Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang Gambaran Indeks Massa Tubuh Pada Siswi Yang

Mengalami Nyeri Haid Di MAN 2 Garut telah dilaksanakan selama 2 minggu

terhitung sejak tanggal 2-12 September, 2022. Penelitian ini menggunakan sampel

sebanyak 113 siswi. Pada Bab ini akan dibahas hasil penelitian secara lebih

lengkap.

4.1. Hasil Penelitian Indeks Massa Tubuh (IMT)

Hasil penelitian Indeks Massa Tubuh (IMT) pada siswi yang mengalami

nyeri haid di MAN 2 Garut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tbuh Pada Siswi
Yang Mengalami Nyeri Haid Di MAN 2 Garut

IMT Frekuensi (F) Prosentase (%)


Kurus 62 54,9
Normal 32 28,3
Gemuk 19 16,8
Total 113 100

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa indeks massa tubuh siswi

yang mengalami nyeri haid di MAN 2 Garut lebih dari setengah responden

(54,9%) memiliki IMT kategori kurus.

35
36

4.2. Pembahasan

Bila dilihat dari Tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks

massa tubuh siswi yang mengalami nyeri haid di MAN 2 Garut lebih dari

setengah responden (54,9%) memiliki IMT kategori kurus. Indeks Massa Tubuh

(IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan cara sederhana untuk memantau

status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan (Supariasa, 2016). Dikaitkan dengan masalah menstruasi

Anurogo, dkk (2015) mengatakan seseorang yang sedang menstruasi pertama kali

(Menarche), biasanya terdapat gangguan seperti kram, ketidaknyamanan dan rasa

nyeri saat menstruasi yang disebut nyeri haid atau dismenore. Nyeri haid yaitu

sakit, nyeri atau kram yang biasanya muncul di daerah perut bagian bawah

sebelum atau saat menstruasi. Nyeri haid dapat bersifat ringan, tetapi juga bisa

parah, sehingga dapat menimbulkan terganggunya aktivitas sehari hari. Keluhan

nyeri haid menurut Martini, Mulyati, & Fratidhina (2014) dapat menimbulkan

beberapa gejala seperti : nyeri pada perut bagian bawah; mual, muntah; diare,

cemas, depresi, pusing, nyeri kepala, letih lesu, bahkan sampai tidak sadarkan diri.

Nyeri menstruasi salah satunya dipengaruhi oleh Indeks Massa Tubuh.

Hal tersebut didukung oleh 2 hasil yang berbeda, berdasarkan hasil studi

yang telah dilakukan oleh penelitian Oktorita (2020) mengenai Index Masa Tubuh

(IMT) Dengan Skala Nyeri Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 2

Kampar, yang menunjukan bahwa lebih dari separuh responden memiliki indeks

masa tubuh tidak ideal sebanyak 70 orang (53,4%) dan lebih dari separuh

mengalami skala dismenorea berat sebanyak 57 orang (43,5%). Berbeda dengan


37

hasil Penelitian Sugi Antari (2020) mengenai Gambaran Indeks Massa Tubuh

Pada Kejadian Dismenore Primer Di Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan

Panca Atma Jaya Klungkung. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa adanya

perbedaan IMT yang normal dapat menyebabkan nyeri haid dan IMT tidak normal

juga dapat menyebabkan nyeri pada siswi yang mengalami menstruasi.

Diperkuat menurut Pratiwi (2015), wanita yang mengalami obesitas dapat

menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi. Jaringan lemak yang berlebihan

dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah, yang artinya terdesaknya

pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita sehingga

darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan

menimbulkan nyeri. Mengkonsumsi makanan yang berlemak juga dapat

meningkatkan hormon prostaglandin dapat menyebabkan nyeri di bagian perut

bawah atau dismenorea.

Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki IMT

tidak normal dari pada wanita yang memiliki IMT normal. Dismenore primer

terjadi karena ada peningkatan prostaglandin yang dapat menyebabkan spasme

miometrium yang berlebihan dan menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal,

yang mana kadar prostaglandin pada wanita dengan BMI tidak normal lebih

tinggi dari pada wanita dengan BMI normal (Widayamti, 2018).

Berdasarkan pendapat peneliti sesuai hasil penelitian yang peneliti lakukan

ini, dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden memiliki IMT atau status

gizi termasuk kedalam kategori kurus pda siswi yang mengalami nyeri pada saat

menstruasi, hal ini menggambarkan baik IMT kurus maupun gemuk dapat
38

mengalami nyeri pada saat menstruasi. Hal ini dipertegas juga oleh pendapat

Yudha bahwa IMT kurus cenderung beresiko mengalami dismenore primer.

Begitu juga dengan IMT gemuk cenderung beresiko untuk mengalami dismenore

primer dibandingkan dengan responden dengan IMT normal. Penelitian ini sesuai

dengan teori dimana wanita yang memiliki IMT kurus dan gemuk merupakan

salah satu faktor resiko dismenore primer. Penelitian ini juga menemukan

siswi yang memiliki IMT normal tetapi mengalami skala nyeri dismenorea

(28,3%).

Hal tersebut menurut peneliti, dapat disebabkan karena remaja putri tersebut

memiliki faktor penyebab lain yang membuat nyeri saat haid yang dideritanya

menjadi berat seperti anemia, menarche yang terlalu dini, riwayat keluarga yang

memiliki dismenorea berat, stres yang dialami remaja dan lain–lainnya.

Kemungkinan ini bisa saja menjadi penyebab, mengingat penyebab nyeri nyeri

haid dipengaruhi oleh multifaktor tidak hanya disebabkan oleh satu faktor IMT.

Nyeri Haid (Dismenore) adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau

menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang

yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut maupun panggul (Judha,

2012).

Kelebihan berat badan sebagaimana diungkapkan di atas dapat

mengakibatkan nyeri haid primer, karena di dalam tubuh orang yang mempunyai

kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat

meningkatkan hiperplasi pembuluh darah pada organ reproduksi wanita sehingga

darah yang seharusnya mengalir pada saat proses menstruasi terganggu dan
39

timbullah nyeri (Aprillita, 2014). Demikian juga berdasarkan pendapat Nurwana

dkk (2017) status gizi atau IMT lebih (overweight) dapat juga mengakibatkan

nyeri haid (Dismenore) karena terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang

dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah atau terdesaknya pembuluh

darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi wanita, sehingga darah yang

seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan mengakibatkan nyeri

pada saat menstruasi.

Bagi sebagian wanita, menstruasi dapat membuat rasa cemas karena disertai

rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Kondisi ini dikenal dengan nyeri menstruasi atau

dismenorea, yaitu nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau

berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari

(bahkan, kadang bisa membuat lemas tidak berdaya) (Proverawati dan Misaroh,

2015). Hampir seluruh perempuan pasti pernah merasakan nyeri menstruasi

(dismenorea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di

panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya

nyeri yang biasa terasa di bawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua

menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak

(Proverawati dan Misaroh, 2015)

Masalah status gizi makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus,

berat badan turun, anemia dan mudah sakit. Status gizi/IMT merupakan gambaran

secara makro akan zat gizi pada tubuh kita. Termasuk salah satunya adalah zat

besi, bila status gizi tidak normal dikhawatirkan status zat besi dalam tubuh juga

tidak baik, sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu
40

faktor resiko terjadinya anemia (Kristina, 2010 dalam Fitriana dan Rahmayani,

2013). Status gizi atau Indeks Massa Tubuh yang kurang atau terbatas selain akan

mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan

terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan haid,

tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Pada remaja wanita perlu

mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan

seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan

terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka dampaknya

akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama

siklus haid seperti nyeri tersebut.

Supariasa (2012) mengatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi status

gizi/IMT secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah intake

nutrisi dan penyakit infeksi. Selain itu secara tidak langsung, ada beberapa

faktor lain, yaitu persedian pangan yang cukup, pendidikan ibu, pengetahuan gizi

dan kesehatan serta pelayanan kesehatan, tingkat pendapatan keluarga atau status

sosial ekonomi. Malnutrisi terjadi karena kekurangan intake zat gizi, sebaliknya

overweight terjadi karena terlalu berlebihan dalam intake atau mengkonsumsi

makanan.

Indeks Massa Tubuh yaitu suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang

yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di

dalam tubuh. Indeks Massa Tubuh dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kurus,

normal, dan gemuk (Almatsier, 2012). Hasil penelitian ini sesuai tabel 4.2

diketahui bahwa status gizi sebagian besar (68,1%) kategori kurus. Penyebab
41

kurang gizi, dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu penyebab langsung dan

penyebab tak langsung. Penyebab langsung melingkupi kurangnya asupan gizi

dari makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung terdiri atas

ketersediaan makanan, pelayanan kesehatan serta perawatan ketika sakit,

pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status sosial ekonomi dan lainnya. status gizi

yang kurang dapat memperparah keadaan dismenorea tersebut Status gizi

dikatakan baik, apabila nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat,

mineral, vitamin maupun air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan. Gizi kurang

atau terbatas selain akan mempengaruhi (Anurogo dan Wulandari 2015).

Indeks Massa Tubuh yang baik dipengaruhi oleh jumlah asupan zat gizi

yang dikonsumsi. Oleh karena itu siswi yang kekurangan gizi akan mengalami

gangguan fisik seperti nyeri, gangguan mental dan intelektual. Pemenuhan gizi

pada siswi sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan. Status gizi

kurang baik, maka siswi akan rentan terserang penyakit dan gangguan fisik. Perlu

pengendalian gizi dengan baik yaitu dengan menerapkan pola makan atau asupan

yang memenuhi gizi seimbang, sehingga pola makan menjadi terkontrol dan

indeks massa tubuh siswi menjadi baik dan terkendali.

Faktor konstitusi juga merupakan salah salah satu penyebab nyeri haid,

faktor ini, erat hubungannya dengan faktor-faktor tersebut diatas, dapat juga

menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit

menahun dan sebagainya dapat memengaruhi timbulnya dismenore (Nugraha,

2008 dalam Fitriana dan Rahmayani, 2013). Nyeri haid ini timbul akibat kontraksi

disritmik miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri
42

ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodic pada

sisi medial paha. Mengingat sebagian besar wanita mengalami beberapa derajat

nyeri pelvis selama haid, maka istilah nyeri saat haid (Dimenorea) hanya dipakai

untuk nyeri haid yang cukup berat hingga menyebabkan penderita terpaksa

mencari pertolongan dokter atau pengobatan sendiri dengan analgesic. Adapun

yang dimaksud nyeri haid berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah,

diare, pusing, nyeri kepala, dan bahkan kadang-kadang pingsan.

Nyeri yang terjadi pada nyeri haid primer muncul sesaat sebelum menstruasi

dan menghilang beberapa jam kemudian hingga satu sampai tiga hari. Nyeri ini

terjadi akibat adanya pengeluaran prostaglandin yang berlebih sehingga

menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi pada uterus yang menimbulkan rasa

nyeri. Prostaglandin dilepaskan akibat adanya respon dari penurunan progesteronr

yang terjadi saat memasuki fase ( Harel, 2002 dalam Silvana, 2012). Oleh karena

itu saat progesteron mulai kembali diproduksi, maka secara perlahan

prostaglandin akan berkurang dan nyeri tidak terjadi lagi. Menurut Silvana (2012)

kadar progesteron pada fase menstruasi dan fase poliferasi jumlahnya konstan

sehingga meskipun lama menstruasi 3 hari atau lebih dari 8 hari maka respon yang

diberikan ialah sama, prostaglandin akan berkurang kadarnya ketika progesteron

sudah kembali dilepaskan.

Bila melihat fenomena di lapangan, ditemukan siswi yang jajan

sembarangan tidak memenuhi gizi sehat, ditemukan juga ada yang tidak sarapan

di rumah. Oleh krena itu perlu adanya edukasi dari petugas kesehatan kepada

siswi mengenai pentingnya pemahaman Indeks Massa Tubuh atau status gizi
43

keterkaitannya dengan nyeri haid. Perlu mengetahui dan memahami mengenai

asupan makanan dengan gizi sehat dan seimbang agar terhindar dari gangguan

nyeri haid.

Anda mungkin juga menyukai