LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. N DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN
DI YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners
Stase Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh:
MUSTAWA HERO SETIAWAN
193203087
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
(......................................................) (......................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN POST FRAKTUR
A. Teori Lansia
1. Definisi dan Batasan Lansia
a. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun keatas (Depsos RI, 2004 dalam Kemeskes,
2013). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lanjut usia adalah
kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas (Sunaryo, Wijayanti dan
Sumedi, 2016).
b. Batasan Lansia
1) Klasifikasi Lanjut Usia
a) Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia 45 – 59 tahun
b) Lanjut usia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c) Lanjut usia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d) Lanjut usia potensial : Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e) Lanjut usia tidak potensial : Lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2) Karakteristik Lanjut Usia. Menurut Budi Anna Keliat (1999 );
a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan ).
b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladptif
c) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
2. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada lansia
a. Perubahan Fisik :
1) Sel : Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar , TBW (jumlah cairan
tubuh berkurang) dan cairan intra seluler menurun, menurunnya proporsi protein
di otak, ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persarafan : Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap individu
berkurang setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, atropi saraf
panca indra (berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium & perasa, lebih
sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin),
kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran : Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi, suara yg
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65th, atropi
membran tympani, menyebabkan otosklerosis (kekakuan pada tulang bagian
dalam), terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena peningkatan
keratin, pendengaran bertambah menurun pada lansia yang mengalami
ketegangan jiwa/stress.
4) Sistem Penglihatan : Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) menjadi katarak,
kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil), respon terhadap sinar menurun, daya
adaptasi terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya akomodasi mata, lapang
pandang menurun, sulit membedakan warna biru dan hijau pada skala.
5) Sistem Kardiovaskuler : Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun sehingga menurunnya kontraksi dan
volume jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah, oksigenisasi tidak
adekuat, mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah cenderung tinggi
karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6) Sistem Respirasi : Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan
menjadi kaku, menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang, kapasitas
residu meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas menurun O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg; CO2 arteri tidak berganti kemampuan untuk
batuk berkurang, kemampuan dinding, dada & kekuatan otot pernafasan
menurun sejalan dengan tambah usia.
7) Sistem Genitourinari : Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang; kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun, proteinuria (+1), otot-otot
vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun 200ml sedangkan frekuensi
buang air kecil meningkat. Pada pria lansia, vesika urinari sulit dikosongkan
akibatnya meningkatkan retensi urin. Prostat membesar (dialami 75% pria usia
65 tahun keatas), atropi vulva, selaput lendir kering, elastisitas menurun,
permukaan lebih licin, perubahan warna. Seksual intercourse masih.
8) Sistem Reproduksi : Menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, pada laki-
laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meski ada penurunan secara
berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun, permukaan lebih halus,
sekresi berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan- perubahan warna, dorongan
Seksual masih.
9) Sistem Gastrointestinal : Kehilangan gigi, karena kesehatn gigi buruk atau gizi
buruk, indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir, atropi indra
pengecap, hilangnya sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis,
asin, dan pahit, dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu pengosongan juga menurun, peristaltik lemah sehingga biasa
timbul konstipasi, daya absorbsi terganggu.
10) Sistem Endokrin : Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid,
aldosteron, kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya aktivitas
tiroid, menurunnya BMR= basal metabolic rate, fungsi paratiroid & sekresinya
tidak berubah.
11) Sistem Integumen : Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras), karena kehilangan
proses keratinisasi, perubahan ukuran dan bentuk - bentuk sel epidermis,
menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun :
Produksi serum menurun, gangguan pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut
menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal,
berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya cairan & vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar dan kurang bercahaya, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti
tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsi.
12) Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan density (cairan), makin rapuh,
kifosis, pinggang, lutut dan jari pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus
intervertebralis menipis, menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian
membesar dan kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut
otot bergerak menjadi lambat, otot- otot kram dan tremor, otot polos tidak
begitu terpengaruh.
b. Perubahan Psikososial
1) Pensiun : Produkdivitas dan identitas – peranan (kehilangan financial,
kehilangan status, kehilangan relasi),
2) Sadar akan kematian,
3) Perubahan dalam cara hidup,
4) Penyakit kronis dan ketidakmampuan,
5) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body image,
perubahan konsep diri.
c. Perubahan Mental
1) Ungkapan tulus perasaan individu,
2) Tidak senang pada perubahan,
3) Berkurangnya ambisi dan kegiatan,
4) Perhatian menurun,
5) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru,
6) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan,
7) Cenderung menyendiri, bermusuhan,
8) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan,
9) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan,
10) Orientasi terganggu, bingung, sering lupa, hilang dan tersesat,
11) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri,
12) Gelisah, delirium pada malam hari,
13) Disorientasi waktu,
d. Perubahan Memori
1) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari,
2) Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.
e. IQ (Intellgentia Quotion)
1) Tidak berubah degan informasi matematika dan perkataan verbal,
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan - tekanan dari faktor
waktu.
3. Penyakit yang umum terjadi pada lansia
a. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia
1) Mudah jatuh
2) Mudah lelah, disebabkan oleh : Faktor psikologis, Gangguan organis, Pengaruh
obat
3) Nyeri dada, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb
4) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung,
gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia
5) Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis
6) Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung,
kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb
7) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis,
batu ginjal, dsb.
8) Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit
9) Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna,
faktor sosio-ekonomi
10) Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran
kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis
11) Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan
rektum
12) Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang,
katarak, glaukoma, infeksi mata
13) Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan
mental
b. Karakteristik penyakit lansia di Indonesia :
1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina,
cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dan
sebagainya.
SISTEM INTEGUMEN
INTEGRITAS KULIT
A. Sistem Integumen
Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampumemperbaikisendiri (self-
repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar
tubuh.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang
ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan
bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun
sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
C. Fungsi kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti luka
dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis
lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan
luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat
perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
2. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler
serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi
perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian
seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi
kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan
keringat.
3. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium
dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan airtransepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
4. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
5. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak
dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk
melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran
kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah
kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
6. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,
putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit
dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun
konstraksi otot penegak rambut.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, L.J. 2009. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hudak dan Gallo. 2009. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marion Johnson, dkk. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. Mosby.
Mc. Closkey dan Buleccheck. 2010. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. Mosby.
NANDA. 2015. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North
American Nursing Diagnosis Association.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
James, Berger, Elston & Neuhaus 2016. Deasea of the skin : Clinical Dermatology. 12th Ed.
Philadelphia: Elsevier
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, S.C., 2009, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Thomas, P.L & Tracey, CV 2014. Foot Care fromm A to Z. Dermatology Nursing. CNE DNJ
JI005.