Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM IPA TERAPAN

PEMBUATAN BIOETHANOL

Kelompok7 :

Bella DwiUtami 16312241038

RishaKurniaDwi H 16312241039

MuktiSyarifah 16312241040

Vita Kumala Dewi 16312241041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIKUM PEMBUATAN BIOETANOL

Oleh :

Kelompok VII

Yogyakarta, 26 Februari 2019

Anggota :

Nama NIM Tanda Tangan

Bella Dwi Utami 16312241035

Risha Kurnia Dwi Hartanti 16312241039

Mukti Syarifah 16312241040

Vita Kumala Dewi 16312241041

Diserahkanpadatanggal 27 Februari 2019 pukul ....................

Mengetahui,

DosenPembimbing

(Ir. Ekosari Roektiningrum)


A. Judul
Pembuatan Bioethanol
B. Tujuan
Mengetahui cara pembuatan bioethanol dari singkong
C. DasarTeori

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula


dari sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Dalam
perkembangannya, produksi alkohol yang paling banyak digunakan adalah
metode fermentasi dan distilasi. Bahan baku yang dapat digunakan pada
pembuatan etanol adalah nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira
sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari buah mete; bahan
berpati: tepung,tepung sorgum biji, sagu, singkong, ubi jalar, ganyong, garut,
umbi dahlia; bahan berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang,
bagas dan lain-lain (Maggy, 1990).

Bioetanol dapat dibuat dari singkong. Singkong (Manihot utilissima) sering


juga disebut sebagai ubi kayu atau ketela pohon, merupakan tanaman yang
sangat populer di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis. Di
Indonesia, singkong memiliki arti ekonomi terpenting dibandingkan dengan
jenis umbi-umbian yang lain Selain itu kandungan pati dalam singkong yang
tinggi sekitar 25-30% sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif. Dengan
demikian, singkong adalah jenis umbi-umbian daerah tropis yang merupakan
sumber energi paling murah sedunia. Potensi singkong di Indonesia cukup besar
maka dipilihlah singkong sebagai bahan baku utama. (Dwiari, 2008)
Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl

Pati yang berasal dari singkong memiliki suhu gelatinasi yang lebih
rendah dibandingkan dengan pati yang berasal dari tumbuhan yang lainnya.
Suhu gelatinasi pati singkong berkisar antara 49-64 °C sampai 62-73 °C. Tatapi
menurut Kofler, suhu gelatinasi pati singkong adalah 68-92 °C. Pati singkong
memiliki viskositas paling tinggi bila dibandingkan dengan pati-pati yang
lainnya. Karakteristik viskositas ini dipengaruhi oleh perbedaan varietas, faktor
lingkungan, laju pemanasan, dan bahan-bahan lain yang terdapat di dalam
sistem (Samsuri, 2008).

Secara alamiah pati merupakan campuran dari amilosa dan amilopektin.


Komposisi amilosa dan amilopektin berbeda-beda pada tiap tumbuhan. Untuk
pati yang berasal dari jagung memiliki kadar amilosa 28% dan kadar
amilopektin 72%, sedangkan pati yang berasal dari singkong dan beras
memiliki kandungan amilosa dan amilopektin yang sama, yaitu secara berturut-
turut 17% dan 83% (Samsuri, 2008).
1. Bahan Pembantu Pada Proses Pembuatan Bioetanol
a. Ragi (Saccharomyces cerevisiae)
Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi.
Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan
fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media
biakan ini dapat berbentuk butiranbutiran kecil atau cairan nutrien. Ragi
umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan
dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir.
(Rhonny, 2003)
Saccharomyces cerevisiae merupakan salah satu spesies ragi
yang memiliki daya konversi gula menjadi bioetanol dengan baik.
Mikroba ini biasanya dikenal dengan baker’s yeast dan metabolismenya
telah dipelajari dengan baik. Produk metabolik utama adalah bioetanol,
CO2, dan air sedangkan beberapa produk lain dihasilkan dalam jumlah
sangat sedikit. Ragi ini bersifat fakultatif anaerobik. Saccharomyces
cerevisiae memerlukan suhu 30oC dan pH 4,0-4,6 agar dapat tumbuh
dengan baik. Ragi tumbuh optimum pada suhu 25-30oC dan 9
maksimum pada 35-47oC. Nilai pH untuk pertumbuhan ragi yang baik
antara 3-6. Perubahan pH dapat mempengaruhi pembentukan hasil
samping fermentasi. Pada pH tinggi maka konsentrasi gliserin akan naik
dan juga berkorelasi positif antara pH dan pembentukan asam piruvat.
Pada pH tinggi maka lag phase akan berkurang dan aktivitas fermentasi
akan naik (Rhonny, 2003).

2. Proses Produksi Bioetanol


Proses produksi bioetanol pada dasarnya sama untuk semua jenis bahan
baku, seperti hidrolisis, fermentasi, dan destilasi. Namun, pada pengolahan
awal sebelum difermentasi setiap bahan baku mengalami proses yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, proses produksi bioetanol yang berasal dari
bahan yang mengandung pati dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a. Gelatinisasi: dalam proses gelatinasi, bahan baku seperti ubi kayu, ubi
jalar atau jagung dihancurkan dan dicampur air sehingga menjadi
bubur yang diperkirakan mengandung pati 27-30 %.(Pudjaatmaka dan
Qodratillah, 2002)
b. Hidrolisis: proses ini bertujuan untuk memecah molekul karbohidrat
polimer menjadi bentuk gula sederhana seperti glukosa. Proses ini
dilakukan untuk bahan baku yang mengandung pati dan selulosa. Pati
dan selulosa merupakan suatu polisakarida, sehingga untuk
memperoleh gula yang dapat digunakan pada proses fermentasi harus
melalui tahap hidrolisis dengan menggunakan asam atau enzim.
Namun, biasanya enzim lebih banyak digunakan. Proses ini
melibatkan pengionan molekul air ataupun peruraian senyawa yang
lain (Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002). Karena reaksi antara pati
dengan air berlangsung sangat lambat, maka untuk memperbesar
kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan
katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga
reaksi hidrolisis tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering
digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida.
Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga
persamaan reaksi yang terbentuk sebagai berikut.
(C6H10O5)n+ nH2O n(C6H12O6)
(Poedjadji, 1994)

c. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih
atau anaerob sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan
seperti natrium klorida bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan
organisme pembusuk dan mencegah pertumbuhan sebagian besar
organisme yang lain. Suatu fermentasi yang buruk biasanya adalah
fermentasi yang mengalami kontaminasi, sedangkan fermentasi yang
normal adalah perubahan karbohidrat menjadi alkohol. proses
fermentasi bertujuan untuk mengubah glukosa menjadi etanol dengan
menggunakan ragi (saccharomyces cereviseae). Jenis mikroba ini
mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alcohol dan
gas CO2 secara cepat dan efisien (Poedjadji, 1994). Alkohol yang
diperoleh dari proses fermentasi biasanya mengandung kadar alkohol
sebesar 8-10 % volume.
Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses
penguraian gula menjadi bioethanol dan karbondioksida yang
disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba.
Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah perubahan
glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel saccharomyces cereviseae.
C6H12O6 + Saccharomyces cereviseae C2H5OH + 2CO2
Glukosa enzim zimosa etanol
karbondioksida
(Poedjadji, 1994)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Bioethanol


a. Media
Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik
terutama glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam
proses fermentasi bioethanol (Prescott and Dunn, 1959)
b. Suhu
Suhu optimum bagi pertumbuhan saccharomyces cereviseae dan
aktivitasinya adalah 25-35oC. Suhu memegang peranan penting karena
secara langsung dapat mempengaruhi aktivitas saccharomyces
cereviseae dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kadar
bioethanol yang dihasilkan (Prescott and Dunn, 1959).
c. Nutrisi
Selain sumber karbon, saccharomyces cereviseae juga
memerlukan sumber nitrogen, vitamin dan mineral dalam
pertumbuhannya. Pada umumnya sebagian besar saccharomyces
cereviseae memerlukan vitamin seperti biotin dan thiamin yang
diperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa mineral juga harus ada
untuk pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat, kalium,
sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga (Prescott and
Dunn,1959).
d. pH
pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor
yang menentukan kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu
sifat Saccharomyces cereviseae adalah bahwa pertumbuhan dapat
berlangsung dengan baik pada kondisi pH 4 – 6 (Prescott and Dunn,
1959).
e. Volume starter
Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media
fermentasi. Jumlah volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk
fermentasi serta dapat menghasilkan kadar alkohol yang relative tinggi.
Volume starter yang terlalu sedikit akan mengakibatkan produktivitas
menurun karena menjadi lelah dan keadaan ini memperbesar terjadinya
kontaminasi. Peningkatan volume starter akan mempercepat terjadinya
fermentasi terutama bila digunakan substrat berkadar tinggi. Tetapi jika
volume starter berlebihan akan mengakibatkan hilangnya kemampuan
bakteri untuk hidup sehingga tingkat kematian bakteri sangat tinggi.
f. Waktu fermentasi
Waktu fermentasi yang normal yaitu 3-14 hari, jika waktunya
terlalu cepat, bakteri Saccharomyces cerevisiae masih dalam masa
pertumbuhan, dan jika terlalu lama maka bakteri akan mati dan etanol
yang dihasilkan tidak maksimal. (Arbianto, 1994)
g. Konsentrasi gula
Konsentrasi gula yang cocok adalah 10-18 %, jika konsentrasi
gulanya rendah menyebabkan fermentasi tidak optimal sedangkan
apabila konsentrasi gulanya terlalu tinggi akan menyebabkan
terhambatnya perkembangan Saccharomyces cereviseae. (Arbianto,
1994)

d. Destilasi
Distilasi merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan titik didih atau kemudahan menguap
(volatilitas). Faktor yang berpengaruh pada proses distilasi adalah jenis
bahan yang didistilasi, temperatur, volume bahan dan waktu distilasi.
Namun faktor yang paling berpengaruh adalah temperatur Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa
pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik
didihnya. Proses perpindahan massa merupakan salah satu proses yang
cukup penting (Poedjadji, 1994)
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian
besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78oC
sedangkan air adalah 100oC (kondisi standar). Dengan memanaskan
larutan pada suhu rentang 78 - 100oC akan mengakibatkan sebagian
besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi, akan bisa dihasilkan
etanol dengan konsentrasi 95% volume (Poedjadji, 1994).
Gambar 1. Alat Destilasi Sederhana

D. Metodologi
1. WaktudanTempat
TempatPraktikum : Laboratorium IPA, FMIPA, UNY
WaktuPraktikum : 6 Februari 2019-20 Februari 2019
2. AlatdanBahan
a. Alat b. Bahan
1) Pisau 1) Singkong
2) Parutan 2) HCL
3) Baskom 3) NaOH
4) Panci 4) Saccharomycess
5) Kompor gas cerevisiae (ragi tape)
6) Pengaduk sayur
7) Kain penyaring
8) Plastik dan karet
9) Lampu neon panjang
10) Pipa paralon
11) Papan triplek
12) Kawat
13) Selotip
14) Plastisin
15) Selang
16) Botol kaca kecil
17) Kaleng susu bekas
18) Termometer
19) Filter air

3. Langkah Kerja
a. Merangkai alat destilasi sederhana
1) Membongkar lampu LED yang panjang sehingga dihasilkan seperti
pipa kaca yang akan digunakan sebagai pengganti kondensor.
2) Membuat rangkaian alat dari paralon untuk menyangga pipa lampu
LED, kemudian rekatkan dengan menggunakan selotip.
3) Memasang selang di kedua ujung lambu sebagai jalur keluar
masuknya air dingin saat proses destilasi dan memasukkan selang
lain sepanjang pipa sebagai jalan uap panas hasil penguapan dari
mendidihkan cairan yang didestilasi, kemudian menutup rapat
kedua ujung lampu dengan selotip dan dirangkap plastisin agar tidak
bocor.
4) Memasang botol kaca di ujung selang bagian bawah dan memacang
kaleng bekas susu yang bertutup di bagian atas.
5) Alat destilasi sederhana siap digunakan

b. Membuat bioetanol
1) Mengupas singkong menggunakan pisau.
2) Mencuci singkong yang telah dikupas hingga benar-benar bersih.
3) Memarut singkong yang telah dicuci menggunakan parutan kelapa.
4) Memeras singkong yang telah diparut dengan menggunakan air
tipis.
5) Tambahkan HCL sebanyak 7 ml ke dalam air perasan singkong
untuk proses hidrolisis kemudian memanaskannya diatas kompor
gas.
6) Menambahkan 6 ml NaOH untuk proses netralisasi.
7) Menambahkan Saccharomycess cerevisisae (ragi tape) setelah
cairan menjadi dingin.
8) Melakukan fermentasi cairan perasan singkong yang telah
ditambahkan ragi selama 5-7 hari.
9) Melakukan proses destilasi hingga dihasilkan bioetanol.
E. Data HasilPraktikum
No Lama fermentasi Hasil Ujinyala
1. 5 hari Sangat sedikit bioethanol Tidak bisa
menyala

F. Pembahasan

Dalam pratikum kali ini kami mengangkat sebuah judul yaitu mengenai
“Pembuatan Bioetanol dari Singkong”, ini mengandung serat kasar dengan
karbohidrat yang tinggi yaitu, senyawa selulosa. Bioetanol ini dibuat melalui
proses anaerob dengan bantuan mikroba yaitu Saccharomyses cereviseae
dengan teknik fermentasi. Hasil fermentasi diproses dengan menggunakan alat
destilasi sederhana yang terbuat dari bekas lampu LED, paralon, dan selang
untuk memisahkan etanol dari fermentasi berdasarkan perbedaan titik didihnya.

Proses pembuatan etanol ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu


yang pertama tahap pengambilan pati dari singkong tersebut, dimana singkong
sebanyak 3 kg dipotong kecil-kecil dan kemudian ditambahkan air untuk
diblender, lalu diambil filtratnya. Selanjutnya tahap kedua yaitu hidrolisis pati
dari singkong. Hidrolisis merupakan suatu reaksi kimia antara air dengan suatu
zat lain. Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga
persamaan reaksi yang terbentuk sebagai berikut.

(C6H10O5)n+ nH2O n(C6H12O6)

Pati air glukosa

(Poedjadji, 1994)

Setelah proses hidrolisis, selanjutnya pati singkong direbus. Rebusan


pati singkong yang sudah dingin kemudian dilakukan proses fermentasi dengan
menambah ragi tape yang mengandung bakteri Saccharomyces cereviseae. Pati
singkong ditutup rapat menggunakan plastik agar udara tidak masuk ke dalam
pati. Proses fermentasi berlangsung selama empat hari. Pada awal fermentasi,
belum terlihat perubahan pada singkong. Setelah mengalami fermentasi,
singkong tersebut mengalami perubahan, menghasilkan cairan yang
mengandung alkohol, bentuknya berubah dan baunya pun menjadi khas. Hal
ini terjadi karena ditambahkannya ragi pada singkong tersebut. Ragi merupakan
mikroorganisme yang berperan mengubah glukosa menjadi alkohol disamping
menghasilkan air. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah
perubahan glukosa menjadi bioetanol oleh sel-sel Saccharomyces cereviseae.
Reaksinya pada proses fermentasi sebagai berkut:

C6H12O6 + Saccharomyces cereviseae C2H5OH + 2CO2

Glukosa enzim zimosa etanol karbondioksida

(Poedjadji, 1994)

Hasil fermentasi kemudian diproses dengan pemisahan destilasi.


Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah
air dan etanol). Proses destilasi dilakukan pada destilat sederhana yang telah
dibuat. Hasil destilasi selanjutnya diuji nyala apinya. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, praktikan hanya dapat menghasilkan bioetanol dengan
jumlah yang sangat sedikit. Uji nyala yang dilakukan tidak berhasil
menghasilkan nyala api karena jumlah bioetanol yang dihasilkan sangat sedikit.

Pembuatan bioetanol dari singkong didapatkan hasil yang kurang sesuai


dikarenakan beberapa faktor seperti pada proses fermentasi, pH dan suhu
kurang sesuai. pHnya harus antara 5-6, sedangkan untuk suhunya antara 30oC
sampai 40oC. Dalam percobaan pH dan suhu kurang dikontrol. Selain itu
singkong yang difermentasi, disimpan dalam wadah yang kurang tertutup rapat
sehingga mempengaruhi kualitas hasil fermentasi. Proses fermentasi harus
berjalan secara anaerob yang artinya tidak boleh terkena oksigen sama sekali,
di samping itu jangan sampai terkontaminasi. Harus demikian dikarenakan
apabila terkena oksigen atau terkontaminasi, proses fermentasi dapat gagal.

Faktor waktu selama fermentasi berpengaruh terhadap kualitas


bioetanol yang dibuat. Waktu fermentasi yang digunakan praktikan hanya
empat hari sehingga hasilnya pun kurang optimal. Waktu fermentasi yang
normal yaitu 3-14 hari, jika waktunya terlalu cepat, bakteri Saccharomyces
cerevisiae masih dalam masa pertumbuhan, dan jika terlalu lama maka bakteri
akan mati dan etanol yang dihasilkan tidak maksimal (Arbianto, 1994).

Bioetanol dalam kehidupan sehari-hari bermanfaat sebagai bahan bakar


alternatif yang ramah lingkungan karena memiliki bilangan oktan yang cukup
tinggi. Gas buang bioetanol lebih sedikit polusinya. Hal ini karena gas buang
bioetanol melepas karbondioksida lebih banyak daripada karbonmonoksida.
Selain itu bioetanol dimanfaatkan sebagai bahan baku beralkohol.

G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
proses pembuatan bioethanol berbahan dasar singkong ialah dengan mengambil
sari singkong yang kemudian diberi HCl, NaOH dan ragi, setelah itu
difermentasikan selama 5 hari dan tahap terakhir didestilasi.

H. Daftar Pustaka
Arbianto, Purwo. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Depdikbud.
Dwiari, S. R. 2008. Teknologi Pangan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Maggy, Themawidjaja. 1990. Bioteknologi. Jakarta: Erlangga.
Poedjadji, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI.
Pudjatmaka, A.H dan Qodratillah,M.T. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Prescott and Dunn. 1959. Industrial Microbiology. USA : McGraw-Hill.
Rhonny dan Danang. 2003. Laporan Penelitian Pembuatan Bioethanol dari
Kulit Pisang. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional.
Samsuri, Bilal. 2008. Penggunaan Pragelatinasi. Jakarta : FMIPA UI.

I. Lampiran
Gambar : rangkaian alat destilasi Gambar : kompor dan panci

Gambar : bahan-bahan Bioethanol Gambar : Proses penghalusan ragi

Gambar : Sari singkong diberi HCl Gambar : sari singkong diberi NaCl

Anda mungkin juga menyukai