Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMINORE


PADA REMAJA PUTRI
(SMP PGRI 1 Perak Kabupaten Jombang)

IKLIMATUL ARIFA
153210019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja adalah masa dimana masa pertumbuhan dan perkembangan

yang mana aspek fisik, psikis, dan kognitif mengalami perubahan yang sangat

cepat. Salah satu yang terjadi misalnya pada aspek fisik terjadi pematangan pada

organ-organ reproduksi dan perubahan postur tubuh yang membuat remaja mulai

memperhatikan penampilannya (Fikawaty,2017). Nyeri haid atau rasa nyeri yang

dirasakan saat menstruasi adalah ciri khas gangguan fisik yang di alami wanita

biasanya terjadi nyeri/kram pada perut (Lestari,2011). Sedangkan (Gant &

Cunigham 2009 dalam Fidatul,2018) Menjelaskan bahwa dampak kejadian

dysminore juga dapat menjadi pemicu turunnya kualitas hidup seseorang

sehingga tidak masuk kerja maupun sekolah dikarenakan nyeri yang dirasakan

mengganggu aktivitasnya. dysmenorrhea sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu

salah satunya disminore primer banyak ditemukan pada remaja biasanya nyeri

yang timbul tanpa adanya kelainan organ reproduksi maupun organ yang lain,

sedangkan untuk disminore sekunder biasanya terjadi pada kebanyakan wanita

dewasa yang mana nyeri timbul saat setelah selesai menstruasi ( Astarto,2011).

Prevelensi kejadian disminore sangat besar hampir rata-rata 50%

perempuan didunia mengalaminya (Paramitha,2013). Ada banyak faktor

yang memegang peranan terjadinya disminore diantaranya: faktor obstruksi

kanalis servikalis, faktor endokrin,faktor alergi, dan faktor konstitusi yang


salah satunya dipicu oleh anemia (Feny,2014). Pada saat wanita mengalami

menstruasi secara tidak lansung volume darah berkurang sehingga berakibat

terjadinya anemia (Arisman,2009 hal 42). Apalagi pada kejadiaan menstruasi

yang berlansung lama dan darah yang dikeluarkan sangat banyak

(Nelson,2015). Zat besi memiliki fungsi penting dalam tubuh, kekurangan

zat besi bisa memicu terjadinya gangguan biokimia yang luas, termasuk

dampak non hematologi seperti gangguan imun, kapasitas kerja, dan fungsi

neurologi. Jika system neurologi terganggu bisa mempengaruhi system

reproduksi salah satu yang biasanya terjadi adalah gangguan urogenital yang

mana dapat memicu gangguan pada saat menstruasi berupa nyeri yang timbul

saat siklus menstruasi berlansung (Briawan,2014).

World Health Organization (WHO) tahun 2016 Anemia pada remaja

putri sampai saat ini masih sangat tinggi, prevelensi anemia didunia berkisar

40-88% dan di Negara-negara berkembang angka kejadian anemia sekitar

53,7% dari semua remaja putri. Menurut Riskesdas 2013 prevalensi anemia

gizi besi pada remaja sebesar 22,7 %. di Indonesia prevalensi 26% untuk

anak perempuan dan 11% untuk anak laki laki. Sedangkan angka ini naik di

RISKESDAS,2018 Angka kejadian anemia menurut kelompok umur berkisar

84.6% untuk usia 15-24 tahun, 33.7% untuk usia 25-34 tahun dan 24% untuk

wanita usia 35-44 tahun. Sebanyak 50-60% remaja putri di Jawa Timur

mengidap Anemia atau kekurangan darah merah. Data dari kementrian

kesehatan RI 2015 batas kadar hemoglobin berdasarkan umur anak usia 6-59
bulan 11 g%, anak usia 5-11 tahun 11,5 g%, anak usia 12-14 tahun 12 g%,

WUS tidak hamil (15 tahun keatas) 12 g% dan wanita hamil 11/lebih g%.

Peneliti melakukan survei awal pada tanggal 28 maret 2019 jam

11.00 Wib di SMP PGRI 1 perak menurut kepala sekolah disana belum

pernah di adakan pengecekan hemoglobin pada sisiwinya. Dari hasil Survei

awal peneliti melakukan wawancara pada siswi Kelas IX A dan B, jumlah

siswi kelas IX 12 anak. Sedangkan yang menstruasi pada saat survei terdapat

9 anak dan 3 sisanya belum menstruasi saat survei. Peneliti juga melakukan

pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan alat Easy Touch GCHB

untuk melihat hasil pemeriksaan dari 9 siswi yang menstruasi untuk diperiksa

kadar hemoglobinnya, yaitu 5 siswi yang rata-rata menstruasi hari ke 1-3

disertai dengan disminore hasilnya 8,7 gr/dl- 9,0 gr/dl, 3 siswi menstruasi

hari ke 5-6 tanpa disminore hasilnya 9,5 gr/dl -10,3 gr/dl, 1 siswi berikutnya

yang menstruasi hari ke 7 didapatkan hasil 11,7 gr/dl.

Sedangkan dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di Surakarta

wanita yang kekurangan asupan zat besi lebih rentan mengalami nyeri saat

menstruasi atau disminore (kartika rohmah,2016). Faktor Anemia sendiri

sering menyerang remaja putri dikarenakan dalam kondisi stress, siklus

menstruasi,dan terlambat makan sehingga muncul tanda dan gejala pucat,

lemah, letih, pusing, dan menurunkan dapat konsentrasi ( Nur,2017 dalam

Julita simanjuntak,2018). Pada anak dengan kekurangan zat besi bisa

menimbulkan apatis, mudah tersinggung, serta menurunkan konsentrasi

belajar (Almatsier,2010 hal 254).


Kejadiaan disminore dikarenakan beberapa fakor diantaranya

kekurangan zat besi (anemia), zat besi sendiri mempunyai fungsi penting

untuk pembentukan hemoglobin dalam darah, fungsi hemoglobin sendiri

adalah untuk mengikat oksigen yang kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.

Dysminore terjadi karena organ reproduksi mengalami vasokontriksi

sehingga mengakibatkan oksigen yang diedarkan dalam tubuh sedikit. Hal ini

dipicu karena kadar hemoglobin kurang dan oksigen yang diedarkan dalam

tubuh sedikit sehingga menyebabkan oksigen tidak bisa tersalurkan ke

pembuluh-pembuluh darah di organ reproduksi wanita (Tjokronegoro,2004).

Nilai normal kadar hemoglobin perempuan usia diatas 6 tahun adalah 12-16

gr/dl, dikatakan anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 gr%, untuk

anemia ringan berkisar 11,0-11,9 gr%, anemia sedang 10,9-8,0 gr% dan

anemia berat apabila kadar hemoglobin kurang dari 8 gr% (WHO 2014

dalam IJEMC, Vol 2 No 2, juny 2015).

Peran tenaga kesehatan dalam menghadapi masalah ini adalah

sebagai edukator yang dapat memberikan informasi tentang kadar

hemoglobin dengan kejadian dismenore diantaranya yaitu memberikan

edukasi mengenai dismenore, penyebab dismenore serta upaya untuk

mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Dari uraian diatas

peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh “hubungan kadar hemoglobin

dengan kejadian dysminore pada remaja putri.


1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kadar hemoglobin dengan kejadian disminorrhea pada

remaja putri?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1) Menganalisis Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kejadian

Dysmenorrhea pada remaja putri.

13.2 Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi Hubungan kadar Hemoglobin pada remaja putri.

2. Mengindentifikasi Kejadian Dysmenorrhea pada remaja putri.

3. Menganalisis Hubungan kadar Hemoglobin dengan kejadian Dysmenorrhea

pada remaja putri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian terhadap

materi asuhan pelayanan keperawatan maternitas serta menjadi acuan

intervensi keperawatan terkait tentang kadar hemoglobin dengan kejadian

dysmenore pada remaja putri.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini bisa menambah informasi bagi siswi tentang

pentingnya zat besi dalam tubuh sehingga dapat memberikan pengetahuan


tentang faktor kadar hemoglobin dengan kejadiaan dysmenorrhea pada remaja

putri. Hasil penelitian ini bisa menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya

dengan metode penelitian yang berbeda dalam upaya terkait kadar

hemoglobin dengan kejadian dysmenore pada remaja putri.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Katalog Dalam Negri

Iis Hanifa.(2018) Hubungan lama menstruasi dengan kejadian anemia pada


remaja putri. Jurnal keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul
Hasan, probolinggo:2018

Rohma,kartika.(2016) Hubungan antara asupan kalsium dan asupan zat besi


dengan kejadian disminore pada remaja putri di SMA 2 surakarta. E-
jurnal kehatan universitas muhammadyah Surakarta:2016.

Andang pratiska D.(2013) Hubungan lama menstruasi terhadap kadar hemoglobin


pada remaja SMAN wonosari. [skripsi] universitas sebelas maret
Surakarta:2013

Arisman . 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

WHO.2015.Global Health Observatory (GHO) Data Raised dysminore.


(http://www.who.int/gho/ncd/risk-Factors/dysminore-text/en/).

Departemen kesehatan RI (Dep. Kes. RI). 2013 Badan penelitian pengembangan


kesehatan, riset kesehatan dasar (Riskesdas), Laporan Nasional.

Departemen kesehatan RI (Dep. Kes. RI). 2018 Badan penelitian pengembangan


kesehatan,riset kesehatan dasar (Riskesdas), Laporan Nasional.

Fikawati dkk. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok: PT RajaGrafindo Persada

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai