Anda di halaman 1dari 15

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN CA MAMAE


DI RUANG EDELWEIS RST DR. SOEDJONO MAGELANG

POPI DWI DAMAYANA


203203056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
A. Definisi
Kanker merupakan suatu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel
tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi
tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat.
Seiring dengan pertumbuhan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk
suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif)
dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh seperti halnya payudara. Kanker
yang paling banyak terjadi pada wanita merupakan kanker payudara (Mulyani &
Nuryani, 2013).
Disebut kanker payudara ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh,
kehilangan kendali, dan berkembang dengan cepat di dalam jaringan payudara.
Sel kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-
tahun tanpa kita ketahui dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker
(American Cancer Society, 2016).

B. Etiologi
Tidak ada satupun sebab spesifik, sebaliknya terdapat serangkaian faktor
genetik, hormonal dan kemudian kejadian lingkiungan dapat menunjang
terjadinya kanker payudara. Wijaya & Putri (2013) menjelaskan, penyebab dari
kanker payudara masih belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan
erat dengan munculnya keganasan payudara yaitu: virus, faktor lingkungan,
faktor hormonal dan familial.
1) Wanita risiko tinggi daripada pria (99:1).
2) Usia: risiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun.
3) Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga kanker payudara pada ibu/saudara
perempuan.
4) Riwayat menstrual
a. Early menarche (sebelum 12 tahun)
b. Late menopause (setelah 50 tahun)
5) Riwayat kesehatan.
6) Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun, menggunakan
alat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan terapi estrogen.
7) Terapi radiasi: terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen.
8) Life style: diet lemak tinggi, mengkonsumsi alcohol (minum 2x sehari),
obesitas, trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi, merokok.

Faktor Resiko:
1. Riwayat pribadi Ca payudara.
2. Menarche dini.
3. Nullipara/ usia lanjut pada kelahiran anak pertama.
4. Menopause pada usia lanjut.
5. Riwayat penyakit payudara jinak.
6. Riwayat keluarga dengan ca mamae.
7. Kontrasepsi oral.
8. Terapi pergantian hormone.
9. Pemajanan radiasi.
10. Masukan alcohol.
11. Umur > 40 tahun.

C. Manifestasi Klinis
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih
sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah
teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri (Williams & Wilkins, 2011).
1) Terdapat massa utuh (kenyal)
Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya
tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan).
2) Nyeri pada daerah massa.
3) Adanya lekukan ke dalam/dimpling, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi
ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara
ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk
menimbulkan dimpling.
4) Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti
kulit jeruk).
5) Pengelupasan papilla mammae.
6) Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan
secara spontan kadang disertai darah.
7) Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

D. Klasifikasi Stadium Kanker Payudara


Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
1) Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di
dalam jaringan payudara yang normal.
2) Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar keluar payudara.
3) Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2
cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
4) Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-
5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
5) Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama
lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah
lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
6) Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit
payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening
di dalam dinding dada dan tulang dada.
7) Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

E. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-
ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-
sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu
fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi
perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal. Proses jangka panjang
terjadinya kanker ada 4 fase (Smeltzer, 2016):
1) Fase Induksi: 15 - 30 Tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi faktor
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini
tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat
yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau
ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2) Fase In Situ: 1 - 5 Tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru,
saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3) Fase Invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui
membran sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu
antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai
beberapa tahun.
4) Fase Diseminasi: 1 - 5 Tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut (Williams &
Wilkins, 2011):
1) Laboratorium
a. Morfologi sel darah.
b. Laju endap darah.
c. Tes faal hati.
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma.
e. Pemeriksaan sitologik, Pemeriksaan ini memegang peranan penting
pada penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudara, cairan
kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi.
2) Tes Diagnosis Lain
a. Non Invasif
1. Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan
tambahan yang penting. Mamografi dapat mendeteksi massa yang
terlalu kecil untuk dapat diraba. Dalam beberapa keadaan dapat
memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari massa yang
teraba. Mamografi dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring
pada wanita-wanita yang asimptomatis dan memberikan keterangan
untuk menuntun diagnosis suatu kelainan.
2. Radiologi (foto roentgen thorak)
3. USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk
membedakan antara massa yang solit dengan massa yang kistik.
Disamping itu dapat menginterpretasikan hasil mammografi
terhadap lokasi massa pada jaringan patudar yang tebal/padat.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque
melaui intra vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari
massa tumor. Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.
5. Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk
mengetahui metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif
mengandung molekul glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang
digunakan.
b. Invasif
1. Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa
payudara untuk pemeriksaan histology untuk memastikan
keganasannya. Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum
dan 2 tindakan menggunakan insisi pembedahan.
2. Aspirasi Biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan
antara kistik atau padat, kista akan mengempis jika semua cairan
dibuang. Jika hasil mammogram normal dan tidak terjadi
kekambuhan pembentukan massa selama 2-3 minggu,maka tidak
diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk
kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka ini
merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.
3. Tru-Cut atau Core Biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan
stereotactic biopsy mammografi dan computer untuk memandu
jarum pada massa/lesi tersebut. Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli
bedah ataupun pasien karena lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri
yang berlebihan dan biaya tidak mahal.
4. Insisi Biopsy
Sebagian massa dibuang
5. Eksisi Biopsy
Seluruh massa diangkat. Hasil biopsy dapat digunakan selama
36 jam untuk dilakukan pemeriksaan histologik secara frozen
section.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu
dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal
(Suyatno & Pasaribu, 2014):
1. Operasi (Pembedahan)
Operasi adaah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki
komplikasi, dan merekonstruksi efek yang ada. Semakin dini kanker
payudara ditemukan kemungkinan sembuh dengan operasi semakin besar.
Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara, antara
lain : mastektomi (mengangkat seluruh payudara beserta kankernya),
lumpektomi (mengangkat sebagian payudara pada jaringan yang
mengandung kanker), dan pengangkatan kelenjar getah bening (KGB)
ketiak. Ada 2 indikasi melakukan operasi pada penderita kanker, yaitu:
a. Diagnostik untuk memperoleh data patologi yang cepat tentang tumor
apakah jinak atau ganas dan untuk memberi petunjuk kepada ahli bedah
menentukan sikap tindakan apa yang akan diambil.
b. Terapeutik untuk mengobati penderita kuratif dan paliatif.
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan penyinaran ke
daerah yang terserang kanker, dengan tujuan untuk merusak sel-sel kanker.
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi
kuratif dengan mempertahankan mammae dan sebagai terapi paliatif
(tambahan).
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair, kapsul atau infus yang bertujuan untuk membunuh sel kanker
tidak hanya pada payudara tetapi juga seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena
pengaruh obat-obatan yang diberikan saat kemoterapi. Kemoterapi biasanya
diberikan 1-2 minggu sesudah operasi. Kemoterapi merupakan pendekatan
sistematis untuk membunuh sel-sel kanker yang bertambah banyak.

H. Pengkajian Fokus Keperawatan


1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan
pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,
ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks. Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil kb jangka
waktu yang lama. Riwayat menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat
menyusui.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh
pada kemungkinan klien mengalami karsinoma mammae atau pun keluarga
klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
4) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi & palpasi:
a. Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban.
c. Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret tidak ada
tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan.
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi atau tanda-
tanda radang.
i. Hepar : tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas
5) Pemeriksaan Diagnostik
a. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk
diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi. USG payudara digunakan
untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan
skrining atau diagnostik mamografi. Tanda tumor ganas secara USG :
 lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur.
 Struktur echo internal lemah dan heterogen.
 Batasecho anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai tidak ada.
 Adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan USG.
b. biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 Dengan
melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik
atau padat. biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dapat berupa
eksisional (seluruh masa di angkat) atau insisional (sebagian dari masa
dibuang). Analisis makroskopis dari spesimen menyatakan ada tidaknya
keganasan.
c. Mammografi.
d. Sinar X Dada (Radiologi).

I. Diagnosa Yang Mungkin Muncul


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

J. Rencana Intervensi Keperawatan


1. Diagnosa Nyeri Akut
Kriteria Hasil :
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
 Tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi :
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau.
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal).
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
 Tingkatkan istirahat.
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
2. Diagnosa Resiko Infeksi
Kriteria Hasil :
 Pasien bebas dari tanda infeksi.
 Menunjukkan perilaku hidup sehat.
 Jumlah angka leukosit dalam batas normal.
Intervensi :
 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
 Pertahankan teknik aseptik selama pemasangan alat.
 Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein.
 Monitor tanda dan gejala infeksi.
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi.
 Ajarkan cara mencegah infeksi.
 Berikan terapi antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society (ACS). (2016). Cancer fact and figures. INC.
https://www.cancer.org/
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier Inc.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan: Definisi
Dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Elsevier Inc.
Mulyani NS., & Nuryani. (2013). Kanker Payudara Dan PMS Pada Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Susan C. Smeltzer. (2016). Keperawatan Medikal Bedah (Handbook for Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing). Edisi 12. Jakarta: EGC.
Suyatno., & Pasaribu, E. T. (2014). Kanker Payudara: In Bedah Onkologi Diagnosis
Dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2: Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Williams., & Wilkins. (2011). Nursing: Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala
Penyakit. jakarta: PT Indeks.

Anda mungkin juga menyukai