DISUSUN OLEH :
NAMA KELEOMPOK I :
1. AGNES YANADA (12114201190004)
2. ALFA TASIDJAWA (12114201190005)
3. ALFREDO SIAHAYA (12114201190006)
4. ALMA KAMANSA (12114201190009)
5. ANDARIAS KOBAWON (12114201190014)
6. ANJELI SAILATU (12114201190018)
B. EPIDEMIOLOGI
Perkiraan jumlah kasus kanker payudara mencapai 1,7 juta kasus dan
jumlah kematian hingga 521.900 jiwa di tahun 2012. Separuh kasus kanker
payudara dan hampir 38% jumlah kematian akibat kanker payudara
ditemukan di negara maju seperti amerika serikat, inggris, australia, selandia
baru, dan beberapa negara di eropa utara dan barat.
menurut data globocan yang terbaru, sejak tahun 2021 kanker
payudara telah menjadi kanker terbanyak di dunia dengan insidensi yang
melebihi kanker paru, yang sebelumnya merupakan kanker terbanyak selama
2 dekade. Kanker payudara mencakup 12% dari total kasus kanker baru tiap
tahun. Menurut perkiraan, sekitar 2,3 juta kasus kanker payudara baru
dilaporkan tiap tahun.
Sistem registrasi kanker payudara masih berada pada level subnasional
menyebabkan sulitnya menentukan perubahan insidensi kanker payudara,
prognosis dan evaluasi program skrining kanker payudara di indonesia.
Berdasarkan registrasi berbasis patologi, insidensi relatif kanker payudara
mencapai 11-12 kasus baru per 100.000 penduduk berisiko.
5. Radiasi
Daerah dada terapi ini sudah cukup lama diketahui oleh orang, tspi radiasi
juga akan dapat menyebabkan kejadian mutagen.
menurut (tasripiyah,2012), factor resiko kanker payudara yaitu:
a. Usia seseorang yang diatas umur 40 tahun.
b. Mempunyai riwayat kanker pada payudara oleh individu atau
keluarganya.
c. Mengalami menstruasi pada saat usia yang muda/usia dini.
d. Menopause pada seseorang usia lanjut.
e. Seseorang yang tidak mempunyai anak dan bisa juga mempunyai anak
yang pertama pada usia yang sudah lanjut.
6. Dalam penggunaan bahan esterogen ekserogen dengan jangke panjang.
7. Seseorang yang memounyai riwayat penyakit fibrokistik.
8. Mengalami kanker endometrial, dan kanker ovarium atau bisa juga kanker
kolon Akan tetapi hanya 25% wanita yang mengalami kanker payudara
mempuyai beberapa faktor resiko ini. Karna itu salah satu faktor resiko yang
paling penting adalah wanita. Beberapa penelitian telah menunjukan
hubungan dengan diet di antara beberapa pemasukan yang tinggi lemak, bisa
juga kegemukan dan akan bisa juga terjadinya penyakit kanker payudara,
tetapi antara hubungan ini juga belum di ciptakan penemunya secara pasti
(tasripiyah, 2012).
D. MANIFESTASI KLINIS
Fase awal kanker seseorang payudara asimptomatika atau disebut juga
(tanpa sedikitpun ada tanda dan gejalanya). Tanda awal yang paling sangat
banyak terjadi yaitu adalah adanya sebuah benjolan atau adanya penebalan
pada kulit payudara. Dan kebanyakan 90% ditemukan dari seorang wanita itu
sendiri, dan akan tetapi ditemukan secara kebetulan saja atautidak dengan
menggunakan atau tidak melakukan pemeriksaan pada payudara sendiri atau
disebut (sadari) (tasripiyah, 2012)
Tanda dan gejala yang lanjut dari penyakit kanker payudara yaitu
meliputi kulit yang sekung atau disebut juga (lesung), berbentuk retraksi atau
bisa juga deviasi puting susu, nyeri daat ditekan atau di rabas khususnya akan
berdarah dari puting. Kulit peau d’orange, kulit tebal dengan pori-pori yang
sering menonjol dan berbentuk sama dengan kulit jeruk, dan juga atau ulserasi
pada kulit di payudara keduanya dan juga merupakan tanda yang sudah lanjut
dari penyakit (tasripiyah,2012)
menurut (tasripiyah,2012) tanda dan gejala ca mammae antara lain yaitu
sebagai berikut ini :
a. Adanya benjolan yang terasa sangat keras di bagian payudara
b. Bentuk puting berubah (bisa masuk kedalam atau sering terasa sangat
sakit terus menerus), mengeluarkan cairan/ darah
c. Ada banyak perubahan pada permukaan kulit payudara yaitu
diantaranya terlihat berkerut, seperti iritasi, dan juga seperti kulit jeruk
d. Adanya benjolan-benjolan kecil
e. Payudara terasa panas,memerah dan bengkak
f. Adanya luka di bagian payudara yang sulit untuk disembuhkan
g. Teraa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan penyebab sakit karena
mengalami kanker, tapi juga tetap harus di waspada)
h. Terasa akan sangat gatal pada bagian didaerah sekitar seputaran puting
i. Benjolan yang sangat keras itu tidak akan bisa bergerak atau
(terfiksasi) dan hanya saja biasanya pada awal-awalnya mengalamiitu
tidak ada terasa rasa sakit. Apabila sebuah benjolan itu kanker, maka
awalnya biasanya hanya saja terdapat pada 1 payudara
E. PATOFISOLOGI
Gen (kembar monozygote Hormon (penggunaan Makanan (makanan Radiasi (marangsang
yang terdapat kanker obat anti konseptiva uang mengandung pertumbuhan sel
payudara, ibu yang oral/hormon estrogen, lemak) abnormal kanker)
mempunyai tiwayat kanker
jangka panjang)
payudara)
Hiperplasia Sel
Carsinoma in Situ
Carcinoma Mammae
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kanker payudara dapat berupa pembedahan, radioterapi,
kemoterapi, terapi target, maupun terapi hormonal.
1. Pembedahan
Tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk kanker payudara adalah
biopsi eksisi dengan lokalisasi lesi, mastektomi radikal, breast
conserving surgery, serta rekonstruksi payudara dan dinding dada.
Biopsi eksisi dengan lokalisasi lesi
Biopsi eksisi dengan lokalisasi lesi dilakukan dengan mengangkat
seluruh jaringan kanker dan menyisakan tepi jaringan tampak sehat
dibantu metode mamografi dan lokalisasi lesi oleh sebuah kawat yang
dilabel secara radiasi yang ditempatkan dekat dengan lokasi lesi.
Mastektomi radikal
Mastektomi radikal dapat dilakukan dengan metode halstedt maupun
modifikasi patey. Metode halstedt dilakukan dengan mengangkat
seluruh jaringan payudara, kulit, kompleks puting-areola, m. Pectoralis
mayor dan minor, serta kelenjar getah bening level i, ii, dan iii. Pada
metode modifikasi patey, m. Pectoralis mayor dan n. Pectoralis lateral
tetap dipertahankan.
Breast conserving surgery
Breast conserving surgery memerlukan reseksi lesi kanker primer
dengan margin jaringan yang tampak sehat, terapi radiasi ajuvan, dan
penilaian status kelenjar getah bening regional.
Rekonstruksi payudara dan dinding dada
Rekonstruksi payudara dan dinding dada dapat menjadi pilihan pada
kasus dengan pengangkatan jaringan kulit dan subkutan yang massif
2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai penatalaksanaan, ajuvan,
maupun terapi paliatif kanker payudara. Sebagai tata laksana,
radioterapi dapat digunakan pada berbagai stadium kanker, bergantung
pada pilihan pembedahan yang akan dilakukan, apakah breast
conserving surgery atau mastektomi. Radiasi pengion ditargetkan pada
dna sel (terutama sel kanker) sehingga terjadi kerusakan dna yang
ireversibel dan berujung pada kematian sel kanker.
Pada pasien yang menjalani breast conserving surgery dapat
dilakukan iradiasi payudara parsial dengan teknik brakiterapi, terapi
radiasi sinar eksternal, maupun intensity-modulated radiation
therapy dan hanya dapat dilakukan pada skenario uji klinis prospektif
di senter tertentu saja.
Terapi radiasi ajuvan (setelah pembedahan) bertujuan untuk
menurunkan angka rekurensi kanker dan biasanya dilakukan pada
kanker payudara stadium iiia dan iiib. Terapi radiasi juga dapat
digunakan sebagai terapi paliatif, misalnya pada kasus kanker
payudara dengan metastasis ke otak di mana agen kemoterapi
memiliki efikasi yang terbatas.
3. Kemoterapi
Sebelum kemoterapi, perlu dilakukan stratifikasi risiko berdasarkan
luaran kesintasan tanpa penyakit (disease free survival/dfs) dan
kesintasan umum (overal survival/os). Stratifikasi risiko
mempertimbangkan usia pasien, komorbiditas, ukuran
tumor, grade tumor, jumlah kelenjar getah bening yang terlibat, serta
status reseptor estrogen.
Kemoterapi ajuvan
kemoterapi ajuvan bertujuan untuk menurunkan tingkat rekurensi dan
kematian 15 tahun setelah terapi. Kemoterapi ajuvan disarankan pada
wanita dengan kanker payudara yang memiliki karakteristik prognosis
yang kurang baik seperti adanya invasi pembuluh darah atau kelenjar
getah bening, grade inti tumor yang tinggi, grade histologik yang
tinggi, ekspresi her-2/neu yang tinggi, ukuran tumor > 1 cm, serta
status reseptor hormon negatif. Pilihan regimen kemoterapi ajuvan
untuk kanker payudara yang telah terbukti bermanfaat secara klinis
dibedakan berdasarkan ekspresi her-2/neu.
4. Terapi biologis / terapi targe
5. Terapi hormonal
Terdapat 3 pilihan terapi hormonal yang dapat digunakan
untuk kanker payudara, yaitu tamoxifen, terapi supresi ovarium, dan
inhibitor aromatase.
Tamoxifen
7. Terapi paliatif
Terapi paliatif bukan bertujuan untuk menyembuhkan kanker payudara
yang dialami tetapi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Cakupan pelayanan paliatif meliputi layanan psikososial,
rehabilitasi, dan upaya untuk mengurangi efek samping seperti nyeri,
dispnea, dan ansietas.
Terapi paliatif nyeri
Analgesik opioid seperti morfin bisa diberikan dengan dosis
titrasi untuk menyeimbangkan efek analgesia dan efek samping
seperti kebingungan, mual, gatal, atau sembelit. Jika nyeri
merupakan nyeri neuropatik, dokter bisa memberikan
antikonvulsan seperti diazepam dan lorazepam.
Terapi paliatif dyspnea
Terapi paliatif dispnea bisa berupa terapi farmakologis maupun
nonfarmakologis. Contohnya adalah mendudukkan pasien
dengan posisi tegak, melakukan drainase bila terjadi efusi
perikardial, memberikan oksigen lewat face mask, atau
memberikan opioid yang sesuai.
Terapi paliatif ansietas
Benzodiazepin short-acting seperti lorazepam atau alprazolam
dapat diberikan bila perlu. Benzodiazepin long-acting seperti
diazepam biasanya disediakan untuk pasien yang mengalami
kegagalan dosis akhir. Midazolam berguna untuk
mengendalikan kecemasan dan agitasi pada fase terminal
penyakit. Intervensi nonfarmakologis termasuk psikoterapi
suportif dan intervensi perilaku juga dapat dipertimbangkan.
ASUHAN KEPERAWATAN
“ KANKER PAYUDARA”
KASUS
Ny. D berusia 54 tahun, seorang IRT, masuk RS dengan diagnosa medis
Carcinoma Mammae stadium IIIB + abses payudara. Klien masuk RSHS Hasan
Sadikin Bandung melalui Poliklinik bedah hari Kamis, 1 Mei 2017 pukul 21.00
WIB dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kanan yang telah pecah
sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, menimbulkan luka dengan diameter ± 13
cm dan lebar 10 cm, mengeluarkan cairan berupa nanah dan darah, berbau tidak
sedap, klien juga mengeluh nyeri yang terasa seperti ditusuk-tusuk, dan terjadi
penurunan berat badan. Klien sebelumnya pernah dirawat di rawat di rumah sakit
pada bulan Maret 2017 dengan diagnosa CKD. Klien tidak memiliki anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit menular atau penyakit keturunan
lainnya. Saat dilakukan pengkajian pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2017, klien
mengatakan payudara kanannya masih terasa nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri
hilang timbul dan meningkat pada malam hari, Klien mengatakan nyeri dengan skala
nyeri 5-6, nyeri dirasakan selama lebih kurang 2 menit, nyeri terasa menjalar ke
ketiak dan lengan kanan. Luka pada payudara juga mengeluarkan nanah dan darah
serta berbau tidak sedap, klien mengatakan susah untuk susah tidur karena nyeri pada
payudaranya. Nafsu makan klien kurang dan hanya menghabiskan 4-5 sendok makan
dari porsi diit yang disediakan, klien juga mengatakan berat badannya turun drastis
dalam 5 bulan terakhir. Klien mengatakan dirinya menyadari ada kelainan pada
payudara kanannya sejak ± 1 tahun yang lalu, pada payudara terdapat benjolan dan
kulitnya berkerut. Tetapi karena tidak terasa sakit dan tidak mengganggu klien
mengabaikannya sampai pada 5 bulan yang lalu benjolan tersebut pecah dan
mengeluarkan cairan berupa nanah dan darah. Saat benjolan tersebut pecah klien
tidak langsung ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan penyakitnya. Klien haid
pertama kali pada usia 9 tahun, dengan siklus haid teratur, klien belum menikah, dan
telah menopause pada usia 53 tahun. Ketika sakit klien diberi diet MB TKTP 1200
kkal 3x dalam sehari, klien minum 1-2 gelas kecil (250 ml) dalam sehari. Klien
mengatakan BAB 1x sehari berwarna kuning kecoklatan dengan konsistensi agak
keras dan BAK kurang lancar dengan frekuensi 3-5x sehari, berwarna pekat seperti
teh. Klien mengatakan sulit tidur akibat nyeri yang terasa pada payudaranya dan
sering terbangun di malam hari. Klien dapat beraktivitas secara mandiri. klien terlihat
agak cemas namun masih dalam batas wajar. Hasil pemeriksaan hematologi tanggal
22 Mei 2017 yaitu, Hb 10.2 g/dl (12-16 g/dl), Leukosit 10.540/mm (5.000-10.000),
Trombosit 413.000/mm (150.000-400.000), Hematokrit 32% (wanita 37-43), PT 9.8
dtk(10.0-13.60) APTT 34.7 dtk (29.20-39.40), INR 0.91(<1.2). Hasil pemeriksaan
kimia klinik tanggal 22 Mei 2017, yaitu total kolesterol 204 mg/dl (<200), HDL-
kolesterol 40 mg/dl (>66), LDL-kolesterol 137 mg/dl (<150), trigliserida 134 mg/dl
(<150), Globulin 3.6 g/dl (1.3-2.7).
A, PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Ny.D
Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : IRT
Diagnosa medis : carcinoma mammae stadium IIIB + abses payudara
b. Keluhan utama
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal kamis, 1 mei 2017 pukul 21.00 WIB dengan
keluhan terdapat benjolan pada payudara kanan yang telah pecah sejak
5 bulan sebelum masuk rumah sakitb, menimbulkan luka dengan
diameter ± 13 cm dan lebar 10 cm, mengeluarkan cairan berupa nanah
dan darah, berbau tidak sedap, klien mengeluh nyeri terasa seperti di
tusuk-tusuk dan terjadi penurunan berat badan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dirinya menyadari ada kelainan pada
payudara kanannya sejak ± 1 tahun yang lalu, pada payudara terdapat
benjolan dan kulitnya berkerut. Tetapi karena tidak terasa sakit dan
tidak menganggu klien mengabaikannya sampai pada 5 bulan yang
lalu benjolan tersebut pecah dan mengeluarkan cairan berupa nanah
dan darah.saat benjolan tersebut pecah klien tidak langsung ke
pelayanan kesehatan untuk memeriksakan penyakitnya. Klien haid
pertama kali pada usia 9 tahun, dengan siklus haid teratur, klien belum
menikah, dan telah menopause pada usia 53 tahun.
Klien sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit pada bulan
maret 2017 denagan diagnosa CKD.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit menular atau penyakit keturunan lainnya.
c. Kesehatan fungsional
1. Aspek fisik – biologis
a) Nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 3 kali shari, nasi,lauk, dan
sayur
Selama sakit
Pasien diberi diet MB TKTP 1200 kkal 3 kkal dalam
sehari, klien minum 1-2 gelas kecil (250 ml) dalam
sehari.
Nafsu makan klien dan hanya menghabiskan 4-5
sendok makan dari porsi siet yang di sediakan
b) Pola eliminasi
Sebelum sakit
pasien mengatakan BAK 5x sehari, BAB 1x sehari
dengan konsistensi lembek dan warna kuning.
Selama sakit
Pasien mengatakan BAK kurang lancar dengan
frekuensi 3-5x sehari, BAB 1x sehari berwarna kuning
kecoklatan dengan konsistensi agak keras.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : lemas, AGAK CEMAS
2) Berat badan : tidak dapat dikaji
3) Tinggi badan : tidak dapat dikaji
4) Skala nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P : pasien mengatakan nyeri dengan skala 5-6 di payudara kanan, Q
:terasa seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul,R: payudara kanan, T :
setiap malam hari
5) Kulit
Kulit bersih warna sawo matang,tidak ada sianosis
6) Kepala
Bentuk simetis, rambut dan kulit kepala bersih,telingan simetris.
7) Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
8) Dada
Inspeksi
Bentuk dada tidak simetris karena ada luka akibat
pecah benjolan
Di payudara kanan terdapat luka yang mengeluarkan
cairan nanah dan darah
Auskultasi
Vesikuler
Perkusi
Sonor
Palpasi
Terdapat benjolan pada payudara kanan,terasa nyeri,
tidak simetris, ada nyeri hilang timbul seperti di tusuk-
tusuk
9) Punggung
Tidak ada nyeri punggung
10) Abdomen
Inspeksi
Warna kulit sawo matang, simetris, tidak ada bekas
luka
Auskultasi
Tidak dapat dikaji
Perkusi
Terdengar redup
Palpasi
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
11) Panggul
Tidak ada nyeri panggul
12) Genetalia
Genetalian pasien bersih, dan tidak mengeluarkan cairan yang
berlebihan
e. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaaan hematologi
Klasifikasi Data
ANALISA DATA
Do:
Terdapat luka pada payudara kanan
klien yang mengeluarkan nana dan darah
serta berbauh tidak sedap
2. Ds:
Klien mengatakan nyeri dengan skala Ketidak mampuan Ansietas
nyeri 5-6 selama 2 menit yang menjalar mengenal penyakit
ke ketiak dan lengan kanan
Do:
Nafsu makan klien menurun dan hanya
menghabiskan 4-5 makan dan porsi diet
yang di sediakan
3. Ds :
Klien mengatakan setelah di beri diet
tersebut ia BAB 1 kali sehari berwarna
kuning kecoklatan dan konsistensi agak
keras, BAK kurang lancar 3-5 kali sehari
berwarna pekat seperti teh
Do:
Klien dapat beraktivitas secata mandiri
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor mekanik
(tekanan jaringan mamae)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient kejaringan
4. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi,prognosis,dan serta
pengonatan penyaklitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
Daftar pustaka
Aji, m. Corrigon gorski, l,hanskin (2010).infusion nursing: an evidence-based
approach. 3rd. Ed.louis, missouri: saunders elsevier beschan, m., dayrit, m. W.,
siswadi. Y. (2010).klien gangguan metastasis tulang:seri asuhan keperawatan jakarta:
egc. California correctional bone care service (2012) depkes. (april 2011). Masalah
keperawatan carcinoma mammae. Juni,2013.
Http://www.depkes.go.id/downloads/masalah keperawatan.pdf gambar mammae, di
unduh pada tanggal 30 juni 2019 https://www.plengdut.com/mammae-anatomi-
mammae-dan-fungsi-mammae/11476 hernawati aj 2009. Faktor-faktor resiko ulkus
dekubitus (studi ruang penyakit dalam rumah sakitpada umum didaerah kota
semarang. 27 juni 2010. Http://www.fkm.undip.ac.id/data index,php?
action=4&idx=3222.
Https://www.plengdut.com/wp-content/uploads/2019/1/kulit.png ld rybak, d l
rosenthal. Radiologicaofl imaging for the diagnosisin of orbone metastases. Qj nucl
med001;45:p 53-65. Medicastore (2011).kamus kedokteran. Jakarta: djambadan ppni
dpd sdki pokja tim, 2018. Standar diagnosa keperawatandioleh indonesia edisi
pada1 : jakarta : dpp ppni ppni siki pokja tim, 2018. Standar intervensi
keperawatanpada indonesia padaedisi 1 : jakarta : dpp ppni ppni slki pokja tim, 2018.
Standar luaran padakeperawatan indonesiayaitu edisi 1 : jakarta : dpp ppni
ratna,kalijana 2009. Panduan ulkus dekubitus. Yogjakarta : deepublich tasripiyah,
2012.konsep teoritis ca mammae, jakarta: aditama william & kins (2012).
Keperawatan medikal bedah. Jakarta: salemba