Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DENGAN KELUHAN

NYERI HAID PADA REMAJA DI MAN 2 GARUT

Proposal Penelitian

Diajukan dalam Seminar Penelitian yang akan


digunakan dalam Penyusunan Skripsi
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Karsa Husada Garut

KHOIRIFA SAFITRI
NIM: KHGC18029

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA


GARUT PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia menetapkan

bahwa Kesehatan Reproduksi mencakup 5 (lima) komponen atau program terkait,

yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga Berencana, Program

Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan Program Kesehatan

Reproduksi pada Usia Lanjut. Saat ini kesehatan reproduksi remaja menjadi

prioritas utama di indonesia karena respon dari remaja terhadap kebutuhan

pengetahuan resproduksi sangat rendah. Dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) yang disahkan melalui Peraturan Presiden no. 7 tahun 2005,

maka program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) merupakan salah satu

program prioritas dalam pembangunan nasional. Permasalahan prioritas

kesehatan reproduksi pada remaja dikelompokkan sebagai menjadi 1) kehamilan

tak dikehendaki 2) kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko

kesakitan dan kematian ibu; 3) Masalah PMS, termasuk Dismenore (Rahayu dkk.,

2017).

Dismenore menjadi satu masalah tersendiri yang banyak dialami kaum

wanita sehingga hal tersebut menjadi faktor penyebab terbanyak absennya para

kaum wanita pada jam kerja atau sekolah (Anggraeni & Utami, 2009). Dismenore

adalah nyeri yang muncul ketika menstruasi, penyebab dismenore adalah akibat

2
tingginya jumlah prostaglandin dalam endometrium sehingga menyebabkan

kontraksi miometrium dan menyebabkan pembuluh darah menyempit iskemia

menyebabkan nyeri. Dismenore diklasifikasikan sebagai primer dan sekunder.

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi idiopatik tanpa patologi yang dapat

diidentifikasi, dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan oleh kondisi

patologi seperti ditemukannya endometriosis atau kista ovarium (Kurniati dkk.,

2019).

Data dari WHO didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%)

wanita yang mengalami dismenorea, 10-15% diantaranya mengalami dismenorea

berat. Prevalensi dismenorea primer di Amerika Serikat tahun 2012 pada wanita

umur 12-17 tahun adalah 59,7%, dengan derajat kesakitan 49% dismenorea

ringan, 37% dismenore sedang, dan 12% dismenore berat. Prevalensi dismenorea

di Indonesia sebesar 107.673 jiwa atau (64,25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa

(54,89%) mengalami dismenorea primer dan sisanya 9.496 jiwa (9,36%)

mengalami dismenorea sekunder (Herawati, 2017). Dismenore yang paling sering

terjadi adalah dismenore primer lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 10-15%

diantaranya mengalami nyeri yang hebat sampai menggangu aktivitas dan

kegiatan sehari-hari. Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu

sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama dan terjadi pada umur kurang dari 20 tahun.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al di Amerika Serikat dengan

menemukan bahwa 91% dari remaja SMA (umur 14-18) yang mengalami

dismenore, 55% diantaranya mempengaruhi akademis mereka, bahkan 26%

mengalami ketinggalan kelas (Paula, 2007 dalam Sarni, 2019).

3
.

Faktor risiko yang berkaitan dengan dismenorea antara lain umur < 30

tahun, usia menarche < 12 tahun, siklus menstruasi yang panjang, perdarahan

menstruasi yang banyak, merokok, gangguan psikologis dan salah satunya status

Indeks Masa Tubuh (IMT) yang tidak normal (Latthe P, Mignini L, 2006 dalam

Dyah dan Tinah, 2009). IMT adalah angka yang menjadi penilaian standar untuk

menentukan apakah berat badan seseorang tergolong normal, kurang, berlebih,

atau obesitas. Seseorang dengan tubuh tidak ideal memiliki resiko lebih besar

terhadap kejadian dismenore (Proverawati & Misaroh 2010). Status gizi yang

rendah (underweight) yang diakibatkan karena asupan makanan yang kurang,

menunjukkan terdapat peningkatan kadar prostaglandin yang berlebih sehingga

menyebabkan kontraksi otot rahim (spasme miometrium) yang akan merangsang

rasa nyeri (Trimayasari dan Kuswandi, 2013). Sedangkan status gizi lebih

(overweight) dapat juga mengakibatkan dismenorea karena terdapat jaringan

lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah atau

terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita,

sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan

mengakibatkan nyeri pada saat menstruasi (Nurwana dkk., 2017)

Menurut Paath, DKK (2004) Anak perempuan biasanya lebih

mementingkan penampilannya, ia enggan menjadi gemuk sehingga membatasi

diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi, tidak mau

makan pagi. Mereka harus diyakinkan bahwa masukan zat gizi yang kurang dari

yang dibutuhkan akan berakibat buruk baik bagi pertumbuhan maupun

4
kesehatannya. Menurut Laporan Nasional Riskesdas tahun 2018 mengatakan

bahwa status gizi remaja usia 13-15 tahun untuk indeks IMT dengan kategori

sangat kurus sebesar 1,7%, kurus 6,1%, overweight atau gemuk 12%, dan untuk

obesitas sebesar 4,9%. Berdasarkan hasil Riskesdas Jawa Barat tahun 2013,

prevalensi status gizi remaja usia 13-15 tahun untuk indeks IMT/U di Kabupaten

Bandung kategori sangat kurus sebesar 1,1%, kurus 3,1%, gemuk 6%, dan

obesitas sebesar 2%. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil

riskesdas tahun 2018 di jawa barat.

Remaja yang mengalami dismenorea pada saat menstruasi mempunyai

lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan

remaja yang tidak terkena dismenorea. Dampak yang terjadi jika dismenorea tidak

ditangani maka patologi (kelainan atau gangguan) yang mendasari dapat memicu

kenaikan angka kematian, termasuk kemandulan. Selain dari dampak diatas,

konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan semua itu dapat memainkan

peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Karena nyeri haid

remaja putri mengalami gangguan dalam aktivitas belajar, hal ini menyebabkan

remaja putri sulit berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang dirasakan ketika

nyeri haid. (Nurwana dkk., 2017).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 16 Maret 2022 yang

dilakukan terhadap 10 siswi kelas X di MAN 2 Garut melalui wawancara, dari 10

siswi semuanya mengatakan pernah mengalami nyeri haid atau dismenore. Dari

10 siswi 2 diantaranya mengatakan pernah tidak masuk sekolah karena nyeri haid.

terdapat 6 siswi yang mengatakan bahwa nyeri saat menstruasi mengganggu

5
aktivitas di sekolah pada hari pertama dan kedua menstruasi serta sering

meninggalkan pelajaran karena nyeri haid yang tidak tertahankan. Dari 10 siswi

terlihat 2 memiliki tubuh yang gemuk dan 8 terlihat kurus. Diperoleh daftar

kehadiran pada siswa kelas X yang berjumah 176 orang di MAN 2 Garut, jumlah

ketidak hadiran siswa putri lebih tinggi dari ketidak hadiran siswa putra,

didapatkan data dari bulan januari hingga maret sekitar 10% siswa perempuan

yang absen dan berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah sehingga kualitas

hidup remaja menurun. MAN 2 Garut merupakan satuan pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama. Kurikulum MAN

2 Garut didesain dengan mengintegrasikan dimensi sains, sosial dan keagamaan.

Adapun pelajaran yang diberikan meliputi semua mata pelajaran wajib sesuai

kurikulum yang berlaku dan tambahan pelajaran serta nilai-nilai agama Islam.

Mereka mendapatkan pelajaran umum seperti di sekolah formal dan juga pendidikan

keagamaan, sehingga MA menjadi sedikit berbeda dengan SLTA.

Maka, berdasarkan uraian di atas, peneliti berminat untuk menggali tentang

hubungan index masa tubuh (IMT) dengan Keluhan Nyeri Haid Pada Remaja Di

MAN 2 Garut.

6
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Adakah hubungan antara indeks masa

tubuh dengan keluhan nyeri haid pada remaja ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan

antara indeks masa tubuh dengan keluhan nyeri haid pada remaja.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh pada remaja di MAN 2 Garut.

b. Untuk mengetahui kejadian dismenore pada remaja di MAN 2 Garut.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Bagi Pelayanan Kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi informasi mengenai hubungan antara indeks masa tubuh dengan

keluhan nyeri haid pada remaja sehingga dapat menyediakan pelayanan

yang memadai.

2. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, sebagai referensi atau

informasi untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang hubungan

antara indeks masa tubuh dengan keluhan nyeri haid pada remaja sehingga

mutu dalam bidang pendidikan meningkat.

7
3. Bagi Peneliti Lain, sebagai informasi atau sumber data bagi

penelitian selanjutnya dan bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan

untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.

4. Bagi Peneliti Sendiri, hasil penelitian ini dapat menambah

wawasan serta pengetahuan peneliti tentang hubungan antara indeks masa

tubuh dengan keluhan nyeri haid pada remaja.

5. Bagi Mahasiswi, sebagai informasi yang dapat menambah

wawasan tentang hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan

nyeri haid pada remaja sehingga dapat menjaga kesehatan.

8
Proverawati A & Misaroh (2010).” Menarche : Menstruasi Pertama Penuh
Makna.” Yogyakarta : Maha Medika.
Waryana (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama, h.112-122.
Trimayasari, D dan Kuswandi, K. (2013). Hubungan usia menarche dan status
gizi siswi SMP kelas 2 dengan kejadian dismenore. Jurnal Obstretika
Scientia Vol.2, No.2 ISSN 2337-6120, h.196.
Anggraeni, F. D., & Utami, F. S. (2009). DISMENORE TERHADAP UPAYA
PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI KELAS VII DI SMP
MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA. 2–3, 24–25, 46–50.
Herawati, R. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Nyeri Haid
(Dismenorea) pada Siswi Madrasah Aliyah Negeri Pasir Pengaraian.
Materniry and Neonatal Jurnal Kebidanan, 2(3), 161–172.
Kurniati, B., Amelia, R., & Oktora, M. Z. (2019). Hubungan Indeks Massa Tubuh
dengan Kejadian Dismenore pada Mahasiswi Angkatan 2015 Fakultas
Kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang. Health & Medical Journal,
1(2), 07–11. https://doi.org/10.33854/heme.v1i2.234
Nurwana, N., Sabilu, Y., & Fachlevy, A. (2017). Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Disminorea Pada Remaja Putri Di Sma
Negeri 8 Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Unsyiah, 2(6), 185630.
Rahayu, A., Noor, M. S., Yulidasari, F., Rahman, F., & Putri, A. O. (2017). Buku
Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Paath, E.F., Yuyum R. dan Heryati. 2004, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi,
EGC, Jakarta.
Dyah, E., Tinah 2009, Hubungan Indeks Massa Tubuh <20 dengan Kejadian
Dismenore Pada Remaja Pitri di SMA Negeri 3 Sragen, Jurnal Kebidanan.
1(2), p.2.
Natalia, S. 2019. Pengaruh Permen Dark Chocolate terhadap Nyeri Dismenore
Primer pada Remaja Putri di SMP Gaya Baru Desa Sumberejo Kecamatan
Gedangan Kabupaten Malang. Journal for Quality in Women ’ s Health.
Journal for Quality in Women’s Health, 2(2), pp.34-35.

Anda mungkin juga menyukai