Disusun oleh:
1. Achsania Dewi P F34170045
2. Sang Ayu Made ST F34170051
3. M. Rizki Alfiansyah F34170056
4. Nurhidayatun F F34170065
Latar Belakang
Praktikum ini bertujuan mengamati sifat fisik komoditas dan produk bahan
penyegar yaitu kopi, mengetahui berbagai cara pengolahan kopi, serta menganalisis
mutu berdasarkan karakteristik kopi beras dan kopi bubuk hasil olahannya, serta
pengolahan lanjut produk kopi sebagai minuman siap saji.
METODOLOGI
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, pisau, baskom
plastik, gelas ukur, hummermill, jangka sorong, wajan, teflon, griding, kemasan
plastik, oven, kompor, labu ukur, pipet, penangas air, cawan, desikator, gelas piala,
gelas, saringan, sendok, vietnam coffe drip, franch press, teko, expesso, syphone
dan chemex. Sedangkan bahan yang digunakan selama praktikum adalah buah kopi
ceri robusta,buah kopi ceri arabika , kopi beras robista, kopi beras arabika, aquades,
brown sugar, susu ketal manis, kreamer serta nutella.
Metode
Bahan
Selesai
2. Pengamatan bagian buah kopi
Bahan
Selesai
Proses kering
Bahan
Buah kopi hasil sortasi dijemur selama 2-3 minggu dibawah panas
sinar matahari atau menggunakan alat
Kopi hasil jemur yang sudah kering di giling menggunakan huler
untuk memisahkan kulit, hingga menjadi kopi beras bersih
Timbang kopi beras berdasarkan sortasi warna merah, kuning dan
hijau
Selesai
Proses basah
Bahan
Selesai
4. Kerapatan massa
Buah kopi
Bahan
Menyiapkan gelas ukur 500 ml dan kopi 100 gram yang telah
disortasi berdasarkan warna merah, kuning dan hijau
Isi gelas dengan air sebanyak 100 ml dan 100 gram buah kopi
dimasukkan kedalam gelas
Catat perubahan volume air yang ditunujukkan pada gelas ukur dan
catat penambahannya
Selesai
Kopi beras
Bahan
Menyiapkan gelas ukur 100 ml dan kopi beras yang telah disortasi
berdasarkan warna merah, kuning dan hijau
Isi gelas dengan air sebanyak 100 ml dan kopi dimasukkan kedalam
gelas
Catat perubahan volume air yang ditunujukkan pada gelas ukur dan
catat penambahannya
Selesai
5. Perbedaan ukuran
Buah kopi
Bahan
Meyiapkan buah kopi hasil sortasi berdasarkan warna merah, kuning dan
hijau sebanyak 100 gram
Selesai
Kopi Beras
Bahan
Meyiapkan buah kopi hasil sortasi berdasarkan warna merah, kuning dan
hijau sebanyak 20 biji
Selesai
6. Kadar air
Bahan
Selesai
7. Test Triage
Bahan
Selesai
8. Test defect
Bahan
Selesai
Bahan
Selesai
10. Test ukuran biji
Bahan
Selesai
Bahan
Diasiapkan biji kopi beras kompor dan penggorengan (wajan dan teflon)
Selesai
12. Kadar air
Bahan
Selesai
13. Kadar sari kopi
Bahan
Masukan kedalam gelas piala 500 ml, ditambahkan air sebanyak 200 ml
dan diamkan selama 1 jam
Saring larutan contoh kedalam labu ukur 500 ml bilas menggunakan air
panas hingga larutan jernih
Biarkan sampai pada suhu kamar tambahkan air sampai tanda tera
Selesai
14. Pengujian cita rasa kopi
Bahan
Seduh kopi dengan 150 ml air panas bersuhu 93oC selama 4 menit
Selesai
15. Penyeduhan kopi dan organoleptik
Bahan
Seduhan kopi dibagi menjadi 3 gelas serta terdapat gelas yang ditambah
atau diinasikan dengan bahan lain seperti nutella, krimer dll
Selesai
PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
[Terlampir]
Pembahasan
Pengujian kerapatan massa atau massa jenis dilakukan terhadap biji kopi
arabika proses pengolahan basah dan robusta pengolahan kering dengan yang
masing-masing memiliki perbedaan tingkat kematangan. Berdasarkan data tabel2
tentang kerapatan massa biji kopi, biji kopi arabika merah memiliki data kerapatan
massa yang paling tinggi yaitu 0,92. Sedangkan kerapatan massa Arabika kuning
berdasarkan data diperoleh nilai 0,89. Kerapatan massa yang paling rendah pada
biji kopi arabika terdapat pada biji kopi arabika hijau yaitu 0,79. Menurut Moreira
et al. (1985), massa jenis kopi arabika merupakan hubungan antara massa dan
volume tiap biji kopi. Penyebab perbedaan massa jenis dimungkimkan akibat
adanya perubahan dalam biji kopi arabika non sangrai (Balya et al. 2013). Menurut
Ridwansyah (2003), selama prosess fermentasi terjadi pemecahan senyawa-
senyawa yang terdapat pada biji kopi seperti pemecahan senyawa polar dan asam
klorogenat. Pemecahan senyawa-senyawa tersebut akan menurunkan berat perbiji
kopi sekaligus menurunkan massa jenis kopi arabika. Berdasarkan data biji kopi
robusta pengolahan kering diketahui bahwa robusta merah memiliki kerapatan
massa yang paling tinggi yaitu 0,67. Nilai kerapatan massa pada biji kopi tersebut
menunjukan semakin tinggi tingkaat kematangan biji kopi tersebut semakin tinggi
juga nilai kerapatan massanya. Karena kerapatan didefinisikan sebagai massa atau
berat per satuan volume, sedangkan berat jenis adalah perbandingan kerapatan
bahan dengan kerapatan air (1 g/cm3) jadi jika semakin matang buah maka angka
berat jenisnya semakin mendekati angka satu ( Sativa et al. 2014).
Berdasarkan tabel 3 tentang tes defect diperoleh data mutu kopi arabika
pengolahan basah dan kopi robusta pengolahan kering pada setiap tingkat
kematangan. Penentunan mutu kopi arbika dan robusta berdasarkan syarat mutu
khusus biji kopi dengan menggunakan system nilai cacat. Data mutu kopi arabika
yang diperoleh menunjukan nilai mutu arabika merah yaitu 4b, arabika hijau 4b dan
arabika kuning 3. . Menurut SNI mutu 4b memiliki persyaratan jumlah nilai cacat
61 sampai dengan 80 dan mutu 3 memiliki nilai cacat 26 sampai dengan 44. Proses
pengolahan kopi robusta dilakukan melalui pengolahan kering. Berdasarkan data
tabel 3 diperoleh nilai cacat robusta merah, robusta hijau dan robusta kuning yaitu
147,234,2, dan 128,9. Mutu pada masing-masing kopi robusta yaitu 5, 6, dan 5. Biji
kopi robusta hijau memiliki nilai mutu yang paling rendah hal ini dapat disebabkan
karena biji kopi tersebut masih muda. Biji pecah umumnya karena buah kopi masih
muda sehingga pada saaat pengupasan kulit buah kopi(pulping) menjadi pecah
(Setyani et al. 2018). Menurut SNI (2008), mutu 5 memiliki persyaratan jumlah
nilai cacat 81 sampai dengan 150 sedangkan mutu 6 memiliki jumlah nilai cacat
151 sampai dengan 225. Berdasarkan perbandingan mutu yang diperoleh mutu kopi
arabika dengan pengolahan basah lebih baik dibandingkan dengan mutu kopi
robusta pengolahan kering. Pengolahan kopi basah menghasilkan biji kopi dengan
mutu lebih baik, hanya saja memerlukan waktu yang relatif lama disbanding
pengolahan kering Nilai cacat pada yang tinggi pada kopi dipengaruhi oleh jumlah
biji coklat, biji pecah, biji berlubang, biji hitam yang terdapat pada kopi. Biji kopi
hitam biasanya karena penyakit yang menyerang kopi dan biji berlubang karena
serangan serangga. Biji hitam, biji coklat, dan berlubang memiliki pengaruh yang
kuat terhadap cita rasa (Setyani et al. 2018).
Lampiran 10 Kadar air setelah roasting
Jenis Kopi Berat Berat Nilai kadar
awal (gr) akhir (gr) air (%)
Robusta merah 7,7 7,6 1,3
kering
Robusta merah 6,0 5,9 1,6
basah
Robusta hijau 7,2 7,2 -
kering
Robusta hijau 7,1 7,2 -
basah
Robusta kuning 6,4 6,4 -
kering
Robusta kuning 5,9 5,9 -
basah
Arabika merah 5,9 5,9 -
kering
Arabika merah 5,7 5,6 1,7
basah
Arabika hijau 5,5 5,4 1,8
kering
Arabika hijau 6,2 6,3 -
basah
Arabika kuning 6,1 6,3 -
kering
Arabika kuning 6,1 6,0 1,6
basah
Kualitas biji kopi dapat ditingkatkan bila proses penyangraian dilakukan
pada suhu dan lama penyangraian yang tepat untuk mendapatkan kadar air dan
tingkat keasaman yang sesuai dengan standar SNI01-2983-1992 (Standar Nasional
Indonesia 1992) dan SNI 01- 3542-2004 (Standar Nasional Indonesia 2004). Kadar
air biji kopi cenderung mengalami penurunan pada saat suhu dan lama
penyangraian mengalami peningkatan. Semakin besar perbedaan suhu antara
medium pemanas dengan bahan pangan semakin cepat pindah panas ke bahan
pangan dan semakin cepat pula penguapan air dari bahan pangan. Perubahan massa
air akan terjadi ketika kandungan air pada bahan telah sampai pada kondisi jenuh,
sehingga menyebabkan air yang terkandung di dalam bahan berubah dari fase cair
menjadi uap (Rahayoe et al. 2009).
Awal proses energi panas yang tersedia di dalam ruang sangrai digunakan
untuk menguapkan air. Kadar air biji kopi turun cepat pada awal penyangraian dan
kemudian akan berlangsung relatif lambat pada akhir penyangraian. Dari hasil
analisis, perlakuan arabika hijau kering kadar air pada perlakuan tersebut paling
tinggi sehingga cita rasa (flavour) pada kopi lebih baik. Jika kadar air rendah, besar
dugaan bahwa cita rasa (flavour) pada kopi banyak terangkut dalam proses oksidasi
selama penyangraian (Sivetz dan Foote 1973).
Kadar air suatu bahan merupakan banyaknya kandungan air persatuan bobot
bahan yang dinyatakan dalam persen berat basis basah (wet basis) atau dalam
persen basis kering (dry basis). Kadar air basis basah mempunyai batas maksimum
teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air basis kering lebih 100 %. Kadar air basis
basah (m) adalah perbandingan antara berat air yang ada dalam bahan dengan berat
total bahan (Syarif dan Halid 1993). Kadar air kopi sangrai perlu diketahui karena
kadar air dapat memengaruhi penampakan terkstur, aroma serta cita rasa.,
disamping itu juga menentukan daya tahan. Semakin rendah kadar air kopi sangrai
maka semakin tinggi daya tahan kopi sangrai terutama terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh mikroorganisme (Rahmawati 2010)
Tabel 10 menunjukkan bahwa selama proses penyangraian terjadi
penurunan kadar air biji kopi dan semakin lama waktu sangrai maka nilai kadar air
semakin turun. Pada perlakuan robusta merah dan kering kadar air yang didapatkan
hasil menurun, sehingga air yang menguap pada robusta merah basah sebesar 1,3%
dan kering sebesar 1,6%. Air yang menguap sebagian besar adalah air yang berada
di jaringan sel dekat dengan permukaan biji. Karena perambatan air secara difusi
dari dalam biji ke arah luar tidak terlalu jauh jaraknya maka tidak membutuhkan
waktu lama untuk mencapai permukaan biji sehingga banyak air yang keluar
sebagai uap air karena pengaruh suhu penyangraian. Pada perlakuan robusta hijau
dan kuning baik basah dan kering, tidak adanya perubahan kadar air. Hal ini
disebabkan oleh lamanya perambatan air dalam jaringan sel ke permukaan biji
karena letaknya sudah agak jauh dari permukaan biji kopi. Sedangkan pada
perlakuan arabika merah kering, tidak adanya perubahan kadar air. Arabika merah
basah mengalami penurunan kadar air sebesar 1,7%, arabika hijau kering
mengalami penurunan sebesar 1,8% dan arabika kuning basah juga mengalami
penurunan sebesar 1,6%. Sedangkan arabika hijau kering basah dan arabika kuning
kering tidak mengalami penurunan kadar air. Semakin sedikitnya penurunan kadar
air disebabkan oleh kandungan air jaringan sel yang semakin sedikit dan letaknya
sudah jauh dari permukaan biji hal tersebut ditambah dengan terjadinya proses
pirolisis yang menyebabkan air sulit untuk keluar dari jaringan sel.
Lampiran 11 Cupping protocoler
Atribut Penilaian Robusta Arabika
Aroma 7.00 7.25
Flavor 6.75 6.75
After taste 7.00 6.75
Acidity 6.50 6.75
Body 6.75 6.50
Sweetness 3.50 4.25
Uniformity 5.00 5.25
Clean Cup 5.25 5.25
Balance 6.50 6.50
Overall 6.75 6.75
Total 61.00 62.00
Defect - -
Unsur citarasa yang dinilai meliputi aroma (bau aroma saat diseduh), flavor
(rasa dilidah), body (kekentalan), acidity (keasaman), aftertaste (rasa yang
tertinggal dimulut), sweetness (rasa manis), balance (aspek keseimbangan rasa),
clean cup (kesan rasa umum), uniformity (adanya keseragaman rasa dari tiap
cangkir), dan overall (aspek rasa keseluruhan). Skor dan notasi citarasa terbagi
menjadi empat kelompok: 6,00– 6,75 = good; 7,00–7,75 = very good; 8,00–8,75 =
excellent; 9,00–9,75 = outstanding. Apabila nilai total skor citarasa seduhan ≥ 80
(pada skala 100) maka dapat dikategorikan sebagai kopi spesialti. Jika nilai total
skor citarasa seduhan < 75, maka dapat dikategorikan sebagai kopi off grade.
Adapun penilaian karakter rasa kopi mengacu kepada diagram coffee tasters flavor
wheel (Caspersen 2012)
Lampiran 11 Menunjukkan data cupping pada dua jenis kopi yaitu arabika
dan robusta. Aroma adalah bau kopi ketika diresapi dengan air panas dan uap
dilepaskan (disebut WET aroma). Hasil yang didapatkan nilai dari kopi Arabika
lebih besar dari kopi robusta. Cupping memiliki beberapa atribut penilaian yang
akan menilai salah satu jenis atau mutu kopi yang terbaik. Indra pengecapan adalah
salah satu penentu dari flavor kopi. Flavor merupakan kombinasi yang di rasakan
pada lidah dan aroma uap yang mengalir dari mulut ke hidung panelis. Flavor dapat
berubah sesuai dengan suhu. Rata-rata nilai flavor dari kopi robusta dan arabika
yang didapatkan bernilai sama. After Taste diartikan sebagai lamanya rasa yang
dihasilkan dari bagian belakang langit-langit dan yang tersisa setelah kopi ditelan.
Kopi robusta memiliki rasa yang lebih melekat pada lidah dibandingkan kopi
arabika.
Acidity biasa diartikan sebagai rasa asam yang jelas enak, atau masam jika
tidak enak. Acidity yang baik menggambarkan kopi yang enak, manis dan seperti
rasa buah segar yang langsung dirasakan pada saat kopi diseruput. Acidity yang
terlalu dominan dikategorikan tidak enak acidity dapat berubah sesuai dengan suhu.
Hasil yang didapatkan pada praktikum ini adalah Arabika memiliki acidity lebih
tinggi dibandingkan Robusta. Body merupakan sentuhan perasaan berat/kental atau
ringan cairan di mulut, terutama dirasakan antara lidah dan langit-langit mulut, hal
ini dihasilkan dari padatan terlarut dan minyak yang tersuspensi dalam cairan. Hasil
yang didapatkan berbanding terbalik dengan nilai keasamanan pada kopi, ternyata
kopi arabika lebih kental dibandingkan kopi robusta. Uniformity merupakan
keseragaman rasa dan aroma dari setiap gelas. Clean up menunjukan tidak adanya
nilai negatif dari awal berupa cita rasa sampai aftertaste. Sweetness merupakan
adanya rasa manis yang terdapat pada kopi. Hasil yang didapatkan arabika memiliki
kandungan gula dan lipid yang lebih tinggi daripada robusta sehingga lebih manis
saat diminum tanpa perlu menggunakan gula, sedangkan robusta memang memiliki
kadar kafein dua kali lebih banyak, namun ini berakibat pada rasa kopinya yang
lebih pahit.
Balance adalah semua aspek flavor, aftertaste, acidity, body yang seimbang
pada contoh atau dengan kata lain balance adalah tidak adanya rasa atao aroma yang
mendominasi. Overall adalah gambaran tingkat kesukaan holistik dari kopi oleh
panelis/cupper secara individual atau pada tahap ini panelis memberikan tingkat
kesukaan pribadinya. Nilai balance dan overall didapatkan seimbang dari kopi
robusta dan kopi arabika pada praktikum ini. Defect adalah aroma dan rasa negative
atau cacat pada kopi yang dapat mengurangi kualitas penilaian pada kopi.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil praktikum didapatkan hasil cupping
dengan skor tertinggi ada pada kopi Arabika. Hal ini sesuai dengan mutu kopi
Arabika yang memiliki kualitas lebih baik daripada kopi Robusta. Namun, nilai
total skor citarasa seduhan kopi yang didapatkan dari kedua kopi tersebut < 75,
maka kedua kopi tersebut dikategorikan sebagai kopi off grade, mutu cita rasa kopi
tersebut termasuk kategor rendah.
Lampiran 12 Organoleptik kopi
Kode Warna Rasa Bau Rata-rata
101 55 38 57 50
102 83 85 84 84
103 81 58 82 73.67
111 76 72 67 71.67
112 75 62 66 67.67
113 97 72 74 81
121 70 50 77 65.67
122 91 80 80 83.67
123 100 107 102 103
131 91 91 88 90
132 78 57 88 74.34
133 96 109 93 99.34
Lampiran 12 Organoleptik kopi (Lanjutan)
Kode Warna Rasa Bau Rata-rata
141 97 111 100 102.67
142 108 91 99 99.34
143 100 94 89 94.34
151 79 52 90 73.67
152 41 38 39 39.34
153 104 95 103 100.67
161 71 69 66 68.67
162 48 51 46 48.34
163 56 60 64 60
*)101 = Robusta wajan medium original,
102 = Robusta wajan medium ditambah susu segar,
103 = Robusta wajan medium ditambah susu kental manis,
111 = Arabika light wajan ditambah susu kental manis,
112 = Arabika light kuali ditambah susu kental manis,
113 = Arabika light teflon ditambah susu kental manis,
121 = Arabika dark teflon original,
122 = Arabika dark teflon ditambah brown sugar,
123 = Arabika dark teflon ditambah gula dan creamer,
131 = Robusta dark teflon original,
132 = Robusta dark teflon ditambah brown sugar,
133 = Robusta dark teflon ditambah gula dan creamer,
141 = Arabika teflon light original
142 = Arabika teflon light ditambah nutella,
143 = Arabika teflon light ditambah susu segar dan brown sugar,
151 = Robusta dark kuali original,
152 = Robusta dark kuali ditambah creamer dan brown sugar,
153 = Robusta dark kuali ditambah nutella,
161 = Arabika light wajan original
162 = Arabika light wajan ditambah susu kental manis
163 = Arabika light wajan ditambah susu segar dan gula
120
100
80
60
rata-rata
40
20
0
101 103 112 121 123 132 141 143 152 161 163
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA