Anda di halaman 1dari 8

DEFINISI

Defisiensi zat besi merupakan defisiensi zat gizi mikro yang paling umum terjadi di dunia
dan merupakan masalah gizi kurang yang banyak diderita oleh remaja (Ruel 2001). Defisiensi
zat besi merupakan hasil jangka panjang dari keseimbangan negatif zat besi dan tingkatan
yang paling parah dari defisiensi zat besi disebut dengan anemia (WHO 2001). Menurut
Soekirman (2000), saat ini diperkirakan lebih kurang 2.1 milyar orang di dunia menderita
anemia gizi besi termasuk pada tingkat berat dan pada Negara berkembang terdapat prevalensi
anemia pada remaja putri sebesar 17-89 persen (Ruel 2001). Hasil SKRT 2001 menunjukkan
bahwa 30 persen remaja wanita (10-19 tahun) menderita anemia (konsentrasi hemoglobin<120
g/l). Hasil tersebut tidak jauh berbeda dari hasil studi lainnya, yang mengindikasikan anemia
merupakan masalah kesehatan di Indonesia (Permaesih dan Herman 2005).

Penyebab anemia lainnya adalah terjadinya kehilangan zat besi karena penyakit infeksi
seperti malaria dan cacing. Kehilangan darah akibat infestasicacing dan malaria karena
hemolisis dapat menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Trauma dapat pula
menyebabkan defisiensi zat besi. Infeksi cacing tambang menyebabkan pendarahan pada
dinding usus, walaupun sedikit tetapi terjadi terus menerus dan hal itu dapat mengakibatkan
hilangnya darah atau zat besi. Kehilangan darah tersebut mengakibatkan defisiensi zat besi
(WHO 2001)

Defisiensi zat besi dapat terjadi pada tingkatan umur manapun terutama pada wanita
usia reproduktif dan anak-anak. Defisiensi zat besi dapat mengganggu status imunitas dan
fungsi kognitif pada berbagai tingkatan umur. Pada anak usia sekolah dapat mempengaruhi
prestasi belajar; pada usia dewasa dapat menimbulkan kelelahan dan mengurangi kapasitas
kerja, dan pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir prematur (Ruel 2001). Menurut
Soekirman (2000), anemia gizi besi pada kelompok remaja dapat menimbulkan berbagai
dampak antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit dan
menurunkan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan kerja fisik dan prestasi belajar.
Disamping itu remaja yang menderita anemia mengalami penurunan kebugaran sehingga akan
menghambat prestasi olahraga dan produktivitas. Kekurangan zat gizi mikro pada masa remaja
dapat berdampak negatif pada proses pertumbuhan dan kematangan organ-organ reproduksi
(Dillon 2005). Hasil studi faktor risiko lainnya menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain
yang berpengaruh terhadap kejadian anemia antara lain pendidikan, jenis kelamin, wilayah,
kebiasaan sarapan, statuskesehatan, dan keadaan Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam kategori
kurus (Permaesih dan Herman 2005). Sedangkan menurut hasil penelitian Maharani (2003),
faktor risiko yang secara signifikan mempengaruhi kecenderungan status anemia mahasiswa
baru yaitu faktor jenis kelamin, umur, pendapatan orangtua, dan status proteinuria.

Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan
besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal.
Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi
(KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah, dan jumlah
hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi
saja (tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan
semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi
mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam selsel darah
yang baru (Soekirman, 2000).

Iron Deficiency Anemia (IDA) atau lebih dikenal dengan sebutan anemia gizi
besi merupakan salah satu masalah gizi yang penting di Indonesia. Masalah anemia
gizi besi ini tidak hanya dijumpai dikalangan rawan seperti anak-anak, ibu hamil, dan
ibu yang sedang menyusui, tetapi juga diantara orang dewasa terutama golongan
karyawan dengan penghasilan rendah (Djojosoebagio, et al. 1986). Menurut De
Maeyer dan Adielstegman (1985) dalam Ross dan Horton (1998), pada tahun 1985,
sekitar 30 persen penduduk dunia (1.3 milyar) menderita anemia gizi besi

Anemia adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) yang
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit (red cell count)
(Bakta, 2006).

Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child”
(potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah anemia memerlukan perhatian
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2007).

Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan
oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia
dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan
tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena anemia
di Asia diperkirakan sebesar 72,6%.Tingginya pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan
masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013). Data survei demografi
dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa angka kematian ibu
(AKI) di Indonesia sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari
target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar 118 per
100.000 kelahiran hidup dan target Milenium Develpomen Goals (MDG’s) sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes RI, 2011).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita anemia kehamilan
terbanyak. Program pemberian tablet Fe pada setiap ibu hamil yang berkunjung ke pelayanan
kesehatan nyatanya masih belum mampu menurunkan jumlah penderita anemia kehamilan
secara signifikan. Ketidakberhasilan program ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
cara mengkonsumsi tablet Fe yang sesuai, baik dari segi waktu maupun cara
mengkonsumsinya (Admin, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Arifianti, L., R.D. Oktarina, dan I. Kusumawati. 2014. Pengaruh Jenis Pelarut

Pengektraksi Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon

stamineus Benth. E-Journal Planta Husada Vol.2, No.1.

Benito, P. and D. Miller. 1998. Iron Absorption and Bioavailability : An Updated Review.

Journal of Nutrition Research Vol.18, No.3, pp. 581-603

Damayanti, A. dan E.A. Fitriana. 2012. Pemungutan Minyak Atsiri Mawar (Rose Oil)

Dengan Metode Maserasi.

Depkes [Departemen Kesehatan]. 2013. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk

Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta : Depkes RI

Gleason G., dan N.S. Scrimshaw. 2007. An overview of the functional significance of

iron deficiency. Didalam Nutritional Anemia, Edited by Klaus Kraemer &

Michael B. Zimmermann. Switzerland : Sight and Life Press

Herawati, N. 2009. Menganal Anemia dan Peranan Erythroprotein. Jurnal Biologi Vol.4

No. 1.

Imeson, A. 2009. Food Stabilizers, Thickeners, and Gelling Agents. Blackwell Publishing

Ltd.

Khoiriyah, N. dan L. Amalia. 2014. Formulasi Cincau Jelly Drink (Premna Oblongifolia

L Merr) Sebagai Pangan Fungsional Sumber Antioksidan. Jurnal Gizi dan

Pangan 9(2) : 73-80.

Lewis, R. 1985. Food Additives Hand Book. Chapman and Hall Co. New York.

Masthalina, H., Y. Laraeni, dan Y.P. Dahlia. 2015. Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor dan

Enhancer Fe) terhadap Status Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan

Masyarakat 2015(1) 80-86.


Masrizal. 2007. Studi Literatur : Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat

II (1).

Muchtadi, D. 2010. Memilih Bentuk Kalsium untuk Fortifikasi. Di dalam Kristanto,

Tiffany. 2011. Fortifikasi Kalsium Pada Susu Kedelai Dengan Tepung Tulang

Ikan Ditinjau dari Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptiik.

Bakta IM, Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. In : Sudoyo AW, Bambang

Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, editors. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. edisi IV, jilid II. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam FK UI; 2006.p.622-623.

2. Al-Sharbatti SS, Al-Ward NJ, Al-Timimi. Anemia Among Adolescent. Saudi

Med J. 2003; Vol 24 (2): 189-194. Available from: http://www.smj.org.sa. Cited

2011 March 13.

3. Baral KP, Onta SR. Prevalence of Anemia Amongst Adolescents in Nepal : a

Community Based Study in Rural and Urban Areas of Morang Distric. Nepal

Med Coll J. 2009; Vol. 11(3):179 – 182. Available from : http://www.nmcth.edu.

Cited 2011 March 20.

4. Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. Kesehatan Remaja Problem dan

Solusinya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika;2010.p.25-26

5. National Anemia Action Council. Anemia in Adolescents : The Teen Scene.

2009 January 14 . Available from: http://www.anemia.org. Cited 2011 March 9.

24

6. Agus ZAN. Pengaruh Vitamin C Terhadap Absorpsi Zat Besi pada Ibu Hamil
Penderita Anemia. In : MEDIKA Jurnal Kedokteran dan Farmasi. Vol. XXX;

2004.p. 496 – 499.

7. Gallagher ML. The Nutrients and Their Metabolism. In : Mahan LK, EscottStump S.
Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy. 12th edition. Philadelphia:

Saunders; 2008.

8. Subagio HW. Hubungan antara Status Vitamin A dan Seng Ibu Hamil dengan

Keberhasilan Suplementasi Besi [dissertation]. In: Purwaningsih E. Bunga

Rampai Topik Gizi. Seri 1. Semarang : Badan Penerbit UNDIP;2008.

9. Afiatna P. Faktor Determinan Gizi pada Remaja Putri di SMA Negeri 2

Semarang [skripsi]. Semarang : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro; 2010.

10. Arisman MB. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2002. p.145-147.

11. Nuzulyati. Pengaruh Asupan Zat Gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja

Putri di SMKN 2 Kabupaten Purworejo [Tesis]. Yogyakarta: Program Pasca

Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2009.

12. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:

Binarupa Aksara; 1995.

13. Fridieyanti R, Uripi V, Damanik R. Hubungan Konsumsi Energi-Protein dengan

Glukosa Darah dan Tekanan Darah Anak Sekolah Dasar Penerima PMT-AS di

Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. In: Media Gizi dan Keluarga.

D esember,Vol. XXIV (2); 2000.p.54-61.

14. Whitrey E, Rolfes SR. Understanding Nutrition . 11th Edition. United States of

America: Thomson Learning Inc; 2008.p.369.


15. Cohen, Sara B. Media Exposure and the Subsequent Effects on Body

Dissatisfaction, Disordered Eating, and Drive for Thinness: A Review of the

Current Research. The Wesleyen Journal of Psychology.2006; vol 1; p:57-71.

25

16. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo; 2005.p.103-14, 204-05

17. Nicoletti, Carusso M, Coco M, Mancuso M. Menstrual Disorder in Adolescents.

Ital J Pediatr; 2003; vol 29.p.110-113.

18. Syatriani S, Aryani A. Konsumsi Makanan dan Kejadian Anemia pada Siswi

Salah Satu SMP di Kota Makassar. In KESMAS Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional. Vol 4:6. Juni; 2010.

19. Sylvia AP dan Lorraine MW. Sel darah merah. Dalam Patofisiologi. Dalam

Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC; 2001.p. 231-2.

20. Zimmermann MB, Biebinger R, Rohner F, Dib A, Zeder C, Hurrell RF et al.

Vitamin A Supplementation in Children with Poor Vitamin A and Iron Status

Increases Erythropoietin and Hemoglobin Concentrations without Changing

Total Body Iron. Am J Clin Nutr. 2006; Vol.84.p.580-6. Available from : http://

www.ajcn.org/content/84/3/580.full.pdf. Cited 2011 April 8.

21. Siti Maryam. Defisiensi dan toksisitas vitamin A [proposal disertasi]. Institut

Pertanian Bogor;2003.

22. Mulyawati Y. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah Darah dengan

dan Tanpa Vitamin C terhadap Kadar Hemoglobin pada Pekerja Wanita di

Perusahaan Plywood, Jakarta 2003. [Thesis]. Jakarta: Program Pascasarjana,

Universitas Indonesia;2003.
23. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;

2006.p.75, 185-188, 249-254.

24. Aziz S. Kekurangan Zat Besi dan Anemia. Dalam : Majalah Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia No 147. Jakarta : Depkes RI; 1996

25. Deshmukh PR, Garg BS, Bharambe MS. Effectiveness of Weekly

Supplementation of Iron to Control Anaemia Among Adolescent Girls of Nashik,

Maharashtra, India. Health Popul Nutr.2008 Mar 26 (I): 74-78

26. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional; 2000.p.102-11.

26

27. Farida I. Determinan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Kecamatan Gebod

Kabupaten Kudus Tahun 2006 [tesis]. 2007. Available from :

http://www.eprint.undip.ac.id. Cited 2011 March 9.

28. Warrilow G, Kirkham C, Ismail KMK, Wyatt K, Dimmock P, O’Brien S.

Quantification of Menstrual Blood Loss [Review]. Obstet and Gynecol; 2004;

vol.6.p.88-92.

Anda mungkin juga menyukai