Anda di halaman 1dari 32

Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyakit Ca Mamae

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Anggi Meilia Farta 21142011097


2. Dede Dery Dinata 21142011102
3. Dian Thiana Maharani 21142011105
4. Fani Susanti 21142011116
5. Irfan Suharta 21142011122
6. Salsabila 21142011136
7. Sonia Sari 21142011138

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
ridha dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan
yang berjudul 'Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ca Mammae’.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eti Wati, S.Kep., Ners.,
M.Pd selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif. Ucapan
terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik
secara moral maupun material sehingga asuhan keperawatan ini dapat terwujud.

Asuhan Keperawatan ini akan menjelaskan tentang penyakit ‘Ca Mammae’ dan
asuhan keperawatan pada paien dengan penyakit Ca Mammae.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam asuhan
keperawatan yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan
tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna
meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Majalengka, 6 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tinjauan Teoritis Ca Mamae


a. Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terustumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan
di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel
kanker bisamenyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa
terjadi padakelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat.
Selain itu sel-selkanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan
bawah kulit. (Erik T,2005, hal: 39-40).
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan
tidak terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat
menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar
dari jaringan yangtidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi,
tidak semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak menyebar atau
mengancam nyawa.Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar
ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor
ganas. Teorinya setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker,
biasanya timbul pada saluran atau kelenjar susu (www.pitapink.com, situs resmi
Yayasan Kanker PayudaraJakarta).
b. Tanda dan Gejala (Etiologi)
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti
telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang
faktor-faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif
untuk mencegah kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup:
 Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya

1
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah
ke arah sel ganas.
 Riwayat kanker payudara
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ
berpasangan
 Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)
 Menarke dini
Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
sebelum usia 12 tahun.
 Nulipara dan usia maternal
Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang melahirkan setelah usia 30
tahun lebih berisiko mengalami kanker payudara.
 Menopause pada usia lanjut (setelah usia 50 tahun).
 Riwayat penyakit payudara jinak
 Kontrasepsi oral
 Mengkonsumsi alkohol setiap hari
 Hormon
Diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan
carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma mammae lebih banyak
perempuan dibandingkan dengan laki-laki
 Pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium
 Pernah mengalami radiasi didaerah dada.
 Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor ganas
mammae
 Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-ulang
iritasi yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan
kimiawi, zat pewarna, sinar radioaktif
 Obesitas pasca maunopause
c. Patofisiologi (Perjalanan Penyakit)
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh

2
struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker
yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi
perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen
lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invas
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu
antara fase ke-3 dan ke-4 berlangsung antara beberpa minggu sampai
beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.

3
d. Pathway

e. Perawatan
1) Tindakan medis
a) Pembedahan

i. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)


Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena)
sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara),
pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar
limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak
perlu (5000-6000 rad).
ii. Mastektomi total

4
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar
limfe dilateral otocpectoralis minor.
iii. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
iv. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya,
seluruh isi aksila.
v. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.
b) Non Pembedahan

i. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat
direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang,
metastase kelenjar limfe, aksila, kekambuhan tumor local
atau regional setelah mastektomi.
ii. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit
yang lanjut.
iii. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen,
antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk. 2002. hal: 1596- 1600).
2) Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium meliputi:
i. Morfologi sel darah
ii. Laju endap darah
iii. Tes faal hati
iv. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam
serum atau plasma
v. Pemeriksaan sitologik

5
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian
cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau
cairan yang keluar dari ekskoriasi
2) Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat
karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.

3) Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat
pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista. kadang- kadang tampak kista sebesar sampai 2
cm.
4) Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae
atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
5) Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh- pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
6) Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa
definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan
dan seleksi terapi.
7) CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada
organ lain

6
8) Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah
3) Therapi
1) Farmakologi (Obat)
i. Tamoxifen
Tamoxifen bekerja dengan mengikat reseptor estrogen di sitosol dan
menghambat masuknya estrogen oleh jaringan payudara. Obat ini
menunjukkan perbaikan klinis pada > 60% pasien dengan status reseptor
estrogen positif (ER+) dan hanya <10% pada pasien dengan status reseptor
estrogen negatif (ER-). Terapi tamoxifen selama 5 tahun juga terbukti
menurunkan mortalitas akibat kanker payudara hingga 30% dalam evaluasi
selama 15 tahun.
Tamoxifen patut dipertimbangkan pada wanita dengan DCIS (ductal
carcinoma in situ) dengan ER+ untuk menurunkan risiko rekurensi
pasca breast conserving surgery dan menurunkan risiko kanker payudara
invasif serta kanker pada payudara kontralateral.
ii. Terapi Supresi Ovarium
Terapi ini bertujuan menginduksi menopause yang reversibel dengan
penghentian sementara produksi estrogen oleh ovarium pada wanita
premenopause dengan pemberian agonis GnRH (gonadotropin-releasing
hormone). Penggunaan agonis GnRH menunjukkan manfaat yang sama
dengan kemoterapi regimen CMF sehingga merupakan alternatif kemoterapi
ajuvan pada wanita dengan kanker payudara stadium awal, berusia di bawah
40 tahun, yang terseleksi dan tanpa karakteristik kanker payudara risiko
tinggi.
erapi supresi ovarium cocok untuk kanker payudara dengan ER+ dan status
reseptor progesteron positif (PR+), HER-2/neu negatif, dan memiliki
keterlibatan kelenjar getah bening yang minimal.
iii. Inhibitor Aromatase
Setelah menopause, estrogen dibentuk terutama oleh jaringan lemak dengan
bantuan enzim aromatase. Mekanisme ini mendasari penggunaan inhibitor
aromatase pada kelompok populasi pasien kanker payudara pasca
menopause. Inhibitor aromatase merupakan terapi ajuvan lini pertama pada

7
wanita dengan kanker payudara pasca menopause atau lini kedua pasca
terapi tamoxifen ajuvan selama 1 atau 2 tahun. Penggunaan inhibitor
aromatase generasi ketiga seperti anastrozole dan letrozole menurunkan
tingkat rekurensi lokal dan jauh kanker payudara.
2) Non farmakologi (Rempah-rempah/relaksasi)
Teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri diantaranya dengan
terapi relaksasi Benson yaitu terapi untuk menghilangkan nyeri,
insomnia dan kecemasan dengan upaya memusatkan perhatian pada
suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang kalimat yang telah dipilih
dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu (Cahyono,
2011). Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi yang digabungkan
dengan keyakinan yang dianut oleh pasien, dan akan menghambat
aktivitas saraf simpatis yang dapat menurunkan konsumsi oksigen oleh
tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh menjadi relaks sehingga
menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.
Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi
dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, Bernafas lambat dan wajar
sambil melemaskan otot mulai dari kaki, betis, paha, perut dan
pinggang, Kemudian disusul melemaskan kepala, Atur nafas kemudian
mulailah menggunakan fokus yang berakar pada keyakinan, Tarik nafas
dari hidung, pusatkan kesadaran pada pengembangan perut, lalu
keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan sehingga dapat
membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih
tinggi (Benson & Proctor 2000, dalam Mardiani, 2014)
f. Efek Samping
1. Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari jaringan sekitar.
2. Darah keluar dari puting payudara.
3. Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara yang menyerupai kulit
jeruk.
4. Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
5. Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.
6. Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.
7. Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
8. Puting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.

8
9. Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.

B. Tinjauan Askep Secara Teoritis


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses
keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan
lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif
yang dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik, data tersebut
kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa
keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang
timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat
merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap
kegiatan yang meliputi:
a) Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
i. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
seperti penyakit payudara jinak hyperplasia tipikal.
ii. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan
epitel proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya
mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia
tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami
penyakit ini
iii. Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi
penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15
tahun) seperti estrogen suplemen.
iv. Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi

9
oral.

v. Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan


makanan yang memakai penyedap dan pengawet.
vi. Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi
pertama pada usia yang relative mudah dan menopause pada
usia yang relative lebih tua
vii. Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah
melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada
usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak
menyusui.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
i. Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara
yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini
makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
ii. Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan
mulai membesar.
iii. Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari
puting susu pada wanita yang tidak hamil.
iv. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting
kulit.
v. Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu
makan , mual, muntah, ansietas.
vi. Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit,
ruam kulit, dan ulserasi.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
i. Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama
ibu, anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya
meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia
kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi
pada dua orang saudara langsung.

10
ii. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium.
iii. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
iv. Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker
payudara atau ovarium.
v. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,
BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b) Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia
karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.
2) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada
pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
5) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
6) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
7) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.

11
c) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening


d) Dada atau Thorak
1. Inspeksi
Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2
cm.
Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga
disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam
payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan
oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian
payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan
otot dada.
Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
2. Palpasi
Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3A

12
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena
kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk,
dinding dada dan otot dada
Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh
karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti
paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami
kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
3. Perkusi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien
karena kanker belum mengalami metastase.
Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker
belum metastase.
Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada
infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung
sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut
dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.
Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang
disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker mammae
yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.

13
4. Auskultasi
Pada Stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh
lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti
ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat
terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan
tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras,
nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada
daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element
vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada,
seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih
panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan
terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan
Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh
bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan
otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi
paru dan compressive atelektasis.
Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi
lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi
dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan seperti : Ronchi dan

14
wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh
lainnya seperti parupare sehingga mengakibatkan terj adnnya
penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis sehingga
terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.
e) Jantung (Kardiovaskuler)
1. Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2. Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
3. Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis
dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis
sinistra)
4. Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
f) Mammae (payudara)
1. Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan
berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2. Palpasi
3. Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba
pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar getah bening
diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
g) Perut
1. Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
2. Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3. Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4. Auskultasi

15
Timpany
h) Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih
i) Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
j) Sistem intergument
k) Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor
kulit klien tidak elastis
3. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah
porsi
2. Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari
b. Eliminasi
1. Miksi
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya
warna kekunangan,pekat dan bau khas
2. Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna
kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan bau khas
c. Istirahat dan Tidur
Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan
di bagian payudara
4. Kebersihan Diri

16
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali
sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali
sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat.
b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat
c. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma
mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening
pra-operasi,juga untuk melihat apakah ada penyebaran kanker ke paru-
paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk
membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
d. Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen
dan progesteron.
e. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di
curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor
dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan
tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk
mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak
(benigna)
f. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di
temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-
fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu dalam mendiagnosis
kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostic
g. Tes kimia skrining
1. Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
2. Tes ginjal (BUN)

17
3. Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
4. Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
5. Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis

4. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan
daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang
di dapat pada pasien (Gusneli,2007)

5. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan
yang timbul adalah:
Pre Operasi
a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
b. Nyeri berhubungan dengan benjolan pada payudara
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan suplai
nutrisi jaringan keseluruh tubuh menurun
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengangkatan organ

6. Rencana Asuhan Keperawatan


Pre Operasi
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pola nafas kembali efektif.

Kriteria Hasil :

18
1. Pola nafas efektif
2. Bunyi nafas normal atau bersih
3. TTV dalam batas normal
4. Batuk berkurang
5. Ekspansi paru mengembang.
Intervensi
1. kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
R/ Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan
dengan atelektasis dan atau nyeri dada.
a. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti
crekels, mengi.
R/ ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan
pernafasan.
b. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
R/ Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
c. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
R/ Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
d. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan Latihan batuk.
R/ Dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
e. Kolaborasi
1. Berikan oksigen tambahan.
2. Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer.
R/ Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas,
memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret.
2. Nyeri berhubungan dengan benjolan pada payudara
Tujuan :

19
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
Nyeri berkurang.
Kriteria :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
b. Nyeri tekan tidak ada
c. Ekspresi wajah tenang
d. Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
1. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri
yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan
untuk intervensi selanju]
nya.
1. Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk
rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
2. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri
dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
3. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan
adanya peningkatan nyeri.
4. Penatalaksanaan pemberian analgetic
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga
dapat nyeri tidak dipersepsikan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan suplai nutris
jaringan keseluruh tubuh menurun
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pasien mampu menghabiskan 1 porsi makan, kebutuhan nutrisi
terpenuhi, mempertahankan keseimbangan berat badan yang sesuai,

20
tidak mual dan tidak muntah – muntah.

Kriteria :
1. Nutrisi terpenuhi
2. Tidak malnutrisi
3. Berat badan naik

Intervensi:

1. Beri nutrisi

R/ Membantu rencana diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

2. Beri minum air hangat (cairan)

R/ Air hangat dapat merangsang kenyamanan perut agar tidak merasa


mual dan muntah – muntah.
3. Beri makan sedikit tapi sering

R/ Meningkatkan energi dan mengurangi pengeluaran energi yang


berlebihan.

Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan


Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

 Klien tidak mengeluh nyeri


 Klien tampak tenang
 Klien tidak meringis

Intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya (0 – 10)

21
R/ Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadi
abses, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.

2. Observasi TTV, perhatikan petunjuk non verbal.


R/ Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan
keefektifan intervensi
3. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stres
R/ Meningkatkan istirahat
4. Pertahankan istirahat dengan posisi semi Fowler
R/ Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen
bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi telentang
5. Ajarkan teknik nafas dalam bila rasa nyeri dating
R/ Teknik nafas dalam menurunkan konsumsi abdomen akan
O2, menurunkan frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan
ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri
6. Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai indikasi
R/ Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan
intervensi lain, contoh ambulasi, batuk.

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka


Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan


tidak ada tanda-tanda infeksi

Kriteria Hasil :

- Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar


- Bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital.

22
R/ Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses

2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang


aseptic

R/ Menurunkan risiko penurunan bakter

3. Observasi keadaan luka dan insisi.

R/ Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi dan


pengawasan penyembuhan yang tidak ada sebelumnya

4. Kolaborasi dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi

R/ Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah


organisme dan untuk menurunkan penyebaran dan penyembuhan

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengangkatan organ


Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
citra tubuh pasien tidak terganggu.
Kriteria Hasil :

1. Klien dapat meningkatkan body image dan harga dirinya.

2. Klien dapat berperan serta aktif selama rehabilitasi dan self care

3. Pasien mampu beradaptasi

4. Menyatakan penerimaan pada situasi diri mengenai perubahan


konsep diri yang akut

5. Membuat rencana nyata untuk adaptasi peran baru/perubahan peran

Intervensi :

1. Kaji/perimbangkan persiapan pasien dan pandangan amputasi

R/Pasien yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup


atau rekonstruksi akan menerima diri yang baru lebih cepat

23
2. Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif, dan kehilangan
bagian tubuh. R/Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima
kenyataan dan realitas hidup
3. Beri penguatan informasi pascaoprasi termasuk tipe/lokasi
kehilangan organ, tipe prostese bila tepat (segera, lambat),
harapan tindakan pascaoperasi, termasuk kontrol nyeri
R/Memberikan kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi
informasi dan mulai menerima perubahan gambaran diri dan
fungsi, yang dapat membantu penyembuhan
4. Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien

R/Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat


membantu proses rehabilitasi.
5. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan
perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam
pola/peran fungsi yang biasanya. R/Membantu mengartikam
masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan
membantu pemecahan masalah, sebagai contoh, takut kehilangan
kemandirian, kemampuan bekerja, dan sebagainya

7. Implementasi

Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker


payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and Sorensen,
2000).

8. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker


payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari
implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen,

24
2000).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. DATA UMUM
a. Identitas
1) Identitas klien
Nama : Ny. M
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Karangsari, Grobogan
Diagnosa Medis : Ca Mamae
Tanggal dan jam masuk : 23 Maret 2022, jam 19.30 WIB
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum bekerja
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Karangsari, Grobogan
Hubungan dengan klien : Anak
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada payudara kiri dan terdapat benjolan yang
keras serta luka. P: nyeri dirasakan saat tidur menghadap ke kiri dan
beraktivitas berlebihan menggunakan tangan kiri, Q: nyeri terasa cerut
cenul, R nyeri pada bagian payudara kiri, S: skala nyeri 3, T : nyeri hilang
timbul
c. Status Kesehatan saat ini
Pasien mengatakan merasakan benjolan yang keras pada payudara kirinya
semakin membesar dan nyeri. Pasien mengatakan merasakan benjolan
pada payudara kirinya kurang lebih 6 bulan, karena benjolan masih kecil
dan tidak merasakan nyeri, pasien tidak memeriksakan. Kemudian pasien
mulai merasakan nyeri sekitar 2 bulan dan terdapat Juka yang susah untuk
sembuh

25
d. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang
sama dan tidak mempunyai penyak keturunan, tidak pernah dirawat
sebelumnya, tidak memiliki alergi makanan maupun alergi obat dan
melakukan imunisasi dengan lengkap
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang pernah mengalami
penyakit yang sama dan tidak mempunyai penyakit keturunan
1) Genogram

f. Riwayat kesehatan lingkungan


Pasien mengatakan lingkungan rumah bersih dan setiap pagi petugas
kebersihan datang untuk mengangkut sampah. Pasien juga mengatakan
lingkungan rumahnya aman dan tidak ada bahaya disekitar lingkungan
rumahnya
2. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit Pasien mengatakan sebelum sakit ditmya tidak terlalu
memperhatikan kesehatannya. Jika pasien tidak enak badan, pasien akan
memeriksakan ke puskesmas. Pasien juga mengatakan benjolan yung ada
pada payudaranya akan sembuh dengan sendirinya Selama dirawat Pasien
mengatakan selama dirawat kesehatannya akan mulai diperhatikan dan
memakan makanan yang sehat, juga tidak akan menganggap kecil tentang
benjolan pada payudaranya yang semakin membesar dan terasa nyeri
b. Pola nutrisi dan metabolik
1) Pola makan
Sebelum sakit Pasien mengatakan makan 3 kah sehari dengan nasi,
lauk dan sayur, Pasien menyukai semua makanan dan tidak memiliki
pantangan/ alergs, tidak mengalami kesulitan mengunyah / menelan,
tidak mengalami penurunan BB, nafsu makan baik dan tidak ada
keluhan mual muntah. Selama dirawat: Pasien mengatakan makan 3
kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur dengan tetap menghabiskan I
porsi, nafsu makan masih baik, tidak ada keluhan mual/ muntah dan
tidak ada kesulitan mengunyah atau menelan
2) Pola minum
Sebelum sakit: Pasien mengatakan sehari minum sebanyak 6-7 gelas,
pasien sering minum air putih. Selama dirawat Pasien mengatakan
sehari minum sebanyak 7-8 gelas
c. Pola eliminasi
1) Pola BAB

26
Sebelum sakit: Pasien mengatakan sehari 1 kali pada pagi hari untuk
BAB, tidak memiliki kesulitan saat BAB, BAB dengan warna kuning
kecoklatan, konsistensi padat, tidak menggunakan obat pencahar
Selama dirawat Pasien mengatakan BAB lancar sehari 1 kali pada pagi
hari dengan warna kuning kocoklatan, konsistensi padat, tidak
menggunakan obat pencahar.
2) Pola BAK
Sebelum saku. Pasien mengatakan sehari BAK sebanyak 5-6 kali
dengan warna kuning dan bau khas urine. Selama dirawat Pasien
mengatakan BAK tetap lancar sehari sebanyak 5 6 kali dengan warna
kuning dan bau khas urine, tidak terpasang kateter.
d. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit Pasien mengatakan pekerjaannya adalah petani sehari-
harinya. Sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada keluhan dalam
melakukan aktivitasnya dan tidak mudah mengalami kelelahan. Selama
dirawat Pasien mengatakan selama sakit sudah tidak bertani, dikarenakan
saat menggunakan tangan bagian kiri secara berlebihan terasan nyeri
sehingga untuk aktivitas sehari-harinya menjadi terganggu dan menjadi
mudah kelelahan.
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya tidur malam 79
jam dan tidur siang selam I jam, pasien juga tidak memiliki kesulitan tidur
Selama dirawat Pasien mengatakan selama sakit menjadi susah tidur
malam dan menjadi terbangun karena nyeri pada payudara kiri dan tidur
selama 5 6 jam, kemudian juga tidak tidur siang.
f. Pola kognaif-perseptual sensori
Sebelum saka Pasien mengatakan penglihatan dan pendengaran tidak ada
gangguan atau keluhan, kemampuan bicara lancar Selama dirawat Pasien
mengatakan penglihatan dan pendengaran tidak ada gangguan atau
keluhan, kemampuan bicara lancar Pasien mengeluh nyeri pada payudara
kiri dan terdapat benjolan serta luka
P: Nyeri dirasakan saat tidur menghadap ke kiri dan beraktivitas
berlebihan menggunakan tangan kiri
Q : Nyeri terasa cenut – cenut
R : Nyeri pada bagian payudara kiri
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri hilang timbul
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
1) Persepsi di Pasien mengatakan harapan setelah sakit pasien bisa segera
sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa. Pasien mengatakan
perasaannya cemas karena akan di operasi.
2) Konsep diri

27
a) Citra diri Pasien mengatakan percaya diri dengan kondisi tubuhnya
dan menyerahkan semua kepada Allah SWT atas semua
pemberiannya.

b) Identitas: Pasien mengatakan bangga sebagai seorang perempuan


dan sebagai seorang istri dan ibu bagi anak- anaknya.
c) Peran Pasien mengatakan sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-
anaknya. Pasien bekerja sebagai petani
d) Ideal diri: Pasien mengatakan berharap dirinya cepat sembuh.
e) Harga diri : Pasien mengatakan bahwasannya sakit ujian dan
pemberian dari Allah SWT.
h. Pola mekanisme koping
Sebelum sakit: Pasien mengatakan ketika mengmbil keputusan, dalam
menghadapi masalah selalu berbicara pada suami dan anak-anaknya dan
mencari solusi bersama.
Selama dirawat Pasien mengatakan dalam mengambil keputusan, pasien
selalu dibantu anaknya yang menunggu dan perawat yang menangani.
i. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada fungsi seksual dan
reproduksi. Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah menstruasi.
Pasien mengatakan sudah pernah hamil dan melahirkan 1 anak perempuan
dan 1 anak laki-laki. Pasien tidak pernah melakukan pap smear.
j. Pola peran-berhubungan dengan orang lain
Sebelum sakit Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam komunikasi
dengan orang lain. Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah suami dan
anak-anaknya Selama dirawat Pasien mengatakan selama sakit keluarga
memperhatikan pasien.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit Pasien mengatakan beragama islam, pasien selalu berserah
kepada Allah SWT dan pasien selalu melaksanakan sholat 5 waktu Selama
dirawat Pasien mengatakan selama dirawat melaksanakan sholat sambil
duduk.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : Composmentis
b. Penampilan : Tegang, tetapu terkadang meringis karena nyeri
c. Vital sign :
1) Suhu tubuh : 36,6 C
2) Tekanan darah : 130/80 mmHg
3) Respirasi : 21x/menit
4) Nadi : 80x/menit
d. Kepala :
Bentuk mesochepal, rambut berwarna hitam panjang, terdapat uban,
rambut rontok, kulit kepala terdapat ketombe.

28
e. Mata
Bentuk kanan dan kri simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor,
tidak menggunakan alat bantu penglihatan, penglihatan normal.

f. Hidung
Hidung bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak menggunakan
oksigen
g. Telinga
Bentuj kanan dan kiri simetris, tidak terdapat serumen, mampu mendengar
dengan jelas, tidak menggunakan alat bantu dengar.
h. Mulut dan tenggorokan
Bibir berwarna gelap, gigi lengkap, terdapat gigi berlubang, tidak ada
gangguan bicara, tidak ada kesulitan mengunyah/menelan, tidak ada
benjolan di leher
i. Payudara dan ketiak
Bentuk kanan dan kiri tidak simetris, pada payudara kiri terdapat benjolan
dengan tekstur keras dan terdapat cairan, ketiak tidak ada pembekakan
j. Dada/ Thorax
1) Jantung
a) Inspeksi Bentuk dada tidak simetris, terdapat benjolan pada
payudara kiri
b) Palpasi Terdapat nyeri tekan pada dada sebelah kiri
c) Perkusi Terdengar suara sonor
d) Auskultasi Terdengar suara reguler, suara jantung lupdup
2) Paru-paru
a) Inspeksi : Perkembangan dada saat bernafas simetris
b) Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada dada sebelah kiri
c) Perkusi : Terdengar bunyi sor
d) Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
k. Abdomen
Simetris, tidak terdapat bekas luka, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan
l. Genetalia
Genetalia bersih, tidak ada luka, tidak ada infeksi, tidak terpasang kateter
m. Ekstermitas atas dan bawah
Kekuatan otot menurun pada tangan kiri bisa digerakkan tetapi tidak
berlebihan, kekuatan otot pada tangan kanan, kaki kanan dan kaki kiri
normal, terpasang infus pada tangan sebelah kanan dan tidak terdapat
edema
n. Kulit
Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit normal, capilarry refill time < 2
detik
4. DATA PENUNJANG

29

Anda mungkin juga menyukai