Disusun Oleh :
.2 Prosedur Kerja
1. Pilih ubi kayu yang bermutu baik (diutamakan yang baru dipanen)
2. Bersihkan ubi kayu dengan cara dikupas lalu dicuci
3. Potong-potong ubi kayu (10 cm) atau sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian dicuci
4. Ubi kayu dikukus hingga matang (± 30 menit)
5. Ubi kayu matang, diangin-anginkan sehingga dingin
6. Haluskan ragi dengan mortar
7. Taburkan ragi halus merata diatas ubi kayu matang
8. Masukkan satu persatu ubi kayu yang sudah ditaburi ragi, ke dalam kantong plastik
(dibagi menjadi 3 bagian kantong plastik), kemudian ditutup dibagian atasnya dengan
tali rafia dan dibuat lubang seukuran pensil HB
9. Diperam selama ± 3 hari 3 malam; 10. Tape ubi kayu siap dikonsumsi atau dipasarkan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
BAHAN DISKUSI
JAWABAN
1 Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan fermentasi :
a. Keasaman “pH”
Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen
cukup jumlahnya dan gampang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung
terus, maka daya awet dari asal tersebut hilang. Tingkat keasamaan sangat
berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi keasamaan yang baik
untuk bakteri ialah 4,5-5,5.
b. Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium, kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan
c. Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama
fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhi pertumbuhan yang
maksimal, suhu pertumbuhan minimal dan suhu optimal yaitu suhu yang
memberikan terbaik dan suhu optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik dan
perbanyakan diri tercepat.
d. Oksigen
Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan
atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti
“Saccharomycess cereviseae” akan tumbuh lebih baik dalam keadaan aerobik,
tetapi keduanya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat
dengan keadaan anaerobik.
2 Mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan tape adalah dari genus
Aspergillus, Saccharomyces dan Acetobacter. Mikroba Aspergillus dalam pembuatan
tape berfungsi untuk menghidrolisis pati pada bahan baku menjadi gula-gula
sederhana, Saccharomyces berfungsi mengubah gula menjadi alkohol, sedangkan
Acetobacter mengubah alkohol menjadi asam laktat. Hal ini sesuai dengan Ganjar
(2003) bahwa dalam proses fermentasi tapr digunakan beberapa jenis mikroorganisme
seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Aspergillus dan Acetobacter.
3 Tape singkong yang telah melalui proses fermentasi memiliki tekstur yang lunak
berwarna putih kekuningan. Beraroma alcohol dan rasa asam . Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi
tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak. Namun jika terlalu
lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak.
BAB V
PEMBAHASAN
Pembuatan tape memerlukan ketelitian dan kebersihan yang tinggi supaya
singkong dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang berlangsung dengan
baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan dalam proses pembuatan tape. Agar
pembuatan tape berhasil dengan baik, alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus
bersih, steril, terutama dari lemak atau minyak . Alat-alat yang berminyak jika dipakai
untuk mengolah bahan tape bisa menyebabkan kegagalan dalam proses fermentasi. Air
yang digunakanpun juga harus bersih.
Dalam praktikum ini ini dilakukan uji organoleptik terhadap sampel tape
singkong yang dibuaUji organoletik tape singkong meliputi: warna, aroma, rasa, dan
tekstur.
Singkong memiliki warna umbi yang putih, setelah diolah menjadi tape
warnanya tidak berubah masih tetap putih. Dalam praktikum ini juga warna yang
dihasilkan dari tape bewarna putih kekuningan.
Aroma dari tape yang sudah keluar yaitu aroma alkoholik, hal ini juga ditandai
dengan berairnya tape. Pada tahap awal fermentasi ini bagian yang berperan adalah
kapang, dalam hal ini kapang berperan memecah molekul-molekul pati menjadi
dekstrin dan gula-gula sederhana, proses ini merupakan hidrolisa enzimatis. Menurut
Suliantari dan Rahayu (1990), asam dan alkohol yang terbentuk dapat bereaksi
membentuk ester yaitu senyawa pembentuk aroma. Aroma yang timbul pada tape ubi
kayu meskipun tidak begitu terasa disebabkan karena aktifitas dari mikroorganisme
yang ada pada ragi yaitu hansenulla, seperti yang telah dikemukakan oleh Steinkraus
(1983) bahwa hansenulla dapat mengesterifikasi alkohol dan asam menghasilkan
aroma tape.
Rasa yang ada pada tape disebabkan karena adanya aktifitas dari
mikroorganisme yang terkandung dalam ragi. Ragi dalam inokulum dalam pembuatan
tape yang berupa kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang masing-masing
memberi kontribusi dalam pembuatan produk (Supriyanto, 1995). Selain itu, proses
fermentasi juga turut menciptakan rasa tape yang khas. Menurut Harris dan Karmas
(1989), fermentasi menimbulkan perubahan tekstur, cita rasa, aroma, nilai cerna dan
nilai gizi. Ditambahkan pula menurut Winarno (1982), pada proses fermentasi tape,
gula diubah menjadi alkohol, asam-asam organik, gliserol, dan gas CO2. Esterifikasi
antara asam dan alkohol menghasilkan ester yang membentuk cita rasa khas tape.
semakin lama waktu fermentasi maka total gula tape ubi kayu dengan perlakuan suhu
27-30°C dan secara alami makin meningkat. Peningkatan total gula disebabkan karena
enzim yang dihasilkan oleh mikroba pada ragi telah mulai aktif dan merombak pati ubi
kayu menjadi gula-gula yang lebih sederhana. Menurut Zubaidah (1998), selama
proses fermentasi, pembentukan gula sederhana akan meningkat setelah 24 jam kedua
dan akan menurun setelah 24 jam ketiga. Jika proses fermentasi terus berlanjut maka
bakteri asam laktat dan amilolitik akan merombak alkohol menjadi asam organik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa semakin
lama waktu fermentasi tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak.
Namun jika terlalu lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak. Prinsip dasar
fermentasi pangan berpati adalah degradasi komponen pati menjadi dekstrin dan gula,
selanjutnya diubah menjadi alkohol atau asam sehingga menghasilkan makanan
fermentasi berasa manis, alkoholik dan sedikit asam atau manis sedikit asam.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui tekstur tape singkong memiliki rata-rata
tekstur yaitu lunak. Tekstur tape singkong ini dipengaruhi karena pemberian ragi pada
tape. Ragi tape merupakan inokulum yang umum digunakan dalam pembuatan tape
yang selanjutnya untuk difermentasi. Fermentasi merupakan tahap terjadinya hidrolisis
bahan berpati menjadi gula sederhana melalui serta diikuti perubahan gula menjadi
alkohol. Dalam penelitian ini singkong yang dibuat tape dikukus terlebih dahulu
sampai matang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan
(2004) lama pengukusan singkong dan lama fermentasi juga dapat mempengaruhi
tekstur tape. di Jawa Tengah tekstur tape yang sangat disukai adalah tape yang agak
lembek (lunak) karena singkong sebelum dibuat tape dikukus terlebih dahulu sampai
matang, sedangkan di Jawa Barat lebih disukai yang kering agak keras biasa disebut
peuyem karena singkong dimasak setengah matang. Pada proses fermentasi semakin
lama fermentasi yang dilakukan maka mikroorganisme yang berkembang akan
semakin banyak sehingga yang mendegradasi pati menjadi dekstrin dan gula juga
semakin banyak, maka tape semakin lembek bahkan berair.
BAB VI
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pembuatan tape singkong sebagai berikut
1. Proses pembuatan tape dari menyiapkan bahan utam yaitu singkong dan ragi,
kemudain singkong dikukus dan di dinginkan. Setelah itu singkong ditaburi dengan
ragi secara merata kemudian di simpan selama 2 hari sampai singkong mengeluarkan
aroma alkoholik, dan teksturnya lembek.
2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam membuat tape singong yaitu pada ragi
dan kematangan singkong saat dikukus. fermentasi Saccharomyces cereviceae pada
singkong mengakibatkan singkong menjadi lunak dan terasa manis. Hal ini terjadi
akibat menguraian karbohidrat menjadi gula yang lebih sederhana dan etanol. Pada
proses pembuatan tape kualitas ragi sangat mempengaruhi keberhasilan pembuatan
tape.
.2 Saran
Sebaiknya dilakukan inovasi pembuatan tapai, sehingga praktikan tidak hanya
mengetahui cara pembuatan tapai secara umum namun dapat melakukan inovasi-
inovasi.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta: Tiga
Serangkai.
Berlian, Zainal. Dkk. 2016. Jurnal Biota. Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih
Singkong Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang Berbeda. Vol. 2 No. 1.
Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hidayati, Darimiyya. Dkk. 2013. Argointek. Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi Kulit
SIngkong. Vol. 7 No. 1.
Jayus. 2005. Teknologi Singkong. Bagor: IPB
Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Nurhayani. Dkk. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui
Rahmah, Hafsah Nur Laili , Nim. 04630027. 2010. Pengaruh Waktu Fermentasi
Terhadap Kadar Etanol dari Tape Singkong (Manihot Esculenta Crantz). Thesis.
Rukmana, Rahmat. Yuniarsih, Yuyun. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius
Santosa, Agus. Prakosa, Cucut. 2010. Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil Fermentasi
Sutanto, Teja Dwi. Dkk. Jurnal Gradien. Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil
BAHAN DISKUSI
JAWABAN
1. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan fermentasi :
a) Keasaman “pH”
Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen
cukup jumlahnya dan gampang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung
terus, maka daya awet dari asal tersebut hilang. Tingkat keasamaan sangat
berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi keasamaan yang baik
untuk bakteri ialah 4,5-5,5.
b) Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium, kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan
c) Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama
fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhi pertumbuhan yang
maksimal, suhu pertumbuhan minimal dan suhu optimal yaitu suhu yang
memberikan terbaik dan suhu optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik dan
perbanyakan diri tercepat.
d) Oksigen
Udara atau oksigen selama fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap
mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan
atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti
“Saccharomycess cereviseae” akan tumbuh lebih baik dalam keadaan aerobik,
tetapi keduanya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat
dengan keadaan anaerobik.
2. Mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan tape adalah dari genus
Aspergillus, Saccharomyces dan Acetobacter. Mikroba Aspergillus dalam pembuatan
tape berfungsi untuk menghidrolisis pati pada bahan baku menjadi gula-gula
sederhana, Saccharomyces berfungsi mengubah gula menjadi alkohol, sedangkan
Acetobacter mengubah alkohol menjadi asam laktat. Hal ini sesuai dengan Ganjar
(2003) bahwa dalam proses fermentasi tapr digunakan beberapa jenis mikroorganisme
seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Aspergillus dan Acetobacter.
3. Tape singkong yang telah melalui proses fermentasi memiliki tekstur yang lunak
berwarna putih kekuningan. Beraroma alcohol dan rasa asam . Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi
tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak. Namun jika terlalu
lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak.