PENDAHULUAN
1
mengembangkan produk baru fortifikasi zat besi yang dapat menunjang
keberhasilan program suplementasi besi bagi masyarakat Indonesia. Banyak
penyebab yang mendasari kurang berhasilnya program suplementasi zat besi
pada ibu hamil dan WUS. Diantaranya keluhan efek samping dari
mengonsumsi tablet besi seperti mual, diare, atau konstipasi, serta warna
feses menjadi gelap (WHO, 2001).
Menurut WHO (2001), program fortifikasi makanan dalam jangka
panjang dapat 93% menanggulangi masalah anemia defisiensi besi. Makanan
pembawa (vehicle) yang dipilih adalah yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat termasuk masyarakat kelompok beresiko. Selain itu wajib
dipastikan produk memiliki nilai organoleptik, masa simpan, dan harga yang
stabil.
Untuk mendukung keberhasilan suplementasi Fe maka dilakukan
fortifikasi zat besi pada produk-produk makanan. Mie merupakan bahan
pangan yang cukup potensial, selain harganya relatif murah dan
pengolahannya yang praktis. Mie memiliki kandungan gizi yang cukup baik
terutama kandungan karbohidrat yang tinggi, sehingga mie disukai
masyarakat sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi yang mengenyangkan
dan mi juga merupakan makanan favorit mulai anak – anak hingga lanjut
usia. Saat ini berbagai jenis mi telah banyak dikonsumsi dan dijual di
pasaran. Mie basah adalah salah satu bentuk mie yang mudah diolah oleh
masyarakat umum dan bahan-bahan pembuatan ini pun mudah didapat,
dimana kemungkinan setiap orang dapat membuatnya sendiri (Muhajir,
2007). Bahan utama pembuatan mie adalah tepung terigu yang mana selama
ini mie yang biasa dikonsumsi mengandung zat gizi makro saja yaitu
karbohidrat, protein dan lemak, dan sangat sedikit atau bahkan tidak
mengandung zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral.
Kalakai (Stenochlaena palustris) adalah jenis pakis atau paku-pakuan
yag termasuk dalam kerajaanPlantae dan divisi Pteridophyta (paku-pakuan)
yang banyak ditemui di hutan Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah.
(Irawan et al.2003). Menurut Shinta dan Atyk dalam Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah (Jumat, 13 Mei 2011) Kalakai
2
memiliki beberapa manfaat, yaitu Kalakai yang berwarna merah sangat
potensial untuk mengatasi anemia (kekurangan zat besi). Menurut Irawan et
al. (2003) dari analisis gizi diketahui bahwa kalakai merah mengandung Fe
yang tinggi (41,53 ppm), Cu (4,52 ppm),vitamin C (15,41 mg/100g), protein
(2,36%), beta karoten (66,99 ppm), dan asam folat(11,30 ppm).
Secara turun temurun, masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah
memanfaatkan tanaman kalakai untuk tujuan merangsang produksi ASI bagi
ibu-ibu yang baru melahirkan. Hal ini mungkin disebabkan nilai gizi kalakai
yang banyak mengandung Fe (Irawan et al., 2003). Unsur Fe diketahui
bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia, sehinggamengkonsumsi
kalakai dapat menambah volume darah, sehingga merangsang produksi ASI.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengembangan resep terhadap mie basah yang
dimodifikasi dengan penambahan sayur kalakai dalam membuat mie
sayur kalakai menjadi lebih enak dan berkarakter.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan analisa pada menu yang ada (nilai gizi, teknik pengolahan)
b. Melakukan modifikasi menu berdasarkan hasil analisa
c. Melakukan analisa pada menu hasil modifikasi
d. Melakukan uji daya terima (meliputi rasa, warna, aroma, tekstur)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
4
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan
pembentukan sel darah merah, baik ukuran maupun jumlahnya, dapat
menyebabkan terjadinya anemia. Ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’
pembentukan sel (sumsum tulang) maupun ganguan karena kekurangan
komponen penting seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12.
Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut ini:
• Badan terasa lemas dan cepat lelah.
• Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
• Detak jantung tidak beraturan.
• Napas pendek.
• Pusing dan berkunang-kunang.
• Nyeri dada.
• Tangan dan kaki terasa dingin.
• Sakit kepala.
• Sulit Berkonsentrasi.
• Insomnia.
• Kaki kram.
(Soebroto Ikhsan,Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia,Cetakan 1,
Yogyakarta 2009)
2.2 Kelakai
5
pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase
gametofitnya. Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
Kelakai merupakan paku tanah, yang memiliki panjang 5-10 m dengan
akar rimpang yang memanjat tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau
bersisik kerapkali dengan tubas yang merayap, tumbuhnya secara perlahan
atau epifit dengan akar utama berada di tanah. Daun kelakai menyirip tunggal,
dan dimorph. Tangkai daun tumbuhan kelakai berukuran 10-20 cm, yang
cukup kuat. Daunnya steril, 30-200 x 20-50 cm, kuat, mengkilat, gundul, yang
muda kerap kali berwarna keungu-unguan; anak daunnya banyak, bertangkai
pendek, berbentuk lanset, dengan lebar 1,5-4 cm, meruncing denan kaki lacip
baji atau membulat, kedua sisi tidak sama, diatas kaki begerigi tajam dan
halus, yrat daun berjarak lebar, anak daun fertil lebarnya 2-5 mm (Hessler et
al., 2000). (Sutomo dkk, 2010)
Manfaat pengelolahan :
Dalam kehidupan sehari-hari, tumbuhan paku juga berperan dalam kehidupan,
antara lain:
a. Sebagai tanaman hias,.
b. Sebagai tanaman obat,
c. Sebagai bingkai dalam karangan bunga.
d. Sebagai pupuk hijau.
e. Sebagai sayuran,
Kandungan Kelakai
Kandungan metabolit sekunder tanaman kelakai yakni hasil
pengukuran sampel daun dan batang yaitu untuk kadar air 8,56% dan 7,28%,
kadar abu 10,37% dan 9,19%, kadar serat kasar 1,93% dan 3,19%, kadar
protein 11,48% dan 1,89%, kadar lemak 2,63% dan 1,37%. Hasil analisis
mineral Ca lebih tinggi di daun dibandingkan batang yaitu 182,07 mg per 100
g, demikian pula dengan Fe tertinggi 291,32 mg per100 g. Hasil analisis
vitamin C tertinggi terdapat di batang 264 mg per 10 g dan vitamin A tertinggi
terdapat di daun 26976,29 ppm. Kandungan fitokimia flavonoid, alkaloid dan
steroid tertinggi terdapat pada batang ,sebesar 3,010%, 3,817% dan 2,583%.
6
Senyawa bioaktif yang paling dominan adalah alkaloid. Berdasarkan hasil
analisis, Kalakai dapat dijadikan pangan fungsional (Maulidya dkk., 2006).
Fungsi Kelakai
Kalakai memiliki beberapa manfaat, yaitu Kalakai yang berwarna
merah sangat potensial untuk mengatasi anemia (kekurangan zat besi).
Menurut Irawan et al. (2003) dari analisis gizi diketahui bahwa kalakai merah
mengandung Fe yang tinggi (41,53 ppm), Cu (4,52 ppm), vitamin C (15,41
mg/100g), protein (2,36%), beta karoten (66,99 ppm), dan asam folat (11,30
ppm). Secara turun temurun, masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah
memanfaatkan tanaman kalakai untuk tujuan merangsang produksi ASI bagi
ibu-ibu yang baru melahirkan. Hal ini mungkin disebabkan nilai gizi kalakai
yang banyak mengandung Fe (Irawan et al., 2003). Unsur Fe diketahui
bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia, sehingga mengkonsumsi
kalakai dapat menambah volume darah, sehingga merangsang produksi ASI.
Tanaman ini memiliki banyak khasiat, seperti antidiare. Selain itu, juga
dipercayai oleh masyarakat Dayak sebagai obat penambah darah serta obat
awet muda. Tidak lupa juga, pucuk muda kelakai ini adalah bahan masakan
yang cukup lezat. Menariknya, tumbuhan yang kerap dijadikan sayur itu
memiliki manfaat unik. Kalakai ternyata dapat menunda proses penuaan
manusia. Berdasarkan studi empirik, diketahui bahwa kalakai dipergunakan
oleh masyarakat suku Dayak Kenyah untuk mengobati anemia, pereda
demam, mengobati sakit kulit, serta sebagai obat awet muda (Anonim,2016)
Manfaat Kelakai
Kalakai/Kelakai adalah termasuk sayur paku-pakuan yang banyak
hidup di Kalimantan Tengah. Sayur Kalakai/Kelakai tumbuh di lahan gabut
yang ada di Kalimantan Tengah, dan mungkin saja sayur kalakai ini tumbuh
di wilayah Kalimantan lainnya. Sayur kalakai bagi masyarakat dayak adalah
sayur yang dijadikan menu makanan sehari-hari yang alami, mudah didapat
dan kaya manfaat bagi kesehatan. Mengapa tidak sayur kalakai/kelakai ini
alami karena tumbuh dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia untuk
7
memupuk bahkan memberi pestisida seperti sayuran yang dibudidaya oleh
para petani. (Anonim,2016)
Sayur kalakai/kelakai ini mempunyai manfaat bagi kesehatan yaitu
bagi ibu yang melahirkan, sayur kalakai/kelakai ini mampu memperbanyak
atau memperlancar air susu ibu. Oleh sebab itu orang dayak biasanya
mengkonsumsi sayur kalakai/kelakai setelah melahirkan atau bagi ibu yang
sedang menyusui agar air susunya banyak. Selain bagi ibu yang melahirkan
atau ibu menyusui, sayur kalakai juga mempunyai manfaat bagi kesehatan
bagi yang kekurangan darah. Nah sayur kalakai atau kelakai bisa di konsumsi
sebagai penambah darah. (Anonim,2016)
8
diversifikasi pangan agar tidak tergantung kepada tepung terigu. Menurut SNI
01-2987 (1992), mie basah adalah produk pangan yang terbuat dari terigu
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan
pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie yang tidak dikeringkan.
Tabel 1. Komposisi Gizi Mie Basah per 100 g Bahan
kimiawi mempunyai nilai kimia yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
oleh Departemen Perindustrian melalui SII 2046-90. Persyaratan tersebut data dilihat
pada Tabel 2.
9
6. Pencemaran logam:
a) Timbale (Pb) mg/kg Maksimum 1,0
b) Tembaga (Cu) mg/kg Maksimum 10,0
c) Seng (Zn) mg/kg Maksimum 40,0
d) Raksa (Hg0 mg/kg Maksimum 0,05
7. Pencemaran
mikrobia:
a) Angka Koloni/g Maksimum 1,0 x 106
lempeng total
b) E.coli APM/g Maksimum 10
c) Kapang Koloni/g Maksimum 1,0 x 104
10
gluten, tepung terigu yang beredar di pasaran dapat dibedakan menjadi 3 macam
yaitu: (a) Hard flour, tepung ini berkualitas paling baik, kandungan proteinnya
12% – 13%. Tepung ini biasa digunakan untuk pembuatan roti dan mie yang
berkualitas tinggi, contohnya: tepung terigu cakra kembar (b) Medium hard,
terigu jenis ini mengandung protein 9,5% – 11%. Tepung ini banyak digunakan
untuk pembuatan roti, mie dan macam-macam kue, serta biscuit, contohnya
tepung segitiga biru (c) Soft flour, terigu ini mengandung protein 7% – 8,5%.
Penggunaanya cocok sebagai bahan pembuat kue dan biscuit, contohnya terigu
kunci biru (Astawan, 1999).
Berikut adalah kandungan kimia tepung terigu pada 100 gram bahan:
Komponen Jumlah
Energy (kal) 86
Protein (g) 0,6
Lemak (g) 3,3
Karbohidrat (g) 14,0
Kalsium (mg) 14
Besi 0,8
Vitamin A (SI) -
Vitamin B1 (mg) -
Vitamin C (mg) 0
Air 80,0
Sumber: Departemen Kesehatan RI (1996)
11
Garam Alkali
Garam alkali, biasanya disebut dengan kansui, merupakan suatu zat tambahan
pangan yang biasa digunakan dalam pembuatan mie basah. Keberadaan sangat
penting dalam pembuatan mie basah. Garam alkali memberi flavor yang khas
dan mempengaruhi kualitas mie serta bertanggungjawab terhadap warna pada
mie (Supriyanto, 1992).
Komponen utama dari dari kansui adalah Natrium Karbonat (Na2CO3) dan
Kalium Karbonat (K2CO3). Penggunaan senyawa ini mengakibatkan pH lebih
tinggi (7,0 – 7,5), warna sedikit kuning dan menghasilkan flavor yang lebih
disukai konsumen. Natrium karbonat dan kalium karbonat telah sejak dulu
dipakai sebagai alkali pembuat mie. Komponen ini berfungsi untuk
mempercepat pengikatan gluten, meningkatkan elastisitas, fleksibilitas, dan
meningkatkan kehalusan tekstur mie. Natrium karbonat dan kalium karbonat
juga dapat meningkatkan pengikatan air, karena reaksi senyawa tersebut dengan
pati dan air akan menghasilkan gas CO2. Dengan adanya gas CO2 berarti
terbentuk rongga antar ruang granula pati. Hasilnya ketika perebusan mie, air
yang terserap akan lebih banyak (Ratnawati, 2003).
Penambahan garam yang terlalu berlebih akan menyebabkan kemampuan
gluten dalam menahan gas tidak optimal, namun sebaliknya penggunaan garam
yang terlalu sedikit maka akan mengurangi volume adonan karena gluten tidak
mempunyai daya regang yang cukup. Penambahan konsentrasi garam yang ideal
pada pembuatan mie adalah 3% dari berat tepung yang digunakan. (Nurzane,
2010).
Air
Air dalam proses pembuatan mie berfungsi sebagai media reaksi antara
gluten, karbohidrat dan larutan garam serta membentuk sifat kenyal gluten. Air
juga digunakan untuk merebus mie mentah dalam pembuatan mie basah. Pada
proses perebusan akan terjadi glatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga
dapat meningkatkan kekenyalan mie (Sunaryo, 1985 dalam Ratnawati, 2003).
12
Telur
13
keterbatasan akibat beberapa sifat indrawi tidak dapat
dideskripsikan.Manusia merupakan panelis yang terkadang dapat dipengaruhi
oleh kondisi fisik dan mental, sehingga panelis dapat menjadi jenuh dan
menurun kepekaannya.Selain itu dapat terjadi pula salah komunikasi antara
manajer dan panelis.
Uji Fisik adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif
berdasarkan hal-hal fisik yang nampak dari suatu produk. Prinsip uji fisik
yaitu Pengujian dilakukan dengan cara kasat mata, penciuman, perabaan dan
pengecapan dan alat-alat tertentu yang sudah di akui secara akademis. Ada
dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat fisik bahan pangan.
Pertama, menggunakan indera manusia, dengan cara menyentuh, memijit,
menggigit, mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita sampaikan apa yang
kita rasakan. Ini yang disebut dengan analisa sensori. Karena reaksi kita
sebagai manusia yang menguji berbeda-beda, maka diperlukan analisa
statistik untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan
penguji terhadap produk tersebut. Cara uji kedua dengan pendekatan fisik,
menggunakan instrument atau peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan
unit satuan meter (m), kilogram (kg) dan detik (dt). Pendekatan fisik untuk
mempelajari sifat mekanis bahan disebut rheology.
14
berdasarkan warna, bau, atau titik leleh (organoleptis). Analisis kuantitatif
klasik dilakukan dengan menentukan berat atau volum. Metode instrumental
menggunakan suatu peralatan untuk menentukan kuantitas fisik suatu analit
seperti serapan cahaya, fluoresensi, atau konduktivitas. Pemisahan dilakukan
menggunakan metode kromatografi, elektroforesis atau fraksinasi aliran
medan.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Prosedur Kerja
Kukus tempe hingga empuk, haluskan.
Kocok telur dan gula pasir sampai merata dan mengembang
(sampai berwarna putih) dengan menggunakan mixer.
16
Lalu, masukkan tepung terigu, tempe kukus yang sudah
dihaluskan, dark coklat leleh, mentega cair, dan baking
powder kedalam adonan telur dan gula pasir tadi. Kocok
semua bahan tersebut sampai benar-benar tercampur rata.
Kemudian, panaskan air kedalam panci sampai mendidih.
Olesi loyang (bundar/persegi panjang) dengan mentega.
Tuangkan adonan kedalam loyang lalu kukus kedalam panci
yang tadi dipanaskan.
Setelah setengah matang beri kacang almond diatas adonan
brownies. Tunggu sampai matang. Brownies siap
dihidangkan.
2. Bahan
Bahan % Gram
Garam dapur 1 10
17
Garam alkali (natrium karbonat) 0,6 6
Air 25 250
Telur 10 100
Cara Kerja
1. Larutkan garam dapur dan garam alkali (larutkan kansui), kemudian
masukkan telur; aduk hingga rata
2. Aduk bahan kering (tepung terigu)
3. Masukkan larutan kansui sedikit demi sedikit selama 1 menit
4. Matikan mixer, aduk dengan kecepatan 3 selama 5 menit
5. Masukkan adonan dalam roll prass sedikit demi sedikit, lakukan relaksasi
15 menit untuk mempermudah memotong/mencetak
6. Buat lembaran hingga ketebalan kurang lebih 1,75 mm
7. Masukkan ujung lembaran dalam mesin pemotong
8. Masak mie dengan air mendidih hingga setengah matang
9. Cuci dengan air mengalir hingga licin
10. Tiriskan hingga kering
11. Tambahkan minyak sayur, campur hingga rata
18
3.1.3 Diagram Alir
Brownies Tempe Kukus
19
3.1 Diagram Alir
Tepung Terigu
Adonan
Mie
Mie Basah
20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan (ITP)
Waktu penelitian : Rabu, 5 Desember 2018
3.3 Prosedur Analisa
Pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Kimia Makanan
a. Analisa Kadar Air (Sudarmadji dkk., 1997)
Sampel ditimbang sebanyak 2 gram lalu dimasukkan ke dalam cawan
petri yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105˚C selama 3-5
jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 3-5 menit lalu ditimbang.
Dipanaskan kembali ke dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan
dalam desikator lalu ditimbang. Hal ini dilakukan sampai diperoleh berat
yang konstan. Perbedaan berat sebelum dan setelah pengeringan dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Keterangan rumus :
Berat awal : berat sampel sebelum pengeringan (gram)
Berat akhir : berat sampel setelah pengeringan (gram)
b. Analisis Kadar Abu
Untuk menganalisis masing-masing jenis mineral dapat dilakukan
dengan alat Atomic Absoption Spectrophotometer (ASS). Menggunakan ASS
kandungan beberapa jenis mineral didalam bahan pangan dapat ditentukan.
Cara perhitungan kadar abu dengan cara pengabuan kering (AOAC, 1995):
21
Diketahui :
22
23
Lakukan pemanasan kembali kedalam oven selama 1 jam, apabila
selisih penimbangan hasil ekstraksi terakhir dengan penimbangan
sebelumnya belum mencapai 0,0002 gram
% kadar lemak dihitung dengan rumus:
Keterangan :
24
Tahapan selanjutnya dilakukan pemanasan dalam oven selama 1 jam
pada suhu 105°C agar sisa heksan teruapkan. Labu yang berisi ekstrak
ditimbang menggunakan neraca analitik. Lakukan pemanasan kembali
kedalam oven selama 1 jam, apabila selisih penimbangan hasil ekstraksi
terakhir dengan penimbangan sebelumnya belum mencapai 0,0002 gram.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
3. Uji Organoleptik Makanan
Pada penelitian ini dilakukan juga uji organoleptik yang meliputi warna,
aroma, rasa, dan tekstur terhadap kue bingka dengen yang dihasilkan dengan
menggunakan metode hedonik berdasarkan tingkat kesukaan dan ketidaksukaan
panelis. Skor yang digunakan adalah 1 (sangat tidak suka), 2 (agak tidak suka), 3
(biasa), 4 (suka), 5 (sangat suka)
25
BAB IV
Penutup
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
26
Irawan et al.2003. Kalakai Sayur Lokal Kaya Manfaat. Diambil dari:
https://www.kompasiana.com/johanarifin/5529961d6ea834ce14552d10/kalakai-
sayur-lokal-kaya-manfaat . Diakses tanggal 25 Oktober 2019
Hessler et al., 2000. Sutomo dkk, 2010. KELAKAI (Stenochlaena palustris). Diambil
dari: http://biologitumbuhanlahanbasah.blogspot.com/2012/10/kelakai-stenochlaena-
palustris.html. Diakses tanggal 25 Oktober 2019
27
Fatma, Luneta Aurelia. 2015. Laporan Praktikum Rekayasa dan Proses Pangan : Mie
Basah. http://lunetaaureliafatma.blogspot.co.id/2015/11/laporan-praktikum-rekayasa-
dan-proses_13.html. Diakses tanggal 25 Oktober 2019
28