Oleh :
1. Farah Diba
2. Hartutik
3. Heny Kristanti
4. Siti Nurkhamah
5. Yohana Prawida
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan
yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong
tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi
bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi
terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi
BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes
RI 2005)
Riskesdas menyajikan persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan
BBLR menurut karakteristik. Persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek
dan BBLR pada kelompok umur 0-5 bulan paling tinggi dibanding kelompok umur
lainnya. Informasi ini menunjukkan persentase balita dengan riwayat lahir pendek dan
BBLR semakin meningkat. Persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan
BBLR pada perempuan (4,9%) lebih tinggi daripada laki-laki (3,8%).
Persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan BBLR cenderung
menurun seiring dengan semakin meningkatnya pendidikan. Menurut pekerjaan,
terlihat kecenderungan persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan
BBLR lebih tinggi pada kelompok kepala rumah tangga yang tidak bekerja dan
petani/nelayan/buruh dibandingkan kepala rumah tangga yang bekerja sebagai
PNS/TNI/Polri/Pegawai. Menurut tempat tinggal, balita yang tinggal di perkotaan
(4,4%) sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (4,2%).
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami
konsep Bayi Baru Lahir dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan mengerti
juga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat untuk BBLR.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<
37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Arief, 2009).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Pantiwati, 2010).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram baik dengan usia cukup bulan maupun kurang bulan.
B. Klasifikasi BBLR
1. Berdasarkan BB lahir
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. .BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan
a. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau
disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
b. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post
term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB- KMK),
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus
Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )
C. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu yang
lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor ibu
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
d. Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
e. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
f. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
2. Keadaan sosial ekonomi
a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang
b. Aktivitas fisik yang berlebihan
c. Perkawinan yang tidak sah
3. Faktor janin, meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar
4. Faktor plasenta, disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
5. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
D. Manifestasi Klinis
1. Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m. Nadi 100 – 140 kali / menit
2. Gambaran klinis BBLR secara khusus :
a. Tanda-tanda Bayi Prematur
1) BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
2) Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3) Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
4) Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
5) Kepala mengarah ke satu sisi.
6) Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak peristaltik usus.
7) Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8) Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9) Pergerakan kurang dan lemah.
10) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
11) Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur
12) Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha
abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
13) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).
b. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
1) Preterm sama dengan bayi premature
2) Term dan post term :
a) Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b) Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c) Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d) Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e) Tali pusat kuning kehijauan.
f) Mekonium kering.
g) Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB
E. Patofisiologi
Bayi dengan BBLR dapat disebabkan oleh multi faktor seperti faktor ibu
(komplikasi kehamilan, menderita penyakit, penyalahgunaan obat, usia ibu yang
terlalu muda < 20 tahun, jarak kelahiran yang terlalu dekat) , faktor plasenta (penyakit
vaskuler, tumor, kehamilan ganda, malformasi), faktor janin (kelainan kromosom,
malformasi), faktor lingkungan (zat dan radiasi) yang dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan < 2500 gr, dengan berat badan yang kurang dari batas normal
tersebut mengakibatkan jaringan lemak lebih tipis dan kehilangan panas dari kulit,
maka timbulah masalah risiko ketidaseimbangan suhu tubuh.
Bayi BBLR yang prematuritas/ belum cukup bulan mempunyai fungsi organ yang
belum sempurna dan sistem kekebalan tubuhnya menurun yang mengakibatkan
masalah keperawatan risiko infeksi. Fungsi organ paru-paru yang belum sempurna,
pertumbuhan dinding dada belum sempurna kemudian terjadi insufisiensi pernafasan
yang dapat mengakibatkan masalah keperawatan risiko pola nafas/ jalan nafas tidak
efektif.
Fungsi organ otak dan usus yang belum sempurna, terjadi imaturitas sentrum-
sentrum vital, refleks menelan belum sempurna dan diskontinuitas ASI yang
diberikan oleh ibu yang mengakibatkan masalah keperawatan pola makan bayi tidak
efektif.
F. Pathway BBLR
Prematuris Dismaturis
Faktor ibu : Usia<20 thn Faktor Placenta: penyakit Faktor Janin: kelainan Faktor Gangguan: Faktor lingkungan
Paritas, Ras, Infertilitas. vaskuler, kehamilan ganda, kromosom, Malformasi, Pertukaran zat antara Zat dan radiasi
Riwayat kehamilan tak baik, Malformasi, Tumor TORCH, kehamilan ganda Ibu dan Janin
Rahim abnormal, dll. Retardasi pertumbuhan
intra uterin
Bayi lahir premature
Dinding bagian bawah otot BBLR (<2500gr)
Rahim melemah (BBLR/BBSLR)
Resiko ketidakseimbangan
Suhu tubuh
Refleks menelan
Belum sempurna
LAPORAN KASUS
A. Riwayat Kelahiran
No Tahun L/P BB Keadaa Komplikas Jenis Tempat Ket
Lahir Lahir n Bayi i Persalinan Lahir
1 2012 P 2700 Sehat Tidak ada SC RS Sehat
2. 2018
(hamil ini)
C. Riwayat Persalinan
BB/TB Ibu : 71 kg/ 165 cm
Keadaan umum ibu : Tampak sakit sedang
Jenis Persalinan : Sectio Caesar
Kala I : - jam
Kala II : - jam
Fetus : -
Lamanya ketuban pecah : -
Persalinan di : Ruang OK, RS. Bhayangkara
Tanda Vital :
Tensi : 140/90 mmHg N : 88x/mnt S : 36,10 C RR : 22x/mnt
Proses persalinan : Sectio Caesar
Indikasi : Pre Eklamsi Berat
Komplikasi persalinan ibu : -
Kondisi ketuban : jernih
D. Keadaan Bayi Saat Lahir
Tanggal Lahir : 15 April 2018
Jam : 13.07 WIB
Sex : Laki - laki
Kelahiran : Tunggal
9. Tulang
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 29 cm
Lingkar perut : 36 cm
ANALISA DATA
Tanggal/ Data Etiologi Problem
Waktu
16 April Subyektif: Prematuritas, Ketidakcukupan ASI
2018/
Bayi belum dapat dikaji Latching on tidak
15.00
keluhannya. efektif,
Keluarga mengatakan bayi Reflek menghisap
BAK sedikit tidak efektif
Obyektif:
1. Bayi sering menangis.
2. Sering mencari puting susu
3. Bayi tampak lemas
4. ASI ibu belum banyak
produktif keluar.
1. Bayi kadang muntah
16 April Subyektif: BBLR, Usia Resiko
2018/
Bayi belum dapat dikaji kehamilan kurang, ketidakseimbangan suhu
15.00
keluhannya. paparan lingkungan tubuh
Ibu mengatakan asi belum dingin, status
banyak keluar kenyamanan :
Obyektif: lingkungan
2. Suhu lingkungan bayi 27oC.
3. Suhu bayi 36,1 o C
4. BB bayi : 2100 gr
5. Kulit bayi tampak kering
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakcukupan ASI berhubungan dengan Prematuritas, Latching on tidak efektif,
Reflek menghisap tidak efektif
2. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan BBLR, Usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin, status kenyamanan : lingkungan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal/ Diagnosa Tujuan (NOC) Rencana Tindakan (NIC)
Waktu
16 April Ketidakcukupan ASI Breastfeding Bottle feeding:
2018/ berhubungan dengan ineffektiv 1. Posisikan bayi semi
15.00 Prematuritas, Latching Breathing pattern fowler
on tidak efektif, inefective 2. Lakukan pemberian
Reflek menghisap tidak Breasfeeding dengan bantuan susu
efektif interupted dengan dot selama ASI
Batasan karakteristik : Kebutuhan ASI bayi belum berproduksi baik
Keberhasilan terpenuhi setelah 3. Pantau intake dan output
menyusu : bayi dilakukan tindakan cairan
Status nutrisi bayi keperawatan selama 3 x 4. Perhatikan adanya edema,
24 jam, dengan kriteria kaji tingkat hidrasi bayi
hasil : 5. Kaji reflek hisap dan
- Menyusui secara menelan bayi
mandiri 6. Timbang BB / hari
- Tetap dengan timbangan yang
mempertahankan sama
laktasi 7. Beri ASI atau PASI tiap 2
- Bayi tidak mengalami jam jika tidak terjadi
penurunan BB retensi
- Bayi tidak mengalami 8. Bersihkan sisa-sisa susu
dehidrasi di mulut bayi
- Intake bayi cukup,
sesuai dengan
program
16 April Risiko Bayi tidak mengalami
1. Pantau aksila bayi, kulit,
2018/ ketidakseimbangan re siko dan lingkungan sedikitnya
15.00 suhu tubuh ketidakseimbangan
30-60 menit selama
berhubungan dengan suhu tubuh setelah
periode stabilisasi
BBLR, Usia dilakukan tindakan
2. Pertahankan suhu
kehamilan kurang, keperawatan selama 3 x
lingkungan dalam zona
paparan lingkungan 24 jam, dengan kriteria
termoneural yang
dingin, status hasil : ditetapkan sesuai dengan
kenyamanan : - Suhu tubuh dalam
suhu standar inkubator
lingkungan batas normal
dengan
- Tidak ada perubahan
mempertimbangkan BB
Batas karakteristik: warna kulitneonatus, usia gestasi dan
Dasar kuku - Bebas dari tanda-
pakaian yang bisa
sianotik tanda stress dingin
diberikkan.
Pucat sedang atau hipotermia
3. Kaji frekuensi
Penurunan suhu - Pengendalian resiko
pernafasan : perhatikkan
dibawah normal hipertermi takipnea
Kulit dingin 4. Tunda mandi pertama
Tahicardi sampai suhu tubuh stabil.
5. Perhatikkan tanda-tanda
distress dingin
6. Kaji tanda-tanda
hipertermia.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal Jam No Implementasi Respon TTD
DP
16 April 15.00 1 Memantau S : Ibu mengatakan ASI
2018 pemberikan susu per keluar tapi masih sedikit
2 jam O : Bayi tampak rewel
16.00 2 Mengobservasi TTV S : Ibu mengatakan bayi
bayi didekap ibu
O:
Suhu : 36,1 0 C
Nadi : 88 x/mnt
RR : 26x/mnt
16.00 2 Mempertahankan S : Ibu mengatakan bayi jika
suhu lingkungan ngompol segera diganti
popoknya
O : Bayi tampak dibedong
dengan kain yang bersih dan
hangat
16.20 2 Mengkaji S : Ibu mengatakan bayi tidak
pernafasan : takipnea sesak
O : Bayi tampak tidak
takipnea
16.30 2 Mengkaji tanda-tanda S : Ibu mengatakan bayi tidak
hipertermia panas
O : Suhu : 36,1 0 C
Kulit badan bayi teraba hangat
17.00 1 Memantau intake dan S : Ibu bayi mengatakan
output cairan menyusui tiap 2 jam, kira-kira
5 cc, tidak ada muntah
O : Ada BAK saat perawat
mengganti popok
17.00 2 Mengkaji tanda-tanda S : Ibu mengatakan bayi
distress dingin / kadang kedinginan
hipotermia O : Kulit tampak keriput
Kaki terasa agak dingin
Ibu memasang kas kaki dan
tangan
19.00 1 Memantau intake dan S : Ibu bayi mengatakan
output cairan menyusui tiap 2 jam, kira-kira
5 cc, tidak ada muntah
O : Ada BAK saat perawat
mengganti popok
EVALUASI KEPERWATAN
Tanggal Jam No Evaluasi TTD
DP
16 April 20.05 1 S : Ibu bayi mengatakan Produksi ASI keluar
2018 belum banyak, tambahan PASI dengan gelas
O:
- Bentuk puting susu menonjol dan
bersih
- Mamae teraba kencang
- Reflek menghisap ada
- Muntah tidak ada
- ASI peroral 5 cc/2 jam
- PASI : max 10 ml/3 jam
- BB : 2100 gr
A : Masalah kebutuhan ASI belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji reflek hisap dan menelan bayi
- Timbang BB / hari dengan timbangan
yang sama
- Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika
tidak terjadi retensi
- Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
- Observasi intake dan output cairan
- Kaji Bab dan BAK bayi
20.10 2 S : Ibu bayi mengatakan bayi tidak panas
O:
- Keadaan umum bayi baik, menangis
kuat
- Bayi dibedong dengan kain yang
bersih dan hangat
- Observasi TTV :
Suhu : 36,4 0 C
Nadi : 88x/mnt
RR : 26x/mnt
A : Masalah risiko suhu tubuh tidak
seimbang teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV
- Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
- Ganti popok apabila basah
17 April 20.05 1 S : Ibu bayi mengatakan produksi asi mulai
2018 bertambah banyak
O:
- Reflek menghisap ada
- Muntah tidak ada
- ASI peroral 5 cc/2 jam atau sesering
mungkin
- PASI mulai dikurangi
- BB : 2100 gr
A : Masalah kebutuhan ASI teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi
- Timbang BB / hari dengan timbangan
yang sama
- Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika
tidak terjadi retensi
- Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
- Observasi intake dan output cairan
- Kaji Bab dan BAK bayi
20.10 2 S : Ibu bayi mengatakan bayi tidak panas
O:
- Keadaan umum bayi baik, menangis
kuat
- Bayi dibedong dengan kain yang
bersih dan hangat
- Observasi TTV :
Suhu : 36,4 0 C
Nadi : 88x/mnt
RR : 26x/mnt
A : Masalah risiko suhu tubuh tidak
seimbang teratasi
P : Pertahankan Intervensi
- Observasi TTV
- Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
- Ganti popok apabila basah
18 April 20.05 1 S : Ibu bayi mengatakan produksi ASI
2018 semakin bertambah
O:
- Reflek menghisap ada
- Muntah tidak ada
- ASI peroral 8 cc/2 jam
- BB : 2100 gr
A : Masalah kebutuhan ASI teratasi
P : Pertahankan intervensi
Periapan Pulang :
- Anjurkan untuk memantau BB bayi
dengan timbangan yang sama
- Beri ASI setiap 2 jam/ jika bayi
menangis
- Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
- Observasi BAK dan BAB bayi di
rumah
- Kontrol ke RS atau Fasyankes
terdekat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang
rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik.
Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit
lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul
banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan
yang tinggi.
B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Nugraha. (2009). Bayi Baru Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). In H. K. Amin Huda Nurarif, Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogjakarta: Mediaction.
Pantiawati, Ika. (2010). Asuhan Kebidanan Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverati, Atikah dan Cahyo Ismawati Sulistyorini. (2010) .BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Media.
Corwin, J Elizabeth. 2001. Patofisiologi. EGC: Jakarta
Silbernagi, Stefan dan Florian Lang.2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:
Jakarta
Smeltzer, S.C dan Bare B.2008, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Alih Bahasa
Agung W, dkk. EGC : Jakarta.