ABSTRAK
Palm oil contains high carotene, which function as a vitamin A and it contains
unsaturated fatty acid, linoleic acid of 11% that serves as moisturizer (emollient) on the
skin. Lotion is one of skin moisturizing preparations. The purpose of this research is to
know the best formulation from both base lotion that is M/A and A/M and to know the
influence of pure palm oil as emollient in lotion formulation. In this research made lotion
formula based on M/A and A/M, then evaluated the physical caracteristic of
organoleptis, homogeneity, pH, viscosity, dispersive, adhesive, stability test of cyclingtest
method, irritation, and ALT. Then tested emollient test with skin analyzer. The results of
evaluation of the physical caracteristic of lotions from pure palm oil show that the lotion
formula on the basis of M/A is better than the A/M lotion formula. The result of
evaluation of physical caracteristic of formula with base M/A is result of organoleptis
base M/A white, typical odor, consistency of semi-solid, not separated and homogeneous;
viscosity 9873 cPs; dispersive 5.425 cm; adhesive 2.46 seconds; ALT 48; and no
irritation. While the emollient test results, the M/A lotion formula has a higher moisture
percentage than the A/M lotion formula.
Kata Kunci : Palm oil, Lotion M/A dan A/M, Emollient
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai
Formulasi Lotion dari Minyak Sawit Murni dengan Basis yang Berbeda (A/M dan M/A)
sebagai Emolien. Perbedaan formulasi lotion tipe M/A dan tipe A/M memiliki aktifitas
dan sifat fisik yang berbeda sehingga dalam penelitiaan ini akan dibandingkan
perbedaan sediaan lotion basis M/A dan basis A/M terhadap sifat fisik lotion sebagai
emolien. Pembuatan lotion dengan minyak sawit murni dikarenakan produk lotion dari
minyak sawit murni belum dikembangkan, padahal minyak sawit bagus untuk kulit.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak sawit murni, setil alkohol, asam
stearat, gliserin, TEA, span 80, cera alba, parafin cair, stearil alkohol, propil paraben,
metil paraben, dan aquades.
Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan digital, mortar, stamfer, batang
pengaduk, spatula, sendok tanduk, beaker glass (pyrex), gelas ukur (pyrex), pipet tetes,
kaca arloji, rak dan tabung reaksi, oven, water bath, termometer, pipet volum, pH meter,
alat uji daya lekat, anak timbangan, viskometer brokfield, cawan petri, cawan porselen,
objek glass dan refrigerator.
Rancangan Formula
Tabel 4. Formulasi Lotion
Lotion M/A Formula Lotion A/M Formula
Minyak Sawit Murni 15 % Minyak Sawit Murni 15%
Setil Alkohol 2,690% Parafin Cair 25%
Asam Stearat 4,146% Sera Alba 5%
TEA 3,164% Span 80 7,181%
Gliserin 3% Setil Alkohol 3,683%
Propil Paraben 0,15% Stearil Alkohol 2%
Metil Paraben 0,30% Metil Paraben 0,2%
Aquades ad (ml) 100 Propil paraben 0,1%
Aquades ad (ml) 100
Pembuatan Lotion
Semua bahan ditimbang terlebih dahulu dengan seksama. Fase minyak
dipanaskan dan dilelehkan terlebih dahulu diatas waterbath dengan suhu 70˚C. Fase air
juga di panaskan diatas waterbath degan suhu yang sama. Kemudian fase air secara
perlahan dimasukan kedalam fase minyak sambil diaduk secara konstan dengan
memperthankan temperaturya diatas waterbath, lalu ditambah aquades hingga 100 ml
dan diaduk hingga homogen.
Evaluasi Sifat Fisik Lotion
Uji organoleptis
Pengamatan meliputi pengamatan berdasarkan bentuk, warna, dan bau pada
sediaan lotion yang dilakukan secara visual, dan dilihat sediaan baik memiliki warna
yang baik dan bau yang tengik, serta dilakukan pengamatan pemisahan fase selama 4
minggu (Anief, 2010).
Rumus pemisahan fase sebagai berikut : Hᵤ
= H₀
Keterangan :
F : Pemisahan fase
Hᵤ : Tinggi emulsi yang masih stabil (cm)
H₀ : Tinggi seluruh emulsi (cm)
2
Uji homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Lestari, 2002).
Penentuan Tipe Emulsi
Sejumlah sediaan diletakkan di atas objek glass, ditambahkan 1 tetes metilen
blue, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metilen blue tersebar merata berarti sediaan
lotion merupakan tipe basis M/A, tetapi jika hanya bintik-bintik biru berarti sediaan
lotion tipe basis A/M (Syahfitri, E et al 2012).
Uji pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Elektroda
pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum pH meter dibiarkan
bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter
dicatat (Suryaningtyas, S, 2015).
Uji viskositas
Sebanyak 100 gram sediaan lotion minyak sawit dimasukkan ke dalam wadah,
lalu dipasang rotor no.1 dan pastikan bahwa rotor terendam dalam sediaan uji. Alat
viscometer BrookField dinyalakan dan dipastikan bahwa rotor dapat berputar. Diamati
jarum penunjuk dari viskosimeter yang mengarah ke angka pada skala, ketika jarum
menunjukkan ke arah yang stabil, maka angka itulah merupakan viskositasnya
(Zulkarnain et al, 2013).
Uji daya sebar
Sebanyak 0,5 gram lotion diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang
dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan luas daerah yang diberikan
oleh sediaan dihitung, kemudian tutup lagi dengan plastik yang diberi beban tertentu
masing-masing 50,100, dan 150 g dan dibiarkan selama 60 detik, pertambahan luas
yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung. Daya sebar yang baik untuk sediaan semi
solid yaitu 5-7 cm (Voigth, 1994).
Uji daya lekat
Sebanyak 0,1 gram sediaan dioleskan pada objek gelas, diatas sediaan tersebut
diletakkan objek gelas lainnyadan ditinding dengan beban 1 kg selama 5 menit.
Kemudian objek gelas dipasang pada alat uji, beban seberat 80 gram dilepaskan dan
dicatat waktunya hingga kedua objek gelas itu terlepas (Zulkarnain et al, 2013).
Uji stabilitas (cycling test)
Sampel formula lotion disimpan pada suhu 4˚C selama 24 jam, lalu di pindahkan
kedalam oven yang bersuhu 40˚C selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan sebanyak 6
siklus kemudian diamati adanya pemisahan fase. Kemudian hasil dari cycling test
dibandingkan dengan sediaan sebelumnya (Rieger M, 2000).
Uji iritasi
Uji ini dilakukan untuk memeriksa kepekaan kulit terhadap suatu bahan yang
dilakukan pada sukarelawan dilengan tangan atau dibagian punggung. Teknik yang
digunakan dalam uji iritasi ini adalah Patch Tester. Sediaan dioleskan pada kulit lengan
bagian dalam kemudian ditutupi dengan kertas atau kain kasa kemudian diberi plaster.
Kemudian dilihat gejala yang ditimbulkan (Anonim, 1995; Tranggono dan Latifah, 2007).
Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Secara aseptis ditimbang lotion 1 gram dan dimasukkan kedalam larutan
fisiologis kemudian dihomogenkan. Pengenceran dilakukan sampai 10ˉ⁴. Sebanyak 1 ml
sampel, diinokulasikan pada cawan petri steril yang telah berisi medium agar. Media
agar yang steril pada suhu 45-55˚C dituangkan pada cawan petri sebanyak 10-15ml.
Cawan petri digoyang dan dibiarkan memadat. Inkubasi dilakukanpada suhu 37˚C
selama 48jam (BPOM, 2011).
Uji Hedonik
Uji hedonik pada lotion dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan
konsumen terhadap penampilan, aroma, tekstur, dan kelembutan (setelah dipakai). Uji
3
ini menggunakan panelis sebanyak 10 orang dengan skala penilaian dan skala numerik :
tida suka (1), agak suka (2), suka (3) dan sangat suka (4).
Uji Emolien (Kemampuan sediaan meningkatkan kelembaban kulit)
Pengujian ini menggunakan alat yaitu skin analyzer, dengan membandingkan
keadaan kulit sebelum dan sesudah pemakaian dari lotion dengan nilai parameter uji
yaitu kadar air (moist) (Hartyana T, 2014).
4
pH
Semakin jauh beda antara pH kosmetik dengan pH fisiologis kulit, semakin hebat
kosmetik itu menimbulkan reaksi negatif pada kulit (Trenggono dan Latifah, 2007),
karena itu yang terbaik adalah jika pH sediaan lotion disamakan dengan pH fisiologis
kulit, yaitu antara 4,5-6,5. Namun berdasarkan syarat SNI 1996, syarat mutu pH lotion
adalah antara 4,5-8. Dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini, pH formula lotion
M/A yaitu 8,13, dimana hasil tersebut tidak sesuai dengan rentang pH fisiologis kulit
yaitu 4,5-6,5 dan sedikit lebih tinggi dibandingkan syarat yang telah ditetapkan oleh SNI
sebesar 1,3. Sehingga kemungkinan formula tersebut dapat menimbulkan reaksi sensitif
terhadap kulit. pH formula lotion A/M 4,92 dan menunjukkan bahwa formula lotion A/M
masih dalam rentang pH fisiologis kulit, sehingga tidak beresiko menimbulkan reaksi
negatif pada kulit. Hasil uji pH sediaan lotion setelah selesei dibuat dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji pH pada sediaan lotion setelah selesei dibuat
Formula pH Rata-rata
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
M/A 8,13 8,12 8,15 8,13
Dari hasil yang telah didapatkan pada uji daya lekat, formula lotion M/A memiliki
waktu lekat 2,46 detik, sedangkan formula lotion A/M memiliki waktu lekat 4,97 detik.
Waktu daya lekat formulasi lotion A/M lebih lama dibandingkan dengan formula lotion
M/A, sehingga kemampuan melekatnya formula lotion A/M pada kulit juga semakin
lama. Hal tersebut dikarenakan viskositas dari formula A/M lebih besar dibandingkan
dengan formula lotion M/A, dimana daya lekat berbanding lurus dengan viskositas.
Semakin besar viskositas maka semakin lama pula waktu lekat sediaan pada kulit. Hasil
independent T-test diperoleh bahwa signifikasi Sig.(2-tailled) = 0,000 yang mana < 0,01
artinya berbeda secara signifikan pada kedua formula lotion M/A dan A/M.
Uji stabilitas (cycling test)
Uji ini merupakan uji stabilitas dipercepat yang dilakukan untuk mengetahui
kestabilan dari lotion minyak sawit murni pada saat penyimpanan. Produk yang tidak
stabil akan memiliki kecenderungan cepat rusak sehingga kehilangan fungsi dan
manfaatnya sehingga tidak akan disukai oleh konsumen. Sediaan yang stabil adalah
sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama penyimpanan dan
penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat
dibuat.
Tabel 6. Hasil Uji Organoleptis dan Homogenitas Sebelum dan Sedudah Cycling
Test
Formula Warna Bau Konsis- Pemisah- Homogenitas
tensi an
B A B A B A B A B A
6
Keterangan : B = Sebelum
A = Sesudah
√ = Putih dan putih gading, khas, kental seperti lotion, tidak memisah, dan homogen.
- = agak encer, terpisah, tidak homogen.
Hasil cycling test pada pada (tabel 6) menunjukkan uji organoleptis dan
homogenitas pada formula lotion A/M mengalami perubahan, dimana perubahan
tersebut terdapat pada bentuk dan homogenitas pada formula tersebut, sedangkan pada
formula lotion M/A tidak terjadi perubahan sebelum dan setelah dilakukannya cycling
test dan menandakan bahwa formula M/A bersifat stabil. Perubahan tersebut terjadi
karena adanya perubahan penyimpanan dari suhu rendah kesuhu tinggi, dimana
kondisi tersebut dapat mempengaruhi kestabilan dari lotion.
Tabel 7. Uji pH formula lotion M/A sebelum dan sesudah cycling test
Formula pH Rata-rata
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
B A
B A B A B A
M/A 8,13 7,89 8,12 7,75 8,15 8,01 8,13 7,88
Pada penelitian uji daya sebar setelah dilakukannya cycling test, hasil yang
didapat menunjukkan bahwa terdapat penambahan diameter pada kedua formula.
Peningkatan daya sebar terjadi karena adanya perubahan suhu selama cycling test,
dimana pada saat akhir pengujian pada siklus ke-6, suhu penyimpanan yang digunakan
adalah suhu 40˚C sehingga menyebabkan sediaan lotion menjadi encer pada saat diuji.
Namun perubahan diameter daya sebar setelah cycling test tersebut masih dalam
rentang yang ditetapkan yaitu 5-7 cm sehingga formula lotion M/A dan A/M memenuhi
syarat daya sebar yang baik. Hasil dari independent T-test diperoleh nilai signifikasi Sig.
(2-tailled) = 0,028 dimana < 0,05 yang artinya berbeda secara signifikan hasil daya sebar
pada formula lotion M/A dan A/M setelah cycling test.
Tabel 9. Hasil uji daya lekat sebelum dan sesudah cycling test
Formula Daya Lekat (s) Rata-rata
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
B A
B A B A B A
M/A 2,77 1,41 2,43 1,35 2,20 1,30 2,46 1,35
7
Hasil uji daya lekat setelah cycling test terdapat penurunan waktu daya lekat.
Penurunan daya lekat tersebut karena konsistensi dari sediaan menjadi lebih encer
setelah dilakukannya cycling test dan akibat adanya pengaruh suhu selama cycling test
tersebut. Namun penurunan waktu daya lekat tersebut masih termasuk dalam waktu
daya lekat yang baik yaitu lebih dari 1 detik. Hasil independent T-test diperoleh bahwa
signifikasi Sig.(2-tailled) 0,079 > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan signifikan daya
lekat pada kedua formula lotion M/A dan A/M setelah cycling test.
Uji iritasi
Pada uji iritasi ini dilakukan pada 10 orang panelis dimana dilakukan
penempelan bahan uji yang dipilih pada lengan atas, pada uji iritasi ini juga bisa
menggunakan lengan dan bagian punggung. Hasil uji iritasi dapat dilihat pada tabel 9
berikut.
Tabel 9. Hasil uji iritasi
Formula Sukarelawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lotion M/A ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬
Lotion A/M ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari segi bentuk tekstur dan kelembutan,
formula lotion M/A lebih banyak disukai oleh panelis dibandingkan dengan formula
lotion A/M karena pada formula lotion M/A memiliki warna yang lebih cerah
dibandingkan dengan formula lotion A/M, dan pada saat diaplikasikan kekulit formula
lotion M/A tidak lengket dan menjadikan kulit lebih lembut. Sehingga dari hasil yang
8
telah didapatkan, formula lotion M/A lebih banyak disukai oleh panelis dibandingkan
dengan formula lotion A/M untuk digunakan.
Uji Emolien (Kemampuan Sediaan Meningkatkan Kelembaban Kulit)
Hasil yang didapatkan pada uji emolien ini menunjukkan hasil yang berbeda
pada kedua formula lotion. Pada hasil yang didapatkan kedua formula menunjukkan
adanya peningkatan persentase kelembaban pada kulit setelah menggunakan kedua
lotion tersebut. Kelembaban kulit sebelum menggunakan lotion adalah 46,47%. Formula
lotion M/A menunjukkan rata-rata kelambaban yang didapatkan yaitu sebesar 58,58%,
sedangkan untuk formula lotion A/M rata-rata pengujian emolien yang didapatkan yaitu
sebesar 50,92%. Hasil rata-rata yang didapatkan pada uji emolien ini dapat dilihat pada
histogram berikut.
70 Sebelum
60 Sesudah (M/A)
Sesudah (A/M)
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa formula lotion M/A dan formula
lotion A/M dapat meningkatkan kelembaban pada kulit, dimana formula lotion M/A lebih
tinggi persentasi kelembaban yang dihasilkan dibandingkan dengan formula lotion A/M.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada peneliti selanjutnya untuk
memformulasikan minyak sawit murni dalam bentuk sediaan kosmetik lain sebagai
emolien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1996. Standar Nasional Indonesia (SNI). Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Anonim. 2007. The Significance of Surface pH in Chronic Wounds. Wounds uk. 3
(3). Hal. 53.
Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta.
Aulton, M.E. 2003. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second Edition,
408, ELBS Fonded by British Goverment.
Balsam, M.S., Sagarin, E. 1972. Cosmetic Science and Technologi, Volume I, second
edition, Willey interscience. London Sydney-Toronto, New York.
Buchmann, S., 2001, ‘Main Cosmetic Vehicle’, in Paye, M., Barel, A.O., Maibach,
H.I., Handbook of Cosmetic Science and Technology, 2nd ed., Marcel Dekker,
9
Depkes RI. 1982. Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.Inc, New York, 151-153.
Dirjen Perkebunan. 2014. Outlook Komoditi Kelapa Sawit. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Sekretariat Jendral, Kementrian Pertanian, Jakarta.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Ditjen POM. 2011. Metode Analisis Kosmetik. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Garg, A., D. Aggarwal., S. Garg., and A.K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid
Formulation, Pharmaceutical Technology, USA.
Hamburg, 2013. Market Brief Kelapa Sawit dan Olahannya, Indonesian Trade Promotion
Center, Jerman.
Hartyana, T. S. 2014. Formulasi Sediaan Lipbalm Minyak Bunga Kenanga (Cananga Oil)
Sebagai Emolien. Jurnal Farmasi. 33-39.
Jufri, M, Anwar E, Utami PM. 2006. Uji Stabilitas Sediaan Mikroemulsi Menggunakan
Hidrolisat Pati (DE 35-40) Sebagai Stabilizer, Majalah Ilmu Kefarmasian, 03 (01)
8-21.
10