OLEH :
KELOMPOK 2 :
1. Ni Putu Diah Ayuningtyas Putriana (203213221)
2. Kadek Kusuma Dwijayanti (203213222)
3. Putu Anggi Diah Prabasari (203213223)
4. Komang Ira Yunita Apsari (203213224)
5. Maulida Pasya (203213225)
6. I Made Dwi Aditya Putra Suarjaya (203213226)
7. Putu Diah Lestari (203213227)
8. I Kadek Nanda Wahyu (203213228)
9. Shonia Alfiyah Safitri Kamal (203213229)
10. Putu Echa Leona Setiawan (203213230)
11. Anak Agung Gede Radiskha Fernanda (203213231)
12. Ni Made Ayu Sariasih (203213232)
13. I Wayan Dedy Gunawan (203213233)
14. Ni Made Udiyani Lestari (203213234)
15. I Putu Agus Artawan (203213235)
2. Etiologi
Menurut Putra (2015) factor resiko yang dapat menyebabkan kanker payudara
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu factor resiko yang dapat diubah dan factor
resiko yang tidak dapat diubah. Faktor- factor tersebut sebagai berikut:
a) Faktor resiko yang dapat diubah
1. Obesitas
Obesitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak
dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama
estrogen, jadi jika memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti
memiliki estrogen lebih tinggi yang meningkatkan resiko kanker
payudara.
2. Pecandu alcohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah di dalam insulin
darah, seperti factor pertumbuhan atau insulin like growth factors dan
estrogen. Oleh karena itu, alcohol dapat meningkatkan resiko kanker
payudara
3. Perokok berat
Rokok merupakan salah satu factor resiko kanker payudara pada
perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat memengaruhi
organ-organ tubuh. Menurut WHO menyatakan setiap jam tembakau
rokok membunuh 560 orang di seluruh dunia. Kematian tersebut tidak
terlepas dari 3800 zat kimia yang sebagian besar merupakan racun dan
karsinogen (zat pemicu kanker)
4. Stress
Stress dapat menjadi factor resiko kanker payudara karena stress
psikologi yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan
tubuh dan penyakit fisik dapat mudah menyerang.
5. Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen diantaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran
asap tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker
payudara
b) Faktor resiko yang tidak dapat diubah
1. Faktor genetic atau keturunan
Faktor payudara sering dikaitkan penyakit turun menurun, ada dua gen
yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen
BRCA 1 (Breast Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA 2 (Breast
Care Susceptibility Gene 2) yang terlibat dari perbaikan DNA. Kedua
gen ini hanya mencapai 5% dari kanker payudara, jika pasien memiliki
riwayat keluarga kanker payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika
memiliki salah satu atau kedua gen BRCA 1 dan BRCA 2 risiko
terkena kanker payudara meningkat, BRCA 1 beresiko lebih tinggi
kemungkinan 60-85% berisiko kanker payudara sedangkan BRCA 2
beresiko 40-60% terkena kanker payudara.
2. Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki resiko lebih besar mengalami kanker payudara,
tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini
disebabkan laki-laki memiliki lebih sedikit hormone estrogen dan
progesterone yang dpaat memicu pertumbuhan sel kanker, bukan
kelenjar seperti perempuan.
3. Faktor usia
Faktor usia dapat menentukan seberapa besar risiko kanker payudara,
Semakin tua usia seseorang maka kemungkinan terjadinya kanker
payudara semakin tinggi karena kerusakan genetic (mutase) semakin
meningkat dan kemampuan untuk bergenerasi sel menurun.
4. Riwaya kehamilan
Perempuan yang belum pernah hamil memiliki resiko kanker payudara
lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat
imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur
rentan mengalami mutase sel yang abnormal, ketika seseorang hamil
akan mengalami kematuran sel pada payudaranya dan menurunkan
resiko kanker payudara.
5. Riwayat menstruasi
Setelah wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh
yang tidak terkecuali payudara, payudara akan mulai tumbuh dan
terdapat hormone yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.
3. Tanda Gejala
Kanker payudara memiliki gejala yang khas dan dapat diketahui dengan jelas
dengan cara pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI). Berikut adalah gejala-
gejala yang timbul apabila seseorang menderita kanker payudara :
1) Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa sakit
2) Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus-menerus)
atau puting mengeluarkan cairan/ darah
3) Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit
jeruk, melekuk ke dalam, dan borok
4) Ada benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara
5) Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh
6) Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
7) Terasa sakit/ nyeri
8) Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara
9) Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara
4. Patofisiologi
Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal,
mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sel tersebut.
Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif, dan
terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan
sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui
pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk
membentuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain.
Neoplasma adalah suatu proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak
mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna.
Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut dengan
karsinogenesis. Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan
proses seluler, diantaranya yaitu inisiasi dimana inisiator atau karsinogen
melepaskan mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan perubahan dalam
struktur genetic asam deoksiribonukleat 11 seluler (DNA), promosi dimana terjadi
pemajanan berulang terhadap agens yang mempromosikan dan menyebabkan
eskpresi informal abnormal atau genetik mutan bahkan setelah periode laten yang
lama, progresi dimana sel-sel yang telah mengalami perubahan bentuk selama
insiasi dan promosi mulai menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase
menunjukkan perilaku maligna.
5. Pathway
Tumor Payudara
Interupsi sel
Menekan jaringan Aliran darah
pada payudara terhambat
Nyeri
Peningkatan Ukuran payudara
konsistensi payudara abnormal Hipoxia
Pembedahan
Ulkus
a. Stadium 0
Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah
bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memiliki harapan hisup
99% selama 5 tahun kedepan.
b. Stadium I
Tumor berukuran atau kurang 2 cm, tidak ada tumor dalam kelenjar getah
bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan hidup 92%
selama 5 tahun kedepan
c. Stadium IIA
Tumor idak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan
dikelnejar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat
berpindah-pindah, tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan
hidup 82% selama 5 tahun kedepan
d. Stadium IIB
Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker
ditemukan dikelenjar getah bening diketiak yang terletak dibawah lengan
dapat berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh
e. Stadium IIA
Tumor berukuran besar dari 2 cm tidak lebih dari 5cm, sel-sel kanker
ditemukan dikelenjar getah bening diketiak yang terletak di bawah lengan
dapat berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh
f. Stadium IIIB
Tumor telah menyebar kedinding dada atau menyebabkan pembengkakan,
juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai
inflammatory breast cancer, menyebar ke kelenjar getah bening dan memiliki
harapan hidup 44% selama 5 tahun kedepan
g. Stadium IV
Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau
bermetastase ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver,tulang rusuk,
atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5
tahun kedepan
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sederhana yang dapat dilakukan yaitu SADARI. SADARI
bertujuan untuk menemukan benjolan dan tanda-tanda lain pada payudara sedini
mungkin agar dapat dilakuakan tindakan secepatnya. Pemeriksaan SADARI dapat
dilakukan seperti berikut :
1) Mulailah dengan melihat payudara dicermin dengan bahu lurus dan tangan
diletakkan dipinggul. Amatilah ukuran, bentuk dan warna payudara,
apakah ada perubahan yang mudah terlihat seperti benjolan.
2) Angkat lengan dan lihat perubahan yang mungkin terjadil. Sambil melihat
cermin, perlahan-lahan tekan putting susu antara ibu jari dan jari telunjuk
serta lakukan cek terhadap pengeluaran putting susu (dapat berupa air
susu, atau cairan kekuningan atau darah)
3) Lakukan perabaan terhadap payudara sambil berbaring. Gunakan tangan
kanan untuk meraba payudara kiri dan tangan kiri untuk meraba payudara
kanan Gunakan sentuhan yang lembut dengan menggunakan tiga jari
tangan (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) dengan posisi berdekatan
satu sama lain. Sentuh payudara dari atas ke bawah, sisi ke sisi dari tulang
selangka ke bagian atas perut dan dari ketiak ke belahan dada.
4) Terakhir lakukan perabaan terhadap payudara dengan gerakan yang sama
sambil berdiri atau duduk. Kebanyakan wanita merasa lebih mudah
merasakan payudaranya dalam kondisi basah sehingga sering dilakukan
saat mandi.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan yaitu meliputi :
1. Laboratorium
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor maker dalam serum atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik : Pemeriksaan ini memegang peranan penting
pada penilaian cairan yang keluar spontan dari puting payudara.
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.
Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang
tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karena gambaran kanker diantara jaringan
kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. Kadang
tampak kista sebesar sampai 2 cm
4. Thermography
Mengukur dan mencatat panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi
sekitar sisi tumor .
6. Biopsi
Untuk menentukan secara meyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan
cara pengambilan massa. Memberikan diagnose definitif terhadap massa dan
berguna klasifikasi histogi, pentahapan, dan seleksi terapihematolo
7. CT.Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carcinoma pada payudara lain
8. Pemeriksaan Hematologil
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada speredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah
9. Terapi Medis
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun
otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak.
2) Mastektomi total
Semua jaringan payudara termasuk putting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat
3) Lumpektomi/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dari payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision/mastektomi parsial
Exsisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,
pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
b. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan terapi tunggal. Adapun efek samping mengakibatkan kerusakan
kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.
c. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, nafsu makan hilang, kerontokan rambut
d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase, Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat
juga digabung dengan terapi endokrin lainnya.
10. Komplikasi
Kanker payudara bisa menjadi fatal jika menyebar ke bagian tubuh lainnya,
seperti paru-paru, hati, otak, dan lain-lain. Tindakan pengobatan juga
menyebabkan efek samping atau komplikasi yang merugikan termasuk :
a. Infeksi pada luka operasi
b. Pasien yang kelenjar getah beningnya di ketiak diangkat mungkin akan
merasakan pembengkakan lengan, rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan
kekakuan di bahu.
c. Pasien mastektomi yang otot-otot dinding di dadanya diangkat mungkin
akan mengalami keterbatasan gerak pada lengan mereka
d. Radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan rasa sakit di kulit, rasa
tidak nyaman dan pembengkakan pada payudara, atau kelelahan. Gejala-
gejala ini bisa berlangsung beberapa minggu pasca radioterapi
e. Selama tindakan kemoterapi, pasien lebih rentan terhadap infeksi bakteri
karena adanya pelemahan pada sistem kekebalan tubuh. Tindakan
pengobatan ini akan menyebabkan kerontokan rambut, muntah dan
kelelahan dalan jangka waktu yang singkat.
f. Terapi yang ditargetkan biasanya memiliki efek samping yang ringan,
namun bisa mempengaruhi fungsi jantung pada kasus-kasus tertentu yang
sangat jarang terjadi.
B. KONSEP KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah salah satu tipe terapi kanker yang menggunakan obat untuk
mematikan sel-sek kanker. Kemoterapi bekerja dengan menghentikan atau
memperlambat perkembangan sel-sel kanker, yang berkembang dan memecah belah
secara cepat. Namun terapi tersebut juga dapat merusak sel-sel sehat yang memecah
belah secara cepat, seperti sel pada mulut, usus atau menyebabkan gangguan
pertumbuhan rambut. Kerusakan terhadap sel-sel sehat merupakan efek samping dari
terapi ini. Seringkali efek samping tersebut membaik atau menghilang setelah proses
kemoterapi telah selesai.
Mekanisme obat kemoterapi adalah dengan mematikan atau menghambat
pertumbuhan sel-sel kanker. Sehingga muncul berbagai efek samping yang
disebabkan oleh karena efek obat kemoterapi pada jaringan atau sel yang sehat.
Penggunaan obat kemoterapi juga memberikan efek samping pada saraf, salah satu
gejala neuropati atau gangguan saraf akibat efek kemoterapi adalah kelemahan, krama
tau nyeri pada tangan atau kaki. Menurut (Yusra, 2018) efek samping kemoterapu ini
tentunya tidak selalu sama pada setiap orang. Seorang terkena kanker bisa saja
mengalami sakit yang luar biasa usai menjalani kemoterapi, sementara efek samping
yang muncul pada pasien lainnya mungkin tidak terlalu parah
1. Penggunaan Klinis Kemoterapi
Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis harus dipertimbangkan hal-hal
berikut: Tentukan tujuan terapi. Kemoterapi emiliki beberapa tujuan berbeda,
yaitu kemoterapi kuratif, kemoterapi adjuvant, kemoterapi neoadjuvant,
kemoterapi investigative.
a) Kemoterapi Kuratif
Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang
terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda dan
masing- masing efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan banyak
siklus, untuk setiap obat dalam formula tersebut diupayakan memakai
dosis maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, masa interval sedapat
mungkin diperpendek agar tereapai pembasmian total sel kanker dalam
tubuh.
b) Kemoterapi adjuvant
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum
operasi atau radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi
atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu kemoterapi
2-3 siklus dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna.
bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada waktu
bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap kemoterapi dan secara
dini menterapi lesi metastatik subklinis yang mungkin terdapat. Karena
kemoterapi adjuvan mungkin menghadapi resiko jika kemoterapi tidak
efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen
kemoterapi dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut.
c) Kemoterapi paliatif
Untuk kanker dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat paliatif,
hanya dapat berperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival.
Dalam hal ini dokter harus mempetimbangkan keuntungan dan kerugian
yang dibawa kemoterapi pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang
terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun atau memperparah
perkembangan penyakitnya
d) Kemoterapi Investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi
baru atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan obat atau
regimen baru dengan efektivitas tinggi toksisitas rendah, penelitian
memang diperlukan. Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas,
rancangan pengujian yang baik, metode observasi dan penilaian yang rinci,
dan perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika kedokteran. Kini sudah
terdapat aturan baku kendali mutu, disebut 'good clinical practice' (GCP).
2. Cara pemberian kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai cara :
a) Suntikan
Kemoterapi diberikan melalui suntukan ke dalam otot lengan, paha,
pinggul, atau di bawah lemak kulit pada lengan, tungkai, atau perut
b) Intra- arterial (IA)
Kemoterapi dimasukkan langsung ke pembuluh darah nadi (arteri) yang
memberi makan sel-sel kanker.
c) Intraperitoneal (IP)
Kemoterapi dimasukkan ke rongga peritoneal (area yang berisi organ
seperti usus, perut, hati, dan indung telur).
d) Intravenous (IV)
Kemoterapi dimasukkan dalam pembuluh darah balik (vena)
e) Topikal
Kemoterapi berbentuk krim dan dioleskan pada kulit
f) Oral
Kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau cairan yang dapat ditelan
3. Jenis-jenis obat kemoterapi pada pasien Ca Mammae
4. Hilang nafsu
makan
5. Rambut rontok
atau perubahan
warna kuku
7. Sembelit
2 Herceptin Herceptin (Trastuzumab) adalah Efek samping dari
antibody monoclonal yang Herceptin yaitu :
1. Kelelahan.
bekerja dengan cara berkaitan
2. Depresi ringan
reseptor HER 2. Herceptin atau mood
bekerja dengan cara depresi.
menghambat kerja reseptor 3. Sakit kepala.
4. Diare.
HER2 baik pada domain
ekstraseluler maupun intraseluler 5. Mual.
dari reseptor. Herceptin 6. Infeksi saluran
pernapasan atas
mengeblok reseptor dan
seperti flu
menghentikan aktifitas biasa.
pensinyalan intraselulernya. Dan 7. Stomatitis
(pembengkakan
secara otomatis menghambat
atau luka di
poliferasi dari sel kanker dalam bibir,
tersebut. mulut,
tenggorokan,
atau pipi).
8. Insomnia.
Terapi
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Infus NaCL 0,9% 100 cc IV Cairan infus digunakan
100cc/lini untuk menggantikan
cairan tubuh yang
hilang,mengoreksi
ketidakseimbangan
elektrolit,dan menjaga
tubuh agar tetap
terdehidrasi dengan baik
Dexametason tab 8 mg IV Dexametason adalah obat
anti inflamasi golongan
glukokortikoid yang
berperan dalam
mengurangi atau menekan
proses peradangan dan
alergi yang terjadi pada
tubuh
Diphenhydramine 10 mg/mL IV Diphenhydramine adalah
antihistamin dan obat
penenang terutama
digunakan untuk
mengobati
alergi,insomnia,dan gejala
flu biasa.
Sistenol 1 tab paracetamol Oral Sistenol adalah obat yang
500 mg dan
(paracetamol 500 digunakan sebagai
N-
mg dan N- acetylsisteine penurun demam yang
200mg
acetylsisteine disertai batuk pada gejala
200mg) influenza.sistenol
mengandung paracetamol
yang berfungsi sebagai
antipiretik sekaligus
analgetik di kombinasikan
dengan Acetylcysteine
yang berfungsi untuk
mengurangi viskositas
dahak
Dexametason 20 mg IV Dexametason adalah obat
anti peradangan untuk
mengatasi kondisi seperti
radang kulit,alergi,radang
sendi,dan autoimun.
Ondancentron 8 mg IV Ondansetron digunakan
untuk mencegah mual dan
muntah yang disebabkan
oleh kemoterapi
kanker,terapi radiasi dan
pembedahan.obat ini juga
digunakan untuk
menangani gastroenteritis
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan alat, 4 :
tergantung total
e. Latihan
a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan mampu untuk melakukanaktifitas
secara mandiri sehari-hari contohnya bekerja, menyapu
b. Saat sakit : Pasien mengatakan saat sakit aktifitasnya terbatas, dikarenakan
mudah merasa lemas saat beraktifitas
f. Pola kognitif dan persepsi
Pasien sudah mengetahui penyakit yang dideritanya saat ini. Pasien
mengatakan sudah diberikan penjelasan oleh dokter dan perawat mengenai
penyakitnya saat ini. Pasien mengatakan bahwa penyakit yang di deritanya
merupakan penyakit medis bukan penyakit non medis
g. Pola persepsi- konsep diri
a) Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari sakitnya agar
cepat pulang ke rumah
b) Harga diri : Pasien mengatakan tidak merasa malu dengan sakit yang
dideritanya saat ini
c) Peran diri : Pasien mengatakan dirumah ia menjadi seorang ibu bagi anak
nya
d) Identitas diri : Pasien mengatakan namanya Ayu berjenis kelamin
perempuan
h. Pola tidur dan istirahat
a) Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan pola tidur.
Pasien tidur kurang lebih selama7-8 jam. Pasien mengatakan tidurnya
cukup dan nyenyak
b) Saat sakit : Pasien mengatakan saat sakit tidurnya kurang nyenyak. Pasien
mengatakan tidur kurang lebih 5-6 jam dan terkadang bangun di malam
hari karena merasa nyeri di bagian payudaranya
i. Pola peran hubungan
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa berinteraksi dengan kerabat keluarga maupun
lingkungan sekitar dengan baik
b) Saat sakit
Pasien mengatakan biasa berinteraksi dengan baik bersama keluarga.
Namun perannya sebagai ibu sangat terganggu karena penyakit yang
dideritanya saat ini, namun keluarga tetap selalu mendukung dan
memberikan semangat untuk pasien agar cepat sembuh
j. Pola seksual- reproduksi
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah terkait reproduksi
k. Pola toleransi stress- koping
Pasien mengatakan jika ia sedang neniliki masalah maka akan bercerita
dengan keluarganya, agar oa dapat mencari solusi terbaik untuk memecahkan
masalahnya
l. Pola nilai kepercayaan
Pasien beragama hindu, pasien mengatakan biasanya sembahyang di malam
hari, dan apabila ada hari suci pasien biasanya pergi sembahyang ke pura
dengan keluarganya. Namun saat ini pasien hanya dapat berdoa di tempat tidur
5. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Pasien tampak lemas
Tingkat kesadaran : Komposmentis
GCS : E : 4, V : 5, M : 6
2) TTV :
Nadi = 100x/mnt
Suhu =36,0 ˚c
TD = 144/93 mmHg,
RR =20x/mnt,
Saturasi : 94%
3) Kepala
Inspeksi : Kepala simetris, kulit kepala sedikit kotor, tidak ada ketombe, tidak
ada lesei, persebaran rambut merata.
Palpasi : Tidak ada benjolan di area kepala dan tidak ada nyeri tekan
4) Mata
Inspeksi : Mata tampak simetris, persebaran bulu mata merata, palpebra
normal, sclera tidak ikterik, pupil isokor, ada kantung mata
Palpasi : Tidak ada benjolan di sekitar mata, tidak ada nyeri tekan
5) Telinga
Inspeksi : Telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
6) Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, persebaran silia merata, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
7) Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, mukosa lembab, gigi lengkap, ada sedikit karies,
tidak ada stomatitis, lidah bersih
8) Leher
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, leher simetris, tidak ada
lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
9) Payudara
Inspeksi : Payudara tidak simetris, payudara kanan berwarna kemerahan, kulit
payudara mengkerut seperti kulit jeruk
Palpasi : Terdapat benjolan pada payudara kanan, payudara memadat seperti
buah apel, terdapat nyeri tekan
10) Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, irama napas normal, tidak
terdapat retraksi otot dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi : Suara perkusi paru sonor
Auskultasi : Suara normal paru vesikuler
11) Jantung
Inspeksi : Tidak ada bekas luka disekitar area jantung
Palpasi : Tidak ada benjolan di area jantung dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara perkusi jantung dullnes
Auskultasi : Suara auskultasi jantung lub dub S1 S2 tunggal
12) Ekstremitas
Atas : Kedua tangan terlihat simetris, tugor kulit tidak elastis,
CRT kurang dari 3 detik, warna kulit sawo matang, kedua
tangan pasien tampak lemah
a. Atas : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, tidak ada edema,
terpasang infus pada tangan kiri
b. Bawah : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema
13) Integumen
Inspeksi : kulit sawo matang, turgor kulit elastis, tidak ada lesi, tidak ada
bekas luka
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
14) Genetalia : tidak terkaji
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lab 29 Juni 2021
7. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Genetik, hormone, makanan, Ansietas
1. Pasien mengatakan radiasi, usia
merasa khawatir
dengan kondisinya Sel menjadi abnormal
saat ini
Poliferasi sel-sel maligna dal
2. Pasien mengatakan
am payudara
sulit untuk
berkonsentrasi
Ca Mamae
DO :
1. Pasien tampak
Mendesak jaringan sekitar
gelisah
2. Pasien tampak
Menekan jaringan payudara
tegang
Peningkatan konsistensi
payudara
Cemas
2. Q : Pasien mengatak
Poliferasi sel-sel maligna dal
an nyeri terasa sepert
am payudara
i ditusuk-tusuk
3. R : Pasien mengatak
Ca Mamae
an nyeri pada payuda
ra bagian kanan
Pembedahan
4. S : Pasien mengataka
n nyeri berada pada s Terputusnya jaringan
kala 6 (0-10)
5. T : Pasien mengataka Nyeri akut
n nyeri dirasakan ter
us menerus dan tamb
ah memberat saat me
nggerakkan badan
DO :
1. Pasien tampak merin
gis
2. Tampak terdapat luk
a operasi tertutup hy
pafix pada payudara
kanan, dan terpasang
surgical drain dengan
produksi drain
berwarna merah,
dengan volume
sekitar 150 cc.
DS : - Genetik, hormone, makanan, Resiko Infeksi
DO : radiasi, usia
1. Tampak luka operasi
pada payudara kanan Sel menjadi abnormal
Pembedahan
Resiko Infeksi
8. Diagnosa
1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap krisis situasional ditandai
dengan pasien merasa khawatir dengan kondisinya, sulit untuk
berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang dan sulit tidur.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
9. Intervensi
Rencana Perawatan Ttd
No
Tujuan dan Kriteria H
Dx Intervensi Rasional
asil
10. Implementasi
11. Evaluasi