaruh secara signifikan terhadap kestabilan busa dan nilai pH.

Kata kunci: Biodiesel, minyak Kedelai, Virgin Coconut Oil, metode panas

I. PENDAHULUAN pengembangan energi baru dan terbarukan.


Meningkatnya penelitian dan pengembangan Energi terbarukan sendiri dapat hadir untuk
dari sumber energi baru dan terbarukan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil di
didasarkan atas peningkatan akan permintaan masa yang akan datang.
energi dunia, kurang stabilnya harga minyak Biodiesel sebagai bahan bakar alternatif
bumi, dan polusi yang disebabkan oleh memiliki beberapa keuntungan dan dapat
penggunaan bahan bakar fosil. Biodiesel sendiri digunakan sebagai dasar pertimbangan sebagai
merupakan salah satu jenis dari energi pengganti pemakaian bahan bakar solar.
terbarukan, dikarenakan sumbernya berasal dari Biodiesel sendiri bersifat biodegradable, ramah
minyak dari bagian tumbuhan ataupun lemak lingkungan, dan tidak beracun. Biodiesel dapat
yang berasal dari hewan. Upaya pemanfaatan secara tepat menggantikan minyak solar karena
menggunakan sumber dari energi alternatif dan kemiripan sifat seperti titik nyala, angka setana
energi baru dan terbarukan belum sebanding serta nilai pemanasan volumetrik, yang
dengan kebutuhan energi yang terus meningkat. sebanding dengan bahan bakar diesel dari fosil
Manajemen dari pemanfaatan energi baru yang (Aransiola dkk, 2010).
lebih baik sangatlah dibutuhkan, hal ini sendiri Kedelai merupakan salah satu komoditas
dapat dilakukan dengan mengupayakan pangan unggulan di Indonesia, produksi dari

1
kedelai sendiri pada tahun 2015 menurut Badan 15) Statif dan klem
Pusat Statistik adalah sebanyak 963.183 ton. 16) Batang pengaduk
Pembuatan biodiesel sendiri dapat 17) Pompa
menggunakan minyak dari biji kedelai atau 18) Erlenmeyer
soybean oil dimanfaatkan sebagai salah satu 19) Selang
bahan baku pembuatan biodiesel karena adanya 2.3 Bahan yang digunakan
kandungan asam lemak yang dapat 1) NaOH

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan 2) Aquadest

biodiesel. Pembuatan biodiesel atau metil ester 3) Minyak kedelai

dari minyak nabati memerlukan bahan 4) Metanol

tambahan seperti metanol untuk reaksi sintesis 5) Es Batu

dan adanya kondisi operasi yang memadai 2.4. Prosedur Penelitian


sehingga reaksi pembentukan metil ester dapat Reaksi Transesterifikasi
terjadi. Variasi yang berbeda-beda dalam setiap 1) Rangkai alat dan larutkan NaOH 0,5 %
kondisi diperlukan penelitian sehingga (b/v) volume minyak dalam larutan
mengetahui rasio yang optimal. metanol.

II. METODOLOGI PENELITIAN 2) Minyak kedelai sebanyak 200 ml


dimasukkan dalam labu leher tiga lalu
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan metil ester dilakukan pada dipanaskan sampai suhu 55oC.
Senin 15 April 2019 dan Selasa 16 April 2019. 3) Larutan NaOH dan metanol
Analisa metil ester dilakukan pada Kamis 18 dimasukkan dalam labu leher tiga yang
April di Laboratorium Rekayasa Proses, Produk berisi minyak kedelai dengan
Industri Kimia. perbandingan minyak dan metanol 1:6,
kemudian diaduk menggunakan
2.2. Alat yang Digunakan
magnetic stirrer.
1) Beaker glass 1000 ml
4) Campuran minyak, metanol, dan
2) Beaker glass 250 ml
NaOH direaksikan selama 100 menit
3) Termometer
dengan suhu 60 oC.
4) Gelas ukur 100 ml
5) Setelah 100 menit reaksi, campuran
5) Gelas ukur 50 ml
dituangkan ke dalam corong pisah dan
6) Heating mantle
didiamkan selama 24 jam hingga
7) Neraca analitis
terbentuk dua lapisan, lapisan atas
8) Magnetic stirrer adalah metil ester dan lapisan bawah
9) Spatula adalah gliserol.
10) Piknometer 6) Gliserol dipisahkan dari metil ester
11) Labu leher tiga menggunakan corong pemisah.
12) Pipet tetes 7) Metil ester yang dihasilkan lalu dicuci
13) Corong pisah menggunakan aquadest yang
14) Kondensor sebelumnya telah dipanaskan hingga

2
mendidih, sampai air cucian menjadi pada sabun dari VCO dan sabun dari minyak
bening. zaitun. Panelis menyukai transparansi pada
8) Metil ester yang telah dicuci kemudian variasi sukrosa dengan konsentrasi 45% pada
o
diuapkan dengan suhu 100 C untuk sabun berbahan dasar Virgin Coconut Oil
menghilangkan kadar air, sampai tidak (VCO). Tingkat kesukaan panelis berdasarkan
terdapat gelembung. transparansi sabun secara berturut-turut adalah
9) Ulangi langkah 1-7 untuk rasio minyak pada penambahan sukrosa sebesar 45%, 35%,
dan metanol 1:7 dan 1:8, kemudian dan 25%. Panelis menyatakan cukup menyukai
analisa hasil. sabun dari minyak zaitun namun tidak
Tahap Pengujian Metil Ester memberikan penilaian tingkat transparansi.
1) Uji densitas, hitung massa piknometer
kosong dan piknometer yang berisi 60
50
metil ester, kemudian massa
40
piknometer yang berisi metil ester
Nilai
30
dikurangi massa piknometer kosong
20
dan dibagi dengan volume piknometer. 10
2) Uji Bakar. Bahan sejenis kayu 0
dicelupkan dalam bahan bakar metil 25 35 45
Konsentrasi Sukrosa(%)
ester. Kayu yang sudah dibahasi metil VCO

ester secara merata kemudian dibakar, Gambar 4.1. Grafik Uji Organoleptik Transparansi Sabun
uji bakar dilihat dari adanya nyala api
Proses pembuatan sabun transparan ini,
yang muncul saat proses pembakaran.
sukrosa akan berpengaruh terhadap tingkat
3) Perhitungan persen rendemen, hitung
transparansi sehingga semakin tinggi
massa metil ester yang dihasilkan,
konsentrasi sukrosa maka transparansi akan
kemudian massa metil ester dibagi
semakin meningkat. Tanpa adanya penambahan
dengan massa dari trigliserida, lalu
sukrosa akan membuat sabun terlihat lebih
dikalikan 100%.
opaque (tidak transparan). Diketahui dari
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini bahwa pada saat penyimpanan
Uji Organoleptik
terdapat bulir-bulir seperti busa yang
Uji organoleptik dilakukan terhadap 13
mengkristal dipermukaan atas sabun sebagai
orang panelis tidak terlatih. Panelis diminta
akibat adanya konsentrasi sukrosa yang tinggi.
untuk memberikan penilaian terhadap beberapa
Semakin tinggi konsentrasi sukrosa maka
parameter pengujian yakni aroma, kekerasan,
semakin banyak kristal yang timbul, munculnya
transparansi, dan kelembutan saat pemakaian
kristal tersebut diduga karena tidak larutnya
yang dituangkan di dalam kuisisoner yang
gula secara sempurna saat proses pelarutan.
diberikan. Gambar 4.1. menunjukkan rata-rata
Gula yang dilarutkan ke dalam akuades
hasil uji organoleptik tingkat penerimaan
menghasilkan larutan yang sedikit kental dan
panelis terhadap transparansi dengan
pada konsentrasi sukrosa 45% terdapat butiran
konsentrasi sukrosa adalah 25%, 35%, dan 45%
gula yang tidak terlarutkan.

3
Sabun padat yang dihasilkan dari Virgin digunakan pada penelitian ini berbeda dengan
Coconut Oil (VCO) menunjukkan bahwa pada minyak zaitun yang beredar di pasaran, minyak
setiap konsentrasi penambahan sukrosa yang digunakan merupakan minyak zaitun kelas
memiliki dimensi gradasi transparansi warna murni.
sabun yang berbeda. Semakin besar konsentrasi
60 VCO Minyak Zaitun
sukrosa yang ditambahkan, maka sabun yang
50
terbentuk akan semakin transparan. Hal ini
40

Nilai
berarti peningkatan konsentrasi sukrosa atau 30
gula pasir berbanding lurus dengan tingkat 20
transparansi sabun. Hal ini juga terjadi pada 10
0
sabun yang dihasilkan dari minyak zaitun,
25 35 45
hanya saja sabun yang terbentuk tidaklah
Konsentrasi Sukrosa (%)
transparan dengan tingkat warna yang berbeda-
beda. Semakin besar konsentrasi sukrosa maka Gambar 4.2. Grafik Uji Organoleptik Kelembutan Saat
Pemakaian Sabun
semakin terang warna sabun dari minyak zaitun
Gambar 4.2. menunjukkan bahwa semakin
yang terbentuk. Selain berpengaruh terhadap
besar penambahan sukrosa tidak akan
tingkat transparansi, sukrosa juga berfungsi
meningkatkan kelembutan saat pemakaian
sebagai humektan, sehingga sukrosa akan
sabun transparan berbahan VCO. Panelis
membuat sabun transparan tampak menarik,
menyukai sabun transparan dari VCO pada saat
lembut, dan juga dapat merawat kulit dengan
penambahan konsentrasi sukrosa sebesar 25%.
baik.
Panelis lebih menyukai sabun padat transparan
Sukrosa yang baik untuk proses pembuatan
dari minyak zaitun dari segi kelembutan pada
sabun transparan adalah sukrosa yang apabila
saat pemakaian, dan panelis juga paling
dicairkan tampak bening seperti gliserin, namun
menyukai kelembutan sabun dari minyak zaitu
pada penelitian ini penulis menggunakan
pada konsentrasi sukrosa sebesar 35%. Hal ini
sukrosa berupa gula konsumsi yang memiliki
karena minyak zaitun diduga memiliki
warna dasar sedikit kekuningan. Sehingga sabun
kandungan vitamin E tiga kali lebih banyak dari
padat yang dihasilkanpun memiliki warna yang
VCO sehingga terasa lebih lembut ketika
sedikit keruh. Sabun padat yang dihasilkan dari
bersentuhan dengan kulit.
VCO memiliki warna yang putih dan transparan
Minyak zaitun memiliki manfaat yang sangat
sedangkan sabun padat yang dihasilkan dari
baik bagi kesehatan tubuh, kecantikan wajah,
minyak zaitun memiliki warna kuning agak
rambut, kulit, dan untuk mengatasi berbagai
keruh. Sabun yang dihasilkan mengikuti warna
masalah gangguan penyakit. Kandungan asam
dasar minyak. Hal ini terjadi karena perbedaan
oleat yang tinggi pada minyak zaitun sangat
warna bahan baku yang digunakan. VCO tidak
bermanfaat bagi kulit. Minyak zaitun yang
berwarna (bening) sedangkan minyak zaitun
sudah diolah menjadi sabun dianggap sebagai
memiliki warna kuning kehijauan karena
obat terbaik untuk kulit kering karena dapat
mengandung zat karetonoid yang menyebabkan
membantu mengangkat sel kulit mati dan
timbul warna pada minyak. Minyak yang

4
melembabkan kulit bersisik. Selain itu, minyak Kedua Gambar ini menunjukkan adanya
zaitun juga mampu mengurangi bekas luka dan perubahan berupa peningkatan atau penurunan
mengencangkan kulit keriput (Widyasanti dan ketinggian busa, namun tidak secara signifikan.
Rohani, 2017). Sabun transparan dari VCO memberikan
ketinggian busa yang lebih kecil dibandingkan
Stabilitas Busa
dengan sabun dari minyak zaitun, namun tingkat
Pengujian stabilitas sabun dilakukan selama
penurunan busa keduanya terbilang sama yakni
satu jam dengan melarutkan sejumlah sampel
rata-rata 0,25 cm. Hal ini terjadi karena pada
dalam air dengan perbandingan 1 gram sampel
saat dilakukan pengocokan, botol yang
dalam 9 ml air di dalam bejana atau wadah
berisikan sabun VCO di kocok lebih cepat dan
dengan ukuran dan bentuk yang sama ,
lebih kencang dibandingkan botol yang
kemudian diukur ketinggian busa sesaat setelah
berisikan sabun dari minyak zaitun. Pengujian
dikocok dan setelah busa didiamkan selama 1
secara statistik menunjukkan tidak ada
jam. Tampak Gambar 4.3. bahwa ketinggian perbedaan yang signifikan dari variasi
busa untuk masing-masing konsentarsi konsentrasi penambahan sukrosa.
penambahan sukrosa pada formulasi sabun Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
padat transparan dari Virgin Coconut Oil (VCO) variasi konsentrasi dari sukrosa tidak
dan pada Gambar 4.4. untuk sabun berbahan mempengaruhi kestabilan busa. Hingga saat ini
dasar minyak zaitun. masih belum ada standar nilai yang pasti untuk
2.6 kestabilan busa itu sendiri. Busa adalah dispersi
gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat
Tinggi Busa (Cm)

2.5
pembusa (surfaktan). Kecepatan pembentukan
2.4 busa dan stabilitas busa merupakan dua hal
penting untuk produk pembersih tubuh.
2.3
Umumnya konsumen beranggapan bahwa
2.2 sabun yang baik adalah sabun yang
25 35 45 menghasilkan banyak busa, padahal banyaknya
Konsentrasi Sukrosa (%)
sesaat setelah dikocok busa tidak selalu sebanding dengan kemampuan
Grafik 4.3. Stabilitas Busa Sabun VCO daya bersih sabun. Karakteristik busa sendiri
dipengaruhi oleh adanya bahan aktif sabun atau
3.6
surfaktan atau penstabil busa. Busa yang banyak
3.4 dan stabil lebih disukai daripada busa yang
3.2 sedikit atau tidak stabil. Busa dapat stabil
Nilai

dengan adanya zat pembusa. Zat pembusa


3
bekerja untuk menjaga agar busa tetap
2.8 terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana
25 35 45
Konsentrasi Sukrosa (%) molekul gas akan terdispersi dalam cairan.
Sesaat Setelah Dikocok Larutan yang mengandung surfaktan akan
Gambar 4.4. Grafik Stabilitas Busa Sabun Minyak Zaitun menghasilkan busa yang stabil bila dicampur
dengan air. Sukrosa tidak mengandung bahan-

5
bahan aktif permukaan sehingga tidak sabun. Rantai C yang baik untuk fungsi
berpengaruh terhadap kestabilan busa kekerasan yaitu rantai C16-C18. Asam lemak
(Purnamawati, 2006). Busa pada kedua sabun rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan
terlihat berwarna putih dan tidak menimbulkan menghasilkan sabun cair. Asam lemak rantai
gelembung busa. panjang dan jenuh akan menghasilkan sabun
Pengujian kedua jenis sabun ini tidak padat. Sabun yang dihasilkan dari asam lemak
menghasilkan banyak busa dan terasa licin di dengan bobot molekul kecil akan lebih lunak
kulit. Sabun yang menghasilkan banyak busa daripada sabun yang dibuat dari asam lemak
justru berpotensi mengangkat sebagian lapisan dengan bobot molekul besar (Steeve, 2008).
lipid pada kulit. Itulah mengapa kulit seringkali Penilaian kesukaan terhadap tekstur kekerasan
terasa kesat atau kering. Licin yang dirasakan sabun dilakukan dengan cara melihat dan
bisa jadi merupakan efek kandungan pelembap merasakan tekstur atau tampilan sabun
di dalam sabun. Sebab beberapa sabun transparan yang dihasilkan kemudian
menambahkan kandungan ekstra misalnya menilainya berdasarkan tingkat kesukaan.
kandungan pelembap atau minyak. Penambahan Panelis memberikan respon terhadap
gliserin berfungsi sebagai zat yang memberikan tekstur sabun padat transparan yang dihasilkan
agar efek lembut dan lembapnya terasa hingga dengan nilai rata-rata tertinggi pada penggunaan
setelah mandi. sukrosa 35% untuk sabun dari VCO dan minyak
Sabun adalah produk perawatan diri yang zaitun dan kurang menyukai sabun konsentrasi
berfungsi untuk membersihkan kotoran sukrosa 25%. Sabun yang dihasilkan dari asam
sehingga kesan kesat atau bersih setelah laurat memiliki ketahanan yang tidak terlalu
pemakaian sabun menjadi faktor yang cukup besar, artinya sabun padat yang dihasilkan tidak
penting dalam penilaian kesukaan terhadap cukup keras. Asam oleat pada minyak zaitun
sabun transparan yang dihasilkan. Penilaian berfungsi sebagai bahan pelembab pada sabun
kesukaan terhadap kesan kesat dan lembut padat trasnparan.
dilakukan dengan cara terlebih dahulu mencuci Tingkat Keasaman
tangan dengan sabun kemudian menyeka air Berdasarkan SNI 06-3532-1994, pH sabun
yang menempel pada kulit. Hasil penelitian ini mandi tidak ditetapkan secara khusus
juga menunjukkan bahwa semakin tinggi standardnya. Tingkat atau derajat keasaman
konsentrasi sukrosa, maka kekerasan sabun (pH) sabun sangat berpengaruh terhadap kulit
semakin menurun. Tekstur sabun dari minyak pemakainya meskipun standarnya tidak
VCO pada konsentrasi penambahan sukrosa diketahui secara pasti. Umumya, sabun yang
45% tidak memiliki kekerasan seperti sabun dipasarkan di masyaraat mempunyai nilai pH 9-
yang lain. Begitu pula dengan sabun berbahan 10,8. Sabun yang memiliki pH tinggi dapat
minyak zaitun dengan penambahan 45% meningkatkan pertumbuhan bakteri

sukrosa, tampak sabun sedikit lembek dan Propionibacterium dan membuat kulit menjadi

berminyak. kering. Hal ini dapat terjadi karena sabun

Pemilihan rantai C dari komposisi asam dengan pH tinggi dapat menyebabkan keratin
menjadi rusak sehingga memudahkan masuknya
lemak bahan baku yang digunakan juga
bakteri yang menyebabkan kulit menjadi kering
mempengaruhi kelembutan atau kekerasan

6
dan pecah-pecah. Sabun dengan pH rendah 1. Konsentrasi sukrosa berpengaruh terhadap
dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Shintia, tingkat transparansi sabun dari Virgin
2016). Pengukuran ini bertujuan untuk melihat Coconut Oil(VCO). Semakin besar
pH sediaan yang berpengaruh terhadap iritasi konsentrasi sukrosa maka akan semakin
kulit. Jumlah alkali yang ada mempengaruhi transparan sabun yang dihasilkan. Tingkat
besarnya nilai pH. Pembuatan sabun melibatkan transparansi sabun yang paling disukai
pemakaian sejumlah besar NaOH. panelis adalah sabun dari VCO dengan
konsentrasi sukrosa 45%. Sabun yang
13
Tingkat Keasaman (pH)

VCO Minyak Zaitun dihasilkan dari minyak zaitun tidak


12
transparan namun memberikan tingkat
11 warna yang berbeda-beda. Semakin besar
10 konsentrasi sukrosa maka warna sabun
yang dihasilkan akan semakin cerah.
9
25 35 45 2. Sabun dari VCO lebih keras daripada sabun
Konsentrasi Sukrosa (%)
ari minyak zaitun. Tingkat penilaian
Gambar 4.5. Grafik Uji Tingkat KeasamanSabun kekerasan paling tinggi ditunjukkan pada
sampel dengan konsentrasi sukrosa 25%
Nilai pH yang diperoleh dengan adanya
perlakuan penambahan 25% sukrosa, 35% untuk setiap jenis bahan baku. Panelis lebih

sukrosa, dan 45% sukrosa dengan bahan baku menyukai aroma sabun dari virgin coconut

virgin coconut oil berturut-turut adalah 10, 10, oil. Keseluruhan sampel didapatkan sabun
dan 11, sementara nilai pH dengan bahan baku yang memberikan tingkat kelembutan lebih
minyak zaitun menghasilkan nilai yang lebih baik adalah sabun dari minyak zaitun.
tinggi berturut-turut sebesar 11, 11, dan 12. 3. Konsentrasi sukrosa tidak memberikan
Hasil pengukursan terhadap pH sabun pengaruh secara signifikan terhadap
transparan memiliki pH basa. Hal ini stabilitas busa dan nilai pH dari sabun
dikarenakan bahan dasar penyusun sabun transparan yang dihasilkan.
transparan yang dihasikan adalah NaOH yang 4.2. Saran
bersifat basa kuat. Hasil ini menunjukkan, 1. Upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih
konsentrasi sukrosa yang ditambahkan pada baik sebaiknya dilakukan penelitian lebih
larutan dasar sabun tidak memberikan hasil lanjut tentang komposisi etanol, gliserin,
yang signfikan terhadap nilai pH. Hal ini berarti dan gula pada sabun dari bahan baku
besarnya nilai pH sabun transparan tidak minyak zaitun.
dipengaruhi oleh penambahan konsentrasi 2. Perlu lakukan analisa kuantitatif kandungan
sukrosa yang digunakan sebagai komponen vitamin E, antioksidan, dan pelembab
bahan tambahan. Tingkat pH merupakan terhadap mutu produk yang dihasilkan.
indikator potensi iritas, nilai pH harus sesuai
DAFTAR PUSTAKA
dengan rentang sabun.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1994.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Standar Nasional Indonesia Nomor
4.1. Kesimpulan

7
06-3532-1994 Sabun Mandi. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Purnamawati, D. 2006. Kajian Pengaruh
Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat
Terhadap Mutu Sabun transpatan
(Skripsi). Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Shintia, M. 2016. Pembuatan Sabun Padat
Rasio Tallow, Minyak Kelapa, Minyak
Jagung (Laporan Tugas Akhir).
Palembang: Jurusan Teknik Kimia,
Politenik Negeri Sriwijaya.
Steeve. 2008. SaponificationTable Plus The
Characteristics of Oils in Soap USA.
(Online). http://www.soap-making-
resource.com/fatty-acids-soap-making.
html. (Diakses pada 08 April 2019).
Widyasanti, A., dan Rohani, J. M. 2017.
Pembuatan Sabun Padat Transparan
Berbasi Minyak Zaitun dengan
Penambahan Ekstrak Teh Putih. Jurnal
Penelitian Teh dan Kina. Vol. 20(1): 3-
29.

Anda mungkin juga menyukai