Kulit
Perebusan
+air
(1:3)
Pemblenderan
Penyaringan
Pencampuran
3.2 Skema Kerja
Pasteurisasi
Pengujian panelis
- Kekentalan
- Warna
- Rasa
- Kekeruhan
Penimbangan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apel adalah salah satu buah yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh
manusia. Buah ini dihasilkan dari pohon buah apel. Apel juga mempunyai
beragam warna kulit buahnya dan juga beragam manfaat berkualitas tinggi yang
berimplimentasikan kesehatan tubuh bagi masyarakat yang mengonsumsinya.Tak
heran semua kalangan menyukai apel, daging buah yang keras ketika digigit akan
mengeluarkan banyak air. Apel dapat diolah ke dalam bentuk makanan maupun
minuman. Contoh olahan apel yang digemari salah satunya adalah sari buah apel.
Minuman sari buah menurut SNI 01-3719-1995 adalah minuman ringan yang
dibuat dari campuran sari buah dengan air minum dengan atau tanpa penambahan
gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Sari buah merupakan hasil
pengepresan atau hasil ekstraksi buah yang sudah disaring. Sari buah adalah
cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat dimakan yang dicuci,
dihancurkan, dijernihkan (jika dibutuhkan), dengan atau tanpa pasteurisasi dan
dikemas untuk dapat dikonsumsi langsung ( Badan Pengolahan Obat dan
Makanan, 2006)
Pembuatan sari buah utamanya bertujuan untuk meningkatkan ketahanan
simpan serta diversifikasi produk buah-buahan. Sari buah pada umumnya dibuat
dengan cara menghancurkan daging buah dan kemudian ditekan (pressing) untuk
memperoleh sarinya. Gula ditambahkan pada proses pembuatan sebagai pemanis
sari buah. Pengawet biasanya ditambahkan untuk memperpanjang daya simpan
pada sari buah, selanjutnya cairan tersebut disaring, dibotolkan, dan dipasteurisasi
agar daya simpan pada sari buah semakin lama . Minuman sari buah adalah sari
buah yang telah diencerkan dengan menggunakan air. Kandungan sari buah pada
minuman minimal harus 35% dengan atau tanpa penambahan gula. Oleh karena
itu pada praktikum sari buah kali ini dilakukan pembuatan sari buah dengan
penambahan bahan pengental yaitu CMC dengan konsentrasi yang berbeda.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain ;
1. Mahasiswa dapat menganalisis pengaruh konsentrasi bahan penstabil
yang digunakan pada sari buah apel.
2. Mahasiswa dapat membuat sari buah sesuai standart.
buah adalah cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat dimakan yang
dicuci, dihancurkan, dijernihkan (jika dibutuhkan), dengan atau tanpa pasteurisasi
dan dikemas untuk dapat dikonsumsi langsung ( Badan Pengolahan Obat dan
Makanan. 2006).
Buah apel yang digunakan sebagai sari apel harus dalam keadaan
matang hingga hampir kelewat matang. Dalam pembuatan sari buah apel,
apel yang berwarna kuning matang lebih disukai karena memiliki aroma
yang lebih tajam. Faktor yang mempengaruhi rasa apel adalah perbandingan
antara gula dan asam, jenis dan jumlah komponen aroma (perisa), serta
vitamin
Sari
apel
dapat
dibedakan
berdasarkan
kekeruhannya menjadi 2 macam, yakni sari apel keruh dan sari apel jernih. Sari
apel keruh merupakan sari apel yang mengandung partikel koloid yang
terdispersi sehingga nampak keruh. Penghilangan partikel tersebut akan dapat
menghasilkan sari apel jernih. Proses pengolahan sari buah meliputi sortasi
buah, pencucian, trimming, penghancuran (ekstraksi), pengenceran, penyaringan,
penambahan bahan kimia, pengemasan, dan sterilisasi (Satuhu, 2004).
2.2
lain ;
a. Apel
Apel mengandung serat, flavonoids, dan fruktosa. Dalam 100 g apel terdapat 2,1
g serat. Apabila kulitnya dikupas, maka kandungan serat apel masih tetap tinggi yakni
1,9 g. Serat apel mampu menurunkan kadar kolesterol darah dan resiko penyakit
jantung koroner. Serat tak larut dalam apel berfungsi untuk mengikat kolesterol LDL
dalam saluran cerna dan kemudian menyingkirkannya dari tubuh. Sementara itu, serat
larutnya (pektin) akan mengurangi produksi kolesterol LDL di hati, menurunkan
kolesterol, dan bermanfaat untuk mengatasi diare karena kemampuannya membentuk
agar tetap lunak serta tidak cair. Kulit apel mengandung flavonoid yang disebut
quercitin. Quercitin ini mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi. Fungsinya
adalah mencegah serangan radikal bebas sehingga dapat melindungi tubuh dari
kemungkinan serangan kanker. (Ali Khomsan, 2006).
Apel umumnya dikonsumsi sebagai buah segar. Komponen penting pada buah
apel adalah pektin, yaitu sekitar 24%. Kandungan pektin pada buah apel terdapat
pada sekitar biji, di bawah kulit dan hati. Pektin tersebut akan membentuk gel
apabila ditambah gula pada kisaran pH tertentu. Pektin memegang peran penting
dalam pembuatan jus (sari buah), jeli, selai, dan dodol (Senior, 2005). Apel
(Malus sylvestris Mill) adalah tanaman yang berasal dari daerah subtropis.
Di Indonesia
varietas
apel
yang
dikembangkan
oleh
petani,
yaitu
Manalagi, Anna, Rome beauty, dan Wangling. Citarasa, aroma maupun tekstur
apel sebenarnya dihasilkan kurang dari 230 komponen kimia serta beragam asam
seperti asam asetat, asam format dan 20 jenis asam lain. Kandungan alkohol
berkisar 30-40 jenis ester seperti, etil asetat dan 100 jenis karbonil seperti
formaldehide dan asetaldehide (Ikrawan, 1996). Apel memiliki kandungan gizi
yang sangat tinggi, namun sifat dari apel yang mudah busuk dan rusak sehingga
diperlukan pengolahan apel. Salah satu produk olahan buah apel ini yaitu sari
buah apel. Agar sari buah apel ini dapat bertahan lama maka diperlukan
pengawetan
dengan
menginaktifkan
enzim
dan
menekan jumlah
ekstraksi
yang
sering
Walaupun
gula
sendiri
mampu
untuk
memberi
stabilitas
baik dengan aroma dari minuman tersebut. untuk minuman berkarbonasi asam
sitrat digunakan sebagai adiculant atau penguat rasa (Depkes RI,1995).
e. CMC
CMC digunakan lebih kurang 0,5% untuk mengentalkan sari buah dan
mencegah pengapungan ampas buah selama penyimpanan, memberi rupa yang
lebih jernih dan lebih cerah, menghasilkan tekstur yang diinginkan. Karena CMC
mempunyai gugus karboksil, maka viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh pH
larutan (Winarno, 1986).
Penggunaan CMC diharapkan dapat digunakan sebagai stabilizier pada
pembuatan minuman sari buah. CMC berfungsi mempertahankan kestabilan
minuman agar partikel padatannya tetap terdispersi merata ke seluruh bagian
sehingga tidak mengalami pengendapan. CMC juga dapat memperbaiki warna, dan
konsistensi sari buah (Kamal, 2000).
Pemasakan sari buah sering kali terjadi endapan oleh partikelpartikel yang tidak tersaring saat penyaringan. Hal disebakan
terbentuknya koloidal selama proses pemasakan tersebut (Jenral,
2004). Untuk mengatasi kendala tersebut biasanya dalam proses
pembuatan sari buah atau sirup ditambahkan Na-CMC yang
berfungsi sebagai penstabil larutan dan juga dapat langsung
menjadi bahan pengawet dalam pembuatan sari buah (Jenral, 2004;
Rustam, 2004).
2.4
No
.
JenisUji
Satuan
Persyaratan
2
3
4
5
7
8
Keadaan :
Warna
Bau
Rasa
pH
Padatan terlarut
Gula ( Sukrosa )
Bahan Tambahan Makanan
Pengawet
Pewarna makanan
Pemanis buatan
Asam malat
Asam sitrat
Cemaran logam
Timbal (Pb)
Tembaga
Seng (Zn)
Timah (Sn)
Besi (Fe)
Jumlah Cu, Zn, dan Fe
Cemaran arsen
Cemaran mikroba
ALT (30, 72 jam )
Koliform
APM Eschericia coli
Salmonella sp.
Staphylococcus aureus
Kapang dan khamir
Normal
Normal, khas buah
Normal, khas buah
b/b, %
b/b, %
Maksimal 4
Minimal 10,0/11,0
Maksimal 5
mg/kg
mg/kg
gr/kg
-
Maksimal 600
Maksimal 300
Maksimal 3
Secukupnya
Secukupnya
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maksimal 0,3
Maksimal 5,0
Maksimal 5,0
Maksimal 40,0/250
Maksimal 15,0
Maksimal 15,0
Maksimal 0,2
Koloni/ml
Koloni/ml
Per ml
Per 25 ml
Per ml
Koloni/ml
Maksimal 1 x 104
Maksimal 2 x 101
Maksimal < 3/ml
Negatif
Negatif
Maksimal 1 x 102
(SNI 01-3719-1995)
Referensi Produk Sejenis
Pada referensi produk yang sejenis salah satunya yaitu produk minuman
sari buah Glek! Proses pembuatan sari buah dari produk Glek! antara lain
sebagai berikut ;
1. Buah diparut dan diambil sarinya
2. Air, gula pasir dan sari buah dimasukkan kedalam tangki mixing dan
dipanaskan hingga 65C
3. Suhu campuran diatas dinaikkan hingga 110C
4. Pendinginan hingga 80C
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
b) Warna
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Panelis
Dyah R
Jajiroh
Herninda
Nimas
Yuli Dewi
Claudia Ayu
M. Ichsan
Risma S
Albertus
Lina
Siti Lutfiah
Riri Nur
Bella Puspita
Kiki W
Trisna Aris
Kekentalan
385
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
Panelis
Dyah R
Jajiroh
Herninda
Nimas
Yuli Dewi
Claudia Ayu
M. Ichsan
Risma S
Albertus
Lina
Siti Lutfiah
Riri Nur
Bella Puspita
Kiki W
Trisna Aris
719
3
5
3
4
3
4
5
3
4
4
3
4
4
4
4
Warna
385
4
4
5
4
2
4
4
4
4
3
4
3
2
3
4
719
3
5
3
3
4
3
5
3
3
4
3
2
4
4
3
c) Rasa
No
1.
2.
3.
Panelis
Dyah R
Jajiroh
Herninda
Rasa
385
3
4
5
719
2
5
2
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Nimas
Yuli Dewi
Claudia Ayu
M. Ichsan
Risma S
Albertus
Lina
Siti Lutfiah
Riri Nur
Bella Puspita
Kiki W
Trisna Aris
3
5
4
4
3
3
3
2
5
5
4
3
4
3
5
5
2
3
4
4
3
4
3
4
d) Kekeruhan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Panelis
Kekeruhan
Dyah R
Jajiroh
Herninda
385
3
4
5
719
2
5
4
Nimas
Yuli Dewi
Claudia Ayu
M. Ichsan
Risma S
Albertus
Lina
Siti Lutfiah
Riri Nur
Bella Puspita
Kiki W
Trisna Aris
4
3
4
5
4
4
3
3
3
5
3
4
3
4
3
4
3
3
4
3
4
4
4
3
Keterangan :
385 : Penggunaan CMC 1 %
719 : Penggunaan CMC 2 %
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Uji Organoleptik
a) Kekentalan
No
Panelis
1.
2.
Dyah R
Jajiroh
Kekentalan
385
719
4
3
4
5
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Herninda
Nimas
Yuli Dewi
Claudia Ayu
M. Ichsan
Risma S
Albertus
Lina
Siti Lutfiah
Riri Nur
Bella Puspita
Kiki W
Trisna Aris
Jumlah
Rata-rata
4
3
4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
52
3,47
3
4
3
4
5
3
4
4
3
4
4
4
4
57
3,8
b) Warna
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Panelis
Dyah R
Jajiroh
Herninda
Nimas
Yuli Dewi
Claudia Ayu
M. Ichsan
Risma S
Albertus
Lina
Siti Lutfiah
Riri Nur
Bella Puspita
Kiki W
Trisna Aris
Jumlah
Rata-rata
Warna
385
4
4
5
4
2
4
4
4
4
3
4
3
2
3
4
54
3,6
719
3
5
3
3
4
3
5
3
3
4
3
2
4
4
3
52
3,47
c) Rasa
No
1.
2.
3.
4.
Panelis
Dyah R
Jajiroh
Herninda
Nimas
Rasa
385
3
4
5
3
719
2
5
2
4
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Yuli Dewi
Claudia Ayu
M. Ichsan
Risma S
Albertus
Lina
Siti Lutfiah
Riri Nur
Bella Puspita
Kiki W
Trisna Aris
Jumlah
Rata-rata
5
4
4
3
3
3
2
5
5
4
3
56
3,73
3
5
5
2
3
4
4
3
4
3
4
53
3,53
d) Kekeruhan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Panelis
Dyah R
Jajiroh
Herninda
Nimas
Yuli Dewi
Claudia Ayu
M. Ichsan
Risma S
Albertus
Lina
Siti Lutfiah
Riri Nur
Bella Puspita
Kiki W
Trisna Aris
Jumlah
Rata-rata
Keterangan :
385 : Penggunaan CMC 1 %
719 : Penggunaan CMC 2 %
Kekeruhan
385
3
4
5
4
3
4
5
4
4
3
3
3
5
3
4
57
3,8
719
2
5
4
3
4
3
4
3
3
4
3
4
4
4
3
53
3,53
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sari buah apel. Langkah awal yang
dilakukan yaitu buah apel dilakukan pengupasan unttuk memisahkan antara kulit
dan dagingnya. Selanjutnya daging buah apel dilakukuan penimbangan masingmasing 500gr. 500gr pertama untuk pembuatan sari buah dengan perlakuan
penambahan CMC 1%, dan 500gr yang kedua untuk pembuatan sari buah dengan
perlakuan penambahan CMC 2%. Setelah dilakukan penimbangan, masingmasing apel dilakukan perebusan yang berfungsi untuk memperbaiki warna buah.
Perebusan dilakukan selama 5 menit. Apabila sudah direbus, apel di lakukan
pemblenderan dan ditambahkan air dengan perbandingan 1:3, pemblenderan
berfungsi untuk pengecilan ukuran agar mudah proses pengekstraksian. Setelah
diblender, dilakukan penyaringan untuk diambil sarinya dan filtrat yang dihasilkan
dibuang. Sari buah yang didapat, dilakukan pencampuran dengan bahan-bahan
sebagai berikut penambahan gula 40gr sebagai pemanis, 1gr asam sitrat sebagai
pemberi rasa asam, mengimbangi rasa manis dan pengawet, dan CMC sesuai
konsentrasi yang berfungsi sebagai penstabil dan pengental. Setelah semua bahan
tercampur, dilakukan pasteurisasi hingga suhunya mencapai 80 0C. Fungsi
pasteurisasi yaitu untuk mensterilkan sari buah yang telah di buat.
Selelah
3.9
3.8
3.8
3.7
3.6
3.5 3.47
3.4
3.3
1.0000000000000007E-2
Kadar CMC
Dari diagram batang diatas, dapat diketahui bahwa panelis lebih menyukai
kekentalan sari buah apel dengan kode 719 (Penambahan CMC 2%) dibandingkan
dengan sari buah apel dengan kode 385 (Penambahan CMC 1%). Hal ini dapat
dilihat bahwa hasil rata-rata dari sampel dengan kode 719 yaitu 3,8 dan sampel
dengan kode 385 yaitu 3,47.
Penambahan CMC pada sari apel berfungsi sebagai bahan pengental,
dengan tujuan untuk membentuk sistem dispersi koloid dan meningkatkan
viskositas. Dengan adanya CMC ini maka partikel-partikel yang tersuspensi akan
terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak
mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter, 1986). Mekanisme bahan
pengental dari CMC mengikuti bentuk konformasi. CMC akan terdispersi dalam
air, kemudian butir-butir CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan
terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas
bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih
mantap dan terjadi peningkatan viskositas (Fennema, Karen and Lund, 1996).
Semakin banyak konsentrasi CMC yang ditambahkan, maka larutan yang
dihasilkan semakin kental.
b. Warna
3.65
3.6
3.6
3.55
Rerata nilai panelis
3.5
3.47
3.45
3.4
1.0000000000000005E-2
Kadar CMC
Warna menjadi salah satu parameter yang penting bagi suatu produk,
karena daya tarik pertama yang dapat ditangkap oleh konsumen adalah warna atau
tampilan visual. Warna diperoleh sebagai kelengkapan yang dibutuhkan dalam
produk. Dari diagram diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata kesukaan panelis
terhadap warna sari buah yang dihasilkan adalah pada kode sampel 385
(Penambahan CMC 1%) rata-rata yang didapat yaitu 54, sedangkan pada kode
sampel 719 (Penambahan CMC 2%) yaitu 52. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
panelis lebih menyukai warna sari buah dengan penambahan CMC 1%.
Penggunaan CMC diharapkan dapat digunakan sebagai stabilizier pada
pembuatan
minuman
madu
sari
buah
jambu
merah.
CMC
berfungsi
sebab itu, dimungkinkan panelis lebih menyukai produk sari buah hasil praktikum
yang menunjukkan warna yang lebih jernih pada penambahan CMC 1%.
c. Rasa
3.73
3.53
1.0000000000000005E-2
Kadar CMC
kematangan buah karena syarat penting dalam pembuatan sari buah apel harus
menggunakan buah matang, dikarenakan kematangan buah sangat menentukan
rasa pada minuman sari buah (SNI, 2009).
d. Kekeruhan
3.75
3.7
3.65
3.6
3.55
3.5
3.45
3.4
3.73
3.53
Kadar CMC
Dari diagram batang diatas, dapat diketahui bahwa panelis lebih menyukai
kekeruhan sari buah apel dengan kode 385 (Penambahan CMC 1%) dibandingkan
dengan sari buah apel dengan kode 719 (Penambahan CMC 2%). Hal ini dapat
dilihat bahwa hasil rata-rata dari sampel dengan kode 385 yaitu 3,8 dan sampel
dengan kode 719 yaitu 3,53. Dapat disimpulkan bahwa panelis lebih menyukai
kekeruhan sari buah dengan konsentrasi 1%. Penambahan CMC pada sari apel
berfungsi sebagai bahan penstabil dan pengental, dengan tujuan untuk membentuk
sistem dispersi koloid dan meningkatkan viskositas. Dengan adanya CMC ini
maka partikel-partikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut
atau tetap tinggal ditempatnya dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi
(Potter, 1986). Semakin sedikit CMC, kestabilan berkurang dan mempermudah
penggumpalan yang menimbulkan kekeruhan.
e. Analisa sari buah dengan produk sari buah komersil
Pada praktikum pembuatan sari buah, melalui proses pengukusan yang
berfungsi untuk memperbaiki warna buah, sedangkan pada produk komersil sari
buah apel Glek tidak dilakukan proses perebusan dan warna yang dihasilkan
coklat, sedangkan pada sari buah yang telah dibuat warna yang dihasilkan kuning.
Selain itu pada produk komersil tidak dilakukan penambahan CMC, sehingga sari
buah yang dihasilkan encer, berbeda dengan sari buah yang telah dibuat dimana
dilakukan penambahan CMC, dimana fungsi CMC yaitu sebagai pengental, untuk
membuat penampilan lebih menarik atau menambah volume. Selain itu tidak
dilakukan penambahan asam sitrat dimana asam sitrat termasuk dalam golongan
flavor-enhancer atau bahan pemacu rasa. Bahan pemacu rasa merupakan bahan
tambahan yang diberikan pada suatu produk pangan untuk memberikan nilai lebih
pada rasa, sesuai dengan karakteristik produk pangan yang dihasilkan. Asam sitrat
sebagai pemacu rasa, banyak digunakan dalam industri, termasuk industri
makanan karena memiliki tingkat kelarutan yang tinggi, memberikan rasa asam
yang enak, dan tidak bersifat racun. Namun, sebenarnya asam sitrat memiliki
fungsi sampingan, yaitu sebagai antioksidan yang fungsinya mencegah terjadinya
reaksi browning (pencoklatan) produk akibat efek samping dari pemanasan.
Pada sari buah hasil praktikum, pada prosesnya dilakukan pasteurisasi hingga
suhu 800C, sedangkan pada produk komersil tidak dilakukan proses pasteurisasi.
Pasteurisasi adalah proses pemanasan yang ditujukan untuk membunuh semua
mikroba patogen penyebab penyakit, enzim perusak dan sebagian besar mikroba
pembusuk.
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengaruh penambahan CMC pada pembuatan sari buah yaitu sebagai
penstabil dan pengental. Dari data yang diperoleh pada uji organoleptik
kekentalan panelis lebih menyukai sari buah dengan penambahan CMC
2% sedangkan pada organoleptik warna, rasa dan kekeruhan panelis lebih
menyukai sari buah dengan penambahan CMC 1%.
2. Pembuatan sari buah pada praktikum ini ditambahkan CMC dengan
perbedaan konsentrasi, konsentrasi yang digunakan yaitu 1% dan 2%.
6.2 Saran
Sebaiknya praktikan datang tepat waktu pada saat praktikum, agar waktu
yang digunakan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA