Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Kamis, 23 Oktober 2019

Teknologi Bahan Dosen : Dr. Indah Yuliasih STP. Msi


Penyegar (TIN 322) Asisten :
1) Satya (F34150005)
2) Ryuntania (F34150071)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOPI

Daffa Riyandika Widiansyah F34170093


Shafira Maharani Firdaus F34170097
Rahmat Ramdani F34170110

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan komoditas perkebunan yang dijadikan sebagai bahan


pembuat minuman. Menurut data statistik perkebunan Indonesia pada tahun 2017
luas perkebunan kopi di Provinsi Aceh adalah 121.226 ha, sedangkan produksi
biji kopi di Provinsi Aceh mencapai 46.828 ton. Banyaknya jumlah kopi yang
dihasilkan setiap tahunnya di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah
menghasilkan limbah kopi yang tidak dimanfaatkan yaitu kulit buah kopi dengan
proses olah basah sangat besar, karena secara fisik limbah kulit buah kopi sekitar
48% dari total berat buah kopi gelondong basah. Limbah kulit buah kopi berwarna
merah memiliki kandungan senyawa antioksidan yang dapat menjadi sumber
antioksidan alami bagi tubuh. Aktivitas antioksidan yang terkandung didalam
kulit buah kopi menurut Arnawa (2010) yaitu sebanyak 60,25%. Kulit buah kopi
yang berwarna merah memiliki rasa yang manis, agak asam dan sepat yang
mengakibatkan kurangnya ketertarikan masyarakat untuk mengkonsumsi kulit
buah kopi.
Kopi merupakan jenis minuman dengan citarasa yang khasdan
memberikanpengaruh fisiologis kesegaran setelah meminum kopimenyebabkan
kopi banyak diminati oleh konsumen diseluruh dunia. Pada umumnya,kopi
dikonsumsi bukan karena nilai gizinya, melainkan karena citarasa dan pengaruh
fisiologis tersebut.Kopi memiliki banyak manfaat bagi tubuh dan kesehatan,
antara lain menurunkan risiko kanker payudara, menurunkan resiko sroke,
mencegah penyakit saraf, baik untuk merawat kecantikan, melindungi gigi,
mencegah batu empedu, mencegah diabetes melitus tipe 2 dan parkinson, dan
mengurangi simptom sakit asma. Buah kopi setelah dibuang kulit, daging buah,
serta kulit tanduknya menghasilkan kopi beras. Kopi beras yaitu kopi biji kering
berwarna seperti telur asin. Secara umum kopi beras mengandung air, gula, lemak,
selulosa, kafein, dan abu. Biji kopi beras belum mempunyai karakter cita rasa
khas kopi tetapi hanya mengandung senyawa-senyawa prekursor pembentuk cita
rasa. Karakter cita rasa kopi baru terbentuk setelah biji kopi disangrai. Selama
penyangraian terjadi reaksi kimiawi yang kompleks sehingga terbentuk komponen
kimiawi pembentuk karakter kopi yang bersifat khas.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui bagian-bagian dari buah kopi, cara


pengolahan buah kopi skala kecil dengan memanfaatkan peralatan yang
sederhana, mengetahui karakteristik dari masing-masing kopi yang dihasilkan,
serta mempelajari cara membedakan biji kopibermutu tinggi dan juga biji kopi
bermutu rendah.
METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, pisau,


baskom plastik, gelas ukur, hummermill, jangka sorong, wajan, teflon, griding,
kemasan plastik, oven, kompor, labu ukur, pipet, penangas air, cawan, desikator,
gelas piala, gelas, saringan, sendok, vietnam coffe drip, franch press, teko,
expesso, syphone dan chemex. Sedangkan bahan yang digunakan selama
praktikum adalah buah kopi ceri robusta, buah kopi ceri arabika , kopi beras
robusta, kopi beras arabika, aquades, brown sugar, susu kental manis, creamer
serta nutella.

Prosedur

1. Perbedaan tingkat kematangan

Bahan

Sortasi buah kopi berdasarkan tingkat kematangan kopi (merah,


kuning dan hijau)

Timbang masing masing kelompok sortasi buah kopi tersebut

Hitung persentase masing-masing kelompok

Selesai

2. Pengamatan bagian buah kopi

Bahan

Belah buah kopi secara membujur dan melintang

Gambarkan bagian buah kopi yang nampak

Selesai
3. Kerapatan massa buah kopi

Bahan

Menyiapkan gelas ukur 500 ml dan kopi 100 gram yang telah
disortasi berdasarkan warna merah, kuning dan hijau
Isi gelas dengan air sebanyak 100 ml dan 100 gram buah kopi
dimasukkan kedalam gelas

Catat perubahan volume air yang ditunujukkan pada gelas ukur dan
catat penambahannya

Hitung nilai kerapatan massa

Selesai

4. Perbedaan ukuran buah kopi

Bahan

Meyiapkan buah kopi hasil sortasi berdasarkan warna merah, kuning dan
hijau sebanyak 100 gram

Diukur diameter diameter mayor, diamter pertengahan dan diameter minor

Hasil pengukuran dicatat

Selesai
5. Kadar air

Bahan

Timbang berat awal kopi

Masukan bahan dalam oven

Keluarkan bahandan masukan dalam desikator

Timbang berat bahan

Selesai

6. Test Triage

Bahan

Timbang biji kopi sebanyak 100 gram

Pisahkan biji kopi cacat dengan biji normal

Hitung persentase biji cacat dengan biji kopi normal

Selesai
7. Test defect

Bahan

Timbang biji kopi sebanyak 300 gram

Jumlahkan nilai cacat pada biji kopi

Tentukan mutu biji kopi berdasarkan penjumlahan nilai cacat dengan


SNI dan SCAA

Selesai

8. Test ukuran biji

Bahan
Amati biji kopi dengan indra penciuman dan penglihatan tentukan
keseragaman wana dan bau kopi yang tercium
Pisahkan biji kopi berdasarkan ukuran M, L dan S

Selesai
9. Kadar air sangrai

Bahan

Keringkan cawan kosong di oven bersuhu 105oC selama 10 menit


kemudian dingin kan pada desikator

Timbang cawan kosong yang telah dipanaskan

Timbang sampel sebanyak 2 gram pada cawan kosong

Keringkan sampel beserta cawan pada suhu 105oC selama 5 jam

Dinginkan dalam desikator selama 15 menit

Timbang dan hitung kadar air dengan rumus yang disediakan

Selesai
10. Uji sari kopi

Bahan

Timbang dengan teliti 2 gram contoh

Masukan kedalam gelas piala 500 ml, ditambahkan air sebanyak 200 ml
dan diamkan selama 1 jam

Saring larutan contoh kedalam labu ukur 500 ml bilas menggunakan air
panas hingga larutan jernih

Biarkan sampai pada suhu kamar tambahkan air sampai tanda tera

Pipet 50 ml larutan kedalam pinggan porselin yang telah diketahui


bobotnya

Panaskan diatas pengas air hingga mengering,

Masukan kedalam oven pada suhu 105oC selama 2 jam

Dinginkan dalam desikator dan timbang hngga bobot tetap

Hitung kadar sari kopi menggunakan rumus yang telah disediakan

Selesai
11. Pengujian cita rasa kopi

Bahan

Timbang dengan biji 8,25 gram sebanyak lima gelas

Giling biji kopi yang telah di rosting dengan ukuran 20 mesh

Lakukan pembauan untuk mendapatkan aroma kopi sebelum diseduh

Seduh kopi dengan 150 ml air panas bersuhu 93oC selama 4 menit

Hirup permukaan larutan kopi dengan cara mendekatkan hidung ke gelas


cupping untuk mendapatkan aroma

Bersihkan buih permukaan dengan menggunakan dua sendok

Setelah suhu 70-73oC kopi siap dianalisis

Diberikan penilaian terhadap kopi yang dianalisis meliputi aroma, flavour,


aftertaste, acidity, body balance, uniformity, sweetnes, clean cup, overall da
defect jika ada

Selesai
12. Uji organoleptik

Bahan

Timbang kopi sesuai takaran yang telah ditentukan

Seduh kopi menggunakan 250 ml air panas dengan menggunakan lima


alat metode yang berbeda chemex, franch press, syphon, vietnam coffe
drip dan expreso

Seduhan kopi dibagi menjadi 3 gelas serta terdapat gelas yang ditambah
atau diinasikan dengan bahan lain seperti nutella, krimer dll

Analisis organoleptik meliputi warna, aroma dan rasa

Selesai

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
[Terlampir]

Pembahasan
Kopi robusta merupakan kopi yang dapat tumbuh optimal pada ketinggian
sekitar 100m dpl. kopi robusta juga merupakan kopi yang menghasilkan biji yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan kopi arabika karena kopi robusta memiliki
kemampuan beradaptasi yang lebih baik dengan lingkungan serta dapat tahan
terhadap penyakit karat daun. Secara umum, ciri-ciri kopi robusta adalah memiliki
rasa yang menyerupai coklat, ukuran panjang buah kopi robusta sekitar 8-16 mm,
warna biji yang bervariasi tergantung cara pengolahan dan teksturnya lebih kasar
dari kopi arabika (Afriliana 2018).
Kopi arabika memiliki bentuk bulat telur yang bergaris ke samping,
bergelombang, hijau pekat, kekar dan meruncing di bagian ujungnya, ukuran
panjang buah kopi arabika sekitar 12-18 mm. Daun kopi ini tumbuh dan tersusun
secara berdampingan di ketiak batang, cabang dan ranting yang tumbuh mendatar.
Kopi arabika memiliki daun yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kopi
robusta. Kopi ini merupakan kopi yang paling banyak diproduksi di dunia karena
memiliki ukutran yang lebih besar dan aroma yang lebih harum sehingga banyak
disukai oleh masyarakat (Putra 2015).
Pengamatan perbedaan tingkat kematangan pada buah kopi Arabika dan
buah kopi Robusta didapatkan presentase terbesar diantara buah merah, kuning,
dan hijau pada buah kopi Arabika dan buah kopi Robusta yakni pada buah kopi
yang berwarna merah. Cara panen akan berpengaruh pada proporsi buah yang
disortasi. Terdapat tiga cara panen, cara panen racutan merupakan cara panen
yang tidak hanya mementingkan buah tua saja, tetapi buah kopi yang masih muda
(hijau) juga ikut dipanen. Cara panen lelesan, dilakukan pada kopi yang telah
gugur karena terlambat pada saat pemetikan. Panen setengah selektif dilakukan
pada dompolan buah yang sudah masak/tua saja biasanya kopi yang dipanen
adalah kopi yang berwarna kuning kemerahan dan merah. (Ernawati 2008).
Berdasarkan literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa cara panen buah kopi
Arabika dan Robusta pada penelitian dilakukan dengan cara panen racutan, karena
meski jumlah buah yang berwarna merah lebih dominan, namun buah kuning dan
hijau masih terdapat di hasil panen tersebut.

selanjutnya yaitu pengujian trase dengan dua jenis kopi yaitu arabika dan
robusta dengan berat sampel yaitu 100g. Data hasil pengamatan kelompok 1 untuk
jenis arabika dan kopi robusta masing-masing nilai trasenya 29,5% dan 45,5% ,
selanjutnya data hasil pengamatan kelompok 2 untuk jenis arabika besar trasenya
7,1% sementara robusta tidak ada, untuk kelompok 3 mendapatkan hasil trase
untuk jenis arabika dan robusta masing-masing 34,6% dan 30%. kelompok 4
mendapatkan hasil trase untuk jenis kopi arabika yaitu 7,65% ,sementara itu
kelompok 5 mendapatkan data trase untuk biji kopi arabika dan robusta masing-
masing 32% dan 45,5% dan kelompok 6 mendapatkan data trase untuk biji kopi
arabika dan robusta masing-masing9 8,5% dan 17% . Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam 100g sampel,biji kopi arabika memiliki persentase trase
yang lebih kecil dibandingkan dengan robusta yang menunjukkan bahwa kuliatas
biji kopi arabika lebih bagus daripada biji kopi robusta hal ini sesuai dengan
litelatur Qodry et al(2017) semakin tinggi tanaman kopi dari permukaan laut,maka
nilai cacat pada biji kopi semakin kecil. Begitupula sebaliknya, semakin tanaman
kopi yang ditanam di ketinggian rendah memiliki nilai cacat biji kopi yang tinggi,
menyebabkan biji kopi tersebut bermutu rendah.

selanjutnya yaitu defect test dengan menggunakan 2 standar acuan yaitu SNI
dan SCAA , untuk SNI Biji kopi ini dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu
mutu 1,2,3,4A,4B,5,dan 6. Biji- biji yang ada dikelompkan sesuai dengan jumlah
cacat biji pada mutu 1 biji kopi memiliki jumlah cacat maksimum 11 biji. Mutu 2
biji kopi memiliki jumlah nilai cacat 12-25. Mutu 3 memiliki jumlah cacat sebesar
26-44. Mutu 4A memiliki jumlah cacat sebesar 45-60. Mutu 4B memiliki jumlah
biji cacat sebanyak 61-80. Pada mutu 5 jumlah biji cacat sebanyak 81-150.
Sedangkan pada mutu 6 jumlah biji cacat sebanyak 151-225 biji (BSN 2008).
Data kelompok 1 untuk biji kopi arabika dan robusta masing-masing 52,8 dan
114,8 sehingga masuk ke mutu 4A dan 5, kelompok 2 untuk biji kopi arabika nilai
cacatnya 65,05 sehingga mutunya 4B,kelompok 3 nilai cacat untuk kopi arabika
dan robusta masing-masing 29,4 dan 57,95 sehingga mutunya 3 dan 4A
,kelompok 4 nilai cacat untuk biji kopi arabika yaitu 49 sehingga mutunya 4A
,kelompok 5 nilai cacat untuk biji kopi arabika dan robusta masingf-masing 28,5
dan 72 sehingga mutunya masuk ke grade 3 dan 4B dan untuk kelompok 6 nilai
cacat untuk biji kopi arabika dan robusta masing-masing 46,5 dan 65 sehingga
mutunya masuk ke grade 4A dan 4B. Sementara untuk standar SCAA yaitu
standar yang sering digunakan untuk perdagangan internasional, cara pengk
lasifikasiannya dengan menggunakan 300g sampel jika kualitas kopi bagus dan
menggunakan 100g jika kualitas biji kopi rendah dengan banyak cacat. Kelas
mutu yang ditetapkan SCAA terbagi atas 5 kelas mutu yaitu Speciallity Grade
Green Coffea yaitu tidak boleh ada cacat primer dan tolernsi maksimal
5%,Premium Coffea Grade yaitu cacat primer diperbolehkan dengan toleransi 5%
,Exchange coffea Grade yaitu kopi yang cacat tidak lebih dari 9-23 dari 300g
,Below Standard Grade yaitu 24-86 cacat dari 300g, dan Off Grade yaitu lebih
dari 86 cacat dari 300g(Madi 2010) . berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1
nilai cacat untuk biji kopi arabika 66,6 masuk ke dalam mutu Below Standard
Grade,sementara biji kopi robusta nilai cacatnya 120,87 masuk kedalam mutu Off
grade.pengamatan kelompok 2 nilai cacat untuk biji kopi arabika sebesar 106,1
sehingga masuk dalam mutu Off grade, pengamatan kelompok 3 nilai cacat untuk
biji kopi arabika dan robusta masing-masing 68 dan 75,5 sehingga masuk kedalam
mutu Below Standard Grade. Pengamatan kelompok 4 nilai cacat untuk biji kopi
arabika 61 sehingga masuk ke mutu Below Standard Grade , dan pengamatan
kelompok 5 nilai cacat untuk biji kopi arabika yaitu 81,2 sehingga masuk ke mutu
Below Standard Grade.
Sari kopi menunjukkan jumlah zat yang terlarut dalam air selama
penyeduhan (Nopitasari 2010). Kadar sari kopi menentukan mutu organoleptik
seduhan yang meliputi rasa, warna dan aroma. Berdasarkan SNI Kopi Bubuk 01-
3542-2004, kadar sari kopi bubuk sebesar 20-36% . Namun, data yang diperoleh
hanya sebesar 1-1,5% yang menunjukkan tidak ada satupun sampel yang sesuai
mutu kopi yang sudah ditetapkan. Sari kopi berhubungan dengan kelarutannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan, yaitu suhu, waktu dan luas
permukaan. Menurut Ramadhan dan Phaza (2010) seiring dengan naiknya suhu
ekstrasi maka laju ekstraksi akan meningkat. Selain itu, waktu kontak sampel
dengan pelarut yang semakin lama akan meningkatkan kelarutan material yang
terekstrak dan sari kopi dipengaruhi oleh ukuran partikel dan luas permukaan.
kadar sari merupakan jumlah zat (sari) bahan yang terlarut dalam air
selama penyeduhan berlangsung (Nopitasari). kadar sari kopi dipengaruhi oleh
faktor suhu, durasi, dan jenis grinding (Ramadhan dan Phaza 2010) penyeduhan
pada suhu tinggi dan dalam waktu yang semakin lama akan meningkatkan kadar
sari yang terlarut. grinding kopi yg semakin halus akan meningkatkan luas
permukaan dan berpengaruh pada peningkatan kadar sari yang terkandung.
menurut SNI, kadar sari bubuk kopi sebesar 20-36%. hasil pengamatan
menunjukkan kadar sari 0 dan 5%. hasil yg diperoleh sangat sedikit dan berbeda
dengan literatur. perbedaan tersebut terjadi karena grinding kopi yg masih kasar
dan suhu air seduhan yg kurang tinggi.
Uji cita rasa (cupping) adalah salah satu system penilaian mutu terhadap
komoditi-komoditi yang menggunakan alat indra manusia sebagai alat ukur
seperti tangan, lidah, hidung, telinga dan mata (Yusdiali 2008). Orang yang
melakukan uji organoliptik disebut Panelis, Pekerjaan Mereka sehari hari adalah
mengukur dan menilai seperti harumya bunga, nikmatnya makanan atau minuman
dan lain-lain yang sifatnya tidak dapat diukur dengan peralatan. Uji cita rasa
sangat berperan dan sangat disenangi oleh perusahaan-perusahaan produsen dan
lembaga lembaga lainya, karena langsung dapat menilai kesukaan manusia
sebagai konsumen. Penilaian dapat dilakukan secara cepat, mudah dan hasilnya
jugadapat diketahui dengan cepat.Seseorang atau sekelompok manusia yang
digunakan sebagai alat ukur disebut panelis (Cupper). Dalam pengujian cita rasa
panelis bertindak sebagai alat ukur. Panelis yang handal adalah panelis yang peka
dan sekaligus kosisten, kepekaan Panelis meliputi kepekaan mengenali, kepekaan
membedakan, dan kepekaan membandingkan (Yeretzian 2012).

Pengujian menggunakan Cupping form yang berisikan atribut-atribut


penilaian yang terdiri dari fragrance (aroma), flavor, after taste, acidity, body,
sweetness, uniformity, clean cup, balance, defect, dan overall. Nilai yang
diperoleh dari uji ini kopi arabika memiliki nilai rata-rata dari 25 panelis sebesar
68.6, nilai tertinggi sebesar 83, dan nilai terendah 64. Sedangkan untuk kopi
robusta memiliki nilai rata-rata 69.2, nilai tertinggi sebesar 85, dan nilai terendah
60. Menurut Yushandini (2008) nilai Cupping ada empat klasifikasi yang terdiri
dari, off grade yang memiliki nilai di bawah 75, fine commercial coffee yang
memiliki nilai antara 75 sampai 80, specialty coffee memiliki nilai di atas 80, dan
cup of excellence coffee yang memiliki nilai di atas 84. Berdasarkan data yang
diperoleh kopi arabika dan kopi robusta yang masing-masing memiliki nilai 68.6
dan 69.2 termasuk kedalam mutu off grade. Dapat dilihat pada lampiran setiap
sampel memiliki nilai yang begitu beragam yang disebabkan perbedaan selera dan
kurang terlatihnya kemampuan panelis untuk mengidentifikasi atribut penelitian.
Uji organoleptik dilakukan terhadap 18 sampel jenis kopi dengan beberapa
alat penyeduhan ,untuk jenis kopi kode 271 memiliki nilai warna 3 nilai aroma 3
dan rasa 2 sehingga secara umum panelis netral/biasa saja terhadap produk jenis
271. Jenis kopi 892 memiliki warna 4 aroma 4 dan rasa 4 sehingga secara umum
panelis menyukai produk 892 , jenis kopi 177 memiliki penilaian warna 4 aroma 3
dan rasa 3 sehngga secara umum panelis netral/biasa saja terhadap jenis kopi 177.
Jenis kopo 442 memiliki penilaian warna 2 aroma 2 dan rasa 1 sehingga secara
umum panelis kurang suka terhadap jenis kopi 442, jenis kopi 792 memiliki
penilaian warna 2 aroma 2 dan rasa 1 sehingga secara umum panelis kurang suka
terhadap jenis kopi 792, jenis kopi 625 memiliki penilaian warna 3 aroma 2 dan
rasa 2 sehingga secara umum panelis kurang suka terhadap jenis kopi tersebut.
jenis kopi 111,792,101 dan 112 memiliki penilaian warna 3 aroma 3 dan rasa 3
sehingga secara umum panelis netral/biasa saja terhadap jenis kopi tersebut. Jenis
kopi 428 dan 257 memiliki penilaian warna 2 aroma 2 serta rasa 2 sehingga secara
umum panelis kurang menyukai jenis kopi tersebut, jenis kopi 133 memiliki
penilaian warna 2 aroma 3 dan rasa 2 sehingga secara umum panelis kurang
menyukai jenis kopi tersebut. Jenis kopi 543 memiliki penilaian warna 3 aroma
3 dan rasa 3 sehingga secara umum panelis netral/biasa saja terhadap jenis kopi
tersebut. Jenis kopi 474 memiliki penilaian terdapat warna 2 rasa 2 dan aroma 2
sehingga secara umum panelis kurang suka terhadap jenis kopi tersebut, jenis kopi
313 memiliki penilaian terhadap warna 3 aroma 2 dan rasa 3 sehingga secara
umum panelis netral/biasa saja terhadap jenis kopi tersebut. Jenis kopi 222 dan
366 memiliki penialain terhadap warna 3 aroma 3 dan rasa 3 sehingga secara
umum panelis netral atau biasa saja terhadap jenis kopi tersebut . jadi berdasarkan
data organoleptik jenis kopi 892 yang paling digemari sedangkan jenis kopi 442
dan 792 jenis kopi yang kurang digemari oleh panelis.

SIMPULAN
Terdapat dua jenis kopi yang digunakan pada praktikum, yaitu kopi
Arabika dan kopi Robusta. Pengelompokkan mutu fisik kopi didasarkan pada
ukurannya dan jumlah cacat biji yang dianalisis mutunya berdasarkan SNI dan
SCAA, kadar air, test triage, warna dan aroma kopi. Berdasarkan uji mutu fisik
tersebut mutu fisik kopi yang diamati tiap kelompok rata-rata memiliki mutu yang
berkualitas rendah. Uji organoleptik seduhan kopi digunakan paramter aroma,rasa,
warna, dan penerimaan umum dengan perlakuan yang berbeda, menggunakan alat
seduhan dan komposisi yang berbeda pada proses pengolahan biji kopi.

SARAN

Semoga praktikum selanjutnyalebih banyak variasi uji yang dilakukan


dan semakin bervariasi produk yang dapat dibuat

DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 01-2907-2008. Biji Kopi. Serpong
: BSN.
Afriliana A. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Sleman (ID): Penerbit
Deepublish.

Arnawa K. 2010. Pemanfaatan limbah kulit buah kopi arabika dalam upaya
peningkatan keuntungan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dan
pelestarian lingkungan. Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah. 1(1): 89-96.
Ernawati E. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Bogor(ID) : Balai besar
pengkajian pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Madi, SCY.2010.Pemutuan biji kopi dengan menggunakan pengolahan
citra(image processing)[SKRIPSI]. INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Nopitasari I. 2010. Proses Pengolahan Kopi Bubuk (Campuran Arabika dan


Robusta) serta Perubahan Mutunya selama Penyimpanan [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.

Putra SY. 2015. Pengelolaan pembibitan kopi arabika (coffea arabica l.) Di
kebun kalisat jamput ptpn xii bondowoso jawa timur [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.

Qodry NA,Rasdiansyah dan Yusya AB.2017.Pengaruh ketinggian tempat tumbuh


dan varietas terhadap mutu fisik dan Fisiko-Kimia kopi arabika
gayo.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah.2(1) 7-9

Ramadhan, A. dan H. Phaza. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu, dan


Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin (Zingiber officinale Rosc) Secara
Batch [skripsi]. Universitas Diponegoro. Semarang.

Yusdali W. 2008. Pengaruh suhu dan lama penyangraian terhadap perubahan


karakteristik biji kopi. Jurnal Agroindustri. 3(5): 13-14.

Yushandini I. 2008. Analisis Mutu Kopi Sangrai Berdasarkan Tingkat Mutu Biji
Kopi Beras. Indonesia (ID) : Indraalya.

Yeretzian C. 2012. Effect of roasting condition and grinding on free radical


contents of coffee beans stored in air. Food Chemistry. 131(1): 811-816.

Anda mungkin juga menyukai