Oleh:
Dwi Nugroho Artiyanto
E 24101029
Salah satu pemanfaatan tegakan pinus yang sudah lama dilakukan adalah
sebagai penghasil getah. Di Indonesia, penyadapan getah pinus pertama kali
dilakukan di Aceh, pada tahun 1924. Pabrik pengolahan getah pinus pertama
didirikan pada tahun 1938 di Lampahan. Pabrik pengolahan tersebut dibangun
oleh pihak Prancis, namun bekerja dengan kapasitas tidak penuh ( hanya bekerja
beberapa hari dalam satu bulan) karena pasokan getah pinus masih kurang.
Sementara itu, di Pulau Jawa, penyadapan getah pinus dimulai di lereng-lereng
Gunung Lawu dan Gunung Wilis pada tahun 1947 (Soetomo, 1972). Pabrik
pengolahan getah pinus di Jawa diantaranya berada di Bandung, Pekolangan,
Cilacap, Pekalongan Ponorogo dan Trenggalek.
Getah pinus yang telah disadap kemudian diolah dan menghasilkan
gondorukem dan terpentin. Gondorukem digunakan sebagai bahan baku yang
penting bagi industri-industri batik, kulit, sabun cuci, cat, isolator, kertas dan
vernis. Sedangkan terpentin digunakan untuk bahan industri cat dan vernis,
ramuan semir sepatu, pelarut bahan organik, bahan pembuatan kamper sintetis
serta kegunaan lainnya.
Kapasitas industri gondorukem yang ada saat ini, khususnya yang dimilki
Perhutani belum dapat dimanfaatkan secara optimum akibat kurangnya bahan
baku getah. Di lain pihak, Perhutani saat ini sedang berusaha meningkatkan
pendapatannya dari komoditas non kayu. Atas dasar ini, efesiensi produksi perlu
dilakukan untuk meminimumkan biaya produksi sehingga keuntungan dapat
meningkat meskipun penerimaan tetap.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi pengolahan
getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin dan melakukan analisis biaya
produksi gondorukem dan terpentin. Sehingga dapat dilakukan efesiensi produksi
melalui pengendalian biaya
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2006-Februari 2006 di pabrik
Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sindangwangi, KPH Bandung Utara, Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten. Penelitian ini menggunakan data primer
dan data sekunder. Data tersebut digunakan dalam perhitungan analisis biaya
produksi dan anlisis rugi laba.
PGT. Sindangwangi berlokasi di Desa Nagrek, Kecamatan Nagrek,
Kabupaten Bandung yang masuk dalam wilayah kerja KPH Bandung Utara.
Kebutuhan bahan baku PGT. Sindangwangi, diperoleh dari KPH-KPH yang ada
di wilayah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten.
PGT. Sindangwangi mengolah bahan baku getah selama 5 tahun terakhir
berkisar 53,6-64,5%. Hal ini menunjukkan kurangnya pasokan bahan baku.
Sedangkan rendemen pengolahan getah menjadi gondorukem berkisar 59,8-78,9%
dan menjadi terpentin berkisar 13,6-16,1%. Selain itu, pendapatan selama 5 tahun
berkisar Rp. 10,4 milyar-Rp. 23,22 milyar.
Biaya produksi gondorukem dan terpentin PGT. Sindangwangi tahun 2005
adalah Rp.16,9 milyar/tahun atau Rp.4.564/kg gondorukem. Biaya tetap yang
dikeluarkan adalah Rp.5,1 milyar/tahun atau Rp. 1.380/kg gondorukem. Biaya
variabel yang dikeluarkan adalah Rp.11.8 milyar/tahun atau Rp. 3.184/kg
gondorukem. Biaya terbesar pada tahap persiapan bahan baku (50,5%) disusul
tahap pengolahan bahan baku (32,6%) dan umum (14,7%).
Harga pokok gondorukem diperhitungkan dengan memperhatikan
besarnya keuntungan yang ingin diperoleh oleh perusahaan, yaitu sebesar 18%
dari biaya produksi. Besarnya harga pokok gondorukem sebesar Rp 4.462/kg.
Harga pokok tersebut lebih kecil dari pada harga jual dalam negeri yang besarnya
Rp 4.953/kg tetapi lebih kecil lagi dari pada harga jual ekspor yang besarnya Rp
5.375kg. Sehingga apabila gondorukem tersebut dijual ekspor maka perusahaan
akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pada dijual dalam negeri.
Analisis rugi laba dalam penelitian ini menunjukkan besarnya produksi
gondorukem adalah 3.710,6 ton dan terpentin sebesar 758,7 ton, nilai investasi
sebesar Rp. 15,7 milyar, biaya produksi sebesar Rp. 16,9 milyar, BEP sebesar
2.620,76 ton atau 26,2%, ROI sebesar 40,3%, pendapatan sebesar Rp. 19,31
milyar dan laba sebesar Rp. 6,32 milyar. PGT.Sindangwangi memproduksi
gondorukem diatas BEP tersebut, hal ini menunjukkan bahwa PGT.
Sindangwangi tidak mengalami kerugian dalam kegiatan produksinya. Dilain
pihak PGT. Sindangwangi sudah mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan
gondorukem dan terpentin. Tetapi perusahaan masih jauh berproduksi dari
kapasitas terpasangnya, untuk itu perusahaan perlu menambah produksinya agar
memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisis Biaya Pengolahan Gondorukem dan Terpentin di
PGT Sindangwangi, KPH Bandung Utara, Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat – Banten.
NRP : E 24101029
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karanganyar pada tanggal 20 Oktober 1982 dari ayah
Sugiyo dan ibu Sri Suparti. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum
Majelis Tafsir Al Qur’an (SMUMTA) Surakarta, Kota Madya Surakarta, Jawa
Tengah. Pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih program studi Pengolahan Hasil Hutan,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis tidak hanya mengikuti kegiatan
akademik saja. Untuk mengasah kemampuan berorganisasi dan
kepemimpinannya, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi seperti Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan pada tahun 2003 dan aktif dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Hutan pada tahun 2004. Penulis
mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Hutan di Kesatuan Pemangkuan Hutan
Banyumas dengan jalur Baturaden-Cilacap dan Praktek Umum Pengelolaan Hutan
di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cepu, Ngawi, Blora dan Madiun selama satu
bulan pada tahun 2004. Penulis juga mengikuti kuliah kerja profesi di PT. Rakabu
Furniture, Surakarta, selama dua bulan pada tahun 2005.
Penulis menyusun karya ilmiah yang berjudul “ANALISIS BIAYA
PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT.
SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI
UNIT III JAWA BARAT – BANTEN.” sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW. Penelitian dengan judul “ANALISIS BIAYA
PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT.
SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI
UNIT III JAWA BARAT – BANTEN.”, ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan rujukan sehingga menjadi pertimbangan dalam penelitian lainnya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ir. Bintang C. H. Simangunsong, MS., Ph.D. Pembimbing atas berbagai
masukan dan saran dalam penyusunan skripsi.
2. Ir. Edje Djamhuri selaku dosen penguji dari Departemen MNH dan Ir. Agus
Priyono Kartono, M.Si. selaku dosen penguji dari Departemen KSH atas
saran, nasihat, dan masukannya.
4. Kedua orang tua penulis atas segala curahan kasih sayang, doa, dan nasihat
selama perkuliahan hingga penyelesaian karya ilmiah ini.
5. Teman-teman THH 38 atas segala bantuan, kebersamaan dan kerjasamanya
selama ini.
6. Gongliers atas persahabatan dan dukungannya dalam suka maupun duka.
Penulis menerima masukan baik saran maupun kritik membangun demi
kesempurnaan karya ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Gondorukem dan Terpentin ........................................................................ 4
Proses Produksi Gondorukem ..................................................................... 5
Persyaratan dan Kualitas Gondorukem ....................................................... 9
Produksi, Biaya, Eksport dan Harga Jual Gondorukem dan Terpentin ...... 12
Hutan Pinus Sebagai Penghasil Getah Pinus .............................................. 16
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 29
Jenis Data .................................................................................................... 29
Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 29
Analisis Data ............................................................................................... 30
No Teks Halaman
1. Tahap kegiatan dalam proses produksi gondorukem dan terpentin ..... 6
2. Grafik Break Event Point .................................................................... 34
3. Proses pengolahan getah pinus PGT. Sindangwangi ........................... 37
4. Unit Melter di PGT. Sindangwangi ..................................................... 37
5. Unit Settler di PGT Sindangwangi....................................................... 38
6. Unit Ketel Pemasak di PGT. Sindangwangi ........................................ 39
7. Gudang penyimpanan gondorukem di PGT. Sindangwangi ................ 40
8. Struktur organisasi PGT.Sindangwangi ............................................... 41
9. Sistem pemasaran gondorukem dan terpentin .................................... 51
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan :
1. Dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan dan penyusunan rencana bisnis internal.
PENAMPUNG PENAMPU
AN NGAN
Penerimaan Getah
Penerimaan getah dilakukan untuk menyortir getah hasil dari sadapan yang
telah dikumpulkan oleh pengumpul. Getah yang telah disadap dikumpulkan di
Tempat Pengumpulan Getah sebelum dikirimkan ke pabrik. Getah pinus yang
baru dikirim dari Tempat Pengumpulan Getah (TPG) masih bercampur dengan
kotoran-kotoran berupa daun, tatal, jonjot, tanah dan lain-lain.
Penampungan Getah
Getah pinus ini ditampung dalam suatu tempat yang disebut dengan bak
getah yang berukuran 10x5x3 m3 . Dalam bak getah ada beberapa peralatan yaitu
close steam yang berfungsi untuk mengencerkan getah, open steam yang
berfungsi untuk mengencerkan getah yang mengkristal, stayner yang berfungsi
untuk menyaring kotoran dan kran pengeluaran getah.
Pemanasan Awal
Getah dari bak getah dialirkan ke blow case melalui talang getah dan
dilakukan pemanasan pendahuluan hingga mencapai suhu 70-800C. Setelah
dicapi suhu pemanasan tersebut, selanjutnya getah dipindahkan ke tangki melter
sampai habis. Fungsi dari blow case adalah sebagai pemanasan awal agar getah
menjadi encer sehingga mudah dialirkan ke tangki melter.
Pengenceran
Pengenceran dilakukan di dalam tangki melter dengan mencampurkan
terpentin sebanyak 1.000 kg lalu dipanasi kembali hingga mencapai suhu 70-
800C, kemudian getah diendapkan 4-6 menit. Kotoran air yang terendap dibuang
atau dialirkan ke bak penampungan limbah sampai habis melalui pipa
pembuangan. Getah yang ada kemudian dialirkan ke filter press B-1 untuk
difiltrasi menggunakan steam dengan tekanan 0,2-2 kg/cm2. Setelah getah
difiltrasi, getah dipindahkan ke tangki settler sampai habis. Adapun fungsi dari
melter adalah untuk melarutkan getah dan terpentin, menyaring kotoran yang
terbawa dalam getah dan mencairkan getah yang mengkristal.
Pencucian Awal
Pencucian awal dilakukan dalam tabung settler dengan menggunakan air
sebanyak 200 liter dari tangki water tretment, kemudian dicampurkan dengan
larutan asam oksalat sebanyak 7,5 kg (0,3% setiap batch) dari tangki asam
oksalat. Asam oksalat ini berfungsi untuk mengikat kotoran dan ion besi yang
tercampur dalam larutan getah. Setelah tercampur dengan asam oksalat, larutan
getah diendapkan 5-10 menit, kemudian air dan kotoran dialirkan ke bak
penampungan limbah melalui pipa pembuangan sampai habis. Apabila larutan
getah masih terlihat kotor, harus dilakukan pencucian ulang sebanyak 2-3 kali
sampai larutan getah terlihat bersih, kemudian dipindah ke tangki scrubbing
sampai habis.
Pencucian Ulang
Pencucian kembali dilakukan dalam tangki scrubbing dengan
menambahkan air hangat sebanyak 1.000 liter dari water treatment sambil
dilakukan pengadukan dengan menggunakan agigator selama 10-15 menit. Suhu
larutan dalam tangki scrubbing dipertahankan pada suhu 70-800C. Kemudian
larutan getah diendapkan selama 5-10 menit. Air dan kotoran yang telah
mengendap dibuang ke bak penampungan limbah melalui pipa pembuangan
sampai habis. Pencucian getah dapat dilakukan ulang bila larutan getah belum
memenuhi standar berdasarkan informasi dari quality controller.
Penampungan Getah Bersih
Jika larutan getah telah dinyatakan lulus oleh quality controller, larutan
getah dipindahkan ke tangki penampung A1 dan A2 sampai habis melalui filter
press B-2 yang dilengkapi dengan filter duck dan filter wire mesh agar kotoran
yang masih tertinggal dapat tersaring. Bila larutan getah dalam tangki penampung
A1 dan A2 sudah memenuhi kapasitas pemasakan, dilakukan pengendapan,
kemudian kotoran dibuang ke bak penampungan limbah.
Pemasakan Getah
Pemasakan getah dimaksudkan untuk mematangkan getah dan
mengeluarkan air serta komponen lainnya yang terdapat dalam getah dengan
menggunakan energi panas yang dihasilkan oleh boiler. Dengan pemasakan maka
sifat–sifat getah akan lebih stabil serta memiliki daya tahan yang lama.
Pemasakan ini dilakukan dalam suatu ketel pemasak khusus yang mempunyai
ketahanan terhadap suhu dan tekanan. Tangki pemasak dirancang untuk bekerja
pada tekanan yang dilengkapi dengan coil pemanas, closed steam, open steam,
kaca pengamat, dan kran untuk pengeluaran terpentin. Ketel pemasak ini mampu
menampung getah sebanyak 4.800 kg.
Prosesnya, getah yang sudah bersih dan siap dimasak dalam tangki
penampung dimasukkan ke dalam tangki ketel pemasak melewati filter gaff.
Setelah getah masuk ke dalam ketel pemasak lalu dilakukan pemanasan hingga
mencapai suhu 160-1700C. Selama pemanasan, suhu, aliran, tekanan dan
condensor harus selalu dikontrol. Ketika awal pemasakan pada suhu 130-1400C
uap air dan uap terpentin menguap dan masuk ke condensor yang ditarik oleh
pompa vakum untuk diembunkan atau dicairkan.
Persyaratan Gondorukem
Sumadiwangsa dan Silitonga (1974) menyatakan bahwa penetapan
persyaratan dan kualitas gondorukem secara laboratoris dapat digolongkan
kedalam sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik meliputi : berat jenis, titik lunak,
warna, persen tramisi, dan kerapuhan. Sedangkan sifat kimia meliputi bilangan
asam, bilangan penyabunan, bilangan ester, bilangan iod bagian tak tersabun,
kadar kotoran, kadar air, dan kadar terpentin tersisa.
Tabel 1. menunjukkan persyaratan umum gondorukem untuk Indonesia
sebelum dikelompokkan menjadi beberapa kelas mutu yang berbeda-beda.
Persyaratan ini merupakan standar pengolahan getah pinus menjadi gondorukem
dan terpentin di Indonesia. Sedangkan persyaratan khusus mutu gondorukem yang
merupakan persyaratan untuk berbagai kualitas gondorukem disajikan pada Tabel
2. Persyaratan khusus ini digunakan untuk memisahkan gondorukem menjadi
mutu-mutu tertentu untuk berbagai tujuan diantaranya untuk ekspor dan di jual di
dalam negeri.
Kualitas Gondorukem
Kualitas gondorukem berdasarkan persyaratan yang disajikan pada Tabel 1
dan 2 tersebut dibagi menjadi 4, yaitu Prima, Pertama, Kedua dan Lokal (SNI
2001). Sedangkan Gadner (1937) dalam Silitonga dkk (1973) membagi kualitas
gondorukem menjadi 12 macam kualitas berdasarkan warna seperti disajikan
pada Tabel 3.
2) Titik lunak : Suhu saat gondorukem menjadi lunak di ukur dengan cincin dan bola (softening
point ring and ball apparatus dinyatakan dalam derajat celcius ( °c ); Warna gondorukem :
Warna yang ditetapkan dibandingkan dengan warna standar lovibond (lihat tabel); Bilangan
asam : Banyaknya kalium hidroksida dalam miligram untuk menetralkan 1 gram lemak yang
terkandung dalam senyawaan gondorukem; Bilangan penyabunan : Banyaknya kalium
hidroksida dalam miligram untuk menyabunkan 1 gram lemak baik asam lemak bebas maupun
terikat yang terkandung dalam senyawaan gondorukem; Bilangan Iod : Suatu bilangan yang
menunjukkan banyakknya ikatan rangkap yang terkandung dalam komponen gondorukem;
Kadar kotoran : Jumlah bahan yang tak larut dalam toluol pada kondisi tertentu, dinyatakan
dalam persen (%)
Tabel 7.Penjualan Luar Negeri Gondorukem dan Terpentin Tahun 1998 – 2002
Perhutani
Jumlah Nilai ekspor Harga Harga jual rata -
Item Tahun
ton USD USD/ton USD/ton
1998 38.362 16.550.573 431,43
1999 39.166 18.400.892 469,82
Gondorukem 2000 41.848 17.283.872 413,02 432,91
2001 36.274 15.331.453 422,67
2002 47.634 20.369.780 427,59
1998 8.455 2.655.128 315,21
1999 7.188 2.129.091 296,20
Terpentin 2000 11.583 2.788.923 241,72 333,14
2001 6.885 2.542.281 369,25
2002 9.873 4.377.025 443,33
Sumber : Perum Perhutan 2003
Luas Kawasan, Letak Ketinggian, Jenis Tanah dan Iklim Hutan Pinus di
Perum Perhutani
Luas Kawasan Hutan Pinus. Fakultas Pertanian UNS (1996),
mengemukakan bahwa di Indonesia jenis Pinus yang sudah dimanfaatkan di
Indonesia adalah Pinus merkusii. Daerah penyebarannya meliputi Jawa Timur
(Madiun dan Sempolan, Jember), Jawa Tengah (Pekalongan, Pemalang,
Magelang, Purworejo, dan Banyumas), Aceh (Lampahan), Sumatera Barat, Jawa
Barat, dan Sulawesi Selatan (Rantai Pao). Di Jawa di kawasan hutan Perum
Perhutani, luasnya adalah 3.552.756 ha, yang dijumpai pada Hutan Produksi,
Hutan Lindung dan Hutan Konservasi. Hutan produksi menempati sekitar 60%
dari total wilayah Perum Perhutani. Dan di dalamnya terdapat Kelas Perusahaan
Pinus dengan proporsi luas sekitar 30% dari luas Hutan Produksi. Pengusahaan
KP Pinus oleh Perum Perhutani dibagi ke dalam wilayah–wilayah unit kerja, yaitu
Unit I Propinsi Jawa Tengah seluas 184.584,41 ha, Unit II di Propinsi Jawa Timur
seluas 167.111,41 ha dan Unit II di Propinsi Jawa Barat dan Banten seluas
229.688,56 ha. Luas kawasan hutan pinus pada unit setiap dan tipe hutan disajikan
pada Tabel 10.
Letak Ketinggian Hutan Pinus. Berdasarkan peta topografi, kawasan
hutan Pinus pada umumnya menempati areal miring sampai curam, hanya
sebagian kecil saja berupa daerah landai atau datar. Sedangkan berdasarkan
ketinggian tempat kawasan hutan pinus pada umumnya berada pada ketinggian
500 m diatas permukaan laut. Kawasan hutan menurut letak ketinggiannya dapat
dilihat pada Tabel 11.
Jenis Tanah Hutan Pinus. Berdasarkan peta eksplorasi tanah skala 1 :
1.000.000 terbitan Lembaga Penelitian Tanah tahun 1969, jenis-jenis tanah yang
paling luas pada kawasan hutan pinus adalah latosol, alluvial, grumosol dan
mediteran merah kuning. Perincian Kawasan hutan pinus menurut jenis tanah
disajikan pada Tabel 13.
Iklim Hutan Pinus. Berdasarkan data iklim dari Jawatan Meteologi dan
Geofisika, kawasan hutan Pinus terletak pada tipe iklim A, B dan C menurut
klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Sedangkan menurut klasifikasi Oldeman,
kawasan hutan pinus mempunyai tipe iklim A, B1, B2, C1, C2, C3 dan D3. Untuk
lebih jelasnya lihat pada Tabel 14.
Tabel 10. Luas Hutan Pinus Menurut KPH dan Fungsi Hutannya
Luas Hutan (Ha)
Unit/KPH Lindung Konservasi Produksi
Unit I
Banyumas Barat 0 0 39.466,30
Banyumas Timur 5.802,40 150,10 2348,90
Kedu Utara 0 0 29.747,50
Kedu Selatan 5.408,80 85,60 25.731,10
Pekalongan Barat 5.310,70 7,20 35.460,60
Pekalongan Timur 3.103,70 10,10 49.237,50
Surakarta 7.577,70 8,30 7.541,50
Unit II
Lawu Ds 26.354,6 218,4 24.332,20
Kediri 30.195,3 19,0 58.755,40
Malang 46.207,2 28.810,3 17.221,20
Pasuruan 13.899,8 21.884,9 12.535,80
Probolinggo 36.980,5 33.471,4 11.068,31
Jember 42.201,4 44.161,2 6.810,60
Bondowoso 45.157,9 3.174,0 24.527,20
Banyuwangi Barat 25.758,7 1.720.5 11.309,50
Unit III
Bogor 12.443,57 53.717,76 9.069,00
Sukabumi 1.619,93 44.342,31 43.607,84
Cianjur 23.660,67 20.181,73 23.531,23
Purwakarta 14.866,40 0 4.178,87
Bandung Utara 15.350,95 7.172 5.181,41
Bandung Selatan 43.509,85 14.998,80 10.965,18
Garut 75.967,05 13.058,65 1.381,53
Tasikmalaya 16.544,43 0 1.202,58
Ciamis 0 5.873,00 5.795,92
Kuningan 10.761,15 11.51 14.370,74
Majalengka 12.179,46 0 1.695,33
Sumedang 10.229,69 10.001,50 4.979,17
Sumber : Statistik Perhutani (2003)
Tabel 11. Perincian Kawasan Hutan Pinus Menurut Ketinggian di Atas
Permukaan Laut
Unit/KPH Ketinggian, m dpl
Unit I
Banyumas Barat 500
Banyumas Timur 500-1000
Kedu Selatan 500
Kedu Utara 500-1000
Pekalongan Barat 500-1000
Pekalongan Timur 500-1000, > 1000
Surakarta 500
Unit II
Lawu Ds 500
Kediri 500-1000, > 1000
Malang 500-1000, > 1000
Pasuruan 500-1000
Probolinggo 500-1000, > 1000
Jember 500
Bondowoso 500-1000
Banyuwangi Barat 500-1000
Unit III
Bogor >1000
Sukabumi 500-1000
Cianjur >1000
Purwakarta 500-1000
Bandung Utara 500-1000, > 1000
Bandung Selatan >1000
Garut >1000
Tasikmalaya 500-1000, > 1000
Ciamis 500-1000
Kuningan 500-1000
Majalengka 500-1000, > 1000
Sumedang 500-1000,> 1000
Sumber: Statistik Perhutani (2003)
Tabel 15. Realisasi Produksi Kayu dan Getah Pinus Perum Perhutani, tahun 1999
– 2003 dibandingkan dengan Kapasitas Industri Pengolahan.
Tahun
Item Unit Produk Satuan
1999 2000 2001 2002 2003
a. Kayu Pinus m3 0 99.436 91.878 67.739 94.938
Unit I
b.Getah Pinus Ton 47.771 40.626 25.367 47.179 45.529
Tabel 15. dan 16. menunjukkan bahwa suplai getah pinus dari Unit I
masih jauh dibawah kapasitas terpasang industri pengolahan getah yang ada di
Unit I, begitu juga dengan Unit II dan Unit III juga masih jauh dari kapasitas
terpasangnya. Artinya peningkatan produksi getah masih memungkinkan tanpa
mengurangi nilai jual getah pinus ke mitra Perum Perhutani. Perkembangan
Produksi Getah selama 5 Tahun (1999 - 2003) disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Perkembangan Produksi Getah selama 5 Tahun setiap KPH(1999-2003)
KPH Tahun (Ton)
1999 2000 2001 2002 2003 Jumlah
Unit I
Banyumas barat 16.036,00 13.058,00 1.632,00 15.710,00 15.402,00 61.838,00
Banyumas Timur 3.194,00 2.702,00 2.363,00 3.443,00 3.466,00 15.168,00
Kedu selatan 10.893,00 8.898,00 7.205,00 9.654,00 9.254,00 45.904,00
Kedu selatan 1.038,00 836,00 793,00 1.079,00 1.073,00 4.819,00
Pekalongan Barat 10.382,00 9.112,00 8.612,00 10.202,00 9.468,00 47.776,00
Pekalongan Timur 5.423,00 5.454,00 4.086,00 5.996,00 5.595,00 26.554,00
Surakarta 805,00 566,00 676,00 1.095,00 1.334,00 4.475,00
Jumlah A 47.771,00 40,626,00 35.367,00 47.179,00 45.592,00 206.535,00
Unit II
Lawu Ds 11.756,00 8.322,00 8.469,00 10.400,00 10.122,00 49.069,00
Kediri 16.005,00 13.910,00 10.057,00 12.235,00 10.917,00 63.124,00
Malang 322,00 348,00 241,00 356,00 359,00 1.626,00
Pasuruan 326,00 375,00 256,00 382,00 440,00 1.779,00
Probolinggo 403,00 350,00 622,00 457,00 583,00 2.415,00
Jember 2.092,00 2.197,00 295,00 3.333,00 3.618,00 11.535,00
Bondowoso 904,00 1.288,00 1.269,00 1.258,00 1.359,00 6.078,00
Banyuwangi Barat 2.922,00 3.894,00 4.228,00 4.612,00 4.459,00 20.115,00
Jumlah B 34.730,00 30.684,00 25.437,00 33.033,00 31.857,00 155.741,00
Unit III
Bogor 618,05 648,08 498.44 495,75 479,00 2739,32
Sukabumi 3.091,00 2.423,83 1.736,00 1.513,00 1.726,00 10.498,83
Cianjur 412,00 385,31 322,00 353,46 335,00 1.807,77
Purwakarta 252,00 267,71 234,00 257,00 255,00 1.265,71
Bandung Utara 966,00 698,35 364,00 434,00 514,00 2.976,35
Bandung Selatan 606,00 596,72 351,00 313,00 363,00 2.229,72
Garut 1.311,00 1.113,26 636,00 1.001,00 1.016,00 5.077,26
Tasikmalaya 465,00 579,40 311,00 426,00 620,00 2.401,4
Ciamis 365,00 463,28 416,94 578,33 557,00 2.380,55
Kuningan 511,00 486,13 476,00 718,33 662,00 2.853,46
Majalengka 588,00 1223,41 832,00 701,00 359,00 3.703,41
Sumedang 1319,00 661,53 472,00 486,75 529,00 3.468,28
Jumlah C 10.504,05 9.556,01 6.649,38 7.277,62 7,415,00 41.402,06
Total 93.705,05 81.866,01 67.453,38 88.489,62 84.864,00 403.678,06
Sumber : Statistik Perhutani Tahun 2003
Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer yang diperlukan antara lain:
1. Tahapan proses pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan
terpentin.
2. Masa pakai dan suku bunga yang dikenakan untuk peralatan, bangunan
dan infestasi lainnya.
Rendemen.
Perhitungan rendemen dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi
perusahan dalam mengolah getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin.
Rendemen dihitung dengan cara sebagi berikut :
O
Rd =
I
Keterangan :
Rd = Rendemen
O = Output (Kg).
I = Input (Kg).
TC = TFC + TVC
TFC + TVC
UC =
V
dimana :
TC = Total biaya produksi gondorukem per tahun (Rp/tahun).
TFC = Biaya tetap total produksi gondorukem per tahun (Rp/tahun).
TVC = Biaya variable total produksi gondorukem per tahun(Rp/tahun).
V = Volume produksi gondorukem per tahun (Rp/bln).
UC = Biaya produksi per kilogram (kg).
Biaya tetap yang diperhitungkan antara lain penyusutan, bunga modal,
gaji dan pajak-pajak. Sementara biaya variabel yang diperhitungkan adalah biaya
getah, biaya angkut getah, biaya bahan penolong, biaya bongkar, biaya bahan
bakar, upah tak langsung dan upah langsung.
Penyusutan. Besarnya dihitung dengan rumus sebagai berikut :
M
D= (tanpa nilai rongsokan)
N
dimana :
D = Penyusutan modal (Rp/tahun).
M = Nilai modal yang ditanamkan untuk pembelian mesin dan
pembangunan gedung (Rp/tahun).
N = masa pakai bangunan atau mesin yang ekonomis (tahun).
Bunga Modal. Besarnya bunga modal dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
M ( N + 1)
B= × 0 .0 p
2N
dimana :
B = Besarnya bunga yang harus dibayar (Rp/tahun).
P = suku bunga pinjaman (18%/tahun).
Gaji Tetap. Gaji tetap ditetapkan oleh perusahaan. Gaji tetap dihitung
dengan menjumlahkan besar gaji per bulan per orang selama satu tahun
(Rp/tahun).
Pajak. Besarnya pajak dan pembebanan lainnya dihitung atau dikutip dari
peraturan-peraturan yang berlaku.
Biaya pemeliharaan dan suku cadang. Biaya pemeliharaan merupakan
penjumlahan biaya pemeliharaan dari setiap mesin selama satu tahun seperti
forklift termasuk pemeliharaan gudang dan instalasi.
Biaya getah. Biaya getah biaya yang dikeluarkan untuk membayar getah
hasil sadapan petani dan dihitung dengan mengalikan tarif getah dengan jumlah
getah yang dibeli.
Biaya angkut getah. mengingat getah yang diolah diperoleh dari berbagai
KPH yang letaknya berjauhan biaya angkut getah dihitung dengan menjumlahkan
banyaknya pengangkutan getah.
Biaya bahan-bahan penolong. Biaya ini biasanya adalah pengeluaran
untuk memperoleh bahan-bahan kimia seperti asam-asam oksalat dan kapur dan
dihitung dengan mengalikan harga bahan penolong dengan jumlah bahan
penolong yang diperlukan untuk mengolah getah pinus.
Biaya bongkar. Biaya bongkar industri dan biaya bongkar getah dihitung
dengan mengalikan besarnya upah per orang dengan jumlah orang yang bekerja.
Biaya bahan bakar. Biaya ini adalah pengeluaran untuk membeli bahan
bakar mesin forklift dan dihitung dengan mengalikan harga bahan bakar per unit
dengan jumlah bahan bakar yang digunakan.
Upah tak langsung. Upah adalah biaya untuk membayar pegawai harian
lepas dan pegawai yang bekerja lembur di kantor dan pabrik. Upah ini dihitung
dengan mengalikan besarnya upah per jam atau per hari dengan jumlah orang
yang bekerja.
Upah langsung. Upah langsung adalah biaya untuk membayar upah
langsir, upah opertor dan upah timbang. Biaya ini dihitung dengan mengalikan
besarnya upah per orang dengan jumlah orang yang bekerja.
Analisis Rugi-Laba
(1 + p %) TC
Hp =
V
dimana :
Hp = Harga pokok gondorukem (Rp/kg);
T C = Total biaya untuk memproduksi gondorukem (Rp/tahun); dan
V = Total produksi gondorukem (kg/tahun)
p% = Prosentasi keuntungan yang ingin diperoleh oleh perusahaan (%
/ tahun)
Total Pendapatan. Total pendapatan dihitung dengan mengalikan harga
jual gondorukem per kilogram dengan jumlah total gondorukem yang terjual,
seperti yang ditunjukkan oleh rumus berikut ini:
TR = PM x V
dimana :
Analisis Break Even Point. Analisis Break even point (BEP) perusahaan
bertujuan menentukan volume penjualan minimum yang tidak mengakibatkan
perusahaan mengalami kerugian tetapi juga tidak untung.
TFC
N BEP =
H −C
Dimana :
N BEP = Tingkat produksi gondorukem pada titik impas (ton/tahun)
TFC = Biaya tetap per satuan unit waktu (Rp/tahun)
C = Biaya variabel per satuan unit produksi (Rp/kg)
H = Harga persatuan unit (Rp/kg).
PENDAPATAN/
BIAYA TR
TC
TVC
TFC
jUMLAH
BEP
Bahan Baku
Kebutuhan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi PGT.
Sindangwangi diperoleh dari 12 KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) yang ada di
wilayah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten yang meliputi KPH Bogor,
Sukabumi, Bandung Utara, Bandung Selatan, Cianjur, Garut, Tasikmalaya,
Majalengka, Purwakarta, Ciamis, Kuningan dan Sumedang. Penerimaan getah
pinus dari masing–masing KPH tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 19.
Proses Produksi
Proses produksi gondorukem dan terpentin di PGT. Sindangwangi hampir
sama dengan proses produksi di PGT. Cimanggu, tetapi di PGT. Sindangwangi
tidak memakai proses pemanasan awal di tangki blowcase. Hal ini bertujuan
untuk mengefesiensikan proses produksi itu sendiri dengan menyingkat waktu
pengolahan getah. Pada dasarnya proses produksi gondorukem di PGT.
Sindangwangi seperti pada Gambar 3.
PENGENC PENCUC PENGENDA
ERAN IAN PAN
Proses Canning. Proses ini merupakan proses akhir dari pemasakan getah
pinus dimana gondorukem yang dihasilkan dicurahkan ke dalam drum kerucut.
Pada saat pengisian, gondorukem tersebut ditimbang agar berat setiap drum
sebesar 240 kg. Setelah drum terisi dengan gondorukem, dilakukan pengujian
untuk menentukan kualitas gondorukemnya, kemudian drum dibawa ke gudang
penyimpanan (Gambar 7) dan diletakkan berdasarkan mutu masing-masing.
Tenaga Kerja
PGT. Sindangwangi dipimpin oleh seorang kepala pabrik dan dalam
menjalankan tugasnya dibantu oleh 2 orang kepala bagian, yaitu kepala bagian
prosesing dan kepala bagian penerimaan. Kepala pabrik juga dibantu staf tata
usaha dan staf unsur keamanan. Jabatan kepala pabrik setingkat dengan Asisten
Perhutani sementara Kepala Bagian kedudukannya setara dengan Kepala Resort
Polisi Hutan. Di samping itu, ada juga operator pabrik, yaitu orang yang bekerja
langsung dalam proses produksi; pembantu uji; dan petugas kebersihan pabrik.
Dalam pembagian kerjanya, setiap hari ada tiga shift dan masing-masing shift ada
regu kerjanya masing-masing. Shift I berlangsung dari pukul 07.00-15.00, shift II
dari pukul 15.00-23.00 dan shift III dari pukul 23.00-07.00. Total pegawai tetap
PGT. Sindangwangi sebanyak 45 orang, sedangkan pegawai tidak tetap berkisar
antara 20-30 orang tergantung dengan volume getah yang diolah. Struktur
organisasi PGT. Sindangwangi disajikan pada Gambar 8.
KEPALA PGT.
SINDANGWANGI
KEUANGAN KEAMANAN
KEBERSIHAN
Lingkungan Pabrik
Akibat penggunaan sistem CAS dalam penyadapan getah, limbah yang
dikeluarkan PGT. Sindangwangi mengandung asam sulfat. Untuk itu, PGT.
Sindangwangi membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air limbah) yang bisa
menetralkan asam sulfat, yaitu dengan menambahkan kapur pada pengolahan
limbahnya. PGT. Sindangwangi membangun satu unit IPAL lagi Pada tahun
2004, dengan tujuan agar limbah yang dibuang ke lingkungan benar-benar aman
sesuai dengan baku mutu limbah itu yang mengacu pada keputusan menteri KLH,
KEP-03 / men KLH 2/21991 tanggal 1 Februari 1991 tentang Baku Mutu Limbah
Cair dan juga agar sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Produksi
Biaya produksi pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan
terpentin di PGT.Sindangwangi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tersebut dihitung untuk setiap tahapan dan komponennya. Tabel 21 dan 22.
menunjukkan biaya tetap dan biaya variabel menurut tahapan dan komponennya.
Biaya tetap terbesar menurut tahapannya yaitu pada umum sebesar Rp. 2.496,4
juta atau Rp. 672,8/kg (48,7%). Sedangkan menurut komponennya, biaya tetap
terbesar pada penyusutan sebesar Rp. 2.042,0 juta atau Rp. 550,3/kg (39,9%), dan
biaya paling kecil pada komponen gaji sebesar Rp. 587 juta atau Rp. 158,2/kg
(11,5%). Sedangkan biaya variabel terbesar menurut tahapannya, yaitu pada tahap
persiapan bahan baku sebesar Rp. 8.548,0 juta atau Rp. 2.303,7/kg (72,36%).
Sedangkan berdasarkan komponennya biaya bahan baku sebesar Rp. 7.810,2 juta
atau Rp.2.104,8/kg (66,11%).
Tabel 20. Rekapitulasi Produksi dan Pendapatan PGT. Sindangwangi Tahun 2001 - 2005
Tahun
Item Satuan
2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata
Kapasitas terpasang Ton/Th 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
Getah yang diolah Ton/Th 5.363,0 5.672,3 6.447,7 5.840,6 5.435,4 5.751,8
Persentase Pengolahan % 53,6 56,7 64,5 58,4 54,4 57.5
Gondorukem
Total produksi Ton/Th 4.231,9 3.393,9 5.034,2 4.075,7 3.710,6 4.089.3
penjualan dalam Ton/Th
negeri 2.912,9 2.722 3.205,2 2.450,4 2.169,6 2.692,0
ekspor Ton/Th 1.319,0 671.9 1.829,0 1.625,2 1.541,0 1.397,3
Rendemen % 78,9 59,8 78,1 69,8 68,3 71,0
Harga jual
dalam negeri Rp/Kg 3.125 4.025 3.250 3.633 4.953 3.706
eksport Rp/Kg 4.695 4.200 3.425 3.850 5.375 4.199
Pendapatan Rp Milyar 8,12 18,52 18,52 15,34 19,31 16,83
Terpentin
Total produksi Ton/Th 726,5 815,0 1.037,2 853,7 758,7 838,3
penjualan dalam Ton/Th
negeri 610,4 752,8 867,2 514,4 428,0 634,6
ekspor Ton/Th 116,1 62,2 170,1 339,3 330,7 203,7
Rendemen % 13,6 14,4 16,1 14,6 14,0 15,0
Harga jual
dalam negeri Rp/Kg 4.125 4.414 3.923 3.668 5.055 4.051
ekspor Rp/Kg 4.300 4.630 4.120 3.930 5.240 4.297
Pendapatan Rp Milyar 2,20 3,92 4,24 3.42 3,91 3,91
Total pendapatan Rp Milyar 10,32 22,44 22,76 18,76 23,22 20,74
43
54
Tabel 23. menunjukkan struktur biaya berdasarkan komponennya. Biaya
terbesar adalah biaya bahan baku sebesar Rp. 7.810,216 juta atau Rp. 2.105/kg
gondorukem (46,2%), disusul dengan biaya bahan penolong sebesar Rp.
2.983,777 juta atau Rp. 804/ kg gondorukem (17,6%) dan biaya penyusutan
sebesar Rp. 2.042,035 juta atau Rp. 550/kg gondorukem (12,1%). Biaya variabel
sendiri mempunyai bobot yang lebih besar daripada biaya tetap, yaitu sebesar
69,8% atau Rp. 11.813,563 juta sedangkan biaya tetap mempunyai bobot 30,0%
atau Rp. 5.072,682 juta. Hal ini berarti biaya variabelnya lebih dari dua kali lipat
dari pada biaya tetap. Besarnya biaya bahan baku berbanding lurus dengan biaya
bahan penolong karena semakin besar bahan baku yang digunakan maka
penggunaan bahan penolong yang digunakan juga semakin banyak. Tabel 23. juga
menunjukkan biaya per kilogram gondorukem. Biaya tetap per kilogram yang
digunakan adalah sebesar Rp. 1.380/ kg gondorukem dan biaya variabel sebesar
Rp. 3.184/kg gondorukem, sehingga biaya totalnya Rp. 4.564/kg.
Perhitungan ini berbeda dengan perhitungan yang dilaporkan pihak
Perhutani (Tabel 24). Tabel 24. menunjukkan biaya terbesar adalah biaya bahan
baku yaitu Rp. 7,8 milyar atau Rp. 2.105/kg gondorukem. Kemudian biaya bahan
penolong yaitu sebesar Rp. 2,98 milyar atau Rp. 804/kg gondorukem. Perbedaan
terjadi pada biaya tetap. Dalam hal ini pihak Perhutani tidak memperhitungkan
penyusutan dan bunga modal semua investasi, tetapi hanya memperhitungkan
investasi yang dianggap penting. Sedangkan dalam penelitian ini semua investasi
dihitung penyusutan dan bunga modalnya seperti yang disajikan pada Tabel
lampiran 2.
Untuk mengurangi biaya variabel yang besar dapat dengan mengurangi
pekerja borongan yang banyak pada tahap persiapan bahan baku, karena pada
tahap ini sebenarnya pihak PGT. Sindangwangi dapat bekerja sama dengan
penyadap agar menyerahkan hasil langsung ke pabrik sehingga tidak memerlukan
biaya untuk upah pekerja borongan yang mengambil getah dari para penyadap.
Tabel 21. Rekapitulasi biaya tetap dan biaya variabel (Rp Juta / tahun) setiap tahapan dan komponen PGT.Sindangwangi tahun 2005.
Biaya Tetap ( Rp Juta / tahun) Biaya Variabel (Rp Juta / tahun)
Tahapan Bunga Sub Prosentase Bahan Bahan Sub Persentase Persentase
Penyusutan Gaji Upah Total
modal total (%) baku penolong total (%) (%)
7.810,
Persiapan Bahan Baku
- - - - - 2 0,3 737,6 8.548,0 72,4 8.548,0 50,5
Pengolahan Bahan Baku 1.313,2 996,1 - 2309,4 45,1 - 2.983,8 231,7 3215,5 27,2 5.524,9 32,6
Pengujian Produk 101,5 20,7 - 122,2 2,4 - - - 0,0 0,0 122,2 0,7
Pengolahan Limbah 71,6 59,0 - 130,5 2,5 - - - 0,0 0,0 130,5 0,8
Pemasaran 21,7 41,0 - 62,7 1,2 - - 50,3 50,3 0,4 113,0 0,7
Umum 534,0 457,3 587 2496,4 48,7 - - - 0,0 0,0 2.496,4 14,7
1.574, 5.121, 7.810, 1.019, 11.813, 16.935,
Tota Jumlah)
2.042,0 2 587 3 100,0 2 2.984,0 6 8 100,0 1 100,0
l
Persentase (%) 39,9 30,7 11,5 100,0 66,1 25,3 8,6 100,0
Tabel 22. Rekapitulasi biaya tetap dan biaya variabel (Rp / kg gondorukem) setiap tahapan dan komponen PGT.Sindangwangi tahun 2005.
Biaya tetap (Rp / kg gondorukem) Biaya variabel (Rp / kg gondorukem)
Tahapan Bunga Sub Prosentase Bahan Bahan Sub Persentase Prosentase
Penyusutan Gaji Upah Total
modal total (%) baku penolong total (%) (%)
Persiapan Bahan Baku - - - - - 2.104,8 0,1 198,8 2.303,7 72,4 2.303,7 50,5
Pengolahan Bahan Baku 353,9 268,5 - 622,4 45,1 - 804,1 62,5 866,6 27,2 1.489,0 32,6
Pengujian Produk 27,4 5,6 - 32,9 2,4 - - - 0,0 0,0 32,9 0,7
Pengolahan Limbah 19,3 15,9 - 35,2 2,5 - - - 0,0 0,0 35,2 0,8
Pemasaran 5,8 11,1 - 16,9 1,2 - - 13,5 13,5 0,4 30,5 0,7
Umum 143,9 123,2 158,2 672,8 48,7 - - - 0,0 0,0 672,8 14,7
Jumlah) 550,3 424,2 158,2 100,0 100,0 2.104,8 804,2 274,8 100,0 100,0 4.564,0 26,9
Total
Persentase (%) 39,9 30,7 11,5 100,0 66,1 25,3 8,6 100,0
45
56
Tabel 23. Rekapitulasi biaya tetap dan biaya variabel PGT.Sindangwangi tahun
2005
Komponen biaya Rp Juta/Tahun Rp/Kg Prosentase (%)
Biaya Tetap 5.121,522 1.380 30,2
penyusutan 2.042,035 550 12,1
bunga modal 1.574,188 424 9,3
gaji kep&peg pabrik 587,045 158 3,5
umum 918 247 5,4
Biaya Variabel 11.813,563 3.184 69,8
bahan baku 7.810,216 2.105 46,2
bahan penolong 2.983,777 804 17,6
upah 1.019,570 275 6,0
Total 16.935,085 4.564 100
Tabel 24. Rekapitulasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel Menurut KPH Bandung
Utara, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten 2005
Komponen biaya Rp Juta/Tahun Juta/Kg Prosentase (%)
Biaya Tetap 1.892,5 510 13,8
penyusutan 387,2 104 2,8
bunga modal 0,0 0 0,0
gaji kep&peg pabrik 587,0 158 4,3
umum 918,3 247 6,7
Biaya Variabel 11.813,6 3.184 86,2
bahan baku 7.810,2 2.105 57,0
bahan penolong 2.983,8 804 21,8
upah 1.019,6 275 7,4
Total 13.70, 1 3.694 100,0
Tabel 26. Produksi Getah Pinus Perum Perhutani Berdasar Produktivitas Rata-
rata Per Hektar dan Per Pohon
Rata-rata Produksi (Ton) berdasar Produktivitas
Luas Sadapan
Unit Jumlah Pohon yang
(Ha) Per Ha Per Pohon
Disadap
Unit I 76.509,4 262 42.026,61 42.095,47
Unit II 53.643,6 124 30.705,6 30.598,31
Unit III 19.669 176 8.406,53 8.308,19
Total 149.772 201 81.116,52 41.281,26
1. Target produksi getah didasarkan pada produksi per pohon per hari, target
produksi tersebut ditetapkan oleh unit namun kurang mempertimbangkan
kondisi lapangan yang sangat beragam dalam hal altitude, aksesibilitas,
ketersediaan tenaga penyadap, sehingga sulit untuk mencapai target
tersebut. Saat ini produksi getah dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-
Banten berkurang, sebagai akibat dari adanya larangan menyadap getah
pinus di areal Hutan Lindung dari Kepala Unit III. Hal Ini dilakukan oleh
kepala Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten sebagai antisipasi dari
kemungkinan kerusakan tegakan pinus dihutan lindung sebagai akibat dari
sistem penyadapan pinus yang menggunakan sistem quare tanpa kontrol
yang tepat. Berdasarkan survey yang dilakukan, banyak dijumpai quare
yang sangat dalam, panjang dengan jumlah yang diperkenankan oleh
Perum Perhutani.
Sistem Pemasaran
Gondorukem dan terpentin hasil produksi PGT. Sindangwangi dijual
dalam maupun luar negeri. Untuk proses pemasarannya pihak PGT.Sindangwangi
tidak melakukan sendiri. Sistem pemasaran gondorukem dan terpentin PGT.
Sindangwangi disajikan pada gambar 9.
LOKAL
EKSPOR
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan proses produksi
gondorukem dan terpentin di PGT. Sindangwangi melalui beberapa tahap, yaitu :
tahap pengenceran, tahap pencucian, tahap pengendapan, tahap penyaringan,
tahap pemasakan dan canning. PGT. Sindangwangi mengeluarkan biaya produksi
sebesar 16,9 milyar dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 6,32 milyar pada
tahun 2005. Keuntungan tersebut diperoleh dari hasil penjualan gondorukem dan
terpentin. Keuntungan dapat ditingkatkan dengan menaikkan harga jual dan
menambah jumlah produksi. Harga jual dapat dinaikan jika kualitas gondorukem
dapat ditingkatkan, sedangkan untuk menambah jumlah produksi maka perlu
penambahan bahan baku getah pinus. Selain itu penjualan ekspor harus
ditingkatkan, karena penjualan ekspor memberikan keuntungan yang lebih besar
dari pada penjualan dalam negeri.
Saran
Untuk meningkatkan produksi perlu adanya penambahan bahan baku
getah pinus. Penambahan getah pinus dapat dilakukan dengan mengambil getah
dari KPH-KPH diluar Perum Perhutani Unit III jawa Barat-Banten. Selain itu juga
dapat dengan meningkatan jumlah getah yang dipasok dari KPH-KPH di Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten. Peningkatan itu dapat dengan jalan
menambah jumlah pohon pinus, yaitu dengan memanam pohon pinus di areal
milik Perum Perhutani yang kosong atau mengadakan pengawasan dan kontrak
kerja kepada penyadap agar penyadap benar-benar bekerja dengan serius sehingga
getah yang dihasilkan dapat meningkat. Selain itu dapat pula dengan mengadakan
penyuluhan kepada para penyadap tentang teknik penyadapan yang benar.
Sedangkan untuk meningkatkan mutu gondorukem dapat dengan mengganti
teknologi pengolahan gondorukem yang ada dengan teknologi baru yang dapat
menghasilkan gondorukem dengan mutu yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T.H. 1999. Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE
Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Irawanti, S., Prahasto, H., dan Astuti, D. 1997. Analisis Sosial Ekonomi
Pengolahan Gondorukem dan Terpentin. Buletin Penelitian Hasil Hutan
Vol. 15 No. 1. Bogor.
Tim Peneliti Fakultas Kehutanan IPB dan Perum Perhutani. 2005. Rancangan
Pemisahan Kelas Perusahaan dalam Kelas Perusahaan Pinus untuk
Intensifikasi Produksi Getah Pinus dan Produksi Kayu sebagai Produk
Utama. Laporan Akhir. Fakultas Kehutanan, Institute Pertanian Bogor.
Bogor
Slot, T dan G.H. Minnar. 1996. Dasar – Dasar Ekonomi Perusahaan. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi IBII dan PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Diterjemahkan oleh Kwiek Kian Gie.
Soetomo. 1972. Pungutan dan Pengolahan Getah Pinus. KPH Pekalongan Timur.
Perum Perhutanai Jawa Tengah.
68
United Kingdom - 230400 76800 12000 - 95616 34598 10940
Netherlands 4.330.487 3418000 8175670 2941730 1.845.769 1457630 3510309 1174605
France 2.764.800 1344000 3111200 1536000 1.142.150 561120 1357759 601654
69
57
Tabel Lampiran 2. Inventaris, Penyusutan dan Bunga Modal PGT Sindangwangi
harga Nilai Bunga
Tahun Umur GDP Nilai real Penyusutan
No Tahapan satuan jumlah persatuan perolehan modal (Rp
perolehan pakai Deflator (Rp Juta) (Rp Juta)
(Rp Juta) (Rp Juta) Juta)
1 Persiapan bahan baku - - - - - - - - - -
2 Pengolahan bahan baku - - - - 2077.995 - - 9755.052 1313.226 996.145
Bak Getah 1 1994 unit 1 26.730 26.730 20 19.02 140.515 7.026 13.279
Bak Getah 2 1998 unit 1 66.394 66.394 10 44.82 148.134 14.813 14.665
Kisi-Kisi Bak Getah 1998 unit 1 14.195 14.195 10 44.82 31.671 3.167 3.135
Pondasi Tangki Storage 2000 unit 1 43.121 43.121 10 61.63 69.968 6.997 6.927
Pondasi Boiler 1991 unit 1 6.639 6.639 10 15.17 43.772 4.377 4.333
Bangunan Atap Pabrik Dan
Bak Getah 2005 m2 1000 0.050 49.975 10 100.00 49.973 4.997 4.947
Bak Serasah 2005 m2 50 1.343 67.131 10 100.00 67.128 6.713 6.646
Saluran Air Limbah 2005 m2 500 0.105 52.387 10 100.00 52.385 5.239 5.186
Mesin PGT Sindang Wangi 1991 unit 1 1153.600 1153.600 8 15.17 7605.392 950.674 770.046
Tangki Umpan Boiler 2004 unit 1 77.077 77.077 5 85.47 90.177 18.035 9.739
Tangki Storage Terpentin 1994 unit 1 71.875 71.875 5 19.02 377.838 75.568 40.807
Forklift 1992 unit 1 46.121 46.121 5 16.10 286.538 57.308 30.946
Centrifugal Pump 1999 unit 1 15.400 15.400 5 51.17 30.097 6.019 3.251
Plow Meter 1999 unit 1 74.800 74.800 5 51.17 146.188 29.238 15.788
Filter Housing 1999 unit 1 198.550 198.550 5 51.17 388.042 77.608 41.909
Dehidrator 1999 unit 1 22.500 22.500 5 51.17 43.974 8.795 4.749
Flow Meter 2000 unit 1 84.500 84.500 5 61.63 137.110 27.422 14.808
Timbangan 1991 unit 1 7.000 7.000 5 15.17 46.149 9.230 4.984
3 Pengujian produk 140.883 364.286 101.509 20.730
Ruang Laboratorium 1995 m2 96 0.223 21.396 10 20.90 102.359 10.236 10.134
Abbe Refractometer 2000 unit 1 46.035 46.035 2 61.63 74.696 37.348 3.361
Rozien 3 Field Chp 660 2000 unit 1 17.850 17.850 2 61.63 28.963 14.482 1.303
Alat Laboratorium 2000 unit 1 16.002 16.002 2 61.63 25.965 12.983 1.168
58
70
Tabel Lampiran 2. ( lanjutan) Inventaris, Penyusutan dan Bunga Modal PGT Sindangwangi
Harga Nilai Bunga
Thn Umur GDP Nilai real Penyusutan
No Tahapan satuan Jml persatuan perolehan modal (Rp
perolehan pakai Deflator (Rp Juta) (Rp Juta)
(Rp Juta) (Rp Juta) Juta)
Timbangan Analitik 1993 unit 1 14.795 14.795 5 17.65 83.824 16.765 3.018
Timbangan Analitik 1999 unit 1 24.805 24.805 5 51.17 48.478 9.696 1.745
4 Pengolahan limbah 217.931 583.652 71.566 58.970
IPAL 1 1994 unit 1 85.914 85.914 10 19.02 451.640 45.164 44.712
IPAL 2 2005 unit 1 132.017 132.017 5 100.00 132.012 26.402 14.257
5 Pemasaran 289.088 434.122 21.706 41.025
Gudang Kaleng 1992 m2 96 0.070 6.687 20 16.10 41.545 2.077 3.926
Storage 2001 unit 1 282.401 282.401 20 71.94 392.577 19.629 37.098
6 Lain - lain 534.028 457.319
A. Tanah dan bangunan 370.493 1634.667 94.214 155.599
Rumah Kopel PGT
Sindangwangi 1996 m2 108 0.459 49.623 20 22.72 218.450 10.922 20.643
Rumah Kopel H2 PGT
Sindangwangi 1996 m2 36 0.413 14.850 20 22.72 65.372 3.269 6.178
Rumah Dinas 1991 m2 36 0.250 8.997 20 15.17 59.317 2.966 5.605
Lingkungan Rumah Dinas 1992 unit 1 8.997 8.997 20 16.10 55.897 2.795 5.282
Bangunan Tempat Parkir
Forklift 2000 m2 60 0.300 18.000 10 61.63 29.207 2.921 2.891
Rumah Dinas Kopel 1996 m2 90 0.555 49.963 20 22.72 219.946 10.997 20.785
Ruang Boiler Dan Genset 1 1991 m2 48 0.674 32.359 10 15.17 213.336 21.334 21.120
Ruang Boiler Dan Genset 2 1991 m2 48 0.022 1.071 10 15.17 7.063 0.706 0.699
Gudang Dan Bengkel Kerja 1995 m2 36 0.375 13.490 20 20.90 64.540 3.227 6.099
Pos Keamanan 1997 m2 20 0.398 7.955 20 25.57 31.109 1.555 2.940
Bangunan 1994 unit 1 105.252 105.252 20 19.02 553.297 27.665 52.287
Pagar Bagian Depan 1999 unit 1 48.222 48.222 20 51.17 94.244 4.712 8.906
Pagar Bagian Belakang 1999 unit 1 11.713 11.713 20 51.17 22.891 1.145 2.163
59
71
Tabel Lampiran 2. ( lanjutan) Inventaris, Penyusutan dan Bunga Modal PGT Sindangwangi
Harga Nilai Bunga
Thn Umur GDP Nilai real Penyusutan
No Tahapan satuan Jml persatuan perolehan modal (Rp
perolehan pakai Deflator (Rp Juta) (Rp Juta)
(Rp Juta) (Rp Juta) Juta)
B. Jalan dan jembatan 72.278 134.197 7.568 12.759
Jalan Produksi PGT - TPN 1999 m 35 0.704 24.648 20 51.17 48.171 2.409 4.552
Jalan Angkutan Terpentin
Dan Gondorukem 2000 m 35 0.608 21.284 20 61.63 34.535 1.727 3.264
Jalan Aspal Angkutan
Terpentin Dan Gondorukem 1999 m 200 0.132 26.346 15 51.17 51.491 3.433 4.943
C. Bengkel dan instalasi 648.170 2617.066 397.542 271.315
MPO PGT Sindangwangi 1997 unit 1 14.795 14.795 8 25.57 57.857 7.232 5.858
MPO PGT Sindangwangi 1997 unit 1 12.620 12.620 8 25.57 49.351 6.169 4.997
genset 1992 unit 1 128.520 128.520 5 16.10 798.455 159.691 86.233
Intalasi Listrik Pabrik PGT
Sindangwangi 1998 unit 1 143.175 143.175 5 44.82 319.445 63.889 34.500
Intalasi Listrik Hal PGT
Sindangwangi 1994 unit 1 13.296 13.296 5 19.02 69.897 13.979 7.549
Instalasi Listrik Pabrik PGT
Sindangwangi 1994 unit 1 11.457 11.457 5 19.02 60.227 12.045 6.504
Pengadaan Pipa PGT
Sindangwangi 2000 unit 1 27.770 27.770 10 61.63 45.060 4.506 4.461
hydrant System PGT
Sindangwangi 1994 unit 1 33.418 33.418 10 19.02 175.675 17.567 17.392
Pompa Gunfos 3 PK 1999 unit 1 14.102 14.102 5 51.17 27.561 5.512 2.977
Sumur artesis PGT
Sindangwangi 1993 unit 1 125.927 125.927 10 17.65 713.462 71.346 70.633
Pompa Sirkulasi PGT
Sindangwangi 1998 unit 1 45.100 45.100 10 44.82 100.624 10.062 9.962
sumur artesis PGT
Sindangwangi 1998 unit 1 8.481 8.481 10 44.82 18.922 1.892 1.873
Instalasi lainnya PGT
Sindangwangi 1994 unit 1 10.647 10.647 5 19.02 55.972 11.194 6.045
Talud Penahan Tanah 1 1998 m2 80 0.430 34.408 10 44.82 76.769 7.677 7.600
Talud Penahan Tanah 2 1999 m2 60 0.408 24.453 10 51.17 47.790 4.779 4.731
60
72
Tabel Lampiran 2. ( lanjutan) Inventaris, Penyusutan dan Bunga Modal PGT Sindangwangi
Harga Nilai Bunga
Thn Umur GDP Nilai real Penyusutan
No Tahapan satuan Jml persatuan perolehan modal
perolehan pakai Deflator (Rp Juta) (Rp Juta)
(Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta)
D. Perlengkapan Kantor dan
KTB 47.765 161.371 34.704 17.647
Perangkat Komputer 1996 unit 1 5.937 5.937 5 22.72 26.136 5.227 2.823
Meja Kerja 2005 unit 1 3.500 3.500 2 100.00 3.500 1.750 0.472
Meja Tamu 2005 unit 1 1.000 1.000 2 100.00 1.000 0.500 0.135
Peti Besi Merk President 1990 unit 1 0.472 0.472 10 13.68 3.450 0.345 0.342
Peti Besi 1997 unit 1 1.600 1.600 10 25.57 6.257 0.626 0.619
Mesin Babat Rumput 1992 unit 1 1.100 1.100 2 16.10 6.834 3.417 0.923
Timbangan Merk Merkusi 1991 unit 1 1.410 1.410 5 15.17 9.296 1.859 1.004
Timbangan Duduk 1992 unit 1 5.496 5.496 5 16.10 34.146 6.829 3.688
Timbangan Duduk 1992 unit 1 2.500 2.500 5 16.10 15.532 3.106 1.677
Timbangan Digital 1998 unit 1 24.750 24.750 5 44.82 55.221 11.044 5.964
Jumlah Total 3864.602 15684.413 2042.035 1574.188
61
73
Tabel Lampiran 3.Gaji Pegawai PGT. Sindangwangi
Total
Item Satuan Jumlah
(Rp juta)
Org 1
Gaji Dan Tunjangan Kep. Pabrik 20
HOK/th 360
Org 45
Gaji Dan Tunjangan Peg. Pabrik 567
HOK/th 360
Total 587
62
Tabel Lampiran 4. Biaya Umum PGT. Sindangwangi
Jumlah
Nilai per
Item Satuan Jumlah Biaya
satuan
(Rp Juta)
Umum 918
Biaya Makan Minum Rp/bln 12 3.344 40.129
Pemeliharaan Gedung Kantor Pabrik Rp/bln 12 0.212 2.549
Pemeliharaan Gedung Pabrik Rp/bln 12 1.447 17.362
Pemeliharaan Gudang Pabrik Rp/bln 12 0.792 9.500
Pemeliharaan Gudang Pabrik Rp/bln 12 2.313 27.750
Pemeliharaan Boiler Rp/bln 12 0.813 9.750
Pemeliharaan Genset Rp/bln 12 4.230 50.765
Pemeliharaan Mesin dan Instalasi Lainnya Rp/bln 12 32.334 388.002
Alat Tulis Kantor Rp/bln 12 0.302 3.628
Biaya Perjalanan PHL Pabrik Rp/bln 12 0.240 2.876
Biaya Pengadaan Barang Pabrik Rp/bln 12 0.225 2.698
Biaya Jamuan Tamu Rp/bln 12 1.038 12.454
Alat-Alat Penerangan Rp/bln 12 0.343 4.110
Obat-Obatan Rp/bln 12 0.128 1.536
Biaya Lain Produksi Rp/bln 12 0.283 3.392
Biaya Latihan Kerja Rp/bln 12 5.066 60.788
Alat Keselamatan Rp/bln 12 0.317 3.800
Langganan Listrik Rp/bln 12 8.645 103.745
Pakaian Kerja Rp/bln 12 0.667 8.001
Biaya Telepon Pabrik Rp/bln 12 0.813 9.753
Makanan Tambahan Rp/bln 12 1.229 14.753
Biaya Ban Forklift Depan dan Belakang unit 6 1.46 9.960
Biaya Lelang Kecil/Perjalanan Rp/bln 12 2.559 30.706
Biaya Materai/Tekbor Rp/bln 12 0.230 2.762
Biaya Export Rp/bln 12 1.021 12.248
Biaya Pungutan Export Rp/bln 12 0.548 6.575
Biaya Angkutan dan Freight Rp/bln 12 1.114 13.372
Biaya Stuffing Terpentin Rp/bln 12 1.371 16.451
Pajak Rp/bln 12 4.07 48.48
63
Tabel Lampiran 5. Biaya Variabel PGT. Sindangwangi
Jumlah
Harga
No Tahapan Satuan Jumlah Biaya
Persatuan
(Rp Juta)
1 Persiapan bahan baku 8548.030
Material 7810.471
biaya getah ton 5435.44 1.437 7810.216
biaya bahan lainnya 0.255
Upah 737.559
upah angkut/langsir rit 3650 0.196 715.903
upah bongkar/timbang org (hok/th) 3 (360) 0.020 21.656
2 Pengolahan bahan baku 3215.514
Material 2983.777
bahan bakar (genset) liter 173265 0.005 841.201
bahan pelumas (genset) liter 751 0.018 13.510
bahan kimia lainnya liter 45264 0.003 147.108
asam oksalat kg 12436 0.020 250.342
drum kerucut/gondorukem unit 3195 0.526 1679.867
garam industri kg 1501 0.002 2.628
kapur tohor kg 8018 0.001 5.212
kapas/kaporit kg 9 0.017 0.146
filter solar genset A/B unit 38 0.313 11.955
filter oli genset A/B unit 65 0.198 12.898
sheal pompa DAB unit 65 0.275 18.000
sheal pompa lowara unit 2 0 0.430
sheal gelas penduga/ unit 2 0 0.075
impeler DAB/csotlite unit 1 0.285 0.406
Upah 231.737
upah operator harian org (hok/th) 6 (360) 0.028 60.779
upah jok/timbang gondo org (hok/th) 1 (360) 0.007 2.592
upah lainnya org (hok/th) 1 (360) 0.163 58.658
upah phl peg. Kantor pabrik org (hok/th) 10(360) 0.016 57.617
upah lembur peg. Kantor pabrik Rp/jam 1886 0.002 3.772
insentif phl hok/th 200 0.030 6.000
upah tak langsung lainnya 42.319
3 Pengujian produk
4 Pengolahan limbah
5 Pemasaran 50.274
Upah 50.274
biaya mengatur gondorukem org (hok/th) 5 (360) 0.022 38.883
upah lembur mengatur terpentin Rp/jam 0.004 2000 7.391
upah angkut langsir org (hok/th) 1 (360) 0.011 4.000
Total biaya variabel 11813.818
Material 10794.249
Upah 1019.570
64