Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN ANALISIS RUANG

KEPERAWATAN MANAJEMEN DI RUANG TULIP

RSUD RAA SOEWONDOPATI

Dibuat untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Manajemen

Di susun Oleh :

1. Desy Aryani (202003008)


2. Dian Fandini R (202003009)
3. Ibtida Fauziyah (202003020)
4. M. Ulil Albab (202003027)
5. Novrizal Tavif A.N (202003033)
6. Vira Puspita Hapsari (202003058)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CENDEKIA UTAMA KUDUS

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam yang
Maha Pengasih dan Penyayang, serta dengan limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga
kami kelompok 5 mampu menyelesaikan tugas stase managemen ini.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas pendidikan profesi ners Stikes Cendekia
Utama Kudus Stase Management Keperawatan. Kiranya dalam penyusunan tugas ini tidak
akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
kelompok 5 mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada;
1. Ibu Erlin Suryani, S.Kep.,Ns selaku Preseptor Managemen Keperawatan RSUD RAA
Soewondo Pati
2. Bapak Warji, S.Kep., Ns., MM, selaku preseptor Managemen Keperawatan RSUD
RAA Soewondo Pati.
3. Bapak Wahyu Yusianto, S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik.
4. Ibu Siti Nur Hamdanah, S.Kep.,Ners selaku Kepala Ruang Tulip beserta staf yang
banyak membantu memberikan informasi dalam penyusunan tugas.
5. Rekan – rekan mahasiswa ners kelompok 5 yang selalu kompak dalam bekerjasama
menyusun tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir managemen ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat.

Pati, Maret 2021


Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen Keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia
(Kemenkes RI, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus
sebagai suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan
keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari para
praktisi, klien, keluarga dan dokter. Latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu
asuhan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan
keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode keperawatan
hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interpersonal dan kontekstual yang
berkaitan dengan mutu asuhan (Asmadi, 2012).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2012).
Kelly dan Heidental (2011) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap
yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian
(Marquis dan Huston, 2011).
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam
keperawatan Indonesia adalah Model Praktek Keperawatan Profesional dengan
pemberian metode asuhan keperawatan professional Moduler / Distrik (Modifikasi
metode TIM – Primer) yang merupakan modifikasi Primary Nursing. Salah satu kritik
yang dikemukanan mengenai model keperawatan ini adalah terlalu komplek dan
teoritisnya, akan tetapi bila seluruh pembicaraan mengenai model ini mendorong
perawat untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya, meningkatkan kemampuannya
dalam mendiskusikan masalah tersebut yang melibatkan sikap politis dan pribadi yang
lebih terbuka, dan membantu para perawat tersebut untuk lebih bertanggung gugat secara
profesional terhadap tindakannya, maka kita telah mendapatkannya (Kemenkes RI,
2012).
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan kelompok 5 di ruang Tulip
diperoleh bahwa di ruang Tulip sudah menerapkan sistem Model keperawatan TIM
moduler, namun dalam pelaksanaan belum tercapai secara optimal secara teori, dari
wawancara dengan kepala ruang Tulip RSUD RAA Soewondo Pati Bu Siti Hamdanah,
S.Kep., Ns menunjukkan jika tingkat kedisiplinan para perawat sudah cukup baik,
aplikasi pembagian kerja cukup optimal, kelengkapan pendokumentasian pasien cukup
baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di ruang Tulip di
RSUD RAA Soewondo Pati diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan prinsip
manajemen keperawatan dalam sebuah Model Penerapan Keperawatan Profesional
(MPKP) yang sesuai dengan teori dan aturan ruangan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap Tulip
b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan
c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk:
1) Mampu membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan
profesional di ruangan antara lain:
a) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
b) Mampu membuat kebijakan kerja diruangan
c) Mampu menyiapkan perangkat kegiatan model praktek keperawatan
profesional diruangan
d) Mampu mengembangkan sistem informasi manajeman keperawatan
dirungan dalam menerapkan model praktek keperawatan professional
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan model praktek
keperawatan professional antara lain :
a) Membuat struktur organisasi di ruang model praktek keperawatan
profesional
b) Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan tim di ruang model praktek
keperawatan professional
c) Membuat daftar pasien berdasarkan tim di ruang model praktek
keperawatan professional
3) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan model praktek
keperawatan professional antara lain :
a) Mampu menerapkan pemberian motivasi
b) Mampu membentuk manajemen konflik
c) Mampu melakukan supervisi
d) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
e) Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain :
1) Operan
2) Pre conference
3) Post conference
4) Ronde keperawatan
5) Supervisi Keperawatan
6) Discharge planning
7) Dokumentasi keperawatan
4) Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit hasil di ruangan
model praktek keperawatan professional antara lain :
a) Mampu memperhitungkan (BOR: Bed Occupancy Rate), yaitu
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
b) Mampu menghitung (ALOS: Average Length Of Stay), yaitu rata-rata
lama rawat seorang pasien
c) Mampu menghitung (TOI:Tturn Over Interval), rata-rata hari tempat
tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya
d) Mampu menghitung kejadian infeksi nosokomial
e) Mampu menghitung kejadian cedera
f) Mampu melakukan audit dokumentasi asuhan keparawatan
g) Mampu melakukan survey masalah baru
h) Mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga
C. Manfaat Penulisan
1. Institusi Rumah Sakit
Memberi masukan dalam proses pelayanan keperawatan yang terbaik bagi
pasien melalui manajemen keperawatan operasional dan manajemen asuhan
keperawatan profesional sesuai Model Keperawatan Primer, khususnya diruang Tulip
RSUD RAA Soewondo Pati.
2. Perawat
Memberi masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan klinik guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara profesional, antara lain :
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal di ruang tulip
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien.
c. Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
d. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan pelayanan keperawatan sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan.
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplindiri perawat di ruang Tulip.
3. Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang manajemen dan meningkatkan
keterampilan dalam manajemen keperawatan profesional dan efisien sesuai Model
Keperawatan TIM moduler.
4. Pasien
Dengan adanya program Model Keperawatan TIM moduler di Rumah Sakit
diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Manajemen
1. Pengertian Teori Manajemen
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip (principles) yang di susun secara
sistematis.Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara
fenomena-fenomena yang ada.
Manajemen menurut stoner adalah proses perencanaa, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa teori manajemen merupakan
suatu prinsip yang disusun melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan.
2. Perkembangan Teori Manajemen
Ada beberapa teori dalam manajemen diantaranya :
a. Teori manajemen kuno
Manajemen ini telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno.Konsep-
konsep manajemen juga sering di bicarakan oleh filosof Yunani atau Arab
(Islam) pada abad pertengahan. Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan
dibicarakan di zaman kuno, tetapi kejadian semacam itu relatif sporadif, dan
tidak ada upaya untuk mempelajari manajemen.Karena itu manajemen selama
beberapa abad kemudian “terlupakan“. Ada alasan lain, ilmu ekonomi
berkembang terlebih dahulu.
Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi
manajemen yang lebih serius.Pada waktu industrialisasi berkembang pesat,
dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan
raksasa.Perusahaan besar seperti IBM, General Motors, mulai muncul pada
awal abad 20-an. Pekerja mencapai ribuan orang.Produksi dilakukan secara
masal. Input masuk dalam jumlah besar, proses produksi harus dilakukan
dengan cepat (efisien). Pengelolaan perusahaan besar tentunya semakin
kompleks.Studi manajemen yang lebih serius semakin diperlukan.
b. Teori manajemen klasik
Pengkajian formal manajemen baru dimulai pada awal abad
keduapuluh.Kajian awal manajemen, yang dikenal sebagai pendekatan klasik,
berfokus pada rasionalitas dan berusaha menjadikan organisasi dan para
pekerja berfungsi seefisien mungkin.
c. Teori manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor (1856-1915) merupakan bapak manajemen
ilmiah. Ia  menerbitkan buku yang berjudul Principles of Scientific
Management (Prinsip – prinsip Manajemen Ilmiah). Buku ini menjabarkan
teori manajemen ilmiah : penggunaan metode-metode ilmiah guna
mendefinisikan “satu cara terbaik” dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
d. Teori organisasi klasik
Teori organisasi klasik menjabarkan pada hal – hal yang dikerjakan
seorang manajer dan hal – hal apa yang disebut sebagai praktik manajemen
yang baik. Pada tahun 1908, Henry Fayol mengeluarkan sebuah buku berjudul
“General and Industrial Management”. Menurut Fayol, praktek manajemen
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan
dianalisis. Selanjutnya, analisis tersebut dapat diajarkan kepada manajer lain
dan calon manajer.
3. Perkembangan teori manajemen di masa mendatang
Ada lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen selanjutnya di
masa mendatang :
a. Salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna.
b. Setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri.
c. Aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan di antara mereka cenderung
kabur.
d. Masing-masing aliran berintegrasi.
e. Akhirnya ada kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.
B. Teori Keperawatan
1. Pengertian Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau
fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep
tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau
mengendalikan suatu fenomena.Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai
suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain
dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol
hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori keperawatan
menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan. Menurut Newman (1979), ada tiga cara
pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan, yaitu
meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi
praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik
keperawatan serta menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan
pengembangan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah
menumbuh kembangkan pengetahuan yang di harapkan dapat membantu dan
mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

2. Tujuan Teori dan Model Konsep Keperawatan


Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin
dicapai, diantaranya:
a. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik untuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai
permasalahan dapat teratasi.
b. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk
memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan
kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah
keperawatan.
c. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
d. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan
dapat terus bertambah dan berkembang.
3. Karakteristik Teori Keperawatan dan Faktor yang Mempengaruhi Teori
Keperawatan
Menurut Torres ( 1985 ) dan Chinn-Jacob ( 1983 ) ada lima karakteristik dasar
teori dan konsep keperawatan, yaitu:
a.  Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia,
konsep sehat-sakit, keperawatan dan konsep lingkungan.
b.  Teori keperawatan harus bersifat alamiah. Artinya, teori keperawatan digunakan
dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan
cara berpikir yang logis.
c.  Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya, teori keperawatan
dapat digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan  yang
kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan.
d.  Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan
yang dilakukan melalui penelitian.
e.  Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas
praktek keperawatan
4. Faktor yang mempengaruhi teori keperawatan
a. Filosofi Florence Nightingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar
teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan
mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia
pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang
yang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya.Selain Florence juga
membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan
asuhan keperawatan yang efesien.Beliau juga membedakan praktek
keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang
sakit dengan yang sehat.
b. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-
teori keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam
memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh wanita
karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan
tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan
perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga yang
dahulu budaya perawat dibawah pengawasan langsung dokter, dengan
berjalannya dan diakuinya keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan
otonomi keperawatan telah ada sehingga peran perawat dan dokter bukan di
bawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar
dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.
c. Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam
perkembangan teori keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum
mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi
sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang
terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan
juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.
d. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya
pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan
ilmu keperawatan komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang
terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang
akan datang akan selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau
subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-
teori keperawatan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan  atau lingkup
bidang ilmu keperawatan.
5. Pandangan Beberapa Ahli tentang Teori dan Model Konsep Keperawatan
a. Teori Nightingale (1860)
Teori Nicghtingale ini memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan atau tindakan
keperawatan lebihketenangan, dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya
teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktek keperawatan
mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit hanya sibuk
dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada
pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersiahn, ketenangan,
dan nutrisi yang adekuat (Ninghtingale, 1860; Torres, 1986).
Torres (1986) mencatat bahan  nightangle memberikan konsep dan
penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik
keperawatan.
b. Teori Peplau
Teori  Hildegrad Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan
proses interaktif ( Peplau, 1952); yang menghasilkan hubungan antara perawat
dan klien (Torres,1986;Marriner-Tomey,1994).Berdasarkan teori ini klein
adalah individu dengan kebutuhan prasaan,dan keperawatan dalam proses
interpersonal dan terapeutik.Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan
hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai
narasumber,konselor,dan wali.
Teori  Peplau merupakan teori yang unik di mana hubungan kolaborasi
perawat dan klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui
hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien (Beeber, Anderson dan Sills,1990). Hubungan interpersonal perawat-
klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti berikut
ini :Orientasi,identifikasi,penjelasan,dan resolusi( Chinn dan Jacobs, 1995)
c. Teori Henderson
Teori keperawatan Virginia Henderson (Harmer dan Henderson, 1955)
mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (1964)
mendefinisikan keperawatan sebagai: membantu individu yang sakit dan yang
sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kon-tribusi terhadap
kesehatan dan penyembuhannya dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu
mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan berikut ini, sering kali disebut 14 kebutuhan dasar
Henderson, memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan
(Henderson, 1966):
1) Bernafas secara normal
2) Makan dan minum cukup
3) Eliminasi
4) Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5) Istirahat dan tidur
6) Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepaskan pakaian
7) Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9) Menghindari bahaya dari lingkungan
10) Berkomunikasi dengan orang lain
11) Beribadah menurut keyakinan
12) Bekerja yang menjanjikan prestasi
13) Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14) Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingin tahuan yang mengacu
pada perkembangan dan kesehatan normal
d. Teori Abdellah
Teori keperawatan yang di kembangkan oleh Faye Abdellah et al.
(1960) meliputi pemberihan asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk
memenuhi kebutuhan fisik,emosi,intelektual,sosial,dan spiritual baik klien
maupun keluarga. Dalam teori Abdellah mengidentifikasi kebutuhan klien
secara spesifik,yang sering dikenal sebagai 21 masalah keperawatan abdellah:
1) Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik
2) Mempertahankan aktifitas,istirahat dan tidur yang optimal
3) Mencegah terjadinya kecelakaan,cederah, atau trauma lain dan mencegah
meluasnya infeksi
4) Menpertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencagah dan
memberbaiki defermitas
5) Memfasilitasi masukan oksigen ke seluruh sel tubuh
6) Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh
7) Mempertahankan eliminasi
8) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
9) Mengenali respons – respons fisiologos tubuh terhadap kondisi penyakit-
patologis,fisiologis dan kompensasi
10) Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi
11) Mempertahankan fungsi sensorik
12) Mengidentifikasi dan menerima ekspresi,prasaan dan reaksi potif dan
negative
13) Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbal balik antara
emosi dan penyakit organic
14) Mempertahankan komunikasi verbal dan non verbal
15) Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal yang produktif
16) Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif
17) Menghasikan dan /atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik
18) Memfasillitasi kesadaran akan diri sendiri sebagai individu yang memiliki
kebutuhan fisik,emosi dan perkembangan yang berbeda
19) Menerima tujuan oktimal yang dapat dicapai sehubungan dengan
keterbatasan fisik dan emosional
20) Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan
dalam mengatasi masalah yang muncul akibat dari penyakit
21) Memahami peran dari masalah sosial sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhui dalam munculnya suatu penyakit
e. Teori Orlando
Bagi Ida Orlando (1961),klien adalah individu dengan suatu
kebutuhan,dimana bila kebutuhan tersebut di penuhi maka stres akan
berkurang,meningkatkan kepuasan atau mendorong pencapaian kesehatan
optimal (Chinn dan Jacobs,1995). Teori Jean Orlando mengandung konsep
kerangka kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen yaitu :
perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan , mengubah situasi perawat
setelah perawat memperkirakan kebutuhan klien , perawat mengetahui
penyebab yang mempengaruhi derajat kesehatan , lalu bertindak secara
spontan atau berkolaborasi untuk memberikan pelayanan kesehatan.

f. Teori Levina
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide
dan nilai-nilai, dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan
suatu rangkaian disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang
dimiliki individu dalam menjalin hubungan manusia sekitarnya.Intisari dari
keperawatan adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori tersebut adalah
sebagai berikut : Kondisi Klien memasuki system pelayanan kesehatan dalam
bagian penyakit atau perubahan kesehatan. Responsibilitas tanggung
jawabPerawat bertanggung jawab dalam mengenal respon (perubahan tingkah
laku atau tingkat fungsi tubuh) sebagai adaptasi klien atau usaha untuk  Rasa,
Stress, Inflamasi beradaptasi terhadap lingkungan. 4 Sensorio respon antara
lain : Fungsi perawat memasukkan intervensi takut untuk meningkatkan
adaptasi terhadap penyakit dan evaluasi intervensi sebagai support (dorongan)
atau terapeutik koping. Intervensi membantu mempertahankan status
kesehatan dan mencegah penyakit lebih lanjut.
Intervensi terapeutik meningkatkan penyembuhan dan pemulihan
kesehatan.4 prinsip perlindungan yang mendorong tujuan perawatan untuk
seseorang ke status mempertahankan atau memulihkan Perlindungan terhadap
energy Keseimbangan intake dan output energi untuk mencegah
kesehatan :  kelelahan Perlindungan terhadap integritas
strukturaMempertahankan atau struktur tubuh (penyembuhan) pemulihan
Perlindungan terhadap integritas personal. Mempertahankan atau pemulihan
rasa identitas dan harga diri Perlindunga (mengenali kualitas diri) terhadap
integritas sosialMemperkenalkan klien sebagai suatu makhluk sosial
khususnya dengan orang lain. Teori Levine berfokus pada satu orang klien,
teori ini mempunyai implikasi utama dalam pengaturan perawatan akut,
dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau terapeutik
g. Teori Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada
bagaimana klien beradaptasi terhadap kondosi sakitnya dan bagai mana stres
aktual atau torensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuannya
adalah menurunkan stres sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati
masa penyembuhannya ( Johnson,1968). Teori Johnson berfokus pada
kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokan perilaku berikut:
1) Perilaku mencari keamanan
2) Perilaku mencari perawatan
3) Menguasahi diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar
internalisasi prestasi
4) Mengakomodasi diet dengan cara yang di terima secara sosial dan kultural
5) Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara diterima secara sosial dan
kultural
6) Perilaku seksual dan identitas peran
7) Perilaku melindungi diri sendiri
h. Teori Rogers
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan
penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. Teori
Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan
seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia dan pola
pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori rogers tentang
manusia.
Manusia adalah kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lain. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang
unik .tidak ada dua hal didalam kehidupan ini yang dapat diulang dengan cara
yang sama dibawah keadaan yang sama .jalan hidup seseorang berbeda
dengan yang lain. Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah
lakunya.Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri
misalnya dalam hal sifat dan emosi. Pada intinya Rogers memandang
keperawatan sebagai ilmu dan m,endukung adanya penelitian keperawatan.
Oleh sebab itu keperawatan menggembangkan pengetahuan dari ilmu-ilmu
dasar dan fisiologi,begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri:Ilmu
keperawatan bertujuan untuk mengembangkan penelitian ilmia dan analisis
logis dan kemampuan menerapkanya dalam praktik keperawatan. Inti
pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru
keperawatan merupakan ilmu tentang humanispik.
i. Teori Orem
Dorothea Orem (1971) Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas
pelayanan yang diberikan untuk menolong orang secara keseluruhan ketika
mereka atau orang yang bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak
mampu memberikan perawatan kepada mereka. Keperawatan merupakan
salah satu daya atau usaha manusia untuk membantu manusia lain dengan
melakukan atau memberikan pelayanan yang professional dan tindakan untuk
membawa manusia pada situasi yang saling menyayangi antara manusia
dengan bentuk pelayanan yang berfokus kepada manusia seutuhnya yang tidak
terlepas dari lingkungannya.
Menurut OREM asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan
bahwa setiap orang memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri
sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan dan kesejahteraan.Teori ini dikenal dengan Perawatan Diri Orang
dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang
sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem
mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat : Syarat universal : fisiologi dan
psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, sosial, pencegahan bahaya. Syarat pengembangan : untuk
meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
Penyimpangan kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau
penyimpangan cara, struktur norma dan integritas yang dapat mengganggu
kemampuan seseorang untuk melakukan self care. Asuhan keperawatan
mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau
kebutuhan pasien dan kemampuan pasien.Oleh karena itu ada tiga tingkatan
dalam asuhan keperawatan mandiri. Perawat memberi keperawatan total
ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat
ketergantungan pasien yang tinggi (system pengganti keseluruhan). Perawat
dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (system
pengganti sebagian) Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat
(system dukungan/pendidikan).
j. Teori King
Tujuan yang ingin dicapai dari teori Imogene King (1971, 1981, 1987)
berfokus pad interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem interpersonal, dan
sistem sosial. Ketiganya membektuk hubungan personal antara perawat dan
klien. Hubungan perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian
asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan
oleh perawat dan klien dipengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain,
demikian juga oleh sistem asuhan kesehatan yang berlaku (king, 1971, 1981).
Tujuan perawat adalah memanfaatkan komunikasi untuk membantu klien
dalam menciptakan dan mempertahankan adaptasi positif terhadap
lingkungan.
k. Teori Neuman
Betty Neuman (1972), Keperawatan adalah suatu profesi yang unik
dengan memperhatikan seluruh factor-faktor yang mempengaruhi respon
individu terhadap penyebab stress, tekanan intra, inter dan ekstra personal.
Perawatan berfokus kepada mencegah serangan stress dalam melindungi klien
untuk mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan yang paling
baik.Perawatan menolong pasien untuk menempatkan primary, secondary dan
tertiary.
Metode pencegahan untuk mencegah stress yang disebabkan factor
lingkungan dan meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman,
asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh
akibat adanya stressor. penyakit yang terdiri dari pencegahanPeran ini
disebut pencegahan  primer, sekunder dan tertier. Primer = meliputi tindakan
keperawatan stressor, mencegah terjadinya reaksiuntuk mengidentifikasi
adanya  tubuh karena adanya stressor. Sekunder = tindakan keperawatan untuk
gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnyamengurangi atau
menghilangkan  karena adanya stressor. Tersier = meliputi pengobatan rutin
dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu
penyakit.
l. Teori Roy
Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa
dan tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang
kurang sehat.Sebagai ilmu pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan
adalah terapeutik, scientik dan knowledge dalam memberikan pelayanan yang
esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat kesehatan. Roy
menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan.Individu adalah
makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan
sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis
dan sosial.seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2) Pengembangan konsep diri positif
3) Penampilan peran sosial
4) Pencapaian keseimbangan antarakemandirian dan ketergantungan
m. Teori Watson
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan
teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan
Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean
Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan
manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal
(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial, (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan
intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami
bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai
macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena
sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga
untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan
meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati
berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

C. Konsep Dasar Manajemen Keperawatan


1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber,
2011). Kelly dan Heidental (2012) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan
dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2013).
Swanburg (2011) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah
kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan
yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat
manajer menjalankan profesi mereka.Manajemen keperawatan memahamidan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan.
Suyanto (2012) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah
manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan keperawatan.Manajemen
pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang
perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang
keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan
manajemen bawah (kepala ruang perawatan).Keberhasilan pelayanan keperawatan
sangat dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan adalah
merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada,
peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan
ekonomis kepada pasien (Gillies, 2011).
Kesimpulanya, manajemen adalah suatu proses untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pemberian bimbingan sehingga proses keperawatan yang diberikan dapat efektif dan
efisien. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi.
2. Fungsi Manajemen Keperawatan
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli & Bahtiar, 2012). Akhirnya, fungsi manajemen ini
merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston,
2013). Fungsi manajemen menurut Terry (2011), adalah planning, organizing,
actuating, dan controlling.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu bentuk pembuatan keputusan manajemen yang
meliputi penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi secara
keseluruhan, memperjelas visi, misi dan filosofi organisasi, memperkirakan
sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih langkah-langkah tindakan,
memperkirakan efektifitas tindakan serta menyiapkan karyawan dalam
melaksanakan (Gillies, 2012).
Dari pengertian perencanaan tersebut diatas dapat dirumuskan pengertian
tentang perencanaan dalam lingkup manajemen keperawatan yaitu proses
pengambilan keputusan manajer tentang upaya pencapaian tujuan keperawatan
melalui analisa situasi, perkiraan sumber daya alternatif, tindakan dan pelaksana
tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan memusatkan perhatian pada masa
yang akan datang. Manajemen keperawatan harus mempersiapkan ruang
keperawatan dan perawat dalam menghadapi tantangan yang akan datang, baik
yang dapat diramalkan maupun yang tidak terduga. Perencanaan
menspesifikasikan pada apa yang akan dilakukan dimasa akan datang, serta
bagaimana hal itu dilakukan dan apa yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan
(Parmin, 2013).
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang
akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Suarli dan Bahtiar (2013), menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa,
dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan memberikan informasi
untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif (Swanburg, 2011).
b. Fungsi Organisasi
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang
serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai
tujuan (Muninjaya, 2011). Huber (2012) menyatakan bahwa pengorganisasian
adalah memobilisasi sumber daya manusia dan material dari lembaga untuk
mencapai tujuan organisasi, dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan
yang satu dengan yang lain. Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan
dinamis.Secara statis merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk
mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata
hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli
& Bahtiar, 2013).
Dalam pelaksanaan fungsi manajemen pengorganisasian, kepala ruangan
bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit
kerjanya. Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah
mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana
untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan
tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan,
departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2011).
c. Fungsi Ketenagaan
Fungsi ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,
memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu
untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2011). Ketenagaan juga
memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat
yang professional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang
akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara
proaktif untuk memenuhi kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari kekurangan
dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitasi pasien.Kebijakan
prosedur ketenagaan dan penjadwalan tidak boleh melanggar undang-undang
ketenagakerjaan atau kontrak pekerja.Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus
diteliti secara berkala untuk menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan
organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat menggunakan metode
ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan Huston, 2012).
d. Fungsi Pengarahan
Fungsi Pengarahan adalah fase kerja dalam manajemen, dimana manajer
berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2012). Pengarahan adalah fungsi manajemen
yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif
dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2012). Pengarahan yang efektif akan
meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan
dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2011). Motivasi sering disertakan
dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan
kepemimpinan (Huber, 2012). Agar pengarahan dapat dilaksanakan dengan
mudah, perlu syarat-syarat antara lain:
1) adanya keinginan bekerja sama (sense
ofcooperation)
2) adanya rasa persaingan (rivalry)
3) semangat tim (team spirit)
4) semangat korps, perasaan menghargaikesatuan, korps, atau organisasi (esprit
de corps) (Wijono, 2011).
e. Pengawasan
Pengawasan menurut Mockler (1972, dalam Handoko, 2011) adalah
usaha yang sistematis untuk menetapkan standar pelaksanaan sesuai dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yangtelah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efesien
dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Robins & Coulter (2012)
menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di dalam
manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang
telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau
kinerja stafnya, kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang
telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang maka
fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Selama fase pengendalian,
kinerja diukur menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan
diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis
dan Huston, 2012).
3. Prinsip-prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan
untuk memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2008) menyatakan
bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer
perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan
social
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial,
disiplin.
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga,
dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian

4. Kerangka Konsep, Filosofi, Visi, Misi dan Tujuan Keperawatan


a. Kerangka konsep manajemen keperawatan
Kerangka konsep manajemen keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berdasarkan pada paradigma keperawatan yaitu manusia,
perawat, kesehatan dan lingkungan.
b. Filosofi keperawatan
Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus dimiliki
oleh seorang perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan
bertindak/ berperilaku dalam melaksanakan praktek keperawatan pada klien
dalam rentang sehat-sakit.
Pengertian filosofi tersebut, maka dalam manajemen keperawatan juga
menekankan pada unsur-unsur paradigma keperawatan dalam melakukan
pengelolaan terhadap pasien, ketenagaan, peralatan, administrasi dan lain-lain
yang berhubungan dengan pengelolaan organisasi di pelayanan, pendidikan atau
instansi pemerintah.
Adapun filosofi manajemen keperawatan yaitu tim keperawatan
meyakini bahwa:
1) Mengajarkan hari ini lebih baik dari hari esok
2) Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan
3) Meningkatkan mutu kinerja keperawatan, berati juga peningkatan
pelayanan keperawatan
4) Pendidikan berkelajutan sangat perlu untuk meningkatkan pengetahuan
keperawatan bagi pelaksana dan pengelola dan merupakan tanggung
jawab bidang keperawatan
5) Keperawatan adalah proses keperawatan individual yang membantu
dan menunjang pasien melalui perubahan tingkat kesehatan sehingga
mencapai keadaan fungsi yang optimal
6) Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk
setiap tindakan keperawatan yang diberikan
7) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan
keperawatan yang bermutu
8) Perawat adalah advokat pasien yang berpartisipasi melalui fungsi
komunikasi dan koordinasi segala tindakan keperawatan dan pasien
serta keluarga harus dilibatkan melalui perencanaan sampai evaluasi
9) Perawat berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
dan keluarga dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal, dan
perencanaan pulang adalah proses ttransisi dari rumah sakit ke
komunitas merupakan bagian integral dari perencanaan perawatan
pasien
c. Visi dan Misi Keperawatan
Visi yang dimaksudkan adalah perawat/ manajer keperawatan harus
mempunyai suatu pandangan dan pegetahuan yang luas tentang menejemen dan
proses perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, social ekonomi, politik yang akan berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.
Misi diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapakan, yaitu menjaga dan
mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan agar terus berjalan dan
berkesinambungan. Menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien
dalam membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit.
Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi
pasien dan staf keperawatan/ non keperawatan.Mengajarkan, mengarahkan dan
membantu kegiatan profesional keperawatan. Turut serta dan bekerjasama dengan
semua anggota tim kesehatan yang ada di rumah sakit.
d. Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan merupakan pernyataan yang konkrit dan spesifik
tentang pelayanan keperawatan yang digunakan untuk menetapkan prioritas
kegiatan sehingga dapat mencapai dan mempertahankan visi, misi, dan didasari
filosofi yang diyakini dalam rumah sakit.
e. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan.Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan
kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem
yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh
gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktis klinis.Manajer keperawatan yang
efektif seharusnya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:
1) Menetapkan penggunaan proses keperawatan
2) Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa
3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
4) Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
dari tugas dan peran seorang menejerial keperawatan terdiri dari:
1) Manajemen Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a) Manajemen Puncak
b) Manajemen Menengah
c) Manajemen Bawah

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam


kegiatannya.Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang
tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah:
a) Kemampuan menerapkan pengetahuan
b) Ketrampilan kepemimpinan
c) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
2) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Rencana Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.

5. Unsur Input
a. Man
Kuantitas ketenagakerjaan
1) Ketenagakerjaan menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang didasarkan pada Douglas
(2008), klarifikasi derajat ketergantungan klien dibagi menjadi tiga, yaitu
perawat minimal, perawat parsial, perawat total.Perawatan minimal (1-2
jam/24 jam) dimana pasien mampu menjaga kebersihan, makan dan minum
sendiri, ambulasi dengan pengawasan, serta pengobatan minimal.Perawatan
parsial (3-4 jam/24 jam) dimana pasien membutuhkan bantuan dalam
pemenuhan kebersihan diri, makan dan minum, membutuhkan observasi setiap
4 jam, serta pasien dengan folley cateter. Klasifikasi terakhir adalah pasien
dengan perawatan total (5-6 jam/24 jam) dimana pasien mengalami
disorientasi, perawatan luka komplek, membutuhkan bantuan pada seluruh
pemenuhan kebutuhan dasar, membutuhkan observasi tanda-tanda vital setiap
2 jam, serta pemakaian suction.
Kualitas ketenagakerjaan
Saat ini, di Indonesia terdapat tiga macam pendidikan tenaga
keperawatan, yaitu lulusan dari sekolah perawat kesehatan (SPK), lulusan D III
Keperawatan, dan sarjana keperawatan/Ners. Progam D III Keperawatan dan
sarjana keperawatan/ners merupakan bagian dari pendidikan tinggi keperawatan
yang menghasilkan perawat professional, akan tetapi progam D III keperawatan
baru di sebut dengan perawat professional pemula. Sebagai perawat professional
pemula dengan Amd. Kep, perawat lulusan D III sudah memiliki sikap profesional
yang cukup untuk menguasai pengetrahuan ilmu keperawatan dan ilmu penunjang
lainnya. Sedangkan progam Ners menghasilkan lulusan perawat Generlis, dengan
gelar akademik S.kep dengan profesi ners (Ns) mempunyai landasan kukuh dan
landasan profesi yang mantap,sesuai dengan sifatnya sebagai profesi (akademik-
profesional)
b. Money
Top Down adalah metode ini menggunakan informasi utama dari
rekening atau data keuangan rumah sakit yang telah ada. Langkah pertama adalah
mengidentifikasi pengeluaran-pengeluaran rumah sakit yang terkait dengan
penyediaan layanan rawat inap. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan
pengeluaran-pengeluaran tersebut ke masing-masing cost center seperti bangasal
rawat inap, gaji dan jasa medis dan ruangan lainnya.
c. Methode
1) Model keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjaddi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga
profesional, tekhnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
Kelebihannya:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinnkan kommunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode tim:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai tekhnik kepemimpinan
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang
Tanggung jawab anggota tim:
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawab
b) Kerjasama dengan anggota tim
c) Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim:
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang:
a) Perencanaan
(1) Menunjukkan ketua tim akan
bertugas di ruangan masing-
masing
(2) Mengikuti serah terima pasien di
shift sebelumnya
(3)Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
(4)Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim
(5)Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(6)Mengetahui visite dokter
(7)Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
(8)Membantu membimbing terhadao peserta didik keperawatan
(9)Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode peugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3)Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
(4)Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 kettua tim dan
ketua tim membawahi 2-1 perawat
(5)Mengatur dan mengendalikan tenaga keparawatan
(6)Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
(7)Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
c) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penguasaan kepada ketua tim
(2)Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik
(3)Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keteramapilan dan
sikap
(4)Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien
(5)Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(6)Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
(7)Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d) Pengawasan
(1)Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien
(2)Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi, pengawasan
tidak langsung yaitu mengecek daftar ketua tim, dan mengevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan degan rencana kepearawatan
yang telah disusun bersama ketua tim, serta audit keperawatan.

2) Model keperawatan fungsional


Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama padda saat perang dunia kedua.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihannya:
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik
b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman
Kelemahan:
a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
3) Model keperawatan primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,
ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihannya:
a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.Selain itu
asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan innformasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direcion,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntable, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Konsep dasar metode primer:
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Ada otonomi
c) Ketertiban pasien dan keluarga
Tugas perawat primer :
a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah di buat selama ia dinas
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di berikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain
e) Mengevaluasi keberhasilan yang di capai
f) Menerima dan menyessuaikan rencana
g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat
i) Membuat jadwal perjnjian klinik
j) Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer
a) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d) Evaluasi kerja
e) Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
f) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi
Ketenagaan metode primer :
a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b) Beban pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c) Penugasan di tentukan kepala bangsal
d) Perawat primer di bantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten

4) Modifikasi : TIM Primer


Pada model MPKP tim di gunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2012) penetapan model MPKP ini di
dasarkan pada beberapa alasan:
a) Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 atau setara
b) Keperawatan Tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai TIM
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akontabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Di samping itu karena saat ini jenis pendidikan yang ada di RS, sebagian
besar adalah lulusan SPK, maka akanmendapat bimbingan dari perawat
primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.
5) Operan/ Timbang Terima
Timbang terima (operan) pasien merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilaksanakan atau belum
dilaksanakan dan perkembangan pasien saat itu.Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh tim keperawatan
kepada tim keperawatan pada shift selanjutnya dengan dipimpin oleh kepala
ruang, baik secara tertulis atau lisan.
Timbang terima merupakan suatu proses timbal balik dalam pergantian
shift jaga yang disampaikan secara komprehensif, meliputi; isi timbang terima
(pra; masalah pasien, tindakan yang sudah dan rencana yang belum dilakukan;
perhatian khusus. Pelaksanaan; mekanisme timbang terima dengan standar
baku. Pasca; klarifikasi dan tindak lanjut tindakan).
a) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh
terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah
dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan
(tanggung jawab).
b) Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk diserah terimakan pada petugas
berikutnya.
c) Hal-hal yang disampaikan dalam timbang terima :
(1) Identitas pasien dan diagnosa medis.
(2) Masalah keperawatan yang masih muncul
(3) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum).
(4) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
(5)Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemerikasaan laboratorik atau pemeriksaan penunjang lain,
persiapan untuk konsultasi atau terhadap prosedur yang tidak rutin
dijalankan.
(6)Prosedur rutin yang biasa dilakukan tidak perlu disampaikan.
d) Perawat yang melaksanakan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang
terimakan atau berhak bertanya terhadap keterangan-keterangan yang
kurang jelas.
e) Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
f) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit (Nur Salam, 2012)
6) Konfrensi
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konfrensi dilakukan setelah melakukan operasi dinas sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas PP. Konfrensi bertujuan untuk:
a) Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh
PP
b) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing PA
c) Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu.
Rencana tindakan didasarkan pada rencana yang ditetapkan oleh PP
d) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
e) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait
dengan keperawatan klien meliputi keluhan klien yang terkait dengan
pelayanan, seperti: keterlambatan, kesalahan pemberian makanan,
kebisingan pengunjung lain, ketidakhadiran dokter yang dikonsulkan,
ketetapan pemberian infus, ketepatan pemantauan asupan haluaran cairan
(Intake/ Output) ketepatan pemberian oral atau injeksi, ketepatan
pelaksanaan tindakan lain, ataupun ketepatan dokumentasi. Hal-hal yang
dibahas dalam konfrens anatara lain keadaan umum klien, keluhan utama,
TTV dan kesadaran klien, hasil pemeriksaan laboratorium/ diagnostik
terbaru, masalah keperawatan, renpra hari ini, perubahan terapi medis dan
rencana medis.
7) Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh
anggota tim.
a) Tujuan ronde keperawatan:
(1) Menumbuhkan cara berpikir
secara kritis
(2)Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien
(3)Meningkatkan validitas data klien
(4)Menilai kemampuan justifikasi
(5)Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
(6)Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
b) Peran
(1) Perawat primer dan perawat
assosiate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang biasa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa
disebutkan antara lain, menjelaskan keadaan dan data demografi klien,
menjelaskan masalah keperawatan utama, menjelaskan intervensi yang
belum dan yang akan dilakukan, menjelaskan tindakan selanjutnya
serta menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

(2) Peran konsuler/ expert


Adapun peran konsuler antara lain memberikan justifikasi,
memberikan reinforcement, menilai kebenaran dari suatu masalah,
intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional, mengarahkan dan
koreksi, dan mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
c) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ronde yaitu:
(1) Persiapan
(a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum pelaksanaan ronde.
(b) Pemberian informed consent kepada klien/ keluarga.
(2) Pelaksanaan Ronde
(a) Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
(b) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan.
(c) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
(3) Pasca Ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut


serta menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.

d. Material
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung kelancaran
dalam memberikan asuahan keperawatan pada pasien.Secara kualitatif fasilitas
yang tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Fasilitas dan
alat-alat ke,lkopdokteran maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi
yang telah ditetapkan oleh masing-masing Rumah Sakit yang disesuaikan dengan
jenis dan kapasitas unit pelayanan.
e. Machine
Mesin merupakan suatu fasilitas kesehatan yang dapat menunjang tindakan
keperawatan.

6. Unsur Proses
a. Planning/ Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan merencanakan diharapkan
hasil akhir dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan
yang baik sangat bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang
diinginkan. Perencaan meliputi:
1) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/ bulan)
2) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
3) Jangka panjang ( untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat
memperbaiki pandangan masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg
(2011) perencanaan digolongkan sebagai konseptual yang mencakup unsur pokok
(strategis) dan operasional.
b. Organization/ Organisasi
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pengertian
secara statis dan pengertian secara dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi
merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan secara dinamis , organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata
hubungan kinerja yang teratur dan simetris untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap organisasi kemungkinan mempunyai prinsip- prinsip dalam
menjalankan tugasnya, prinsip-prinsip organisasi antara lain :
1) Tujuan yang jelas ( clear objective )
2) Skala hierarki (the scalar principle)
3) Kesatuan komando / perintah (unity of command)
4) Perlimpahan wewenang (delegation of authority)
5) Pertanggungjawaban ( responsibility)
6) Pembagian kerja (devision of work)
7) Rentang kendali ( span of control)
8) Fungsionalisasi (funcionalization)
9) Pemisahan Tugas (task separation)
10) Fleksible / kelenturan (flexibility)
11) Keseimbangan (balance)
12) Kepemimpinan (leadership)
Model praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu
system (sreuktur, proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk menmdukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen
subsistem yaitu:
1) Nilai-nilai professional atau inti MPKP
2) Pendekatan management
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
4) Hubungan profesional
5) System kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan delivery system, ada
beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan. Adapun metode dalam
asuhan keperawatan metode tim, kasus, fungsional dan keperawatan primer.
c. Actuating/Penggerak
Menurut Dounglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi
yang memungkinkan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan
pedoman serta pandangan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan
pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan
efisien untuk mencapai objektif organisasi.
Pengarahan yaitu perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Istilah lain yang di
gunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan.
Apapun istilah yang di gunakan pada akhirnya akan bermuara pada
“melaksanakan” kegiatan yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam
pengarahan, pekerjaan di uraikan dalam tugas tugas yang mampu kelola, jika perlu
di lakukan pendelegasian.
d. Controlling / Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan
kegiatan / pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan,
dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Melalui supervise:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua Tim. Membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan (di dokumentasikan), mendengar
laporan ketua Tim tentang pelaksanaan tugas
3) Evaluasi merupakan upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
4) Audit keperawatan dilakukan untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja
diperlukan terlebih dahulu persiapan:
a) Standar operasional prosedur
b) Standar / pedoman diagnosis dan terapi
c) Indicator penilaian penampilan
7. Unsur Output
a. Mutu
Mutu pelayanan meliputi 4 (empat) indicator mutu pelayanan kesehatan yaitu
BOR, AVLOS, TOI dan BTO.
1) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka
Penggunaan Tempat Tidur)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu.Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Standar internasional BOR dianggap
baik adalah 80-90% sedangkan standar nasional BOR adalah 60-85%.
2) AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata Lamanya Pasien Di Rawat)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indicator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose tertentu yang
dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari.
3) TOI (Turn Over Interval = Tempat Tidur Tidak
Terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat
di isi ke saat terisi berikutnya.Indicator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam
waktu 1 – 3 hari.

4) BTO (Bed Turn Over = angka perputaran


tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (9-10 x/3
bulan)
8. Analisa SWOT
Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat factor itulah yang membentuk
akronim SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis
dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana
kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaiman kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
a. Strengh (S) :
Analisa kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Yang perlu di lakukan dalam analisis ini
adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan kekuatan dan
kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan
perusahaan itu unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di
manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan
juga kualitas yang lebih maju.
b. Weaknesses (W):
Analisa kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu
organisasi atau perusahaan pada saat ini. Merupakan cara menganalisis perusahaan
ataupun organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu
perusahaan atau organisasi.

c. Opportunity (O):
Analisa peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi
atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu
perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang dimasa yang akan datang.
d. Threats (T):
Analisa ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh
suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang
menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera diatasi ancaman tersebut akan menjadi
penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik dimasa sekarang maupun dimasa
yang akan datang.
9. PENGELOLAAN RUANGAN
a. Gambaran Rumah Sakit
1) Sejarah Singkat RSUD RAA Soewondo Pati
RSUD RAA Soewondo Pati dibangun mulai tahun 1992, sumber dana
pembangunan berasal dari Bupati Pati (RAA Soewondo), Sekretaris Daerah
Kabupaten Pati (Aris Munandar), Penasehat Rumah Sakit (dr. Beerfoed) dan
sumbangan masyarakat.
a) Sejarah nama rumah sakit:
(1) Tahun 1934 – 1940 Rumah Sakit “MARDI OESODO” Pati
(2) Tahun 1940 – 1942 Rumah Sakit “SOEWONDO ZIAKEN HUIS” Pati
(3) Tahun 1942 – 1945 Rumah Sakit “PATI KEN BYOIN”
(4) Tahun 1945 – 1959 Rumah Sakit Umum “SOEWONDO” Pati
(5) Tahun 1960 – 1965 Rumah Sakit Umum DASWATI II Pati\
(6) Tahun 1965 – 1972 Rumah Sakit Umum Kabupaten Pati
(7) Tahun 1972 – 2000 Rumah Sakit Umum RAA Soewondo Kabupaten
Pati
(8) Tahun 2000 – 2009 Badan RSD RAA Soewondo Pati
(9) Tahun 2009 – 2019 RSUD RAA Soewondo Pati
(10) Tahun 2020 – sekarang UPT RSUD RAA Soewondo Pati
b) Sejarah Manajemen Rumah Sakit:
(1) Berdsarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 30 Januari 1995
No. 95/ MENKES/SM/95 kelas RSUD RAA Soewondo Pati berubah
dan kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan.
(2) Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor 12 Tahun 2008,
RSUD RAA Soewondo Pati menjadi Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Pati
(3) Berdasarkan Keputusan Bupati Pati No: 900/ 1881/ 2009 tanggal 1
September 2009 tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah pada RSUD RAA Soewondo Pati
(4) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun
1997 terakreditasi 5 Pelayanan
(5) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. YM
00.03.2.2.713 41 tanggal 6 Juni 2002 terakreditasi 12 pelayanan
(6) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. YM
02.04.31.2314 tanggal 28 April 2007 tentang Pemberian Ijin
Penyelenggaraan Rumah Sakit Daerah RAA Soewondo Pati
(7) Berdasarkan Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nomor
KARS-SERT/ 155/ XI/ 2011 tanggal 28 November 2011 terakreditasi 16
pelayanan
(8) Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.449/1 tanggal 28
Maret 2012 tentang Pemberian Perpanjangan Izin Operasional Rumah
Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Kabupaten Pati Provinsi Jawa
Tengah
c) Nama Direktur Rumah Sakit dan Masa Kepemimpinan
(1) Tahun 1932 – 1933 : dr. Bervoets
(2) Tahun 1933 – 1935 : dr. Veldstra
(3) Tahun 1936 – 1944 : dr. Chr Rainard Tjia
(4) Tahun 1944 – 1949 : dr. Moh. Hoesin
(5) Tahun 1949 – 1960 : dr. Adi
(6) Tahun 1960 – 1963 : dr. Tjia King Po
(7) Tahun 1963 – 1964 : dr. Liem Tiek Tjay
(8) Tahun 1964 – 1965 : dr. Lie Hwie Siong
(9) Tahun 1965 – 1966 : dr. RWB Tedjowibowo
(10) Tahun 1967 – 1968 : dr. Tjiang Hwie Tjay
(11) Tahun 1969 – 1971 : dr. Muchsin Wanun
(12) Tahun 1972 – 1976 : dr. RA. Moch Ali Sayidiman
(13) Tahun 1976 – 1979 : dr. Goesmoro
(14) Tahun 1979 – 1987 : dr. Moh. Istikmal
(15) Tahun 1987 – 1990 : dr. Soetadi Ph
(16) Tahun 1990 – 1998 : dr. Sardjana, MMR
(17) Tahun 1998 – 2005 : drg. Said Hassan, M.Kes
(18) Tahun 2005 – 2006 : dr. Indroto, M.Kes
(19) Tahun 2006 – 2008 : dr. Partomo Widodo, M.Kes
(20) Tahun 2009 – 2012 : dr. Subawi, MM
(21) Tahun 2013 – 2014 : dr. Endang Winarti, MM
(22) Tahun 2014 – sekarang : dr. Suworo Nurcahyono, M.Kes

d) Gambaran Umum
RSUD RAA Soewondo Pati merupakan Satuan Kerja di lingkungan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Pati yang memiliki tugas pokok membantu
Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang kesehatan
melalui upaya kegiatan peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan
pemulihan kesehatan serta melaksanakan upaya rujukan.
RSUD RAA Soewondo Pati berada di wilayah Kabupaten Pati yang
memiliki luas wilayah ±150.368 Ha, yang terdiri dari 21 Kecamatan dan 406
Desa/ kelurahan.Peluang untuk melakukan inovasi dan kreativitas dengan
mengembangkan Pelayanan Kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat masih terbuka lebar dengan mengembangkan layanan produk
unggulan.
Dalam rangka meningkatkan citra pemerintah Daerah kabupaten Pati
khususnya RSUD RAA Soewondo Pati maka secara terus menerus
diupayakan peningkatan kualitas pelayanan diseluruh jajaran rumah sakit
secara menyeluruh (Hospital Wide Quality Improvement) karena RSUD RAA
Soewondo Pati merupakan SKPD ujung tombak pelayanan dan harus
membuktikan bahwa bisa memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Menurut data evaluasi Rekam medis jumlah kunjungan pasien rawat
jalan tahun 2017 terdapat populasi sebesar 91.992 pasien sedangkan populasi
rawat inap sebesar 24.245 pasien, sehingga diperlukan asuhan bebasis visi,
misi, dan jenis pelayanan yang diberikan sesuai populasi pasien dengan
meningkatkan kualitas dalam pemberian informasi dan pendidikan pasien dan
keluarga.
RSUD RAA Soewondo Pati sebagai salah satu sarana layanan
kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan pengetahuan
pasien dan keluarga melalui pendidikan kesehatan yang berkesinambungan
antar disiplin ilmu sesuai dengan kebutuhan pasien, Rumah sakit juga
mengembangkan atau memasukkan pendidikan ke dalam proses asuhan
berbasis misi, jenis pelayanan yang diberikan dan populasi pasien sehingga
mereka mendapat pengetahuan dan ketrampilan untuk menunjang partisipasi
dalam proses dan pengambilan keputusan dalam proses pelayanan.
e) Visi
Rumah Sakit pendidikan dengan pelayanan paripurna yang menjadi
kebanggaan masyarakat
f) Misi
(1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya rumah sakit
(2) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, dilandasi moral dan etik
(3) profesi yang berorientasi pada keselamatan pasien
(4) Menyediakan pendidikan, pelatihan dan memfasilitasi penelitian yang
berkualitas
(5) Mewujudkan pengelolaan Rumah Sakit dengan prinsip efektif dan efisien
(6) Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan

g) Motto
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami
b. Gambaran Ruang Tulip
1) Keadaan Umum
Ruang Tulip di RSUD RAA Soewondo Pati sebagai unit pelaksana yang
bertugas melaksanakan pelayanan kesehatan bagi semua pasien yang mengalami
gangguan persyarafan dan lehih khususnya pasien stroke. Perawatan pasien stroke
di ruang tulip dilakukan secara komprehensif dimana nantinya pasien akan
ditangani dokter syaraf, perawat, fisioterapis, dan adapula terapi wicara.
Ruang tulip merupakan slah satu bagian bentuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dari suatu Ruah sakit.Ruang tulip dibuka untuk memenuhi kebutuhan
pasien sering meningkatnya angka kejadian stroke.Dengan dibukanya ruang tulip
diharapkan semua pasien stroke terkonsentrasi di satu tempat sehingga pelayanan
lebih komprehensif.
Didalam ruang tulip juga direncanakan ada rehabilitasi medik mini dimana
nantinya petugas rehabilitasi medik akan melakukan perawatan pada pasien secara
komprehensif beupa exercise atau terapi sinar pada pasien dengan hemiparase atau
hemiplegic. Sayangnya dikarenakan anggaran dan keterbatasan tenaga fisioterapis
maka ruang rehab mini belum bisa diaktifkan sampai saat ini.
Layanan yang terintegerasi antara profesional pemberi perawatan yang
sudah berjalan adalah DPJP syaraf bekerjasama dengan perawat, ahli gizi,
fisioterapis, terapi wicara, dan konsul spesialis jantung, dalam atau spesialis lain
sesuai indikasi. Untuk memenuhi standart mutu pelyanan dalam mencapai
pelayanan prma dan paripurna maka harus memenuhi standart pelayanan yang baik
dan memuaskan bagi pasien dan keluarga.
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Ruang Tulip

KABID KEPERAWATAN
H. Warji, S.Kep.Ners, MM.

KASIE KEPERAWATAN RAWAT INAP


M.Iskandar,S.ST,MTr.Kep

SUPERVISOR KLINIK
KEPALA RUANG IPCN
Siti Nurhamdanah, S.Kep.Ners CASE MANAGER

KATIM I KATIM II
Pujiwati, S.Kep. Ners Purniawati S.Kep. Ners

ANGGOTA ANGGOTA

1. Indri Sri Haryuni, A. Md. Kep 1. Marsi, A. Md. Kep


2. Siti Chotimah, S. Kep., Ns 2. Sri Kasmiyati, A.Md.Kep.
3. Ambarwati, S. Kep 3. Anik Laily Farichah, A. Md.
4. Puji Fitryanti, A. Md. Kep Kep
5. Woro Istanti,A. Md. Kep 4. Supriyatun, A. Md. Kep
6. Diyah Henderaningrum, A.Md. 5. Betty Niken I, A. Md.Kep
Kep 6. Soni Hermanto, S.Kep Ners
7. Husnul Hasanah, A. Md. Kep
BAB III

HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN


MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. HASIL PENGKAJIAN
1. 5 M ( Man, Material & Machine, Method, Money, Market )
a. MAN
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang
– orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
1) Struktur Organisasi Ruang Tulip
Tabel 3.1

No Nama Jabatan
1. H. Warji, S.Kep.Ners, MM. KABID KEPERAWATAN

2. M.Iskandar,S.ST,MTr.Kep KASIE KEPERAWATAN


RAWAT INAP

3. Siti Nurhamdanah, KEPALA RUANG


S.Kep.Ners

4. Pujiwati, S.Kep. Ners KATIM I


5. Indri Sri Haryuni, A. PERAWAT PELAKSANA
Md. Kep
6. Siti Chotimah, S. Kep. Ners PERAWAT PELAKSANA

7. Ambarwati, A. Md. Kep PERAWAT PELAKSANA

8. Puji Fitryanti, A. Md. PERAWAT PELAKSANA


Kep
9. Woro Istanti,A. Md. Kep PERAWAT PELAKSANA

10. Diyah Henderaningrum, PERAWAT PELAKSANA


A.Md. Kep

11. Purniawati, S.Kep. Ners KATIM II

12. Marsi, A. Md. Kep PERAWAT PELAKSANA

13. Sri Kasmiyati, A.Md.Kep. PERAWAT PELAKSANA

14. Anik Laily Farichah, A. Md. PERAWAT PELAKSANA


Kep

15. Supriyatun, A. Md. Kep PERAWAT PELAKSANA

16. Betty Niken I, A. PERAWAT PELAKSANA


Md.Kep
17. Soni Hermanto, S.Kep PERAWAT PELAKSANA
Ners
18. Husnul Hasanah, A. Md. PERAWAT PELAKSANA
Kep
Karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin (n = 16 ) menunjukkan
mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan, sebanyak 15 orang
(93.75%) dan laki – laki sebanyak 1 orang (6.25%).

2. Pendidikan
1) Tabel Pendidikan formal perawat ruang Tulip
Tabel: 3.2
PENDIDIK
STANDART
No NAMA JABATAN AN YANG MASALAH
PENDIDIKAN
DIMILIKI
Siti Nur M. kep Sp. Belum sesuai
1 Karu S. Kep Ners
Hamdanah Neuro standart
Sudah sesuai
2 Pujiwati Katim S. Kep Ners S. Kep Ners
standart
Sudah sesuai
3 Purniawati Katim S. Kep Ners S. Kep Ners
standart
Indri Sri Belum sesuai
4 Pelaksana S.Kep Ners A. Md. Kep
Haryuni standart
Sudah sesuai
5 Siti Chotimah Pelaksana S. Kep Ners S. Kep Ners
standart
A. Md. Belum sesuai
6 Ambarwati Pelaksana S. Kep Ners
Kep standart
A. Md. Belum sesuai
7 Puji Fitriyanti Pelaksana S.Kep Ners
Kep standart
Belum sesuai
8 Woro Istanti Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Diyah
Belum sesuai
9 Henderaningru Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
m
Belum sesuai
10 Marsi Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Belum sesuai
11 Sri Kasmiyati Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Anik Laily Belum sesuai
12 Pelaksana S.Kep Ners A. Md. Kep
Farichah standat
Belum sesuai
13 Supriyatun Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Belum sesuai
14 Betty Niken I Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Sony Sudah sesuai
15 Pelaksana S. Kep Ners S. Kep Ners
Hermanto standart
Husnul Belum sesuai
16 Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
Hasanah standart
Karakteristik pendidikan perawat di Ruang Tulip sampai bulan Maret 2021 rata – rata
berpendidikan S1 Ners dengan jumlah 5 orang (30%), DIII Keperawatan 11 orang (70%).

2). Pendidikan non formal perawat ruang Tulip


Tabel: 3.2.
NO NAMA STANDAR PELATIHAN USULAN
PERAW KOMPETENSI YANG PENINGKATAN
AT YANG DI DIMILIKI KOMPETENSI
BUTUHKAN
1 Siti 1. Managemen karu 1. Manajemen Manajemen bansal
Hamdanah 2. BTCLS Karu stroke
3. Manajemen bansal 2. BTCLS
stroke 3. Krendensial
4. Krendensialing
2 Pujiwati 1. Managemen 1. Managemen 1. Pelatihan perawat
bangsal stroke bangsal stroke mahir stroke
2. BTCLS 2. BTCLS 2. Perawatan
3. Pelatihan bangsal 3. Krendensial neurologi
stroke 3. Pelatihan
4. Krendensial perawatan kritis
5. Perawatan dasar
neurologi
3 Purniawati 4. Managemen bangsal 1. Managemen 1.Pelatihan perawat
stroke bangsal, mahir stroke
5. BTCLS, 2. BTCLS 10. Perawatan
6. Krendensial 3. Krendensial neurologi
7. Pelatihan perawat 11. Pelatihan
mahir stroke perawatan kritis
8. Perawatan neurologi
9. Pelatihan perawatan
kritis
4 Indri Sri 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Haryuni 2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perwatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
5 Siti 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Chotimah 2. Krendensial krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
6 Ambarwat 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
i 2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
7 Puji 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Fitriyanti 2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
8 Woro 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Istanti 2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
9 Diyah 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Hendranin 2. Krendensial Krendensial neurologi
grum 3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
10 Marsi 1. BTCLS BTCLS, 1.Perwatan dasar
2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
11 Sri 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Kasmiyati 2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
12 Anik Layli 1. BTCLS BTCLS, 1.Perwatan dasar
Farichah 2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
13 Supriyatun 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan perawat
kritis
14 Betty 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Niken I 2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5. Pelatihan
perawat kritis
15 Sony 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Hermanto 2. Krendensial Krendensial neurologi
3. Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4. Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5.Pelatihan perawat
kritis
16 Husnul 1. BTCLS BTCLS, 1. Perwatan dasar
Hasanah 2. Krendensial Krendensial neurologi
3.Perawatan dasar 2.Pelatihan perawat
neurologi mahir stroke
4.Pelatihan perawat 3.Pelatihan perawat
mahir stroke kritis
5.Pelatihan perawat
kritis
Kesimpulan: Rata-rata perawat ruang tulip belum memenuhi standart untuk perawat unit
stroke karena belum memiliki sertifikat pelatihan bangsal stroke
3. Soft Skill
Soft skill adalah kemampuan non-teknis yang secara alami ada pada diri
seseorang, termasuk kemampuan dalam komunikasi, kepemimpinan, dan
sosialisasi. Atribut soft skills meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku,
kebiasaan, karakter, dan sikap. Soft skill ini tidak bisa didapat dengan cara dihafal
atau dipelajari dalam jangka waktu yang singkat. Soft skill menyangkut hal yang
tidak bisa dipelajari di bangku sekolah, kuliah, atau pelatihan.Karenanya, soft
skill disebut elemen non-academic skills.

Tabel 3.3
Hasil Survei Soft Skill

Salam Prima

No Nama Standart Nilai


1 P 100% 8O
2 P 100% 80
3 I 100% 80
4 S 100% 100
5 A 100% 100
6 P 100% 100
7 W 100% 80
Total 620
Nilai 620 X 100% :7 = 88%
Dari hasil observasi dalam soft skill salam prima staf ruang Tulip mendapat
capaian 88 %, hal itu dapat dikategorikan baik.
Tabel 3.4

Hasil Survei Soft Skill

Etika Bertelpon

No Nama Standart Nilai


1 P 100% 85
2 B 100% 85
3 I 100% 85
4 S 100% 100
5 A 100% 100
6 P 100% 85
7 W 100% 85
Total 627
Nilai 85+85+85+100+100+85+85 X 100%=89%

Dari hasil observasi dalam soft skill etika bertelpon staf ruang Tulip mendapat
capaian 89 %, hal itu dapat dikategorikan baik.

Tabel 3.5

Hasil Survei Soft Skill

Etika Berpakaian

No Nama Standart Nilai


1 P 100% 100
2 P 100% 80
3 I 100% 80
4 S 100% 100
5 A 100% 100
6 P 100% 100
7 W 100% 80
Total 640

Nilai 100+80+80+100+100+100+80 X 100%


7
640x 100% = 91%
7
Dari hasil observasi dalam soft skill etika berpakaian staf ruang Tulip mendapat
capaian 91 %, hal itu dapat dikategorikan baik.
Tabel 3.6

Hasil Survei Soft Skill

5s ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)


No Nama Standart Nilai
1 P 100% 80
2 S 100% 86
3 A 100% 73
4 S 100% 80
5 B 100% 80
6 S 100% 73
7 H 100% 80
Total 552
Nilai 80+82+76+74+80+78+80 X 100%

552x 100% = 78%

Dari hasil observasi dalam soft skill keramahan (5S) staf ruang Tulip mendapat
capaian 88 %, hal itu dapat dikategorikan kurang/ belum memenuhi standart

Tabel 3.8

Hasil survey table soft skill

No Uraian Spo Sampling Standart Capaian

1 Spo salam prima 7 100% 85%

2 Spo bertelpon 7 100% 88%

3 Spo berpakaian 7 100% 92%

4 5 “S” 7 100% 78%

Jumlah capaian 100% 343%

Rata-rata capaian 100% 86%

Kesimpulan : hasil soft skill di ruang Tulip belum memenuhi standar terutama
etika bertelepon
Tabel 3.9

Hasil Survei Kompetensi


Injeksi Intravena

No Nama Standart Nilai


1 B 100% 100
2 P 100% 100
3 A 100% 100
4 S 100% 90
5 M 100% 80
TOTAL 100% 470

Nilai 100+100+100+90+85X 100%


5
470 x 100% : 5=94%
5
Dari hasil observasi dalam skill injeksi intravena staf ruang Tulip mendapat capaian 94
%, hal itu dapat dikategorikan baik.
Tabel 3.10

Hasil Survei Kompetensi

Pengambilan Darah Vena

No Nama Standart Nilai


1 A 100% 100
2 M 100% 100
3 B 100% 87
4 W 100% 87
5 D 100% 100
Total 474%
Nilai 100+100+87+87+100X 100%
5
474 x 100% =94 %
5
Dari hasil observasi dalam skill pengambilan darah vena staf ruang Tulip mendapat
capaian 94 %, hal itu dapat dikategorikan baik.
Tabel 3.11
Hasil survey table Kompetensi

Kompetensi Standart Nilai


Injeksi intravena 100% 95%
Pengambilan darah vena 100% 94%
Total 100 % 94%
Kesimpulan : hasil Kompetensi di ruang Tulip sudah memenuhi standar terutama
injeksi intravena
Tabel 3.12

Kepatuhan 5 Momen Cuci Tangan


Perawat Pelaksana Ruang Tulip

5 Momen Cuci Tangan


No. Nama Standart Nilai
1 2 3 4 5
1. P 0 1 1 1 1 100% 80
2. A 0 1 1 1 1 100% 80
3. B 0 0 1 1 1 100% 60
4. W 1 0 1 1 1 100% 80
5. P 0 0 1 1 1 100% 60
6. D 0 0 1 1 1 100% 60
7. M 0 1 1 1 1 100% 80
Nilai 80+80+60+80+60+60+80 X 100%
7
500x 100% = 71%
7
Dari hasil observasi dalam kepatuhan 5 momen cuci tangan staf ruang Tulip mendapat
capaian 71 %, hal itu dapat dikategorikan kurang/ belum memenuhi standart.
Masalah pada point Man:

a. Pendidikan formal perawat ruang tulip belum sesuai standar, sebagian besar masih
d3
b. Nilai kepatuhan 5 momen yang masih rendah terutama pada saat sebelum kontak
ke pasien.

c. Hasil survei nilai soft skill belum mencapai standart

d. Ada beberapa staf yang belum memiliki pelatihan mahir stroke

e. Sertifikat BTCLS banyak yang expired

B. Money
1. Anggaran Sarana Dan Prasarana
Anggaran sarana dan prasarana Ruang Tulip didapat dari anggaran Rumah
Sakit. Ruang Tulip mengisi form RBA barang ALKES setahun sekali, usulan
tersebut diberikan kepada bagian penunjang medik untuk direkap dan ditindak
lanjuti. Penyediaan barang kebutuhan kantor dan kebersihan sudah disentralisasi
oleh gudang.
Pada saat pandemi sekarang ini Rumah Sakit membatasi pemyediaan masker
dan handscoon di ruangan.
2. Pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia)
Anggaran SDM untuk pelatihan staff didapat dari rencana anggaran Rumah
Sakit. Setiap pelatihan yang ada di RSUD RAA SOEWONDO PATI dibiayai oleh
RSUD RAA SOEWONDO PATI. Sedangkan untuk pelatihan di luar RSUD RAA
SOEWONDO PATI ada yang dibiayai dan ada yang biaya sendiri.
Masalah Money adalah:
Realisasi pengadaan pelatihan kadang belum sesuai dalam penyusunan.

C. Material dan Machine


Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam
dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah
satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan
tercapai hasil yang dikehendaki. Machine atau mesin digunakan untuk memberi
kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan
efisiensi kerja.
1. Lokasi dan Denah Ruang Anggrek II
Ruang Anggrek II merupakan salah satu ruang rawat inap kelas 2 untuk kasus
Ibu post partum, ibu prenatal. Terdiri dari 8 kamar dengan kapasitas 32 bad. Ruang
tersebut berbatasan dengan :
a. Lantai 2 gedung Irna kebidanan
b. Sebelah selatan ruang Gading
c. Sebelah utara kantin umum
d. Sebelah timur parkiran petugas dan pengunjung
e. Sebelah barat gedung IGD
Hasil pengkajian dan pengamatan untuk ruangan Anggrek II cukup strategis karena
ruangan dekat dengan IGD (ponek), ICU, Perinatal.

2. Fasilitas untuk petugas kesehatan


a. Ruang bidan
b. Ruang tindakan
c. Kamar mandi
d. Dapur
e. Ruang ganti / tempat shalat
f. Ruang KARU
g. Ruang almari ganti linen
h. Tempat penyimpanan alat steril (Ruang alat belum tertata dengan rapi)
3. Fasilitas untuk pasien
a. Tempat tidur
Ruang VIP terdiri dari 1 kamar (2 bed tidur ) terpasang AC, tersedia kulkas, kls
1 4 kamar (8 bed pasien) untuk pasien dan terpasang AC , untuk kls 2 ada 2
kamar ( 4 bed pasien) untuk pasien terpasang kipas angin, dan kelas 3 ada 2
kamar (6 bed pasien) dan terpasang kipas angin.
b. Kamar mandi
Setiap kamar terdapat 1 kamar mandi dan WC
c. Meja pasien yang sekaligus menjadi almari pakaian
d. Kursi pasien (satu pasien satu kursi penunggu)
4. Fasilitas Ruangan
Setiap kamar (VIP berisi 1 bed) (kls 1 berisi 2 bed) (kls 3 berisi 3 bed), 2 almari, 2
kursi penunggu, 1 TV, 1 AC (6 kamar), 2 hexos/blower (2 kamar). Berdasarkan
wawancara dengan sebagian pasien dan keluarga fasilitas di ruangan untuk pasien
sudah cukup baik.
5. Fasilitas Tempat Obat
Fasilitas untuk obat pasien berada di ruang bidan dengan menggunakan loker
sesuai dengan bed klien. Pemberian obat sesuai dengan dosis yang telah diberikan
dokter dan jam pemberian sesuai dengan jadwal. Loker obat belum terdapat
identitas pasien.

6. Inventaris ruangan
a. Inventaris Alat Kesehatan
Tabel 3.13

STANDART
JUMLAH
JUMLAH
NO JENIS ALAT YANG ALAT
DIMILIKI YANG
JUMLAH KURANG

1 Bed Monitor 1 4 3

2 Regulator O2 10 18 8

3 O2 Tabung dan Regulator 2 2 0

4 O2 Kecil dan Regulator 1 2 1

5 Sunction Mobile 1 2 1

6 Infus Pump 2 2 0

7 Syiring Pump 2 4 2

8 AmbuBag/Bagging 1 2 1
9 Tensimeter Dorong 1 1 0

10 Tensimeter Duduk 1 1 0

11 Tensimeter Elektrik 2 3 1

12 EKG 0 1 1

13 Kursi Roda 1 2 1

14 Tiang Infus 5 18 13

Centelan Infus Nempel


15 Ditembok 24 28 4

16 Lampu Baca Radiologi 1 1 0

Lampu sorot buat pasang


17 infus 0 1 1

18 Troly Emergency 1 2 1

19 Troly Linen kotor 0 1 1

20 Ember Linen Kotor 1 1 0

21 Ember Linen Infeksius 1 1 0

Troly sibin Pasien(ten=moat


22 ember 2lubang) 3 2 +1

Kesimpulan inventaris alat kesehatan banyak alat kesehatan yang jumlahnya


belum sesuai standar

b.Inventaris barang
Tabel 3.14

NO NAMA BARANG JUMLAH KONDISI


1 Ambubag 1 Baik dan siap pakai

2 Arteri klaim 2 Baik dan siap pakai

3 Bak Instrumen besar 1 Baik dan siap pakai

4 Bak Instrumen sedang 0 Tidak ada

5 Bak spetkecil 2 Baik dan siap pakai

6 Bengkok 4 Baik dan siap pakai

7 tong spatel 1 Baik dan siap pakai


Baik dan siap pakai

8 Tas Darah 2 Baik dan siap pakai

9 Gliserin Spet 0 Tidak ada

10 Gunting Mikro 2 Baik dan siap pakai

11 Gunting perban 4 Baik dan siap pakai

12 Infus Pam 2 Baik dan siap pakai

13 Kom Tutup 8cm 3 Baik dan siap pakai

14 Kom tutup besar 3 Baik dan siap pakai

15 Kursi roda 1 Baik dan siap pakai

16 Tensi Jarum 1 Baik dan siap pakai

17 Saturasi Oksigen 2 Baik dan siap pakai

18 Pinset Sirugis 4 Baik dan siap pakai

19 SiringPam 2 Baik dan siap pakai

20 Pinset Anatomi 4 Baik dan siap pakai


21 Sunction 1 Baik dan siap pakai

22 Stetoskop 2 Baik dan siap pakai

23 Tensi Otomatis 2 Baik dan siap pakai

24 Pispot 10 Baik dan siap pakai

25 Urinal 10 Baik dan siap pakai

26 Bidside Monitor 1 Baik dan siap pakai

27 Obat Emergency 1 Baik dan siap pakai

28 Torniquet 1 Baik dan siap pakai

29 Termos BGA 1 Baik dan siap pakai

30 Sonde fooding 1 Baik dan siap pakai

31 Gunting Hetting Up 2 Baik dan siap pakai

Kesimpulan : inventaris barang diruang tulip kondisinya baik dan siap


digunakan

c. Inventaris barang
Tabel 3.16

NO NAMA BARANG JUMLAH


KONDISI

1 Bantalan Cap 1 Baik dan siap pakai

2 Baterai 1 Baik dan siap pakai

3 Batu besar 4 Baik dan siap pakai

4 Batu Kecil 4 Baik dan siap pakai

5 Buku Expedisi 2 Baik dan siap pakai

6 Buku Folio 100 lembar 2 Baik dan siap pakai

7 Buku Folio 200 lembar 2 Baik dan siap pakai


8 Buku Quarto 100 lembar 2 Baik dan siap pakai

9 Buku Quarto 200 lembar 2 Baik dan siap pakai

10 Buku Srip 1 Baik dan siap pakai

11 Kater 1 Baik dan siap pakai

12 Gunting 1 Baik dan siap pakai

13 Isi Kater Besar 2 Baik dan siap pakai

14 Isi Staples Besar 20 Baik dan siap pakai

15 Isi Staples Kecil 10 Baik dan siap pakai

16 Klip file 2 Baik dan siap pakai

17 Klip kecil 2 Baik dan siap pakai

18 Lem kertas 3 Baik dan siap pakai

19 Penggaris 30 cm 1 Baik dan siap pakai

20 Penggaris 40 cm 1 Baik dan siap pakai

21 Penghapus karet 1 Baik dan siap pakai

22 Penghapus Papan Tulis 2 Baik dan siap pakai

23 Pensil 4 Baik dan siap pakai

24 Pensil merah biru 2 Baik dan siap pakai

25 Pervorator kecil 1 Baik dan siap pakai

26 Remover 1 Baik dan siap pakai

27 Snel Hekter plastic 2 Baik dan siap pakai

28 Spidol Board Marker 10 Baik dan siap pakai

29 Spidol hitam/merah 2/2 Baik dan siap pakai

30 Spidol Permanen 6 Baik dan siap pakai

31 Staples Besar/ Kecil 1/1 Baik dan siap pakai


32 Stopam Kertas 10 Baik dan siap pakai

33 Tinta Stample 1 Baik dan siap pakai

34 Tip X 3 Baik dan siap pakai

35 Amplop Putih Kop 50 Baik dan siap pakai

36 Amplop Rujukan A 100 Baik dan siap pakai

37 Pengembalian obat 10 Baik dan siap pakai

38 Permintaan Foto Rontegn 5 Baik dan siap pakai

39 Resep rawat inap Umum 5 Baik dan siap pakai

40 Resep RI Non PBI 15 Baik dan siap pakai

41 Surat Keterangan Dokter RI 5 Baik dan siap pakai

42 Kartu Pemantauan O2 10 Baik dan siap pakai

43 Formulir Pemeriksaan 10 Baik dan siap pakai


Laborat

44 RM 19 2 Baik dan siap pakai


Kesimpulan : inventaris barang diruang tulip kondisinya baik dan siap
digunakan

d.Inventaris barang
Tabel 3.17

KEADAAN BARANG
NO JENIS BARANG JUMLAH
B KB R

1 Kipas Angin dinding 4 v

2 Apar 2 v
3 Kulkas 1 pintu 1 v

4 Dispenser 1 v

5 Pemanas air 1 v

10 Kursi busa 7 v

15 Almari obat 1 v

16 Almari linen 1 v

17 Almari billig 2 v

20 Meja petugas 2 v

21 Meja kerja kayu 5 v

22 Meja kayu pasien 10 v

24 Meja resepsionis 1 v

25 Troly belanja 1 v

26 Troly besi 2 v

29 AC  7 v

30 Telepon  1 v

31 Pompa air 1 v

34 Rak sepatu 1 v

35 TV 14" 8 v

36 Tangga pasien 1 v
36 Komputer 2 v

36 Bantal busa 16 v

Kesimpulan : inventaris barang diruang tulip kondisinya baik dan siap


digunakan
.

e. Buku Administrasi Penunjang

Tabel 3.18

NO NAMA BUKU PELAKSANAAN MASALAH

1 Buku TTV Setiap shift mengisi data – data Tidak ada


pasien meliputi tekanan darah, masalah
nadi, dan suhu

2 Buku pasien Ada buku pasien pulang Tidak ada


pulang masalah

3 Buku injeksi Setiap shift pagi menulis buku Tidak ada


injeksi dan setelah ada visite masalah
dokter ada perubahan terapi
perawat langsung mengganti
buku injeksi.

4 Buku timbang Buku sudah tersedia, dijadikan Tidak ada


terima satu dengan buku pre dan post masalah
conference, diisi setiap shif
sesuai kondisi dan terapi pasien.
Setiap shift sudah tercantum
jumlah pasien .

5 Buku tukar dinas Ditulis bila tukar. Tukar dinas Tidak


sepengetahuan karu, tidak ada
adanya tukar dinas tidak selevel. masalah

6 Buku teguran Sudah disediakan, diisi bilamana Tidak


ada kejadian atau pelanggaran ada
oleh staff masalah

7 Buku bimbingan Buku sudah tersedia, bimbingan Tidak


perawat secara terjadwal tiap satu bulan sekali ada
terjadwal masalah

8 Buku serah terima Buku sudah tersedia, diisi bila Tidak


rontgen ada pasien pulang dan perawat ada
menyerahkan hasil rontgen masalah
kemudian keluarga tanda tangan.

9 Buku kebutuhan Buku sudah tersedia, diisi setiap Tidak


logistik bulan ada
masalah

10 Buku apel Buku sudah tersedia, Tidak


setiap habis apel pagi ada
menulis informasi yang masalah
didapat dari apel pagi.

Sumber : Buku Administrasi Penunjang Ruang Tulip


Kesimpulan: Tidak ada masalah

Masalah pada point Material dan Machine yang dapat kami simpulkan di Ruang
Tulip:
1. Tidak dilakukannya timbang terima alat setiap pergantian shift
2. Jumlah inventaris alat yang tidak sesuai standar
D. Metode

1. Model asuhan keperawatan

Ruang Tulip adalah ruang perawatan rawat inap bagi semua pasien yang
mengalami gangguan persyarafan dan lebih khususnya pasien stroke. Model
keperawatan yang di terapkan di ruang Tulip yaitu model asuhan keperawatan
pelayanan moduler yaitu gabungan dari metode tim dan fungsional,di mana
sistem keperawatan moduler yaitu perawat profesional dan vokasional bekerja
sama untuk merawat sekelompok klien dari mulai masuk ruang rawat inap
sampai pulang (tanggung jawab total).
Ruang tulip terdiri 2 tim. Tim 1 membawahi 6 perawat pelaksana dan
Tim 2 membawahi 7 perawat pelaksana. Perawat pelaksana terbagi dalam 3 sift.
Sift pagi biasanya terdiri dari 5-6 orang perawat, serta sift siang dan malam
terdiri 3 orang pelaksana. Kepala ruang sudah menjalankan tugas dan peran
kepala ruang sesuai kemampuan dan kesempatan yang ada. Tugas ka tim dalam
pelaksanaan pre dan post conference sudah dilaksanakan sesuai dengan acuan
dari bidang keperawatan.
Pendokumetasian asuhan keperawatan ditulis SOAP dilembar CPPT.
Penulisan status pasien sesuai dengan nama PPJP yang tertulis di papan
pembagian tugas. PPJP sesuai area anggota pembagian tim. Ini sesuai dengan
pengambilan sampling status pasien dari 10 status pasien ada 5 les yang
penulisan SOAP di CPPT sesuai dengan perawat penanggung jawab pasien.
Pelaksanaan ronde keperawatan sudah ada pelaporannya dilakukan
setahun 1 kali sesuai yang direncanakan.
Menurut kepala ruang pembuatan jadwal dinas oleh kepala ruang.
Pelaksanaannya dinas pagi terdiri dari 1 kepala ruang, 2 orang ka tim dam 1
Katim membawahi 1 – 2 orang anggota tim. Jaga sore dan malam terdiri dari 3
orang staf,1 PJ Shift 2 anggota tim Pada lembar jadwal dinas sudah terdapat
jadwal petugas on-call, apel, rujuk dan PJ shift yang sudah sesuai dengan
aturan rumah sakit. Dalam pelaksanaanya pembagian tugas anggota masing-
masing tim pada setiap shif sudah tetap..
Untuk tukar jaga sudah ada bukunya. Petugas tukar jaga setiap bulan
sudah dievaluasi oleh kepala ruang. Tukar jaga kadang-kadang tidak sesuai
dengan levelnya yang senior tukar jaga dengan yunior karena ketidak
seimbangaan jumlah antar petugas senior dan yunior. Yang penting masih ada
petugas yang senior sebagai PJ shift.
Pengaturan cuti sudah terencana dengan baik, cuti diberikan setiap bulan
selama setahun, tetapi kenyataannya cuti diberikan sesuai dengan permintaan
masing-masing anggota.
Pendelegasian tugas di ruangan sudah dilaksanakan sesuai SOP yang
ada di rumah sakit yaitu pendelegasian tugas dari kepala ruang kepada salah
satu katimnya. Namun dalam pelaksanaannya masih kurang lengkap karena seb
agian besar belum ada tanda tangan sepengetahuan kasi rawat inap.
Pendelegasian diberikan kepada perawat level dibawahnya bila kepala ruang
cuti dalam waktu yang lama. Hal ini sudah tertulis dalam buku pendelegasian.

a. Timbang Terima dan Operan


1) Timbang terima pasien
Timbang terima pasien dilakukan setiap pergantian shift.Yaitu antar
shift telah dilaksanakan di ruang Tulip sesuai SOP. Operan dinas malam
ke pagi dan pagi ke sore dipimpin oleh kepala ruang. Sedangkan dinas
sore ke malam dipimpin oleh penanggungjawab shift. Timbang terima
pasien diawali di lokasi ners station dilanjutkan keliling disemua kamar
( tempat tidur ) pasien. Yang membedakan ruang tulip dengan ruangan
lainnya yaitu setiap operan keliling ada doa bersama baik dari karu
maupun perawat pelaksana dengan setiap pasien beserta keluara yang
menjaganya.
2) Timbang terima alat
Timbang terima alat meliputi peralatan medis, alat rumah tangga,
peralatan dapur. Buku timbang terima sudah disediakan dan sudah di isi.
Buku timbang terima alat ditanda tangani skali setiap hari.
Masalah pada timbang terima alat yaitu dilakukan setiap hari, bukan setiap
shift

b. Pre dan Post Conference


Pre conference masing-masing tim sebelum operan jaga dilakukan.
Pre conferent dilakukan oleh tim jaga pagi dipimpin oleh kepala ruang
sekaligus operan jaga. Dalam pelaksanaannya peran dari masing-masing
perwakilan PPJP membacakan timbang terima pasien sesuai yang dirawat
masing-masing. Pre conference jaga sore maupun jaga malam juga
dilakukan. Post conference seperti saat operan jaga pagi dengan jaga malam
dilakukan dengan langsung timbang terima.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang tulip bu Nur Hamdanah
Pre conference dilakukan setelah per bed dengan tujuan agar lebih dapat menggali
masalah masalah pada pasien.
c. Supervisi
Kepala ruang telah melakukan supervisi management terhadap staf
sesuai dengan SPO dan panduan progam kerja ruang Tulip yang telah berlaku
antara lain : supervisi salam, etika bertelepon, supervisi pre-post conference,
supervisi terhadap staf, supervisi terhadap katim telah dilakukan sesuai. .

d. Pendokumentasian Askep
Dari hasil observasi dan wawancara dengan petugas ruang Tulip
didapatkan data bahwa pada form pendokumentasian asuhan keperawatan sudah
mencakup seluruh proses keperawatan pasien yang meliputi:Pengkajian yang
terdiri dari keluhan pasien,riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu
dan riwayat penyakit keluarga.
1) Pengkajian awalnyeri, nutrisi dan resiko jatuh sudah dilakukan, sesui antara
SOAP CPPT dengan lembar evaluasi askep.
2) Analisa data sudah terisi secara ceklist pada form catatan keperawatan.
3) Diagnosa keperawatan belum sesuai dengan keluhan pasien.
4) Intervensi sudah terisi secara ceklist.
5) Implementasi sudah terisi secara singkat pada form catatan keperawatan.
6) Evaluasi sudah terisi secara singkat per shift pada form catatan
keperawatan.
7) Perencanaan pulang diisi langsung saat pasien baru masuk ruangan oleh
perawat yang jaga pada saat itu.
e. Sentralisasi obat
Dari hasil observasi dan wawancara dengan petugas ruang Tulip
didapatkan data bahwa pengambilan obat bisa dilakukan secara sentral
farmasi.Setiap ada pasien yang mendapat resep diambilkan oleh perawat.
f. Discharge Planning
Discharge planning di ruang tulip sudah dilakukan dengan cukup baik,
hanya saja pendokumentasian didalam RM belum disesuaikan dengan keadaan
pasien.
Dari hasil pengumpulan data methode, kami menemukan masalah
yang timbul sebagai berikut :
1) SAK dan SPO belum digunakan secara maksimal
2) Pendokumentasi diagnosa keperawatan belum sesuai dengan keluhan pasien.
3) Discharge planning belum didokumentasikan di RM sesuai dengan pasien
4) Loker tempat obat pasien belum ada identitas nama pasien, hanya ditulis
nomer bed saja.

5. Mutu
Mutu pelayanan di rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standart profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien
dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan secara norma, etika, hukum
dan social budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah
serta masyarakat konsumen.
Peningkatan mutu adalah program yang disusun secara obyektif dan sistematik
untuk memantau dan menilai mutu serta kewajaran asuhan terhadap pasien dan
memecahkan masalah - masalah yang terungkap di RSUD RAA SOEWONDO Pati
dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien disusun suatu program
untuk memperbaiki proses pelayanan terhadap pasien agar kejadian tidak diharapkan (
KTD ) dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif mengingat mutu
dan keselamatan pasien merupakan issue global dan tuntutan masyarakat yang harus
diprioritaskan. Adapun rincian kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
yang terkait dengan ruang inap Ruang Tulip adalah sebagai berikut :
Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien
Indikator Mutu Area Klinik
Tabel 3.19
NO JENIS JUDUL INDIKATOR TARGET CAPAIAN
INDIKATOR
1 Assesmen Tingkat kelengkapan 100% 100%
pengisian assesmen awal pengisian
medis pasien rawat inap assesmen awal
medis pasien
rawat inap
sudah lengkap
2 Pelayanan Tingkat ketepatan waktu 95% 95%
laboratorium tunggu pemeriksaan ketepatan
hematology analizer waktu tunggu
pemeriksaan
hematology
analizer tidak
usah
menunggu
terlalu lama
karena
peemeriksaan
laborat sudah
dilakukan pada
saat pasien
masuk di IGD
3 Pelayanan Tingkat kejadian reject ≤ 2% ≤ 2%
radiologi dan analisis pemeriksaan Pemeriksaan
imaging radiologi radiologi pada
pasien
dilakukan
sesegera
mungkin saat
pasien tiba di
IGD
4. Penggunaan Rerata durasi penggunaan 7-10 hari 3-5 hari
antibiotik dan antibiotik pada pasien Pasien oprasi
obat lain rawat inap rata2 pulang
pada hari ke 3
5. Kesalahan Angka kejadian kesalahan 0 Selama
medikasi dan medikasi (medication pengkajian di
kejadian nyaris error) di pelayanan farmasi Ruang Tulip
cedera tidak
ditemukan
KTD maupun
KNC
6. Penggunaan Tingkat kelengkapaan 100% 100%
darah dan pengisian lembar pengisian
produk darah permintaan darah dan lembar
produk darah permintaan
darah dan
produk darah
sudah lengkap
Ketersediaan isi Tingkat kelengkapan 100% Kelengkapan
7. dan penggunaan pengisian resume medis pengisian
catatan tentang oleh DPJP resume medis
pasien oleh DPJP
yang
ditemukan di
ruangan sudah
lengkap

Indikator Mutu Keselamatan Pasien


Tabel 3.20

No Jenis indikator Judul indikator Target Capaian


1 Ketepatan Tingkat kepatuhan 100% 100%
identifikasi pasien pemasangan glang Semua pasien masuk
identitas pada pasien dari IGD atau poli
rawat inap semua terpasang
gelang identitas
pasien dengan posisi
yang benar
menghadap ke
pembaca
2 Peningkatan Tingkat catatan 100% 100%
komunikasi instruksi/komunikasi Semua komunikasi
efektif melalui telepon yang lewat telepon baik
diverifikasi oleh DPJP dalam pelaporan
kondisi pasien
maupun pelaporan
hasil kritis hasil
pemeriksaan
penunjang dicatat
dalam CPPT dengan
format SBAR
3 Peningkatan Tingkat kepatuhan 100% 100%
keamanan obat penyimpanan Semua obat
high alert elektrolit konsentrat emergensi sudah
sesuai prosedur disimpan dan
diberikan label.
Dilakukan doublee
check setiap akan
memberikan obat
HAM
4 Kepastian tepat Tingkat kelengkapan 100% 100%
lokasi, tepat pengisian surgical semua pasien yang
prosedur dan safety checklist akan dilakukan
tepat pasien pembedahan
operasi dilakukan penandaan
marking oleh
operator
5 Pengurangan 100% 100%
resiko infeksi Tingkat kepatuhan 6 Perawat melakukan
terkait pelayanan langkah cuci tangan 6 langkah cuci
kesehatan staf rumahsakit tangan tapi 71%
patuh 5 momen cuci
tangan
6 Pengurangan Tingkat kelengkapan 100% 100%
resiko jatuh pengisian asesmen Pengisian asesmen
resiko jatuh pasien awal resiko jatuh
rawat inap sudah dilakukan
Masalah Mutu Dan Keselamatan Pasien
1. Perawat melakukan 6 langkah cuci tangan tapi belum sepenuhnya patuh 5 momen cuci
tangan.
2. Pemberian pendidikan kesehatan 6 langkah cuci tangan kepada pasien dan keluarga belum
sepenuhnya dilakukan.
B. HASIL KAJIAN MASALAH
Tabel 3.21

Weakness (I) Opportunity(E) Treathened (E)


5M Strenght (I)

Man 1. SDM cukup, 1. Sertifikat BTCLS banyak 1. RS Soewondo merupakan RS 1. Persaing regulasi BPJS yang
kompetensi tindakan yang expired. rujukan yang mempunyai mengatur tentang rujukan
sesuai dengan 2. SOFT SKILL belum klinik rawat inap stroke berjenjang.
prosedur. mencapai standar center. 2. Banyaknya rumah sakit
2. Adanya standar (bertelpon). 2. Mempunyai peralatan yang swasta di sekitar RS
kompetensi teanaga 3. Masih banyaknya D3 cukup. Soewondo
keperawatan PK I,II,III keperawatan 11 orang. 3. Fisioterapi dilakukan secara
3. Adanya dukungan dari 4. Beberapa staf belum rutin dengan jaminan BPJS.
pihak direksi dan adanya
memiliki pelatihan mahir
kesempatan bagi perawat
untuk melanjutkan
stroke.
pendidikan dan pelatihan. 5. Nilai kepatuhan 5
momen masih rendah.
Material & 1. Adanya kalibrasi alat 1. Tidak dilakukannya 1. Adanya program 1. Adanya persaingan tehnologi
Machine setiap 3 bulan dan 6 timbang terima alat pelatihan/seminar khusus antar rumah sakit
bulan sekali setiap pergantian shift tentang pengoprasian alat.
2. Jumlah inventaris alat 2. Adanya pengajuan alat setiap
yang tidak sesuai standar sebulan sekali

Methode 1. Pendelegasian tugas di 1. SAK dan SPO belum 1. Perubahan tuntutan 1. Makin tinggi kesadaran
ruang Tulip sudah ada digunakan secara masyarakat akan mutu masyarakat terhadap hukum
regulasi tentang metode maksimal pelayanan yang lebih pada 2. Makin tinggi kesadaran
petugas menggunakan saat ini masyarakat akan pentingnya
metode modular. 2. Pendokumentasi kesehatan
diagnosa keperawatan
belum sesuai dengan
keluhan pasien
3. Discharge planning
belum didokumentasikan
di RM sesuai dengan
pasien.
4. Loker tempat obat pasien
belum ada identitas
nama pasien, hanya
ditulis nomer bed saja.

Money 1. Ada pendapatan dari 1. Penurunan JHK 1. Ada kesempatan untuk 1. Adanya tuntutan yang lebih
jasa medik, untuk dikarenakan terjadinya menggunakan instrumen tinggi dari masyarakat untuk
pasien dengan biaya penurunan pasien di medis dengan re-use mendapatkan pelayanan
BPJS yang dapat masa pandemic covid 19 sehingga menghemat kesehatan yang lebih
diklaim setelah 2. Realisasi pengadaan pengeluaran profesional
perawatan pelatihan kadang belum 2. Ada kesempatan untuk
sesuai penyusunan mengajukan rencana
pembangunan

Mutu 1. Ruang Tulip merawat 1. Perawat melakukan 6 1. Satu-satunya Rumah Sakit 1. Adanya peningkatan standar
kelas VIP, I, II dan langkah cuci tangan tapi pemerintah di Kabupaten Pati masyarakat yang harus
kelas III dengan belum sepenuhnya patuh yang terakreditasi paripurna. dipenuhi
berbagai jaminan. 5 momen cuci tangan 2. Persaingan RS dalam
2. Pemberian pendidikan memberikan pelayanan
kesehatan 6 langkah cuci keperawatan.
tangan kepada pasien
dan keluarga belum
sepenuhnya dilakukan
C. ANALISA SWOT
Tabel 3.22

No. Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

1. MAN
Strength
Strength
1. Jenis ketenagaan: 0,3 2 0,6
Ners : 5 orang
DIII keperawatan : 11 orang
Administrasi : 1 orang S-W = 1,8-
Cleaning service : 2 orang 1,5=0,3
2. Adanya standar kompetensi teanaga keperawatan PK I,II,III
3. Adanya dukungan dari pihak direksi dan adanya kesempatan bagi 0,2 2 0,4
perawat untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan. 0,2 2 0,4
4. Jumlah tenaga keperawatan yang cukup
0,2 2 0,4

TOTAL
0,9 1,8

Weakness
a. Nilai kepatuhan 5 momen yang masih rendah terutama pada saat 0,3 2 0,6
sebelum kontak ke pasien.

b. Hasil survei nilai soft skill belum mencapai standart 0,2 2 0,4
c. Ada beberapa staf yang masa berlaku pelatihan BLSnya sudah 0,5 1 0,5
expired
1 1,5
TOTAL
Opportunity
a. Letaknya rumah sakit yang strategis 0,5 3 1,5
b. Adanya keinginan dari masyarakat mendapatkan pelayanan perawat 0,2 1 0,2 O-T = 1,7–
yang ramah dan bermutu 1,2= 0,5
TOTAL 0,7 1,7
Threatened
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih 0,2 2 0,4
profesional 0,2 2 0,4
2. Persaingan antar RS semakin kuat 0,2 2 0,4
3. Semakin tingginya masyarakat yg berfikir kritis
0,6 1,2
TOTAL
2. MONEY
Strength
a. Tersedianya anggaran pelatihan karyawan 0,7 4 2,8
b. Kebutuhan alkes dan ATK terpenuhi 0,3 1 0,3 S-W = 3,1-
2,6= 0,5

TOTAL 1 3,1
Weakness
1. Realisasi pengadaan pelatihan kadang belum sesuai dalam 0,4 2 0,8
penyusunan.
2. Minimnya masker dan handscoon diruangan. 0,6 3 1,8

TOTAL 1 2,6
Opportunity
1. Harapan masyarakat untuk mendapatkan SDM yang terampil 0,5 3 1,5
2. Adanya pandemic covid 19 yang memerlukan APD yang standart
TOTAL 0,5 2 1

1 2,5
Threatened
1. Banyaknya Rumah Sakit yang berdiri di sekitar RSUD RAA 0,6 4 2,4
Soewondo
2. Insentif tidak remunerasi sehingga mempengaruhi semangat kerja 0,3 3 0,9

TOTAL 0,9 3,3


3. METHOD
1. Penerapan Model Keperawatan
Faktor Internal (IFAS):
Strength
1) Model manajemen keperawatan di ruang Tulip menggunakan 0,4 4 1,6
metode moduler
2) Model yang digunakan cukup efektif dan efisien 0,3 2 0,6 S-W = 3,1 –
3) Mempunyai standar asuhan keperawatan 0,3 3 0,9 2,5 = 0,6

TOTAL 1 3,1

Weakness
1) Sitem pendokumentasian belum lengkap 0,5 2 1
2) SAK dan SPO belum digunakan secara maksimal 0,5 3 1,5

TOTAL 1 2,5 S-W = 2,3-


3,1 = -0,8

Faktor Eksternal (EFAS):


Opportunity
1) Sebagai ruang stroke di masa pandemi ini masih berfungsi dengan 0,6 3 1,8
baik
2) Adanya kerja sama yang baik antar institusi perguruan tinggi 0,4 3 1,2
dengan RSUD
TOTAL 1 3
Threatened
1. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap 0,6 3 1,8
peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih profesional
2. Kesadaran masyarakat tentang hukum semakin tinggi 0,2 2 0,4

TOTAL 0,8 2,2


b. Dokumentasi keperawatan
Faktor internal (IFAS):
Strength
1) Pendokumentasian verifikasi SBAR dilakukan sebelum 24 jam 0,3 2 0,6
2) Rekam Medik Terstandat akreditasi 0,3 3 0,9
3) Adanya pengetahuan perawat tentang hukum dan tanggung jawab 0,4 2 0,8
sebagai perawat
TOTAL 1 2,3
Weakness
1. Sistem pendokumentasian mutu masih lemah 0,4 2 0,8
2. Pendokumentasi diagnosa keperawatan belum sesuai dengan keluhan 0,3 3 0,9
pasien.
3. SAK dan SPO belum digunakan secara maksimal 0,3 2 0,6

TOTAL 1 3,1
Faktor Eksternal (EFAS):
Opportunity
1. Akreditasi yang berstandart tentang Rekam Medik 0,4 2 0,8 O-T= 1,6 –
2. Adanya kesadaran masyarakat tentang hukum 0,4 2 0,8 1,4 = 0,2
TOTAL 0,8 1,6
Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat terhadap 0,3 2 0,6
pelayanan yang lebih baik.
2. Persaingan RS dalam pemberian pelayanan keperawatan 0.4 2 0,8

TOTAL 0,7 1,4

c. Ronde Keperawatan
Faktor Internal (IFAS):
Strength
1. Perawat telah menjadi mitra dokter dalam menjalankan asuhan 0,3 2 0,6
S-W = 1,2 – 2
keperawatan
2. Adanya SPO ronde keperawatan yang sudah di sahkan 0,3 2 0,6 = -0,8
TOTAL 0,6 1,2
Weakness
1. Ronde Keperawatan belum dilakukan secara maksimal 0,5 2 1
2. Pemahaman tentang ronde keperawatan masih kurang 0,5 2 1

TOTAL 1 2
Faktor Eksternal (EFAS):
Opportunity
1. Adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat 0,3 1 0,3 O-T = 1,7 – 2
2. Adanya pengetahuan masyarakat tentang ilmu kesehatan yang 0,7 2 1,4 = -0,3
semakin tinggi melalui IT
TOTAL 1 1,7
Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0,5 2 1
mendapatkan pelayanan yang profesional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,5 2 1

TOTAL 1 2
d. Sentralisasi obat
Faktor Internal (IFAS)
Strength
1) Adanya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat 0,5 3 1,5
(ruang obat)
2) Adanya CPO setiap rekam medik pasien 0,5 2 1,0
TOTAL 1 2,5
Weakness
1. Loker tempat obat pasien belum ada identitas nama pasien, hanya 0,4 2 0,8
ditulis nomer bed saja.
2. Obat belum pemberian sentral farmasi 0,6 2 1,2

TOTAL 1 2
Faktor Eksternal (EFAS):
Opportunity
1. Standart akreditasi tentang pemberian obat 0,5 2 1,0 O-T = 1,5 –
2. Pengetahuan masyarakat tentang obat semakin tinggi 0,5 1 0,5 2,4 = -0,9
TOTAL 1 1,5
Treathened
1. Adanya tuntutan akan pelayanan yang profesional 0,6 3 1,8
2. Kesadaran masyarakat akan hukum semakin tinggi 0,4 2 0,8
TOTAL 1 2,4
e. Supervisi
Faktor Internal (IFAS): S-W = 2,5 – 2
Strength = 0,5
1) Supervisi dilakukan kepala ruang secara tidak langsung 0,5 3 1,5
2) Dilakukan evaluasi pada pasien setelah tindakan 0,3 2 0,6
3) Kepala ruang mendukung dan melaksanakan supervisi 0,2 2 0,4
TOTAL 1 2,5
Weakness
1. Supervisi tidak dilakukan secara terprogram 0,5 2 1
2. Hasil supervisi kurang di tindak lanjuti 0,5 2 1
TOTAL 1 2
Faktor Eksternal (EFAS):
O-T = 2 – 2,5
Opportunity
1. Tingginya komplain dari masyarakat terkait dengan pelayanan 0,6 2 1,2 = -0,5
2. Banyaknya pesaing rumah sakit di sekitar 0,4 2 0,8

TOTAL 1 2
Treathened
1) Tuntutan masyarakat akan pelayanan 0,5 3 1,5
2) Tingginya masyarakat tentang tuntutan hukum 0,5 2 1
TOTAL 1 2,5
4. MATERIAL DAN MACHINE
Strength
1. Ada inventarisasi alat 0,3 2 0,6
2. Adanya standar alat untuk ruang perawatan penyakit bedah 0,2 2 0,4 S-W = 2,5–
3. Adanya protap pemeriksaan penunjang untuk kasus penyakit saraf 0,2 3 0,6 2=0,5
4. Fasilitas ruangan rawat inap pasien sudah memadai (TV, AC, dan 0,3 3 0,9
kamar mandi pasien)
1 2,5

TOTAL
Weakness
a. Ada beberapa bed dan almari pasien masih berserakan d luar 0,5 2 1
rungan.
0,5 2 1
b. Loker obat belum terdapat identitas pasien

1 2
TOTAL
Opportunity
a. Rumah sakit mempunyai alat teknologi canggih berupa (CT-Scan, 0,5 2 1
alat mata, dll) yang rumah sakit lain tidak punya
b. Masyarakat menuntut adanya kemajuan teknologi dalam 0,5 3 1,5
penanganan medis
TOTAL 1 2,5
Threatened
a. Adanya Image masyarakat yang menganggap rumah sakit lain lebih 1 2 2
baik
1 2
TOTAL
5. MARKET
Strength
a. Petugas ruang Tulip berpenampilan rapi dan menarik 0,5 3 1,5 S-W = 2,3 – 2 =
b. Adanya variasi karakteristik dari pasien(Umum& BPJS) 0,4 2 0,8
0,3
TOTAL 0,9 2,3

Weakness
a. Pelaksanaan PKMRS tidak sesuai jadwal terhalang karena adanya 1 2 2
pandemi
1 2
TOTAL
Opportunity
1. Adanya status rumah sakit sebagai rumah sakit pemerintah yang 0,4 2 0,8
sudah terakreditasi paripurna 0,4 O-T = 2- 2,4 = -
2. Adanya sertifikat rumah sakit pendidikan 0,8 3 1,2 0,4
TOTAL
2

Treathned
a. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang 0,6 2 1,2
lebih baik
b. Adanya budaya masyarakat yang tidak mau pulang di hari Selasa
dan Sabtu 0,4 3 1,2
TOTAL
1 2,4
MUTU
Strength
a. Terlaksananya sasaran keselamatan pasien ketepatan identifikasi 0,3 3 0,9
pasien
b. Tercapainya peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai 0,4 2 0,8 S-W = 2,6 -
c. Tercapainya kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien 0,3 3 0,9 2,4 = 0,2
operasi
1 2,6
TOTAL
Weakness
a. Perawat melakukan 6 langkah cuci tangan tapi belum sepenuhnya 0,3 4 1,2
patuh 5 momen cuci tangan
b. Pemberian pendidikan kesehatan 6 langkah cuci tangan kepada 0,4 3 1,2
pasien dan keluarga belum sepenuhnya dilakukan

TOTAL 0,7 2,4

Opportunity O-T= 2 – 2,5


a. Tuntutan jaminan mutu keselamatan dari masyarakat tinggi 1 2 2 = -0,5

TOTAL 1 2
Threatened
a. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan service excellent dan 0,5 2 1
komunikasi
b. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan resiko infeksi pada 0,5 3 1,5
musim pandemi
TOTAL 1 2,5
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT RUANG TULIP
S
1,0

B 0,9
A
0,8

0,7
MS
SO 0,6 M4
(0,5,-0,5) M2
(0,5,-0,9) (0,5,0,5)
0,5 (0,5, 0,8)
0,4
0,3 M1
M3 (0,3,-0,5)
M5 0,2 (0,3,0,4)
(0,2,-0.5)
0,1

O
T
-1,0 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,10,2 0,3 0,40,5 0,6 0,7 0,8

-0,1
Keterangan :
-0,2
MI = Ketenagakerjaan (Man)
D -0,3
M2 = Keuangan (Money)
MK
-0,4
(-0,3, 0,6) MK= Metode Keperawatan
-0,5 DK= Dokumentasi Keperawatan
-0,6 C RK= Ronde Keperawatan
-0,7 SO= Sentralisasi Obat
RK -0,8
(-0,8,-0,3) DK MS= Supervisi
-0,9 (-0,8,0,2)
M4= Sarana dan Prasarana (Material)
-1,0 M5 = Mutu
M3 = Market
W
Tabel 3.23
TABEL SWOT PENEMPATAN POSISI STRATEGIS
S W
O A: B
1. Meningkatkan kompetensi SDM 1. Memberikan pelayanan dan asuhan
untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas untuk
prima melalui pendidikan dan memanfaatkan predikat Rumah Sakit
pelatihan yang terprogram pendidikan dalam pelayanan
2. Memberikan upah/gaji sesuai 2. Meningkatkan mutu pelayanan dan
dengan standar moneterisasi asuhan keperawatan secara
3. Memberikan pelayanan secara professional dan dijiwai moral dan
cepat dan tepat sesuai dengan etika untuk menjamin pelayanan
keahlian yang dimiliki untuk komprehensif
mencapai kepuasan pasien 3. Memberikan resep sesuai dengan
4. Memberikan edukasi kepada sentralisasi obat farmasi
pasien dan keluarga tentang 6
langkah cuci tangan

T C D
1. Meningkatkan kompetensi SDM 1. Melakukan ronde keperawatan
untuk memberikan pelayanan dengan tujuan dapat memodifikasi
prima melalui pelatihan rencana asuhan keperawatan sesuai
komunikasi efektif masalah pasien
2. Mengevaluasi dan meningkatkan
metode pelayanan keperawatan
untuk menjamin kesehatan
pelayanan secara komprehensif
Tabel 2.24
TABLE IDENTIFIKASI MASALAH
NO STRATEGI MASALAH
1 Meningkatkan kompetensi SDM untuk 1. Nilai kepatuhan 5 momen yang
memberikan pelayanan prima melalui masih rendah terutama pada saat
pendidikan dan pelatihan yang terprogram sebelum kontak ke pasien.
2. Penerapan 5S belum semuanya
melakukan dengan baik.
3. Etika bertelepon belum sesuai
standart
4. Ada beberapa staf yang masa berlaku
pelatihan BTCLSnya sudah expired
2 Memberikan pelayanan untuk 1. Realisasi pengadaan pelatihan
meningkatkan skill dengan pengadaan kadang belum sesuai dalam
pelatihan penyusunan.
2. Minimnya masker dan handscoon
diruangan.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana 1. Beberapa bed dan almari pasien
Rumah Sakit untuk memberikan masih berserakan di luar ruangan
pelayanan yang profesional dengan 2. Loker obat belum terdapat identitas
pengadaan alat – alat canggih. pasien

4 Meningkatkan kedisiplinan SDM untuk 1. Petugas datangnya tidak tepat waktu


memberikan pelayanan secara cepat dan sehingga Pre dan post conference
tepat. tidak efektif
2. Siang dan malam hanya melakukan
timbang terima
5. Meningkatkan pelayanan kepada 1. Hasil survei nilai soft skill belum
masyarakat yang dilandasi moral dan mencapai standart.
etika profesi untuk mencapai kepuasan
masyarakat.
6. Memberikan edukasi keluarga pasien 1. Pasien dan keluarga belum bisa 6
langkah cuci tangan
7. Melakukan ronde keperawatan dengan 1. Ronde keperawatan belum
tujuan dapat memodifikasi rencana dilakukan secara terstruktur.
asuhan keperawatan sesuai masalah
pasien
8. Memberikan resep sesuai dengan 1. Sentralisasi obat sudah sesuai dengan
sentralisasi obat farmasi SOP
9. Mengevaluasi dan meningkatkan metode 1. Melaksanakan model asuhan
pelayanan keperawatan untuk menjamin keperawatan dengan metode tim
kesehatan pelayanan secara komprehensif moduler

10. Memberikan upah/gaji sesuai dengan Dengan adanya pandemi covid 19


standar moneterisasi jumlah pasien berkurang sehingga
gaji/upah karyawan menurun.

BAB IV
PRIORITAS MASALAH , ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA
PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH


Sebelum menentukan prioritas masalah sebaiknya membuat daftar masalah.
Setelah daftar masalah ada kemudian menentukan prioritas masalah dengan
menggunakan unsur :
1. Magnitude ( Mg )
Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi.
2. Saverity ( Sv )
Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini
3. Manageability ( Mn )
Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahannya
4. Nursing Consent ( Nc )
Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat.
5. Affardability ( Af )
Ketersediaan sumber daya
Dari daftar masalah yang muncul kemudian diberikan rentang nilai 1 – 5, yaitu :
5 : Sangat penting
4 : Penting
3 : Cukup penting
2 : Kurang penting
1 : Sangat kurang penting
Masalah Yang di temukan:
1. MAN
a. Nilai kepatuhan 5 momen yang masih rendah terutama pada saat sebelum
kontak ke pasien.
b. Hasil survei nilai soft skill keramahan belum mencapai standart
c. Ada beberapa staf yang masa berlaku pelatihan BLSnya sudah expired
2. Material dan Machine
a. Bed dan almari pasien masih beserakan diluar, belum tertata dengan rapi
b. Loker obat belum terdapat identitas pasien hanya ditulis nomor bed saja
3. METHOD
a. SAK dan SPO belum digunakan secara maksimal.
b. Pendokumentasi diagnosa keperawatan belum sesuai dengan keluhan
pasien.
c. Discharge planning belum didokumentasikan di RM sesuai dengan pasien.
d. Loker tempat obat pasien belum ada identitas nama pasien, hanya ditulis
nomer bed saja.
4. MONEY
Realisasi pengadaan pelatihan kadang belum sesuai dalam penyusunan.
5. MARKET
Pelaksanaan PKMRS tidak sesuai jadwal terhalang karena adanya pandemi
6. MUTU
a. Perawat melakukan 6 langkah cuci tangan tapi belum sepenuhnya patuh 5
momen cuci tangan
b. Pemberian pendidikan kesehatan 6 langkah cuci tangan kepada pasien dan
keluarga belum sepenuhnya dilakukan.

Tabel 4.1
PENENTUAN MASALAH PRORITAS
NO MASALAH SKOR TOTAL RANKING
Mg Sv Mn Nc Af
1 Nilai kepatuhan 5 momen cuci 4 4 5 5 5 23 I
tangan yang masih rendah terutama
pada saat sebelum kontak dengan
pasien
2 Hasil survei nilai soft skill 5 4 5 5 5 24 III
keramahan belum mencapai standart

3 Ada beberapa staf yang masa berlaku 5 4 5 4 4 22 II


pelatihan BLSnya sudah expired

4 Ruang alat kurang tertata dengan rapi 3 2 3 2 3 13 XII


5 Petugas dating tidak tepat waktu 3 3 4 3 3 16 IX
sehingga pre dan post conferment
tidak efektif
6 Sistem pendokumentasian mutu 4 3 4 3 4 18 VII
masih lemah
7 Ronde keperawatan belum dilakukan 3 2 3 3 3 14 XI
secara maksimal

8 Loker tempat obat pasien belum ada 4 4 5 4 4 21 IV


identitas nama pasien, hanya ditulis
nomor bed saja
9 Realisasi pengadaan pelatihan 3 3 2 2 2 12 XIII
kadang belum sesuai dalam
penyusunan
10 Obat belum pemberian sentral 3 2 2 2 2 11 XIV
farmasi
11 Supervisi tidak dilakukan secara 3 3 3 3 3 15 X
terprogram
12 Minimnya masker dan handscoon di 4 4 4 4 3 19 VI
ruangan
13 Pemberian pendidikan kesehatan 6 3 3 4 4 3 17 VIII
langkah cuci tangan kepada pasien
dan keluarga belum sepenuhnya
dilakukan

14 SAK dan SPO belum digunakan 4 4 4 4 4 20 V


secara maksimal

Tabel 4.2
IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH
NO MASALAH PRIORITAS PENYEBAB MASALAH
1 Hasil survey nilai soft skill keramahan belum 1. Kurangnya motivasi
mencapai standart 2. Kurangnya reward yang
diberikan
2 Nilai kepatuhan 5 moment cuci tangan yang 1. Kurangnya evaluasi dari
masih rendah terutama pada saat sebelum kepala ruang
kontak dengan pasien 2. Kurangnya kesadaran
3.Kurangnya supervisi dari
IPCN
3 Ada staff yang pelatihan BLSnya sudah habis Belum adanya refresh
masa berlakunya pelatihan BLS secara berkala
4
B. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Tabel 4.3

NO PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF PEMECAHAN


MASALAH
1. Kurangnya motivasi 1. Membuat motivasi perawat
untuk selalu tersenyum
2. Memberikan dukungan dengan
masukan tentang 5 S
3. Memberikan slogan 5S
diruangan
2. Kurangnya reward yang diberikan Mengaktifkan kembali program
perawat berbintang
3. Kurangnya evaluasi dari kepala ruang Mengadakan evaluasi berkala
4. Kurangnya kesadaran Refresh tentang 5 moment
5. Kurangnya supervisi dari IPCLN Mengajukan rencana terprogram
supervisi IPCLN
6. Belum adanya refresh pelatihan BLS secara Mengadakan koordinasi pengajuan
berkala staff untuk pelatihan BLS

C. PENENTUAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PRIORITAS


Rencana seleksi alternatif penyelesaian masalah dengan menggunakan pembobotan
CARL, yaitu :
1. C : Capability
Kemampuan melaksanakan alternatif
2. A : Accesability
Kemudahan dalam melaksanakan alternatif
3. R : Readiness
Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
4. L : leverage
Daya ungkit alternatif tersebut dalam penyelesaian masalah
Dengan menggunakan rentang nilai 1 – 5, yaitu :
5 : Sangat mampu
4 : Mampu
3 : Cukup
2 : Kurang mampu
1 : Tidak mampu

Tabel 4.4
N ALTERNATIF C A R L JUMLAH PRIORITAS
O PENYELESAIAN MASALAH

1 Memberikan dukungan dengan 4 4 4 4 16 IV


masukan tentang 5 S

2 Memberikan slogan 5S 5 5 5 4 19 I
diruangan
3 Mengaktifkan kembali 4 4 3 4 15 V
program perawat berbintang
4 Mengadakan evaluasi berkala 3 3 3 3 12 VII
5 Refresh tentang 5 moment 5 5 4 4 18 II
6 Mengajukan rencana 4 3 4 3 14 VI
terprogram supervisi IPCLN
7 Mengadakan koordinasi 5 4 4 4 17 III
pengajuan staff untuk
pelatihan BLS
PLAN OF ACTION

N ALTERNATIF TUJUAN SASARAN METODE WAKTU P. JAWAB


O PENYELESAIAN
MASALAH
PRIORITAS
1 Memberikan Setelah dilakukan refresh Semua perawat Pemasangan slogan Mingguke 2 Novrizal, vira, dian
slogan 5S diharapkan semua staf
diruangan menjalankan 5S dalam
setiap tindakan
2 Refresh tentang 5 Setelah dilakukan refresh 5 Semua perawat demonstrasi Mingguke 2 ulil,desi,ibtida
moment moment cuci tangan
diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran
pentingnya 5 moment
3 Mengadakan Mengupayakan Semua perawat pendekatan Mingguke 2 vira, dian, desi, ibtida,
koordinasi terpenuhinya tenaga ulil, novrizal
pengajuan staff keperawatan dan skil yang
untuk pelatihan memadai
BLS
BAB V
LAPORAN KEGIATAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. LAPORAN KEGIATAN
Tabel 5.1
NO JENIS KEGIATAN HASIL WAKTU

1. Refresh cuci tangan di a. Semua staf diruang Tulip menerima adanya pelaksanaan Rabu
ruang Tulip refresh cuci tangan
31 Maret
b. Staf diruang Tulip aktif dalam mengikuti pelaksanaan
2021
tugas cuci tangan
c. Staf diruang Tulip melaksanakan cuci tangan sesuai SPO
1.
2. PKRS cuci tangan dan a. Semua anggota keluarga pasien bersedia mengikuti

protokol Covid PKRS tentang cuci tangan dan protokol Covid yang
Rabu
diikuti 3 anggota keluarga pasien
b. Semua audien yang mengikuti kegiatan PKRS aktif 31 Maret
dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari penyaji 2021
c. Semua audien mampu mendemonstrasikan cuci tangan
dengan benar

2.
3. Pemasangan Akrilik a. Pemasangan dilakukan ditempat yang strategis Rabu
semboyan 5 S b. Sosialisasi tentang 5 S sudah dilakukan dan diterima
31 Maret
baik oleh perawat ruang Tulip
2021

3.
4 Koordinasi dengan kepala Kepala Ruang dan katim menerima usulan tersebut dan Rabu
ruang untuk merefresh merencanakan program refresh disela sela pre conferens
31 Maret
kembali tentang BLS
2021
B. EVALUASI ( HASIL PENYELESAIAN MASALAH )
Evaluasi kegiatan adalah proses untuk mengamati secara terus – menerus
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap
rencana dan hasil kegiatan.
Tabel 5.2
Tindak Lanjut Hasil Kegiatan Stase Managemen Keperawatan Di Ruang Tulip

KENDALA
NO ALTERNATIF
BISA DIATASI TIDAK BISA DIATASI

1 Memberikan slogan 5S √
diruangan
2 Refresh tentang 5 √
moment
3 Mengadakan √
koordinasi pengajuan
staff untuk pelatihan
BLS
BAB VI

PEMBAHASAN

A. HASIL PENGKAJIAN
Pengkajian dokumentasi yang dilakukan selama 5 hari untuk mendapatkan data
yang mencakup 5 M ( Man, Material, Methode, Money, dan Market), Mutu, Fungsi
managemen antara lain:
1. MAN
Soft skill sebagian SDM ruang Tulip belum melakukan 5S secara maksimal
2. MATERIAL DAN MACHINE
Untuk masalah di ruang Tulip mengenai pengelolaan dan pemeliharaan alat sudah
dibuat buku timbang terima inventaris alat yang dimonitor dan dievaluasi setiap hari
pada saat timbang terima, sehingga diharapkan dapat meminimalkan kehilangan
maupun kerusakan barang. Untuk penataan alat belum tertata rapi tetapi apabila ada
kegawatan atau emergency SDM di ruang Tulip sudah sigap dan siap untuk memakai
peralatan tersebut.
3. METHODE
Metode model keperawatan yang diterapkan di ruang Tulip saat ini dengan model
keperawatan moduler yang terdiri dari 2 tim dan sudah mempunyai standart asuhan
keperawatan. SDM di ruang Tulip ada yang datangnya tidak tepat waktu sehingga
pre dan post conferens tidak efektif. Di saat shift siang dan malam SDM di ruang
Tulip hanya melakukan timbang terima saja. Di ruang Tulip mempunyai kelebihan di
masa pandemi ini melayani 2 fungsi yaitu yang awalnya Untuk pengelolaan pasien di
ruang Tulip sudah sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. Hal ini terbukti saat
timbang terima sudah disebutkan tentang tingkat ketergantungan pasien yang sudah
dikelola.
4. MONEY
Semua anggaran yang berkaitan dengan usulan pelatihan, pengusulan alat kesehatan
disesuaikan dengan RBA.
5. MUTU
Mutu di ruang Tulip sudah terlaksananya sasaran keselamatan pasien ketepatan
identifikasi pasien, di samping itu juga sudah tercapainya kepastian tepat lokasi, tepat
prosedur, tepat pasien operasi. Akan tetapi sasaran keselamatan pasien no 5
pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dengan melakukan cuci
tangan belum sepenuhnya melakukan 5 momen cuci tangan terutama sebelum kontak
dengan pasien.
B. RENCANA TINDAK LANJUT DAN EVALUASI HASIL
Data yang di dapatkan selama pengkajian di buat suatu model bentuk
pendataan masalah yang terjadi selama di ruang Tulip dan kita lakukan inventarisasi
masalah kemudian dibuat prioritas masalah. Diantara masalah yang di dapat dan di
angkat sebagai masalah utama atau prioritas adalah hasil survey nilai soft skill
keramahan belum mencapai standart. Dari data dukung terkait masalah dilapangan
kami berusaha menginventarisasi penyebab dan kemudian kita cari solusi
kedepannya. Dengan analisa SWOT kita berusaha mengkaji dan menilai selanjutnya
menentukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang di timbulkan.
Dari masalah sofskill keramahan kita berusaha membuat inovasi baru yaitu
membuat slogan senyum dari akrilik. Sehingga dapat menjadi contoh dan motifasi
bagi semua petugas perawat yang ada di ruang Tulip untuk melakukan pelayanan
dengan ramah. Selanjutnya kita kelompok V akan mengevaluasi inovasi ini, mengkaji
ulang tingkat keberhasilan dan mengevaluasi kendala.
BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kami dari kelompok V stase managemen melakukan pengkajian dan pengumpulan


data sampai menentukan masalah serta menentukan prioritas masalah dan juga
pemecahannya dan evaluasi di ruang Tulip kurang lebih 2 minggu dengan menggunakan
metode dan konsep yang sudah diberikan oleh pihak STIKES Cendekia Utama Kudus.
Data diatas dapat disimpulkan bahwa ruang Tulip hasil survey nilai soft skill keramahan
belum mencapai standart, masih banyak perawat yang memiliki pelatihan BLS yang
sudah tidak berlaku, dalam pelaksanakan 5 moment cuci tangan masih belum maksimal.
Setelah dilakukan sosialisasi dan evaluasi dari masalah tersebut sudah mengalami
peningkatan namun masih ada kekurangan. Dengan waktu kurang lebih 2 minggu segala
sesuatunya sudah kita siapkan dan kita sosialisasi serta implementasikan semoga bisa
berjalan secara baik dan selanjutnya adalah evaluasi dari hasil yang sudah kita
implementasikan bersama. Kami berusaha membuat perubahan yang bermanfaat
khususnya untuk ruang Tulip dan untuk RSUD RAA Soewondo Pati pada umumnya
B. SARAN

Daya dan upaya sudah kami lakukan sesuai konsep yang ada dan tentunya
diantara upaya itu pasti ada kekurangan. Untuk itu kami kelompok V mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya
makalah ini dan mohon maaf bila selama ini ada yang kurang berkenan selama kami
melakukan tugas stase manajemen di ruang Tulip. Demikian makalah ini kami buat dan
atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih

Anda mungkin juga menyukai