DISUSUN OLEH :
Kelompok I
Kelas B
Pisang batu merupakan jenis buah yang banyak ditemukan di lingkungan kita,
karena jumlah yang banyak dan mudah ditemukan, maka buah pisang batu dibuat
menjadi minuman fermentasi. Fermentasi ini menggunakan sari pisang batu
sebanyak 500 gram yang telah direbus dengan air 200 ml, kemudian dihaluskan
lalu disaring. Selanjutnya penambahan sari taoge yang telah direbus dalam air
500 ml selama 10 menit, gula 500 gram, ragi roti ½ sendok teh, dan penambahan
urea 1 gram kedalam larutan yang telah dicampurkan. Percobaan ini dilakukan
didalam botol yang ditutup selama 14 hari dan di alirkan kedalam gelas yang
berisi air dengan menggunakan selang sebagai pemberi jalan untuk gas yang
keluar. Hasil percobaan ini akan menunjukan perbedaan signifikan terhadap
warna, aroma, dan rasa dari fermentasi pisang tersebut. Berdasarkan dari
percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa warna yang
dihasilkan kuning bening dan terdapat endapan, beraroma tidak enak, dan
memiliki rasa manis keasaman.
Starter adalah kultur yang digunakan sebagai tempat biakan khamir sebelum
dilakukan proses fermentasi sebenarnya agar khamir yang digunakan sebagai
biakan dapat berkembang baik dalam lingkungan tempatnya berkembang kelak.
Starter adalah campuran liquid antara nutrien dan gula. Starter berfungsi untuk
memperpendek masa adapatasi dari mikroorganisme sehingga dapat mempercepat
proses fermentasi dan menyempurnakan hasil fermentasi(Winarno 1984).
Glukosa
fosforgliseraldehid
Asam Pyruvat
Diperas buah pisang dan direbus Sarinya kental dan berwarna putih ke
2
dengan air 200 ml kuningan
Direbus touge 1 ons dengan air 500 Diambil sarinya, sarinya berwarna
3
ml bening keruh
Sari pisang ditambahkan sari tauge, Sarinya berwarna kuning bening
4
gula, dan air sampai volume 3 liter keruh
Sarinya berwarna kuning bening
5 Campuran ditambahkan ragi roti
keruh
3.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan wine dan
mikroba yang terlibat. Percobaan pembuatan wine ini melalui proses fermentasi
dengan menggunakan sari buah pisang. Pelaku fermentasi adalah mikroorganisme
anaerob fakultatif (membutuhkan sedikit oksigen) atau anaerob obligat (sama
sekali tidak membutuhkan oksigen) (Fardiaz 1984).
Menurut Setiadi (2002), Fermentasi dapat dibagi menjadi 2, berdasarkan
hasilnya, yaitu fermentasi alkoholik dan fermentasi non alkoholik. Fermentasi
alkoholik merupakan suatu proses fermentasi yang menghasilkan alkohol sebagai
produknya, biasanya dilakukan oleh ragi, khusunya Saccharomyces cerevisiae
yang bersifat anaerob fakultatif. Fermentasi alkohol menghasilkan hanya 2
molekul ATP/molekul glukosa. Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang
dikendalikan oleh manusia untuk memperoleh produk yang berguna, dimana
terjadi pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob. Penguraian dari
kompleks menjadi sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga
menghasilkan energy.
Sebelum dilakukan fermentasi, dilakukan pembuatan larutan starter wine.
Menurut Winarno (1984), starter adalah zat yang dapat mempercepat jalannya
proses fermentasi. Starter ini penting dibuat agar fermentasi tidak memerlukan
waktu yang terlalu lama dan lebih cepat dalam mendapatkan hasil fermentasi.
Pada proses fermentasi wine keadaannya harus asam sebab khamir atau
mikroorganisme yang membantu proses fermentasi ini dapat tumbuh baik pada
keadaan asam.
Jenis ragi yang dipakai adalah Saccharomyces cerevisiae, sesuai dengan
namanya saccharomyces yang berasal dari dua kata sacarin (gula) dan mycota
(jamur), Saccharomyces cerevisiae dapat memfermentasi zat gula (glukosa)
menjadi alkohol. Misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat memfermentasi zat
gula dalam buah anggur sehingga diperoleh minuman beralkohol seperti wine atau
bir (Fang Fang, 2008).
Pada pembuatan wine, botol fermentasi ditutup, karena hal ini menurut
Fang fang (2008), bertujuan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Sehingga
dalam percobaan ini dilakukan penutupan mulut botol fermentasi. Gelembung
yang terbentuk dalam larutan digunakan sebagai indikator yang menunjukkan
adanya aktivitas mikroba. Menurut Hendrianie et al. (2001), Hal ini menunjukkan
adanya pelepasan gas CO2 oleh mikroba yang terdapat di dalamnya, sehingga
proses fermentasi dapat dikatakan berhasil dengan adanya perubahan ini.
Berdasarkan hasil pengamatan, larutan yang didiamkan selama 14 hari
warnanya bening kuning keruh, berbau asam, terdapat endapan, dan tidak adanya
gelembung gas. Hal ini menunjukkan bahwa yeast Saccharomyces cerevisiae
sudah mulai berkembang didalam larutan. Kondisi inilah yang diinginkan dalam
fermentasi. Setelah 14 hari didiamkan, larutan wine yang didalam botol
dipanaskan dengan menambahkan gula. Hal ini dilakukan agar menciptakan rasa
manis pada wine.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu:
1. Pembuatan wine dengan pisang merupakan sebuah fermentasi yaitu proses
metabolisme dimana terjadi perubahan-perubahan kimia dalam substrat
karena aktivitas dari enzim yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme.
Dengan cara mendiamkan larutan wine yang telah dibuat selama 14 hari
didalam botol yang tertutup dan di beri selang untuk keluarnya gas CO2.
2. Pembuatan wine selama 14 hari ini menghasilkan rasa yang asam, bewarna
kuning bening keruh, terdapat endapan, dan beraroma tidak sedap.
4.2 Saran
1. Diharapkan praktikkan lebih teliti dalam menakarkan bahan-bahan dan
melakukan prosedur percobaan agar mendapatkan hasil wine yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA