Anda di halaman 1dari 19

ASKEP LANSIA DENGAN PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM

PENCERNAAN

1. Anisa Yuliani (920173048)


2. Anisya Eka A (920173049)
3. Arba’ah Robby M (920173051)
4. Ardiana Imroatul A (920173052)
5. Arnetta Mayasavira P (920173054)
6. Atika Mayasaari (920173055)
7. Cahyo Sulaksono (920173056)
Kelas : 4B S1 Ilmu Keperawatan
Kelompok : 1 (satu)
Makul : Keperawatan Gerontik

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


Jln. GANESHA 01 PURWOSARI KUDUS
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
tepat waktu.
membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembaca.

Kudus, 11 Agustus 2020

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN 

I.1 Latar Belakang

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan
kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan
tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda
proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia
sekitar 60 tahun.

Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah
itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang adadidalam tubuh.
Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah
yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti
dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua
tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai
penyakit degenerative.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus,
hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).

I.2 Rumusan Masalah


a. Askep lansia dengan perubahan fisiologi pafda system pencernaan ?
I.3 Tujuan
a. untuk mengetahui Askep lansia dengan perubahan fisiologi pafda system pencernaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Proses Penuaan

1. Pengertian

Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu yang
membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang
berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada
orang yang berlanjut usia. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional
yang didasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun
sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat. Menurut undang-
undang no.13/th 1998 bab i pasal 1 ayat 2 seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah
itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang adadidalam tubuh.
Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah
yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti
dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua
tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai
penyakit degenerative.

B. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Ø Lebih sedikit jumlahnya

Ø Lebih besar ukurannya

Ø Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler

b. Sistem persyarafan
Ø Hubungan persyarafan menurun

Ø Lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress

Ø Mengecilnya syaraf panca indra

c. Sistem pendengaran

Ø Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi atau suara-suara yang
tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata.

Ø Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

Ø Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

d. Sistem penglihatan

Ø Spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

Ø Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

Ø Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

Ø Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

Ø Hilangnya daya akomodasi

Ø Menurunnya lapang pandang.

Ø Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

e. System kardiovaskuler

Ø Katup jantung menebal dan menjadi kaku

Ø Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun.

Ø Kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmhg---mengakibatkan pusing mendadak.

Ø Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah perifer.

f. System respirasi

Ø Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku


Ø Menurunnya aktifitas dari silia.

Ø Paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas lebih berat, kapasitas
pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun

Ø Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

Ø O2 pada arteri menjadi 75 mmhg

Ø Co2 pada arteri tidak berganti

Ø Kemampuan untuk batuk berkurang

g. System gastrointestinal

Ø Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disesase yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun

Ø Indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indera
pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, rasa
asin, rasa asam, dan rasa pahit.

Ø Esophagus melbar

Ø Lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun.

Ø Peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.

Ø Fungsi absorpsi melemah.

Ø Hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya aliran darah.

h. System genitor urinaria

Ø Ginjal : mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,
penyaringan diglomerulus menurun sampai 50%.

Ø Vesika urinary : otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi berkemih meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
menyebabkan retensi urin.

Ø Pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun

Ø Atropi vulva

Ø Vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi kurang.
Ø Daya seksual : orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya. Tidak ada
batasan umur tertentu dimana fungsi seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun,
tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

i. System endokrin

Ø Produksi dari hampir semua hormone menurun

Ø Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

Ø Menurnnya aktifitas tiroid

Ø Menurunnya produksi aldosteron

Ø Menurunnya sekresi hormone kelamin.

j. System integument

Ø Kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak

Ø Kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu

Ø Rambut dalam hidung dan telinga menebal

Ø Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi kuku jari menjadi
keras dan rapuh

Ø Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk

Ø Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.

k. System muskuloskletal

Ø Tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh

Ø Kifosis

Ø Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats

Ø Discus invertebralis menipis dan menjadi pendek

Ø Persendian membesar dan menjadi kaku

Ø Tendon mengkerut dan mengalami sceloris

Ø Atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram dan menjadi
tremor

Perubahan pada system Gastrointestinal


Banyak masalah GI yang dihadapi oleh lansia berkaitan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus
terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa,
kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berikut ini merupakan yang terjadi pada system GI akibat
proses menua :

a. Rongga mulut.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua:

Ø Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, pengurangan dentin, dan retaksi dari struktur
gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan
gigi palsu yang lepas.

Ø Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih merah dan
berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis karena penyusutan epithelium dan mengandung keratin.

Ø Air liur/saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang telah dikunyah. Saliva
memfalisitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut : penyediaan enzim pencernaan,
pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada gigi. Pada lansia saliva telah mengalai
penuruan.

b. Esophagus, Lambung, dan Usus.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esophagus, lambung dan usus akibat proses
menua :

Ø Diatasi esophagus, kehilangan tonus sfingterjantung, dan peurunan refleks muntah. Implikasi
dari hal ini adalah peningkatan aspirasi.

Ø Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lamung sebesar 11% sampai 40 % dari
populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan dan mempengaruhi
penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan bertambah secara berlebihan dan menyebabkan
kurangnya penyerapan lemak.

Ø Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi obat-obatan,
zat besi, kalsium,vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi.

c. Saluran empedu, Hati, Kandung Empedu, dan pancreas

Pada hepar mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80 tahun.
Berikut ini merupaka perubahan yang terjadi pada saluran empedu,hati, dan pancreas akibat
proses menua :

Ø Pengecilan ukuran hai dan pancreas. Implkasi dari hal ni adalah terjadi penurunan kapasitas
dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan.
Ø Perubahan proporsi lemak empedu tanpa diikuti perubahan metabolisme asam empedu yang
signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolesterol.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social dan
spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut aspek
tersebut.

1. Biologis

Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan menanyakan
tentang:

a. Pandangan lansia tentang kesehatannya

b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia

c. Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran

d. Kebiasaan lansia merawat diri sendiri

e. Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil

f. Kebiasaan gerak badan / olahraga

g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan

h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat

i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar untuk
mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument, muskuloskletal, respirasi,
kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan,
pendengaran, pengecapan dan penciuman.
3. Psikologis

Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk melihat fungsi
kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji alam perasaan, orientasi
terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya.

Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir yang lambat
dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-hal yang perlu dikaji pada
lansia meliputi :

a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya

b. Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan

c. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan

d. Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak

e. Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami

f. Apakah mudah untuk menyesuaikan diri

g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan

h. Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll

4. Sosial – ekonomi

Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun
dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi social. Status
ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang mereka peroleh.

Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait dengan harga
dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya berharga karena masih
mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji
antara lain :

a. Apa saja kesibukan lansia

b. Dari mana saja sumber keuangannya

c. Dengan siapa ia tinggal

d. Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia

e. Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah


f. Siapa saja yang biasa mengunjunginya

g. Seberapa besar ketergantungannya

h. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada

Spiritual

Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan sejauhmana
keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan tersebut benar-benar
diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses
penuaan. yang perlu dikaji pada lansia :

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain

c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika menghadapi
masalah

d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat dianalisa /
disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada lansia.
Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain :

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pemasukan yang tidak adekuat
2. Gangguan eliminasi BAB b.d pola makan tidak efektif

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Rangsang nafsu makan


 Berikan makan porsi kecil tapi sering
 Berikan makanan bergizi
 Berikan makanan selagi hangat dengan penampilan yang lebih menarik
 Tersedianya makanan yang mungkin sesuai dengan pilihannya
2. Cegah terjadinya gangguan pencernaaan
 Berikan sikap fowler waktu makan
 Pertahankan keasaman lambung
 Berikan makaanan yang tidak membentuk gas
 Cukup cairan
3. Cegah konstipasi atau sembelit

 Jaminan kecukupan cairan dalam diet


 Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas
 Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal

Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar
lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di
rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada
orang lain.

Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar antara
lain :

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan

3. Memelihara kebersihan diri

4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur

5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

C. Tindakan keperawatan :

1. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran dan
memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan tulang (osteoporosis) dan
penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif.
Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial. Penurunan
alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat
makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena
melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang. Perubahan
peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya kecemasan dan
putus asa, dapat menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga
/ lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan keinginan
lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan

Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :

a. Gizi berlebihan ;Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada lansia
penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat menyebabkan berat badan
berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit
jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah tinggi dan sebagainya.

b. Gizi berkurang: Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang dapat menyebabkan
banyak kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut cepat rontok, daya tahan
terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial
ekonomi gangguan penyakit, serta ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan kebiasaan
makanan yang salah dari usia mudah.

c. Kekurangan vitamin : Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam


makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan.

d. Kelebihan vitamin : Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa resep
dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari vitamin ini akan
terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya.

Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang dewasa
normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan pengurangan porsi
untuk mengimbangi aktivitasnya.

a. Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah 1.700 kalori,
kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut, misalnya gemuk atau
kurus atau disertai penyakit lain (kencing manis, dll).

b. Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang mudah
diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme, misalnya
madu, nasi, buah-buahan yang manis.

c. Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan timbulnya


hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr total kalori yg
dibutuhkan.

d. Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan didapatkan
dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.

e. Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah konstipasi maka
pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.

Rencana makanan untuk lansia

a. Berikan makanan porsi kecil tapi sering

b. Banyak minum & kurangi makan: dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, hindari makanan yang terlalu asin
c. Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur

d. Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam keadaan
seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan berlemak.

e. Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan usus &
menambah nafsu makan.

Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia

Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas dan kebakaran.
Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari kaki mulai berkurang, ditandai
dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut
menyebabkan usila tidak mampu menyanggah tubuhnya dengan baik.Selain itu penurunan fungsi
pengindaraan dan pendengaran menyebabkan lansia tidak dapat mengamati situasi
sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu lintas dan luka baker. Selanjutnya,
kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang tidak tepat untuk lansia, misalnya
pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak rata, tangga yang tidak diberi tanda
pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.Untuk mencegah resiko kecelakaan
diatas, beberapa tindakan yang harus dilakukan antara lain:

a. Klien / lansia

1) biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.

2) latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi

3) biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur

4) jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan, latih klien
untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat bantu berjalan

5) bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang menggunakan obat
penenang atau diuretika

6) menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu

7) usahakan ada yang menemani jika bepergian.

b. Lingkungan

1) tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di observasi apabila
lansia dirawat diruang perawatan lansia

2) letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya


3) gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi

4) letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-alat yang
selalu digunakan

5) upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah

6) kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang menggunakan

7) pasang pegangan dikamar mandi

8) hindari lampu yang redup dan menyilaukan

9) sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt

10) jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan mata sesaat

11) gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet

c. Memelihara kebersihan diri

Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi untuk melakukan
perawatan diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri pada lansia akibat
penurunan daya ingat, sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan diri secara tepat dan
teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia muda. Jika usila tersebut pada
saat mudanya orangnya rapi, tentu ia akan tetap melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik,
perawatan diri yang kurang dapat pula akibat dari kelemahan atau ketidakmampuan fisik lansia.
Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat berkurang seringkali kulit lansia bersisik dan
kering. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:

1) mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri misalnya,
cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.

2) menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung miyak atau
berikan skin lotion

3) mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan gunting
kuku

d. Memelihara keseimbangan istrahat dan tidur

Pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1) menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman


2) mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan

3) melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi darah dan
melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai hobby, misalnya berkebun,
berjalan santai, dll.

4) memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat.

e. Meningkatkan hubungan interpersonal

Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang menurun, pikun, depresi, lekas
marah dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan karena hubungan inter personal yang
tidak adikuat. Upaya yang dilakukan antara lain:

1) berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata

2) memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan

3) menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia

4) memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap respon verbal dan non
verbal lansia

5) melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia

6) menghargai pendapat lansia

D. Diagnosa keperawatan:

Resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan dan
pandangan.

1. Tujuan jangka panjang:

Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan tidak terjadi trauma fisik

2. Tujuan jangka pendek: setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:

a. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang

b. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik

E. Intervensi keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya


2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

3. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi tubuh

4. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak licin dan basah

5. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan pasang bel

6. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat cukur, dll.

7. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu bantuan

8. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau lansia
dengan lingkungan baru

9. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur, bangun pada malam
hari untuk bak

10. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan perkuat instruksi
dengan instruksi tulisan.

11. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia

12. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan spesifik

F. Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, ulangi penjelasan yang belum dimengerti.

G. Evaluasi

Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan non verbal lansia
/ keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil
pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut keperawatan.

Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan keperawatan keluarga
lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di rumah.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat).
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo R.B, Martono H, (2011), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta

Price SA, Lorraine M, (2010), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Edisi
IV, EGC, Jakarta

Mansjoer a,dkk,(2012), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media Euskulapius FKUI,
Jakarta

Bruner & Sudart, (2012), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta

FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta

Capernito L.J, (2010), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta

Engram B, (2012), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta

Tuker SM et al, (2012),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta

Suparman dkk, (2011), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Buku ajar geriatri. Jakarta : balai penerbit fkui gallo, joseph.2012.

Buku saku gerontologi. Jakarta : egc nugroho, wahjudi.2011.

Keperawatan gerontik.jakarta : egc potter & perry.2010.

Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4.jakarta :egc a.h. markum, 2011,

Anda mungkin juga menyukai