Di susun Oleh :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam yang
Maha Pengasih dan Penyayang, serta dengan limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga
kami kelompok 5 mampu menyelesaikan tugas stase managemen ini.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas pendidikan profesi ners Stikes Cendekia
Utama Kudus Stase Management Keperawatan. Kiranya dalam penyusunan tugas ini tidak
akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
kelompok 5 mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada;
1. Ibu Erlin Suryani, S.Kep.,Ns selaku Preseptor Managemen Keperawatan RSUD RAA
Soewondo Pati
2. Bapak Warji, S.Kep., Ns., MM, selaku preseptor Managemen Keperawatan RSUD
RAA Soewondo Pati.
3. Bapak Wahyu Yusianto, S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing Akademik.
4. Ibu Siti Nur Hamdanah, S.Kep.,Ners selaku Kepala Ruang Tulip beserta staf yang
banyak membantu memberikan informasi dalam penyusunan tugas.
5. Rekan – rekan mahasiswa ners kelompok 5 yang selalu kompak dalam bekerjasama
menyusun tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir managemen ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan tugas ini, semoga tugas ini dapat memberikan manfaat.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen Keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia
(Kemenkes RI, 2011).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus
sebagai suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan
keperawatan pada saat ini melibatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari para
praktisi, klien, keluarga dan dokter. Latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu
asuhan yang berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan
keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode keperawatan
hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interpersonal dan kontekstual yang
berkaitan dengan mutu asuhan (Asmadi, 2012).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2012).
Kelly dan Heidental (2011) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap
yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian
(Marquis dan Huston, 2011).
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam
keperawatan Indonesia adalah Model Praktek Keperawatan Profesional dengan
pemberian metode asuhan keperawatan professional Moduler / Distrik (Modifikasi
metode TIM – Primer) yang merupakan modifikasi Primary Nursing. Salah satu kritik
yang dikemukanan mengenai model keperawatan ini adalah terlalu komplek dan
teoritisnya, akan tetapi bila seluruh pembicaraan mengenai model ini mendorong
perawat untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya, meningkatkan kemampuannya
dalam mendiskusikan masalah tersebut yang melibatkan sikap politis dan pribadi yang
lebih terbuka, dan membantu para perawat tersebut untuk lebih bertanggung gugat secara
profesional terhadap tindakannya, maka kita telah mendapatkannya (Kemenkes RI,
2012).
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan kelompok 5 di ruang Tulip
diperoleh bahwa di ruang Tulip sudah menerapkan sistem Model keperawatan TIM
moduler, namun dalam pelaksanaan belum tercapai secara optimal secara teori, dari
wawancara dengan kepala ruang Tulip RSUD RAA Soewondo Pati Bu Siti Hamdanah,
S.Kep., Ns menunjukkan jika tingkat kedisiplinan para perawat sudah cukup baik,
aplikasi pembagian kerja cukup optimal, kelengkapan pendokumentasian pasien cukup
baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di ruang Tulip di
RSUD RAA Soewondo Pati diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan prinsip
manajemen keperawatan dalam sebuah Model Penerapan Keperawatan Profesional
(MPKP) yang sesuai dengan teori dan aturan ruangan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap Tulip
b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan
c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk:
1) Mampu membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan
profesional di ruangan antara lain:
a) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
b) Mampu membuat kebijakan kerja diruangan
c) Mampu menyiapkan perangkat kegiatan model praktek keperawatan
profesional diruangan
d) Mampu mengembangkan sistem informasi manajeman keperawatan
dirungan dalam menerapkan model praktek keperawatan professional
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan model praktek
keperawatan professional antara lain :
a) Membuat struktur organisasi di ruang model praktek keperawatan
profesional
b) Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan tim di ruang model praktek
keperawatan professional
c) Membuat daftar pasien berdasarkan tim di ruang model praktek
keperawatan professional
3) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan model praktek
keperawatan professional antara lain :
a) Mampu menerapkan pemberian motivasi
b) Mampu membentuk manajemen konflik
c) Mampu melakukan supervisi
d) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
e) Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain :
1) Operan
2) Pre conference
3) Post conference
4) Ronde keperawatan
5) Supervisi Keperawatan
6) Discharge planning
7) Dokumentasi keperawatan
4) Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit hasil di ruangan
model praktek keperawatan professional antara lain :
a) Mampu memperhitungkan (BOR: Bed Occupancy Rate), yaitu
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
b) Mampu menghitung (ALOS: Average Length Of Stay), yaitu rata-rata
lama rawat seorang pasien
c) Mampu menghitung (TOI:Tturn Over Interval), rata-rata hari tempat
tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya
d) Mampu menghitung kejadian infeksi nosokomial
e) Mampu menghitung kejadian cedera
f) Mampu melakukan audit dokumentasi asuhan keparawatan
g) Mampu melakukan survey masalah baru
h) Mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga
C. Manfaat Penulisan
1. Institusi Rumah Sakit
Memberi masukan dalam proses pelayanan keperawatan yang terbaik bagi
pasien melalui manajemen keperawatan operasional dan manajemen asuhan
keperawatan profesional sesuai Model Keperawatan Primer, khususnya diruang Tulip
RSUD RAA Soewondo Pati.
2. Perawat
Memberi masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan klinik guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara profesional, antara lain :
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal di ruang tulip
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien.
c. Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
d. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan pelayanan keperawatan sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang dilaksanakan.
e. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplindiri perawat di ruang Tulip.
3. Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang manajemen dan meningkatkan
keterampilan dalam manajemen keperawatan profesional dan efisien sesuai Model
Keperawatan TIM moduler.
4. Pasien
Dengan adanya program Model Keperawatan TIM moduler di Rumah Sakit
diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan
dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Manajemen
1. Pengertian Teori Manajemen
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip (principles) yang di susun secara
sistematis.Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara
fenomena-fenomena yang ada.
Manajemen menurut stoner adalah proses perencanaa, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa teori manajemen merupakan
suatu prinsip yang disusun melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan.
2. Perkembangan Teori Manajemen
Ada beberapa teori dalam manajemen diantaranya :
a. Teori manajemen kuno
Manajemen ini telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno.Konsep-
konsep manajemen juga sering di bicarakan oleh filosof Yunani atau Arab
(Islam) pada abad pertengahan. Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan
dibicarakan di zaman kuno, tetapi kejadian semacam itu relatif sporadif, dan
tidak ada upaya untuk mempelajari manajemen.Karena itu manajemen selama
beberapa abad kemudian “terlupakan“. Ada alasan lain, ilmu ekonomi
berkembang terlebih dahulu.
Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi
manajemen yang lebih serius.Pada waktu industrialisasi berkembang pesat,
dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan
raksasa.Perusahaan besar seperti IBM, General Motors, mulai muncul pada
awal abad 20-an. Pekerja mencapai ribuan orang.Produksi dilakukan secara
masal. Input masuk dalam jumlah besar, proses produksi harus dilakukan
dengan cepat (efisien). Pengelolaan perusahaan besar tentunya semakin
kompleks.Studi manajemen yang lebih serius semakin diperlukan.
b. Teori manajemen klasik
Pengkajian formal manajemen baru dimulai pada awal abad
keduapuluh.Kajian awal manajemen, yang dikenal sebagai pendekatan klasik,
berfokus pada rasionalitas dan berusaha menjadikan organisasi dan para
pekerja berfungsi seefisien mungkin.
c. Teori manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor (1856-1915) merupakan bapak manajemen
ilmiah. Ia menerbitkan buku yang berjudul Principles of Scientific
Management (Prinsip – prinsip Manajemen Ilmiah). Buku ini menjabarkan
teori manajemen ilmiah : penggunaan metode-metode ilmiah guna
mendefinisikan “satu cara terbaik” dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
d. Teori organisasi klasik
Teori organisasi klasik menjabarkan pada hal – hal yang dikerjakan
seorang manajer dan hal – hal apa yang disebut sebagai praktik manajemen
yang baik. Pada tahun 1908, Henry Fayol mengeluarkan sebuah buku berjudul
“General and Industrial Management”. Menurut Fayol, praktek manajemen
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan
dianalisis. Selanjutnya, analisis tersebut dapat diajarkan kepada manajer lain
dan calon manajer.
3. Perkembangan teori manajemen di masa mendatang
Ada lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen selanjutnya di
masa mendatang :
a. Salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna.
b. Setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri.
c. Aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan di antara mereka cenderung
kabur.
d. Masing-masing aliran berintegrasi.
e. Akhirnya ada kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.
B. Teori Keperawatan
1. Pengertian Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau
fenomena-fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep
tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau
mengendalikan suatu fenomena.Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai
suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain
dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol
hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori keperawatan
menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan. Menurut Newman (1979), ada tiga cara
pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan, yaitu
meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi
praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik
keperawatan serta menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan
pengembangan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah
menumbuh kembangkan pengetahuan yang di harapkan dapat membantu dan
mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
f. Teori Levina
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide
dan nilai-nilai, dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan
suatu rangkaian disiplin dalam menguasai organisasi atau kumpulan yang
dimiliki individu dalam menjalin hubungan manusia sekitarnya.Intisari dari
keperawatan adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori tersebut adalah
sebagai berikut : Kondisi Klien memasuki system pelayanan kesehatan dalam
bagian penyakit atau perubahan kesehatan. Responsibilitas tanggung
jawabPerawat bertanggung jawab dalam mengenal respon (perubahan tingkah
laku atau tingkat fungsi tubuh) sebagai adaptasi klien atau usaha untuk Rasa,
Stress, Inflamasi beradaptasi terhadap lingkungan. 4 Sensorio respon antara
lain : Fungsi perawat memasukkan intervensi takut untuk meningkatkan
adaptasi terhadap penyakit dan evaluasi intervensi sebagai support (dorongan)
atau terapeutik koping. Intervensi membantu mempertahankan status
kesehatan dan mencegah penyakit lebih lanjut.
Intervensi terapeutik meningkatkan penyembuhan dan pemulihan
kesehatan.4 prinsip perlindungan yang mendorong tujuan perawatan untuk
seseorang ke status mempertahankan atau memulihkan Perlindungan terhadap
energy Keseimbangan intake dan output energi untuk mencegah
kesehatan : kelelahan Perlindungan terhadap integritas
strukturaMempertahankan atau struktur tubuh (penyembuhan) pemulihan
Perlindungan terhadap integritas personal. Mempertahankan atau pemulihan
rasa identitas dan harga diri Perlindunga (mengenali kualitas diri) terhadap
integritas sosialMemperkenalkan klien sebagai suatu makhluk sosial
khususnya dengan orang lain. Teori Levine berfokus pada satu orang klien,
teori ini mempunyai implikasi utama dalam pengaturan perawatan akut,
dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau terapeutik
g. Teori Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada
bagaimana klien beradaptasi terhadap kondosi sakitnya dan bagai mana stres
aktual atau torensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuannya
adalah menurunkan stres sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati
masa penyembuhannya ( Johnson,1968). Teori Johnson berfokus pada
kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokan perilaku berikut:
1) Perilaku mencari keamanan
2) Perilaku mencari perawatan
3) Menguasahi diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar
internalisasi prestasi
4) Mengakomodasi diet dengan cara yang di terima secara sosial dan kultural
5) Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara diterima secara sosial dan
kultural
6) Perilaku seksual dan identitas peran
7) Perilaku melindungi diri sendiri
h. Teori Rogers
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi
kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan
penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. Teori
Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan
seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia dan pola
pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori rogers tentang
manusia.
Manusia adalah kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lain. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang
unik .tidak ada dua hal didalam kehidupan ini yang dapat diulang dengan cara
yang sama dibawah keadaan yang sama .jalan hidup seseorang berbeda
dengan yang lain. Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah
lakunya.Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri
misalnya dalam hal sifat dan emosi. Pada intinya Rogers memandang
keperawatan sebagai ilmu dan m,endukung adanya penelitian keperawatan.
Oleh sebab itu keperawatan menggembangkan pengetahuan dari ilmu-ilmu
dasar dan fisiologi,begitu juga dengan ilmu keperawatan itu sendiri:Ilmu
keperawatan bertujuan untuk mengembangkan penelitian ilmia dan analisis
logis dan kemampuan menerapkanya dalam praktik keperawatan. Inti
pengetahuan ilmiah keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru
keperawatan merupakan ilmu tentang humanispik.
i. Teori Orem
Dorothea Orem (1971) Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas
pelayanan yang diberikan untuk menolong orang secara keseluruhan ketika
mereka atau orang yang bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak
mampu memberikan perawatan kepada mereka. Keperawatan merupakan
salah satu daya atau usaha manusia untuk membantu manusia lain dengan
melakukan atau memberikan pelayanan yang professional dan tindakan untuk
membawa manusia pada situasi yang saling menyayangi antara manusia
dengan bentuk pelayanan yang berfokus kepada manusia seutuhnya yang tidak
terlepas dari lingkungannya.
Menurut OREM asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan
bahwa setiap orang memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri
sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan dan kesejahteraan.Teori ini dikenal dengan Perawatan Diri Orang
dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang
sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem
mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat : Syarat universal : fisiologi dan
psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, sosial, pencegahan bahaya. Syarat pengembangan : untuk
meningkatkan proses perkembangan sepanjang siklus hidup.
Penyimpangan kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau
penyimpangan cara, struktur norma dan integritas yang dapat mengganggu
kemampuan seseorang untuk melakukan self care. Asuhan keperawatan
mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau
kebutuhan pasien dan kemampuan pasien.Oleh karena itu ada tiga tingkatan
dalam asuhan keperawatan mandiri. Perawat memberi keperawatan total
ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat
ketergantungan pasien yang tinggi (system pengganti keseluruhan). Perawat
dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (system
pengganti sebagian) Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat
(system dukungan/pendidikan).
j. Teori King
Tujuan yang ingin dicapai dari teori Imogene King (1971, 1981, 1987)
berfokus pad interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem interpersonal, dan
sistem sosial. Ketiganya membektuk hubungan personal antara perawat dan
klien. Hubungan perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian
asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan
oleh perawat dan klien dipengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain,
demikian juga oleh sistem asuhan kesehatan yang berlaku (king, 1971, 1981).
Tujuan perawat adalah memanfaatkan komunikasi untuk membantu klien
dalam menciptakan dan mempertahankan adaptasi positif terhadap
lingkungan.
k. Teori Neuman
Betty Neuman (1972), Keperawatan adalah suatu profesi yang unik
dengan memperhatikan seluruh factor-faktor yang mempengaruhi respon
individu terhadap penyebab stress, tekanan intra, inter dan ekstra personal.
Perawatan berfokus kepada mencegah serangan stress dalam melindungi klien
untuk mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan yang paling
baik.Perawatan menolong pasien untuk menempatkan primary, secondary dan
tertiary.
Metode pencegahan untuk mencegah stress yang disebabkan factor
lingkungan dan meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman,
asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh
akibat adanya stressor. penyakit yang terdiri dari pencegahanPeran ini
disebut pencegahan primer, sekunder dan tertier. Primer = meliputi tindakan
keperawatan stressor, mencegah terjadinya reaksiuntuk mengidentifikasi
adanya tubuh karena adanya stressor. Sekunder = tindakan keperawatan untuk
gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnyamengurangi atau
menghilangkan karena adanya stressor. Tersier = meliputi pengobatan rutin
dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu
penyakit.
l. Teori Roy
Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa
dan tindakan yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang
kurang sehat.Sebagai ilmu pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan
adalah terapeutik, scientik dan knowledge dalam memberikan pelayanan yang
esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat kesehatan. Roy
menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan.Individu adalah
makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan
sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis
dan sosial.seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2) Pengembangan konsep diri positif
3) Penampilan peran sosial
4) Pencapaian keseimbangan antarakemandirian dan ketergantungan
m. Teori Watson
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan
teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan
Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean
Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan
manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal
(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat,
kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial, (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan
intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami
bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai
macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena
sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga
untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan
meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati
berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
5. Unsur Input
a. Man
Kuantitas ketenagakerjaan
1) Ketenagakerjaan menurut Douglas
Klasifikasi derajat ketergantungan yang didasarkan pada Douglas
(2008), klarifikasi derajat ketergantungan klien dibagi menjadi tiga, yaitu
perawat minimal, perawat parsial, perawat total.Perawatan minimal (1-2
jam/24 jam) dimana pasien mampu menjaga kebersihan, makan dan minum
sendiri, ambulasi dengan pengawasan, serta pengobatan minimal.Perawatan
parsial (3-4 jam/24 jam) dimana pasien membutuhkan bantuan dalam
pemenuhan kebersihan diri, makan dan minum, membutuhkan observasi setiap
4 jam, serta pasien dengan folley cateter. Klasifikasi terakhir adalah pasien
dengan perawatan total (5-6 jam/24 jam) dimana pasien mengalami
disorientasi, perawatan luka komplek, membutuhkan bantuan pada seluruh
pemenuhan kebutuhan dasar, membutuhkan observasi tanda-tanda vital setiap
2 jam, serta pemakaian suction.
Kualitas ketenagakerjaan
Saat ini, di Indonesia terdapat tiga macam pendidikan tenaga
keperawatan, yaitu lulusan dari sekolah perawat kesehatan (SPK), lulusan D III
Keperawatan, dan sarjana keperawatan/Ners. Progam D III Keperawatan dan
sarjana keperawatan/ners merupakan bagian dari pendidikan tinggi keperawatan
yang menghasilkan perawat professional, akan tetapi progam D III keperawatan
baru di sebut dengan perawat professional pemula. Sebagai perawat professional
pemula dengan Amd. Kep, perawat lulusan D III sudah memiliki sikap profesional
yang cukup untuk menguasai pengetrahuan ilmu keperawatan dan ilmu penunjang
lainnya. Sedangkan progam Ners menghasilkan lulusan perawat Generlis, dengan
gelar akademik S.kep dengan profesi ners (Ns) mempunyai landasan kukuh dan
landasan profesi yang mantap,sesuai dengan sifatnya sebagai profesi (akademik-
profesional)
b. Money
Top Down adalah metode ini menggunakan informasi utama dari
rekening atau data keuangan rumah sakit yang telah ada. Langkah pertama adalah
mengidentifikasi pengeluaran-pengeluaran rumah sakit yang terkait dengan
penyediaan layanan rawat inap. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan
pengeluaran-pengeluaran tersebut ke masing-masing cost center seperti bangasal
rawat inap, gaji dan jasa medis dan ruangan lainnya.
c. Methode
1) Model keperawatan tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjaddi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga
profesional, tekhnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
Kelebihannya:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinnkan kommunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode tim:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai tekhnik kepemimpinan
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar komunikasi yang efektif agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang
Tanggung jawab anggota tim:
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawab
b) Kerjasama dengan anggota tim
c) Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim:
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang:
a) Perencanaan
(1) Menunjukkan ketua tim akan
bertugas di ruangan masing-
masing
(2) Mengikuti serah terima pasien di
shift sebelumnya
(3)Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
(4)Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim
(5)Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
(6)Mengetahui visite dokter
(7)Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
(8)Membantu membimbing terhadao peserta didik keperawatan
(9)Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode peugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3)Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
(4)Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 kettua tim dan
ketua tim membawahi 2-1 perawat
(5)Mengatur dan mengendalikan tenaga keparawatan
(6)Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
(7)Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
c) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penguasaan kepada ketua tim
(2)Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik
(3)Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keteramapilan dan
sikap
(4)Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien
(5)Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
(6)Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
(7)Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d) Pengawasan
(1)Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien
(2)Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui inspeksi, pengawasan
tidak langsung yaitu mengecek daftar ketua tim, dan mengevaluasi
upaya pelaksanaan dan membandingkan degan rencana kepearawatan
yang telah disusun bersama ketua tim, serta audit keperawatan.
d. Material
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung kelancaran
dalam memberikan asuahan keperawatan pada pasien.Secara kualitatif fasilitas
yang tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Fasilitas dan
alat-alat ke,lkopdokteran maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi
yang telah ditetapkan oleh masing-masing Rumah Sakit yang disesuaikan dengan
jenis dan kapasitas unit pelayanan.
e. Machine
Mesin merupakan suatu fasilitas kesehatan yang dapat menunjang tindakan
keperawatan.
6. Unsur Proses
a. Planning/ Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan merencanakan diharapkan
hasil akhir dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan
yang baik sangat bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang
diinginkan. Perencaan meliputi:
1) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/ bulan)
2) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
3) Jangka panjang ( untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat
memperbaiki pandangan masyarakat terhadap perawat. Menurut Swansburg
(2011) perencanaan digolongkan sebagai konseptual yang mencakup unsur pokok
(strategis) dan operasional.
b. Organization/ Organisasi
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pengertian
secara statis dan pengertian secara dinamis. Jika dilihat secara statis, organisasi
merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan secara dinamis , organisasi merupakan suatu aktivitas dari tata
hubungan kinerja yang teratur dan simetris untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap organisasi kemungkinan mempunyai prinsip- prinsip dalam
menjalankan tugasnya, prinsip-prinsip organisasi antara lain :
1) Tujuan yang jelas ( clear objective )
2) Skala hierarki (the scalar principle)
3) Kesatuan komando / perintah (unity of command)
4) Perlimpahan wewenang (delegation of authority)
5) Pertanggungjawaban ( responsibility)
6) Pembagian kerja (devision of work)
7) Rentang kendali ( span of control)
8) Fungsionalisasi (funcionalization)
9) Pemisahan Tugas (task separation)
10) Fleksible / kelenturan (flexibility)
11) Keseimbangan (balance)
12) Kepemimpinan (leadership)
Model praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu
system (sreuktur, proses, nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk menmdukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP terdiri dari elemen
subsistem yaitu:
1) Nilai-nilai professional atau inti MPKP
2) Pendekatan management
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
4) Hubungan profesional
5) System kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan delivery system, ada
beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan. Adapun metode dalam
asuhan keperawatan metode tim, kasus, fungsional dan keperawatan primer.
c. Actuating/Penggerak
Menurut Dounglas, actuating adalah pengeluaran penugasan, instruksi
yang memungkinkan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan
pedoman serta pandangan pekerja memahami apa yang di harapkan dari klien dan
pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan
efisien untuk mencapai objektif organisasi.
Pengarahan yaitu perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Istilah lain yang di
gunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan.
Apapun istilah yang di gunakan pada akhirnya akan bermuara pada
“melaksanakan” kegiatan yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam
pengarahan, pekerjaan di uraikan dalam tugas tugas yang mampu kelola, jika perlu
di lakukan pendelegasian.
d. Controlling / Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan
kegiatan / pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan,
dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Melalui supervise:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua Tim. Membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan (di dokumentasikan), mendengar
laporan ketua Tim tentang pelaksanaan tugas
3) Evaluasi merupakan upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
4) Audit keperawatan dilakukan untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja
diperlukan terlebih dahulu persiapan:
a) Standar operasional prosedur
b) Standar / pedoman diagnosis dan terapi
c) Indicator penilaian penampilan
7. Unsur Output
a. Mutu
Mutu pelayanan meliputi 4 (empat) indicator mutu pelayanan kesehatan yaitu
BOR, AVLOS, TOI dan BTO.
1) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka
Penggunaan Tempat Tidur)
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu.Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Standar internasional BOR dianggap
baik adalah 80-90% sedangkan standar nasional BOR adalah 60-85%.
2) AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata Lamanya Pasien Di Rawat)
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indicator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnose tertentu yang
dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari.
3) TOI (Turn Over Interval = Tempat Tidur Tidak
Terisi)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat
di isi ke saat terisi berikutnya.Indicator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam
waktu 1 – 3 hari.
c. Opportunity (O):
Analisa peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu organisasi
atau perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu
perusahaan ataupun organisasi bisa berkembang dimasa yang akan datang.
d. Threats (T):
Analisa ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh
suatu perusahaan ataupun organisasi untuk menghadapi berbagai macam faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang
menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera diatasi ancaman tersebut akan menjadi
penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik dimasa sekarang maupun dimasa
yang akan datang.
9. PENGELOLAAN RUANGAN
a. Gambaran Rumah Sakit
1) Sejarah Singkat RSUD RAA Soewondo Pati
RSUD RAA Soewondo Pati dibangun mulai tahun 1992, sumber dana
pembangunan berasal dari Bupati Pati (RAA Soewondo), Sekretaris Daerah
Kabupaten Pati (Aris Munandar), Penasehat Rumah Sakit (dr. Beerfoed) dan
sumbangan masyarakat.
a) Sejarah nama rumah sakit:
(1) Tahun 1934 – 1940 Rumah Sakit “MARDI OESODO” Pati
(2) Tahun 1940 – 1942 Rumah Sakit “SOEWONDO ZIAKEN HUIS” Pati
(3) Tahun 1942 – 1945 Rumah Sakit “PATI KEN BYOIN”
(4) Tahun 1945 – 1959 Rumah Sakit Umum “SOEWONDO” Pati
(5) Tahun 1960 – 1965 Rumah Sakit Umum DASWATI II Pati\
(6) Tahun 1965 – 1972 Rumah Sakit Umum Kabupaten Pati
(7) Tahun 1972 – 2000 Rumah Sakit Umum RAA Soewondo Kabupaten
Pati
(8) Tahun 2000 – 2009 Badan RSD RAA Soewondo Pati
(9) Tahun 2009 – 2019 RSUD RAA Soewondo Pati
(10) Tahun 2020 – sekarang UPT RSUD RAA Soewondo Pati
b) Sejarah Manajemen Rumah Sakit:
(1) Berdsarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 30 Januari 1995
No. 95/ MENKES/SM/95 kelas RSUD RAA Soewondo Pati berubah
dan kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan.
(2) Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor 12 Tahun 2008,
RSUD RAA Soewondo Pati menjadi Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Pati
(3) Berdasarkan Keputusan Bupati Pati No: 900/ 1881/ 2009 tanggal 1
September 2009 tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah pada RSUD RAA Soewondo Pati
(4) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun
1997 terakreditasi 5 Pelayanan
(5) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. YM
00.03.2.2.713 41 tanggal 6 Juni 2002 terakreditasi 12 pelayanan
(6) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. YM
02.04.31.2314 tanggal 28 April 2007 tentang Pemberian Ijin
Penyelenggaraan Rumah Sakit Daerah RAA Soewondo Pati
(7) Berdasarkan Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nomor
KARS-SERT/ 155/ XI/ 2011 tanggal 28 November 2011 terakreditasi 16
pelayanan
(8) Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.449/1 tanggal 28
Maret 2012 tentang Pemberian Perpanjangan Izin Operasional Rumah
Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Kabupaten Pati Provinsi Jawa
Tengah
c) Nama Direktur Rumah Sakit dan Masa Kepemimpinan
(1) Tahun 1932 – 1933 : dr. Bervoets
(2) Tahun 1933 – 1935 : dr. Veldstra
(3) Tahun 1936 – 1944 : dr. Chr Rainard Tjia
(4) Tahun 1944 – 1949 : dr. Moh. Hoesin
(5) Tahun 1949 – 1960 : dr. Adi
(6) Tahun 1960 – 1963 : dr. Tjia King Po
(7) Tahun 1963 – 1964 : dr. Liem Tiek Tjay
(8) Tahun 1964 – 1965 : dr. Lie Hwie Siong
(9) Tahun 1965 – 1966 : dr. RWB Tedjowibowo
(10) Tahun 1967 – 1968 : dr. Tjiang Hwie Tjay
(11) Tahun 1969 – 1971 : dr. Muchsin Wanun
(12) Tahun 1972 – 1976 : dr. RA. Moch Ali Sayidiman
(13) Tahun 1976 – 1979 : dr. Goesmoro
(14) Tahun 1979 – 1987 : dr. Moh. Istikmal
(15) Tahun 1987 – 1990 : dr. Soetadi Ph
(16) Tahun 1990 – 1998 : dr. Sardjana, MMR
(17) Tahun 1998 – 2005 : drg. Said Hassan, M.Kes
(18) Tahun 2005 – 2006 : dr. Indroto, M.Kes
(19) Tahun 2006 – 2008 : dr. Partomo Widodo, M.Kes
(20) Tahun 2009 – 2012 : dr. Subawi, MM
(21) Tahun 2013 – 2014 : dr. Endang Winarti, MM
(22) Tahun 2014 – sekarang : dr. Suworo Nurcahyono, M.Kes
d) Gambaran Umum
RSUD RAA Soewondo Pati merupakan Satuan Kerja di lingkungan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Pati yang memiliki tugas pokok membantu
Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang kesehatan
melalui upaya kegiatan peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan
pemulihan kesehatan serta melaksanakan upaya rujukan.
RSUD RAA Soewondo Pati berada di wilayah Kabupaten Pati yang
memiliki luas wilayah ±150.368 Ha, yang terdiri dari 21 Kecamatan dan 406
Desa/ kelurahan.Peluang untuk melakukan inovasi dan kreativitas dengan
mengembangkan Pelayanan Kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat masih terbuka lebar dengan mengembangkan layanan produk
unggulan.
Dalam rangka meningkatkan citra pemerintah Daerah kabupaten Pati
khususnya RSUD RAA Soewondo Pati maka secara terus menerus
diupayakan peningkatan kualitas pelayanan diseluruh jajaran rumah sakit
secara menyeluruh (Hospital Wide Quality Improvement) karena RSUD RAA
Soewondo Pati merupakan SKPD ujung tombak pelayanan dan harus
membuktikan bahwa bisa memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Menurut data evaluasi Rekam medis jumlah kunjungan pasien rawat
jalan tahun 2017 terdapat populasi sebesar 91.992 pasien sedangkan populasi
rawat inap sebesar 24.245 pasien, sehingga diperlukan asuhan bebasis visi,
misi, dan jenis pelayanan yang diberikan sesuai populasi pasien dengan
meningkatkan kualitas dalam pemberian informasi dan pendidikan pasien dan
keluarga.
RSUD RAA Soewondo Pati sebagai salah satu sarana layanan
kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan pengetahuan
pasien dan keluarga melalui pendidikan kesehatan yang berkesinambungan
antar disiplin ilmu sesuai dengan kebutuhan pasien, Rumah sakit juga
mengembangkan atau memasukkan pendidikan ke dalam proses asuhan
berbasis misi, jenis pelayanan yang diberikan dan populasi pasien sehingga
mereka mendapat pengetahuan dan ketrampilan untuk menunjang partisipasi
dalam proses dan pengambilan keputusan dalam proses pelayanan.
e) Visi
Rumah Sakit pendidikan dengan pelayanan paripurna yang menjadi
kebanggaan masyarakat
f) Misi
(1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya rumah sakit
(2) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, dilandasi moral dan etik
(3) profesi yang berorientasi pada keselamatan pasien
(4) Menyediakan pendidikan, pelatihan dan memfasilitasi penelitian yang
berkualitas
(5) Mewujudkan pengelolaan Rumah Sakit dengan prinsip efektif dan efisien
(6) Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan
g) Motto
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami
b. Gambaran Ruang Tulip
1) Keadaan Umum
Ruang Tulip di RSUD RAA Soewondo Pati sebagai unit pelaksana yang
bertugas melaksanakan pelayanan kesehatan bagi semua pasien yang mengalami
gangguan persyarafan dan lehih khususnya pasien stroke. Perawatan pasien stroke
di ruang tulip dilakukan secara komprehensif dimana nantinya pasien akan
ditangani dokter syaraf, perawat, fisioterapis, dan adapula terapi wicara.
Ruang tulip merupakan slah satu bagian bentuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dari suatu Ruah sakit.Ruang tulip dibuka untuk memenuhi kebutuhan
pasien sering meningkatnya angka kejadian stroke.Dengan dibukanya ruang tulip
diharapkan semua pasien stroke terkonsentrasi di satu tempat sehingga pelayanan
lebih komprehensif.
Didalam ruang tulip juga direncanakan ada rehabilitasi medik mini dimana
nantinya petugas rehabilitasi medik akan melakukan perawatan pada pasien secara
komprehensif beupa exercise atau terapi sinar pada pasien dengan hemiparase atau
hemiplegic. Sayangnya dikarenakan anggaran dan keterbatasan tenaga fisioterapis
maka ruang rehab mini belum bisa diaktifkan sampai saat ini.
Layanan yang terintegerasi antara profesional pemberi perawatan yang
sudah berjalan adalah DPJP syaraf bekerjasama dengan perawat, ahli gizi,
fisioterapis, terapi wicara, dan konsul spesialis jantung, dalam atau spesialis lain
sesuai indikasi. Untuk memenuhi standart mutu pelyanan dalam mencapai
pelayanan prma dan paripurna maka harus memenuhi standart pelayanan yang baik
dan memuaskan bagi pasien dan keluarga.
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Ruang Tulip
KABID KEPERAWATAN
H. Warji, S.Kep.Ners, MM.
SUPERVISOR KLINIK
KEPALA RUANG IPCN
Siti Nurhamdanah, S.Kep.Ners CASE MANAGER
KATIM I KATIM II
Pujiwati, S.Kep. Ners Purniawati S.Kep. Ners
ANGGOTA ANGGOTA
A. HASIL PENGKAJIAN
1. 5 M ( Man, Material & Machine, Method, Money, Market )
a. MAN
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang
– orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
1) Struktur Organisasi Ruang Tulip
Tabel 3.1
No Nama Jabatan
1. H. Warji, S.Kep.Ners, MM. KABID KEPERAWATAN
2. Pendidikan
1) Tabel Pendidikan formal perawat ruang Tulip
Tabel: 3.2
PENDIDIK
STANDART
No NAMA JABATAN AN YANG MASALAH
PENDIDIKAN
DIMILIKI
Siti Nur M. kep Sp. Belum sesuai
1 Karu S. Kep Ners
Hamdanah Neuro standart
Sudah sesuai
2 Pujiwati Katim S. Kep Ners S. Kep Ners
standart
Sudah sesuai
3 Purniawati Katim S. Kep Ners S. Kep Ners
standart
Indri Sri Belum sesuai
4 Pelaksana S.Kep Ners A. Md. Kep
Haryuni standart
Sudah sesuai
5 Siti Chotimah Pelaksana S. Kep Ners S. Kep Ners
standart
A. Md. Belum sesuai
6 Ambarwati Pelaksana S. Kep Ners
Kep standart
A. Md. Belum sesuai
7 Puji Fitriyanti Pelaksana S.Kep Ners
Kep standart
Belum sesuai
8 Woro Istanti Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Diyah
Belum sesuai
9 Henderaningru Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
m
Belum sesuai
10 Marsi Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Belum sesuai
11 Sri Kasmiyati Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Anik Laily Belum sesuai
12 Pelaksana S.Kep Ners A. Md. Kep
Farichah standat
Belum sesuai
13 Supriyatun Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Belum sesuai
14 Betty Niken I Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
standart
Sony Sudah sesuai
15 Pelaksana S. Kep Ners S. Kep Ners
Hermanto standart
Husnul Belum sesuai
16 Pelaksana S. Kep Ners A. Md. Kep
Hasanah standart
Karakteristik pendidikan perawat di Ruang Tulip sampai bulan Maret 2021 rata – rata
berpendidikan S1 Ners dengan jumlah 5 orang (30%), DIII Keperawatan 11 orang (70%).
Tabel 3.3
Hasil Survei Soft Skill
Salam Prima
Etika Bertelpon
Dari hasil observasi dalam soft skill etika bertelpon staf ruang Tulip mendapat
capaian 89 %, hal itu dapat dikategorikan baik.
Tabel 3.5
Etika Berpakaian
Dari hasil observasi dalam soft skill keramahan (5S) staf ruang Tulip mendapat
capaian 88 %, hal itu dapat dikategorikan kurang/ belum memenuhi standart
Tabel 3.8
Kesimpulan : hasil soft skill di ruang Tulip belum memenuhi standar terutama
etika bertelepon
Tabel 3.9
a. Pendidikan formal perawat ruang tulip belum sesuai standar, sebagian besar masih
d3
b. Nilai kepatuhan 5 momen yang masih rendah terutama pada saat sebelum kontak
ke pasien.
B. Money
1. Anggaran Sarana Dan Prasarana
Anggaran sarana dan prasarana Ruang Tulip didapat dari anggaran Rumah
Sakit. Ruang Tulip mengisi form RBA barang ALKES setahun sekali, usulan
tersebut diberikan kepada bagian penunjang medik untuk direkap dan ditindak
lanjuti. Penyediaan barang kebutuhan kantor dan kebersihan sudah disentralisasi
oleh gudang.
Pada saat pandemi sekarang ini Rumah Sakit membatasi pemyediaan masker
dan handscoon di ruangan.
2. Pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia)
Anggaran SDM untuk pelatihan staff didapat dari rencana anggaran Rumah
Sakit. Setiap pelatihan yang ada di RSUD RAA SOEWONDO PATI dibiayai oleh
RSUD RAA SOEWONDO PATI. Sedangkan untuk pelatihan di luar RSUD RAA
SOEWONDO PATI ada yang dibiayai dan ada yang biaya sendiri.
Masalah Money adalah:
Realisasi pengadaan pelatihan kadang belum sesuai dalam penyusunan.
6. Inventaris ruangan
a. Inventaris Alat Kesehatan
Tabel 3.13
STANDART
JUMLAH
JUMLAH
NO JENIS ALAT YANG ALAT
DIMILIKI YANG
JUMLAH KURANG
1 Bed Monitor 1 4 3
2 Regulator O2 10 18 8
5 Sunction Mobile 1 2 1
6 Infus Pump 2 2 0
7 Syiring Pump 2 4 2
8 AmbuBag/Bagging 1 2 1
9 Tensimeter Dorong 1 1 0
10 Tensimeter Duduk 1 1 0
11 Tensimeter Elektrik 2 3 1
12 EKG 0 1 1
13 Kursi Roda 1 2 1
14 Tiang Infus 5 18 13
18 Troly Emergency 1 2 1
b.Inventaris barang
Tabel 3.14
c. Inventaris barang
Tabel 3.16
d.Inventaris barang
Tabel 3.17
KEADAAN BARANG
NO JENIS BARANG JUMLAH
B KB R
2 Apar 2 v
3 Kulkas 1 pintu 1 v
4 Dispenser 1 v
5 Pemanas air 1 v
10 Kursi busa 7 v
15 Almari obat 1 v
16 Almari linen 1 v
17 Almari billig 2 v
20 Meja petugas 2 v
24 Meja resepsionis 1 v
25 Troly belanja 1 v
26 Troly besi 2 v
29 AC 7 v
30 Telepon 1 v
31 Pompa air 1 v
34 Rak sepatu 1 v
35 TV 14" 8 v
36 Tangga pasien 1 v
36 Komputer 2 v
36 Bantal busa 16 v
Tabel 3.18
Masalah pada point Material dan Machine yang dapat kami simpulkan di Ruang
Tulip:
1. Tidak dilakukannya timbang terima alat setiap pergantian shift
2. Jumlah inventaris alat yang tidak sesuai standar
D. Metode
Ruang Tulip adalah ruang perawatan rawat inap bagi semua pasien yang
mengalami gangguan persyarafan dan lebih khususnya pasien stroke. Model
keperawatan yang di terapkan di ruang Tulip yaitu model asuhan keperawatan
pelayanan moduler yaitu gabungan dari metode tim dan fungsional,di mana
sistem keperawatan moduler yaitu perawat profesional dan vokasional bekerja
sama untuk merawat sekelompok klien dari mulai masuk ruang rawat inap
sampai pulang (tanggung jawab total).
Ruang tulip terdiri 2 tim. Tim 1 membawahi 6 perawat pelaksana dan
Tim 2 membawahi 7 perawat pelaksana. Perawat pelaksana terbagi dalam 3 sift.
Sift pagi biasanya terdiri dari 5-6 orang perawat, serta sift siang dan malam
terdiri 3 orang pelaksana. Kepala ruang sudah menjalankan tugas dan peran
kepala ruang sesuai kemampuan dan kesempatan yang ada. Tugas ka tim dalam
pelaksanaan pre dan post conference sudah dilaksanakan sesuai dengan acuan
dari bidang keperawatan.
Pendokumetasian asuhan keperawatan ditulis SOAP dilembar CPPT.
Penulisan status pasien sesuai dengan nama PPJP yang tertulis di papan
pembagian tugas. PPJP sesuai area anggota pembagian tim. Ini sesuai dengan
pengambilan sampling status pasien dari 10 status pasien ada 5 les yang
penulisan SOAP di CPPT sesuai dengan perawat penanggung jawab pasien.
Pelaksanaan ronde keperawatan sudah ada pelaporannya dilakukan
setahun 1 kali sesuai yang direncanakan.
Menurut kepala ruang pembuatan jadwal dinas oleh kepala ruang.
Pelaksanaannya dinas pagi terdiri dari 1 kepala ruang, 2 orang ka tim dam 1
Katim membawahi 1 – 2 orang anggota tim. Jaga sore dan malam terdiri dari 3
orang staf,1 PJ Shift 2 anggota tim Pada lembar jadwal dinas sudah terdapat
jadwal petugas on-call, apel, rujuk dan PJ shift yang sudah sesuai dengan
aturan rumah sakit. Dalam pelaksanaanya pembagian tugas anggota masing-
masing tim pada setiap shif sudah tetap..
Untuk tukar jaga sudah ada bukunya. Petugas tukar jaga setiap bulan
sudah dievaluasi oleh kepala ruang. Tukar jaga kadang-kadang tidak sesuai
dengan levelnya yang senior tukar jaga dengan yunior karena ketidak
seimbangaan jumlah antar petugas senior dan yunior. Yang penting masih ada
petugas yang senior sebagai PJ shift.
Pengaturan cuti sudah terencana dengan baik, cuti diberikan setiap bulan
selama setahun, tetapi kenyataannya cuti diberikan sesuai dengan permintaan
masing-masing anggota.
Pendelegasian tugas di ruangan sudah dilaksanakan sesuai SOP yang
ada di rumah sakit yaitu pendelegasian tugas dari kepala ruang kepada salah
satu katimnya. Namun dalam pelaksanaannya masih kurang lengkap karena seb
agian besar belum ada tanda tangan sepengetahuan kasi rawat inap.
Pendelegasian diberikan kepada perawat level dibawahnya bila kepala ruang
cuti dalam waktu yang lama. Hal ini sudah tertulis dalam buku pendelegasian.
d. Pendokumentasian Askep
Dari hasil observasi dan wawancara dengan petugas ruang Tulip
didapatkan data bahwa pada form pendokumentasian asuhan keperawatan sudah
mencakup seluruh proses keperawatan pasien yang meliputi:Pengkajian yang
terdiri dari keluhan pasien,riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu
dan riwayat penyakit keluarga.
1) Pengkajian awalnyeri, nutrisi dan resiko jatuh sudah dilakukan, sesui antara
SOAP CPPT dengan lembar evaluasi askep.
2) Analisa data sudah terisi secara ceklist pada form catatan keperawatan.
3) Diagnosa keperawatan belum sesuai dengan keluhan pasien.
4) Intervensi sudah terisi secara ceklist.
5) Implementasi sudah terisi secara singkat pada form catatan keperawatan.
6) Evaluasi sudah terisi secara singkat per shift pada form catatan
keperawatan.
7) Perencanaan pulang diisi langsung saat pasien baru masuk ruangan oleh
perawat yang jaga pada saat itu.
e. Sentralisasi obat
Dari hasil observasi dan wawancara dengan petugas ruang Tulip
didapatkan data bahwa pengambilan obat bisa dilakukan secara sentral
farmasi.Setiap ada pasien yang mendapat resep diambilkan oleh perawat.
f. Discharge Planning
Discharge planning di ruang tulip sudah dilakukan dengan cukup baik,
hanya saja pendokumentasian didalam RM belum disesuaikan dengan keadaan
pasien.
Dari hasil pengumpulan data methode, kami menemukan masalah
yang timbul sebagai berikut :
1) SAK dan SPO belum digunakan secara maksimal
2) Pendokumentasi diagnosa keperawatan belum sesuai dengan keluhan pasien.
3) Discharge planning belum didokumentasikan di RM sesuai dengan pasien
4) Loker tempat obat pasien belum ada identitas nama pasien, hanya ditulis
nomer bed saja.
5. Mutu
Mutu pelayanan di rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standart profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien
dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan secara norma, etika, hukum
dan social budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah
serta masyarakat konsumen.
Peningkatan mutu adalah program yang disusun secara obyektif dan sistematik
untuk memantau dan menilai mutu serta kewajaran asuhan terhadap pasien dan
memecahkan masalah - masalah yang terungkap di RSUD RAA SOEWONDO Pati
dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien disusun suatu program
untuk memperbaiki proses pelayanan terhadap pasien agar kejadian tidak diharapkan (
KTD ) dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif mengingat mutu
dan keselamatan pasien merupakan issue global dan tuntutan masyarakat yang harus
diprioritaskan. Adapun rincian kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
yang terkait dengan ruang inap Ruang Tulip adalah sebagai berikut :
Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien
Indikator Mutu Area Klinik
Tabel 3.19
NO JENIS JUDUL INDIKATOR TARGET CAPAIAN
INDIKATOR
1 Assesmen Tingkat kelengkapan 100% 100%
pengisian assesmen awal pengisian
medis pasien rawat inap assesmen awal
medis pasien
rawat inap
sudah lengkap
2 Pelayanan Tingkat ketepatan waktu 95% 95%
laboratorium tunggu pemeriksaan ketepatan
hematology analizer waktu tunggu
pemeriksaan
hematology
analizer tidak
usah
menunggu
terlalu lama
karena
peemeriksaan
laborat sudah
dilakukan pada
saat pasien
masuk di IGD
3 Pelayanan Tingkat kejadian reject ≤ 2% ≤ 2%
radiologi dan analisis pemeriksaan Pemeriksaan
imaging radiologi radiologi pada
pasien
dilakukan
sesegera
mungkin saat
pasien tiba di
IGD
4. Penggunaan Rerata durasi penggunaan 7-10 hari 3-5 hari
antibiotik dan antibiotik pada pasien Pasien oprasi
obat lain rawat inap rata2 pulang
pada hari ke 3
5. Kesalahan Angka kejadian kesalahan 0 Selama
medikasi dan medikasi (medication pengkajian di
kejadian nyaris error) di pelayanan farmasi Ruang Tulip
cedera tidak
ditemukan
KTD maupun
KNC
6. Penggunaan Tingkat kelengkapaan 100% 100%
darah dan pengisian lembar pengisian
produk darah permintaan darah dan lembar
produk darah permintaan
darah dan
produk darah
sudah lengkap
Ketersediaan isi Tingkat kelengkapan 100% Kelengkapan
7. dan penggunaan pengisian resume medis pengisian
catatan tentang oleh DPJP resume medis
pasien oleh DPJP
yang
ditemukan di
ruangan sudah
lengkap
Man 1. SDM cukup, 1. Sertifikat BTCLS banyak 1. RS Soewondo merupakan RS 1. Persaing regulasi BPJS yang
kompetensi tindakan yang expired. rujukan yang mempunyai mengatur tentang rujukan
sesuai dengan 2. SOFT SKILL belum klinik rawat inap stroke berjenjang.
prosedur. mencapai standar center. 2. Banyaknya rumah sakit
2. Adanya standar (bertelpon). 2. Mempunyai peralatan yang swasta di sekitar RS
kompetensi teanaga 3. Masih banyaknya D3 cukup. Soewondo
keperawatan PK I,II,III keperawatan 11 orang. 3. Fisioterapi dilakukan secara
3. Adanya dukungan dari 4. Beberapa staf belum rutin dengan jaminan BPJS.
pihak direksi dan adanya
memiliki pelatihan mahir
kesempatan bagi perawat
untuk melanjutkan
stroke.
pendidikan dan pelatihan. 5. Nilai kepatuhan 5
momen masih rendah.
Material & 1. Adanya kalibrasi alat 1. Tidak dilakukannya 1. Adanya program 1. Adanya persaingan tehnologi
Machine setiap 3 bulan dan 6 timbang terima alat pelatihan/seminar khusus antar rumah sakit
bulan sekali setiap pergantian shift tentang pengoprasian alat.
2. Jumlah inventaris alat 2. Adanya pengajuan alat setiap
yang tidak sesuai standar sebulan sekali
Methode 1. Pendelegasian tugas di 1. SAK dan SPO belum 1. Perubahan tuntutan 1. Makin tinggi kesadaran
ruang Tulip sudah ada digunakan secara masyarakat akan mutu masyarakat terhadap hukum
regulasi tentang metode maksimal pelayanan yang lebih pada 2. Makin tinggi kesadaran
petugas menggunakan saat ini masyarakat akan pentingnya
metode modular. 2. Pendokumentasi kesehatan
diagnosa keperawatan
belum sesuai dengan
keluhan pasien
3. Discharge planning
belum didokumentasikan
di RM sesuai dengan
pasien.
4. Loker tempat obat pasien
belum ada identitas
nama pasien, hanya
ditulis nomer bed saja.
Money 1. Ada pendapatan dari 1. Penurunan JHK 1. Ada kesempatan untuk 1. Adanya tuntutan yang lebih
jasa medik, untuk dikarenakan terjadinya menggunakan instrumen tinggi dari masyarakat untuk
pasien dengan biaya penurunan pasien di medis dengan re-use mendapatkan pelayanan
BPJS yang dapat masa pandemic covid 19 sehingga menghemat kesehatan yang lebih
diklaim setelah 2. Realisasi pengadaan pengeluaran profesional
perawatan pelatihan kadang belum 2. Ada kesempatan untuk
sesuai penyusunan mengajukan rencana
pembangunan
Mutu 1. Ruang Tulip merawat 1. Perawat melakukan 6 1. Satu-satunya Rumah Sakit 1. Adanya peningkatan standar
kelas VIP, I, II dan langkah cuci tangan tapi pemerintah di Kabupaten Pati masyarakat yang harus
kelas III dengan belum sepenuhnya patuh yang terakreditasi paripurna. dipenuhi
berbagai jaminan. 5 momen cuci tangan 2. Persaingan RS dalam
2. Pemberian pendidikan memberikan pelayanan
kesehatan 6 langkah cuci keperawatan.
tangan kepada pasien
dan keluarga belum
sepenuhnya dilakukan
C. ANALISA SWOT
Tabel 3.22
1. MAN
Strength
Strength
1. Jenis ketenagaan: 0,3 2 0,6
Ners : 5 orang
DIII keperawatan : 11 orang
Administrasi : 1 orang S-W = 1,8-
Cleaning service : 2 orang 1,5=0,3
2. Adanya standar kompetensi teanaga keperawatan PK I,II,III
3. Adanya dukungan dari pihak direksi dan adanya kesempatan bagi 0,2 2 0,4
perawat untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan. 0,2 2 0,4
4. Jumlah tenaga keperawatan yang cukup
0,2 2 0,4
TOTAL
0,9 1,8
Weakness
a. Nilai kepatuhan 5 momen yang masih rendah terutama pada saat 0,3 2 0,6
sebelum kontak ke pasien.
b. Hasil survei nilai soft skill belum mencapai standart 0,2 2 0,4
c. Ada beberapa staf yang masa berlaku pelatihan BLSnya sudah 0,5 1 0,5
expired
1 1,5
TOTAL
Opportunity
a. Letaknya rumah sakit yang strategis 0,5 3 1,5
b. Adanya keinginan dari masyarakat mendapatkan pelayanan perawat 0,2 1 0,2 O-T = 1,7–
yang ramah dan bermutu 1,2= 0,5
TOTAL 0,7 1,7
Threatened
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih 0,2 2 0,4
profesional 0,2 2 0,4
2. Persaingan antar RS semakin kuat 0,2 2 0,4
3. Semakin tingginya masyarakat yg berfikir kritis
0,6 1,2
TOTAL
2. MONEY
Strength
a. Tersedianya anggaran pelatihan karyawan 0,7 4 2,8
b. Kebutuhan alkes dan ATK terpenuhi 0,3 1 0,3 S-W = 3,1-
2,6= 0,5
TOTAL 1 3,1
Weakness
1. Realisasi pengadaan pelatihan kadang belum sesuai dalam 0,4 2 0,8
penyusunan.
2. Minimnya masker dan handscoon diruangan. 0,6 3 1,8
TOTAL 1 2,6
Opportunity
1. Harapan masyarakat untuk mendapatkan SDM yang terampil 0,5 3 1,5
2. Adanya pandemic covid 19 yang memerlukan APD yang standart
TOTAL 0,5 2 1
1 2,5
Threatened
1. Banyaknya Rumah Sakit yang berdiri di sekitar RSUD RAA 0,6 4 2,4
Soewondo
2. Insentif tidak remunerasi sehingga mempengaruhi semangat kerja 0,3 3 0,9
TOTAL 1 3,1
Weakness
1) Sitem pendokumentasian belum lengkap 0,5 2 1
2) SAK dan SPO belum digunakan secara maksimal 0,5 3 1,5
TOTAL 1 3,1
Faktor Eksternal (EFAS):
Opportunity
1. Akreditasi yang berstandart tentang Rekam Medik 0,4 2 0,8 O-T= 1,6 –
2. Adanya kesadaran masyarakat tentang hukum 0,4 2 0,8 1,4 = 0,2
TOTAL 0,8 1,6
Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat terhadap 0,3 2 0,6
pelayanan yang lebih baik.
2. Persaingan RS dalam pemberian pelayanan keperawatan 0.4 2 0,8
c. Ronde Keperawatan
Faktor Internal (IFAS):
Strength
1. Perawat telah menjadi mitra dokter dalam menjalankan asuhan 0,3 2 0,6
S-W = 1,2 – 2
keperawatan
2. Adanya SPO ronde keperawatan yang sudah di sahkan 0,3 2 0,6 = -0,8
TOTAL 0,6 1,2
Weakness
1. Ronde Keperawatan belum dilakukan secara maksimal 0,5 2 1
2. Pemahaman tentang ronde keperawatan masih kurang 0,5 2 1
TOTAL 1 2
Faktor Eksternal (EFAS):
Opportunity
1. Adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat 0,3 1 0,3 O-T = 1,7 – 2
2. Adanya pengetahuan masyarakat tentang ilmu kesehatan yang 0,7 2 1,4 = -0,3
semakin tinggi melalui IT
TOTAL 1 1,7
Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0,5 2 1
mendapatkan pelayanan yang profesional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,5 2 1
TOTAL 1 2
d. Sentralisasi obat
Faktor Internal (IFAS)
Strength
1) Adanya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat 0,5 3 1,5
(ruang obat)
2) Adanya CPO setiap rekam medik pasien 0,5 2 1,0
TOTAL 1 2,5
Weakness
1. Loker tempat obat pasien belum ada identitas nama pasien, hanya 0,4 2 0,8
ditulis nomer bed saja.
2. Obat belum pemberian sentral farmasi 0,6 2 1,2
TOTAL 1 2
Faktor Eksternal (EFAS):
Opportunity
1. Standart akreditasi tentang pemberian obat 0,5 2 1,0 O-T = 1,5 –
2. Pengetahuan masyarakat tentang obat semakin tinggi 0,5 1 0,5 2,4 = -0,9
TOTAL 1 1,5
Treathened
1. Adanya tuntutan akan pelayanan yang profesional 0,6 3 1,8
2. Kesadaran masyarakat akan hukum semakin tinggi 0,4 2 0,8
TOTAL 1 2,4
e. Supervisi
Faktor Internal (IFAS): S-W = 2,5 – 2
Strength = 0,5
1) Supervisi dilakukan kepala ruang secara tidak langsung 0,5 3 1,5
2) Dilakukan evaluasi pada pasien setelah tindakan 0,3 2 0,6
3) Kepala ruang mendukung dan melaksanakan supervisi 0,2 2 0,4
TOTAL 1 2,5
Weakness
1. Supervisi tidak dilakukan secara terprogram 0,5 2 1
2. Hasil supervisi kurang di tindak lanjuti 0,5 2 1
TOTAL 1 2
Faktor Eksternal (EFAS):
O-T = 2 – 2,5
Opportunity
1. Tingginya komplain dari masyarakat terkait dengan pelayanan 0,6 2 1,2 = -0,5
2. Banyaknya pesaing rumah sakit di sekitar 0,4 2 0,8
TOTAL 1 2
Treathened
1) Tuntutan masyarakat akan pelayanan 0,5 3 1,5
2) Tingginya masyarakat tentang tuntutan hukum 0,5 2 1
TOTAL 1 2,5
4. MATERIAL DAN MACHINE
Strength
1. Ada inventarisasi alat 0,3 2 0,6
2. Adanya standar alat untuk ruang perawatan penyakit bedah 0,2 2 0,4 S-W = 2,5–
3. Adanya protap pemeriksaan penunjang untuk kasus penyakit saraf 0,2 3 0,6 2=0,5
4. Fasilitas ruangan rawat inap pasien sudah memadai (TV, AC, dan 0,3 3 0,9
kamar mandi pasien)
1 2,5
TOTAL
Weakness
a. Ada beberapa bed dan almari pasien masih berserakan d luar 0,5 2 1
rungan.
0,5 2 1
b. Loker obat belum terdapat identitas pasien
1 2
TOTAL
Opportunity
a. Rumah sakit mempunyai alat teknologi canggih berupa (CT-Scan, 0,5 2 1
alat mata, dll) yang rumah sakit lain tidak punya
b. Masyarakat menuntut adanya kemajuan teknologi dalam 0,5 3 1,5
penanganan medis
TOTAL 1 2,5
Threatened
a. Adanya Image masyarakat yang menganggap rumah sakit lain lebih 1 2 2
baik
1 2
TOTAL
5. MARKET
Strength
a. Petugas ruang Tulip berpenampilan rapi dan menarik 0,5 3 1,5 S-W = 2,3 – 2 =
b. Adanya variasi karakteristik dari pasien(Umum& BPJS) 0,4 2 0,8
0,3
TOTAL 0,9 2,3
Weakness
a. Pelaksanaan PKMRS tidak sesuai jadwal terhalang karena adanya 1 2 2
pandemi
1 2
TOTAL
Opportunity
1. Adanya status rumah sakit sebagai rumah sakit pemerintah yang 0,4 2 0,8
sudah terakreditasi paripurna 0,4 O-T = 2- 2,4 = -
2. Adanya sertifikat rumah sakit pendidikan 0,8 3 1,2 0,4
TOTAL
2
Treathned
a. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang 0,6 2 1,2
lebih baik
b. Adanya budaya masyarakat yang tidak mau pulang di hari Selasa
dan Sabtu 0,4 3 1,2
TOTAL
1 2,4
MUTU
Strength
a. Terlaksananya sasaran keselamatan pasien ketepatan identifikasi 0,3 3 0,9
pasien
b. Tercapainya peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai 0,4 2 0,8 S-W = 2,6 -
c. Tercapainya kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien 0,3 3 0,9 2,4 = 0,2
operasi
1 2,6
TOTAL
Weakness
a. Perawat melakukan 6 langkah cuci tangan tapi belum sepenuhnya 0,3 4 1,2
patuh 5 momen cuci tangan
b. Pemberian pendidikan kesehatan 6 langkah cuci tangan kepada 0,4 3 1,2
pasien dan keluarga belum sepenuhnya dilakukan
TOTAL 1 2
Threatened
a. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan service excellent dan 0,5 2 1
komunikasi
b. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan resiko infeksi pada 0,5 3 1,5
musim pandemi
TOTAL 1 2,5
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT RUANG TULIP
S
1,0
B 0,9
A
0,8
0,7
MS
SO 0,6 M4
(0,5,-0,5) M2
(0,5,-0,9) (0,5,0,5)
0,5 (0,5, 0,8)
0,4
0,3 M1
M3 (0,3,-0,5)
M5 0,2 (0,3,0,4)
(0,2,-0.5)
0,1
O
T
-1,0 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,10,2 0,3 0,40,5 0,6 0,7 0,8
-0,1
Keterangan :
-0,2
MI = Ketenagakerjaan (Man)
D -0,3
M2 = Keuangan (Money)
MK
-0,4
(-0,3, 0,6) MK= Metode Keperawatan
-0,5 DK= Dokumentasi Keperawatan
-0,6 C RK= Ronde Keperawatan
-0,7 SO= Sentralisasi Obat
RK -0,8
(-0,8,-0,3) DK MS= Supervisi
-0,9 (-0,8,0,2)
M4= Sarana dan Prasarana (Material)
-1,0 M5 = Mutu
M3 = Market
W
Tabel 3.23
TABEL SWOT PENEMPATAN POSISI STRATEGIS
S W
O A: B
1. Meningkatkan kompetensi SDM 1. Memberikan pelayanan dan asuhan
untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas untuk
prima melalui pendidikan dan memanfaatkan predikat Rumah Sakit
pelatihan yang terprogram pendidikan dalam pelayanan
2. Memberikan upah/gaji sesuai 2. Meningkatkan mutu pelayanan dan
dengan standar moneterisasi asuhan keperawatan secara
3. Memberikan pelayanan secara professional dan dijiwai moral dan
cepat dan tepat sesuai dengan etika untuk menjamin pelayanan
keahlian yang dimiliki untuk komprehensif
mencapai kepuasan pasien 3. Memberikan resep sesuai dengan
4. Memberikan edukasi kepada sentralisasi obat farmasi
pasien dan keluarga tentang 6
langkah cuci tangan
T C D
1. Meningkatkan kompetensi SDM 1. Melakukan ronde keperawatan
untuk memberikan pelayanan dengan tujuan dapat memodifikasi
prima melalui pelatihan rencana asuhan keperawatan sesuai
komunikasi efektif masalah pasien
2. Mengevaluasi dan meningkatkan
metode pelayanan keperawatan
untuk menjamin kesehatan
pelayanan secara komprehensif
Tabel 2.24
TABLE IDENTIFIKASI MASALAH
NO STRATEGI MASALAH
1 Meningkatkan kompetensi SDM untuk 1. Nilai kepatuhan 5 momen yang
memberikan pelayanan prima melalui masih rendah terutama pada saat
pendidikan dan pelatihan yang terprogram sebelum kontak ke pasien.
2. Penerapan 5S belum semuanya
melakukan dengan baik.
3. Etika bertelepon belum sesuai
standart
4. Ada beberapa staf yang masa berlaku
pelatihan BTCLSnya sudah expired
2 Memberikan pelayanan untuk 1. Realisasi pengadaan pelatihan
meningkatkan skill dengan pengadaan kadang belum sesuai dalam
pelatihan penyusunan.
2. Minimnya masker dan handscoon
diruangan.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana 1. Beberapa bed dan almari pasien
Rumah Sakit untuk memberikan masih berserakan di luar ruangan
pelayanan yang profesional dengan 2. Loker obat belum terdapat identitas
pengadaan alat – alat canggih. pasien
BAB IV
PRIORITAS MASALAH , ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA
PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
Tabel 4.1
PENENTUAN MASALAH PRORITAS
NO MASALAH SKOR TOTAL RANKING
Mg Sv Mn Nc Af
1 Nilai kepatuhan 5 momen cuci 4 4 5 5 5 23 I
tangan yang masih rendah terutama
pada saat sebelum kontak dengan
pasien
2 Hasil survei nilai soft skill 5 4 5 5 5 24 III
keramahan belum mencapai standart
Tabel 4.2
IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH
NO MASALAH PRIORITAS PENYEBAB MASALAH
1 Hasil survey nilai soft skill keramahan belum 1. Kurangnya motivasi
mencapai standart 2. Kurangnya reward yang
diberikan
2 Nilai kepatuhan 5 moment cuci tangan yang 1. Kurangnya evaluasi dari
masih rendah terutama pada saat sebelum kepala ruang
kontak dengan pasien 2. Kurangnya kesadaran
3.Kurangnya supervisi dari
IPCN
3 Ada staff yang pelatihan BLSnya sudah habis Belum adanya refresh
masa berlakunya pelatihan BLS secara berkala
4
B. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Tabel 4.3
Tabel 4.4
N ALTERNATIF C A R L JUMLAH PRIORITAS
O PENYELESAIAN MASALAH
2 Memberikan slogan 5S 5 5 5 4 19 I
diruangan
3 Mengaktifkan kembali 4 4 3 4 15 V
program perawat berbintang
4 Mengadakan evaluasi berkala 3 3 3 3 12 VII
5 Refresh tentang 5 moment 5 5 4 4 18 II
6 Mengajukan rencana 4 3 4 3 14 VI
terprogram supervisi IPCLN
7 Mengadakan koordinasi 5 4 4 4 17 III
pengajuan staff untuk
pelatihan BLS
PLAN OF ACTION
A. LAPORAN KEGIATAN
Tabel 5.1
NO JENIS KEGIATAN HASIL WAKTU
1. Refresh cuci tangan di a. Semua staf diruang Tulip menerima adanya pelaksanaan Rabu
ruang Tulip refresh cuci tangan
31 Maret
b. Staf diruang Tulip aktif dalam mengikuti pelaksanaan
2021
tugas cuci tangan
c. Staf diruang Tulip melaksanakan cuci tangan sesuai SPO
1.
2. PKRS cuci tangan dan a. Semua anggota keluarga pasien bersedia mengikuti
protokol Covid PKRS tentang cuci tangan dan protokol Covid yang
Rabu
diikuti 3 anggota keluarga pasien
b. Semua audien yang mengikuti kegiatan PKRS aktif 31 Maret
dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari penyaji 2021
c. Semua audien mampu mendemonstrasikan cuci tangan
dengan benar
2.
3. Pemasangan Akrilik a. Pemasangan dilakukan ditempat yang strategis Rabu
semboyan 5 S b. Sosialisasi tentang 5 S sudah dilakukan dan diterima
31 Maret
baik oleh perawat ruang Tulip
2021
3.
4 Koordinasi dengan kepala Kepala Ruang dan katim menerima usulan tersebut dan Rabu
ruang untuk merefresh merencanakan program refresh disela sela pre conferens
31 Maret
kembali tentang BLS
2021
B. EVALUASI ( HASIL PENYELESAIAN MASALAH )
Evaluasi kegiatan adalah proses untuk mengamati secara terus – menerus
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap
rencana dan hasil kegiatan.
Tabel 5.2
Tindak Lanjut Hasil Kegiatan Stase Managemen Keperawatan Di Ruang Tulip
KENDALA
NO ALTERNATIF
BISA DIATASI TIDAK BISA DIATASI
1 Memberikan slogan 5S √
diruangan
2 Refresh tentang 5 √
moment
3 Mengadakan √
koordinasi pengajuan
staff untuk pelatihan
BLS
BAB VI
PEMBAHASAN
A. HASIL PENGKAJIAN
Pengkajian dokumentasi yang dilakukan selama 5 hari untuk mendapatkan data
yang mencakup 5 M ( Man, Material, Methode, Money, dan Market), Mutu, Fungsi
managemen antara lain:
1. MAN
Soft skill sebagian SDM ruang Tulip belum melakukan 5S secara maksimal
2. MATERIAL DAN MACHINE
Untuk masalah di ruang Tulip mengenai pengelolaan dan pemeliharaan alat sudah
dibuat buku timbang terima inventaris alat yang dimonitor dan dievaluasi setiap hari
pada saat timbang terima, sehingga diharapkan dapat meminimalkan kehilangan
maupun kerusakan barang. Untuk penataan alat belum tertata rapi tetapi apabila ada
kegawatan atau emergency SDM di ruang Tulip sudah sigap dan siap untuk memakai
peralatan tersebut.
3. METHODE
Metode model keperawatan yang diterapkan di ruang Tulip saat ini dengan model
keperawatan moduler yang terdiri dari 2 tim dan sudah mempunyai standart asuhan
keperawatan. SDM di ruang Tulip ada yang datangnya tidak tepat waktu sehingga
pre dan post conferens tidak efektif. Di saat shift siang dan malam SDM di ruang
Tulip hanya melakukan timbang terima saja. Di ruang Tulip mempunyai kelebihan di
masa pandemi ini melayani 2 fungsi yaitu yang awalnya Untuk pengelolaan pasien di
ruang Tulip sudah sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. Hal ini terbukti saat
timbang terima sudah disebutkan tentang tingkat ketergantungan pasien yang sudah
dikelola.
4. MONEY
Semua anggaran yang berkaitan dengan usulan pelatihan, pengusulan alat kesehatan
disesuaikan dengan RBA.
5. MUTU
Mutu di ruang Tulip sudah terlaksananya sasaran keselamatan pasien ketepatan
identifikasi pasien, di samping itu juga sudah tercapainya kepastian tepat lokasi, tepat
prosedur, tepat pasien operasi. Akan tetapi sasaran keselamatan pasien no 5
pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dengan melakukan cuci
tangan belum sepenuhnya melakukan 5 momen cuci tangan terutama sebelum kontak
dengan pasien.
B. RENCANA TINDAK LANJUT DAN EVALUASI HASIL
Data yang di dapatkan selama pengkajian di buat suatu model bentuk
pendataan masalah yang terjadi selama di ruang Tulip dan kita lakukan inventarisasi
masalah kemudian dibuat prioritas masalah. Diantara masalah yang di dapat dan di
angkat sebagai masalah utama atau prioritas adalah hasil survey nilai soft skill
keramahan belum mencapai standart. Dari data dukung terkait masalah dilapangan
kami berusaha menginventarisasi penyebab dan kemudian kita cari solusi
kedepannya. Dengan analisa SWOT kita berusaha mengkaji dan menilai selanjutnya
menentukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang di timbulkan.
Dari masalah sofskill keramahan kita berusaha membuat inovasi baru yaitu
membuat slogan senyum dari akrilik. Sehingga dapat menjadi contoh dan motifasi
bagi semua petugas perawat yang ada di ruang Tulip untuk melakukan pelayanan
dengan ramah. Selanjutnya kita kelompok V akan mengevaluasi inovasi ini, mengkaji
ulang tingkat keberhasilan dan mengevaluasi kendala.
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Daya dan upaya sudah kami lakukan sesuai konsep yang ada dan tentunya
diantara upaya itu pasti ada kekurangan. Untuk itu kami kelompok V mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya
makalah ini dan mohon maaf bila selama ini ada yang kurang berkenan selama kami
melakukan tugas stase manajemen di ruang Tulip. Demikian makalah ini kami buat dan
atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih