Anda di halaman 1dari 13

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. V DENGAN POST PARTUM +


SECTIO CAESAREA DI RST dr. SOEDJONO MAGELANG RUANG
ANGGREK
Pembimbing Akademik: Afi Lutfiyati, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :

I Made Juli Arta Arizona (203203032)

Lidiya Putri (203203081)

Monica Tucuna (203203048)

Popi Dwi Damayanti (203203056)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2020
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. V DENGAN POST PARTUM +


SECTIO CAESAREA DI RST dr. SOEDJONO MAGELANG RUANG
ANGGREK

Telah
disetujui
Pada Hari :
Tanggal :

Mahasiswa Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(…..........................…..) (…………… . ………..) (…………………………..)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses terjadinya kelahiran janin yang
sudah cukup usia, dapat dilakukan pervagina maupun dengan cara section
caesaria. Sectio caesaria adalah tindakan mengeluarkan janin dan plasenta
dengan cara melakukan insisi pada dinding perut. Section Caesar dapat
digunakan sebagai alternative persalinan dengan indikasi dari ibu maupun
janin (Angriani, Sri., Suwandi & Wahyuni, Sri. 2014) . Sectio caesaria merupakan
tindakan medis yang diperlukan untuk membantu persalinan yang tidak bisa
dilakukan secara normal akibat masalah kesehatan ibu atau kondisi janin.
Tindakan tersebut merupakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahiran janin dari dalam rahim ( Widiatie, W 2015).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.
Nyeri yang dirasakan seseorang mempunyai rentang nyeri yang berbeda-beda
dari satu orang ke orang lainnya. Rasa nyeri ini dapat timbul akibat trauma
fisik yang disengaja atau tidak disengaja. Salah satu trauma fisik yang
disengaja yaitu luka operasi seksio sesarea. Seksio sesarea itu sendiri adalah
suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram.2 Pada pasien yang mengalami
kehamilan dan persalinan tidak normal kebanyakan dilakukan seksio sesarea.
Indikasi dilakukan seksio sesarea diantaranya karena adanya panggul sempit
absolute, tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks atau
vagina, plasenta previa, disporposi sefalopelvik, rupture uteri membakat,
kelainan letak dan gawat janin.
Dari hasil pengakajian pada beberapa pasien post SC di Ruang
Anggrek RST dr Soedjono Magelang diketahui bahwa pasien mengeluhkan
nyeri hebat pada daerah perutnya. Hal tersebut sebagai alasan kami untuk
memberikan intervensi Relaksasi nafas dalam.

B. Tujuan
1. Mengetahui penanganan untuk mengurangi nyeri pada pasien SC
2. Mengetahui penurunan nyeri pada ibu post section caesaria pasca
intervensi Relaksaksi nafas dalam
BAB II

RESUME JURNAL

A. Cara Mencari Jurnal


Langkah-langkah dalam mencari jurnal, sebagai berikut :
1. Buka Google dan masukan keyword penurunan nyeri pada ibu post SC
2. Download jurnal sesuai pilihan
B. Resume Jurnal

1. Informasi sekilas tentant jurnal


a. Judul Artikel
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA IBU POSTSEKSIO
SESAREA
b. Nama Penulis
Wiweik Widiatie
c. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit UNIPDU Medika Jombang
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan
secara SC di Rumah Sakit UNIPDU Medika Jombang.
d. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 responden.

2. Resume (IMRAD)
a. Introduction (pendahuluan)
Setiap pembedahan seperti seksio sesarea pasti menimbulkan
nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Penatalaksanaan untuk nyeri diantaranya menggunakan pendekatan
farmakologis dan non farmakologis. Salah satu pendekatan non
farmakologis adalah teknik relaksasi nafas dalam. Tetapi di Rumah
Sakit lebih menekankan penggunaan obat analgesik. Padahal
penurunan intensitas nyeri lebih efektif jika dikombinasikan antara
penatalaksanaan farmakologis dengan non farmakologis (Widiatie W,
2015)
pendekatan non farmakologis merupakan pendekatan untuk
menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri
yang meliputi, stimulasi dan massage kutaneus, terapi es dan panas,
stimulasi syaraf eliktris transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing,
hipnosis, dan teknik relaksasi nafas dalam
b. Method (metode penelitian)
penelitian one group pra-post test design adalah
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu
kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.4 Populasi
semua ibu post seksio sesarea Di RSUM pengambilan sampel dengan
teknik consecutive sampling sebanyak 10 orang yang memenuhi
sampel, yaitu ibu post seksio sesarea yang bersedia menjadi
responden, post seksio sesarea hari kedua dan post seksio sesarea yang
menggunakan obat analgesik. Variabel independent : teknik relaksasi
nafas dalam dan dependent : intensitas nyeri ibu post seksio sesarea,
perolehan data dengan cara observasi (pengamatan yang dilakukan
secara langsung) skala nyeri pasien dengan ketentuan : nyeri ringan
bila nilai skala nyeri 1-3, nyeri sedang bila skala nyeri 4-6, nyeri berat
bila nilai skala nyeri 7-9, dan nyeri sangat beratbila nilai skala nyeri
10.
c. Result (hasil penelitian)
Hasil penelitian dengan uji statistic wilcoxon menunjukkan
nilai ρ = 0,003 : H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh antara teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
intensitas nyeri pada ibu post seksio sesarea di Rumah Sakit Unipdu
Medika Jombang.
d. Discussion (pembahasan)
Intensitas nyeri pasien post seksio sesarea di Rumah Saki
Unipdu Medika Jombang sebelum perlakuan sebagian besar
mengalami nyeri berat sejumlah 6 responden (60%). Salah satu aspek
yang menjadi pertimbangan karena dipengaruhi oleh usia, pendidikan
dan pengalaman sebelumnya.
usia pasien setengahnya berada pada rentang 20-35 tahun
sejumlah 5 responden (50%). Menurut Priharjo (1993), toleransi
terhadap nyeri meningkat sesuai dengan pertumbuhan usia. Usia
mempengaruhi respon terhadap nyeri karena semakin bertambahnya
usia maka pemahaman terhadap nyeri akan bertambah sehingga
responden akan berupaya untuk mengatasi nyeri yang sedang
dialaminya. Sedangkan pendidikan pasien sebagian besar SMP
sejumlah 5 responden (50%). Menurut Notoatmodjo (2003), semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi atau
semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai baru yang diperkenalkan. Tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap kooperatif individu, karena semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin mudah individu untuk menerima informasi baru
sehingga individu lebih bisa bersikap kooperatif dan dapatterbentuk
mekanisme koping yang adaptif. Mengenai pengalaman sebelumnya
yang ikut serta berhubungan dengan intensitas nyeri memberikan
gambaran bahwa prosentase pengalaman seksio sesarea pasien
sebagian besar mempunyai pengalaman seksio sesarea 1 kali sejumlah
6 responden (60%). Menurut Priharjo (1993), jika seseorang belum
pernah mengalami nyeri luka post seksio sesarea maka dirinya akan
merasa bahwa nyeri itu sangat berat, tetapi jika sebelumnya pernah
mengalami nyeri luka post seksio sesarea maka orang tersebutakan
lebih berbeda dalam merespon nyeriyang dialaminya.
Dari data-data yang ada membuktikan bahwa sebagian besar
responden sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
menunjukkan nyeri berat sedangkan setelah dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam menunjukkan nyeri sedang yang artinya ada penurunan
skala nyeri yang dirasakan oleh responden. Hasil uji statistic Wilcoxon
dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 pada kelompok perlakuan dengan
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh nilai ρsebesar
0,003, ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas
nyeri pada ibu post seksio sesarea di Rumah Sakit Unipdu Medika
Jombang. Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya mampu merangsang
tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorphin dan enkefalin.
Hormon endorfin merupakan substansi sejenis morfin yang berfungsi
sebagai penghambat transmisi impuls nyeri ke otak. Sehingga pada
saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis
antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya
substansi P akan menghasilkan impuls. Pada saat tersebut, endorfin
akan memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik, sehingga
sensasi nyeri menjadi berkurang.
BAB III

APLIKASI DAN ANALISIS JURNAL

A. Aplikasi Jurnal pada Kasus


Cara menerapkan terapi pada jurnal yaitu mencari pasien post
operasi section caesarea di Ruang Anggrek. Pasien yang dipilih untuk
diberikan intervensi adalah Ny. I sebelum dilakukan intervensi posisi
pasien berbaring. kami terlebih dahulu menjelaskan prosedur tindakan,
lamanya tindakan, tujuan tindakan dan menanyakan kesediaan pasien
untuk mengikuti tindakan yang akan kami berikan. Kami memberikan
intervensi selama 2 hari berturut-turut dan didapatkan hasil :
DS: Klien mengatakan nyeri berkurang dari awal yaitu skala 6
(sedang) setelah dilakukan intervensi skala nyeri 3 (ringan).
DO : Ekspresi wajah klien sudah mulai rileks, klien juga mampu
melakukan miring kanan dan kiri . TD 124/80 mmHg, N 850x/menit,
RR 22x/menit, S 36.6 C.

B. Analisis Jurnal

C. Hubungan Hasil Penelitian dengan Kondisi Dilapangan


Kondisi dilapangan ditemukan Ny. I post operasi Caesar
kehamilan pertama, diperoleh hasil pasien mengeluh nyeri pada skala
6 (sedang). Rasa nyeri yang dirasakan pada pasien post operasi Caesar
berbeda dengan pasien yang persalinannya normal, karena pada pasien
dengan sectio caesarea akan merasakan nyeri hebat 2 jam pasca
persalinan. Hal itu dikarenakan efek anastesi akan hilang setelah 2
jam. Nyeri yang dirasakan ibu akan menyebabkan reaksi fisik dan
psikologis seperti gangguan mobilisasi, sulit tidur, tidak nafsu makan,
bahkan tidak mau merawat bayi karena merasakan nyeri hebat post
caesar.
Manajemen non farmakologi yang dapat diberikan perawat
untuk menurunkan intensitas nyeri adalah Relaksaksi nafas dalam
Proses ini dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan
opoid endogen yaitu endorphin dan enkefalin Posisi rebahan dirasakan
lebih nyaman,
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan bagi tenaga medis khususnya calon perawat ataupun
perawat klinik agar dapat mengkolaborasi terapi farmakologi dan non
farmakologi yang sesuai dengan teori yang telah diuji, untuk mempercepat
proses penyembuhan pada pasien dan bagi calon perawat untuk selalu
memperhatikan tindakan yang dilakukan agar sesuai dengan indikasi pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Angriani, Sri., Suwandi & Wahyuni, Sri. (2014). Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap
Penyembuhan Luka Post OP Sectio Caesarea Di RSUD Salewangang Maros.
Poltekkes Kemenkes Makassar. Stikes Nani Hasanuddin Makassar

Widiatie, W (2015) Pengaruh Tenik Relaksasi Nafas dalam terhadap intensitas nyeri
pada ibu post seksio sesarea Di Rumah sakit UNIPDU Medika Jombang Jurnal EDU
Health, Vol. 5 No. 2, September 2015.

Anda mungkin juga menyukai