Hari : Kamis
Tanggal : 16 Desember 2021
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan
dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi. Dalam pengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi
prioritas utama adalah manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga
perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.
Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana
dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses
bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
saling menopang.
Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum,
termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati
dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata
dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta
kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi
perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan
dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan
pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan
merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya
secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan,
dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan
keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan kelompok 1 di Ruang Edelweis 2
diperoleh bahwa ruang Edelweis 2 sudah menerapkan sistem Model Keperawatan Primer
sejak tahun 2014, namun dalam pelaksanaan belum tercapai secara optimal secara teori,
dari wawancara dengan kepala ruang Edelweis 2 RSUD dr. LOEKMONO HADI Kudus
menunjukkan jika tingkat kedisiplinan para perawat sudah cukup baik, aplikasi
pembagian kerja masih belum optimal, manajemen obat sudah memiliki tempat khusus
tersendiri tapi dalam penempatannya terkadang belum sesuai dengan tempat yang telah
tersedia.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kudus mampu melakukan
pengkajian Manajemen Keperawatan di ruang Edelweis 2 dan mampu berkontribusi
pelaksanaan pelayanan keperawatan di ruang Edelweis 2 dengan menggunakan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti Praktik Manajemen Keperawatan, mahasiswa Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Kudus mampu:
a. Melaksanakan pengkajian di Ruang rawat inap Edelweis 2
b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah Manajemen Keperawatan
c. Melakukan kegiatan Manajemen Keperawatan di ruangan dalam bentuk:
1) Mampu membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan professional
di ruangan antara lain:
a) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
b) Mampu membuat kebijakan kerja diruangan
c) Mampu menyiapkan perangkat kegiatan model praktek keperawatan
professional di ruangan
d) Mampu mengembangkan sistem informasi manajemen keperawatan di
ruangan dalam menerapkan model praktek keperawatan professional
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan Model Praktek
Keperawatan Professional antara lain :
a) Membuat struktur organisasi di ruang Model Praktek Keperawatan
Professional
b) Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan Tim di ruang Model Praktek
Keperawatan Professional
c) Membuat daftar pasien berdasarkan Tim di ruang Model Praktek
Keperawatan Professional
d) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan Model
Praktek Keperawatan Professional antara lain :
1) Mampu menerapkan pemberian motivasi
2) Mampu membentuk manajemen konflik
3) Mampu melakukan supervisi
4) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
5) Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain :
a) Operan
b) Prekonference
c) Post konference
d) Ronde keperawatan
e) Supervisi Keperawatan
f) Discharge planning
g) Dokumentasi Keperawatan
e) Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit hasil di ruangan
Model Praktek Keperawatan Professional antara lain :
1) Mampu memperhitungkan (BOR: bed occupancy rate), yaitu
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
2) Mampu menghitung (ALOS: average length of stay), yaitu rata-rata
lama rawat seorang pasien
3) Mampu menghitung (TOI: turn over interval), rata-rata hari tempat
tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya
4) Mampu menghitung Kejadian infeksi nosokomial
5) Mampu menghitung Kejadian cedera
6) Mampu melakukan Audit dokumentasi asuhan keparawatan
7) Mampu melakukan Survey masalah baru
8) Mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga
D. Cara Pengumpulan Data
Proses pengkajian Manajemen Keperawatan di Ruang Edelweis 2 RSUD dr.
Loekmono Hadi Kudus diperoleh dengan cara:
1. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap kondisi fisik
ruangan, fasilitas yang ada di ruangan, proses pelayanan yang dilakukan, proses
pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien, serta proses bimbingan
mahasiswa oleh pembimbing klinik, serah terima tugas jaga (operan), pre conference
dan post conference.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, case manager, perawat primer, perawat
assosiate, dan pasien untuk menggali informasi mengenai proses pelayanan yang
dilakukan perawat terhadap pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan melalui pengumpulan data dari dokumentasi-
dokumentasi yang berada di ruangan meliputi data pasien, ketenagaan, proses
keperawatan, management ruangan, Standart Operasional Prosedur (SOP), inventaris
ruangan, Standar Asuhan Keperawatan (SAK), profil rumah sakit, sensus harian
pasien, data mahasiswa dan data pasien.
4. Cheklist
Cheklist adalah salah satu alat observasi, yang ditujukan untuk memperoleh data,
berbentuk daftar berisi faktor-faktor berikut subjek yang ingin diamati oleh observer,
dimana observer dalam pelaksanaan observasi di lapangan tinggal memberi tanda
chek (cek atau biasanya centang) pada list faktor-faktor sesuai perilaku subjek yang
muncul, di lembar observasi, sehingga memungkinkan observer dapat melakukan
tugasnya secara cepat dan objektif, sebab observer sudah “membatasi diri” pada ada-
tidaknya aspek perbuatan subjek, sebagaimana telah dicantumkan di dalam list.
E. Manfaat Penulisan
1. Institusi Rumah Sakit: memberi masukan dalam proses pelayanan keperawatan yang
terbaik bagi pasien melalui manajemen keperawatan operasional dan manajemen
asuhan keperawatan profesional sesuai Model Keperawatan Primer, khususnya di
Ruang Edelweis 2 RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
2. Perawat: memberi masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan klinik guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara profesional, antara lain:
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal di ruang Edelweis 2
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien.
c. Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
d. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan pelayanan keperawatan sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan.
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplindiri perawat di ruang Edelweis
2.
3. Mahasiswa: mengaplikasikan dan meningkatkan keterampilan dalam manajemen
keperawatan profesional dan efisien sesuai Model Keperawatan Primer.
4. Pasien: dengan adanya program Model Keperawatan Primer di Rumah Sakit
diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.
BAB II
2. Ruang Edelweis 2
Ruang Edelweis 2 merupakan ruang perawatan yang melayani pasien untuk kelas I,
meliputi laki-laki dan perempuan, semua jenis penyakit. Ruang Edelweis 2 dibawah
instalasi rawat inap RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus. Ruang Edelweis 2 memiliki 12
kamar perawatan, yang setiap kamarnya terdiri dari 2 tempat tidur. Ketenagaan di
ruang Edelweis 2 meliputi 1 orang kepala ruang, 1 orang wakil kepala ruang, 3 orang
perawat primer, 4 orang perawat assosiate I, 13 orang perawat assosiate II, 1 orang
administrasi, dan 2 orang cleaning service.
Ruang Edelweis 2 terletak di lantai 2 yang dibatas oleh:
Utara : -
Timur : Pintu Masuk Motor
Bawah : Poliklinik
Atas : Edelweis 3
Barat : -
Selatan : -
Konfrensi
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konfrensi dilakukan
setelah melakukan operasi dinas sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP.
Konfrensi bertujuan untuk:
a. Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh PP
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing PA
c. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu. Rencana
tindakan didasarkan pada rencana yang ditetapkan oleh PP
d. Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya.
e. PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait dengan
keperawatan klien meliputi keluhan klien yang terkait dengan pelayanan, seperti:
keterlambatan, kesalahan pemberian makanan, kebisingan pengunjung lain,
ketidakhadiran dokter yang dikonsulkan, ketetapan pemberian infus, ketepatan
pemantauan asupan haluaran cairan (Intake/ Output) ketepatan pemberian oral atau
injeksi, ketepatan pelaksanaan tindakan lain, ataupun ketepatan dokumentasi. Hal-hal
yang dibahas dalam konfrens anatara lain keadaan umum klien, keluhan utama, TTV
dan kesadaran klien, hasil pemeriksaan laboratorium/ diagnostik terbaru, masalah
keperawatan, renpra hari ini, perubahan terapi medis dan rencana medis.
Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
1. Tujuan ronde keperawatan:
a. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
c. Meningkatkan validitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
2. Peran
a. Perawat primer dan perawat assosiate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang biasa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain, menjelaskan
keadaan dan data demografi klien, menjelaskan masalah keperawatan utama,
menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan, menjelaskan
tindakan selanjutnya serta menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran konsuler/ expert
Adapun peran konsuler antara lain memberikan justifikasi, memberikan
reinforcement, menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional, mengarahkan dan koreksi, dan mengintegrasikan teori dan
konsep yang telah dipelajari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ronde yaitu:
1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum pelaksanaan ronde.
b. Pemberian informed consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
c. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
3. Pasca Ronde. Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.
Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (2013), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan
publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau
dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang
sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (2013), Swansburg (2013), Szilagyi
(2013), dan Tappen (2013) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-
verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata
adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik
daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan
tidak enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada
mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan
lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru
anda”.
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat
dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati
kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan
keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat
harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan
dengan minat dan kebutuhan klien.
6. Humor
Dugan (2009) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane
(2008) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan
hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-
verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi
dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati
pada:
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar
terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di
dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang
berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 2009 dalam Potter dan Perry, 2009).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan
penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit
bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak
memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan
klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien
dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi
wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat
interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang
yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai
orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang
baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara
dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat
tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan
fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati
sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti
rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-
klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan
keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan
pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa
keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak
interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg
(2009) dan Wilson & Kneisl (2009) menyatakan bahwa walaupun sentuhan
banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah
penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus
dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
4. Metode pemberi asuhan keperawatan
Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu model keperawatan
tim, model keperawatan fungsional, keperawatan tim primer metode khusus.
a. Model keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjaddi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga profesional, tekhnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinnkan kommunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan:
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk
Konsep metode tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
tekhnik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawab
2) Kerjasama dengan anggota tim
3) Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan
a) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan pasien bersama ketua tim
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengetahu visite dokter
g) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
h) Membantu membimbing terhadao peserta didik keperawatan
i) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode peugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 kettua tim dan
ketua tim membawahi 2-1 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keparawatan
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
3) Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penguasaan kepada ketua tim
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keteramapilan dan
sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien
b) Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi, pengawasan
tidak langsung yaitu mengecek daftar ketua tim, dan mengevaluasi upaya
pelaksanaan dan membandingkan degan rencana kepearawatan yang telah
disusun bersama ketua tim, serta audit keperawatan.
Kepala Ruang
D. Unsur Input
1. Man
Kuantitas ketenagakerjaan
a. Ketenagakerjaan menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang didasarkan pada Douglas (2008),
klarifikasi derajat ketergantungan klien dibagi menjadi tiga, yaitu perawat
minimal, perawat parsial, perawat total. Perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)
dimana pasien mampu menjaga kebersihan, makan dan minum sendiri, ambulasi
dengan pengawasan, serta pengobatan minimal. Perawatan parsial (3-4 jam/24
jam) dimana pasien membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebersihan diri,
makan dan minum, membutuhkan observasi setiap 4 jam, serta pasien dengan
folley cateter. Klasifikasi terakhir adalah pasien dengan perawatan total (5-6
jam/24 jam) dimana pasien mengalami disorientasi, perawatan luka komplek,
membutuhkan bantuan pada seluruh pemenuhan kebutuhan dasar, membutuhkan
observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam, serta pemakaian suction.
Kualitas ketenagakerjaan
Saat ini, di Indonesia terdapat tiga macam pendidikan tenaga keperawatan, yaitu
lulusan dari sekolah perawat kesehatan (SPK), lulusan D III Keperawatan, dan sarjana
keperawatan/Ners. Progam D III Keperawatan dan sarjana keperawatan/ners
merupakan bagian dari pendidikan tinggi keperawatan yang menghasilkan perawat
professional, akan tetapi progam D III keperawatan baru di sebut dengan perawat
professional pemula. Sebagai perawat professional pemula dengan Amd. Kep,
perawat lulusan D III sudah memiliki sikap profesional yang cukup untuk menguasai
pengetrahuan ilmu keperawatan dan ilmu penunjang lainnya. Sedangkan progam Ners
menghasilkan lulusan perawat Generlis, dengan gelar akademik S.kep dengan profesi
ners (Ns) mempunyai landasan kukuh dan landasan profesi yang mantap,sesuai
dengan sifatnya sebagai profesi (akademik-profesional)
2. Money
Top Down adalah metode ini menggunakan informasi utama dari rekening atau data
keuangan rumah sakit yang telah ada. Langkah pertama adalah mengidentifikasi
pengeluaran-pengeluaran rumah sakit yang terkait dengan penyediaan layanan rawat
inap. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan pengeluaran-pengeluaran
tersebut ke masing-masing cost center seperti bangasal rawat inap, gaji dan jasa medis
dan ruangan lainnya.
3. Methode
a. Standar operasional prosedur (SOP)
Praktik keperawatan pada dasarnya adalah member asuhan keperawatan,
merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun perencanaan tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakana keperawatan (termasuk tindakan medik
yang dapat dilakukan oleh perawat ) sampai evaluasi terhadap hasil tindakan dan
akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan sebagaimana tercantum dalam
standar operational procedur (SOP)
SOP merupakan suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah kegiatan yang
dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu pasien.Tujuan umum standar
operasional prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang
berlaku. Prinsip – prinsip SOP :
1) Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
2) Dapat berubah sesuaidengan perubahan standar profesi atau perkembangan
iptek serta peraturan yang berlaku
3) Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi padab setiap
upaya, disamping tahapan-tahapan yang harus dilalui setiap kegiatan
pelayanan
4) Harus didokumentasikan
Proses pembuatan SOP melalui beberapa tahap antara lain :
1) Merumuskan tujuan protap
2) Menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan protap
3) Menterjemahkan policy/ kebijakan/ ketentuan-ketentuan/ peraturan-peraturan
kebijakan berguna untuk terjaminnya suatu kegiatan, membuat standar kinerja,
dan menyelesaikan suatu konflik dalam tim kerja.
4) Membuat aliran proses yang digambarkan dalam bentuk bagan-bagan proses
atau urutan jalnnya suatu produk / tatacara yang mencatat segala peristiwa
seperti memberi gambaran lengkap tentang apa yang dilaksanakan dan
membantu setiap pelaksanaan untuk memahami peran dan fungsinya dengan
pihak lain
5) Menyusun prosedur atau pelaksanaan kegiatan
b. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Masyarakat memerlukan pelayanan keperawatan yang bermutu dan dilandasi
dengan jiawa manusiawi. Pelayanan keperawatan mendominasi pelayanan rumah
sakit sehingga menjadi komponen akreditasi rumah sakit. Oleh Karena itu
diperlukan suatu keseragaman dalam memberikan pelayanan dengan dengan
memberlakukan Standar Asuhan Keperawatan (SAK). SAK adalah level kinerja
atau performance yang diinginkan dan dapat dicapai dimana kinerja actual dapat
dibandingkan. SAK diperlukan untuk meningkatkan , menuntun, dan
mengarahkan praktek keperawatan professional . Tujuan penting SAK lainnya
yaitu proteksi terhadap public, pengaturan praktik perawat, pemberian ijin institusi
pendidikan keperawatan, pembuatan pedoman administrative, penafsiran harapan
public, professional pelayanan kesehatan lainnya terhadap praktik perawat serta
acuan legal untuk praktik yang layak.
4. Material
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung kelancaran dalam
memberikan asuahan keperawatan pada pasien. Secara kualitatif fasilitas yang
tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Fasilitas dan alat-
alat kedokteran maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan oleh masing-masing Rumah Sakit yang disesuaikan dengan jenis dan
kapasitas unit pelayanan.
5. Machine
Mesin merupakan suatu fasilitas kesehatan yang dapat menunjang tindakan
keperawatan.
E. Unsur Proses
1. Planning/ Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk memperbaiki
atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan merencanakan diharapkan hasil akhir
dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan yang baik sangat
bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang diinginkan.
Perencaan meliputi:
a. Jangka pendek (target waktu dalam minggu/ bulan)
b. Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c. Jangka panjang ( untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat
memperbaiki pandangan masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg (2008)
perencanaan digolongkan sebagai konseptual yang mencakup unsur pokok (strategis)
dan operasional.
2. Organization/ Organisasi
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pengertian secara
statis dan pengertian secara dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi merupakan
wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan secara
dinamis , organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kinerja yang
teratur dan simetris untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap organisasi kemungkinan mempunyai prinsip- prinsip dalam menjalankan
tugasnya, prinsip-prinsip organisasi antara lain :
a. Tujuan yang jelas ( clear objective )
b. Skala hierarki (the scalar principle)
c. Kesatuan komando / perintah (unity of command)
d. Perlimpahan wewenang (delegation of authority)
e. Pertanggungjawaban ( responsibility)
f. Pembagian kerja (devision of work)
g. Rentang kendali ( span of control)
h. Fungsionalisasi (funcionalization)
i. Pemisahan Tugas (task separation)
j. Fleksible / kelenturan (flexibility)
k. Keseimbangan (balance)
l. Kepemimpinan (leadership)
Model praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu system (sreuktur,
proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menmdukung pemberian
asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen subsistem yaitu:
a. Nilai-nilai professional atau inti MPKP
b. Pendekatan management
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan profesional
e. System kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan delivery system, ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Adapun metode dalam asuhan keperawatan
metode tim, kasus, fungsional dan keperawatan primer.
3. Actuating/Penggerak
Menurut Dounglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi yang
memungkinkan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan pedoman
serta pandangan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan pedoman
serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien untuk
mencapai objektif organisasi.
Pengarahan yaitu perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Istilah lain yang di gunakan sebagai
padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang di
gunakan pada akhirnya akan bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah di
rencanakan sebelumnya. Dalam pengarahan, pekerjaan di uraikan dalam tugas tugas
yang mampu kelola, jika perlu di lakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleg staf, seorang manajer harus melakukan upaya upaya
sebagai berikut:
a. menciptakan iklim motivasi
b. mengelola waktu secara efisien
c. mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik
d. mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
e. melaksanakan system pendelegasian dan supervise
f. negosiasi.
Serah terima tugas jaga (operan)
1. Di dahului dengan doa bersama
2. Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab di
lakukan di station dengan suara perlahan / tidak rebut.
3. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa keperawatan tindakan keperawatan yang
telah di lakukan beserta waktu pelaksanannya.
4. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum di
lakukan
5. Menyebutkan perkembangan pasien selama shift
6. Menginformassikan pendididkan kesehatan yang telah di lakukan (bila ada)
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
7. Menyebutkan terapi dan tindakan media beserta waktunya yang di lakukan selama
shift
8. Menyebutkan tindakan medis yang belum di lakukan selama shift
9. Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya pada
akhir tugas
10. Memberi salam kepada pasien, keluarga serta mengobservasi dan menginspeksi
keadaan pasien, menanyakan keluhan keluhan pasien ( dalam rangka kualifikasi).
F. Unsur Output
1. Mutu
Mutu pelayanan meliputi 4 (empat) indicator mutu pelayanan kesehatan yaitu BOR,
AVLOS, TOI dan BTO.
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80-90%
sedangkan standar nasional BOR adalah 60-85%.
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata Lamanya Pasien Di Rawat)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indicator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose tertentu yang dijadikan tracer (yang
perlu pengamatan lebih lanjut). AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.
c. TOI (Turn Over Interval = Tempat Tidur Tidak Terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat di isi ke
saat terisi berikutnya. Indicator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3
hari.
d. BTO (Bed Turn Over = angka perputaran tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (9-10 x/3 bulan)
2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK
Dokumentasi keperawatan adalah system pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan
semua asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat
bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan
merupakan suatu upaya untuk membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat
dan keperawatan. Tujuan dari adanya dokumentasi keperawatan adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai media komunikasi
b. Sebagai sarana pendidikan
c. Sebagai perhitungan biaya
d. Sebagai evaluasi perencanaan perawatan pasien
e. Sebagai jaminan mutu pelayanan
f. Sebagai dokumen yang sah
g. Sebagai data penelitian
Aspek-aspek penting dalam dokumentasi keperawatan :
a. Keakuratan data
b. Breavity (ringkas)
c. Legibility (mudah dibaca)
Komponen dokumentasi keperawatan :
a. Pengkajian, meliputi : pengumpulan data dan pengorganisasian data.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
penunjang.
b. Diagnosa keperawatan : menggambarkan masalah pasien baik actual maupun
potensial berdasarkan hasil pengkajian data
c. Rencana keperawatan : menentukan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan,
metode pendekatan pemecahan masalah
d. Implementasi / tindakan : pemberian tindakan / asuhan keperawatan
e. Evaluasi : memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk strategi
keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien
f. Catatan asuhan keperawatan : pencatatan merupakan data tertulis tentang
kesehatan pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan
3. Kepuasaan pasien
Kualitas suatu pelayanan dapat diukur dari tingkat kepuasaan pengguna pelayanan
tersebut. Semakin tinggi kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah
sakit, maka semakin tinggi pula kualitas pelayanan rumah sakit tersebut. Instumen
yang digunakan adalah instrument tingkat kepuasan pasien yang berjumlah 22
pernyataan dan terdiri dari 5 komponen kepuasan.
4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang baik mengacu pada standar asuhan keperawatan yang
telah ditetapkan.
G. Analisa SWOT
Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat factor itulah yang membentuk akronim
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi
factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam
gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaiman kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang
ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu
membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
1. Strengh (S) yaitu analisa kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan
dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan dalam
analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan kekuatan
dan kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan
perusahaan itu unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di
manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan
juga kualitas yang lebih maju.
2. Weaknesses (W) yaitu analisa kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan
kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara
menganalisis perusahaan ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam
kemajuan suatu perusahaan atau organisasi.
3. Opportunity (O) yaitu analisa peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi
organisasi dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan
yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang dimasa
yang akan datang.
4. Threats (T) yaitu analisa ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang
harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai
macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau
organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera diatasi ancaman tersebut
akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik dimasa sekarang
maupun dimasa yang akan datang.
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. HASIL PENGKAJIAN
1. 5 M (Man, Material & Machine, Method, Money, Market)
a. Man
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang
membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah
makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang – orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
1) STRUKTUR ORGANISASI RUANG EDELWEIS
a) Jenis Kelamin
Karakteristik perawat di Ruang Edelweis 2 berdasarkan jenis
kelamin (n = 22) menunjukkan mayoritas perawat berjenis kelamin
perempuan, sebanyak 15 orang (68,1 %) dan laki – laki sebanyak 7
orang (31,9 %).
b) Pendidikan
Karakteristik pendidikan perawat di Ruang Edelweis 2 sampai bulan
Desember 2021 rata-rata berpendidikan D3 Keperawatan dengan jumlah
12 orang, S1 Keperawatan Ners 10 orang.
2) Jumlah SDM di Ruang Edelweis 2 RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
PENDIDIKAN
NO. NAMA JABATAN YANG
DIMILIKI
1. Sugiarti, AMK Karu D3 Kep
2. Sudaryanto, S.Kep.,Ns Wakaru S1 Kep.Ners
3. Adit Admin
4. Siti Arofah, S. Kep.,Ns PP S1 Kep.Ners
5. Murtiningsih, S.Kep.,Ns PP S1 Kep.Ners
6. Susanti, S.Kep.,Ns PP S1 Kep.Ners
7. Diana Tristiyaning, S.Kep.,Ns PA 1 S1 Kep.Ners
8. Mita Amalia H, AMK PA 1 D3 Kep
9. Muhlisin, AMK PA 1 D3 Kep
10. Yuli Ari, AMK PA 2 D3 Kep
11. Diana Maulia, AMK PA 2 D3 Kep
12. Tiwi Nor S, AMK PA 2 D3 Kep
13. Agus Teguh, AMK PA 2 D3 Kep
14. Arum Rahmawati,S.Kep.,Ns PA 2 S1 Kep.Ners
15. Siti Munawaroh, AMK PA 2 D3 Kep
16. Oktaviana Putri, S. Kep., Ns PA 2 S1 Kep.Ners
17. M. Sofa, AMK PA 2 D3 Kep
18. Novayani, S. Kep., Ns PA 2 S1 Kep.Ners
19. Toharudin, AMK PA 2 D3 Kep
20. Anas Yuli Nuranto, S. Kep., Ns PA 2 S1 Kep.Ners
21. Ummi Najah, S. Kep., Ns PA 2 S1 Kep.Ners
22. Nur Ismiyati, AMK PA 2 D3 Kep
23. Andi Hartono, AMK PA 2 D3 Kep
28 x 83
100
= 23 Orang
Total 23 orang 23 orang
KESIMPULAN:
Sesuai dengan standart rumah sakit dan berdasarkan data diatas kita
simpulkan bahwa SDM ketenagaan ruangan Edelweis 2 sudah memenuhi
standart, baik dalam kwantitatif maupun kwalitatif.
Secara kwalitatif, pendidikan formal PP sudah sesuai dengan standart yaitu
S1 Keperawatan Ners.
Secara kwantitatif, jumlah tenaga yang tersedia sudah sesuai dari kebutuhan
tenaga yang direkomendasikan standart RS.
1) Bed Occupation Rate (BOR)
BOR adalah indikator tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rumah
sakit. Rumus BOR sebagai berikut:
a) BOR/ hari = (Jumlah pasien x 100%) : TT
b) BOR/ bulan = (Jumlah pasien dalam 1 th x 100%) : (TT x 30 hr)
c) BOR/ tahun = (Jumlah pasien dalam 1 th x 100%) : (TT x 365)
Sedangkan pada ruang Cempaka 3 sendiri pada pengkajian tanggal 9-11
Desember 2021 didapatkan data
Tanggal Jumlah Pasien
Kamis, 9 Desember 2021 25
Jum’at, 10 Desember 2021 23
Sabtu, 11 Desember 2021 22
Dengan data diatas ditemukan jumlah pasien mulai tanggal 9-11
Desember 2021 dengan rentang waktu 3 hari dapat dimasukan ke dalam
rumus BOR yang akan dijelaskan dibawah ini
BOR = Jumlah pasien x 100 %
Jumlah tempat tidur x Periode
= (25+23+22) x 100%
28 x 3 hari
= 70 x 100 % = 83 %
84
Dengan hasil di atas diketahui bahwa BOR ruang Edelweis 2 pada tanggal
9 – 11 Desember 2021 adalah 83%. Apabila dengan BOR 83% maka BOR
ruang Edelweis 2 termasuk Baik karena BOR ideal menurut Depkes RI
tahun 2005 idealnya adalah 60 – 85 %.
2) AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata Lamanya Pasien Di Rawat)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien sehingga dapat
digunakan sebagai indikator gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan.
Dari data nulan November 2021 ditemukan data sebagai berikut :
Jumlah hari rawat : 30 hari
Jumlah pasien keluar ( hidup & mati ) : 94 pasien
AVLOS = Jumlah lama dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)
= 30 hari
94 pasien
AVLOS = 0,3
= 1 hari
Setelah dimasukan dalam rumus AVLOS didapatkan hasil AVLOS
ruang Edelweis 2 adalah 1 hari dan dapat disimpulkan bahwa tingkat efisien
dan mutu pelayanan tersebut termasuk dalam skala tidak ideal karena batas
skala ideal adalah 6-9 hari (Depkes 2008).
3) BTO (Bed Turn Over = angka perputaran tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa
kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu
Jumlah pasien keluar : 94 pasien
Jumlah tempat tidur : 28 tempat tidur
BTO = Jumlah pasien keluar
Jumlah Tempat Tidur
= 94 pasien
28 tempat tidur
= 3,3 kali
= 3 kali
Idealnya angka perputaran tempat tidur selama 1 bulan yaitu 4 tempat
tidur dipakai 3-4 kali (Depkes 2008).
4) TOI (Turn Over Interval = Tempat Tidur Tidak Terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat di
isi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur.
Dari data bulan November 2021 :
TOI = (Jumlah TT X Periode) – Hari Perawatan
Jumlah pasien keluar (H+M)
= (28 x 30) – 550
94
= 840 – 550
94
= 290 = 3 hari
94
Jadi dapat disimpulkan bahwa jarak antara tempat tidur ditempati adalah 3
hari. Sedangkan idealnya adalah 1-3 hari. (Depkes 2008)
b. Material & Machine
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam
dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan / materi – materi sebagai salah
satu sarana. Sebab, materi dan manusia tidak dapat dipisahkan. Tanpa materi tidak
akan tercapai hasil yang dikehendaki. Machine atau mesin digunakan untuk
memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja.
1) Lokasi dan Denah Ruangan
Ruang Edelweis 2 adalah ruang rawat inap kelas 1, 2, dan 3 untuk semua jenis
penyakit yang terdiri dari 14 kamar. Disetiap kamar terdapat 2 tempat tidur,
jadi total tempat tidur di Rang Edelweis 2 adalah 28 tempat tidur.
Denah Ruang Edelweis 2
a) Material
Alat Kesehatan di Ruang Edelweis 2 RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
INVENTARIS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
RUANG
dr. LOEKMONOHADI KUDUS EDELWEIS 2
JL. dr. Lukmonohadi 19 0291 444001 TAHUN 2021
NO NAMA ALAT MEREK ∑ Keterangan
SPO Pelayanan
No Nama Dokumen
1 Pelayanan keluhan pelanggan
2 Pendampingan penanganan keluhan
3 Pengkaji hukum
3) Standar Asuhan
4 Tindakan hd
5 Pasien gawat darurat hd Keperawatan
6 Pencatatan pelaporan indikator mutu SAK adalah level
7 Penerimaan pasien
kinerja atau
8 Triage
9 Observasi pasien performance yang
10 Pasien pindah ruang diinginkan dan
11 Askep pasien terminal
dapat dicapai dimana
12 Perlindungan pasien dari kekerasan fisik
13 Perlindungan terhadap kekerasan fisik kinerja actual
dapat 14 Rca ( root cause analisis / analisa akar dibandingkan.
SAK 15 masalah diperlukan untuk
16 Kpc (kondisi potensial cidera
17 Kejadian semtinel meningkatkan,
18 Pelaporan insiden keselamatan pasien menuntun dna
19 Ktc (kejadian tidak cidera) mengarahkan
20 Penanggulangan kontaminasi bahan
praktik
21 berbahaya dan beracun
22 Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun keperawatan
23 (b3) profesional.
24 Kegawat darurat tps b3
Tujuan penting
25 Penanganan tumpahan b3
SAK 26 Pembersihan tumpahan bahan kimia lainnya, yaitu:
27 Assement nyeri proteksi terhadap
28 Resiko malnutrisi bayi/anak
publik,
29 Resiko malnutrisi pasien hamil / nifas
30 Penyajian makanan pasien pengaturan
31 Distribusi porsi dan persiapan penyajian praktik perawat,
Resiko malnutrisi pasien dewasa geriatri pemberian ijin
Intervensi gizi
Rekapitulasi daftar permintaan makanan
institusi pendidikan keperawatan, pembuatan pedoman administrasi, penafsiran
harapan publik dan profesional pelayanan kesehatan lainnya terhadap praktik
perawat serta acuan legal untuk praktik yang layak. Adapun macam SAK yaitu:
a) SAK Bedah
b) SAK Anak
c) SAK Obgyne
d) SAK Penyakit Dalam
Di ruang Edelweis 2 sudah mempunyai SPO (Standart Prosedur
Operasional) dalam bentuk pembukuan. Tetapi dalam beberapa hal perawat
Edelweis 2 masih belum semua melakukan tindakan sesuai SOP yang ada,
misalkan sebelum melakukan tindakan tidak melakukan cuci tangan, tetapi
langsung memakai handscone, selesai tindakan perawat maupun mahasiswa
praktik masih terlihat mencuci tangan tidak sesuai SPO, cuci tangan dilakukan
sesuai protap apabila ada penilaian atau pengawasan saja dari tim. Pelayanan
kepada pasien sudah sesuai SAK (Standart Asuhan Keperawatan) yang ada di
ruangan kurang optimal dikarenakan perawat lebih berorientasi kepada tindakan
kolaboratif daripada tindakan mandiri keperawatan.
B. ANALISA SWOT
Komponen
Strength Weakness Opportunity Threat
managemen
Man • Adanya 23 tenaga • Masih • Terbukanya • Makin
keperawatan dan non banyaknya kesempatan untuk tingginya
keperawatan : tenaga melanjutkan kesadaran
Ners : 10 keperawatan pendidikan S1, masyarakat
D3 kep: 12 yang profesi Ners, dan akan hukum
Non Keperawatan : 1 berpendidikan S2
• Adanya tugas dan D3 Keperawatan • Adanya organisasi
wewenang yang PPNI yang
jelas menaungi profesi
• Ruang Edelweis 2 keperawatan
tidak kekurangan
tenaga keperawatan
Methode • Timbang terima Timbang terima • Perubahan • Adanya
sudah dilakukan tiap belum sesuai tuntunan tuntunan yang
pergantian shift dengan SOP, masyarakat akan lebih tinggi
• Pendokumentasian misalnya hanya pelayanan yang dari
asuhan keperawatan berfokus pada lebih spesifik pada masyarakat
di ruang Edelweis 2 tindakan saat ini membuka untuk
menggunakan form kolaboratif dan peluang untuk mendapat
pengkajian diagnosa anjuran dokter penggembangan mutu
rencana tindakan dan pelayanan baru pelayanan
catatan yang lebih
perkembangan profesional
sehingga waktu
pemberian asuhan
keperawatan
menjadi lebih efektif
• Adanya supervisi
yang dilaksanakan
oleh kepala ruang
pada sistem kerja
dan tindakan
perawat
Material • Ruang Edelweis 2 • Penempatan • Seiring • Banyaknya
memiliki 28 tempat alat-alat berkembangnya instansi
tidur yang terdiri kesehatan yang dunia kesehatan pelayanan
dari 1 ruang 2 kamar masih belum dan MEA membuat kesehatan
• Fasilitas untuk tertata dengan satu peluang lainnya yang
karyawan terdiri dari baik tersendiri untuk telah memiliki
ruang perawat, • Penempatan obat bekerja sama antar fasilitas dan
dapur, tempat sholat, masih tergabung rumah sakit atau pelayanan
kamar mandi, spoel dengan alat-alat pelayanan yang
hoek. kesehatan kesehatan lainnya memadai
• Diruang perawat lainnya • Adanya sarana • Seluruh
terdapat buku visit • Tidak adanya Bagan Struktural ruangan di
dokter, buku laporan bagan struktural ruangan sehingga RSUD Kudus
harian, buku ruangan, memudahkan sudah ada
monitoring transfusi, sehingga pasien pengunjung/pasien bagan
buku keluar masuk kesulitan untuk saat konsultasi ke struktural
pasien, buku mengetahui perawat atau karu
penerimaan obat kepala ruang, di ruangan
• Terdapat blanko dan seluruh
persetujuan ruang perawat yang ada
ICU, blangko APS, di ruang tersebut
etiket pasien,
persetujuan tindakan
medis dan lembar
penempelan EKG
• Tersedia almari linen
infeksius dan non
infeksius dan almari
tempat alat-alat
kesehatan
Machine • Tersedianya sarana • Ada beberapa • Adanya sarana • Komunikasi
dan prasarana AC di kamar pendukung seperti yang tidak
pendukung seperti pasien yang telepon dan efektif akan
telephone, computer rusak computer akan menimbulkan
untuk • TV di kamar mempermudah dan perselisihan
mempermudah pasien meningkatkan • Memudahkan
komunikasi, dan keadaannya kerja sama dengan perawat
informasi kurang baik instalasi atau ruang dalam
• Remote TV yang lain memberikan
sebagian tidak • Adanya Nursing Asuhan
berfungsi Call sehingga Keperawatan
pelayanan Perawat Kepada
kepada pasien pasien
menjadi optimal
dan maksimal
Mutu • Terdapat standar • Terdapat gelang • Adanya sarana • meningkatkan
keselamatan pasien pasien yang tidak untuk tempat obat kesalahan
sesuai permenkes terpasang oral dan tempat dalam
2011 • Penempatan obat obat injeksi supaya pemberian
• Terdapat standar masih tertata rapi obat dan
pelayanan minimal Berantakan (obat tindakan
sesuai permenkes oral dan injeksi) keperawatan
2016 • meningkatkan
• Terdapat kejadian HAIs
pencegahan dan di rumah sakit
pengendalian infeksi
(PPI)
1. RUMUSAN MASALAH
a. Sasaran keselamatan pasien belum terpenuhi (penempatan obat dan pemasangan
gelang pasien)
b. Kepatuhan untuk membuang sampah sesuai dengan jenisnya masih kurang
c. Kurangnya perhatian perawat dan pengunjung terhadap resiko infeksi
(kurangnya perawatan pada selang infuse pasien dan kurangnya edukasi pada
keluarga pengunjung pasien tentang memakai Masker di lingkungan rumah
sakit )
2. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Sebelum menentukan prioritas masalah sebaiknya membuat daftar masalah.
Setelah daftar masalah ada, kemudian menentukan prioritas masalah dengan
menggunakan unsur :
a. Magnitude (Mg)
Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi
b. Saverity (Sv)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini
c. Manageability (Mn)
Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahannya
d. Nursing Consent (Nc)
Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
e. Affardability (Af)
Ketersediaan sumber daya
Dari daftar masalah yang muncul kemudian diberikan rentang nilai 1-5, yaitu :
5 : sangat penting
4 : penting
3 : cukup penting
2 : kurang penting
1 : sangat kurang penting
PRIORITAS MASALAH
No Masalah Mg Mn Nc Af Sv total
Oktober November
-
yang pindah ruang
perawatan dengan
dokumen lengkap dalam 1
bulan
-
yang pindah perawatan
dari suatu ruang ke ruang
yang lain dalam 1 bulan
-
yang lengkap 1x 24 jam
pada pasien baru dalam
satu bulan
-
satu bulan
-
pasien di rawat inap
antara pukul 08.00-14.00
WIB
-
1 bulan
3. Mutu
a. Standart Keselamatan Pasien (SKP)
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada 5 (lima) isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di
rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait kelangsungan
hidup rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat
berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
perumahsakitan (Depkes RI, 2008).
1) Sasaran I: Ketepatan Identifikasi Pasien
Ditemukan gelang pasien yang tidak terpasang (1 pasien)
DAFTAR PUSTAKA