Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


CA MAMAE DI RUANGAN KEMOTERAPI RSUD AL-IHSAN
BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Medikal
Bedah I Profesi

Oleh :
KHOIRIFA SAFITRI
KHGD 22035

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MAMMAE

I. Konsep teori

A. Definisi
Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma,
areola dan papilla mammae. Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003)
Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang
mengganggu pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada sel epitel di
mammae (Sylvia,2004)
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada
suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bisa
dikontrol (Dr.Iskandar, 2007)

B. Etiologi
Menurut Dr.Iskandar(2007) ada beberapa faktor resiko yang telah terident
ifikasi, yaitu :
1. Jenis kelamin :
wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat keluarga :
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
3. Faktor genetik
4. Faktor usia
5. Riwayat reproduksi : melahirkan anak pertama diatas 35 tahun
6. Faktor hormonal :
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor payudara.
7. Terpapar radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral :
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
10. Makanan yang berkarsinogen

C. Anatomi fisiologi

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu: Korpus (badan), yaitu bagian
yang membesar, areola yaitu bagian yang kehitaman di tengah., papilla atau puting
yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

1. Korpus dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos
dan pembuluh darah. Alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Kalang Payudara (Areola Mammae). Letaknya mengelilingi putting susu dan
berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari
montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan.
Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang
payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang
merupakan tempat penampungan air susu.
3. Papilla (Putting Susu). Terletak setinggi interkosta IV, Pada tempat ini terdapat
lubang – lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung – ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat – serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan
memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat – serat otot yang
longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15 – 25
lobus. Masing – masing lobulus terdiri dari 20 – 40 lobulus. Selanjutnya masing –
masing lobulus terdiri dari 10 – 100 alveoli dan masing – masing dihubungkan
dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam
(inverted).

Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas
sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan
berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan daur
haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal,
tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan
pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil
payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus
alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolaktin memicu
terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Saleha, 2009).
D. Patofisiologi

Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri


proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menggangu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sel ke organ-
organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang
mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara
sel normal. Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:
1. Fase induksi 15 – 30 tahun
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai
dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.
2. Fase insitu 5 – 10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa ditemukan
di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di
payudara.
3. Fase invasi: 1 – 5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel
ke jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah sera limfa.
4. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain.
E. Patway

Genetik, gang hormonal; estrogen,


makanan berkarsinogen, dll

Reseptor meningkat

Pertumbuhan sel-sel epitel


payudara yg abnormal

Maligna

Tumor mamae
Sel tumor Hospitalisasi
menekan
pembedahan jaringan sekitar
Krisis situasi
Adanya luka terbuka
Terputusnya jaringan
konsistensi
Stress psikologi
Terpajan bakteri mamae
Stimulasi saraf nyeri Mamae bengkak Perasaan
Kemerahan takut, kawatir
Sensasi nyeri ke SSP
Masa tumor
MK: Resiko infeksi mendesak ke jar. luar MK: Ansietas
Hipotalamus

Perfusi jar. terganggu


Saraf motorik

Nyeri dipersepsikan Ulkus

Nyeri menjalar
MK: Nyeri MK: Kerusakan
pada lengan
integritas kulit
Ketidakmampuan
mobilisasi lengan
kiri dr tubuh

MK: intoleransi
aktivitas
F. Manifestasi klinis

1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak
bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah massa
3. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam, tarikan dan
refraksi pada areola mammae
4. Edema (keriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting,
7. Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer padahal
ibu tidak sedang hamil / menyusui.
8. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

G. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium :
a) Morfologi sel darah
b) Laju endap darah
c) Tes faal hati
d) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e) Pemeriksaan sitologik : Pemeriksaan pada penilaian cairan yang keluar spontan
dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
2. Tes Diagnostik
a) Ultrasonografi
Untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography
berguna untuk menentukan adanya kista, kadang-kadang tampak kista sebesar
sampai 2 cm.
b) Mammografi
memperlihatkan struktur internal payudara,dapat mendeteksi tumor yang terjadi
pada tahap awal
c) Aspirasi
Pengaliran kista dan untuk mendapat preparat dan sediaan pemeriksaan
sitologik.
d) Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan
cara pengambilan massa.

H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan/operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara

yang terserang kanker payudara. Tindakan pembedahan kanker payudara dapat

dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a) Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari

payudara

b) Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara

saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.

c) Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,

jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta

benjolan disekitar ketiak.

2. Radioterapi

Radiologi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan

menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang

masih terisisa di payudara..tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh

menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi

hitam, serta Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel

kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang

kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi


adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh

obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

4. Terapi hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen,

oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat

laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti

estrogen karena system kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan

hormone estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada

payudara.

II. Asuhan Keperawatan Teoritis


A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama, umur, suku/bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan,


alamat, tanggal masuk rs, tanggal pengkajian

2. Riwayat keluhan utama meliputi


Adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak, nyeri.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak
dan nyeri.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,


kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga
pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada


kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

6. Pemeriksaan Fisik

a) Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b) Rambut: biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
c) Mata: biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak
ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d) Telinga: normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e) Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f) Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g) Leher: biasanya terjadi pembesaran KGB.
h) Dada: adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau
tanda-tanda radang.
i) Hepar: biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j) Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

7. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a) Persepsi dan Manajemen : Biasanya klien tidak langsung memeriksakan


benjolan yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu
hanya benjolan biasa.
b) Nutrisi – Metabolik : Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami
anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
c) Eliminasi ; Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d) Aktivitas dan Latihan : Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan
lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e) Kognitif dan Persepsi : Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah
sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f) Istirahat dan Tidur : Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena
nyeri.
g) Persepsi dan Konsep Diri : Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan
atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.
h) Peran dan Hubungan : Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami
gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
i) Reproduksi dan Seksual : Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan
perubahan pada tingkat kepuasan.
j) Koping dan Toleransi Stres: Biasanya klien akan mengalami stress yang
berlebihan, denial dan keputus asaan.
k) Nilai dan Keyakinan : Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima
kondisinya dengan lapang dada.
B. Analisa data
N0 DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. Batasan karakteristik: Genetik, gang hormonal; Nyeri
estrogen, makanan
- Perubahan selera makan
berkarsinogen, dll
- Perubahan tekanan darah,
Reseptor meningkat estradikal
frekuensi pernafasan dan
jantung Pertumbuhan sel-sel epitel
payudara yg abnormal
- Mengekpresikan prilaku
(gelisah, merengek, Maligna
menangis, mendesah dan
Tumor mamae
waspada)
pembedahan
- Masker wajah (meringis,
mata kurang terputusnya jaringan
bercahaya/tetap pada satu
Stimulasi saraf nyeri
fokus)
Sensasi nyeri ke SSP
- Prilaku terjaga melindungi
lokasi nyeri Hipotalamus
- Indikasi nyeri yang dapat
Saraf motorik
diatasi
Nyeri dipersepsikan
- Perubahan posisi yang
dapat diamati Nyeri
- Melaporkan nyeri
secaraverbal
- Gangguan pola tidur
2. Batasan karakteristik : Genetik, gang hormonal; Kerusakan integritas
estrogen, makanan kulit
- Kerusakan lapisan kulit
berkarsinogen, dll
- Gangguan permukaan
Reseptor meningkat estradikal
kulit
- Invasi struktur tubuh Pertumbuhan sel-sel epitel
payudara yg abnormal

Maligna

Tumor mamae
Sel-sel tumor menekan jaringan
sekitar

konsistensi

Mamae bengkak

Masa tumor mendesak ke jar.


luar

Perfusi jar. terganggu

Ulkus

Kerusakan integritas kulit

5. Batasan karakteristik: Genetik, gang hormonal; Resiko infeksi


estrogen, makanan
- Penyakit kronis
berkarsinogen, dll
- Pertahanan tubuh primer
Reseptor meningkat estradikal
yang tidak adekuat (mis.
Integritas kulit tidak utuh, Pertumbuhan sel-sel epitel
payudara yg abnormal
jaringan yang mengalami
trauma, status cairan Maligna
tubuh)
Tumor mamae
- Pertahanan tubuh
Pembedahan
sekunder yang tidak
adekuat (mis. Penurunan Adanya luka terbuka
hemoglobin, leokopeni,
Terpajan bakteri
penurunan respon
Kemerahan
inflamasi)
- Peningkatan pemajanan Resiko infeksi
lingkungan oleh pathogen
- Prosedur invasive
- Pengetahuan yang tidak
cukup untuk menghindari
pemajanan pathogen
- Malnutrisi
- Trauma dan kerusakan
kerusakan jaringan
C. Diagnose keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu tahap perumusan masalah yang


didapat dari data pengkajian yang telah dianalisa. (Doenges, Moorhouse, & Burley,
2000).

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin muncul pada
pasien cancer mammae adalah :

a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.


b. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
pengangkatan bedah kulit/ jaringan.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

D. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang mengidentifikasi
masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai
hasil yang diharapkan dan menangani masalah/ kebutuhan pasien. (Doenges,
Moorhouse, & Burley, 2000).

Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges & Moorhouse


(1999); Wijaya & Putri (2013) menjelaskan bahwa perencanaan yang dapat
diberikan pada pasien dengan cancer mammae adalah :
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri Observasi
Setelah dilakukan
berhubungan 1. Identifikasi lokasi,
intervensi keperawatan
dengan karakteristik, frekuensi,
selama 3 x 24 jam
adanya kualitas, intensitas nyeri
diharapkan nyeri
penekanan 2. Identifikasi skala nyeri
berkurang atau dapat
massa tumor 3. Identifikasi faktor yang
mentolerir nyeri.
memperberat dan
Kriteria hasil :
memperingan nyeri
1. Klien mampu
mengontrol rasa nyeri. 4. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
2. Melaporkan
5. Monitor efek samping
bahwa nyeri berkurang
penggunaan analgetik
dengan menggunakan
manajemen nyeri. Terapeutik

3. Mampu mengenali 6. Berikan teknik


nonfarmakologis untuk
nyeri (skala,intensitas,
mengurangi rasa nyeri (mis.
frekuensi, dantanda
nyeri). TENS, hipnosis, akupresur,

4. Menyatakan merasa terapi musik, biofeedback,


nyaman setelah nyeri terapi pijat, aromaterapi,
berkurang
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat dingin,
terapi bermain)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan
kebisingan)
Edukasi
9. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyerl
10. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Kerusakan 1. Kaji balutan/ luka untuk
Setelah dilakukan intervensi
integritas Kulit karakteristik drainase.
keperawatan selama 3 x 24
berhubungan Monitor jumlah edema,
jam waktu penyembuhan kulit
dengan kemerahan, dan nyeri
meningkat.
pengangkatan pada insisi dan lengan,
Kriteria hasil :
bedah kulit/ sertasuhu.
1. Perfusi jaringan baik.
jaringan. 2. Tempatkan pada posisi
2. Menunjukkan
semifowler.
pemahaman dalam proses
3. Jangan melakuka
perbaikan kulit dan
pengukuran TD, injeksi
mencegah terjdinya
obat, atau memasukkan
cedera berulang.
IV pada lengan ynag
3. Mampu melindungi kulit
sakit.
dan mempertahankan
4. Anjurkan untuk
kelembabankulit dan
memakai pakaian yang
perawaatan alami.
tidak sempit/ ketat,
perhiasan atau jam
tangan pada tangan
yang sakit.
3 Resiko 1. Bersihkan lingkungan
Setelah dilakukan intervensi
infeksi setelah dipakai pasien
keperawatan selama 3 x 24
nosokomial lain.
jamdiharapkan infeksi tidak
berhubungan 2. Cuci tangan sebelum
terjadi.
dengan melakukan tindakan.
Kriteria hasil :
lingkungan Pengunjung juga
1. Klien bebas dari tanda
operasi dianjurkan melakukan hal
dan gejala infeksi.
2. Jumlah leukosit berada yang sama
pada batas normal.
3. Monitor temperatur.
3. Klien mampu
mengidentifikasi dan
berpartisipasi dalam 4. Tingkatkan istirahat
tindakan pencegahan adekuat/ periode latihan.
infeksi
5. Kolaborasi

F. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan
diamana rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan
intervensi/ aktivitas yang telah ditentukan. (Doenges, Moorhouse,
& Burley, 2000).

G. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni
proses yang dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk
menjamin kualitas serta ketepatan perawatan yang diberikan dan
dilakukan dengan meninjau respon untuk menentukan keefektifan
rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Doenges,
Moorhouse, & Burley, 2000).
DAFTAR PUSTAKA

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC
Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson, (2004)

Anda mungkin juga menyukai