Disusun Oleh :
Nanda Nathasya Yunica Putri
1321116008
1. Definisi Anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal
(Soebroto, 2010). Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin,
hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk
perorangan (Arisman, 2007).
1.1. Kategori Anemia Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia
(Soebroto, 2010) :
a. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang
c. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat
Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang bersumber dari WHO
adalah sebagai berikut:
a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E,
2009) adalah sebagai berikut:
a. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang
c. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat
d. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr % .
1.2 Anemia Defisiensi Zat Besi Anemia akibat kekurangan zat besi.
Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi
dalam tubuh bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang
dewasa hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun, berulang-ulang yang
bisa berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto, 2010).
Beratnya anemia Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan
anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume
darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan
pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang
dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan
serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane
mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai
pucat. Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot jantung
yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat.
Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia,
mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri pada lidah dan membrane mukosa
mulut), gejala-gejala umumnya disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi
zat besi (Price, 2005).
2. Mie
Mie adalah produk olahan makanan yang berbahan dasar tepung terigu
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan (Faridah dan Widjanarko, 2014). Mie kering merupakan produk mie
yang dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 8-10% (Mulyadi et al., 2014).
Mie kering diolah dengan metode mengeringkan mie mentah secara dijemur atau
dalam oven pada suhu ± 50ºC dan mempunyai daya simpan yang lebih lama
tergantung dari kadar airnya (Widyaningtyas dan Susanto, 2015).
Ciri-ciri mie kering yang memiliki kualitas yang baik adalah penampakan
cerah, permukaan lembut, tidak ditumbuhi mikroba dan tidak hancur dan pecah
selama pemasakan (Oh et al., 1983). Secara umum, tahapan-tahapan dalam
pembuatan mie kering antara lain pencampuran dan pengadukan, pembuatan
lembaran, pemotongan, pengukusan, pengeringan dan pendinginan (Suyanti, 2008).
Tahap pencampuran dan pengadukan memiliki tujuan agar bahan-bahan yang
digunakan tercampur secara homogen dan kalis. Tahap pembuatan lembaran
merupakan tahap pembentukan lembaran yang akan dipotong menjadi bentuk khas
mie dan bertujuan untuk memudahkan proses gelatinisasi pati pada tahapan
pengukusan. Tahap pemotongan bertujuan untuk membentuk mie dan mempermudah
transfer panas sehingga dapat mempercepat gelatinisasi saat pengukusan. Tahap
pengukusan 5 dilakukan agar pati mengalami gelatinisasi dan koagulasi gluten. Tahap
terakhir adalah tahap pengeringan yang dilakukan agar membentuk lapisan tipis
protein yang dapat meningkatkan kestabilan permukaan mie selama dilakukannya
perebusan (Liandani dan Zubaidah, 2015).
a. Bahan – Bahan Pembuatan Mie Kering
Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan mie kering adalah tepung
terigu, telur dan garam.
1. Tepung terigu
Tepung terigu adalah bubuk halus yang berasal dari gandum dan digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan kue, mie dan roti. Tepung terigu mengandung
protein yang tinggi, khususnya gluten yang berperan dalam memberi tekstur kenyal
pada makanan (Nofalina, 2013). Tepung terigu yang diperlukan dalam proses
pembuatan mie adalah tepung terigu yang memiliki kadar protein yang tinggi. Kadar
protein yang tinggi dalam tepung terigu memiliki kandungan gluten yang tinggi
sehingga berpengaruh terhadap elastisitas dari mie yang dihasilkan (Rosmeri dan
Monica, 2013).
2. Telur Telur dalam pembuatan mie berfungsi sebagai penambahan nilai gizi,
pengembang, pembentuk warna dan perbaikan rasa. Selain itu, penambahan telur juga
berfungsi untuk meningkatkan kandungan protein dalam adonan dan menghasilkan
adonan yang tidak mudah putus (Jatmiko dan Estiasih, 2014). Putih telur memiliki
fungsi membentuk lapisan tipis dan kuat pada permukaan mie 7 sehingga mencegah
bahan yang keluar selama perebusan, sedangkan kuning telur mengandung lesitin
yang memiliki fungsi untuk mengemulsi dan mempercepat hidrasi air pada tepung
untuk pengembangan adonan (Astawan, 2008).
3. Garam Garam dapur (NaCl) dalam pembuatan mie dapat memberi rasa,
memperkuat tekstur mie, meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas dan dapat
mengikat air (Jatmiko dan Estiasih, 2014). Selain itu, penggunaan garam dapur
sebanyak 1-2% juga dapat mengurangi kelengketan pada mie (Kurniawan et al.,
2015).
3. Kacang Merah
3.1 definisi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L )
Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L ) bukan merupakan tanaman asli Indonesia.
Tamanaman ini berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Selatan dan daratan Cina.
Selanjutnya tanaman tersebut menyebar ke daerah lain seperti Indonesia, daerah yang
banyak ditanami kacang jogo atau kacang merah adalah Lembang (Bandung), Pacet
(Cipanas), Kota Batu (Bogor) dan Pulau Lombok (Astawan, 2009). Biji kacang jogo
atau kacang merah berwarna merah atau merah berbintikbintik putih. Oleh karena
itulah, dalam kehidupan sehari-hari kacang jogo juga disebut sebagai kacang merah
(red kidney bean). Nama lain untuk kacang merah adalah kacang galling. Kacang
merah hanya dimakan dalam bentuk biji yang telah tua, baik dalam keadaan segar
maupun yang telah dikeringkan (Astawan, 2009). Biasanya yang dimanfaatkan dari
kacang merah adalah bijinya. Biji kacang merah merupakan bahan makanan yang
mempunyai energy tinggi dan sekaligus sumber protein nabati yang potensial.
Kacang merah dapat digunakan sebagai sayuran (sayur asam, sup), campuran salad,
sambal goreng, kacang goreng, bahan dodol, wajik, dan aneka kue lainnya (Astawan,
2009).
3.2 Kandungan gizi kacang merah
Kacang merah banyak mengandung protein dan karbohidrat. Keunggulan
lainnya yaitu kacang merah bebas kolesterol, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh
semua golongan masyarakat dari berbagai 11 kelompok umur. Protein kacang merah
juga dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol LDL yang bersifat jahat
bagi kesehatan manusia, serta meningkatkan kadar kolesterol HDL yang bersifat baik
bagi kesehatan manusia (Astawan, 2009) Komposisi zat gizi biji kacang merah sangat
bervariasi, tergantung pada kondisi tanaman dan cara perawatannya. Jenis-jenis
protein yang terdapat dalam kacang merah adalah faseolin 20% (berat kering), faselin
2%, konfaseolin 0,36-0,40% (Astawan, 2009).
Kandungan karbohidrat pada kacang merah juga sangat tinggi, yaitu mencapai 61,2
gram/100 gram. Komponen karbohidrat pada kacang merah terdiri dari gula 1,6%,
dekstrin 2,7%, pati 35,2%, pentosa 8,4%, galaktan 1,3%, dan pektin 0,7%. Tingginya
kadar karbohidrat pada kacang merah merupakan sumber energi yang baik, yaitu
sekitar 348 kkal per 100 gram.
Sedangkan kadar lemak pada kacang merah juga relafif rendah, yaitu 1,5 gram/100
gram. Adapun komponen lemak dari kacang merah terdiri atas asam lemak jenuh
19% dan asam lemak tak jenuh 63,3%. Selain itu, Kacang merah merupakan sumber
mineral yang baik. Komposisi mineral per 100 gram kacang merah adalah fosfor (410
mg), kalsium (260 mg), mangan (194 mg), 9 besi (5,8 mg), tembaga (0,95 mg), serta
natrium (15 mg) (Astawan, 2009).
Protein
22,3
Karbohidrat 61,2
Lemak 1,5
Vitamin A (SI) 30,0
Thiamin/vitamin B1 (mg) 0,5
Riboflavin/vitamin B2 (mg) 0,2
Niacin (mg) 2,2
Kalsium (mg) 260,0
Fosfor (mg) 410,0
Besi (mg) 5,8
Mangan (mg) 194,0
Tembaga (mg) 0,95
Natrium (mg) 15,0
Hemoglobin merupakan zat protein yang membantu sel darah merah dalam
membawah oksigen keseluruh tubuh. Kekurangan kadar hemoglobin didalam tubuh
menyebabkan oksigen yang dibawah oleh sel darah merah kurang sehingga
memberikan dampak yang kurang baik bagi tubuh terutama otak sebagai pusat
pengendali utama didalam tubuh. Kekurangan kadar hemoglobin didalam tubuh dapat
disebabkan banyak faktor salah satunya kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
kurang akan kandungan gizinya. Terutama zat besi yang merupakan sumber utama
dalam pembentukan hemoglobin.
Produk Mie merupakan makanan yang banyak disukai oleh banyak orang,
mulai anak-anak sampai remaja, remaja sangat menyukai makanan instan yang
terbuat dari tepung tersebut. Kandungan karbohid serat, dan lemak yang tinggi,
namun rendah protein, serat, vitamin dan mineral. Tentunya tidak baik jika selalu
dikonsumsi setiap hari tampa disajikant dengan lauk paut yang memadai, yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin yang membutuhkan makanan yang
kaya akan zat gizi terutama zat besi yang didapatkan dari makanan hewani, sayur-
sayuran, tempe, telur yang dalam proses pembentukan hemoglobin sangat diperlukan.
Mie belum dapat dianggap makanan lengkap, kerena belum mencukupi
kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie terbuat dari tepung terigu
mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit protein, vitamin dan
mineral.
Karya tulis ilmiah ini ditulis untuk digunakan sebgai alternatif pemenuhan
kebutuhan gizi terutama pemenuhan zat besi (fe) yang dapat diperoleh dengan
penambahan kacang merah pada produk mie kering sebagai sumber protein dan zat
besi , seperti protein berperan pada penyimpanan dan transportasi zat besi yang akan
berdampak terhadap kesehatan (anemia).
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Anemia merupakan masa ertrosit atau masa hemoglobin yang beredar didalam
pembuluh darah tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. Anemia yang disebabkan akibat kurangnya zat besi
karena tidak tersedianya zat-zat gizi dalam tubuh yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah. Zat-zat yang berperan dalam hemopoesis ialah
protein, vitamin (asam folat, vitamin B12, Vitamin C dan vitamin E), dan
mineral (Fe dan Cu). Hal ini menunjukkan semakin tinggi asupan zat protein,
vitamin A, vitamin C dan zat besi maka semakin tinggi pula nilai kadar
hemoglobin. Fungsi besi untuk pembentukan hemoglobin baru, dan untuk
mengembalikan hemoglobin kepada nilai normalnya setelah terjadi
pendarahan .
2. Mie kering dengan penambahan kacang merah sebagai sumber zat besi
diharapkan dapat mencegah dan mengurangi anemia besi pada remaja putri.
DAFTAR PUSTAKA