Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI DAN IMT DENGAN KADAR

HAEMAGLOBIN PADA REMAJA DI SMPN 2 BOROBUDUR

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:

Alifa Nuzul Nabila

1910201025

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYIYAH

YOGYAKARTA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masa remaja (Adolescence) merupakan salah satu masa yang penting

dalam siklus kehidupan. Saat remaja akan mengalami perkembangan baik secara

fisiologis maupun psikologis ke fase yang lebih matur. Batasan usia remaja

adalah 12-24 tahun. Remaja adalah kelompok usia yang sangat berisiko

mengalami anemia yang merupakan bagian dari molekul hemoglobin.

Berkurangnya zat besi dapat menyebabkan sintesis hemoglobin berkurang

sehingga mengakibatkan kadar hemoglobin turun. Dimana hemoglobin adalah

parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia

(Memorisa, 2020).

Perempuan dalam kehidupannya akan mengalami siklus menstruasi yang

terjadi secara periodik sejak menarche hingga menopause. Siklus menstruasi

normalnya berlangsung antara 21 – 35 hari dengan rata-rata siklus 28 hari. Lama

menstruasi biasanya 3 – 5 hari. Lama menstruasi pada setiap perempuan

biasanya tetap (Wiknjosastro, 2012). Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan

Dasar (Rikesdas) tahun 2010 didapatkan bahwa sebanyak 68% wanita usia 10-

59 tahun mengalami haid yang tidak teratur (RISET KESEHATAN DASAR,

2010). Hasil penelitian yang dilakukan Santi terhadap pasien yang datang

berobat ke Klinik UIN Sunan Ampel dari tahun 2015-2017 menunjukkan bahwa

sebanyak 192 pasien wanita mengalami gangguan menstruasi. Gangguan

menstruasi tersebut berupa gangguan siklus/pola menstruasi, lama menstruasi,

serta gangguan lainnya (Santi & Pribadi, 2018). Siklus menstruasi normalnya
berlangsung antara 21 – 35 hari dengan rata-rata siklus 28 hari. Lama menstruasi

biasanya 3 – 5 hari. Lama menstruasi pada setiap perempuan biasanya tetap

(Wiknjosastro, 2012). Siklus menstruasi yang normal tersebut menunjukkan

bahwa organ reproduksi dan sistem hormonal perempuan tersebut normal dan

tidak mengalami gangguan. Namun, pada kenyataannya tidak sedikit perempuan

yang mengalami gangguan pada siklus menstruasinya. Berdasarkan data hasil

Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) didapatkan bahwa sebanyak

Siklus menstruasi yang tidak normal merupakan salah satu faktor pemicu

terjadinya anemia. Kehilangan banyak darah saat menstruasi dapat menyebabkan

anemia. Banyaknya darah yang dikeluarkan oleh tubuh berpengaruh pada

kejadian anemia, karena wanita tidak mempunyai simpanan zat besi yang terlalu

banyak dan absorpsi zat besi yang rendah kedalam tubuh sehingga, tidak dapat

menggantikan zat besi yang hilang selama menstruasi (Prastika, 2011).

Kehilangan darah secara kronis juga dapat mengakibatkan terjadinya anemia.

Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alami setiap bulannya. Jika darah

yang keluar selama menstruasi sangat banyak maka akan terjadi anemia

defisiensi besi. Lama menstruasi yang berlangsung lebih dari 8 hari dan siklus

menstruasi yang pendek, yaitu kurang dari 28 hari memungkinkan untuk

kehilangan besi dalam jumlah yang lebih banyak (Kirana,2011)

Pada wanita, terjadi kehilangan darah se- cara alamiah setiap bulan yaitu

melalui menstruasi (Proverawati, 2011). Menstruasi adalah perdarahan secara

periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endo- metrium.

Pola menstruasi seseorang bisa sangat bervariasi. Pola menstruasi merupakan


serang- kaian proses menstruasi yang terdiri dari siklus, durasi dan jumlah

menstruasi. Panjang sikus haid normal yaitu 28 hari, tetapi variasinya cukup

luas. Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari bahkan ada

yang sampai 7-8 hari. Jumlah pengeluaran darah menstruasi biasanya diukur dari

jumlah pem- balut yang digunakan. Jumlah pergantian pembalut biasanya 2-3

kali dan jumlah darah yang keluar rata- rata 33,2±16 cc (Wiknjosastro, 2010).

Remaja memiliki risiko tinggi terhadap kejadian anemia terutama anemia

zat besi. Hal itu terjadi karena masa remaja memerlukan zat gizi yang lebih

tinggi termasuk zat besi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Remaja

putri memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra, hal ini

dikarenakan remaja putri setiap bulannya mengalami haid (menstruasi). Selain

itu remaja putri cenderung sangat memperhatikan bentuk badannya sehingga

akan membatasi asupan makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti

melakukan diet vegetarian (Almatsier 2011)

Dari data bahan kesehatan Word Health Organitation (WHO) bahwa

remaja sebagai generasi penerus merupakan kelompok yang sangat perlu

mendapat perhatian. Remaja putri secara normal akan mengalami kehilangan

darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan terjadinya menstruasi

sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin berkurang.

Oleh karena itu kebutuhan zat besi untuk remaja putri lebih banyak

dibandingkan remaja putra. Dilain pihak remaja putri cenderung untuk

membatasi asupan makanan karena mereka ingin tampak langsing. Masalah

anemia pada remaja putri disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, sikap dan

keterampilan remaja akibat kurangnya penyampaian informasi, kurang

kepedulian orang tua, masyarakat dan pemeritah terhadap kesehatan remaja


serta belum optimalnya pelayanan kesehatan remaja (Depkes RI, 2010).

Kesibukan remaja pada saat ini juga dapat menjadi faktor penyebab anemia

pada remaja karena aktifitas yang terlalu berat dan kelelahan (Siti

Rochmah,2013).

Di Indonesia, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Depkes (2010) dalam

Poltekkes Depkes Jakarta I (2010) menunjukkan bahwa penderita anemia pada

remaja putri berjumlah 26,50%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun

2010 yaitu sementara lebih dari 10 % anak usia sekolah di Indonesia mengalami

anemia (Riskesdas, 2010). Riskesdas 2013 prevalensi anemia gizi besi pada

remaja sebesar 22,7 %. Di Indonesia prevalensi 26% untuk anak perempuan dan

11% untuk anak laki laki. Departemen Kesehatan dalam Kirana (2011)

menunjukkan penderita anemia pada remaja putri berjumlah 26,50% dan wanita

(WUS) 26,9%. Hal ini mengindikasikan anemia masih menjadi masalah

kesehatan di Indonesia. Di Jawa Tengah remaja dengan anemia cukup tinggi

mencapai angka 43,2% (Profil Kesehatan Prov. Jateng, 2010).

Salah satu upaya pemerintah dalam menangani permasalahan remaja

adalah dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR). Program ini dapat dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit atau

sentra-sentra dimana tempat remaja banyak berkumpul contohnya

seperti di tempat perbelanjaan. Dalam pelaksanaan PKPR di Puskesmas,

remaja diberikan pelayanan khusus melalui perlakuan khusus yang disesuaikan

dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja. Secara khusus, tujuan dari

program PKPR adalah meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja

yang berkualitas, meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan dan meningkatkan

keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan

kesehatan remaja.

Allah SWT berfirman melalui surat dalam surat Thaha ayat 81 tentang

makanan dari rezeki yang baik dan larangan untuk jangan melampaui batas.

Pada ayat tersebut Allah SWT JURNAL KESEHATAN Vol 12 No 1 Tahun

2019 Anemia defisiensi besi dan indeks massa tubuh terhadap siklus

menstruasi remaja 33 memerintahkan kita untuk memilih makanan yang baik,

tidak berlebihan dan seimbang agar tidak muncul suatu penyakit, termasuk

penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Penelitian yang

dilakukan Puspita D menunjukkan bahwa status gizi perempuan dapat

menyebabkan perubahan hormon yang berhubungan dengan gangguan fungsi

hipotalamus. Perubahan hormon tersebut berpengaruh terhadap siklus

menstruasi pada perempuan. Menurut Anggarini dan Chayaningrum pada

tahun 2012 dalam Puspita seorang wanita yang mengalami kekurangan atau

kelebihan gizi akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus yang tidak

memberikan rangsangan hipofisis anterior untuk menghasilkan folikel

stimulating hormone (FSH) yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan

folikel pada sel telur, sedangkan luteinizing hormone (LH) berfungsi untuk

mematangkan sel telur yang akan dibuahi. Apabila produksi FSH dan LH

terganggu maka siklus menstruasi akan terganggu (Puspita, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan Kaimudin terdapat hubungan antara

status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hal tersebut dikarenakan

konsumsi makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang, sehingga


asupan nutrisi yang diperlukan tidak terpenuhi (Nur Ia Kaimudin et al., 2017).

Salah satu cara untuk menilai status gizi seseorang adalah dengan mengukur

Indeks massa tubuh (IMT). Pengukuran dan penilaian status gizi dengan

menggunakan IMT dilakukan dengan rumus matematis berat badan (dalam

kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Hasil dari

pengukuran IMT dapat digunakan untuk mengetahui apakah terjadi

kekurangan dan kelebihan status gizi seseorang. Rumus IMT ini hanya dapat

diterapkan pada seseorang yang berusia 19 – 70 tahun, bukan ibu hamil atau

menyusui. Pengukuran dapat digunakan terutama jika pengukuran tebal lipatan

kulit tidak dapat dilakukan atau nilai bakunya tidak tersedia. Berdasarkan latar

belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pengaruh anemia defisiensi besi dan indeks massa tubuh dengan siklus

menstruasi pada remaja putri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh anemia defisiensi besi dan indeks massa tubuh terhadap siklus

menstruasi remaja putri

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,maka rumusan masalah


pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara lama menstruasi
dan IMT dengan kadar haemaglobin pada remaja putri di SMPN 2
Borobudur?”
C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan adalah:

1.Tujuan Umum

Menentukan hubungan anatara lama menstruasi dan IMT dengan kadar


haemaglobin pada remaja putri

2.Tujuan Khusus

a.Mengetahui kadar haemaglobin pada remaja putri

b.Mengetahui lama menstruasi rata-rata persiklus pada remaja putri


SMPN 2 Borobudur

c.Mengetahui angka kejadian lama menstruasi dan IMT dengan ladar


Haemaglobin pada Remaja putri

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai hubungan
lama menstruasi dan IMT dengan kadar haemaglobin pada remaja putri
di SMPN 1 Borobudur dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk
penelitian selanjutnya.

2.Manfaat Praksis

a.Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai referensi serta sebagai pembanding antara


penelitian yang sebelumnya serta sebagai peningkat penelitian yang
sebelumnya.

b.Bagi Institusi

Diharapkan setelah diketahui tentang hubungan lama menstruasi


dan IMT dengan kadar haemaglobin pada remaja putri dapat
dijadikan sebagai penyuluhan kesehatan khususnya anemia pada
remaja putri.
c.Bagi Masyarakat

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang kadar


haemaglobin ,dan diharapkan dapat mencegah terjadinya anemia
dengan menjaga pola makan dan pola hidup

E.Ruang Lingkup

1.Ruang lingkup Materi

Ruang lingkup materi ini adalah hubungan lama menstruasi dan IMT
dengan kadar Haemaglobin pada remaja

2.Ruang lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Borobudur

3.Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan dimulai dari penyusunan sampai pengumpulan


skripsi

4.Ruang Lingkup Responden

Responden pada penelitian ini adalah siswi SMPN 2 BOROBUDUR


F.Keaslian Penelitian

Table 1. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Desain Hasil Persamaan Perbedaan


Peneli Penelitian
ti
1 Agnis Sabat HUBUNGAN Cross Selain lama Meneliti tentang Perbedaan
Kristiana , Evi ANTARA LAMA sectional menstruasi, hubungan lama penelitian
Dwi Prastiwi MENSTRUASI berdasarkan menstruasi dan ini dengan
DAN IMT analisa data dari IMT dengan penelitian
DENGAN KADAR responden yang kadar sebelumnya
HAEMOGLOBIN memiliki IMT haemaglobin terletak
REMAJA PUTRI normal kadar pada waktu
DI SMKF haemoglobinny ,lokasi dan
MAHARANI a tergolong subjek
MALANG tidak anemia penelitian
sebanyak 53
orang (58,9%)
dan terdapat
hubungan
antara IMT
dengan kadar
haemoglobin
remaja putri di
SMKF Maharani.
Status gizi
merupakan
keadaan tubuh
yang
diakibatkan
oleh
keseimbangan
antara asupan
zat gizi dengan
kebutuhan

3 Rahmi Fitria, HUBUNGAN Cross Berdasarkan Menggunakan Perbedaan


Anjani Reza, INDEKS MASSA sectional penelitian yang metode penelitian
Rika TUBUH telah dilakukan penelitian cross ini dengan
Andriani DENGAN SIKLUS peneliti tentang sectional penelitian
DAN LAMA Hubungan variable sebelumny
HARI Indeks Massa independent a terletak
MENSTRUASI Tubuh dengan sama yaiyu IMT pada waktu
PADA REMAJA Siklus (Indeks Masa ,lokasi dan
AKHIR DI DESA Menstruasi Tubuh) subjek
RANTAU SAKTI pada Remaja penelitian
KECAMATAN Akhir di Desa
TAMBUSAI Rantau Sakti
UTARA Kecamatan
KABUPATEN Tambusai Utara
ROKAN HULU Kabupaten
Rokan Hulu
dengan jumlah
responden 30
remaja akhir
yang mengalami
siklus dan lama
menstruasi
yang tidak
normal,
3 Lilis susanti HUBUNGAN Cross Dari analisi Menggunakan Perbedaan
KADAR sectional hubungan metode penelitian
HEMOGLOBIN antara IMT dan penelitian cross ini dengan
DAN INDEKS banyaknya sectional penelitian
MASA TUBUH menstruasi variable sebelumnya
TERHADAP pada independent terletak
POLA mahasiswi sama yaiyu IMT pada waktu
MENSTRUASI sebanyak 9 (Indeks Masa ,lokasi dan
TERHADAP (36,4%) Tubuh) subjek
MAHASISWA mahasiswi yang penelitian
STIKES memiliki IMT.
MUHAMMADIY
AH PALEMBANG
TAHUN 2017
DAFTAR PUSTAKA

Putri, N. K. Y., Mahayati, S. S. T., Keb, M., Dwi, N. M., Suarniti, S. S. T., Keb, M., & Wayan, N.
(2020). Studi Literature Hubungan Lama Menstruasi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja
diakses pada 23 April 2022

Putri.Novrica, K. A., Dahrizal, D., & Idramsyah, I. (2020). POLA MENSTRUASI DAN KADAR
HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI. JURNAL PENELITIAN TERAPAN KESEHATAN, 7(1)
diakses pada 23 April 2022

Anjun, L. D. (2020). HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR
HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI (Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nasional). diakses pada 23 April 2022

Mustika, I., Hidayati, S., Kusumawati, E., & Lusiana, N. (2019). Anemia Defisiensi Besi dan Indeks
Massa Tubuh terhadap Siklus Menstruasi Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 12(1), 30-40. diakses
pada 23 April 2022

Zuliana, P. (2018). IDENTIFIKASI PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG


ANEMIA DI SMA NEGERI 7 KENDARI TAHUN 2018 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
diakses pada 23 April 2022

Kristiana, A. S., & Prastiwi, E. D. (2018). HUBUNGAN ANTARA LAMA MENSTRUASI DAN IMT
DENGAN KADAR HAEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMKF MAHARANI MALANG. Prosiding
SNasPPM, 3(1), 247-250. diakses pada 23 April 2022

Fitria, R., Reza, A., & Andriani, R. (2021). HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN SIKLUS
DAN LAMA HARI MENSTRUASI PADA REMAJA AKHIR DI DESA RANTAU SAKTI KECAMATAN
TAMBUSAI UTARA KABUPATEN ROKAN HULU. Maternity and Neonatal: Jurnal
Kebidanan, 9(02), 103-108. diakses pada 23 April 2022

Susanti, L. (2018). HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN INDEK MASA TUBUH TERHADAP
POLA MENSTRUASI PADA MAHASISWA STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN
2017. Masker Medika, 6(1), 178-188. diakses pada 23 April 2022

Suhariyati, S., Rahmawati, A., & Realita, F. (2020). Hubungan antara Pola Menstruasi dengan
Kejadian Anemia pada Mahasiswi Prodi Sarjana Kebidanan Unissula Semarang. Jurnal
Akademika Baiturrahim Jambi, 9(2), 195-203. diakses pada 23 April 2022

Anda mungkin juga menyukai