Anda di halaman 1dari 20

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN NY. N DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN
DI YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners
Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh:
MUSTAWA HERO SETIAWAN
193203087

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta


Telp (0274) 4342000
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN NY. N DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN


DI YOGYAKARTA
Telah disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

( Inke Ayomi Nur Hapzah )

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(......................................................) (......................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN POST FRAKTUR

A. Teori Lansia
1. Definisi dan Batasan Lansia
a. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun keatas (Depsos RI, 2004 dalam Kemeskes,
2013). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lanjut usia adalah
kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas (Sunaryo, Wijayanti dan
Sumedi, 2016).
b. Batasan Lansia
1) Klasifikasi Lanjut Usia
a) Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia 45 – 59 tahun
b) Lanjut usia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c) Lanjut usia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d) Lanjut usia potensial : Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e) Lanjut usia tidak potensial : Lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2) Karakteristik Lanjut Usia. Menurut Budi Anna Keliat (1999 );
a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan ).
b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladptif
c) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
2. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada lansia
a. Perubahan Fisik :
1) Sel : Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar , TBW (jumlah cairan
tubuh berkurang) dan cairan intra seluler menurun, menurunnya proporsi protein
di otak, ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persarafan : Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap individu
berkurang setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, atropi saraf
panca indra (berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium & perasa, lebih
sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin),
kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran : Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi, suara yg
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65th, atropi
membran tympani, menyebabkan otosklerosis (kekakuan pada tulang bagian
dalam), terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena peningkatan
keratin, pendengaran bertambah menurun pada lansia yang mengalami
ketegangan jiwa/stress.
4) Sistem Penglihatan : Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) menjadi katarak,
kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil), respon terhadap sinar menurun, daya
adaptasi terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya akomodasi mata, lapang
pandang menurun, sulit membedakan warna biru dan hijau pada skala.
5) Sistem Kardiovaskuler : Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun sehingga menurunnya kontraksi dan
volume jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah, oksigenisasi tidak
adekuat, mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah cenderung tinggi
karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6) Sistem Respirasi : Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan
menjadi kaku, menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang, kapasitas
residu meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas menurun O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg; CO2 arteri tidak berganti kemampuan untuk
batuk berkurang, kemampuan dinding, dada & kekuatan otot pernafasan
menurun sejalan dengan tambah usia.
7) Sistem Genitourinari : Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang; kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun, proteinuria (+1), otot-otot
vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun 200ml sedangkan frekuensi
buang air kecil meningkat. Pada pria lansia, vesika urinari sulit dikosongkan
akibatnya meningkatkan retensi urin. Prostat membesar (dialami 75% pria usia
65 tahun keatas), atropi vulva, selaput lendir kering, elastisitas menurun,
permukaan lebih licin, perubahan warna. Seksual intercourse masih.
8) Sistem Reproduksi : Menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, pada laki-
laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meski ada penurunan secara
berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun, permukaan lebih halus,
sekresi berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan- perubahan warna, dorongan
Seksual masih.
9) Sistem Gastrointestinal : Kehilangan gigi, karena kesehatn gigi buruk atau gizi
buruk, indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir, atropi indra
pengecap, hilangnya sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis,
asin, dan pahit, dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu pengosongan juga menurun, peristaltik lemah sehingga biasa
timbul konstipasi, daya absorbsi terganggu.
10) Sistem Endokrin : Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid,
aldosteron, kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya aktivitas
tiroid, menurunnya BMR= basal metabolic rate, fungsi paratiroid & sekresinya
tidak berubah.
11) Sistem Integumen : Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras), karena kehilangan
proses keratinisasi, perubahan ukuran dan bentuk - bentuk sel epidermis,
menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun :
Produksi serum menurun, gangguan pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut
menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal,
berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya cairan & vaskularisasi,
pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar dan kurang bercahaya, kuku jari
menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti
tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsi.
12) Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan density (cairan), makin rapuh,
kifosis, pinggang, lutut dan jari pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus
intervertebralis menipis, menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian
membesar dan kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut
otot bergerak menjadi lambat, otot- otot kram dan tremor, otot polos tidak
begitu terpengaruh.
b. Perubahan Psikososial
1) Pensiun : Produkdivitas dan identitas – peranan (kehilangan financial,
kehilangan status, kehilangan relasi),
2) Sadar akan kematian,
3) Perubahan dalam cara hidup,
4) Penyakit kronis dan ketidakmampuan,
5) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body image,
perubahan konsep diri.
c. Perubahan Mental
1) Ungkapan tulus perasaan individu,
2) Tidak senang pada perubahan,
3) Berkurangnya ambisi dan kegiatan,
4) Perhatian menurun,
5) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru,
6) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan,
7) Cenderung menyendiri, bermusuhan,
8) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan,
9) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan,
10) Orientasi terganggu, bingung, sering lupa, hilang dan tersesat,
11) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri,
12) Gelisah, delirium pada malam hari,
13) Disorientasi waktu,
d. Perubahan Memori
1) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari,
2) Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.
e. IQ (Intellgentia Quotion)
1) Tidak berubah degan informasi matematika dan perkataan verbal,
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan - tekanan dari faktor
waktu.
3. Penyakit yang umum terjadi pada lansia
a. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia
1) Mudah jatuh
2) Mudah lelah, disebabkan oleh : Faktor psikologis, Gangguan organis, Pengaruh
obat
3) Nyeri dada, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb
4) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung,
gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia
5) Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis
6) Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung,
kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb
7) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis,
batu ginjal, dsb.
8) Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit
9) Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna,
faktor sosio-ekonomi
10) Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran
kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis
11) Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan
rektum
12) Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang,
katarak, glaukoma, infeksi mata
13) Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan
mental
b. Karakteristik penyakit lansia di Indonesia :
1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina,
cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dan
sebagainya.

SISTEM INTEGUMEN
INTEGRITAS KULIT

A. Sistem Integumen
Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampumemperbaikisendiri (self-
repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar
tubuh.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang
ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan
bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun
sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.

B. Jenis – Jenis Lapisan Kulit


Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
1. Epidermis  
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer).
Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada
kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal
(kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain
telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga
tersusun atas lapisan (James, 2016)
a. Melanosit
Melanosit yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis
dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis
anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH).
Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam
produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak
melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan
bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misal
puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak.
Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda
yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit .
Sebagai contoh, kulit  akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam.
Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi
seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang
berbahaya. (James, 2016)
b. Sel Langerhans
Sel Langerhans yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,
yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan
antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting
dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang
masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. (James, 2016)
Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis , yang
mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel
Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis.  Radiasi ultraviolet dapat
merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
3. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
4. Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan lapisan
ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara bersusun dari
lapisan paling luar hingga paling dalam  sebagai berikut:
a. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana
eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut
elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.Lebih tebal pada
area-area yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan permukaan luar, terutama
pada tangan & kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit terluar yang tersusun atas
beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.
b. Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari
protein eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan lapisan ini
banyak terdapat pada telapak tangan & kaki.
c. Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula
lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai
penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek
pelindung pada kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan gepeng, dimana
sitoplasma berbutir kasar serta mukosa tidak punya lapisan inti.
d. Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel
pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian
mikroskop tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang
disebut spinadan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril
sebagaiintercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen;
filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar
sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak
terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis,
tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan dalam
sitoplasmanya terdapat melanin.Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis.
 
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin” karena  95%  dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan ikat
yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Tebalnya bervariasi, yang paling      tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat
atau dermis  menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut,
kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh
darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini
elastis & tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera,
kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut & pembuluh darah yang juga merupakan
penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis. (James, 2016)
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun
utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan
memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi
bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung.
Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare
dan stratum reticular.
a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada
langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat
menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf , kelenjar
keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat,
disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan
menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh
dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe,
folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung
jaringan ikat jarang.
b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta
fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis
yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan
kelenjar sebaseus.
Lapisan dermis juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu
mengatur suhu, melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke
kulit. Sel-sel khusus dari dermis juga membantu dalam mendeteksi sensasi dan
memberikan kekuatan dan fleksibilitas untuk kulit. Komponen dermis meliputi:
1) Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit dan
mengeluarkan produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D dari kulit
tubuh.
2) Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung sel-sel
darah putih dari sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk melawan
mikroba.
3) Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke
permukaan kulit di mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.
4) Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan melindungi
terhadap mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.
5) Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar rambut
dan memberikan nutrisi pada rambut.
6) Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan
intensitas panas ke otak.
7) Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di tempat dan
memberikan kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.
8) Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit merenggang.
Hal ini juga ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding arteri.

3. Subkutan atau Hipodermis


Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
di dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan
banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan
makanan. Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot
dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas,
Sebagai bantalan terhadap trauma, Tempat penumpukan energi.
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,
saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah
kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh
bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan
kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah
pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit
dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi
banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin
kehilangan kontur.

C. Fungsi kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti luka
dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis
lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan
luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat
perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
2. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler
serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi
perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian
seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi
kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan
keringat.
3. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium
dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan airtransepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
4. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
5. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak
dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk
melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran
kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah
kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
6. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,
putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit
dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun
konstraksi otot penegak rambut.

D. Kelenjar pada kulit


Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat
dan kelenjar palit.
1. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari  fundus  (bagian yang melingkar) dan  duet  yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit, membentuk  pori-pori
keringat.  Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak
terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak.
Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan
dari tubuh.  Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan
obat-obat tertentu.  Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
a. Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat
yang mengandung 95 – 97 % air Dan mengandung beberapa mineral, seperti garam,
sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma seluler.
Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak
kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan
menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk
kelenjar keringat  ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara
langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
b. Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar,
daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang
agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel
kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut.
Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan
yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil
baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
2. Kelenjar palit 
Kelenjar palit terletak  pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung
rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung
rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan
menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit.
Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian
tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau
kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar
palit  menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan
orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar
sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika
produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan
lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi warna kulit


Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat,
kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika
dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama
ditentukan oleh :
1. Oxyhemoglobin yang berwarna
merah
2. Hemoglobin tereduksi yang
berwarna merah kebiruan
3. Melanin yang berwarna coklat
4. Keratohyalin  yang memberikan
penampakan opaque pada kulit, serta
5. Lapisan stratum corneum yang
memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan
warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit
ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat dari tirosin
sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir melanin
yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya enzimtirosinase  dan oksigen.
Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih lancar pada suhu yang lebih tinggi
atau di bawah sinar ultra violet. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini
akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia.
Proses pembentukan pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom  yang
dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di
dalam lapisan benih.

F. Fisiologi Sistem Integumen


1. Fungsi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi diantaranya adalah :
a. Menutupi dan melindungi organ – organ dibawahnya
b. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan benda asing
c. Pengaturan suhu
d. Ekskresi : melalui perspirasi atau berkeringat, membuang sejumlah kecil urea.
e. Sintesis : konversi 7-dehydrocholesterol menjadi vit D3 (Cholecalciferol) dengan
bantuan sinar UV.
f. Tempat penimbun lemak.
2. Sensori persepsi : mengandung reseptor terhadap panas, dingin, nyeri, sentuhan atau
raba, tekanan Fisika dasar hilangnya panas dari kulit
a. Radiasi (60%) : kehilangan panas dalam bentuk infra merah (gelombang
elektromagnetik)
b. Konduksi (3%) : melalui konduksi langsung dari permukaan tubuh ke benda-benda
lain. Sedangkan konduksi ke udara (15%) terjadi jika suhu diudara lebih rendah
dari suhu tubuh.
c. Konveksi : terjadi jika udara yang telah panas bersentuhan dengan tubuh dari
proses konduksi menyebarkan panas ke udara lainnya yang masih dingin.
Kecepatan ini makin meningkat apabila ada angin.
d. Evaporasi : sebagai mekanisme pendinginan yang penting pada suhu tubuh sangat
tinggi.
3. Proses Berkeringat
Panas merangsang hipotalamus anaterior (area preoptik), impuls dipindahkan
melalui jaras otonom ke medula spinalis dan kemudian melalui saraf simpatis ke kulit
ke seluruh tubuh. Saraf simpatis merangsang kelenjar keringat untuk memproduksi
keringat.
4. Warna Pada Kulit dan Fungsi Melanin
Kulit mendapatkan warna dari 3 faktor :
a. Adanya melanin (pigmen gelap yang diproduksi melanosit) : Melanin berfungsi
untuk melindungi kulit dari sinar ultraviolet yang berlebih
b. Pigmen berwarna kuning (karoten) : Dalam sel lemak dermis dan hipodermis
c. Warna darah : Dalam pembuluh dermal dibawah lapisan epidermis melembabkan
kulit, mencegah terjadinya absorpsi dan penguapan dari kulit. (Thomas, 2014)

G. Diagnosa Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera bilogis dan agen cidera fisik.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi).
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.

H. Rencana Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC (Tujuan) NIC (Intervensi)


1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (1400)
cidera bilogis dan keperawatan selama 3 x 8 jam 1. Observasi tanda non verbal dari
agen cidera fisik diharapkan nyeri akut dapat teratasi ketidaknyamanan.
dengan kriteria hasil : 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
Kontrol Nyeri (1605) komperhensif yang meliputi
1. Mengenali faktor penyebab lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri. frekuensi, kualitas, intensitas, dan
2. Klien mampu melaporkan pencetus.
nyeri sudah mulai berkurang. 3. Gunakan strategi komunikasi
3. Klien mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui
nyeri dengan menggunakan pengalaman nyeri klien.
teknik manajemen nyeri yang 4. Ajarkan manajemen nyeri non
diajarkan. farmakologi dengan teknik napas
dalam, teknik relaksasi otot dan
Tingkat Nyeri (2102) teknik imajinery.
1. Klien tidak ada ekspresi 5. Kurangi faktor-faktor yang dapat
wajah ketidaknyamanan dari meningkatkan nyeri (seperti
respon nyeri. kelelahan, ketakutan, dan kurang
2. Klien memiliki frekuensi pengetahuan).
nafas dalam batas normal 6. Dukung istirahat/tidur yang
(12-24 x/menit). adekuat untuk membantu
3. Klien memiliki nadi dalam penurunan nyeri.
batas normal (60- 7. Berikan informasi mengenai nyeri.
100x/menit). 8. Kolaborasi dengan dokter
4. Klien memiliki tekanan pemberian analgesik jika
darah dalam batas normal diperlukan.
(120/80 mmHg).

2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy : ambulation


mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 8 jam 1. Monitoring vital sign
Berhubungan klien diharapkan : sebelm/sesudah latihan dan lihat
dengan kerusakan Joint Movement : Active respon pasien saat latihan
rangka 1. Klien meningkat dalam 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
neuromuskuler, aktivitas fisik tentang rencana ambulasi sesuai
nyeri, terapi 2. Mengerti tujuan dari dengan kebutuhan
restriktif peningkatan mobilitas 3. Bantu klien untuk menggunakan
(imobilisasi) 3. Memverbalisasikan perasaan tongkat saat berjalan dan cegah
dalam meningkatkan kekuatan terhadap cedera
dan kemampuan berpindah 4. Ajarkan pasien atau tenaga
4. Memperagakan penggunaan kesehatan lain tentang teknik
alat Bantu untuk mobilisasi ambulasi
(walker) 5. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
3. Defisiensi Setelah dilakukan asuhan Pendidikan Kesehatan (5510)
pengetahuan b/d keperawatan selama 3 x 8 jam, 1. Targetkan sasaran pada pasien
kurang informasi diharapkan defisiensi pengetahuan berisiko tinggi dan rentang usia yang
dapat teratasi dengan kriteria hasil: akan mendapat manfaat besar dari
Pengetahuan : Promosi pendidikan kesehatan
Kesehatan (1823) 2. Kembangkan materi pendidikan
1. Pasien mampu berperilaku tertulis (seperti leaflet) yang tersedia
meningkatkan kesehatan. dan sesuai dengan audience (yang
2. Pasien mampu mengelola stress. menjadi) sasaran
3. Pasien mampu mengetahui 3. Berikan ceramah (penyuluhan
resiko penyakit yang kesehatan) untuk menyampaikan
diturunkan. informasi.
4. Gunakan instruksi dibantu komputer
dan teknologi lainya untuk
menyampaikan informasi.

4 Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol Infeksi (6540)


berhubungan keperawatan selama 3 x 8 jam, 1. Monitor tanda-tanda infeksi
dengan prosedur diharapkan risiko infeksi dapat 2. Anjurkan pengunjung untuk mencuci
invasif teratasi dengan kriteria hasil: tangan sebelum dan sesudah
Keparahan Infeksi (0703) meninggalkan kamar pasien.
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 3. Batasi jumlah pengunjung
(Kolor, Dolor, Rubor, dan 4. Dorong pasien untuk beristirahat
Tumor). yang cukup.
2. Tidak adanya peningkatan sel 5. Ajari pasien dan keluarga bagaimana
darah putih. cara menghindari terjadinya infeksi.
3. Tidak ada malaise dan lethargi. 6. Kolaborasi pemberian antibiotik
dengan dokter.
5. Risiko jatuh b.d Setelah dilakukan tindakan Fall prevention
factor risiko keperawatan selama 3x7jam klien 1. Identifikasi devisit kognitif klien
diharapkan nyeri klien dapat yang dapat meningkatkan potensi
teratasi dengan kriteria: jatuh dalam lingkungan tertentu
Fall Prevention Behavior 2. Identifikasi lingkungan dan faktor
1. Klien dapat meminta bantuan yang mempengaruhi resiko jatuh
kepada orang lain untuk 3. Sarankan perubahan dalam gaya
membantunya berjalan kepada klien
2. Klien dapat menggunakan 4. Intruksikan klien agar pentingnya
fasilitas yang aman pegangan tangan untuk di tangga
3. Klien tidak terjatuh atau kamar mandi
5. Ajarkan cara menghindari jatuh

Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan Sleep enhancement


Tidur b.d Halangan keperawatan selama 3 x 8 jam, 1. Kaji pola tidur dan kualitas klien
Lingkungan diharapkan masalah gangguan pola 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
tidur pada klien dapat teratasi adekuat, terutama untuk kesehatan
dengan kriteria hasil: klien
Motivation 3. Anjurkan klien untuk
1. Klien mendapatkan dukungan menghilangkan situasi stress ketika
atau support yang dibutuhkan menjelang tidur
sehingga Simple relaxation therapy
2. Klien tidak mengalami 1. Validasi faktor apa yang dapat
gangguan pola tidur untuk meningkatkan mood tidur klien
selanjutnya 2. Instruksikan klien menggunakan
Sleep teknik relaksasi dan merasakan
1. Klien bisa tidur lebih awal dari sensasi senang
jam kebiasaan dirinya tidur. 3. Ajarkan teknik relaksasi otot dan
2. Klien mampu tidur dengan teknik imajery yaitu dengan
kualitas tidur yang baik. menggunakan TAT
3. Klien dapat mengatur pola tidur 4. Kolaborasi dengan dokter jika
setiap harinya diperlukan
4. Klien merasakan nyaman
dengan lingkungan tempat
tidurnya

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, L.J. 2009. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hudak dan Gallo. 2009. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marion Johnson, dkk. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. Mosby.
Mc. Closkey dan Buleccheck. 2010. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. Mosby.
NANDA. 2015. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North
American Nursing Diagnosis Association.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
James, Berger, Elston & Neuhaus 2016. Deasea of the skin : Clinical Dermatology. 12th Ed.
Philadelphia: Elsevier
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, S.C., 2009, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Thomas, P.L & Tracey, CV 2014. Foot Care fromm A to Z. Dermatology Nursing. CNE DNJ
JI005.

Anda mungkin juga menyukai