Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN MANAJEMEN RUANG KEPERAWATAN

DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi tugas Praktik Stase Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan

OLEH :
1. Ovtalia Andriyani 2008165
2. Retno diah Irianti 2008168
3. Slamet Purnomo 2008177
4. Wisri Rahayu 2008191

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat kasih rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktik kepemimpinan dan manajemen
keperawatan dengan judul “Praktik Manajemen Keperawatan Di Ruang Ramashinta RSJD dr
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Laporan yang tersusun ini guna untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dalam
stase mata kuliah Manajemen Keperawatan Profesi Ners Stikes Karya Husada Semarang. Kami
menyadari bahwa tersusunnya laporan ini atas berkat bimbingan dari pembimbing baik
pembimbing akademik maupun pembimbing klinik untuk itu kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami dengan rendah hati mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan penyusunan laporan untuk kedepannya. Kami berharap kiranya hasil dari
laporan ini dapat menjadi bahan bacaan dan acuan untuk melaksanakan pratik manajemen
keperawatan selanjutnya.

Semarang, Juli 2021

Aning Sri Anggoro Mey

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN...............................................................................................................2
C. MANFAAT..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
A. PLANNING..........................................................................................................4
B. ORGANIZING.....................................................................................................4
C. ACTUATING.......................................................................................................7
D. KONTROLING..................................................................................................13
BAB III ANALISA SITUASIONAL..........................................................................16
A. PENGKAJIAN MANAJEMEN RUANG KEPERAWATAN...........................17
B. PROFIL RUMAH SAKIT MEDIKA HUSADA...............................................23
C. HASIL PENGKAJIAN : INPUT, PROSES, OUTPUT, WAWANCARA KEPALA
RUANG..............................................................................................................24
D. ANALISA SWOT.............................................................................................27
F. FISHBONE.........................................................................................................30
G. PLAN OF ACTION (POA)................................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................32
A. Implementasi/ Penyelesaian Masalah Manajemen Ruangan..............................32
B. Diskusi................................................................................................................34
BAB V PENUTUP......................................................................................................35
A. KESIMPULAN..................................................................................................35
B. SARAN...............................................................................................................36
LAMPIRAN................................................................................................................37
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RAWAT INAP.37
BUKU 3S..................................................................................................................39
FORM PENILAIAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN...................................40
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DOKUMENTASI..............................43
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN....................................................45

ii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................50

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan


pengawasan usaha-usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner, 1982). Keperawatan
merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang komperhensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat,
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal melalui tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam
meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan selama 24
jam, secara berkesinambungan di bawah tanggung jawab seorang pemimpin keperawatan
perawat sebagai salah satu dari ujung tombak rumah sakit, memerlukan suatu sistem untuk
melakukan tindakan keperawatan.
Pedoman sistem tersebut dikenal dengan Model Praktik Keperawatan Profesional atau
MPKP. Penerapan MPKP secara tepat akan berdampak kepada peningkatan angka
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) dan indikator mutu
ruangan serta penurunan angka rata-rata lama hari seorang pasien dirawat atau disebut juga
dengan Average Length of Stay (ALOS) dan angka rata-rata jumlah hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi hingga saat terisi berikutnya atau Turn Over Interval (TOI) yang
merupakan indikator mutu pelayanan rumah sakit yang baik dan berdampak pada kinerja
perawat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan yang diberikan
bermutu baik.
Dengan menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di era globalisasi
dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan ini dapat menjadikan perawat sebagai suatu
profesi yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

4
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan, mahasiswa diharapkan dapat
menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP), secara bertanggung jawab dan menunjukkan
sikap kepemimpinan yang profesional serta langkap-langkah manajemen keperawatan
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan Praktek Klinik Manajemen Keperawatan, mahasiswa
mampu :
a. Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap keperawatan
b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen keperawatan
c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk :
1) Mampu membuat fungsi perencanaan Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) di ruangan antara lain :
a) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi, dan misi ruangan
b) Mampu membuat kebijakan kerja diruangan
c) Mampu menyiapkan perangkat kegiatan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) di ruangan
d) Mampu mengembangkan system informasi manajemen keperawatan di
ruangan dalam menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) antara lain :
a) Membuat struktur organisasi di ruang Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP)
b) Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan Tim di ruangan, Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP)
c) Membuat daftar pasien berdasarkan Tim di ruangan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP)

5
3) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) antara lain :
a) Mampu menerapkan pemberian motivasi
b) Mampu membentuk manajemen konflik
c) Mampu melakukan supervise
d) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
e) Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain :
(1) Operan
(2) Pre Conference
(3) Post Conference
(4) Ronde Keperawatan
(5) Supervisi Keperawatan
(6) Discharge Planning
(7) Dokumentasi Keperawatan
4) Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit hasil di ruangan Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) antara lain :
a) Mampu memperhitungkan BOR (Bed Occupancy Rate), yaitu pemakaian
tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
b) Mampu menghitung ALOS ( Average Length Of Stay), yaitu rata-rata lama
rawat seorang pasien
c) Mampu menghitung TOI (Tum Over Interval), yaitu rata-rata hari tempat tidur
tidak ditempati dari saat diisi kesaat terisi berikutnya
d) Mampu menghitung kejadian infeksi nosokomial
e) Mampu menghitung kejadian cedera
f) Mampu melakukan audit dokumentasi asuhan keperawatan
g) Mampu melakukan survey masalah baru
h) Mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga

C. MANFAAT

1. Bagi Pasien

6
Dengan adanya program Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di
Rumah Sakit diharapkan pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat
kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien
yang optimal
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan
yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga pasien
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
d. Meningkatkan profesional keperawatan
3. Bagi Rumah Sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang berkaitan dengan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan profesional
b. Dapat menganalisis maasalah yang ada dengan metode SWOT serta menyuun
rencana strategi
c. Mempelajari penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) secara
optimal
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang sistem penerapan atau aplikasi dari
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di dalam Rumah Sakit

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PLANNING

Planning atau perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajamen(the
firs fungtion of management). Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun
suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan
prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2013). Tujuannya agar tindakan perawat nanti dapat terarah dengan baik.

B. ORGANIZING

Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian pekerjaan


yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerjaan, penentuan
hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka, serta pemeliharaan lingkungan dan fasilitas
pekerjaan yang pantas.

8
1. Struktur Organisasi

Masing- masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang


menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur formal
direncanakan dan dipublikasikan, untuk informal tidak direncanakan dan sementara.
Seorang manager keperawatan harus mengerti dan memakai keduanya. Struktur formal
organisasi merupakan susunan usaha resmi jabatan ke dalam pola hubungan kerja yang
akan mengatur usaha banyak pekerja daribermacam-macam kepentingan dan
kemauan.Struktur informal organisasi terdiri dari timbal balik pribadi yang tidak
resmidiantara pekerja yang mempengaruhi efektivitas kerja mereka. Kualitas timbal balik
seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling
melengkapi, manager perawat bisa memakai struktur organisasi informal untuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.

2. Job Describtion

Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang dijalankan, misalnya
seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala ruang, jadi
atara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda
sesuai dengan perannya.

3. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus memudahkan pembagian perawat yang
sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan
klien.Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien menjadi tidak optimal. Jenis model asuhan keperawatan
menurut Grant and Messey, 1997 dan Marquis and Houston, 1998 antara lain :
a. Model fungsional
Model fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu karena
9
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi (merawat luka pada semua pasien di bangsal)
b. Model Tim

Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.

c. Model Primer

Model penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
RS.

d. Manajemen Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia


dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi
dan intensive care.

e. Model Tim Primer


Pada model ini digunakan kombinasi dalam kedua sistem. Menurut Ratna S.
Sudarsono (2000), penerapan model ini diterapkan pada beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat
primer harus mempunyai latar belakang S1 Keperawatan atau setara
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

10
3) Melalui kombinasi model tersebut diharapkan komunikasi asuhan keperawatan
terdapat pada primer.
Hal – hal yang perlu dipertimbangkan penentuan pemilihan metode pembelian
asuhan keperawatan (Marquis and Houston, 1998), yaitu :
1) Sesuai Visi dan Misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3) Efisien dan efektif dalam biaya
4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
5) Kepuasan kinerja perawat
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya

C. ACTUATING

Menurut Terry dalam Sarwoto (1991) penggerakan dan pelaksanaan adalah tindakan
untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapaisasaran-
sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada
tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan,
dan mempertahankan, tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman
1995) Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Ngalim, 2000).
Pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yang kurang baik fisiologis
maupun psikologis,dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi
sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi.
2. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah
dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Didalam kebanyakan sistem

11
klasifikasi pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi
perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang
diperlukan untuk memberikan perawatan
Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan
menghargai masing-masing angkanya mengukur volume usaha yang diperlikan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan pasien.Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi
pasien yang akan dijaankan, manager perawat harus menentukan jumlah kaegori
pembagian pasien, karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis
perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien didalam masing-masing kategori,
danwaktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan
emosional serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing
kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi
mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing sistem memperbolehkan
usaha kualifikasi waktu
3. Ketenagaan Keperawatan dan Pasien
a. Jenis perawatan
Menurut Douglas, 1984 pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Douglas, 1984 mengklasifikasikan derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3,
antara lain :
1) Perawatan minimal (minimal care) memerlukan waktu 1-2 jam per 24 jam.
Kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum sendiri
c) Ambulasi dan pengawasan
d) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
e) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
f) Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur

2) Perawatan intermediet (intermediet care), memerlukan waktu 3-4 jam per 24


jam. Kriteria :

12
a) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebh dari sekali
d) Foley cateter atau monitor intake dan output
e) Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
3) Perawatan maksimal (total care), memerlukan waktu 5-6 jam per 24 jam.
Kriteria :
a) Segalanya diberikan atau dibantu
b) Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d) Pemakaian suction
e) Gelisah atau disorientasi
b. Kebutuhan tenaga keperawatan
Untuk memperkirakan kebutuhan tenaga keperawatan disuatu ruang rawat inap dapat
ditinjau dari :
1) Waktu keperawatan langsung, dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan.
2) Waktu keperawatan tidak langsung, waktu yang dibutuhkan perawat dalam
perawatan tidak langsung adalah 60 menit, meliputi: membaca status, menulis,
membuat rencana, kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
2) Waktu penyuluhan atau pendidikan kesehatan, waktu yang dibutuhkan adalah 15-
30 mnt, meliputi: aktivitas sehari-hari, obat-obatan, kelanjutan perawatan dll.

Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan tahun 1994 menurut
Gillies untuk RS di Indonesia adalah:

AxB x 365
Tenaga perawat :
( 365−C ) x jam kerja/hari

Keterangan:
A : jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien.
B : sensus harian= BOR x jumlah tempat tidur.
Jumlah pasien
BOR: x 100 %
jumlah TT

13
C : jumlah hari libur= 76 hari (52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12 hari libur
nasional)
Proporsi dinas pagi: siang: malam adalah 47%: 36%: 17%.
Formulasi PPNI: Tenaga perawat :

AX 52 ( minggu ) x 7 hari(TT X BOR )


Keterangan :
41 ( minggu ) x 40 jam/minggu

A : Jam perawatan/ 24 jam = rata-rata waktu keperawatan yng dibutuhkan klien

4. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah
perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi dari
sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit seksi atau divisi, kebijaksanaan
penjadwalan (Gillies, 1994).
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personel yang
libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi luas kebijaksanaan
penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan
menyangkut persoalan berikut tidak ada maka manager perawat harus bersatu sebagai
sebuah kelompok untuk menyusun:
a. Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal untuk
personel di masing-masing unit.
b. Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk atau libur
c. Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada pekerja menyangkut jadwal
masuk atau libur
d. Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja perhari
perminggu dan perbulan.
e. Hari dimulainya minggu kerja
f. Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas
g. Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masing pekerja
h. Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian

14
i. Keperluan pergiliran dari satu unit ke unit lain dan frekuensi dari pergiliran
tersebut.
j. Penjadwalan 2 hari libur perminggu atau rata-rata 2hari libur perminggu
k. Frekuensi libur akhir pekan untuk personel tugas malam
l. Definisi dari libur akhir pekan untuk personel tugas malam
m. Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tidak berurutan
n. Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
o. Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
p. Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja
q. Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus dijadwalkan libur
kerja
r. Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal
tugas liburan masuk atau libur
s. Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari tertentu
t. Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja
u. Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal
liburan.
v. Prosedur yang diikuti memohon waktu libur khusus
w. Pembatasan waktu penjadwalan liburan selama hari libur thanksgiving, natal, tahun
baru,
x. Jumlah personel masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk liburan atau
hari libur pada saat tertentu
y. Prosedur penyelesaian perselisihan antar personel sehubungan dengan permintaan
waktu libur dan hari libur
z. Prosedur pemprosesan permintaan darurat utuk penyesuaian jadwal waktu.

Biasanya supervisor permintaan darurat untuk penyesuaian jadwal waktu dan libur
personel perawat karena jadwal kerja harus disiapkan beberapa minggu
sebelumnya dan diperbaiki untuk penyesuaian perubahan dalam sensus pasien,
keadaan pasien yang sakit, permintaan libur dari lebaran, banyak waktu yang
berkaitan dengan kegiatan super visi diluangkan dalam penyesuaian jadwal.

15
5. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja
mengurangi absensi dan perputaran serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa
metode pendidikan yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja (Munir,
1994: 162):
a. Metode seminar atau konferensi

Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai kepala atau
pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-
masalah baik yang menyangkut sesi manajemen maupun penyelenggaraannya atau
proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.

b. Metode lokakarya (workshop)

Penyelenggarannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak perbedaannya dengan


seminar adalah materinya. Pada ateri lokakarya bersifat teknis , administrative dan
sedikit bersifat manajerial.

c. Metode sekolah atau khusus

Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya aturan-aturan


atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus di mengerti dan harus dilaksanakan
oelh peserta.Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta.Pada akhir sekolah atau
kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.

d. Metode belajar sambil kerja (learning by doing)

Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama sehingga mereka dapat
menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka.

16
Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan kepada bawahan secara langsung dalam
membimbing pegawai kantor.Dalam prakteknya metode pendidikan dan pelatihan
ini sesuai dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan
kegiatan instalansi lainnya

D. KONTROLING

1. Definisi
Kontroling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang
dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu (Azwar,
1996). Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya,
terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian,
standar keberhasilan (target, prosedur bekerja, dsb) selalu harus dibandingkan dengan
hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau
penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah,
dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan
agar efisien pengguanan sumber daya dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-
tugas staff untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.
2. Peran leader shift dalam controling
a. Mendorong staff untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu pelayanan kesehatan
b. Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan terhadap staff
c. Mendorong atau memotifasi standar tertinggi untuk kualitas maksimal dengan
menyediakan standar keamanan minimum.
d. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif dan reaktif
e. Menggunakan pengawasan sebagai metode menentukan tujuan yang tidak tercapai
f. Secara aktif mengesahkan pengawasan mutu yang ditemukan yang mempunyai
kesatuan profesi dan konsumen.

17
g. Menghargai standar klinis dengan menggunakan sumber yang menyakinkan pasien
menerima perawatan sesuai harapan.
h. Menjadi role model bagi staff terhadap tanggung jawab dan tanggung gugat.
i. Berpartisipasi dalam penelitian keperawatan.
3. Fungsi manajemen dalam controling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standar ukuran yang jelas
terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur
standar yang ada.
4. Manfaat controling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan memperoleh
manfaat sebagai berikut :
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program yang telah dilaksanakan sesuai
dengan standar atau rencana kerja dengan mengguanakan sumber data yang telah
ditetapkan.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuaan dan pengertian staff
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan
dan digunakan secara benar
d. Dapat digunakan sebab-sebab terjadi penyimpangan
e. Dapat diketahui staff yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi adan
latihan lanjutan.

18
BAB III
ANALISA SITUASIONAL

A. Profil Rumah Sakit


1. Sejarah rumah sakit
Sejarah rumah sakit dimulai dari keluarnya Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 21215/Kab/1964 yang mencantumkan keberadaaan Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi berada dalam struktur organisasi. Pada tanggal 14
April 1964, penggunaan Rumah Sakit diresmikan oleh Meteri Kesehatan dan
sejak itulah melaksanakan kegiatan operasional sampai sekarang.

2. Tipe rumah sakit


RSUP Dr. Kariadi Semarang merupakan Rumah Sakit Tipe A, Rumah Sakit
terbesar sekaligus berfungsi sebagai Rumah Sakit rujukan di wilayah Jawa
Tengah.

3. Lokasi rumah sakit


Jl. DR Sutomo No. 16, Randusarim Kec. Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa
Tengah, 50244

4. Pelayanan yang diberikan rumah sakit


a. Bidang atau bagian
1) Bidang pelayanan medik
2) Bidang akuntansi
3) Bidang penunjang dan sarana
4) Bagian pelayanan keperawatan
5) Bagian pendidikan dan penelitian atau diklit
6) Bagian hukum,humas dan pemasaran
7) Bagian perencanaan dan evaluasi
8) Bagian pemberdaharaan dan mobilisasi dana
9) Bagian perencanaan dan evaluasi

19
10) Bagian umum
b. Instalasi
1) Instalasi gawat darurat
2) Instalasi diklat dan litbang
3) Instalasi farmasi
4) Instalasi jantung dan pembuluh darah
5) Instalasi geriatri
6) Instalasi bedah central
7) Instalasi kedokteran forensik
8) Instalasi laboratorium
9) Instalasi paviliun garuda
10) Instalasi pemeliharaan, sarana , RS dan sanitasi
11) Instalasi radiologi
12) Instalasi sistem informasi RS dan komunikasi
13) Instalasi gizi
14) Instalasi rawat inap A
15) Instalasi rawat inap B
16) Instalasi rawat intensif atau urin
17) Instalasi rawat jalan atau irja
18) Instalasi rehabilitasi medik
19) Instalasi Rekam medik
20) Instalasi laundry dan CSSD
c. Lain-lain
1) Dewan pengawas
2) Komite medik
3) Kometik etik dan humum
4) Unit pelayanan penggandaan
5) Satuan pemeriksaan inter
6) Komite keperawatan
d. Fasilitas Ruang Perawatan
1) Paviliun garuda

20
2) Ruang elang
3) Ruang kepodang
4) Ruang kenari
5) Ruang geriatri
6) Ruang merpati
7) Ruang rajawali

5. Alur Pelayanan

Pasien dari rawat jalan / IGD

TPPRI

Menerima surat printah Rawat Inap

Ada Penuh

Administrasi Rawat Edukasi tempat


Inap tidur penuh

Pasien menunggu
antrian Rawat Inap

RSUP Dr. Kariadi akan


menghubungi pasien

Ada

21 Administrasi Rawat
Inap
6. Pengkajian Manajemen Ruang Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu PPJA di ruang anak lantai
dasar dan observasi ruang anak lantai dasar secara langsung, didapatkan data,
ruang anak lantai dasar merupakan bangsal rawat inap pasien di RSUP Dr.
Karyadi Semarang. Ruang anak lantai dasar memiliki 52 bad, terbagi dalam tiga
ruang untuk kelas 1 kapasitas 4 tempat tidur untuk kelas dua 8 temat tidur kelas
tiga 15 tempat tidur dan ruang isolasi 16, 2 wastafel, 2 kamar mandi khusus
petugas dan mushola, dan tirai penyekat antar bed. Selain itu ada nurse station,
ruang tindakan, ruang obat, ruang pentry, ruang oksigen transfer, ruang tindakan.
Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan membagi sampah atau limbah dalam
3 tong sampah yaitu limbah tajam, limbah infeksius dan limbah non infeksius.
Strukture organisasi ruang anak lantai dasar 1 terdapat satu kepala ruang dan
terdiri dari 9 PPJA, dan 36 perawat pelaksana , 6 relawan.
Alur penerima pasien baru diruang ini pertama pihak dari TPPRI
menghubungi perawat terkait bed/tempat tidur yang kosong setelah itu jika ada
yang kosong perawat anak lantai dasar menanyakan nama dan diagnosa pasien ke
TPPRI untuk dicatat atau dibooking mengenain bed saat pasien baru sudah
sampai diruang perawat menempatkan pasien baru dibed yang sudah ditentukan
setelah itu perawat dan pengantar pasien baru melakukan operan setelah itu pasien
baru diukur TTV lengkap beserta orintasi dan meminta TTD persetujuan dari
pihak keluarga.

7. Hasil Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 juni 2021 melalui
pendekatan observasi dan wawancara kepala ruang keperawatan, perawat serta
pssien diperoleh data
1. Pengkajian input
a. M1 Man (Sumber Daya Manusia)
1) Recruitment

22
Recrutment untuk pegawai dan perawat di RSUP Dr.Karyadi
Semarang dilakukan dengan cara ujian tertulis, wawancara dan ujian
skill
2) Penempatan
Penempatan sesuai dengan hasil kompetensi perawat. Dikewenangan
klinis perawat yang dilakukan oleh bidang keperawatan, dilakukan
roling sesuai kompetensi berdasarkan kebutuhan dan pelayanan.
3) Strukture organisasi diruangan

KARU
Wiliani Rejeki, S.Kep.Ns,

ADMIN MAP
Liliyana Megawati

PPJA TIM 1 PPJA TIM 2 PPJA TIM 3 PPJA TIM 4

- Sri Mulyani, S.Kep.Ns - Aprelia Hardi, S.Kep.Ns - Siti Musaroah,S.Kep.Ns - Putri Setyani,S.Kep.Ns
- Septi Ismawati - Riadiningsih - Dina Ratnawati,S.Kep.Ns - Atikhin,S.Kep.Ns

PP PP PP PP

1. Nova Destianingsih 1. Ari Widyayanti 1. Dina Triyastuti 1. Afifullah


2. Laylia Novian 2. Raka Siwi Yulia I 2. Eko Murdiyanto 2. Watiq Hadi Ifa
3. Joni 3. Ristiyas Beny Nugroho 3. Artina Yunanda Sari 3. Pinrih Setyo Mulyo
Arifin,S.Kep.Ners 4. Arjuna Haryo Wibowo 4. Fuad Hasyim
4. Febriana Setyowati
4. Ahmad Rofiq 5. Annisa Sya'Banurrahmi 5. Diana Anitasari, S.Kep.
5. Elly Dwi Rahmawati 6. Darsiningsih Ns 5. Wahyuni
6. Cici Winarti Lasiman 7. Thatit Sinubawardani 6. Ardian Wicaksono 6. Miftakhul Huda
7. Andika Wahyulillah 8. Tiza Budiono 7. Tri Teski Mei Ningsih 7. Riski Dwi Ervinda Putra
Arrozak 9. Nugroho Hari Priyantoro 8. Fatia Kanza 8. Lina Agus Wijayanti
8. Dwida Yuli Nugroho
9. Tri Wahyu Margareta
10. Widi Hastuti Puji
Lestari
23
4) Komposisi ketenagaan keperawatan diruangan

Pendidikan Status Pegawai

S1/Ners D3 PNS BLU

13 23 9 25

b. Material
Berdasarkan hasil observasi alat yang ada diruang anak lantai dasar pada
tanggal 22 Juni 2021 didapatkan data sebagai berikut
1) Rencana pengadaan alat
Ada rencana pengadaan alat yang dikelola dari logistik ruang anak
lantai dasar. Program pengadaan alat sudah masuk dalam program
tahunan.
2) Rencana monitoring dan pemeliharaan peralatan
Monitoring peralatan keperawatan dilakukan oleh bagian instalagi
pemeliharaan sarana dengan melihat stadar yang ada dan di sesuaikan
dengan jenis alat yang dipakai karena setiap alat memerlukan
monitoring berbeda. Alur yang digunakan untuk kalibrasi alat yaitu
apabila ada alat yang sudah hampir habis masa berlaku tanggal
kalibrasi maka kepala ruang menyampaikan kepada penanggung
jawab kemudian diteruskan ke bagian IBS.
3) Rencana perbaikan peralatan
Ada rencana perbaikan alat,perbaikan tersebut bersifat momental
dalam arti pengajuan untuk perbaikan baru dilakukan jika alat sudah
rusak
4) Kesesuaian fasilitas peralatan yang ada diruangan dengan stantdar
Fasilitas dan perawatan yang ada di ruang anak lantai dasar sudah
menunjang pelayanan perawatan tetapi ada bebrapa item yang belum
menunjang pelayanan dimasa pandemi yaitu termometer manual

24
5) Penataan ruang
Diruanganak lantai dasar, terbagi dalam tiga ruang untuk kelas 1
kapasitas 4 tempat tidur untuk kelas dua 8 temat tidur kelas tiga 15
tempat tidur dan 20 ruang isolasi imunocomprime 4 tempat tidur, 2
wastafel, 2 kamar mandi khusus petugas dan mushola, pentri, ruang
logistik dan tirai penyekat antar bed. Selain itu ada nurs station, ruang
tindakan, ruang obat.
6) Standar pengadaan alat
Ada standar pengadaan alat diruang anak lantai dasar perencanaan
peralatan keperawatan disusun berdasarkan hasil pengkajian, perkiraan
kebutuhan jumlah dan jenis pelayanan
7) Standar penyimpanan dan pemeliharaan alat
Standar tentang penyimpanan dan pemeliharaan alat sudah ada.
Penyimpanan alat steril,alat medis,linen menggunakan prinsip FIFO
(firs in firs out) agar alat yang masa kadarluarsa lebih awal dapat
digunakan lebih dulu .
8) Standar adminitrasi obat obatan
Pengelolaan obat dilakukan berdasarkan kolaborasi dokter,
perawat,dan farmasi.obat diletakan diruang obat sesuai dengan
kebutuhan penyimpanan obat bila obat perlu di simpan di suhu 2-8 0C
obat disimpan di kulkas.bila obat perlu di simpan di suhu ruangan
maka diletana diletakan diloker pasien sesuai dengan nama dan nomer
rekam medis pasien dengan suhu ± 250C.serta kelembaban 60% dalam
ruang berAC. Obat HAM dan LASA tidak disimpan diruangan tetapi
di ICU,IGD dan depo Farmasi.
Obat HAM dan LASA tersebut terdapat diruangan jika diperlukan dan
dilakukan double sebelum digunakan.
Obat yang sudah diresepkan tetapi di stop atau pasien pulang makan
obat akan diretur ke depo Farmasi.pengelolaan obat diruang anak
lantai dasar sebagai berikut :

25
a) Dokter memeberikan advice kepada perawat tentang terapi obat
yang diberikan melalui RME
b) Perawat memberikan form obat ke farmasi
c) Pihak farmasi memberikan obat ke perawat
d) obat injeksi dan oral ditempatkan di loker obat sesuai dengan nama
dan RM pasien
e) obat injeksi dan oral disiapkan dan diberikan sesuai dosis oleh
perawat
9) Pencatatan dan pelaporan
Diruang anak lanatai dasar terdapat alat pencatatan dan pelaporan
berupa RME,formulir pengobatan,formulir keterangan kematian,
formulir permintaan obat, formulir retur obat, formulir infom concent.
10) Supervisi
Supervisis dilakukan setiap hari secara randome oleh karu kepada
PPJA dan PP mengenai tindakan proses keperawan,dokumentasi
keperawatan, alat dan bahan, SOP dll.

Menagemen material diruang anak lantai dasar


No Nama Alat Jumlah
1 Computer Set 11
2 Almari Obat 3
3 Almari Linen 2
4 Kursi Roda 5
5 Troli Tindakan 4
6 Troli Injeksi 4
7 Emergency 3
8 Timbangan Injak 3
9 Bad Pasien 43
10 EKG 1
11 Tensi Digital 3
12 Stetoskop 4

26
c. Metode
1) Metode pelayanan asuhan keperawatan
Ruang anak lantai dasar satu menerapkan metode penugasan
moduler yaitu sekelompok pasien yang dikelola oleh sekelompok perawat
dalam tim nya mulai pasien masuk sampai pasien pulang. Semua perawat
yang bertugas di RSUP Dr.Karyadi mengerti dengan metode keperawatan
yang digunakan. Metode ini sudah sesuai dengan kemampuan masing
masing perawat, perawat mengatakan metode ini sudah sesuai dengan visi
dan misi rumah sakit, model asuhan keperawat ini tidak terlalu
mempengaruhi lama perawatan pasien.
2) Hand over / Timbang Terima
Di ruang anak lantai dasar 1 overan jaga dilakukan sebanyak 3x
dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam hal-hal yang disampaikan dalam
overan adalah kondisi pasien saat itu, diagnosa medis, rencana program,
terapi yang diberikan untuk pasien, dan hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital. Ada catatan khusus untuk hasil overan kemudian, masing-masing
perawat yang akan bertugas dijam berikutnya menyiapkan catatan
program-program yang harus dilakukan sift berikutnya.
Berdasarkan observasi yang dilakukan tidak ada kendala saat
overan. Kedatangan perawat yang bertugas sift selanjutnya datang tepat
waktu dan overan 15 menit sebelum pulang. Komunikasi yang digunakan
juga sudah lengkap dalam menyampaikan hasil laporan dan semua perawat
mengikuti overan jaga, saat proses overan perawat menggunakan kertas
bantu dalam mencatat hasil laporan jaga sebelumnya, bentuk
pendokumentasian laporan menggunakan SOAP. Setelah overan perawat
melakukan interaksi dengan pasien atau berkeliling ke kamar pasien.
3) Ronde keperawatan
a) Kajian Teori
Menurut Kozier, Erb & Berman (2010), menyatakan bahwa
ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih
perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan

27
membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan
memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
telah diterima pasien.
Mekanisme ronde keperawatan (Nursalam & Efendi, 2008) yaitu :
(1) Perawat sebelum melakukan ronde keperawatan sebaiknya
membaca laporan mengenai pasien melalui status pasien selama
2-3 menit.
(2) Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan. Sebaliknya dipilih pasien yang membutuhkan
perawatan khusus dengan masalah yang relatif kompleks
(3) Ketika ronde keperawatan dilakukan pada pasien, perawat
melaporkan kondisi, tindakan yang sudah dilakukan dan akan
dilakukan, pengobatan serta rencana yang lain
(4) Waktu yang dilakukan untuk melakukan keseluruhan ronde
adalah setiap hari dengan waktu kurang lebih 20-30 menit ketika
intensitas kegiatan di ruang rawat sudah relatif tenang
(5) Setelah ronde keperawatan dilakukan diskusi dengan perawat
yang mengikuti ronde keperawatan untuk menyelesaikan atau
memecahkan masalah pada pasien.
b) Kajian Data dan Analisa
(1) Hasil Wawancara
Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan kepala
ruangan anak lantai dasar, didapatkan informasi bahwa diruangan
telah dilaksanakan ronde keperawatan. Ronde keperawatan
biasanya dilakukan kepada pasien yang dirawat lebih dari 10 hari

28
(2) Hasil Analisa Data
Tabel : Hasil Analisa data Ronde Keperawatan
No. Data Fokus Yang Hasil Observasi
Dinilai
1. Pelaksanaan Ronde Berdasarkan hasil observasi selama 4 hari di ruang
Keperawatan Anak Lantai Dasar, sejauh ini ruangan didapatkan
informasi bahwa pelaksanaan ronde keperawatan
belum pernah dilakukan, berlangsung 1 bulan sekali,
ronde keperawatan biasanya membahas kasus sulit ,
semua tim yang bersangkutan seperti dpjp, ppja,
residen, karu akan membahas kasus dan kendala
pengobatan.
Masalah -

4) Pendokumentasian keperawatan
Proses pendokumentasian catatan perkembangan keperawatan yang
menggunakan SOAP sudah terdokumentasi menggunakan RME, dan
dokumentasi berupa lembar persetujuan pasien terdapan pada RM pasien
Model dokumentasi yang digunakan di ruangan adalah ERM
(Elektronik Rekam Medik). Model dokumentasi ERM ini mengurangi
beban kerja perawat karena dapat mempersingkat waktu, kendala yang
dialami saat ini adalah perawat belum sepenuhnya terbiasa, selain itu
perawat harus sering mengecek ERM untuk mengetahui advis dokter
terbaru.
Secara administratif rekam medis elektronik bermanfaat sebagai
gudang penyimpanan informasi secara elektronik mengenai status
kesehatan dan layanan kesehatan yang diperoleh pasien sepanjang
hidupnya.

(1) Hasil Wawancara

29
Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Kepala
Ruangan, didapatkan informasi bahwa Ruang Anak Lantai Dasar
menggunakan model dokumentasi keperawatan ERM.
(2) Hasil Analisis Data

Tabel : Hasil Analisa data Dokumentasi Keperawtan

No
Data Fokus Yang Dinilai Hasil Observasi
.
1. Model Dokumentasi
Keperawatan
a. Menurut hasil wawancara
yang telah dilakukan
dengan Kepala Ruangan,
didapatkan informasi
bahwa Ruang Anak
Lantai Dasar,
menggunakan model
dokumentasi keperawatan
ERM.
Masalah -

5) Perencanaan pasien pulang


Perencanaan pasien pulang dapat dilakukan melalui cara :
(1) Mengkaji kriteria perencanaan pemulangan
(2) Mengkaji kebutuhan pasien untuk rencana kepulangan
(3) Mengkaji kebutuhan pengelolaan penyakit secara berkelanjutan di luar
RS Kariadi
(4) Melakukan tindakan lanjut rencana pemulangan pasien
(5) Konsul MPP jika kondisi pasien sesuai dengan kriteria pemulangan
(6) Edukasi yang diberikan untuk rencana pemulangan pasien
a) Perawatan luka
b) Cara merawat anak di rumah
c) Cara memberikan dan jadwal pemberian obat peroral
d) Cara pemberian minum melalui NGT, cara pemberian, posisi
tidur, penggantian slang, pembersihan dan penyeterilan alat
minum

30
e) Cara pemberian oksigen selama di rumah, peralatan dan
pemakaian alat, weaning oksigen
f) Peralatan medis dan peralatan minum yang harus dibeli keluarga
untuk persiapan di rumah
g) Mengenali tanda kegawatan dan penangananya
d. M4 Money
Berdasarkan hasil wawancara tentang sistem keuangan di Ruang Anak
Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi didapatkan data sebagai berikut:
1) Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang
diperoleh dari Anggaran Kementerian Kesehatan. Sehingga Ruang Anak
Lantai Dasar tidak mengelola keuangan secara mandiri. Pembiayaan klien
sebagian besar dari BPJS baik BPJS PBI maupun BPJS Non-PBI dan
biayasendiri (umum).
Untuk permintaan barang, pihak Ruang Anak Lantai Dasar order ke
IBS yang nanti diteruskan ke badan logistik RS. Sumber dana untuk
program peningkatan profesionalisme dalam mengikuti seminar pelatihan
atau melanjutkan studi dibiayai oleh bidang diklat rumah sakit atau juga
bisa melalui beasiswa atau dari kemenkes untuk melanjutkan studi (tugas
belajar).

31
2) Jenis Pembiayaan Klien
a) BPJS
Peserta BPJS terdiri dari:
(1) PBI (Penerimaan Biaya Iuran)
Peserta PBI adalah klien yang mendapatkan jaminan dari
pemerintah seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Jamkesmas. Kartu
Indonesia belum tentu diberikan pada klien atau peserta yang kurang
mampu (miskin) yang ditempatkan di kelas 3, tetapi terdapat kode
tertentu di KIS yang menunjukkan wilayah dan kelas. Di Ruang Anak
Lantai Dasar terdapat pasien dengan PBI dengan persentase 90%.
(2) Non-PBI
Peserta BPJS non-PBI adalah klien yang menggunakan BPJS
peserta umum atau mandiri dimana setiap bulan membayar iuran sesuai
dengan kelas yang dikehendaki. Alur penerimaan klien unit rawat inap
yang menggunakan BPJS yaitu klien melakukan proses transaksi di
IKPK/ Pengendali BPJS dengan sebelumnya mendapatkan surat
pengantar rawat inap serta surat keterangan masuk rumah sakit dari
ruangan (Anak Lantai Dasar) yang digunakan sebagai jaminan.
Selain surat pengantar rawat inap dan keterangan masuk rumah
sakit yang dibutuhkan lagi antara lain, kartu
BPJS/KIS/JAMKESDA/JAMKESMAS/SKTM, surat pengantar dari Poli
atau IRD serta fotocopy KTP/ KK. Kemudian diserahkan pada tim
pengendali BPJS, setelah dari tim pengendali klien akan mendapat SEP
(Surat Eligibitas Peserta) warna merah muda sebagai bukti bahwa klien
telah dijamin oleh pihak BPJS. Dii ruangan Anak Lantai Dasar peserta
atau pasien BPJS non-PBI, dengan persentase sebesar 10%.
b) Biaya Umum
Klien membayar semua biaya pelayanan kesehatan yang telah diterima
tanpa menggunakan surat-surat apapun.

32
3) Billing System
Pelaksanaan billing klien di ruang Anak Lantai Dasar dilakukan oleh
petugas administrasi. Adanya petugas yang melaksanakan billing dapat
mengurangi beban kerja perawat. Petugas tersebut merekap semua jenis
pelayanan yang diterima klien kemudian disajikan dalam bentuk Rincian Biaya
Klien. Akan tetapi jika petugas administrasi libur atau sedang mengambil cuti,
maka perawat yang hari itu dinas ia yang menggantikan sif petugas administrasi,
diganti petugas administrasi dari ruang Anak Lantai 1, ataupun dari ruang Kenari.
4) Gaji Pegawai
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari
Kementerian Kesehatan, sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan Gaji dari
RSUP Dr. Kariadi sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Pusat Daerah Dr. Kariadi Semarang tentang pedoman pemberian gaji pegawai
harian kontrak di lingkungan rumah sakit umum pusat Dr. Kariadi Semarang.
e. Market
Pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RS, pelanggan dengan
ansuransi kesehatan, dan kerja sama yang baik antar pihak rumah sakit dengan
institusi pendidikan

Pendidikan Status Pegawai

S1/Ners D3 PNS BLU

13 23 9 25

8. Analisa Swot

NO ANALISA SWOT
1 M1 Sumber Daya Manusia (Man) / Ketenagaan
a. Strength (Kekuatan)
1) Sudah menggunakan metode modular dimana modifikasi metode tim dan
metode primer
2) Jenis Ketenagaan :
a) S1 Ners : 13
33
b) DIII Kep : 23
c) PNS : 9
d) Kontrak 25
3) Indikator pelayanan rawat inap :
a) BOR : 85 %

b. Weakness (Kelemahan)
1) AVLOS = 30 (tinggi)
Average Length of Stay (AVLOS) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien.
Rumus : Jumlah hari perawatan pasien keluar/Jumlah pasien keluar
(hidup+mati)

2) TOI = 7 hari (tinggi)


Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati
dari saat diisi ke saat terisi berikutnya.
Rumus : (Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS/ Jumlah pasien keluar
(hidup+mati)

c. Opportunity (Kesempatan)
1) Adanya kesempatan untuk mengikuti pelatihan bagi perawat yang belum
memiliki kompetensi
2) Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi
3) Adanya program akreditasi Rumah Sakit dari pemerintah dimana MPKP
merupakan salah satu penilaian

d. Treathened (Peluang)
1) Adanya harapan tinggi dari masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit
tipe A
2) Masyarakat mulai memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hukum yang
berhubungan dengan kesehatan
3) Makin tingginya kesadaran masyarakat tentang kesehatan

2 M2 / Material
a. Strength
1) Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien, tenaga
kesehatan, dan keluarga pasien

2) Rumah Sakit pemerintah tipe A sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan

34
dan rujukan
3) Tersedianya nurse station
4) Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang
kesehatan sudah ada

b. Weakness (Kelemahan)
Tidak ditemukan masalah

c. Opportunity (Kesempatan)
1) Adanya perbaikan sarana dan prasarana yang rusak
2) Adanya pelatihan tentang pengoperasian alat

e. Theathened (Peluang)
1) Berkembangnya teknologi menuntut perawat untuk meningkatkan
keahliannya

3 M3 / Methode
a. MPKP Strength (Kekuatan)
1) Rumah sakit memiliki visi dan misi sebagai acuan melaksanakan kegiatan
pelayanan
2) Sudah ada model MAKP yang digunakan yaitu MAKP modular modifikasi
3) Terlaksananya komunikasi yang adekuat perawat dan tim kesehatan lain

b. Weakness
Tidak ditemukan masalah

c. Opportunity
1) Adanya mahasiswa Profesi Ners praktik manajemen keperawatan

2) Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat


3) Adanya kebijakan Rumah Sakit tentang pelaksanaan MAKP

d. Theathened
1) Masyarakat yang semakin mulai paham tentang hukum yang berlaku serta
menyadari pentingnya kesehatan

4 M4 / Money
a. Strength

a.Ada pendapatan dari jasa medik untuk pasien dengan biaya askes

35
jamsostek BPJS yang dapat diklaim setelah perawatan
b. Ada mendapatkan jaminan dari pemerintah seperti Kartu Indonesia
Sehat (KIS) dan Jamkesmas

d. Weakness
Tidak ditemukan masalah

e. Opportunity
Pengeluaran sebagian dibiayai institusi
Theathened

Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih professional sehingga membutuhkan pendanaan yang lebih
besar untuk mendanai sarana dan prasarana

9. Fishbone Disetiap kamar pasien


Metode diberi gambar tentang
mencuci tangan
Manusia
keluarga pasien diberikan cara
Lupa cuci tangan yg benar melalui
vidio/youtub
Kurang
pengetahuan Rendahnya Kepatuhan
keluarga pasien dalam
mencucui tangan
Pengunaan tisu
tidak efisien

Keluarga pasien yang


belum patuh dalam
mencuci tangan
Sarana
prasarana
Lingkungan

10. Menetapkan Prioritas Masalah

36
Tabel : Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor
1. Lama perawatan pasien di Ruang Anak 3 2 3 4 4 16
Lantai 1 melebihi batas maksimal
dimana menurut kepala ruangan
mengatakan bahwa tingginya AVLOS
dikarenakan pernah terjadi peningkatan
lama perawatan pasien.
2. Hasil pengkajian tanggal 25 juni 2021 5 4 3 4 3 19
pukul 08.00 di dapatkan dari 10
pengunjung dengan pendidikan s1 1
orang, 7 orang lulusan sma, dan 2 orang
lulusan smp.
Didapatkan 4 dari 10 yaitu 40% keluarga
dan pengunjung ruang Anak Lantai Dasar
mengatakan bahwa ia sering lupa
langkah cuci tangan 6 benar. 3 dari 10
yaitu 30% keluarga dan pengunjung
ruang Anak Lantai Dasar mengatakan
bahwa ia terburu-buru saat cuci tangan,
sehingga cuci tangan yang dilakukan
tidak sesuai dengan langkah cuci tangan
6 benar. 3 dari 10 yaitu 30% keluarga
dan pengunjung ruang Anak Lantai Dasar
mengatakan bahwa ia enggan untuk
pergi ke wastafel cuci tangan ataupun
mengambil cairan disinfektan karena
harus meninggalkan pasien dari tempat
tidur.

37
11. Plan of action

No Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran target Media Waktu PJ


1 Ketidak Untuk Pengunjun, Leaflet,
patuhan
memutus 1. Memberikan keluarga 100% hp 25 juni Kepala
keluarga
pasien rantai reedukasi yang pengunjung android 2021- ruang,
dalam
infeksius tentang cuci menunggu dan keluarga 28 juni ketua tim,
mencuci
tangan tangan dengan pasien dapat 2021 perawat
benar. melakukan pelaksana
2. Membagikan cuci tangan 6
gambar langkah
langkah dengan baik
langkah cuci dan benar
tangan dengan
benar
3. Memberikan
link youtube
cuci tangan
dengan benar

38
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Implementasi/ Penyelesaian Masalah Manajemen Ruangan


Pelayanan dan asuhan keperawatan terhadap pasien merupakan bentuk pelayanan
profesional yang bertujuan untuk membantu pasien memulihkan dan meningkatkan
kemampuan dirinya, tindakan perawat dilakukan secara komperhensif dan
berkesinambungan (Gillies, 1990). Dengan adanya undang-undang perlindungan konsumen
(UUPK) rumah sakit dituntut lebih meningkatkan pelayanan.
Pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan suatu sistem atau pola kerja yang
disebut dengan sistem penugasan. Sistem penugasan terdiri atas penugasan mandiri,
fungsional, tim, moduler dan primer. Sistem penugasan keperawatan tidak hanya
menekankan proses, tetapi juga hasil. Hasil yang diharapkan dari sistem penugasan anatara
lain kepuasan kerja perawat, kepuasan pasien, lama rawat pendek, pendokumentasian
asuhan keperawatan asuhan optimal (Tappen, 1998)
Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan,
sikap, motivasai, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Salah satu bentuk perilaku yang
terdapat dalam hal kesehatan yaitu kebersihan diri. Bentuk perilaku hidup sehat adalah
dengan menjaga kebersihan diri, salah satunya bentuk kebersihan diri yang paling mudah
yaitu mencuci tangan.
Di ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi Semarang, di dapatkan masalah salah
satunya tentang “Kepatuhan Keluarga dan Pengunjung dalam Cuci Tangan 6 Benar”. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan keluarga dan pengunjung dalam cuci
tangan 6 benar yang didapatkan dari hasil wawancara langsung kepada keluarga dan
pengunjung di ruang Anak Lantai Dasar.
Didapatkan 4 dari 10 yaitu 40% keluarga dan pengunjung ruang Anak Lantai Dasar
mengatakan bahwa ia sering lupa langkah cuci tangan 6 benar. 3 dari 10 yaitu 30% keluarga
dan pengunjung ruang Anak Lantai Dasar mengatakan bahwa ia terburu-buru saat cuci
tangan, sehingga cuci tangan yang dilakukan tidak sesuai dengan langkah cuci tangan 6
benar. 3 dari 10 yaitu 30% keluarga dan pengunjung ruang Anak Lantai Dasar mengatakan

39
bahwa ia enggan untuk pergi ke wastafel cuci tangan ataupun mengambil cairan disinfektan
karena harus meninggalkan pasien dari tempat tidur.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan
menerapkan universal precaution, dimana salah satunya adalah dengan mencuci tangan.
Akan tetapi sampai saat ini kepatuhan keluarga pasien melakukan cuci tangan sesuai
prosedur yang telah ditetapkan, masih sangat kurang. Hal tersebut diantaranya karena tidak
memahami prosedur yang benar mencuci tangan dan tidak tahu dampak yang timbul sebagai
akibat tidak mencuci tangan. Sebuah tantangan besar bagi rumah sakit untuk
mempromosikan program cuci tangan ini. Studi lain menjelaskan pemberian pendidikan
kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku cuci tangan pada keluarga
di rumah sakit. Penggunaan metode ceramah, demonstrasi, dan latihan merupakan salah satu
cara yang dapat meningkatkan , sikap dan intensitas perilaku keluarga tentang pentingnya
cuci tangan ketika di lingkungan rumah sakit.
Upaya meningkatkan kepatuhan keluarga pasien dalam mencuci tangan adalah
dengan meningkatkan pengetahuan keluarga pasien, melalui pemberian edukasi. Menurut
Notoatmodjo (2012), edukasi tidak dapat terlepas dari media karena dengan media, pesan
yang disampaikan dapat lebih menarik dan mudah dipahami sasaran. Dalam hal ini untuk
mempengaruhi sikap mencuci tangan keluarga pasien lebih baik diperlukan edukasi cuci
tangan menggunakan link video youtube dan disertai dengan demonstrasi untuk mengubah
sikap cuci tangan pada keluarga pasien. Demonstrasi yaitu cara untuk menyajikan suatu
topik langkah-langkah cuci tangan menggunakan air mengalir ataupun handscrub antiseptik
berbasis alkohol untuk memperlihatkan bagaimana menjalankan suatu tindakan sesuai
prosedur. Metode yang kami gunakan disini adalah dengan menggunakan link youtube
tentang video 6 langkah cuci tangan yang benar untuk meminimalisir keluarga lupa dengan
langkah yang diajarkan. Berikut link yang kami gunakan https://youtu.be/Jg8S09oHmpE

40
B. Diskusi
Hasil diskusi kelompok mahasiswa praktek manajemen, bahwa akan melakukan
“Edukasi Pasien Baru dan Selalu Mengingatkan Saat Operan Jaga Sift Dalam Kepatuhan
Cuci Tangan 6 Benar” Salah satu metode yang kelompok kami ambil yaitu dengan
menggunakan link You-Tube Cuci Tangan Dengan Benar untuk meminimalisir keluarga dan
pengunjung lupa dengan langkan cuci tangan 6 benaryang telah di ajarkan perawat ruangan.
Link youtube 6 langkah cuci tangan : https://youtu.be/Jg8S09oHmpE

41
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning,
organizing, actuating, controlling terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan
pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan Manajemen
keperawatan sangat mendukung proses keperawatan, dimana perawat bekerja melalui
personal untuk melaksanakan perawatan, pengobatan dan memberi rasa nyaman kepada
pasien. Dalam keperawatan manajemen kaitanya untuk melaksanakan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, staffing, kepemimpinan dan controlling (evaluasi).
Hasil dari praktek manajemen keperawatan di ruang Anak Lantai Dasar RSUP
Dr.Kariadi Semarang yang dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi adalah
kurangnya kepatuhan keluarga dan pengunjung dalam cuci tangan. Pendidikan kesehatan
terhadap perilaku cuci tangan 6 langkah diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhan keluarga pasien dalam cuci tangan dengan benar.

B. SARAN

Diharapkan pengetahuan keluarga dan pengunjung dalam cuci tangan dengan benar
di ruang Anak Lantai Dasar RSUP Dr. Kariadi Semarang perlu selalu diperbaharui,
ditingkatkan serta teknik pemberian edukasi yang lebih menarik dan bisa selalu diakses
ketika lupa, misalnya dengan memberikan link youtube cuci tangan dengan benar agar dapat
diakses sewaktu waktu perlunya supervisi untuk meningkatkan kepatuhan keluarga pasien
dalam cuci tangan dengan kontinyu, terjadwal serta tertib. Diharapkan setelah diberikan
edukasi tentang 6 langkah cuci tangan yang benar, keluarga pasien mengetahui bahwa jika
pada saat di rumah sakit kita bisa tertular penyakit dan bisa menularkan infeksi yang ada di
rumah sakit jika tidak berperilaku baik dalam mencuci tangan pada keluarga pasien.

42
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR CUCI TANGAN 6 LANGKAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh
Ketua STIKES Karya Husada Semarang

     STANDAR
OPERASIONAL
      PROSEDUR
Dr. Ns. Fery Agusman MM,
M.Kep,Sp.Kom

Cuci tangan adalah membasuh kedua telapak tangan dengan sabun


PENGERTIAN
dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
TUJUAN Untuk menghilangkan kuman
1. Tuang sabun pada telapak tangan usab dan gosok kedua telapak
PROSEDUR tangan secara lebut dengan arah memutar
PELAKSANAAN 2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela – sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan jari secara bergantian dengan posisi saling mengunnci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Aktifkan ujung jari ketelapak tangan kemudian gosok perlahan

DOKUMEN
TERKAIT 1. Catat perkembangan yang dilakukan

43
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E., & dkk. (2017). Hubungan Pre dan Post Conference Keperawatan Dengan
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Di RSUD DR.Achmad Mochtar Bukittinggi. Jurnal
Keperawatan, 117-124.
Amri, A. d. (2017, September 13). Makalah Manajemen Keperawatan. Retrieved September 26,
2020, from Dokumen Tips: https://dokumen.tips/documents/makalah-manajemen-
keperawatan-pdf.html
Azwar, A. (1996). Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta : Pustaka sinar harapan.
Candra Saputra, dkk. 2020. Andra’s Nursing Informatic System Application (Annisa) Dalam
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Perawat Tentang Dokumentasi Keperawatan. Jurnal
Keperawatan Silampari. 4
Dewi Rosmalia, dkk. 2014. Analisis Sistim Manajemen Dokumentasi Keperawatan pada
Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Bukittinggi. Jurnal Kesehatan Andalas. 3
Fitrianola Rezkiki, dkk. 2019. Pengaruh Pelaksanaan Pre Dan Post Conference Terhadap
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Jurnal Real In Nursing. 2
Gillies. (1994). Nursing management : System approach. (3th ed). Philadelphia : W. B. Saunders
Co.
Grant, A. B. (1991). Nursing Leadership Management, and Research. Pennysylvania :
Springhouse Corporation.
Komang. (2017). Metode asuhan keperawatan professional. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. 1-19.
Nursalam. (2013). Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktek keperawatan profesional.
Edisi 2. Jakarta : Salemba medika.
Rezkiki, F., & dkk. (2019). Pengaruh Pelaksanaan Pre Dan Post Conference Terhadap
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Real In Nursing Journal, 21-28.
Sarwoto. (1991). Dasar dasar organisasi manajemen . Jakarta : Ghalia.
Suzanna. (2013). Studi komparatif tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap dengan metode
penugasan tim dan belum menerapkan metode penugasan tim di RSUP Dr.Mohammad
Hoesin Palembang. http://stikesmp.ac.id/jurnal-stikes-mp/.Diakses 25 Mei 2019.

44
Tussaleha. (2014). Hubungan penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksanan diruang
rawat inap interna di rsud daya kota Makasar.
http://docplayer.info/56101225.repo.unand.ac.id/. Diakses 07 mei 2019.

45
46
47

Anda mungkin juga menyukai