Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL

PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI
“FERMENTASI TAPE”

Laporan ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Biologi

Nama Guru: Winarno, S.Pd.MM

Disusun oleh
Nama:
1. Agfan Herrupratama Hendarsin
2. Haoliya Timah
3. Muhammad Vhikry Salam
4. Tito Dwi Laksono
Kelompok: I
Kelas: 12 IPA 3

SMA NEGERI 17 KABUPATEN TANGERANG


Jl. Perum Legok Indah , Ds. Babakan Legok , Tangerang
Tahun Ajaran 2020/20
I. JUDUL
“Fermentasi Tape”

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Mahasiswa mengetahui proses fermentasi pada tape dan mendemonstrasikan
proses pembuatan tape ketan dan tape singkong

III. TINJAUAN PUSTAKA


Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses
fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses
pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil
fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan
aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan
yang merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi
oleh kadar gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis
tapai tertentu timbil rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan
oleh perlakuan selama proses pembuatan yang kurang teliti, misalnya
penambahan ragi yang terlampau banyak, penutupan yang kurang sempurna
selama proses fermentasi berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang
terlalu lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa,
2010).
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah
substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan
bantuan mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar
merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi
fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi
makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka,
sirkol, acar, sosis, kecap, dll (Nurcahyo, 2011).

1
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti
asamasam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer.
Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah
lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan
produkproduknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti
tempe, oncom, tapai, dan lain-lain (Nurhayani, 2001).
Diantara bahan dasar pembuatan tapai yang sering digunakan adalah
beras ketan baik yang hitam maupun yang putih. Tapai dari beras ketan inilah
yang paling banyak dijumpai di toko-toko makanan maupun di Super Market.
Namun demikian juga belum diketahui apakah ada perbedaan kandungan
etanol dalam tapai yang dihasilkan pada pembuatan dengan kedua macam
beras ketan tersebut, sehingga dalam penelitian ini akan dipelajari perbedaan
kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan dari bahan dasar beras ketan
hitam dan putih dan dengan menggunakan beberapa macam pembungkus
yang berbeda yaitu dengan daun, plastik dan gelas (Sutanto, 2006).
Beras, ketan, jagung dan ketela pohon, dapat digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan tapai. Bahan-bahan tersebut dikukus hingga matang,
dihamparkan ditampah dan setelah dingin dibubuhi ragi, kemudian campuran
itu ditaruh dalam belangga, ditutup dengan daun pisang dan disimpan dalam
tempat yang sejuk. Tak lama kemudian berkhamirlah karena daya kerja
organismeorganisme yang terdapat dalam ragi (Heyne, 1987 dalam Berlian,
2016).
Pada proses pembuatan tapai, masyarakat biasanya menggunakan daun
pisang sebagai pembungkusnya. Dengan semakin sulitnya mendapatkan daun
terutama di daerah perkotaan maka masyarakat beralih ke pembungkus atau
wadah alternatif yang lebih mudah diperoleh untuk proses pembuatan tapai
seperti plastik, gelas dan wadah yang lain. Namun demikian belum diketahui
apakah wadah fermentasi dalam pembuatan tapai ini berpengaruh terhadap
kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan (Sutanto, 2006).
Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan pertumbuhan
mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi maka mikroorganisme yang
tumbuh semakin banyak sampai nutrisi dimedia tersebut habis. Proses
pemecahan karbohidrat dipengarhui aktivitas mikroorganisme. Dari hasil

2
fermentasi yang dilakukan, didapatkan pertumbuhan dan tinggi
mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari. Hal ini
dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang optimal, sedangkan pada
fermentasi hari ke 0 mikroorganisme belum tumbuh dan fermentasi hari ke 3
didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme rendah (Hidayati, 2013).
Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang merupakan mikrobia
yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan, menjadi gula.
peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi alkohol.
rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape
tersebut. dalam proses pembuatan tape, kadang-kadang sering dijumpai
adanya tape yang berasa masam. hal ini dapat disebabkan oleh adanya
kontaminasi sejenis bakteri karena proses pembuatan tape yang kurang teliti,
misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan bahan pada saat
fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi yang terlalu lama (Rukamana,
2001).
Perubahan biokimia yang penting pada fermentasi tape adalah hidrolisis
pati menjadi glukosa dan maltosa yang akan memberikan rasa manis serta
perubahan gula menjadi alkohol dan asam organik. Reaksi dalam fermentasi
berbeda - beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang
dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Persamaan Reaksi Kimia:
C6H12O6 + 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

IV. ALAT DAN BAHAN


4.1 Alat 4.2 Bahan

1. Kompor 1. Singkong 500 gr

2. Panci 2. Ketan putih 500 gr

3. Baki plastic 3. Ketan hitam 500 gr

4. Sendok 4. Ragi tape

5. Kain perca 5. Daun pisang


6. Air
V. CARA KERJA
5.1 Pembuatan Tape Ketan (Hitam dan Putih)

3
1. Beras ketan dicuci sampai bersih. Beras ketan direndam
selama 15 menit, Kemudian beras ketan dikukus. Pada
separuh waktu bagian pengukusan, ketan diangkat (setengah
matang) lalu disiram dengan air kemudian dikukus kembali
hingga matang.
2. Ketan yang telah tanak diangkat dan didinginkan dengan cara
merata disebarkan pada nampan yang telah diberi alas daun
pisang.
3. Ragi tape curah yang dibeli dipasar biasanya dalam butiran
besar atau kepingan. Ragi tape dipotong menjadi 2 bagian lalu
dihaluskan dengan cara memasukkan ke dalam kantong
plastik dan dipukul dengan sendok.
4. Ragi halus dibungkus dengan kain perca.
5. Ragi tape secara ditaburkan merata pada ketan dengan cara
mengetukan bungkusan ragi ke seluruh bagian ketan yang
telah matang (dalam kondisi dingin).
6. Ketan yang telah diinokulasi ragi ditutup dengan rapat.
7. Tape diinkubasi pada suhu ruang 2-3 hari.
8. Setelah tape ketan jadi, uji organoleptic dilakukan meliputi
warna, rasa, tekstur, dan aroma pada tape ketan yang telah
kalian buat.
9. Proses kegiatan pembuatan tape ketan didokumentasikan.
5.2 Pembuatan Tape Singkong
1. Bagian kulit umbi singkong dikupas lalu dipotong-potong
dengan Panjang ukuran 10 cm.
2. Singkong dicuci bersih lalu dikukus hingga matang.
3. Singkong diangkat dan didinginkan dengan menatanya
pada nampan. Alas daun pisang digunakan pada wadah.
4. Ragi tape curah yang dibeli dipasar biasanya dalam butiran
besar atau kepingan. Ragi tape dipotong menjadi 2 bagian
lalu dihaluskan dengan cara memasukkan ke dalam
kantong plastik dan dipukul dengan sendok.
5. Ragi halus dibungkus dengan kain perca.

4
6. Ragi tape ditaburkan secara merata pada singkong dengan
cara mengetukan bungkusan ragi ke seluruh bagian
singkong yang telah matang (dalam kondisi dingin).
7. Singkong yang telah diinokulasi ragi ditutup dengan rapat.
8. Tape diinkubasi pada suhu ruang 2-3 hari.
9. Setelah tape singkong jadi, Uji organoleptic dilakukan
dengan meliputi warna, rasa, tekstur, dan aroma pada tape
singkong yang telah kalian buat.
10. Proses kegiatan pembuatan tape singkong
didokumentasikan.

VI. HASIL PERCOBAAN


6.1 Tabel deskripsi hasil pengamatan tape ketan dan singkong
pada hari ke-3
Hal yang Tape Tape ketan Tape ketan
No diamati singkong putih hitam
Tekstur Lembut
1
Warna Kekuningan
2
Rasa Manis
3
4 Kadar alcohol*
*kadar alkohol: (+) sedikit (++) sedang (+++) tinggi

6.2 Tabel hasil uji organoleptik


6.2.1 Tabel hasil uji organoleptik tape singkong
Penilaian
Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
N Nama
o Responden 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 5 1 2 2 3 4 5
2 3 4 3 4 5 1

1
2
3
4
5

5
6
7
8
9
10

6.2.2 Tabel hasil uji organoleptik tape ketan putih


Penilaian

N Nama Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste


o Responden 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 5 1 2 1 2 3 4 5
2 3 4 3 4 5

1
2
3
4.
5
6
7
8
9
10

6.2.3 Tabel hasil uji organoleptik tape ketan hitam


Penilaian
Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
N Nama
o Responden 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 5 1 2 1 2 3 4 5
2 3 4 3 4 5

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

6
VII. PEMBAHASAN
Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-
bahan yang mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan
ubi kayu. Dalam proses fermentasi yang melibatkan aktifitas
mikroorganisme ini terjadi proses pengubahan karbohidrat
menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil fermentasi
menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa
alkohol dan aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan
berair serta mengasilkan cairan yang merupakan efek dari efek
fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh kadar gula
dari tapai itu sendiri (Santosa, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa tapai yang telah disimpan selama 3 hari
mengalami perubahan rasa dan aroma. Jika di analisis, hal ini
berkesesuaian dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Hidayati (2013) yang mengatakan bahwa “fermentasi hari ke 3
didapatkan pertumbuhan mikroorganisme rendah”. Hasil
pengamatan menyatakan bahwa tapai memiliki aroma berbau
alkohol dengan rasa yang agak manis. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Rukmana (2001) bahwa “Pada proses
pembuatan tapai, khamir dan kapang merupakan mikrobia
yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan,
menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah
mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape
dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape tersebut”.
Tekstur tape ketan putih dan ketan hitam dinilai melalui
cara menekan butiran tape dengan menggunakan jari dan
dikunyah. Hasil yang diperoleh dari kedua jenis tape
mengalami perubahan tekstur. Tape ketan putih memiliki
tekstur lembek, sedangkan tape ketan hitam memiliki tekstur
yang agak lembek, ini disebabkan proses pengukusan ketan
hitam belum terlalu matang, sehingga teksturnya agak lembek
atau sedikit lembek. Ketan hitam atau ketan putih yang telah

7
matang dihidrolisis oleh mikroorganisme dengan enzim
karbohidrase dala ragi melalui proses fermentasi. Air tape yang
dihasilkan pada waktu fermentasi sangat sedikit baik pada tape
ketan hitam ataupun pada tape ketan putih, hasil ini didasarkan
atas perbandingan volume bahan tape dan air tape yang
dihasilkan. Ditinjau dari aroma, tape ketan putih dan ketan
hitam sedikit beraroma daun pisang. Daun pisang digunakan
sebagai alas di bagian dalam bawah, samping dan penutup.
Fermentasi menghasilkan kenaikan suhu yang menyebabkan
lisinya sel-sel daun pisang dan mengeluarkan senyawa
beraroma khas. Banyaknya senyawa aromatic yang
terakumulasi menyebabkan perubahan aroma. Aroma tape
yang seharusnya tercium tertutupi oleh aroma daun pisang.
Selain itu, kedua tape juga mengeluarkan aroma yang normal
yaitu tercium aroma manis.
Rasa manis pada tape ketan ini karena terjadi perubahan
dari karbohidrat yaitu berupa pati dihidrolisis oleh
mikroorganisme dalam ragi dipecah menjadi glukosa. Glukosa
menimbulkan rasa manis pada tape ketan. Semakin banyak
glukosa yang dihasilkan maka semakin tinggi rasa manis yang
ditimbulkan. Pembentukkan glukosa merupakan tahapan suatu
rangkaian proses yang panjang. Dalam pemanfaatan proses
fermentasi ini agar mendapatkan rasa tape yang manis harus
dikonsumsi pada waktu yang tepat yaitu sekitar 2-3 hari
setelah pemeraman. Mula-mula Amylomyces rouxii akan
merombak pati (amilopektin) menjadi gula kemudian
Saccharomyces cerevisiae akan mengubah gula menjadi
alkohol dan Hansenullan membentuk aroma. Jika ada alkohol
maka bakteri asam asetat akan muncul dan menjadikan tape
berasa masam (Rukmana, 2001). Cepat tidaknya tape tersebut
masam tergantung lama fermentasi dan jumlah
bakterinya.Pembuatan tape ketan ini tidak terlepas dari proses
fermentasi. Fermentasi adalah suatu proses penghasilan energi

8
utama dari berbagai mikroorganisme yang hidup dalam
keadaan anaerob (Campbell et al. 2009).
Dalam keadaan anaerob asam piruvat tidak dirubah
menjadi Asetil-KoA tetapi akan dirubah menjadi etanol (etil
alkohol) dalam 2 langkah. Langkah pertama dengan
melepaskan CO2 dari piruvat, yang diubah menjadi senyawa
asetal dehida berkarbon 2. Dalam langkah kedua, asetal dehida
direduksi oleh NADH menjadi etanol. Hal ini bertujuan untuk
meregenerasi pasokan NAD+ yang dibutuhkan untuk
glikolisis. Enzim yang mengkatalisis adalah karboksilase dan
dehidrogenase. Dalam fermentasi glukosa menjadi alkohol
hanya dihasilkan 2-ATP. Respirasi dilakukan secara anaerob
yang secara umum dikatakan sebagai fermentasi seperti yang
telah diungkap diatas bahwa kandungan ketan sangat baik
untuk pertumbuhan mikroba. Saccharomyces cerevisiae dalam
keadaan anaerob akan mengubah gula menjadi senyawa etanol
dan karbondioksida. Oleh bakteri Acetobacter etanol akan
dirubah menjadi asam cuka dan air dalam keadaan aerob.
Menurut Winarno (1999), proses fermentasi gula oleh ragi
misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan etanol
(etil alkohol) dan karbondioksida melalui reaksi sebagai
berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2.
Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi
makanan,namun reaksi fermentasi berbeda-beda tergantung bahan dasar
yang digunakan .
Persamaan Reaksi Kimia pada Tape Ketan:
2(C6H10O5)n + nH2O → n C12H22O11
Amilum/pati amilase maltosa
C12H22O11 + H2O → 2
C6H12O6 Maltosa maltase
glukosa
C6H12O6 → 2 C2H5OH + CO2

9
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada
jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara
singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan
digunakan pada produksi makanan.
Hal yang sama juga dilakukan dalam pembuatan tape
singkong ini yaitu dengan melakukan Uji organoleptik.
Tekstur yang diperoleh yaitu lembek, sedikit berair/berlendir
dan berwarna kuning keputih-putihan. Tekstur tape singkong
yang mulanya tidak berlendir dan tidak putih pucat berubah
menjadi demikian karena kandungan glukosa pada ketan yang
dalam keadaan anaerob telah dihidrolisis oleh khamir
Saccharomyces cerevisiae menjadi alkohol dan CO2, Air tape
yang dihasilkan pada waktu fermentasi sangat sedikit pada
tape singkong ini, hasil ini didasarkan atas perbandingan
volume bahan tape dan air tape yang dihasilkan, untuk aroma
dan rasa sama percis dengan tape ketan (ketan putih dan ketan
hitam) yaitu beraroma sedikit daun pisang dan berasa manis.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara umum
berkesesuain dengan teori yang ada, hasil tapai yang dibuat
tidak maksimal karena tapai masih memiliki tekstur yang agak
keras dan belum memiliki banyak air serta rasa yang belum
terlalu manis. Hal ini dikarenakan waktu fermentasi yang
singkat yaitu hanya selama 3 hari, sedangkan menurut
Hidayati (2013) “fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan
mikroorganisme rendah dan didapatkan pertumbuhan dan
tinggi mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi
9 hari”.

VIII. PERTANYAAN DAN JAWABAN


8.1 Pertanyaan
1. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi pada proses pembuatan
tape!

10
2. Mengapa dalam proses fermentasi tape wadah ditutup rapat?
3. Apa fungsi kain perca dalam pembungkus ragi tape?
4. Mengapa hasil akhir dalam proses fermentasi tape menjadi
lunak dan beralkohol?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kegagalan dalam proses
pembuatan tape?
8.2 Jawaban
1. Tape Singkong = C6H12O6 + 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Tepe Ketan = 2(C6H10O5)n + nH2O → n C12H22O11
Amilum/pati amilase maltosa
C12H22O11 + H2O → 2
C6H12O6 Maltosa maltase
glukosa
C6H12O6 → 2 C2H5OH + CO2
2. Agar oksigen tidak masuk kedalam wadah yang nantinya
dapat berpengaruh terhadap proses fermentasi.
3. Sebagai pembungkus ragi dan penjaga ragi tetap dalam
keadaan stabil
4. Karena jamur ragi akan memakan glukosa yang ada di dalam
singkong sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga
singkong akan menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah
glukosa menjadi alkohol
5. Ketan tidak ditutup dengan baik sehingga udara atau oksigen
dapat masuk, tingkat keasaman pH terlalu tinggi atau terlalu
rendah, suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan kinerja
ragi tidak optimal (terlalu banyak atau terlalu sedikit).

IX. KESIMPULAN
Pembuatan tape termasuk dalam bioteknologi
konvensional
(tradisional) karena masih menggunakan cara-cara yang
terbatas. Pada proses pembuatan tape, jamur ragi akan
memakan glukosa yang ada di dalam singkong sebagai
makanan untuk pertumbuhannya, sehingga singkong akan

11
menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi
alkohol. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces
cereviceae) mengeluarkan enzim yang dapat memecah
karbohidrat pada singkong menjadi gula yang lebih sederhana.
Oleh karena itu, tape terasa manis apabila sudah matang
walaupun tanpa diberi gula sebelumnya. Kegagalan dalam
pembuatan tape biasanya dikarenakan enzim pada ragi
Saccharomyces cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara
yang mengganggu proses pemecahan enzim tersebut.
Setelah melakukan penelitian, ternyata kami dapat
menyimpulkan bahwa fermentasi yang terjadi pada tape
singkong terjadi selama 2-3 hari. Selain itu juga, dalam proses
pembuatan tape ini ada hal-hal yang harus diperhatikan supaya
proses fermentasi tersebut berlangsung secara sempurna.
Selama proses fermentasi tidak memerlukan oksigen. Oleh
karena itulah, proses fermentasi pada singkong harus tertutup
rapat. Lamanya proses fermentasi juga mempengaruhi kadar
alkohol yang dihasilkan.

X. DAFTAR PUSTAKA
Berlian, Z. (2016). Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih Singkong
Melalui
Fermentasi dengan Dosis Ragi yang Berbeda. Jurnal
Biota. 2(1): 1729 hal
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2008). Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hidayati, D. (2013). Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi Kulit
Singkong. Argointek. 7(1): 89-100 hal
Nurhayani. (2001). Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi
Kayu Melalui Proses Fermentasi. Agrifood. 6(1): 210-227 hal
Rukmana, Rahmat. Yuniarsih dan Yuyun. (2001). Aneka Olahan
Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius
Santosa, A., dan Prakosa, C. (2010). Karakteristik Tapai Buah
Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi
Yang Berbeda. Jurnal Agrointek. 22 (73): 92-120 hal

12
Sutanto dan Teja D. (2006). Studi Kandungan Etanol Dalam
Tapai Hasil Fermentasi Beras Ketan Hitam Dan Putih.
Jurnal Gradien. 2(1): 43-77 hal
Winarno, F.G. (1999). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka
Utama
XI. LAMPIRAN
Tabel deskripsi hasil pengamatan tape ketan dan singkong pada
hari ke-3
Hal yang Tape Tape ketan Tape ketan
No diamati singkong putih hitam
Tekstur Lembut
1
Warna Kekuningan
2
Rasa Manis
3
4 Kadar alcohol* ++ ++ ++
*kadar alkohol: (+) sedikit (++) sedang (+++) tinggi

Tabel hasil uji organoleptik


Tabel hasil uji organoleptik tape singkong
Penilaian

N Nama Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste


o Responden 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 5 1 2 2 3 4 5
2 3 4 3 4 5 1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel hasil uji organoleptik tape ketan putih

13
Tabel hasil uji organoleptik tape ketan hitam
8
9
10

14

Anda mungkin juga menyukai