Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA

DISUSUN OLEH :

NAMA KELEOMPOK I :
1. AGNES YANADA (12114201190004)
2. ALFA TASIDJAWA (12114201190005)
3. ALFREDO SIAHAYA (12114201190006)
4. ALMA KAMANSA (12114201190009)
5. ANDARIAS KOBAWON (12114201190014)
6. ANJELI SAILATU (12114201190018)

FRALKUTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Ca mammae atau carcinoma mammae yaitu sebuah keganasan yang
sudah berasal dari sebuah sel kelenjar ,saluran kelenjar dan pada jaringan
dengan penunjang payudara. Ca mammae adalah sejenis tumor ganas yang
sudah tumbuh di dalam jaringan sel di payudara. Kanker ini bisa mulai
tumbuh yaitu di dalam kelenjar payudara seseorang, saluran payudara, di
jaringan lemeak maupun ada di jaringan ikat pada sebuah payudara.
(medicastore, 2011). Ca mammae adalah yaitu suatu penyakit dari
pertumbuhan sel, akibat dari adanya onkogen yang dapat juga menyebabkan
sebuah sel normal akan menjadi sebuah sel kanker di dalamjaringan payudara
seseorang (karsono, 2010).
Ca mammae adalah yaitu dimana sekelompok sel yang tidak normal
pada payudara seseorang yang terus tumbuh dan akan berlipat ganda. Dan
pada akhirnya semua sel-sel ini terus akan menjadi bentuk sebuah benjolan di
payudara. Dan jika sebuah benjolan kanker itu tidak bisa di buang atau tidak
terkontrol,sel-sel kanker bisa menyebar (bermestastase) pada sebuah
bagianbagian tubuh yang lain dan nantinya juga akan dapat mengakibatkan
kematian. Metasase bisa juga terjadi yaitu pada sebuah kelenjar getah bening
pada ketiak atau pun bisa juga yaitu diatas tulang belikat. Selain itu pada
selsel kanker juga bisa bersarang di dalam tulang, bisa juga di paru-paru, di
hati kulit dan di bawah kulit dan kanker payudara merupakan sebuah penyakit
yang bisa juga disebabkan karna terjadiya pembelahan sebuah sel-sel di dalam
tubuh seseorang secara tidak teratur dan sehingga pada pertumbuhan sel juga
tidak dapat dikendalikan dan dia akan tumbuh menjadi sebuah benjolan atau
tumor (kanker) dari sel tersebut (brunner dan suddarth 2011 ). Ca mamae
adalah yaitu sekelompok sel yang tidak normal pada sebuah payudara akan
dan terus menerus tumbuh akan berupa ganda. Metastase bisa juga terjadi
pada sebuah kelenjar getah bening atau (limfe) di ketiak ataupun bisa juga
diatas tulang belikat. Dan selain itu kanker juga akan bisa bersarang di dalam
tulang, di paru-paru, di hati dan kulit (erik t,2012).

B. EPIDEMIOLOGI
Perkiraan jumlah kasus kanker payudara mencapai 1,7 juta kasus dan
jumlah kematian hingga 521.900 jiwa di tahun 2012. Separuh kasus kanker
payudara dan hampir 38% jumlah kematian akibat kanker payudara
ditemukan di negara maju seperti amerika serikat, inggris, australia, selandia
baru, dan beberapa negara di eropa utara dan barat.
menurut data globocan yang terbaru, sejak tahun 2021 kanker
payudara telah menjadi kanker terbanyak di dunia dengan insidensi yang
melebihi kanker paru, yang sebelumnya merupakan kanker terbanyak selama
2 dekade. Kanker payudara mencakup 12% dari total kasus kanker baru tiap
tahun. Menurut perkiraan, sekitar 2,3 juta kasus kanker payudara baru
dilaporkan tiap tahun.
Sistem registrasi kanker payudara masih berada pada level subnasional
menyebabkan sulitnya menentukan perubahan insidensi kanker payudara,
prognosis dan evaluasi program skrining kanker payudara  di indonesia.
Berdasarkan registrasi berbasis patologi, insidensi relatif kanker payudara
mencapai 11-12 kasus baru per 100.000 penduduk berisiko.

C. PENYEBAB ATAU FAKTOR RESIKO


Menurut ( aji, 2010),penyebab ca mammae yaitu:
1. Genetika
a. Adanya kecenderungan pada suatu keluarga tertentu yang lebih
banyak mengalami gangguan kanker payudara daripada anggota
keluarga sehat yang lain.
b. Pada kembar suatu dari monozygote, dan juga terdapat kanker
penyakit yang sama.
c. Tardapat kesamaan dan juga lateralisasi pada kanker buah dada dan
juga pada keluarga terdekat dari orang yang menderita kanker
payudara itu
d. Seseorang dengan klinifelter akan menapat kemungkinan lebih dari 66
kali dari pada seorang pria normal atau dari jumlah angka terjadinya
2%
2. Hormon
a. Kanker payudara yang umumnya sering terjadi pada wanita, dan
kejadian pada laki-laki akan kemungkinannya sangatlenih kecil.
b. Insiden ini akan jauh lebih tinggi terjadi pada wanita yang usianya
diatas 35 tahun.
c. Saat ini pengobatan dengan menggunakan terapi hormon yang
hasilnya sangat memuaskan.
3. Virogen
Yaitu yang baru dilakukan percobaan atau experimennya pada seorang
manusia dan hasilnya belum terbukti.
4. Makanan
yaitu yang terutama makanan yang sangat banyak mengandung dan
terkandung lemak.

5. Radiasi
Daerah dada terapi ini sudah cukup lama diketahui oleh orang, tspi radiasi
juga akan dapat menyebabkan kejadian mutagen.
menurut (tasripiyah,2012), factor resiko kanker payudara yaitu:
a. Usia seseorang yang diatas umur 40 tahun.
b. Mempunyai riwayat kanker pada payudara oleh individu atau
keluarganya.
c. Mengalami menstruasi pada saat usia yang muda/usia dini.
d. Menopause pada seseorang usia lanjut.
e. Seseorang yang tidak mempunyai anak dan bisa juga mempunyai anak
yang pertama pada usia yang sudah lanjut.
6. Dalam penggunaan bahan esterogen ekserogen dengan jangke panjang.
7. Seseorang yang memounyai riwayat penyakit fibrokistik.
8. Mengalami kanker endometrial, dan kanker ovarium atau bisa juga kanker
kolon Akan tetapi hanya 25% wanita yang mengalami kanker payudara
mempuyai beberapa faktor resiko ini. Karna itu salah satu faktor resiko yang
paling penting adalah wanita. Beberapa penelitian telah menunjukan
hubungan dengan diet di antara beberapa pemasukan yang tinggi lemak, bisa
juga kegemukan dan akan bisa juga terjadinya penyakit kanker payudara,
tetapi antara hubungan ini juga belum di ciptakan penemunya secara pasti
(tasripiyah, 2012).

D. MANIFESTASI KLINIS
Fase awal kanker seseorang payudara asimptomatika atau disebut juga
(tanpa sedikitpun ada tanda dan gejalanya). Tanda awal yang paling sangat
banyak terjadi yaitu adalah adanya sebuah benjolan atau adanya penebalan
pada kulit payudara. Dan kebanyakan 90% ditemukan dari seorang wanita itu
sendiri, dan akan tetapi ditemukan secara kebetulan saja atautidak dengan
menggunakan atau tidak melakukan pemeriksaan pada payudara sendiri atau
disebut (sadari) (tasripiyah, 2012)
Tanda dan gejala yang lanjut dari penyakit kanker payudara yaitu
meliputi kulit yang sekung atau disebut juga (lesung), berbentuk retraksi atau
bisa juga deviasi puting susu, nyeri daat ditekan atau di rabas khususnya akan
berdarah dari puting. Kulit peau d’orange, kulit tebal dengan pori-pori yang
sering menonjol dan berbentuk sama dengan kulit jeruk, dan juga atau ulserasi
pada kulit di payudara keduanya dan juga merupakan tanda yang sudah lanjut
dari penyakit (tasripiyah,2012)
menurut (tasripiyah,2012) tanda dan gejala ca mammae antara lain yaitu
sebagai berikut ini :
a. Adanya benjolan yang terasa sangat keras di bagian payudara
b. Bentuk puting berubah (bisa masuk kedalam atau sering terasa sangat
sakit terus menerus), mengeluarkan cairan/ darah
c. Ada banyak perubahan pada permukaan kulit payudara yaitu
diantaranya terlihat berkerut, seperti iritasi, dan juga seperti kulit jeruk
d. Adanya benjolan-benjolan kecil
e. Payudara terasa panas,memerah dan bengkak
f. Adanya luka di bagian payudara yang sulit untuk disembuhkan
g. Teraa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan penyebab sakit karena
mengalami kanker, tapi juga tetap harus di waspada)
h. Terasa akan sangat gatal pada bagian didaerah sekitar seputaran puting
i. Benjolan yang sangat keras itu tidak akan bisa bergerak atau
(terfiksasi) dan hanya saja biasanya pada awal-awalnya mengalamiitu
tidak ada terasa rasa sakit. Apabila sebuah benjolan itu kanker, maka
awalnya biasanya hanya saja terdapat pada 1 payudara
E. PATOFISOLOGI
Gen (kembar monozygote Hormon (penggunaan Makanan (makanan Radiasi (marangsang
yang terdapat kanker obat anti konseptiva uang mengandung pertumbuhan sel
payudara, ibu yang oral/hormon estrogen, lemak) abnormal kanker)
mempunyai tiwayat kanker
jangka panjang)
payudara)

Hiperplasia Sel

Carsinoma in Situ

Stroma jaringan ikat


disekitar sel diinvasi oleh
sel

Carcinoma Mammae

Mammae bengkak Mendesak ke suatu


sel saraf hipoksia

Massa tumor Metastasis mengalami Interup


mendesak padasi sel Necrose
pada tulang
jaringan

Perfusi pada MK : Nyeri yang


Aktivitas
jaringan terganggu Kronik
terganggu Bacteri patogen

Mengalami ulkus MK : Gangguan


Mobilitas Fisik
MK : Resiko Infeksi

MK : Gangguan Kebersihan diri


Integriras kulit terganggu
F. KOMPLIKASI
1. Gangguan neurovaskuler
2. Metastasis : otak, di hati, pada tulang tengkorak, di vertebra, di iga,
dan juga tulang panjang
3. Terjadi fraktur patologi
4. Akan mengalami fibrosis payudara
5. Juga akan mengalami mkematian

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kanker payudara dapat berupa pembedahan, radioterapi,
kemoterapi, terapi target, maupun terapi hormonal.

1. Pembedahan
Tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk kanker payudara adalah
biopsi eksisi dengan lokalisasi lesi, mastektomi radikal, breast
conserving surgery, serta rekonstruksi payudara dan dinding dada.
 Biopsi eksisi dengan lokalisasi lesi
Biopsi eksisi dengan lokalisasi lesi dilakukan dengan mengangkat
seluruh jaringan kanker dan menyisakan tepi jaringan tampak sehat
dibantu metode mamografi dan lokalisasi lesi oleh sebuah kawat yang
dilabel secara radiasi yang ditempatkan dekat dengan lokasi lesi.
 Mastektomi radikal
Mastektomi radikal dapat dilakukan dengan metode halstedt maupun
modifikasi patey. Metode halstedt dilakukan dengan mengangkat
seluruh jaringan payudara, kulit, kompleks puting-areola, m. Pectoralis
mayor dan minor, serta kelenjar getah bening level i, ii, dan iii. Pada
metode modifikasi patey, m. Pectoralis mayor dan n. Pectoralis lateral
tetap dipertahankan.
 Breast conserving surgery
Breast conserving surgery memerlukan reseksi lesi kanker primer
dengan margin jaringan yang tampak sehat, terapi radiasi ajuvan, dan
penilaian status kelenjar getah bening regional.
 Rekonstruksi payudara dan dinding dada
Rekonstruksi payudara dan dinding dada dapat menjadi pilihan pada
kasus dengan pengangkatan jaringan kulit dan subkutan yang massif

2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai penatalaksanaan, ajuvan,
maupun terapi paliatif kanker payudara. Sebagai tata laksana,
radioterapi dapat digunakan pada berbagai stadium kanker, bergantung
pada pilihan pembedahan yang akan dilakukan, apakah breast
conserving surgery atau mastektomi. Radiasi pengion ditargetkan pada
dna sel (terutama sel kanker) sehingga terjadi kerusakan dna yang
ireversibel dan berujung pada kematian sel kanker.
Pada pasien yang menjalani breast conserving surgery dapat
dilakukan iradiasi payudara parsial dengan teknik brakiterapi, terapi
radiasi sinar eksternal, maupun intensity-modulated radiation
therapy dan hanya dapat dilakukan pada skenario uji klinis prospektif
di senter tertentu saja.
Terapi radiasi ajuvan (setelah pembedahan) bertujuan untuk
menurunkan angka rekurensi kanker dan biasanya dilakukan pada
kanker payudara stadium iiia dan iiib. Terapi radiasi juga dapat
digunakan sebagai terapi paliatif, misalnya pada kasus kanker
payudara dengan metastasis ke otak di mana agen kemoterapi
memiliki efikasi yang terbatas.
3. Kemoterapi
Sebelum kemoterapi, perlu dilakukan stratifikasi risiko berdasarkan
luaran kesintasan tanpa penyakit (disease free survival/dfs) dan
kesintasan umum (overal survival/os). Stratifikasi risiko
mempertimbangkan usia pasien, komorbiditas, ukuran
tumor, grade tumor, jumlah kelenjar getah bening yang terlibat, serta
status reseptor estrogen.

 Kemoterapi ajuvan
kemoterapi ajuvan bertujuan untuk menurunkan tingkat rekurensi dan
kematian 15 tahun setelah terapi. Kemoterapi ajuvan disarankan pada
wanita dengan kanker payudara yang memiliki karakteristik prognosis
yang kurang baik seperti adanya invasi pembuluh darah atau kelenjar
getah bening, grade inti tumor yang tinggi, grade histologik yang
tinggi, ekspresi her-2/neu yang tinggi, ukuran tumor > 1 cm, serta
status reseptor hormon negatif. Pilihan regimen kemoterapi ajuvan
untuk kanker payudara yang telah terbukti bermanfaat secara klinis
dibedakan berdasarkan ekspresi her-2/neu.
4. Terapi biologis / terapi targe

 Terapi biologis/terapi target untuk kanker payudara dilakukan dengan


menggunakan trastuzumab (herceptin). Obat ini merupakan antibodi
monoklonal terhadap her-2/neu yang menekan efek her-2/neu terhadap
progresivitas kanker payudara. Walau demikian, penelitian lanjutan
menemukan bahwa penggunaan trastuzumab yang dikombinasikan
dengan paclitaxel pada kanker payudara dengan her-2/neu negatif
meningkatkan respon patologi komplit dari 25% menjadi 66,7%.
 Saat ini, trastu zumab digunakan sebagai terapi ajuvan pada pasien
kanker payudara dengan her-2/neu positif, metastasis ke kelenjar getah
bening, atau pada pasien kanker payudara risiko tinggi tanpa
penyebaran kelenjar getah bening. Trastuzumab sebaiknya tidak
digunakan bersama dengan antrasiklin karena peningkatan risiko
disfungsi jantung yang serius.

5. Terapi hormonal
Terdapat 3 pilihan terapi hormonal yang dapat digunakan
untuk kanker payudara, yaitu tamoxifen, terapi supresi ovarium, dan
inhibitor aromatase.

 Tamoxifen

Tamoxifen bekerja dengan mengikat reseptor estrogen di


sitosol dan menghambat masuknya estrogen oleh jaringan
payudara. Obat ini menunjukkan perbaikan klinis pada > 60%
pasien dengan status reseptor estrogen positif (er+) dan hanya
<10% pada pasien dengan status reseptor estrogen negatif (er-).
Terapi tamoxifen selama 5 tahun juga terbukti menurunkan
mortalitas akibat kanker payudara hingga 30% dalam evaluasi
selama 15 tahun.

Tamoxifen patut dipertimbangkan pada wanita dengan dcis


(ductal carcinoma in situ) dengan er+ untuk menurunkan risiko
rekurensi pasca breast conserving surgery dan menurunkan
risiko kanker payudara invasif serta kanker pada payudara
kontralateral.

 Terapi supresi ovarium


Terapi ini bertujuan menginduksi menopause yang reversibel
dengan penghentian sementara produksi estrogen oleh ovarium
pada wanita premenopause dengan pemberian agonis gnrh
(gonadotropin-releasing hormone). Penggunaan agonis gnrh
menunjukkan manfaat yang sama dengan kemoterapi regimen
cmf sehingga merupakan alternatif kemoterapi ajuvan pada
wanita dengan kanker payudara stadium awal, berusia di
bawah 40 tahun, yang terseleksi dan tanpa karakteristik kanker
payudara risiko tinggi.
Terapi supresi ovarium cocok untuk kanker payudara dengan
er+ dan status reseptor progesteron positif (pr+), her-2/neu
negatif, dan memiliki keterlibatan kelenjar getah bening yang
minimal.
 Inhibitor aromatase
Setelah menopause, estrogen dibentuk terutama oleh jaringan
lemak dengan bantuan enzim aromatase. Mekanisme ini
mendasari penggunaan inhibitor aromatase pada kelompok
populasi pasien kanker payudara pasca menopause. Inhibitor
aromatase merupakan terapi ajuvan lini pertama pada wanita
dengan kanker payudara pasca menopause atau lini kedua
pasca terapi tamoxifen ajuvan selama 1 atau 2 tahun.
Penggunaan inhibitor aromatase generasi ketiga seperti
anastrozole dan letrozole menurunkan tingkat rekurensi lokal
dan jauh kanker payudara.
6. Imunoterapi
Imunoterapi merupakan metode pengobatan yang tergolong baru
untuk kanker payudara. Pengobatan ini baru disetujui oleh fda pada
tahun 2019. Obat-obatan yang digunakan dalam imunoterapi
menggunakan mekanisme antibodi monoklonal dan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan alami tubuh melawan kanker. Di
indonesia, beberapa agen imunoterapi seperti trastuzumab dan
pertuzumab telah disetujui penggunaannya untuk terapi kanker
payudara tertentu.

7. Terapi paliatif
Terapi paliatif bukan bertujuan untuk menyembuhkan kanker payudara
yang dialami tetapi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Cakupan pelayanan paliatif meliputi layanan psikososial,
rehabilitasi, dan upaya untuk mengurangi efek samping seperti nyeri,
dispnea, dan ansietas.
 Terapi paliatif nyeri
Analgesik opioid seperti morfin bisa diberikan dengan dosis
titrasi untuk menyeimbangkan efek analgesia dan efek samping
seperti kebingungan, mual, gatal, atau sembelit. Jika nyeri
merupakan nyeri neuropatik, dokter bisa memberikan
antikonvulsan seperti diazepam dan lorazepam.
 Terapi paliatif dyspnea
Terapi paliatif dispnea bisa berupa terapi farmakologis maupun
nonfarmakologis. Contohnya adalah mendudukkan pasien
dengan posisi tegak, melakukan drainase bila terjadi efusi
perikardial, memberikan oksigen lewat face mask, atau
memberikan opioid yang sesuai.
 Terapi paliatif ansietas
Benzodiazepin short-acting seperti lorazepam atau alprazolam
dapat diberikan bila perlu. Benzodiazepin long-acting seperti
diazepam biasanya disediakan untuk pasien yang mengalami
kegagalan dosis akhir. Midazolam berguna untuk
mengendalikan kecemasan dan agitasi pada fase terminal
penyakit. Intervensi nonfarmakologis termasuk psikoterapi
suportif dan intervensi perilaku juga dapat dipertimbangkan.
ASUHAN KEPERAWATAN
“ KANKER PAYUDARA”

KASUS
Ny. D berusia 54 tahun, seorang IRT, masuk RS dengan diagnosa medis
Carcinoma Mammae stadium IIIB + abses payudara. Klien masuk RSHS Hasan
Sadikin Bandung melalui Poliklinik bedah hari Kamis, 1 Mei 2017 pukul 21.00
WIB dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kanan yang telah pecah
sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, menimbulkan luka dengan diameter ± 13
cm dan lebar 10 cm, mengeluarkan cairan berupa nanah dan darah, berbau tidak
sedap, klien juga mengeluh nyeri yang terasa seperti ditusuk-tusuk, dan terjadi
penurunan berat badan. Klien sebelumnya pernah dirawat di rawat di rumah sakit
pada bulan Maret 2017 dengan diagnosa CKD. Klien tidak memiliki anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit menular atau penyakit keturunan
lainnya. Saat dilakukan pengkajian pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2017, klien
mengatakan payudara kanannya masih terasa nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri
hilang timbul dan meningkat pada malam hari, Klien mengatakan nyeri dengan skala
nyeri 5-6, nyeri dirasakan selama lebih kurang 2 menit, nyeri terasa menjalar ke
ketiak dan lengan kanan. Luka pada payudara juga mengeluarkan nanah dan darah
serta berbau tidak sedap, klien mengatakan susah untuk susah tidur karena nyeri pada
payudaranya. Nafsu makan klien kurang dan hanya menghabiskan 4-5 sendok makan
dari porsi diit yang disediakan, klien juga mengatakan berat badannya turun drastis
dalam 5 bulan terakhir. Klien mengatakan dirinya menyadari ada kelainan pada
payudara kanannya sejak ± 1 tahun yang lalu, pada payudara terdapat benjolan dan
kulitnya berkerut. Tetapi karena tidak terasa sakit dan tidak mengganggu klien
mengabaikannya sampai pada 5 bulan yang lalu benjolan tersebut pecah dan
mengeluarkan cairan berupa nanah dan darah. Saat benjolan tersebut pecah klien
tidak langsung ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan penyakitnya. Klien haid
pertama kali pada usia 9 tahun, dengan siklus haid teratur, klien belum menikah, dan
telah menopause pada usia 53 tahun. Ketika sakit klien diberi diet MB TKTP 1200
kkal 3x dalam sehari, klien minum 1-2 gelas kecil (250 ml) dalam sehari. Klien
mengatakan BAB 1x sehari berwarna kuning kecoklatan dengan konsistensi agak
keras dan BAK kurang lancar dengan frekuensi 3-5x sehari, berwarna pekat seperti
teh. Klien mengatakan sulit tidur akibat nyeri yang terasa pada payudaranya dan
sering terbangun di malam hari. Klien dapat beraktivitas secara mandiri. klien terlihat
agak cemas namun masih dalam batas wajar. Hasil pemeriksaan hematologi tanggal
22 Mei 2017 yaitu, Hb 10.2 g/dl (12-16 g/dl), Leukosit 10.540/mm (5.000-10.000),
Trombosit 413.000/mm (150.000-400.000), Hematokrit 32% (wanita 37-43), PT 9.8
dtk(10.0-13.60) APTT 34.7 dtk (29.20-39.40), INR 0.91(<1.2). Hasil pemeriksaan
kimia klinik tanggal 22 Mei 2017, yaitu total kolesterol 204 mg/dl (<200), HDL-
kolesterol 40 mg/dl (>66), LDL-kolesterol 137 mg/dl (<150), trigliserida 134 mg/dl
(<150), Globulin 3.6 g/dl (1.3-2.7).

A, PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Ny.D
Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : IRT
Diagnosa medis : carcinoma mammae stadium IIIB + abses payudara

b. Keluhan utama
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal kamis, 1 mei 2017 pukul 21.00 WIB dengan
keluhan terdapat benjolan pada payudara kanan yang telah pecah sejak
5 bulan sebelum masuk rumah sakitb, menimbulkan luka dengan
diameter ± 13 cm dan lebar 10 cm, mengeluarkan cairan berupa nanah
dan darah, berbau tidak sedap, klien mengeluh nyeri terasa seperti di
tusuk-tusuk dan terjadi penurunan berat badan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dirinya menyadari ada kelainan pada
payudara kanannya sejak ± 1 tahun yang lalu, pada payudara terdapat
benjolan dan kulitnya berkerut. Tetapi karena tidak terasa sakit dan
tidak menganggu klien mengabaikannya sampai pada 5 bulan yang
lalu benjolan tersebut pecah dan mengeluarkan cairan berupa nanah
dan darah.saat benjolan tersebut pecah klien tidak langsung ke
pelayanan kesehatan untuk memeriksakan penyakitnya. Klien haid
pertama kali pada usia 9 tahun, dengan siklus haid teratur, klien belum
menikah, dan telah menopause pada usia 53 tahun.
Klien sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit pada bulan
maret 2017 denagan diagnosa CKD.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit menular atau penyakit keturunan lainnya.

c. Kesehatan fungsional
1. Aspek fisik – biologis
a) Nutrisi
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 3 kali shari, nasi,lauk, dan
sayur
 Selama sakit
Pasien diberi diet MB TKTP 1200 kkal 3 kkal dalam
sehari, klien minum 1-2 gelas kecil (250 ml) dalam
sehari.
Nafsu makan klien dan hanya menghabiskan 4-5
sendok makan dari porsi siet yang di sediakan
b) Pola eliminasi
 Sebelum sakit
pasien mengatakan BAK 5x sehari, BAB 1x sehari
dengan konsistensi lembek dan warna kuning.
 Selama sakit
Pasien mengatakan BAK kurang lancar dengan
frekuensi 3-5x sehari, BAB 1x sehari berwarna kuning
kecoklatan dengan konsistensi agak keras.

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : lemas, AGAK CEMAS
2) Berat badan : tidak dapat dikaji
3) Tinggi badan : tidak dapat dikaji
4) Skala nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P : pasien mengatakan nyeri dengan skala 5-6 di payudara kanan, Q
:terasa seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul,R: payudara kanan, T :
setiap malam hari

5) Kulit
Kulit bersih warna sawo matang,tidak ada sianosis
6) Kepala
Bentuk simetis, rambut dan kulit kepala bersih,telingan simetris.

7) Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
8) Dada
 Inspeksi
Bentuk dada tidak simetris karena ada luka akibat
pecah benjolan
Di payudara kanan terdapat luka yang mengeluarkan
cairan nanah dan darah
 Auskultasi
Vesikuler
 Perkusi
Sonor
 Palpasi
Terdapat benjolan pada payudara kanan,terasa nyeri,
tidak simetris, ada nyeri hilang timbul seperti di tusuk-
tusuk
9) Punggung
Tidak ada nyeri punggung
10) Abdomen
 Inspeksi
Warna kulit sawo matang, simetris, tidak ada bekas
luka
 Auskultasi
Tidak dapat dikaji
 Perkusi
Terdengar redup
 Palpasi
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
11) Panggul
Tidak ada nyeri panggul
12) Genetalia
Genetalian pasien bersih, dan tidak mengeluarkan cairan yang
berlebihan

e. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaaan hematologi

Tanggal Jenis Hasil (satuan)


pemeriksaan pemeriksaan
22 mei 2017 HB 10.2 g/dl (12-16
g/dl)
Leukosit 10.540/mm
(5.000-10.000)
Trombosit 413.000/mm
(150.000-
400.000)
Hematokrit 32% (wanita 37-
43)
PT 32% (wanita 37-
43)
APTT 34.7 dtk (29.20-
39.40
INR 0.91(<1.2)

b. Pemeriksaan kimia klinik

Tanggal pemeriksaan Jenis pemeriksaan Hasil (satuan)


22 mei 2017 kolesterol 204 mg/dl
(<200)
HDL-kolesterol 40 mg/dl (>66)
LDL-kolesterol 137 mg/dl
(<150)
trigliserida 134 mg/dl (<150
Globulin 3.6 g/dl (1.3-
2.7).

Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan payudara - Terdapat luka pada payudara
kanan terasa nyeri seperti di kanan klien yang mengeluarkan
tusuk-tusuk, nyeri hilang timbul nanah dan darah serta berbau
dan meningkat pada malam hari tidak sedap
- Klien mengatakan nyeri dengan - Nafsu makan klien menurun
skala nyeri 5-6 selama 2 menit dan hanya menghabiskan 4-5
yang menjalar ke ketiak dan sendok makan dari porsi diet
lengan kanan yang di sediakan
- Klien mengatakan susah tidur - Klien terlihat agak lemas
karena nyeri pada payudara namun masih dalam batas
- Klien mengatakan berat badannya wajar
turun drastis selama 5 bulan - Klien dapat beraktivitas secara
terakhir mandiri.
- Klien mengatakan menyadari
kelainan pada payudara kanan
kurang lebih 1 tahun yang lalu
- Klien mengatakan sempat diberi
diet MB TKTP 1200 kkal 3x
sehari
- Klien mengatakan setelah diberi
diet tersebut ia BAB 1x sehari
berwarna kuning kecoklatan &
konsistensi agak keras, BAK
kurang lancar 3-5x sehari
berwarna pekat seperti teh.

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds:
Klien mengatakan nyeri pada payudara Kerusakan gangguan Rasa nyaman :nyeri
sebelah kanan seperti di tusuk-tusuk jaringan

Do:
Terdapat luka pada payudara kanan
klien yang mengeluarkan nana dan darah
serta berbauh tidak sedap
2. Ds:
Klien mengatakan nyeri dengan skala Ketidak mampuan Ansietas
nyeri 5-6 selama 2 menit yang menjalar mengenal penyakit
ke ketiak dan lengan kanan

Do:
Nafsu makan klien menurun dan hanya
menghabiskan 4-5 makan dan porsi diet
yang di sediakan
3. Ds :
Klien mengatakan setelah di beri diet
tersebut ia BAB 1 kali sehari berwarna
kuning kecoklatan dan konsistensi agak
keras, BAK kurang lancar 3-5 kali sehari
berwarna pekat seperti teh

Do:
Klien dapat beraktivitas secata mandiri

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor mekanik
(tekanan jaringan mamae)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient kejaringan
4. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi,prognosis,dan serta
pengonatan penyaklitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
Daftar pustaka
Aji, m. Corrigon gorski, l,hanskin (2010).infusion nursing: an evidence-based
approach. 3rd. Ed.louis, missouri: saunders elsevier beschan, m., dayrit, m. W.,
siswadi. Y. (2010).klien gangguan metastasis tulang:seri asuhan keperawatan jakarta:
egc. California correctional bone care service (2012) depkes. (april 2011). Masalah
keperawatan carcinoma mammae. Juni,2013.
Http://www.depkes.go.id/downloads/masalah keperawatan.pdf gambar mammae, di
unduh pada tanggal 30 juni 2019 https://www.plengdut.com/mammae-anatomi-
mammae-dan-fungsi-mammae/11476 hernawati aj 2009. Faktor-faktor resiko ulkus
dekubitus (studi ruang penyakit dalam rumah sakitpada umum didaerah kota
semarang. 27 juni 2010. Http://www.fkm.undip.ac.id/data index,php?
action=4&idx=3222.
Https://www.plengdut.com/wp-content/uploads/2019/1/kulit.png ld rybak, d l
rosenthal. Radiologicaofl imaging for the diagnosisin of orbone metastases. Qj nucl
med001;45:p 53-65. Medicastore (2011).kamus kedokteran. Jakarta: djambadan ppni
dpd sdki pokja tim, 2018. Standar diagnosa keperawatandioleh indonesia edisi
pada1 : jakarta : dpp ppni ppni siki pokja tim, 2018. Standar intervensi
keperawatanpada indonesia padaedisi 1 : jakarta : dpp ppni ppni slki pokja tim, 2018.
Standar luaran padakeperawatan indonesiayaitu edisi 1 : jakarta : dpp ppni
ratna,kalijana 2009. Panduan ulkus dekubitus. Yogjakarta : deepublich tasripiyah,
2012.konsep teoritis ca mammae, jakarta: aditama william & kins (2012).
Keperawatan medikal bedah. Jakarta: salemba

Anda mungkin juga menyukai