Anda di halaman 1dari 23

I.

JUDUL PERCOBAAN

: PROSES PENANAMAN MEDIA DAN STERILISASI

II. TUJUAN PERCOBAAN 2.1 Penanaman Media : Untuk mengetahui cara pembuatan media yang sesuai dengan pertumbuhan mikroba dan untuk mengetahui cara penggoresan pada metode cawan gores serta untuk mengamati mikroba yang tumbuh pada media tersebut. 2.2 Sterilisasi : Membunuh mikroorganisme atau mensterilkan alat-alat (tabung reaksi, cawan petri, dan kaca objek) yang akan digunakan dalam percobaan mikrobiologi. Selain itu agar kita mengetahui cara pensterilan secara fisika terutama pemanasan basah.

III. TEORI DAN APLIKASI 3.1 Sterilisasi Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas), penyaringan, penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Viyufika, 2010)

3.2

Metode Sterilisasi 1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) Di dalam sterilisasi secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan.

Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalnya filter berkefeld, filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring. Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan

mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanaskan dalam autoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel, dan sebagainya. 2. Sterilisasi secara fisik Pemanasan a. Pemijaran (dengan api langsung) : membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dan lainlain. b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain. c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. d. Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf Penyinaran dengan UV Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV. 3. Sterilisasi secara kimiawi Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa

desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan

dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol, fenol, hidrogen feroksida, zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (Hg,Ag,As,Zn), aldehida, dan lain-lain (Viyufika, 2010).

3.3 Pembuatan Media Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Bakteri memerlukan nutrient atau makanan untuk dapat tumbuh. Nutrient diartikan sebagai material kasar yang dibutuhkan untuk membangun komponen seluler baru dan menghasilkan energi untuk proses-proses dalam kehidupan sebuah mikroba. Pertumbuhan bakteri selain memerlukan nutrisi, juga memerlukan pH yang tepat. Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada kondisi yang terlalu basa, kecuali Vibrio cholerae yang dapat hidup pada pH lebih dari 8. Suhu juga merupakan variabel yang perlu dikendalikan. Kelompok terbesar yaitu mesofil, suhu optimum untuk pertumbuhannya 20-40oC. pH merupakan faktor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalam pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak cocok untuk dijadikan medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup pada kondisi tersebut. Medium didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk menyakinkan bahwa

medium masih steril, karena selain pH sebagai penentu tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan Macam-macam media pertumbuhan bakteri: 1. Medium cair Medium cair yang umum digunakan dalam menumbuhkan mikroba adalah kaldu daging, pepton, susu murni, air kedelai dan putih telur, serta cairan yang banyak mengandung N2. 2. Medium padat atau kental Medium seperti medium cair tetapi dipadatkan dengan menggunakan agar sebagai pemadatnya. Contohnya PSA, PDA, TA, dan lain-lain. 3. Medium diperkaya Medium yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu tanpa mematikan mikroorganisme yang lain. 4. Medium kering Medium yang berupa serbuk kering yang siap digunakan dengan konsentrasi tertentu dan dilarutkan dalam air. 5. Medium sintetik Medium yang berupa campuran zat organik tertentu yang mengandung karbon dan nitrogen. Bakteri yang dapat hidup dalam medium ini adalah bakteri autotrof. Bakteri saprofit juga dapat hidup dalam medium ini asalkan ditambahkan natrium sitrat dan natrium ammonium fosfat. Medium berdasarkan komposisi bahan kimia antara lain: 1. Medium Sintesis (diketahui komposisinya) 2. Medium Semi Sintesis (sebagian komposisinya diketahui) 3. Medium non sintesis (komposisinya tidak diketahui) Medium dibagi menjadi 4 menurut fungsinya: 1. Medium Universal (umum) merupakan medium yang dapat menumbuhkan semua jenis mikroorganisme. 2. Medium Selektif merupakan medium yang hanya dapat menumbuhkan bakteri/ jamur yang diinginkan. 3. Medium Differensial merupakan medium yang digunakan untuk

menumbuhkan mikroorganisme dengan penampakan tertentu.

4. Medium

diperkaya

merupakan

medium

yang

digunakan

untuk

memperbanyak bakteri yang ditumbuhkan. (Astuti, dkk. 2012) 3.4 Aplikasi dalam Industri Sterilisasi Produk Kemasan dengan Ultrahigh Temperature (UHT) UHT adalah proses pemanasan pada suhu tinggi (> 135 oC 150oC) tetapi pada waktu hanya sekitar 2-15 detik. Pemanasan demikian, mampu membunuh spora bakteri tahan panas sehingga tercapai kondisi sterilitas produk yang diinginkan dan sekaligus mampu meminimalkan tingkat kerusakan mutu (tekstur, warna, citarasa dan flavor) dan zat gizi. Produk pangan yang populer diproduksi dengan teknik UHT antara lain adalah susu, sari buah, teh, sup, dan produk pangan cair lainnya. Suhu yang lebih tinggi dengan waktu proses yang lebih pendek dapat di lakukan jika produk pangan di sterilisasi sebelum di kemas dalam kemasan yang telah disterilisasi. Metode ini merupakan dasar proses UHT yang juga di sebut pengolahan aseptis (aseptic processing). Metode ini telah di terapkan untuk produk pangan berwujud cair, seperti susu, jus, kosentrad buah, dan krim; serta produk pangan yang mengandung parkulat diskret seperti makanan bayi, sous tomat, sayuran dan buah-buahan, serta sup. Kualitas produk UHT serta dengan produk yang diawetkan dengan radiasi dan pendinginan. Akan tetapi, produk UHT mempunyai umur simpan yang lebih pendek jika disimpan tanpa pendinginan yaitu kurang dari 6 bulan. Keuntungan metode UHT yang lain di bandingkan pengalengan adalah ukuran kemasan bebas, harga kemasan lebih murah, produktifitas tinggi karena dapat di proses secara otomatis, dan energy lebih efisien. Metode UHT bersifat ekonomis untuk pengolahn karena berbeda dengan proses pasteurisasi. Selain efektif membunuh mikroba, sterilisasi UHT dengan pengolahan aseptik juga menjamin nilai gizi produk pangan. Dan setelah dibandingkan, tingkat kerusakan setelah proses sterilisasi UHT lebih kecil dibandingkan sterilisasi biasa (pemanasan dalam botol) (Boeatandz, 2010).

Mulai

Disiapkan produk yang belum dikemas

Dipanaskan pada suhu > 135oC 150oC selama 2-15 detik

Dikemas dalam kemasan yang sudah steril

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Sterilisasi Produk Kemasan dengan UHT (Boeatandz, 2010)

IV. BAHAN DAN PERALATAN 4.1 Bahan Percobaan 4.1.1 Sterilisasi Adapun bahan yang digunakan adalah : 1. Tabung reaksi Fungsi : Untuk tempat terjadinya reaksi. 2. Kaca objek Fungsi : Untuk meletakkan objek yang akan di amati. 3. Erlenmeyer Fungsi : Untuk tempat meletakkan larutan. 4. Cawan petri Fungsi : Tempat meletakkan objek. 5. Gelas ukur Fungsi : Untuk mengukur banyaknya larutan. 4.1.2 Penanaman Media Adapun bahan yang digunakan adalah : 1. Agar Fungsi : pengental campuran. 2. Glukosa Fungsi : sumber nutrisi bagi bakteri. 3. Aquadest Fungsi : campuran nutrisi. 4. Air rebusan kentang Fungsi : sumber nutrisi bagi mikroba. 5. Air rendaman ikan Fungsi : sumber nutrisi bagi mikroba. 6. Air parit pajak sore Fungsi : sumber mikroba. 7. Air kolam tugu tiga Fungsi : sumber mikroba.

4.2 Peralatan Percobaan 4.2.1 Sterilisasi Adapun peralatan yang digunakan adalah : 1. Kompor Fungsi : memanaskan bahan dan dandang. 2. Dandang Fungsi : wadah tempat pensterilan. 3. Tisu gulung Fungsi: bahan pembungkus alat yang akan disterilkan. 4. Penjepit tabung Fungsi: untuk mengambil alat-alat yang telah disterilkan. 5. Steril kabinet Fungsi : penyimpanan alat yang telah disterilkan. 4.2.2 Penanaman Media Adapun peralatan yang digunakan adalah : 1. Mikroskop Fungsi : Untuk mengamati mikroba. 2. Kaca benda Fungsi : Untuk meletakkan media yang akan di amati. 3. Kawat inokulasi Fungsi : Untuk menggoreskan media pada kaca benda. 4. Cawan petri Fungsi : Sebagai tempat penanaman media. 5. Pipet tetes Fungsi : Untuk mengambil larutan ke tabung reaksi. 6. Kompor Fungsi : Untuk membuat media. 7. Panci Fungsi : Sebagai wadah untuk membuat media. 8. Tabung reaksi Fungsi : Untuk tempat penanaman media.

V. PROSEDUR PERCOBAAN 5.1 Sterilisasi 1. Kompor dihidupkan dan dandang yang berisi air diletakkan di atasnya. 2. Alat alat yang akan disterilkan (tabung reaksi, cawan petri, dan kaca objek) dicuci hingga bersih dan dikeringkan, lalu dibungkus dengan tisu. 3. Kemudian alat alat tersebut dimasukkan kedalam dandang dan dipanaskan hingga 100 oC lalu dibiarkan selama 15 menit setelah mendidih. 4. Lalu kompor dimatikan dan alat-alat tersebut dimasukkan kedalam steril kabinet.

5.2 Penanaman Media 5.2.1 Prosedur Pembuatan Media Tegak 1. Ditimbang 5 gram glukosa. 2. Air rebusan kentang, air rendaman ikan, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak sambil diaduk. 3. Setelah mendidih agar bubuk ditambahkan ke dalam campuran dan dimasak hingga tersuspensi ke dalam larutan. 4. Campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 5. Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin. 6. Kemudian diteteskan sumber mikroba yaitu masing masing untuk air kolam Tugu Tiga dan air parit Pajak Sore ke dalam media dengan tabung reaksi dalam keadaan tegak . 7. Media ditutup dan diinkubasi selama 2x24 jam. 8. Media diamati dengan menggunakan mikroskop dan digambar bentuk koloninya.

5.2.2 Prosedur Pembuatan Media Miring 1. Ditimbang 5 gram glukosa. 2. Air rebusan kentang, air rendaman ikan, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak sambil diaduk.

3. Setelah mendidih agar bubuk ditambahkan ke dalam campuran dan dimasak hingga tersuspensi ke dalam larutan. 4. Campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi dalam keadaan miring. 5. Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin. 6. Kemudian diteteskan sumber mikroba yaitu masing masing untuk air kolam Tugu Tiga dan air parit Pajak Sore hingga menutup permukaan tabung reaksi. 7. Media ditutup dan diinkubasi selama 2x24 jam. 8. Media diamati dengan menggunakan mikroskop dan digambar bentuk koloninya.

5.3. Flowchart Percobaan 5.3.1 Flowchart Sterilisasi

Mulai Kompor dihidupkan dan dandang diletakkan di atasnya

Alat-alat yang akan disterilkan dicuci Alat-alat dibungkus dengan tisu Alat-alat dipanaskan dalam dandang sampai 100 oC selama 15 menit Kompor dimatikan

Alat-alat dimasukkan ke dalam steril kabinet

Selesai Gambar 5.1 Flowchart Sterilisasi

5.3.2 Flowchart Proses Penanaman Media 5.3.2.1 Flowchart Pembuatan Media Tegak Mulai

Ditimbang 5 gram Glukosa Air rebusan kentang, air rendaman ikan, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak Setelah mendidih, agar ditambahkan Campuran dimasukkan ke tabung reaksi Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin

Sumber mikroba diteteskan ke tabung reaksi dalam keadaan tegak

Media ditutup dan diinkubasi Media diamati mengunakan mikroskop dan digambar

Selesai Gambar 5.2 Flowchart Pembuatan Media Tegak

5.3.2.2 Flowchart Pembuatan Media Miring Mulai

Ditimbang 5 gram Glukosa Air rebusan kentang, air rendaman ikan, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak Setelah mendidih, agar ditambahkan Campuran di masukkan ke tabung reaksi dalam keadaan miring

Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin

Sumber mikroba diteteskan ke tabung reaksi

Media ditutup dan diinkubasi Media diamati mengunakan mikroskop dan digambar

Selesai

Gambar 5.3 Flowchart Pembuatan Media Miring

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Percobaan Tabel 6.1 Hasil Percobaan Sterilisasi No Nama Alat Gambar Alat Jumlah Keterangan

Tabung Reaksi

6 buah

Steril

Cawan Petri

2 buah

Steril

Kaca Objek

6 buah

Steril

Tabel 6.2 Gambar Berbagai Media Sumber Media Gambar Media

Tegak

Air Kolam Tugu Tiga

Miring

Tegak

Air Parit Pajak Sore

Miring

Tabel 6.3 Hasil Pengamatan Penanaman Media Sumber Media Gambar Mikroba Nama Mikroba

Tegak Air Kolam Tugu Tiga Miring

Rhodospirillum rubrum

Amoeba

Tegak

Amoeba

Air Parit Pajak Sore Miring Clostridium botulinum

6.2

Pembahasan

6.2.1 Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda, sehingga didapatkan suatu kondisi yang bebas cemaran mikroorganisme. Dalam percobaan ini alat-alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi,

kaca objek, dan cawan petri dipanaskan atau dikukus dengan uap jenuh atau uap panas dengan suhu 100 oC di dalam dandang. Proses yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sterilisasi pemanasan basah. Uap air pada suhu 100oC akan membunuh mikroorganisme pada alat atau bahan yang akan digunakan. Adapun faktor yang mempengaruhi suatu sterilisasi adalah : 1. Jumlah mikroba Semakin banyak jumlah mikroba, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk sterilisasi. 2. Hidrasi Hidrasi berperan dalam proses denaturasi atau koagulasi oleh panas (kalor). Koagulasi berlangsung dengan baik bila proteinnya cukup mengandung air. Pemanasan dalam keadaan kering membutuhkan suhu yang lebih tinggi dari pemanasan keadaan lembab 3. Suhu Kenaikan suhu secara besar dapat menaikkan kefektifan antimikroba sehingga proses sterilisasi akan semakin meningkat. 4. pH Mikroorganisme pada bahan asam dapat dibasmi pada suhu yang rendah dan waktu yang singkat. (Waluyo, 2010)

6.2.2 Air Kolam Tugu Tiga Pada percobaan proses penanaman media untuk mikroba dari air kolam Tugu Tiga memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berwarna putih kekuningan. 2. Terdapat kotoran 3. Berbau tak sedap

Pada percobaan dengan menggunakan air kolam Tugu Tiga tersebut ditemukan mikroba Rhodospirillum rubrum pada media tegak dan bakteri Amoeba pada media miring. 1. Media Tegak a. Rhodospirillum rubrum Rhodospirillum adalah genus bakteri fotosintetik dari

Rhodospirillaceae keluarga. sel-sel mereka umumnya berbentuk spiral, polarly flagellated dan mengandung vesikuler, pipih membran fotosintesis ditumpuk. Mereka berkisar dari tiga sampai sepuluh mikrometer panjang dan satu-setengah sampai satu setengah

mikrometer satu di lebar. Salah satu jenis spesies dari genus ini adalah Rhodospirillum rubrum adalah bakteri gram negatif yang mengandung asam lemak tak jenuh dan jenuh. Klasifikasi Ilmiah : Kingdom Phylum Class Orde Genus Species (Amirin, 2011) Gambar 6.1 Rhodospirillum rubrum (Amirin, 2011) 2. Media Miring b. Amoeba Amoeba adalah makhluk mikroskopis yang terdiri dari satu sel (unicellular). Seperti sebagian besar sel tumbuhan dan sel hewan, sel amoeba juga memiliki sitoplasma (cytoplasm), nukleus (nucleus), membran sel (cell membrane) dan ectoplasm dan endoplasma (bagian dari sitoplasma). Menurut klasifikasi Protozoa berdasarkan alat geraknya, amoeba termasuk ke dalam kelas Rhizopoda atau Sarcodina : Bacteria : Proteobacteria : Alpha Proteobacteria : Rhodospirillales : Rhodosprillum : Rhodosprillum rubrum

(protozoa yang bergerak menggunakan Pseudopodia). Hidup bebas, di tanah atau tempat berair yang mengandung zat organik (Adam, 2012) Klasifikasi Ilmiah : Kingdom: Filum Kelas Ordo Gambar 6.2 Amoeba (Adam, 2012) Family Genus : : : : : Protista
Tubulinea

Rhizopoda Tubulinida Amoebidae Amoeba

(Adam, 2012) 6.2.3 Air Parit Pajak Sore Pada percobaan proses penanaman media untuk mikroba dari air parit pajak sore memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berwarna putih kekuningan 2. Banyak kotoran. 3. Berbau tak sedap Pada percobaan dengan menggunakan air parit Pajak Sore tersebut ditemukan mikroba Amoeba pada media tegak dan bakteri Clostridium botulinum pada media miring. 1. Media Tegak c. Amoeba Amoeba adalah makhluk mikroskopis yang terdiri dari satu sel (unicellular). Seperti sebagian besar sel tumbuhan dan sel hewan, sel amoeba juga memiliki sitoplasma (cytoplasm), nukleus (nucleus), membran sel (cell membrane) dan ectoplasm dan endoplasma (bagian dari sitoplasma). Menurut klasifikasi Protozoa berdasarkan alat geraknya, amoeba termasuk ke dalam kelas Rhizopoda atau Sarcodina (protozoa yang bergerak menggunakan Pseudopodia). Hidup bebas, di tanah atau tempat berair yang mengandung zat organik (Adam, 2012)

Klasifikasi Ilmiah : Kingdom: Filum Kelas Ordo Gambar 6.3 Amoeba (Adam, 2012) : : : Protista Tubulinea Rhizopoda Tubulinida Amoebidae Amoeba

Family : Genus :

(Adam, 2012) 2. Media Miring d. Clostridium botulinum Clostridium racun botulin, botulinum penyebab adalah bakteri yang memproduksi ini masuk

terjadinya botulisme. Bakteri

kedalam genus Clostridium. bakteri ini umumnya dapat ditemukan di tanah.C.botulinum termasuk bakteri gram-positif, anaerob obligat (tidak bisa hidup bila terdapat oksigen), motil (dapat bergerak), dan menghasilkan spora. Klasifikasi ilmiah Domain: Bacteria Divisi: Kelas: Ordo: Firmicutes Clostridia Clostridiales

Famili: Clostridiaceae Genus: Clostridium Gambar 6.4 Clostridium botulinum (Maulana, dkk, 2012) Spesies: C. botulinum (Maulana, dkk, 2012)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah : 1. Proses sterilisasi bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan dalam proses penanaman media. 2. Sterilisasi yang dilakukan selama praktikum merupakan sterilisasi pemanasan basah. 3. Pada proses sterilisasi suhu yang digunakan adalah 100 oC. 4. Penanaman media berguna untuk membiakkan mikroba tertentu yang diinginkan. 5. Setiap media harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tertentu. 6. Koloni mikroba yang terdapat pada media tegak untuk air kolam Tugu Tiga dan air parit Pajak Sore adalah Rhodospirillum rubrum dan Amoeba. 7. Sedangkan koloni mikroba yang terdapat pada media miring untuk air kolam Tugu Tiga dan air parit Pajak Sore adalah Amoeba dan Clostridium botulinum.

7.2 Saran Adapun saran untuk percobaan ini adalah : 1. Disarankan untuk memvariasikan metode sterilisasi yang lain seperti pemanasan udara kering dan lain-lain untuk dibandingkan. 2. Disarankan untuk memvariasikan sumber mikroba, tidak hanya dari air tetapi dari tanah atau udara. 3. 4. Stertilisasi sebaiknya dilakukan pada suhu 121 oC selama 15 menit. Sebaiknya jenis media yang digunakan bervariasi seperti media selektif, media cair, dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, Chaidir. 2012. Amoeba-Microbiology. biologypunk.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 Maret 2013. Amirin, Roni. 2011. Rhodospirillum rubrum. roniamirin.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 Maret 2013. Astuti, dkk. 2012. Medium Pertumbuhan Mikroorganisme. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Boeatandz, Osmar. 2010. Sterilisasi Thermal. Palu: Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan. Maulana, dkk. 2012. Clostridium botulinum. mahesanti.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19 Maret 2013. Viyufika. 2010. Metode Sterilisasi. viyufika.wordpress.com. Diakses pada tanggal 19 Maret 2013. Waluyo, Lud. 2010. Teknik dan Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah Malang : Malang.

LAMPIRAN A FOTO PENGAMBILAN SAMPEL


L.A.1 Foto Pengambilan Sampel Air kolam Tugu Tiga

Gambar LA-1 Foto Pengambilan Sampel Air kolam Tugu Tiga L.A.2 Foto Pengambilan Sampel Air parit Pajak Sore

Gambar LA-2 Foto Pengambilan Sampel Air parit Pajak Sore

Anda mungkin juga menyukai