Latar Belakang
Tujuan
Prosedur
Bahan
Selesai
Bahan
Selesai
3. Kerapatan massa buah kopi
Bahan
Menyiapkan gelas ukur 500 ml dan kopi 100 gram yang telah
disortasi berdasarkan warna merah, kuning dan hijau
Isi gelas dengan air sebanyak 100 ml dan 100 gram buah kopi
dimasukkan kedalam gelas
Catat perubahan volume air yang ditunujukkan pada gelas ukur dan
catat penambahannya
Selesai
Bahan
Meyiapkan buah kopi hasil sortasi berdasarkan warna merah, kuning dan
hijau sebanyak 100 gram
Selesai
5. Kadar air
Bahan
Selesai
6. Test Triage
Bahan
Selesai
7. Test defect
Bahan
Selesai
Bahan
Amati biji kopi dengan indra penciuman dan penglihatan tentukan
keseragaman wana dan bau kopi yang tercium
Pisahkan biji kopi berdasarkan ukuran M, L dan S
Selesai
9. Kadar air sangrai
Bahan
Selesai
10. Uji sari kopi
Bahan
Masukan kedalam gelas piala 500 ml, ditambahkan air sebanyak 200 ml
dan diamkan selama 1 jam
Saring larutan contoh kedalam labu ukur 500 ml bilas menggunakan air
panas hingga larutan jernih
Biarkan sampai pada suhu kamar tambahkan air sampai tanda tera
Selesai
11. Pengujian cita rasa kopi
Bahan
Seduh kopi dengan 150 ml air panas bersuhu 93oC selama 4 menit
Selesai
12. Uji organoleptik
Bahan
Seduhan kopi dibagi menjadi 3 gelas serta terdapat gelas yang ditambah
atau diinasikan dengan bahan lain seperti nutella, krimer dll
Selesai
Hasil Pengamatan
[Terlampir]
Pembahasan
Kopi robusta merupakan kopi yang dapat tumbuh optimal pada ketinggian
sekitar 100m dpl. kopi robusta juga merupakan kopi yang menghasilkan biji yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan kopi arabika karena kopi robusta memiliki
kemampuan beradaptasi yang lebih baik dengan lingkungan serta dapat tahan
terhadap penyakit karat daun. Secara umum, ciri-ciri kopi robusta adalah memiliki
rasa yang menyerupai coklat, ukuran panjang buah kopi robusta sekitar 8-16 mm,
warna biji yang bervariasi tergantung cara pengolahan dan teksturnya lebih kasar
dari kopi arabika (Afriliana 2018).
Kopi arabika memiliki bentuk bulat telur yang bergaris ke samping,
bergelombang, hijau pekat, kekar dan meruncing di bagian ujungnya, ukuran
panjang buah kopi arabika sekitar 12-18 mm. Daun kopi ini tumbuh dan tersusun
secara berdampingan di ketiak batang, cabang dan ranting yang tumbuh mendatar.
Kopi arabika memiliki daun yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kopi
robusta. Kopi ini merupakan kopi yang paling banyak diproduksi di dunia karena
memiliki ukutran yang lebih besar dan aroma yang lebih harum sehingga banyak
disukai oleh masyarakat (Putra 2015).
Pengamatan perbedaan tingkat kematangan pada buah kopi Arabika dan
buah kopi Robusta didapatkan presentase terbesar diantara buah merah, kuning,
dan hijau pada buah kopi Arabika dan buah kopi Robusta yakni pada buah kopi
yang berwarna merah. Cara panen akan berpengaruh pada proporsi buah yang
disortasi. Terdapat tiga cara panen, cara panen racutan merupakan cara panen
yang tidak hanya mementingkan buah tua saja, tetapi buah kopi yang masih muda
(hijau) juga ikut dipanen. Cara panen lelesan, dilakukan pada kopi yang telah
gugur karena terlambat pada saat pemetikan. Panen setengah selektif dilakukan
pada dompolan buah yang sudah masak/tua saja biasanya kopi yang dipanen
adalah kopi yang berwarna kuning kemerahan dan merah. (Ernawati 2008).
Berdasarkan literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa cara panen buah kopi
Arabika dan Robusta pada penelitian dilakukan dengan cara panen racutan, karena
meski jumlah buah yang berwarna merah lebih dominan, namun buah kuning dan
hijau masih terdapat di hasil panen tersebut.
selanjutnya yaitu pengujian trase dengan dua jenis kopi yaitu arabika dan
robusta dengan berat sampel yaitu 100g. Data hasil pengamatan kelompok 1 untuk
jenis arabika dan kopi robusta masing-masing nilai trasenya 29,5% dan 45,5% ,
selanjutnya data hasil pengamatan kelompok 2 untuk jenis arabika besar trasenya
7,1% sementara robusta tidak ada, untuk kelompok 3 mendapatkan hasil trase
untuk jenis arabika dan robusta masing-masing 34,6% dan 30%. kelompok 4
mendapatkan hasil trase untuk jenis kopi arabika yaitu 7,65% ,sementara itu
kelompok 5 mendapatkan data trase untuk biji kopi arabika dan robusta masing-
masing 32% dan 45,5% dan kelompok 6 mendapatkan data trase untuk biji kopi
arabika dan robusta masing-masing9 8,5% dan 17% . Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam 100g sampel,biji kopi arabika memiliki persentase trase
yang lebih kecil dibandingkan dengan robusta yang menunjukkan bahwa kuliatas
biji kopi arabika lebih bagus daripada biji kopi robusta hal ini sesuai dengan
litelatur Qodry et al(2017) semakin tinggi tanaman kopi dari permukaan laut,maka
nilai cacat pada biji kopi semakin kecil. Begitupula sebaliknya, semakin tanaman
kopi yang ditanam di ketinggian rendah memiliki nilai cacat biji kopi yang tinggi,
menyebabkan biji kopi tersebut bermutu rendah.
selanjutnya yaitu defect test dengan menggunakan 2 standar acuan yaitu SNI
dan SCAA , untuk SNI Biji kopi ini dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu
mutu 1,2,3,4A,4B,5,dan 6. Biji- biji yang ada dikelompkan sesuai dengan jumlah
cacat biji pada mutu 1 biji kopi memiliki jumlah cacat maksimum 11 biji. Mutu 2
biji kopi memiliki jumlah nilai cacat 12-25. Mutu 3 memiliki jumlah cacat sebesar
26-44. Mutu 4A memiliki jumlah cacat sebesar 45-60. Mutu 4B memiliki jumlah
biji cacat sebanyak 61-80. Pada mutu 5 jumlah biji cacat sebanyak 81-150.
Sedangkan pada mutu 6 jumlah biji cacat sebanyak 151-225 biji (BSN 2008).
Data kelompok 1 untuk biji kopi arabika dan robusta masing-masing 52,8 dan
114,8 sehingga masuk ke mutu 4A dan 5, kelompok 2 untuk biji kopi arabika nilai
cacatnya 65,05 sehingga mutunya 4B,kelompok 3 nilai cacat untuk kopi arabika
dan robusta masing-masing 29,4 dan 57,95 sehingga mutunya 3 dan 4A
,kelompok 4 nilai cacat untuk biji kopi arabika yaitu 49 sehingga mutunya 4A
,kelompok 5 nilai cacat untuk biji kopi arabika dan robusta masingf-masing 28,5
dan 72 sehingga mutunya masuk ke grade 3 dan 4B dan untuk kelompok 6 nilai
cacat untuk biji kopi arabika dan robusta masing-masing 46,5 dan 65 sehingga
mutunya masuk ke grade 4A dan 4B. Sementara untuk standar SCAA yaitu
standar yang sering digunakan untuk perdagangan internasional, cara pengk
lasifikasiannya dengan menggunakan 300g sampel jika kualitas kopi bagus dan
menggunakan 100g jika kualitas biji kopi rendah dengan banyak cacat. Kelas
mutu yang ditetapkan SCAA terbagi atas 5 kelas mutu yaitu Speciallity Grade
Green Coffea yaitu tidak boleh ada cacat primer dan tolernsi maksimal
5%,Premium Coffea Grade yaitu cacat primer diperbolehkan dengan toleransi 5%
,Exchange coffea Grade yaitu kopi yang cacat tidak lebih dari 9-23 dari 300g
,Below Standard Grade yaitu 24-86 cacat dari 300g, dan Off Grade yaitu lebih
dari 86 cacat dari 300g(Madi 2010) . berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1
nilai cacat untuk biji kopi arabika 66,6 masuk ke dalam mutu Below Standard
Grade,sementara biji kopi robusta nilai cacatnya 120,87 masuk kedalam mutu Off
grade.pengamatan kelompok 2 nilai cacat untuk biji kopi arabika sebesar 106,1
sehingga masuk dalam mutu Off grade, pengamatan kelompok 3 nilai cacat untuk
biji kopi arabika dan robusta masing-masing 68 dan 75,5 sehingga masuk kedalam
mutu Below Standard Grade. Pengamatan kelompok 4 nilai cacat untuk biji kopi
arabika 61 sehingga masuk ke mutu Below Standard Grade , dan pengamatan
kelompok 5 nilai cacat untuk biji kopi arabika yaitu 81,2 sehingga masuk ke mutu
Below Standard Grade.
Sari kopi menunjukkan jumlah zat yang terlarut dalam air selama
penyeduhan (Nopitasari 2010). Kadar sari kopi menentukan mutu organoleptik
seduhan yang meliputi rasa, warna dan aroma. Berdasarkan SNI Kopi Bubuk 01-
3542-2004, kadar sari kopi bubuk sebesar 20-36% . Namun, data yang diperoleh
hanya sebesar 1-1,5% yang menunjukkan tidak ada satupun sampel yang sesuai
mutu kopi yang sudah ditetapkan. Sari kopi berhubungan dengan kelarutannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan, yaitu suhu, waktu dan luas
permukaan. Menurut Ramadhan dan Phaza (2010) seiring dengan naiknya suhu
ekstrasi maka laju ekstraksi akan meningkat. Selain itu, waktu kontak sampel
dengan pelarut yang semakin lama akan meningkatkan kelarutan material yang
terekstrak dan sari kopi dipengaruhi oleh ukuran partikel dan luas permukaan.
kadar sari merupakan jumlah zat (sari) bahan yang terlarut dalam air
selama penyeduhan berlangsung (Nopitasari). kadar sari kopi dipengaruhi oleh
faktor suhu, durasi, dan jenis grinding (Ramadhan dan Phaza 2010) penyeduhan
pada suhu tinggi dan dalam waktu yang semakin lama akan meningkatkan kadar
sari yang terlarut. grinding kopi yg semakin halus akan meningkatkan luas
permukaan dan berpengaruh pada peningkatan kadar sari yang terkandung.
menurut SNI, kadar sari bubuk kopi sebesar 20-36%. hasil pengamatan
menunjukkan kadar sari 0 dan 5%. hasil yg diperoleh sangat sedikit dan berbeda
dengan literatur. perbedaan tersebut terjadi karena grinding kopi yg masih kasar
dan suhu air seduhan yg kurang tinggi.
Uji cita rasa (cupping) adalah salah satu system penilaian mutu terhadap
komoditi-komoditi yang menggunakan alat indra manusia sebagai alat ukur
seperti tangan, lidah, hidung, telinga dan mata (Yusdiali 2008). Orang yang
melakukan uji organoliptik disebut Panelis, Pekerjaan Mereka sehari hari adalah
mengukur dan menilai seperti harumya bunga, nikmatnya makanan atau minuman
dan lain-lain yang sifatnya tidak dapat diukur dengan peralatan. Uji cita rasa
sangat berperan dan sangat disenangi oleh perusahaan-perusahaan produsen dan
lembaga lembaga lainya, karena langsung dapat menilai kesukaan manusia
sebagai konsumen. Penilaian dapat dilakukan secara cepat, mudah dan hasilnya
jugadapat diketahui dengan cepat.Seseorang atau sekelompok manusia yang
digunakan sebagai alat ukur disebut panelis (Cupper). Dalam pengujian cita rasa
panelis bertindak sebagai alat ukur. Panelis yang handal adalah panelis yang peka
dan sekaligus kosisten, kepekaan Panelis meliputi kepekaan mengenali, kepekaan
membedakan, dan kepekaan membandingkan (Yeretzian 2012).
SIMPULAN
Terdapat dua jenis kopi yang digunakan pada praktikum, yaitu kopi
Arabika dan kopi Robusta. Pengelompokkan mutu fisik kopi didasarkan pada
ukurannya dan jumlah cacat biji yang dianalisis mutunya berdasarkan SNI dan
SCAA, kadar air, test triage, warna dan aroma kopi. Berdasarkan uji mutu fisik
tersebut mutu fisik kopi yang diamati tiap kelompok rata-rata memiliki mutu yang
berkualitas rendah. Uji organoleptik seduhan kopi digunakan paramter aroma,rasa,
warna, dan penerimaan umum dengan perlakuan yang berbeda, menggunakan alat
seduhan dan komposisi yang berbeda pada proses pengolahan biji kopi.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 01-2907-2008. Biji Kopi. Serpong
: BSN.
Afriliana A. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Sleman (ID): Penerbit
Deepublish.
Arnawa K. 2010. Pemanfaatan limbah kulit buah kopi arabika dalam upaya
peningkatan keuntungan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dan
pelestarian lingkungan. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah. 1(1): 89-96.
Ernawati E. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Bogor(ID) : Balai besar
pengkajian pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Madi, SCY.2010.Pemutuan biji kopi dengan menggunakan pengolahan
citra(image processing)[SKRIPSI]. INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Putra SY. 2015. Pengelolaan pembibitan kopi arabika (coffea arabica l.) Di
kebun kalisat jamput ptpn xii bondowoso jawa timur [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Yushandini I. 2008. Analisis Mutu Kopi Sangrai Berdasarkan Tingkat Mutu Biji
Kopi Beras. Indonesia (ID) : Indraalya.