Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari
normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki laki dan perempuan. Untuk pria, anemia
biasanya didefnisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada wanita sebagai
hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100 ml (Proverawati, 2011).

Anemia merupakan suatu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar darah merah (eritrosit) dalam
tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan
berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah
yang normal dan mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi
dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tulang tidak berfungsi atau tubuh kurang gizi, maka jumlah sel
darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk dipertahankan (Proverawati, 2011).

Banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan anemia antara lain anemia dari pendarahan aktif bisa
disebabkan kehilangan darah melalui perdarahan menstruasi berat atau luka. Anemia defisiensi besi
karena kebutuhan besi pada sumsum tulang untuk membuat sel sel darah merah. Iron memainkan
peranan penting dalam struktur yang tepat dari molekul hemoglobin. Jika asupan besi terbatas atau
tidak memadai karena asupan diet yang buruk dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011).
Anemia merupakan kelainan darah yang umum menyerang semua orang dari segala umur,
meskipun orang yang paling beresiko lebih besar adalah kelompok lansia,wanita dan bayi.
Kehamilan juga dapat menyebabkan anemia karena besarnya kebutuhan janin akan sel darah
merah untuk perkembangan organ. Ada lebih dari 400 tipe anemia yang disebabkan karena jumlah
sel darah merah kurang dari normal (Ogbe et al., 2010). Anemia gizi merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di dunia terdapat 1,6 miliar
orang yang menderita anemia. Kelompok umur yang paling parah adalah anak-anak berusia 0 - 4
tahun dan perempuan (Slama et al.,2014). Sekarang ini,lebih dari setengah populasi pernah
mengalami anemia semasa hidup mereka. Faktanya anemia merupakan penyakit yang umum dan
cendrung meningkat di masa depan. Hal ini sangat merugikan terutama menyebabkan menurunnya
sumber daya manusia (Duff, 2008).

Anemia merupakan salah satu dari banyak penyakit yang dipercaya telah berhasil diobati dengan
menggunakan tanaman sebagai pengobatan tradisional Di Cina misalnya,penyakit darah seperti
malformasi merupakan kelainan sistem peredaran darah, anemia, varises dan perdarahan telah
diobati dengan bahan tanaman (Richard, 1978). Ekstrak kasar Fagara zanthoxylum diketahui efektif
dalam pengobatan anemia sel sabit (Sofowora, 1979). Hal yang sama juga dinyatakan Dina et al.,
(2000) bahwa Telfairia occidentalis dapat digunakan untuk mengobati endoftalmites hematogen.
Hal ini sangat baik jika masyarakat lebih mengetahui lagi berbagai jenis tanaman dan sayuran yang
dapat meningkatkan kesehatan terutama dalam hal pencegahan dan terapi penyakit tertentu.

Tingkat anemia dinegara berkembang lebih tinggi daripada negara maju karena disebabkan beberapa
faktor seperti kekurangan gizi, tingginya agen penyebab anemia contoh parasit darah, plasmodium,
trypanosoma dan helminthes. banyak jenis obat beredar untuk mengobati anemia, tetapi harganya yang
cukup mahal menyebabkan orang miskin tidak mampu membelinya. Menggunakan tanaman herbal
merupakan strategi pengobatan yang lebih baik dengan biaya lebih murah. Anemia bisa dicegah dengan
memperluas ilmu pengetahuan tentang bagaimana mencegah penyakit ini. Salah satunya dengan
membudidayakan tanaman antianemia (Ogbel et al., 2010).

Menurut Widyawati dan Rizal (2015) menyatakan bahwa tanaman bayam hijau (Amaranthus hibridus),
bayam merah (Aerva sanguinolenta) merupakan tanaman antianemia dengan zat besi yang tinggi, selain
sebagai antianemia juga berkhasiat memiliki kalori lebih banyak namun tetap rendah lemak dan bebas
kolesterol; melawan penyakit kanker; baik untuk diet; menjaga kesehatan mata, tulang, kulit dan
pencernaan; meningkatkan sistim kekebalan tubuh; anti inflamasi; mencegah penyakit kardiovaskular;
menurunkan tekanan darah tinggi dan resiko diabetes; mencegah anemia; mengobati gusi berdarah;
sumber anti oksidan; mencegah pengapuran dan kelelahan; menjaga kesehatan sistim saraf dan fungsi
otak,

Sawi (Brassica juncea) dan kangkung (Ipomea reptana) mempunyai zat besi yang tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai tanaman antianemia. Tanaman sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang
umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi sendok sangat berpotensi sebagai penyedia
unsur mineral penting dibutuhkan oleh tubuh karena nilai gizinya tinggi. Dengan kandungannya
tersebut, sawi sendok berkhasiat untuk mencegah kanker, hipertensi, dan penyakit jantung, sehingga
membantu kesehatan pada sistem pencernaan dan mencegah anemia bagi ibu hamil.

Tanaman lain yang digunakan sebagai antianemia dalah daun kelor menurut Rohyani et al., (2015)
dalam Oduro et al., (2008) daun kelor sebagai sumber protein memiliki kandungan asam amino esensial
seimbang. Daun kelor juga dapat digunkan sebagai penutup luka dan obat pencahar serta sebagai anti
anemia.

Budidaya tanaman antianemia skala rumah tangga dapat dilakukan dengan memanfaatkan pekarangan
yang masih tersisa. Jika rumah tidak mempunyai pekarangan (pada lahan sempit) dapat dilakukan
dengan menggunakan pot atau polybag untuk menanam tanaman antianemia ini. Media tanam yang
digunakan dapat menggunakan tanah atau air (hidroponik) dengan menyediakan nutrisi dan unsur hara
yang cukup untuk pertumbuhan tanaman (Widyawati dan Rizal (2015). Beberapa jenis tanaman
antianemia yang dapat dibudidayakan masyarakat antara lain sawi (Brassica juncea ), bayam
(Amaranthus hibridus), daun katuk, biji bunga matahari, kacang kacangan. Penanaman tanaman
antianemia dapat dilakukan dipekarangan rumah atau memanfaatkan lahan sempit dengan
penggunakan pot untuk membudidayakannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas diketahui bahwa ternyata anemia merupakan
penyakit yang didominasi oleh sebagian besar wanita bisa karena hamil, sering diet atau sedang
mengalami menstruasi. Perlu dilakukan penyuluhan pengenalan tanaman antianemia terutama kepada
ibu ibu untuk mencegah penyakit ini. Penyuluhan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk membudidayakan tanaman antianemia karena banyak sekali manfaat yang diberikan,
diantaranya tanaman tersebut dapat digunakan sebagai konsumsi untuk mencegah anemia jangka
panjang, melestarikan jenis tanaman antianemia, membuat lingkungan menjadi hijau dan sehat. Oleh
karena itu diperlukan pengenalan tumbuh tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai antianemia
khususnya pada ibu ibu PKK Kampung Dolahan RT 31 RW 07, Kelurahan Purbayan Kecamatan Kotagede
Yogyakarta. Diharapkan setelah melakukan kegiatan ini peserta menjadi lebih semangat untuk
membudidayakan tanaman ini dan mengajak anggota keluarga untuk ikut berpartisipasi.

PENDAHULUAN

Anemia merupakan penyakit yang masih menjadi masalah besar terutama di Indonesia. Hal ini tercermin
dari tingginya angka kejadian dan kunjungan penderita anemia ke sarana pelayanan kesehatan. Menurut
data World Health Organization (WHO), sekitar dua miliar (dari sekitar 6,5 miliar) penduduk di dunia
menderita anemia.1,4 Prevalensi anemia di Indonesia sendiri dari 228 juta orang terdapat sekitar 100
juta orang yang menderita anemia.3,5 Prevalensi anemia di Kalimantan Barat pada laki-laki, perempuan
dewasa serta anak-anak menunjukkan angka 17,1% pada tahun 2007 menurut Surat Keputusan Menteri
Kesehatan.2 Tingginya angka kejadian penderita anemia dapat berdampak pada penurunan kemampuan
dan prestasi kerja pada orang dewasa serta gangguan perkembangan fisik dan mental pada anak-anak
dan remaja.3

Anemia bukan suatu penyakit, namun gejala dan tanda dari penyakit tertentu yang mendasarinya.
Anemia ditandai dengan penurunan jumlah sel darah merah di bawah batas normal.3 Definisi anemia
yang paling sering dipakai adalah definisi menurut WHO, yaitu kadar Hemoglobin (Hb) < 13 g/dl untuk
laki-laki dewasa dan Hb < 12 g/dl untuk perempuan dewasa yang tidak dalam keadaan hamil.3
Penurunan kadar Hb akan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel darah merah dalam membawa
oksigen ke seluruh tubuh, yang pada akhirnya dapat memberikan gejala seperti pucat, mudah lelah, rasa
berkunang-kunang, penurunan nafsu makan, dan lain sebagainya. Beberapa penyebab terjadinya
anemia yaitu adanya cacat pada sel darah merah, kekurangan gizi, adanya perdarahan, dan autoimun.
Sekitar setengah kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, selain itu dapat juga disebabkan
oleh perdarahan, kegagalan sistem eritropoesis, hemolisis yang berasal dari dalam maupun luar sel
darah merah dan inflamasi atau infeksi kronik seperti infeksi cacing.4,5

Air kelapa muda (Cocos nucifera L.) mengandung beberapa kandungan bahan yang dapat membantu
pembentukan darah yaitu asam folat (0.003mg/100g) sebagai bahan pokok pembentuk inti sel,
magnesium (25-30mg/100g), tembaga (0,04mg/100g), zinc (0,1/100mg), vitamin C (2,4mg/100g), dan
vitamin B kompleks (B1 0,03 mg/100g, B2 0,057 mg/100g, B3 0,08 mg/100g, B5 0,043 mg/100g, B6
0,032 mg/100g, B12 0,007 μg/100g). Selain itu, secara khusus, air kelapa juga mengandung gula
(bervariasi antara 1,7 sampai 2,6 %) dan protein (0,07- 0,55%). Karena komposisi gizi yang demikian ini,
maka air kelapa berpotensi dijadikan bahan baku produk pangan yang sehat.7,8

Kemampuan air kelapa yang dapat meningkatkan jumlah Hb, maka peneliti ingin mengetahui apakah air
kelapa muda dapat menyembuhkan penyakit anemia dimana akan diuji kepada Tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) Galur Wistar Anemia yang diinduksi dengan Siklofosfamid.
PENDAHULUAN

Anemia adalah gangguan darah umum yang mempengaruhi orang dari segala usia, meskipun orang-
orang berisiko lebih besar adalah orang tua, wanita muda usia subur dan bayi. Kondisi ini bukan penyakit
tapi bisa berkembang sebagai hasil dari berbagai penyakit. Ada lebih dari 400 jenis anemia, banyak yang
jarang terjadi tetapi dalam semua kasus ada lebih rendah dari jumlah normal yang beredar sel darah
merah. Saat ini, lebih dari setengah dari populasi dunia akan mengalami beberapa bentuk anemia dalam
waktu hidup mereka 1. The kerugian besar dalam hal diagnosis klinis dan pengobatan dan bahkan
penipisan sumber daya manusia sebagai akibat dari anemia dapat dicegah dengan pengetahuan yang
memadai.

Insiden anemia lebih tinggi di dunia ketiga daripada di negara-negara maju karena adanya banyak faktor
yang memberatkan seperti gizi buruk, tingginya prevalensi darah parasit misalnya, plasmodium,
trypanosomes dan cacing kutu. Hal ini juga diketahui bahwa wanita rentan terhadap anemia selama
kehamilan karena permintaan yang tinggi dari janin yang sedang berkembang

Meskipun ada berbagai obat untuk pengobatan anemia, mereka tidak terjangkau untuk banyak orang
miskin terutama di negara-negara berkembang seperti India. Selain itu, penduduk pedesaan di berbagai
belahan dunia tidak memiliki akses yang memadai terhadap obat-obatan berkualitas tinggi untuk
pengobatan anemia, sehingga mereka sangat tergantung pada tanaman dan produk herbal untuk
pengobatan penyakit dan anemia. Sebagai hasil dari fakta bahwa anemia adalah sangat umum dan
kejadian cenderung meningkat di masa depan 1. Ada kebutuhan untuk mencegah atau mencari lebih
hemat biaya dan pengobatan yang lebih baik strategi.

Anemia adalah salah satu dari banyak penyakit mengaku telah berhasil diobati dengan bahan tanaman
oleh praktisi pengobatan tradisional. Di Cina misalnya, penyakit darah seperti malformasi dari sistem
peredaran darah, anemia, varises dan perdarahan telah diperlakukan dengan bahan tanaman 4. Ekstrak
kasar Fagara Zanthoxylum dilaporkan efektif dalam pengobatan anemia sel sabit 5. Ia juga melaporkan
bahwa ekstrak kasar berair Telfairia occidentalis daun memiliki aktivitas hematinik 6. Hal ini juga
ditetapkan bahwa manusia mengkonsumsi berbagai macam tanaman lokal dan sayuran, yang diyakini
kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesehatan manusia dalam hal pencegahan penyakit dan
terapi 5, 6

Di antara spesies yang berbeda dari Corchorus dilaporkan di India, Corchorus fascicularis ( MALVACEAE)
dianggap paling penting untuk sifat obat. Ekstrak tanaman telah dilaporkan memiliki antipiretik anti-
inflamasi, antivirus, obat cacing, anti kanker, kegiatan hepatoprotectative. Studi awal
mendokumentasikan keberadaan flavonoid, xanthones, terpenoid, iridoid dan glikosida secoiridoid di itu
Corchorus fascicularis menanam 7-12. Secara tradisional, tanaman ini digunakan sebagai Antianemic
obat-obatan; karena itu, saya t mengembangkan minat untuk evaluasi untuk properti anti anemia
mereka, apakah itu adalah memiliki atau tidak.
PENDAHULUAN

Anemia adalah gangguan darah umum yang mempengaruhi orang dari segala usia, meskipun orang-
orang di risiko yang lebih besar adalah orang tua, wanita muda usia subur dan bayi. MenurutWHO,
prevalensi global anemia pada kata tersebut 24,8% dan perkiraan untuk 1620000000 orang (de Benoist
et al. 2008). Pada anemia ada penurunan tingkat hemoglobin yang beredar, kurang dari 13 g / dl pada
pria dan 12 g / dl pada wanita (okochi et al. 2003). Di daerah tropis, karena endemisitas malaria, antara
10 sampai 20% dari populasi menyajikan kurang dari 10 g / dl dari Hemoglobin (Diallo et al. 2008).
anemia defisiensi besi adalah umum di negara-negara miskin karena sebagian besar orang yang
menderita kekurangan gizi. Hal ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi, yang mengarah ke
penurunan produksi sel darah merah karena zat besi adalah kunci Faktor untuk sintesis hemoglobin (Al-
Zabedi et al. 2014). Pada wanita, pada usia reproduksi mereka anemia terjadi karena menorrhagia dan
pada kehamilan, itu adalah karena kelebihan kebutuhan besi (Ramesh et al, 2010; Rajarathinam et al,
2013). suplemen zat besi terutama digunakan untuk anemia manajemen (Sembulingam et al, 2007). Di
daerah kami, obat-obatan tradisional memiliki beberapa tanaman untuk mengelola anemia.

Hibiscus sabdariffa L. (Malvaceae) adalah spesies kembang sepatu yang tumbuh di daerah tropis dunia.
Itu tanaman dapat ditemukan di hampir semua negara hangat dari Afrika, Amerika dan Asia (Mat et al
1985.; Rao, 1996; Abu-Tarboush et al. 1997; Cheworin et al. 1999). Di wilayah ini, biji digunakan untuk
gizi, sedangkan bagian lain digunakan untuk sifat obat (Da-Costa-Rocha et al. 2014). Memperlakukan
hipertensi dan hiperlipidemia (Hopkins et al, 2013) dan biji juga digunakan sebagai antianemic di Soudan
(Ahmed et al. 2013). Di Benin, kelopak berdasarkan minuman dari tanaman diberikan dalam pengobatan
tradisional untuk mengobati anemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji ekstrak air dari
calyces tanaman di anemia Wistar tikus.

PENDAHULUAN

Anemia digambarkan sebagai pengurangan konsentrasi sel darah merah (RBC) massa atau darah hemoglobin (Hb) yang
mengakibatkan penurunan kapasitas oxygencarrying darah. Prevalensi anemia di negara-negara berkembang cenderung 3
sampai 4 kali lebih tinggi daripada di negara-negara maju. Anemia mempengaruhi perkembangan fisik dan mental dari
terkemuka individu untuk penurunan kapasitas, yang pada gilirannya mempengaruhi pembangunan negara bekerja. Karena
kemajuan teknologi dan pembangunan ekonomi suatu bangsa sangat tergantung pada sumber daya manusia yang terlatih, efek
perilaku anemia sangat relevan. Akibatnya, jika anemia sangat lazim di negara, itu dapat secara substansial mempengaruhi
potensi intelektual dan ekonomi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah orang anemia di seluruh dunia untuk menjadi mengejutkan 2 miliar
(sekitar 30% dari populasi dunia) dan bahwa sekitar 50% dari semua anemia dapat dikaitkan dengan kekurangan zat besi dan di
daerah-daerah miskin sumber daya, ini sering diperparah oleh penyakit infeksi, malaria, kecacingan dan HIV / AIDS 1. Meskipun
anemia dikaitkan dengan kekurangan gizi, penyakit akut atau kronis, penggunaan narkoba atau negara fisiologis seperti
kehamilan, kehilangan darah, gangguan eritropoiesis dan penghancuran eritrosit yang abnormal yang terlibat 2,3.

Tanaman dan produk tanaman yang dimanfaatkan sebagai sumber obat sejak lama. ekstrak tanaman yang digunakan sebagai
phytotherapeutics dan masih merupakan sumber besar antioksidan alami. antioksidan alami memperkuat pertahanan
antioksidan endogen dari ROS merusak dan memulihkan keseimbangan optimal dengan menetralisir spesies reaktif 4. Terutama,
flavonoid dan fenolik dianggap sebagai agen terapi yang potensial. Berbagai macam penyakit dan secara luas didistribusikan di
kerajaan tanaman dan, karena itu, merupakan bagian integral dari diet, dengan jumlah yang signifikan dilaporkan dalam
sayuran, buah-buahan dan minuman 5.

fenugreek ( Trigonella foenum-graecum Linn.) Adalah ramuan tahunan yang telah banyak dikonsumsi di seluruh dunia sebagai
makanan, aditif makanan dan di tradisional peradaban obat ilmu. Fenugreek, menjadi kaya dalam Photochemicals, secara
tradisional telah digunakan sebagai makanan, pakan dan tanaman obat 6. Prinsip-prinsip aktif dari banyak obat yang ditemukan
di tanaman metabolit sekunder.

Kegiatan antimikroba ekstrak tumbuhan dapat berada dalam berbagai komponen yang berbeda 7. biji fenugreek mengandung
lisin dan L-triptofan protein yang kaya, serat mucilaginous dan kandungan kimia langka lainnya seperti saponin, coumarin,
fenugreekine, asam nikotinat, sapogenins, asam fitat, scopoletin dan trigonelina, yang diperkirakan untuk memperhitungkan
banyak efek terapeutik dianggap 8. The steroid saponin (diosgenin, yamogenin, tigogenin dan neotigogenin) diduga
menghambat penyerapan kolesterol dan sintesis dan karenanya peran potensial dalam arteriosclerosis. Lokal, biji fenugreek
secara tradisional dan umum digunakan untuk mengobati diabetes, batuk, kemacetan, bronkitis, demam, tekanan darah tinggi,
sakit kepala, migrain, diare, perut kembung, anemia, siklus haid tidak teratur dan radang sendi, untuk mengurangi rasa sakit
tenaga kerja dan nyeri menstruasi, dan sebagai perangsang nafsu makan 9.

Fenugreek juga telah digunakan sebagai tapal eksternal untuk mengendalikan peradangan dan ketombe. obat
modern mulai memberikan konfirmasi dari banyak aplikasi obat tradisional biji fenugreek 10,11. Untuk yang terbaik
dari pengetahuan kita, tidak ada studi sebelumnya telah dilaporkan untuk kegiatan anti-anemia fenugreek. Dengan demikian,
penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas anti-anemia biji fenugreek untuk digunakan dalam anemia.

Pendahuluan
Anemia merupakan masalah besar yang sedang dihadapi dunia, terutama di negara
berkembang.Penderita anemia diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang dan
sebagian besar tinggal di daerah tropik.1 Pada tahun 2002, anemia defisiensi besi dikatakan memiliki
faktor kontribusi terpenting untuk beban penyakit global.2
Anemia bisa diakibatkan oleh kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah,
peningkatan destruksi sel darah merah, atau kombinasi ketiga penyebab ini.Peningkatan
destruksi sel darah merah bisa terjadi karena defisiensi nutrisi.Nutrisi dibagi menjadi dua, yaitu
makronutrien yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak, serta mikronutrien yang terdiri
dari vitamin dan mineral.Defisiensi vitamin yang dapat menjadi penyebab anemia adalah
vitamin A yang berpengaruh terhadap metabolisme zat besi, kelompok vitamin B seperti
pyridoxine (B6), riboflavin (B2), folate (B9), cyanocobalamin (B12), vitamin E yang berperan
dalam pembentukan hemoglobin, dan vitamin C yang berperan dalam penyerapan zat besi
karena mereduksi zat besi menjadi zat yang dapat diserap oleh usus halus.3
Risiko anemia lebih besar terjadi pada wanita karena kondisi alamiah seperti menstruasi,
kehamilan dan persalinan juga karna faktor makanan yang dikonsumsi.Menurut data Riskesdas
2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan
22,8% di pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok umur,
penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar 18,4% pada kelompok umur
15-24 tahun.4
Pemberian obat-obatan dan suplemen untuk terapi anemia tidak jarang menimbulkanefek
samping sehingga membuat masyarakat mencari terapi alternatif alami dalam pengobatan anemia.
Alternatif tersebut salah satunya adalah dengan mengonsumsi buah bit. Bit mengandung vitamin A, B,
dan C dengan kadar air yang tinggi. Selain vitamin, umbi bit juga mengandung karbohidrat, protein, dan
lemak yang berguna untuk kesehatan tubuh. Mineral lainnya juga terkandung dalam umbi bit seperti zat
besi, kalsium dan fosfor.4
Bit bekerja dengan merangsang sistem peredaran darah dan membantu membangun sel darah merah
karena kandunga asam folat dan B12 dalam buah bit adalah kunci penting dalam metabolisme seluler dan
dibutuhkan dalam perkembangan normal eritrosit.16 Bit juga membersihkan dan memperkuat darah
sehingga darah dapat membawa zat gizi ke seluruh tubuh sehingga jumlah sel darah merah tidak akan
berkurang. Bit sudah sangat dikenal di Eropa Timur sehingga digunakan untuk pengobatan leukemia.5

PENDAHULUAN
Menurut anemia WHO adalah suatu kondisi yang terjadi ketika darah tidak memiliki cukup sel darah merah
yang sehat atau hemoglobin. Sebagai per anemia WHO mempengaruhi kehidupan lebih dari 2 miliar
orang di seluruh dunia, terhitung lebih dari 30% dari populasi dunia yang merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang paling umum terutama di negara-negara berkembang terjadi pada semua tahap siklus
hidup. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk manajemen yang tepat dari mikronutrien kekurangan yang
paling terutama setrika kekurangan. Selama bertahun-tahun, tanaman dan produk tanaman yang dimanfaatkan
sebagai sumber obat. Di banyak negara berkembang, obat-obatan herbal yang dianggap sebagai kepentingan yang
lebih besar dalam perawatan kesehatan 1, 3.

PENDAHULUAN

penyakit tertentu seperti malaria, kekurangan gizi, infeksi protozoa dan kehamilan di antara berbagai kondisi yang dapat
menyebabkan anemia pada orang dewasa dan anak-anak. Anemia adalah suatu kondisi, dimana kuantitas beredar hemoglobin
(Hb) dalam darah adalah <13 g / dl untuk pria dan <12 g / dl untuk wanita dewasa [1]. Ada beberapa jenis anemia, dan semua
yang ditandai dengan pengurangan dalam jumlah yang beredar sel darah merah (RBC) dan Hb [2]. Konsekuensi dari anemia
termasuk kelemahan tubuh secara umum, sering kelelahan dan menurunkan resistensi terhadap penyakit. Kondisi anemia jika
tidak diobati, dapat menyebabkan masalah serius pada wanita hamil seperti kelahiran prematur dan berat lahir rendah. Ini adalah
perhatian pada anak-anak di antaranya anemia dikaitkan dengan perkembangan mental dan fisik terganggu. Anemia adalah
kondisi umum terlihat di negara-negara berkembang karena kurangnya gizi dan sering menggunakan obat-obatan untuk
mengobati penyakit. anemia hemolitik merupakan bentuk warisan atau diperoleh anemia akibat kerusakan RBC baik
intravaskular atau ekstravaskuler. Ini memiliki banyak penyebab eksternal dan internal yang baik relatif tidak berbahaya atau
mengancam jiwa di alam [3]. Paparan bahan kimia juga telah dikaitkan dengan RBC kehancuran dan anemia hemolitik [4].
Aktivitas hemolitik dari hydrazine aril, seperti fenil hidrazin, dapson, hydroxylamine, divicine, dapat menyebabkan anemia
hemolitik akut pada vertebrata [5]. Yeshoda diinduksi anemia pada tikus setelah pemberian intraperitoneal tunggal
phenylhydrazine hidroklorida (PHZ) dengan dosis 20 mg / kg bb (larutan). Konsentrasi eritrosit diturunkan menjadi sekitar 50%
dan kadar Hb sampai sekitar 60% dari nilai normal dalam perjalanan 4 hari [6]. Dari waktu kuno, tanaman obat diklasifikasikan
sebagai Rasayana di Ayurveda diyakini berguna dalam memperkuat hematopoietik dan sistem kekebalan tubuh individu. dokter
Ayurvedic disarankan berbagai herbal untuk pengobatan gangguan hematologi sebagai sumber zat besi dan mineral lainnya. Silja
et al. 2008, termasuk bandotan, Boerhavia diffusa, Centella asiatica, Hemidesmus indicus, Ichnocarpus frutescens, Momordica
charantia, Moringa oleifera, Phyllunthus amarus, Phyllunthus emblica, Punica granatum, ruku-ruku, Solanum americanum
tanaman berguna dalam pengobatan anemia [7]. Adenia gummifera, Allophylus rubifolius, Albizia versicolor, Brackenridgea
zanguebarica, Bridelia cathartica, Comniphora africana, Hibiscus sabdariffa, Lannea stuhlmanni, Sorgum bicolor, Theobroma
cacao, Triumfetta rhomboidea juga dilaporkan untuk digunakan dalam kondisi anemia [8-10]. Tanaman berguna pada anemia
defisiensi besi adalah Commiphora mukul, Emblica officinalis, Acorus Calamus, Spirulina, B. diffusa, Asphaltum punibiunum
(Shilajit), Terminalia chebula, Terminalia bellerica.

Berbagai peneliti berhasil mengevaluasi potensi beberapa tanaman obat dalam pengobatan anemia dengan menggunakan
berbagai model hewan percobaan. Kegiatan hematinic dari ekstrak air oral dari Hibiscus cannabinus daun dievaluasi dalam
phenylhydrazine (10 mg / kg, po, selama 8 hari) diinduksi tikus anemia [11].
Tectona grandis Daun dievaluasi pada model anemia tikus yang diinduksi oleh injeksi intraperitoneal fenil hidrazin pada 40 mg /
kg selama 2 hari [12].

Schrebera swietenioides Roxb. ( Oleaceae) adalah pohon gugur ditemukan di India pada Karnataka, Tamil Nadu dan terbatas Cannanore di
Kerala. Ini memiliki sejarah cerita rakyat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Akar, kulit kayu, dan daun berguna untuk
mengobati gangguan pencernaan, penyakit kulit, kusta, anemia, bisul dan luka bakar dan gangguan dubur. kulit kayu yang digunakan untuk
mengobati penyakit tenggorokan, anemia, pendarahan tumpukan dan diabetes [13]. penyelidikan ilmiah telah membuktikan anti-oksidan, anti-
inflamasi dan kegiatan antipiretik dari akar [14] dan efek antidiabetes dan antioksidan dari buah [15].

Tujuan dari penelitian ini bertujuan menyelidiki manfaat terapeutik tanaman dalam pengobatan anemia.

PENDAHULUAN
Anemia adalah suatu kondisi yang berkembang sekali darah tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat atau
hemoglobin. Anemia mempengaruhi kehidupan lebih dari dua miliar orang secara global, akuntansi selama lebih dari 30 persen dari
populasi dunia itu adalah bahwa masalah kesehatan masyarakat yang paling khas signifikan dalam mengembangkan negara terjadi pada
semua tahap siklus hidup [1]. Tamarindus indica ( T. indica) adalah pohon cemara yang 24 m dan tinggi 7 m ketebalan yang
memiliki bunga kuning dan merah muda pucat [2]. Perlu iklim kering sehingga daerah yang biasa terlihat meluas Afrika ke
Senegal di barat, Sudan dan Ethiopia di timur, Mozambik dan Madagaskar di selatan [3]. Hal ini juga berpikir bahwa tanaman
datang ke India dari Afrika [2,3]. Thailand, Bangladesh, Indonesia di Asia; Meksiko, Kosta Rika di Amerika adalah beberapa
negara di mana tanaman ini sebagian besar ditemui [4]. Setiap bagian dari T. indica tanaman (akar, tubuh, buah, dan daun) tidak
hanya memiliki nilai gizi yang kaya dan daerah penggunaan yang luas dalam pengobatan tetapi juga memiliki kepentingan
industri dan ekonomi. Asam dapat menjadi buah yang paling asam dan manis sesuai dengan musim yang
berkembang [5]. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia, buah asam merupakan sumber ideal semua asam amino esensial
kecuali triptofan (82%) [6]. Bijinya juga memiliki sifat yang sama sehingga menjadi, sumber protein diakses penting terutama di
negara-negara di mana kekurangan gizi protein adalah masalah umum. Menurut hasil analisis fitokimia,T. indica mengandung
senyawa fenolik seperti catenin, procyanidin B2, epicatechin, asam tartarat, lendir, pektin, arabinosa, xilosa, galaktosa, glukosa,
asam uronic dan triterpen [7]. Kekurangan zat besi adalah bahwa yang paling khas Proses gangguan biologis dalam menjadi habis
dan pasokan terbatas dari besi untuk berbagai jaringan menjadi jelas. Hal ini mungkin mengakibatkan penipisan hemoprotein dan
besi-enzim tergantung selular intra mengambil bagian dalam beberapa jalur metabolisme [8]. Oleh karena itu, ada kebutuhan
untuk manajemen yang tepat dari mikronutrien kekurangan terutama besi kekurangan. Selama bertahun-tahun, tanaman obat
diakui menjadi penting baik untuk kesehatan masyarakat dan komunitas. Di beberapa Negara berkembang, obat-obatan herbal
mengasumsikan pentingnya yang lebih besar dalam perawatan kesehatan primer.

PENDAHULUAN

Anemia adalah gangguan darah yang terjadi ketika kekurangan darah cukup sel darah merah yang sehat atau hemoglobin. Anemia
mempengaruhi kehidupan lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia, terhitung lebih dari 30% dari populasi dunia yang merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang paling umum terutama dalam mengembangkan negara terjadi pada semua tahap siklus hidup 1. Kekurangan
zat besi adalah gangguan gizi yang paling umum di dunia yang dapat menyebabkan Anemia. anemia defisiensi besi adalah masalah
yang signifikan dan terutama di negara-negara berkembang itu adalah luas namun paling diabaikan gangguan defisiensi
mikronutrien antara anak-anak, remaja perempuan, dan ibu hamil 2. Kekurangan zat besi adalah nutrisi yang paling umum
gangguan di menjadi pasokan dibatasi habis besi untuk berbagai jaringan menjadi jelas. Hal ini mungkin Hasil di penipisan
Hemoglobin dan tergantung besi enzim selular intra berpartisipasi dalam banyak jalur metabolisme. Oleh karena itu, ada
kebutuhan untuk manajemen prop defisiensi mikronutrien yang paling terutama setrika kekurangan. Selama bertahun-tahun,
tanaman obat telah diakui untuk menjadi besar pentingnya kesehatan individu dan masyarakat. Di banyak negara
berkembang, obat-obatan herbal mengasumsikan kepentingan yang lebih besar dalam perawatan kesehatan primer 3.

PENDAHULUAN
Anemia adalah gangguan darah yang didefinisikan sebagai sel darah merah (RBC) menghitung di bawah normal, merah sel-sel darah yang lebih kecil dalam ukuran dari normal atau
tingkat hemoglobin di bawah normal. Berbagai bentuk anemia termasuk anemia kekurangan zat besi; anemia hemolitik; vitamin B 12 anemia defisiensi; Anemia defisiensi asam
folat; anemia yang disebabkan oleh kelainan yang diturunkan dari sel darah merah seperti anemia sel sabit dan thelassemia; dan anemia yang disebabkan oleh penyakit yang
sedang berlangsung kronis, [1]. Anemia adalah gangguan darah umum yang mempengaruhi orang dari segala usia, meskipun orang-orang berisiko lebih besar adalah orang tua,
wanita muda usia subur dan bayi. Kondisi ini bukan penyakit tapi bisa berkembang sebagai hasil dari berbagai penyakit. Ada lebih dari 400 jenis anemia, banyak yang jarang
terjadi tetapi dalam semua kasus ada lebih rendah dari jumlah normal yang beredar sel darah merah, [2]. The kerugian besar dalam hal diagnosis klinis dan pengobatan dan
bahkan penipisan sumber daya manusia sebagai akibat dari anemia dapat dicegah dengan pengetahuan yang memadai. Insiden anemia lebih tinggi di dunia ketiga daripada di
negara-negara maju karena gizi buruk, prevalensi tinggi parasit darah, misalnya, plasmodium, trypanosomes dan cacing kutu. Hal ini juga diketahui bahwa wanita rentan
terhadap anemia selama kehamilan karena permintaan yang tinggi dari janin yang sedang berkembang [3]. Meskipun ada berbagai obat yang digunakan untuk pengobatan
anemia, mereka tidak terjangkau untuk banyak orang miskin, terutama di negara-negara berkembang seperti Nigeria. Selain itu, penduduk pedesaan di berbagai belahan dunia
tidak memiliki akses yang memadai terhadap obat-obatan berkualitas tinggi untuk pengobatan anemia, sehingga mereka sangat tergantung pada tanaman dan produk herbal
untuk pengobatan penyakit dan anemia. Ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara berkembang dan di bawah negara-negara maju dengan
semua kelompok umur beresiko, karena menyebabkan berbagai tingkat kapasitas kerja diturunkan, penurunan kinerja kognitif, menurunkan kekebalan terhadap infeksi,
komplikasi kehamilan, keterampilan psikomotor berkurang, dan kemampuan belajar yang buruk [4]. Sejumlah dari obat tanaman secara tradisional digunakan untuk
meringankan anemia. Beberapa tanaman ini termasuk Telfeira occidentallis, Combretum dolichopetalum, Psorospermum ferbrifugum, Jjatropha curcas, Flacourtia
flavenscens, Brillantasia dilaporkan efektif dalam pengobatan anemia sel sabit [5].

Meskipun obat modern mungkin tersedia di negara-negara ini, obat-obatan herbal (phytomedicines) sering mempertahankan popularitas karena alasan sejarah dan
budaya. tanaman obat yang sering digunakan sebagai bahan baku untuk ekstraksi bahan aktif yang digunakan dalam sintesis obat yang berbeda. Seperti dalam
kasus obat pencahar, pengencer darah, antibiotik dan obat anti-malaria, mengandung bahan-bahan dari tumbuhan, [6].

Acacia nilotica adalah serbaguna nitrogen fixing leguminosa pohon yang tersebar luas di Afrika, Asia, dan Australia. Ini adalah specie kompleks dengan sembilan sub-spesies,
yang enam adalah penduduk asli benua India. Hal ini terjadi dari kekeringan laut tetapi beku sensitif ketika muda. Hal ini dianggap sebagai tanaman ekonomi yang sangat
penting sejak zaman awal sebagai sumber tanin, gum, kayu, bahan bakar, pakan ternak dan obat-obatan [7]. Acacia nilotica adalah salah satu tanaman yang digunakan oleh
praktisi obat tradisional di Nigeria dan banyak negara Afrika lainnya [8]. Meskipun obat modern tersedia di negara-negara di utara timur jamu Nigeria telah menjadi bagian dari
orang-orang (s) budaya dengan persentase yang lebih besar dari penduduk asli dan masyarakat lokal sebagian besar bergantung pada herbal untuk mengobati berbagai penyakit
penyakit, [9].

Acacia nilotica merupakan tanaman serbaguna penting yang telah digunakan secara luas untuk pengobatan berbagai penyakit [10]. Dilaporkan bahwa Acacia
nilotica memiliki kegiatan anti-typhiod terhadap specie Salmonella typhi [11]. Seluruh tanaman memiliki Anti aktivitas aggregatory platelet [12]. ekstrak metanol
daun Acacia nilotica memiliki hipotensi dan kegiatan hypospasmodic [13]. Daun juga dilaporkan menjadi agen hipokolesterolemik yang baik [14].

Ini diketahui bahwa ketika kedokteran Barat seringkali tidak ada atau sulit untuk mengakses atau terlalu mahal, penggunaan obat dari tanaman menjadi sangat signifikan. Prevalensi
anemia meningkat dengan usia dan berhubungan dengan penyakit kronis, kekurangan gizi dan kondisi lain seperti infeksi. Karena biaya dan kurangnya akses yang
memadai terhadap obat-obatan berkualitas tinggi terutama di daerah pedesaan, dan fakta bahwa anemia adalah sangat umum dan cenderung meningkat di masa
depan, itulah sebabnya kebutuhan untuk mempelajari tanaman obat dengan sifat anti-anemia akan membantu membatasi prevalensi anemia. Ada klaim bahwa
ekstrak daun akasia nilotica adalah digunakan untuk pengobatan anemia tapi tampaknya tidak ada penelitian ilmiah dan publikasi untuk memverifikasi klaim ini.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki potensi anti-anemia dari ekstrak daun Acacia nilotica. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh ekstrak daun etanol Acacia nilotica pada fenil hydraxine diinduksi anemia pada tikus.

PENDAHULUAN

Malaria adalah parasitosis akibat kehadiran dan perkalian dalam organisme manusia dari protozoa dari genus Plasmodium Menular oleh gigitan
nyamuk betina, Anopheles Menyebabkan intermiten demam qui ditentukan tahun erythrocytopathy dengan hemolisis. Di antara tanda-tanda klinis dari
penyakit ini, kita-demam dan anemia. Anemia ini disebabkan oleh pemusnah massal eritrosit terparasit sementara pelepasan hemozoin ke dalam
sirkulasi darah adalah dasar negara demam malaria yang [1,2] . Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Perkiraan dampak malaria di 198 juta kotak.
mortalitas Praktis selalu karena Plasmodium falciparum adalah 584.000 per tahun, majorité kotak yang tercatat di negara-negara Afrika sub-Sahara
Dimana setiap menit seorang anak meninggal [3] . Di Benin, malaria merupakan penyebab utama rawat inap dan kematian serta populasi umum, hamil
wanita dan anak-anak di bawah usia lima tahun [4] . Malaria Merupakan Sekitar 20% kasus penyakit dalam pengobatan tradisional Diobati [5] . Selon
WHO, di beberapa negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin, 80% dari populasi tergantung adalah obat tradisional, terutama di daerah
pedesaan, Karena kedekatan dan aksesibilitas perawatan semacam ini dengan biaya terjangkau dan Terutama karena kurangnya akses ke populasi tesis
obat modern [6] . Oleh karena itu, obat tradisional dapat dianggap sebagai pangsa integral dari pelayanan kesehatan primer, untuk Meningkatkan Akses
ke Peduli. Sayangnya, obat tesis tidak mendapatkan manfaat dari kontrol ilmiah dan merupakan bahaya konstan terhadap dosis terapi dan dosis yang
mematikan, dan karenanya masalah margin keamanan. DEMIKIAN, itu adalah Diperlukan untuk mengevaluasi klinis khasiat, Menjamin keamanan
tanaman obat, Memperkuat pengetahuan tentang dukun tradisional dan Pastikan memadai tindak lanjut dari pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk evaluate-" in vivo " toksisitas akut; kegiatan antipiretik dan antianemic tiga resep tanaman yang digunakan dalam pengobatan malaria di danau
kota dari Selatan Benin.

PENDAHULUAN
Natrium nitrit (NaNO 2) adalah garam anorganik digunakan sebagai vatif preser- umum dan fiksatif warna dalam produk daging sembuh, ikan dan beberapa jenis keju dan terjadi secara alami di
banyak makanan, terutama sayuran. Studi terbaru tentang toksikologi dari NaNO 2 menunjukkan bahwa natrium nitrit dalam darah sangat reaktif dengan hemoglobin, sehingga mempengaruhi
hematopoiesis dan induksi methemoglobinemia-suatu kondisi di mana ada penurunan kemampuan hemoglobin untuk mengangkut oksigen. 1 The adduksi dari NaNO 2 dalam dosis akut secara
signifikan mengurangi jumlah eritrosit yang menyebabkan keadaan anemia pada tikus. 2 Oleh karena itu, penting untuk mencegah anemia karena efek negatif dari NaNO 2.
Angka anemia kejadian di Indonesia cukup tinggi. Menurut laporan tahunan Dinkes Prov. Jateng (2013), tingkat 40,1% pada ibu hamil pada tahun 2013. Persentase
prevalensi anemia pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki, yang 23,9%. 3 Kondisi anemia yang tidak segera diobati akan menyebabkan komplikasi seperti kardiomegali sejak
eritrosit dan viskositas darah menurun menyebabkan peningkatan curah jantung dan aliran darah sebagai akibat dari hipoksia jaringan. 4 Pencegahan anemia telah dilakukan oleh
pemerintah melalui penyediaan suplemen zat besi. 5 Namun, penggunaan suplemen yang muncul efek samping seperti sikap circum- kurang nyaman di ulu hati, mual, muntah, dan
sembelit. Oleh karena itu, diperlukan terapi anemia dengan bahan-bahan alami, salah satunya adalah dengan menggunakan klorofil tanaman. Di Indonesia, katuk (Sauropus
androgynus) daun sering dikonsumsi sebagai booster ASI. Daunnya mengandung klorofil berlimpah. Nurdin et al. ( 2009) diberitahu bahwa 8% dari berat kering daun
mengandung klorofil-a dan klorofil-b sebanyak 1136,6 mg / kg dan 372,5 mg / kg zat, masing-masing. 6 Porphirin struktur klorofil dapat mengurangi diphenilpycrylhydazil (
DPPH) bentuk radikal bebas drazine diphenilpycrylhy- yang non radikal. 7 Struktur heme dari klorofil dapat mengikat Magnesium (Mg) ion bertindak sebagai ion besi pada
manusia dan hewan

Namun, peran klorofil sebagai antioksidan dengan parameter hemoglobin (Hb), Malondialdehide ( MDA) dan tingkat feritin, juga schistocytes persentase pada hewan percobaan yang diinduksi
oleh NaNO 2 sebagai pengobatan patologis untuk anemia belum diselidiki. MDA merupakan produk akhir peroksidasi lipid. 9 Negara meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh menginduksi
peningkatan kadar MDA juga. stres oksidatif yang tidak terkompensasi dalam eritrosit yang normal akan membawa hemoglobin oksidasi menjadi methemoglobin dan membran membinasakan
dalam bentuk mengangkat permeabilitas membran ke sel lisis. 10 tion menderita penyakit ini menyebabkan tingkat zat besi (Fe) saham di tubuh menurun secara progresif, tercermin dari deflasi
konsentrasi feritin dalam serum. 11 Pemeriksaan tingkat feritin rutin dilakukan untuk menentukan diagnosis kekurangan zat besi, karena terbukti bahwa tingkat feritin sebagai indikator awal
menurun dalam kondisi di mana anemia kekurangan zat besi terjadi. 12 tocytes Schis- adalah fragmen sel darah merah (sel darah merah) yang diproduksi oleh kerusakan mekanis ekstrinsik dalam
sirkulasi. Deteksi schistocytes adalah petunjuk morfologi penting untuk diagnosis anemia mikroangiopati trombotik (TMA). 13
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh klorofil di NaNO tikus betina anemia yang disebabkan 2 selama 18 hari. Antianemia efek klorofil diamati setelah katuk meninggalkan pengobatan
selama 14 hari dengan mengukur hemoglobin, MDA dan tingkat feritin plasma darah, juga persentase schistocytes di smear darah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong penggunaan
katuk daun klorofil sebagai obat anemia.

PENDAHULUAN
Penggunaan tanaman apakah tumbuhan, semak atau pohon pada bagian atau keseluruhan dalam pengobatan
dan pengelolaan penyakit dan gangguan tanggal kembali ke hari prasejarah (Akindele dan Busavo, 2011). ekstrak
tumbuhan telah digunakan dalam praktek obat tradisional untuk pengobatan berbagai penyakit ringan sejak jaman dahulu. Sebuah tanaman obat seperti
yang didefinisikan oleh kesehatan
dunia organisasi (WHO) adalah tanaman yang satu atau lebih
bagian-bagian itu mengandung zat yang dapat digunakan untuk tujuan terapeutik atau yang merupakan prekursor
untuk sintesis obat yang berguna (Ogamba et al., 2011).

Di bagian timur Nigeria Mucuna pruriens populary dikenal sebagai agbala daun di Igbo penduduk
digunakan sebagai tonik darah tradisional (Katzenshlager et al., 2004; Akindele dan Busavo,
2011 dan Ogamba et al., 2011). Di antara penduduk asli bagian timur, penggunaan Mucuna pruriens ( agbala daun) ekstrak
adalah obat yang sangat umum untuk pengobatan anemia. Daun segar dikumpulkan dari peternakan,
taman atau semak manual, daun dicuci dengan air bersih dan kemudian memeras untuk menghapus
konten cair dari daun (Katzenshlager et al., 2004). ekstrak cair ini kemudian direbus selama sekitar lima
menit dan diambil secara lisan sebagai tonik darah untuk meningkatkan produksi darah. Mucuna pruriens diduga
berasal dari India. Ini adalah salah satu tanaman obat yang populer di India dan merupakan lebih dari 200 asli obat
formulasi. Semua bagian dari Mucuna pruriens dimiliki
sifat obat yang berharga.

Anemia adalah suatu kondisi di mana ada lebih rendah dari jumlah normal sel darah merah dalam darah,
biasanya diukur sebagai penurunan jumlahhemoglobin. Hemoglobin adalah membawa oksigen bagian dari sel darah merah. Ini memberi
sel-sel darah ini warna merah (Williams 2006). Anemia adalah kekurangan hemoglobin dalam darah karena kurangnya sel darah merah
dan / atau konten hemoglobin mereka (Churchill 2000). organisasi dunia kesehatan (WHO) mendefinisikan anemia sebagai Sebuah hemoglobin
(Hb) Konsentrasi <130g / l pada pria dan <120g / l pada wanita. Telah ada perdebatan tentang penggunaan nilai-nilai ini dalam definisi, apakah
mereka harus digunakan untuk mendefinisikan anemia pada kelompok seks ini (Beutler, 2006).

Anemia, salah satu gangguan darah lebih umum terjadi ketika tingkat sel darah merah yang sehat (sel darah
merah) di dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah berisi
hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh s. Anemia dapat menyebabkan berbagai
komplikasi termasuk kelelahan dan stres pada organ tubuh. Anemia dapat disebabkan oleh banyak hal,
tetapi tiga mekanisme tubuh yang memproduksinya adalah: penghancuran kelebihan sel darah merah,
kehilangan darah dan produksi yang tidak memadai dari sel darah merah (Penninx, 2004). Anemia dapat
hasil dari kelainan bawaan, masalah gizi (seperti kekurangan zat besi atau vitamin), infeksi, beberapa
jenis kanker, atau paparan obat atau racun. Iron mungkin terlalu rendah karena periode berat, bisul
kehamilan, polip usus, kanker usus, kelainan bawaan atau diet yang tidak memiliki cukup zat besi.

Anemia juga mungkin timbul sebagai akibat dari tidak mendapatkan cukup asam folat atau vitamin B12. kelainan
darah seperti anemia sel sabit dan talasemia, atau kanker juga dapat menyebabkan anemia

PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi orang-orang dari kedua negara maju dan berkembang. Hal ini didefinisikan sebagai kondisi di mana
jumlah hemoglobin yang membawa oksigen rendah dari normal (Bigoniya et al., 2013). Hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah yang merupakan komponen terlihat
paling melimpah dalam sistem darah. umur mereka adalah sekitar 120 hari (Xiong, 2014). berkurangnya jumlah eritrosit dapat menyebabkan anemia dan kekurangan oksigen
untuk jaringan tubuh (Libregts, 2011).

Ada beberapa jenis anemia. Kehilangan darah anemia, anemia aplastik, anemia megoblastic, anemia hemolitik adalah beberapa contoh (Ross dan Wilson, 2006;
Guyton dan Hall, 2007).

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa anemia hemolitik berhubungan dengan stres oksidatif dalam eritrosit. Konsep ini didukung oleh fakta bahwa kerusakan
hemolitik disertai dengan generasi spesies oksigen reaktif (ROS), deplesi glutation, hemoglobin (Hb) oksidasi dan pembentukan tubuh Heinz di sel darah merah.
agen hemolitik telah dilaporkan menyebabkan membran peroksidasi lipid dan denaturasi protein cytoskeletal (Jollow dan al., 2001).
anemia defisiensi zat besi adalah jenis yang paling umum dari anemia di seluruh dunia dan sekitar 30% dari populasi dunia dipengaruhi anemia ini (Staubli
Asobayire, 2005).

Pengobatan tergantung pada jenis anemia. Ini mungkin pasokan zat besi, vitamin B12 orB9orally, withimmunosuppressorsorcorticosteroids pengobatan,
erythropoietininjections, transfusi darah, atau bahkan sumsum tulang transplantasi (Movaffaghi dan Hasanpoor, 2006).

Tanaman obat yang digunakan di seluruh dunia untuk mengobati berbagai patologi (Modak et al., 2007). Informasi Ethnopharmacoligical telah menunjukkan bahwa
penggunaan berbagai tanaman herbal untuk pengobatan anemia adalah umum (Ogwumike, 2002; Akah et al., 2010).

Khasiat anti-anemia dari beberapa tanaman ini bahkan telah terbukti pada hewan percobaan. Hal ini terjadi, misalnya, dengan daun Justicia secunda Vahl, selubung
daun dari Sorghum bicolor, calyces dari Hibiscus sabdariffa dan akar Cocos nucifera ( Gbénou et al., 2006, Tchogou et al., 2016, Senou et al., 2016 (a) dan Senou et
al., 2016 (b)).

Meskipun penulis melakukan skrining fitokimia dari ekstrak tanaman yang digunakan untuk menentukan kelompok besar senyawa kimia, mereka tidak
menunjukkan kelompok yang memperbaiki anemia. Ini adalah dalam kerangka ini bahwa karya ini bertujuan untuk menguji in vivo anti-anemia efek fraksi etil asetat
dari ekstrak akar berair Cocos nucifera.

PENDAHULUAN
Menurut data dari Pusat Biro Statistik Biro, Republik Indonesia pada tahun 2007, angka kematian ibu karena melahirkan di Indonesia mencapai ke 228 per 100.000 dari taraf
kelahiran. Berdasarkan data, Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih yang tertinggi di Asia dan perdarahan menempati persentase tertinggi kematian ibu (28%). Hal ini
diketahui bahwa anemia dan KEK pada ibu hamil merupakan penyebab utama
perdarahan. 1
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah (sel darah merah) atau kurang dari jumlah normal hemoglobin dalam darah. WHO mencatat rata-rata 45% dari wanita hamil di
negara berkembang menderita anemia. Di Indonesia, ada 63,5% dari wanita hamil dengan anemia. 2,3
Konsekuensi dari anemia pada ibu hamil meliputi: peningkatan angka kematian ibu dan prenatal dan meningkatnya jumlah kelahiran prematur dan / atau berat lahir rendah. 4 Ada
suplemen zat besi sebagai agen terapi untuk anemia namun keterbatasan bioavailabilitas dan efek samping dari obat sintetik mendorong pengembangan penggunaan herbal sebagai
terapi alternatif untuk anemia.

Moringa oleifera Lamk. adalah spesies yang paling banyak dibudidayakan dari keluarga generik mono, yang Moringaceae, yang asli ke saluran sub-Himalaya India, Pakistan,
Bangladesh dan Afghanistan. Ini adalah abadi yang selama berabad-abad telah menganjurkan untuk menggunakan obat dan industri tradisional. Semua bagian dari pohon kelor bisa dimakan dan
telah lama dikonsumsi oleh manusia. Hal ini diketahui bahwa Moringa memiliki banyak manfaat berdasarkan gizi nya. Rasio gram per gram, daun kelor bubuk kering mengandung zat besi 25
kali lebih banyak dari bayam, di mana besi merupakan salah satu agen terapi untuk anemia. 5 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek anti-anemia kelor daun ekstrak aniline-
tikus diinduksi.

PENDAHULUAN
Anemia adalah kondisi medis di mana darah merah sel menghitung kurang dari normal. Hal ini dibuktikan dengan kualitas berkurang atau kuantitas sel-sel darah merah. Hal ini pengaruh yang
sangat buruk pada kesehatan, produktivitas fisik dan mental mempengaruhi kualitas hidup dan menerjemahkan dalam kerugian ekonomi yang signifikan bagi individu dan bagi negara-negara
dengan prevalensi anemia tinggi (Diallo et al., 2008). Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling luas di dunia. Ini mempengaruhi lebih dari sepertiga dari populasi dunia. Di
hampir semua negara-negara berkembang, antara sepertiga dan satu-setengah dari perempuan dan anak-anak menderita anemia. Prevalensi di kalangan wanita hamil dan anak-anak di bawah
usia dua tahun biasanya lebih dari lima puluh persen (WHO, 2002).

Anemia memiliki beberapa penyebab dikategorikan sebagai darah merah produksi sel miskin, tidak memadai atau tidak normal, kerusakan sel darah merah yang berlebihan dan hilangnya sel
darah merah yang berlebihan (Dacia dan Lewis, 2004). Menurut WHO tahun 2005, beberapa faktor yang berhubungan dengan anemia; ini adalah kekurangan zat besi, defisiensi
mikronutrien, malaria, infeksi parasit dan infeksi HIV.

Sejumlah tanaman obat secara tradisional digunakan untuk meringankan anemia. Beberapa tanaman ini termasuk Spinacia oleracea, Telfeira occidetallis, Jatropha curcas, Waltheria indica dan
Spondias mombin ( Luka et al., 2014; dina et al., 2006). Solanum nigrum adalah spesies dalam genus Solanum, asli Eurasia dan diperkenalkan di Amerika, Australia, dan Afrika Selatan. Tanaman
ini memiliki sejarah panjang penggunaan obat, dating kembali ke Yunani kuno. bagian tanaman yang digunakan dalam pengobatan tradisional. Jus tanaman digunakan pada bisul dan penyakit
kulit lainnya. Buah yang digunakan sebagai tonik, pencahar, perangsang nafsu makan, dan untuk mengobati asma dan “haus yang berlebihan.” Tanaman

Solanum nigrum ( hitam malam-warna) umumnya dikenal sebagai Kumbi di Hausa adalah tanaman banyak digunakan dalam pengobatan oriental di mana ia dianggap sebagai antitumor,
antioksidan, anti peradangan, hepatoprotektif, diuretik, dan antipiretik (Jain et al., 2011). Solanum nigrum juga digunakan dalam utara timur Nigeria untuk mengobati anemia. Penelitian
ini, oleh karena itu, berusaha untuk ilmiah melihat potensi antianemic dari Solanum nigrum pada phenylhydrazine diinduksi anemia.

PENDAHULUAN
Anemia diindikasikan sebagai penurunan jumlah eritrosit atau kapasitas membawa oksigen dari darah yang tidak memenuhi
permintaan fisiologis. Anemia disebabkan karena berbagai factor seperti penyerapan tidak memadai atau asupan zat besi,
mengurangi asupan vitamin B 12 atau asam folat, kerusakan sumsum tulang merah, kondisi turun-temurun dll (Koffuor et al
2012). Sekitar 1,62 miliar orang terkena anemia di dunia yangmengkalibrasi menjadi 24,8% dari total penduduk. Anemia adalah
sebagian besar terjadi di negara-negara di bawah maju dan berkembang di mana kekurangan gizi adalah masalah utama.
Terapi hari ini didasarkan pada formulasi herbal ketimbang persiapan sintetis untuk biaya rendah dan ketersediaan mudah.
Tanaman yang terkenal untuk metabolitnya bertanggung jawab untuk efek biologis mereka sejak zaman kuno (Deb et al 2013;
Rashid et al 2014; Sadanand dan Palanivelu 2015). Brassica oleraceae var Italica ( Brokoli), milik keluarga Brassicacea, dikenal sebagai
'permata mahkota gizi', merupakan sumber yang kaya mineral seperti kalium, fosfor, kalsium, zat besi, zinc, selenium, dan sodium, vitamin,
terutama vitamin A, C, K dan asam folat (Madhu dan Kochhar, 2014) . Bagian-bagian yang
dapat dimakan brokoli adalah kecambah dan kuntum biasa disebut sebagai bunga majemuk Brassica oleraceae var Italica dilaporkan memiliki
antikanker, antioksidan (Gawlik-Dziki et al 2014), antiseptik (Sanchez-Moreno, 2002), antiulcer (Vasanthi et al 2009), kegiatan hipoglikemi
(Taman et al 2012). Secara tradisional, telah digunakan dalam anemia tetapi tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim ini. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi properti antianemic ekstrak air Brassica oleraceae var Italica perbungaan di phenylhydrazine
diinduksi anemia.

PENDAHULUAN

Anemia didefinisikan sebagai suatu kondisi berkurangnya jumlah sel darah merah diikuti
penurunan kapasitasnya sebagai pengangkut oksigen, sehingga kebutuhan fisiologis tubuh tidak
tercukupi (Balarajan, 2011). Spesifikasi kebutuhan fisiologis bervariasi tergantung pada usia, ketinggian
daerah tempat tinggal, kebiasaan merokok, dan kehamilan. Terdapat beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan anemia, di antaranya defisiensi zat besi, folat, vitamin B12 dan vitamin A, inflamasi
akut dan kronik, infeksi parasit, kelainan bawaan atau keturunan yang berpengaruh pada sintesis
hemoglobin, serta produksi dan atau survival sel darah merah (WHO, 2011).

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi (Fe) yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Defisiensi zat besi merupakan penyebab terbanyak
dari anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30% dari populasi dunia mengalami anemia akibat defisiensi
zat besi. Zat besi selain dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin (Hb) yang berperan dalam
penyimpanan dan pengangkutan oksigen, juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam
metabolisme oksidatif, sintesa DNA, neurotransmiter dan proses katabolisme yang bekerjanya
membutuhkan ion besi. Banyaknya Fe yang diabsorpsi dari makanan kira-kira 10 % setiap hari sehingga
untuk nutrisi optimal diperlukan diet yang mengandung Fe sebanyak 8-10 mg Fe per hari (WHO, 2008).

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki prevalensi anemia defisiensi zat besi pada bayi dan anak cukup tinggi (Soegijanto, 2004).
Padahal besi merupakan suatu unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi
merupakan penyebab anemia yang tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan
terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang
diakibatkan perdarahan. (Hoffbrand, et al., 2005)

Anemia Gizi Besi (AGB) adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga
kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup. AGB ditandai dengan gambaran sel darah merah
hipokrom- mikrositer, kadar besi serum (Serum iron = SI) dan transferin jenuh menurun, Kapasitas ikat besi
total (Total Iron Binding Capacity = TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat
yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Fairbanks, et al., 1998; Lee, et al., 2006).

Faktor yang mempengaruhi rendahnya kadar hemoglobin adalah makanan yang dikonsumsi setiap hari
sedikit mengandung zat besi, adanya zat penghambat dalam penyerapan zat besi yaitu parasit dalam tubuh
dan kehilangan darah yang cukup banyak. Dalam keadaan normal tubuh manusia dapat menyerap 5-10% zat
besi dan orang yang kekurangan dapat menyerap 10-20% zat besi (Winarno F.G, 2004). Resiko anemia gizi besi
ini dapat menyebabkan produktivitas kerja rendah, daya tahun tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan
belajar anak sekolah rendah peningkatan bobot badan ibu hamil rendah dan kelahiran bayi prematur (Ferreira, et al.,
2007; Cooper, et al., 2006).

Besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-
paru ke jaringan tubuh untuk metabolisme glukosa, lemak, dan protein menjadi enetgi (ATP), sebagai alat angkut
elektron di dalam sel darah sebagai bagian dari berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Kandungan zat besi
dalam tubuh adalah 25mg/kgBB dan 50mg/kgBB pada pria (Winarno, 2004). Menurut Patimah (2007) bahwa zat
besi merupakan prekursor yang sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit).

Solusi untuk mengatasi anemia yang ada saat ini yaitu dengan penggunaan suplemen yang mengandung zat besi.
Suplemen zat besi tersebut mempunyai efek samping jika digunakan terus menerus yaitu terjadinya konstipasi yang
akan berakibat mengganggu kenyamanan dan selanjutnya akan menyebabkan hemoroid. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan bahan alam, salah satunya adalah dari petai. Petai dapat menjadi solusi karena mengandung
zat besi yang tidak hanya dapat mengobati anemia tetapi juga tidak akan menyebabkan efek samping berupa
konstipasi karena petai mengandung banyak serat.

Biji petai mempunyai banyak manfaat, diantaranya sebagai anti hipertensi, menyembuhkan konstipasi, antidepresan
dan sebagainya (Heni, 2010). Dalam biji petai kaya akan mineral penting yaitu kalsium, fosfor, magnesium,besi,
mangan, dan kalium (Mohamed, et al., 1987). Sehingga, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas
antianemia pada ekstrak biji petai.

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Menurut Depkes (2000), penyebab anemia defisiensi besi karena kurangnya zat besi
atau Fe dalam tubuh. Hal tersebut disebabkan karena pola konsumsi masyarakat
indonesia, terutama wanita dan anak - anak kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi selain itu dapat disebabkan kurangnya pemasukan zat besi,
berkurangnya zat besi dalam makanan dan meningkatnya kebutuhan akan zat besi. Salah
satu indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya anemia ini adalah
menurunnya kadar hemoglobin di dalam darah.
Anemia defisiensi besi ini dapat diderita oleh bayi, anak-anak, bahkan orang dewasa
baik pria maupun wanita dewasa . Dampak dari anemia defisiensi besi ini sangat luas,
antara lain terjadi perubahan epitel, gangguan pertumbuhan jika terjadi pada anak-anak,
kurangnya konsentrasi pada anak yang mengakibatkan prestasi disekolahnya menurun,
penurunan kemampuan kerja bagi para pekerja sehingga produktivitasnya menurun
(Kartamihardja, 2008). Jika hal ini dibiarkan terus – menerus akan berdampak pada
kualitas generasi penerus bangsa menjadi generasi yang kurang optimal.
Solusi untuk mengatasi anemia yang ada saat ini yaitu dengan penggunaan suplemen
yang mengandung zat besi. Suplemen zat besi tersebut mempunyai efek samping jika
digunakan terus menerus yaitu terjadinya konstipasi yang akan berakibat mengganggu
kenyamanan dan selanjutnya akan menyebabkan hemoroid. Alternatif lain adalah dengan
menggunakan bahan alam, salah satunya adalah dari petai. Petai dapat menjadi solusi
karena mengandung zat besi yang tidak hanya dapat mengobati anemia tetapi juga tidak
akan menyebabkan efek samping berupa konstipasi karena petai mengandung banyak
serat.
Sebagian kalangan tidak menyukai petai karena baunya yang kurang sedap, padahal
dalam biji petai tersebut terdapat bebagai macam kandungan gizi yang bermanfaat bagi
tubuh. Dalam biji petai kaya akan mineral penting yaitu kalsium, fosfor, magnesium,besi,
mangan, dan kalium (Mohamed et al., 1987). Biji petai mempunyai banyak manfaat,
diantaranya sebagai antihipertensi, menyembuhkan konstipasi, antidepresan dan
sebagainya . (Heni, 2010)
Pada penelitian ini, biji petai diduga dapat digunakan sebagai antianemia dengan
adanya kandungan zat besi didalamnya . Zat besi merupakan mineral mikro yang
mempunyai rumus molekul Fe dan berat molekul 55,847 yang mempunyai sifat hablur.
Besi total adalah jumlah Ferro (Fe2+) dan Ferri (Fe3+). Besi dengan konsentrasi tinggi
terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan tubuh untuk metabolisme glukosa, lemak, dan protein menjadi enetgi (ATP),
sebagai alat angkut elektron di dalam sel darah sebagai bagian dari berbagai reaksi enzim
di dalam jaringan tubuh. Kandungan zat besi dalam tubuh adalah 25mg/kgBB dan
50mg/kgBB pada pria (Winarno F.G, 2004). Sehingga, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui aktivitas antianemia pada ekstrak biji petai.
b. Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak biji petai dapat menaikkan kadar hemoglobin darah?
2. Dosis berapakah yang efektif untuk menaikkan kadar hemoglobin darah
menggunakan ekstrak biji petai ?
c. Tujuan Program
Upaya penanganan kasus anemia dengan menggunakan bahan alam yang ramah
lingkungan salah satunya adalah menggunakan biji petai (Parkia speciosa, Hassk.)
d. Luaran Yang Diharapkan
1. Pengoptimalan bahan alam sebagai bahan baku industri obat di Indonesia
2. Peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada penderita anemia menggunakan biji
petai
3. Informasi data mengenai kandungan besi dalam tiap gram biji petai. Hasil
penelitian tersebut akan dituangkan sebagai: (i) artikel ilmiah dalam jurnal
nasional, (ii) laporan penelitian
e. Kegunaan Program
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi bahan obat alternatif dalam
mengatasi anemia menggunakan biji petai yang rendah efek samping.

PENDAHULUAN
Darah secara mikroskopis merupakan cairan yang berbentuk elemen dan plasma atau tempat sel-
sel darah berada, dimana terdiri dari 99% sel darah merah, 1% sel darah putih dan platelet.
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentranspor hemoglobin yang
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan atau seluruh tubuh 1.

Faktor utama dalam pembentukan sel darah merah yang digunakan untuk produksi
hemoglobin adalah zat besi yang sangat berperan sebagai pembawa utama oksigen ke seluruh
tubuh 2 . Kurangnya konsumsi zat besi yang berasal dari makanan akan menyebabkan terjadinya
defisiensi besi sehingga sel darah merah yang diproduksi menjadi lebih kecil dengan kandungan
kadar hemoglobin yang rendah 3. Masyarakat di Indonesia masih banyak yang mengalami
kekurangan zat besi, walaupun sebenarnya zat besi terdapat luas di dalam makanan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kusmiati pada tahun 2004, pravalensi anemia
pada ibu hamil berkisar antara 50- 70%, wanita dewasa biasa 30-40%,
laki-laki dewasa 20-30% dan anaksekolah 25-35% 4. Upaya yang dapat dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan zat besi adalah mengkonsumsi hasil alam nabati
berupa sayur-sayuran. Kacang panjang adalah salah satu jenis
sayuran yang memiliki kandungan besi (Fe) dan vitamin C yang merupakan sumber besi yang
baik dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kadar hemoglobin. Konsumsi vitamin C
sangat penting untuk membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Daun kacang panjang
mengandung 6,20 mg zat besi dan 29 mg vitamin C dalam 100 gram bahan (Pitojo, 2006).
Secara empiris setengah genggam daun kacang panjang bisa digunakan
sebagai ramuan untuk penyakit kurang besi dan anemia (Anonim,2008).
Berdasarkan informasi di atas mengenai senyawa aktif yang terkandung dalam daun kacang
panjang yang diduga dapat menaikan kadar hemoglobin, peneliti berminat melakukan penelitian
mengenai pengaruh jus daun kacang panjang (Vigna sinensis L. Savi ex Hassk)
terhadap peningkatan kadar hemoglobin tikus putih jantan galur wistar serta untuk mengetahui
dosis jus daun kacang panjang yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin.

Anda mungkin juga menyukai