Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.

N DENGAN BBLR DI RUANG


MELATI RS BHAYANGKARA SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Maternitas

Oleh :

1. Farah Diba
2. Hartutik
3. Heny Kristanti
4. Siti Nurkhamah
5. Yohana Prawida

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan
yang tinggi.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong
tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi
bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi
terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi
BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes
RI 2005)

Riskesdas menyajikan persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan
BBLR menurut karakteristik. Persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek
dan BBLR pada kelompok umur 0-5 bulan paling tinggi dibanding kelompok umur
lainnya. Informasi ini menunjukkan persentase balita dengan riwayat lahir pendek dan
BBLR semakin meningkat. Persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan
BBLR pada perempuan (4,9%) lebih tinggi daripada laki-laki (3,8%).

Persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan BBLR cenderung
menurun seiring dengan semakin meningkatnya pendidikan. Menurut pekerjaan,
terlihat kecenderungan persentase balita yang memiliki riwayat lahir pendek dan
BBLR lebih tinggi pada kelompok kepala rumah tangga yang tidak bekerja dan
petani/nelayan/buruh dibandingkan kepala rumah tangga yang bekerja sebagai
PNS/TNI/Polri/Pegawai. Menurut tempat tinggal, balita yang tinggal di perkotaan
(4,4%) sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (4,2%).

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami
konsep Bayi Baru Lahir dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan mengerti
juga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat untuk BBLR.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<
37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Arief, 2009).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan
kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Pantiwati, 2010).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram baik dengan usia cukup bulan maupun kurang bulan.

B. Klasifikasi BBLR
1. Berdasarkan BB lahir
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. .BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan
a. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau
disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
b. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post
term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB- KMK),
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus
Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )
C. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu yang
lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor ibu
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
d. Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
e. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
f. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
2. Keadaan sosial ekonomi
a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang
b. Aktivitas fisik yang berlebihan
c. Perkawinan yang tidak sah
3. Faktor janin, meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar
4. Faktor plasenta, disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
5. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

D. Manifestasi Klinis
1. Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m. Nadi 100 – 140 kali / menit
2. Gambaran klinis BBLR secara khusus :
a. Tanda-tanda Bayi Prematur
1) BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari
33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
2) Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3) Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
4) Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
5) Kepala mengarah ke satu sisi.
6) Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering
tampak peristaltik usus.
7) Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8) Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9) Pergerakan kurang dan lemah.
10) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
11) Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur
12) Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha
abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
13) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).
b. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
1) Preterm sama dengan bayi premature
2) Term dan post term :
a) Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b) Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c) Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d) Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e) Tali pusat kuning kehijauan.
f) Mekonium kering.
g) Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB

E. Patofisiologi
Bayi dengan BBLR dapat disebabkan oleh multi faktor seperti faktor ibu
(komplikasi kehamilan, menderita penyakit, penyalahgunaan obat, usia ibu yang
terlalu muda < 20 tahun, jarak kelahiran yang terlalu dekat) , faktor plasenta (penyakit
vaskuler, tumor, kehamilan ganda, malformasi), faktor janin (kelainan kromosom,
malformasi), faktor lingkungan (zat dan radiasi) yang dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan < 2500 gr, dengan berat badan yang kurang dari batas normal
tersebut mengakibatkan jaringan lemak lebih tipis dan kehilangan panas dari kulit,
maka timbulah masalah risiko ketidaseimbangan suhu tubuh.
Bayi BBLR yang prematuritas/ belum cukup bulan mempunyai fungsi organ yang
belum sempurna dan sistem kekebalan tubuhnya menurun yang mengakibatkan
masalah keperawatan risiko infeksi. Fungsi organ paru-paru yang belum sempurna,
pertumbuhan dinding dada belum sempurna kemudian terjadi insufisiensi pernafasan
yang dapat mengakibatkan masalah keperawatan risiko pola nafas/ jalan nafas tidak
efektif.
Fungsi organ otak dan usus yang belum sempurna, terjadi imaturitas sentrum-
sentrum vital, refleks menelan belum sempurna dan diskontinuitas ASI yang
diberikan oleh ibu yang mengakibatkan masalah keperawatan pola makan bayi tidak
efektif.
F. Pathway BBLR
Prematuris Dismaturis

Faktor ibu : Usia<20 thn Faktor Placenta: penyakit Faktor Janin: kelainan Faktor Gangguan: Faktor lingkungan
Paritas, Ras, Infertilitas. vaskuler, kehamilan ganda, kromosom, Malformasi, Pertukaran zat antara Zat dan radiasi
Riwayat kehamilan tak baik, Malformasi, Tumor TORCH, kehamilan ganda Ibu dan Janin
Rahim abnormal, dll. Retardasi pertumbuhan
intra uterin
Bayi lahir premature
Dinding bagian bawah otot BBLR (<2500gr)
Rahim melemah (BBLR/BBSLR)

Jaringan permukaan Jaringan lemak subkutan Prematuritas Fungsi Organ


Tubuh lebis luas lebih tipis belum sempurna

Penurunan daya tahan tubuh

Kehilangan panas Kekurangan cadangan Resiko infeksi


Melalui kulit energi

Resiko ketidakseimbangan
Suhu tubuh

Penyakit membran Insufiensi pernafasan Pertumbuhan dinding dada Paru-paru


Hialin Belum sempurna
- Vaskuler paru imatur

Ketidakefektifan Imaturitas sentrum- Otak


Pola Nafas Sentrum vital

Refleks menelan
Belum sempurna

Ketidakefektifan pola Diskontinuitas Usus


Makan bayi pemberian ASI
G. Pengkajian
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
a. Umur ibu
b. Riwayat hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas
g. Penyakit yang diderita selama hamil
h. Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a. Berat badan
b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat napas
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan.......
2. Ketidaefektifan pola makan bayi berhubungan dengan.....
3. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor risiko......
4. Risiko infeksi dengan faktor risiko......

I. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Tujuan (NOC) Rencana Tindakan (NIC)


Ketidaefektifan pola - Status pernafasan : :
nafas/ jalan nafas pertukaran gas 1. Posisikan
berhubungan dengan - Status pernafasan : 2.
kepatenan jalan nafas
- Keparahan syok :
anafilaksis
Ssetelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, pola
nafas bayi efektif dengan
kriteria hasil :
-
Ketidaefektifan pola - Pemberian makanan Pemberian makanan dengan botol
makan bayi melalui botol : bayi 1. Kaji status bayi sebelum
- Keberhasilan menyusui : memberikan susu
bayi 2. Hangatkan formula sesuai
Setelah dilakukan tindakan dengan suhu ruangan sebelum
keperawatan selama 3 x 24 diberikan
jam, pola makan bayi 3. Pegang bayi selama menyusi
efektif dengan kriteria dengan botol
hasil : 4. Posisikan bayi pada posisi
- semi fowler
5. Sendawakan bayi sering-sering
selama dan setelah menyusu
6. Doroong untuk menghisap
dengan menstimulasi reflek
rooting sesuai kebutuhan
7. Tingkatkan efektivitas
penghisapan dengan menekan
pipi bersamaan dengan
menghisap sesuai kebutuhan
8. Monitor intake cairan
9. Monitor berat badan bayi
Monitor nutrisi
1. Timbang berat badan bayi
2. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
3. Lakukan pengukuran
antropometri
4. Monitor asupan kalori
Perawatan kanguru
1. Jelaskan keuntungan dan
implikasi dari mengaplikasikan
teknik kontak kulit ke kulit
dengan bayi
2. Monitor faktor orang tua yang
mempengaruhi keterlibatan
dalam perawatan
3. Pastikan bahwa status fisiologi
bayi memenuhi kondisi untuk
berpartisipasi dalam perawatan
4. Posisikan bayi yang memakai
popok degan posisi telungkup
tegak lurus di dada orang tua
yang tebuka
5. Miringkan kepala bayi pada
satu sisi dengan posisi sedikit
ekstensi
6. Panggul dan lengan bayi harus
difleksikan
7. Lindungi posisi bayi dan orang
tua (misalnya kain pengikat
untuk mengikat orang tua dan
bayi)
8. Dorong orang tua untuk
menggerakkan bayi pelan-
pelan pada posisi telungkup
9. Dorong stimulasipendengaran
pada bayi
10.Dorong ibu post partum untuk
melakukan ambulasi etiap 90
menit
11.Dorong orang tua untuk
membiaarkan bayi tidur pada
saat perawatan
Perawatan bayi
1. Monitor intake dan output
2. Ganti popok
3. Berikan makanan pada anak
sesuai usia perkembangan
4. Jaga pengamanan sisi tempat
tidur bayi tetap tegak ketika
tidak sedang merawat bayi
5. Berbicara pada bayi saat
merawat bayi
Risiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh
Risiko infeksi Manejemen imunisasi
1. Informasikan individu
mengenai imunisasi protektif
untuk melawan penyakit
2. Gunakan prinsip benar obat
dalam pemberian obat
3. Sediakan dan perbarui catatan
terkait tanggal dan tipe
imunisasi
4. Berikan injeksi pada bayi di
bagian paha anterolateral
sesuai kebutuhan
Perawatan selang:tali pusat
1. Oleskan obat antiseptik pada
puntung tali pusat
2. Ganti pengunci pipa setiap hari
sesuai kebutuhan
3. Amankan sambungan dengan
plester, sesuai kebutuhan
4. Bersihkan permukaan luar
dengan alkohol
5. Dokumentasikan respon bayi
terhadap pembatasan gerak
6. Dokumentasikan penampilan
umbilikus dan tindakan
perawat
BAB III

LAPORAN KASUS

PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR

Ruangan/RS : Melati / RS Bhayangkara


Tanggal/Jam Pengkajian : 16 April 2018 / 15.00
Nama Ayah/Ibu : Tn. M / Ny.N
Alamat : Gajah Mungkur

A. Riwayat Kelahiran
No Tahun L/P BB Keadaa Komplikas Jenis Tempat Ket
Lahir Lahir n Bayi i Persalinan Lahir
1 2012 P 2700 Sehat Tidak ada SC RS Sehat
2. 2018
(hamil ini)

B. Status Gravida Ibu


G2P1 A0
Usia Kehamilan : 34 minggu
Presentasi Bayi : Kepala
Pemeriksaan ANC : Pemeriksaan ANC teratur di RS
Komplikasi Antenatal : tidak terjadi karena pasien melakukan persalinan di Rumah
Sakit

C. Riwayat Persalinan
BB/TB Ibu : 71 kg/ 165 cm
Keadaan umum ibu : Tampak sakit sedang
Jenis Persalinan : Sectio Caesar
Kala I : - jam
Kala II : - jam
Fetus : -
Lamanya ketuban pecah : -
Persalinan di : Ruang OK, RS. Bhayangkara
Tanda Vital :
Tensi : 140/90 mmHg N : 88x/mnt S : 36,10 C RR : 22x/mnt
Proses persalinan : Sectio Caesar
Indikasi : Pre Eklamsi Berat
Komplikasi persalinan ibu : -
Kondisi ketuban : jernih
D. Keadaan Bayi Saat Lahir
Tanggal Lahir : 15 April 2018
Jam : 13.07 WIB
Sex : Laki - laki
Kelahiran : Tunggal

E. Nilai APGAR SCORE


1. Frekuensi : >100
2. Jantung : Menangis Kuat
3. Usaha Nafas : Spontan
4. Tonus Otot : Baik
5. Refleks Warna Kulit : Kemerahan
Kesimpulan nilai APGAR Score : Baik (10)
Tindakan Resusutasi : tidak dilakukan namun dilakukan suction dan
pembersihan saluran pernapasan dan mulut bayi segera setelah bayi dilahirkan.
Plasenta : Berat : 5.000 gr
Tali Pusat : 20 cm
Panjang : 50 cm
Ukuran : 20x20x20
Jumlah Pembuluh Darah : vena 2 arteri 1
Kelainan : tidak ada

F. Pemeriksaan Fisik Bayi


Umur : 2 hari
Hari Lahir : Minggu, 15 April 2018
Jam Lahir :13.07 WIB

Berat Badan : 2100 gr


Panjang Badan : 42 cm
Suhu : 36,1 0C
1. Kepala
a. Bentuk : Bulat
b. Kepala : mesocephal
c. Ubun-ubun : sutura belum menutup
d. Mata : isokor, reflek mata positip, sklera tidak ikterik
e. Telinga : bentuk simetris tidak ada kelainan
f. Mulut : simetris tidak tampak tanda-tanda kelainan labio-palatoschisis
2. Jantung dan Paru
a. Bunyi Nafas : bronco vesicular, tidak terdengar bunyi tambahan whezzing ,
cracles ataupun ronchi.
b. Pernafaan : x/menit
c. Denyut jantung: x/menit
d. Perut : tidak teraba adanya massa, ataupun kembung saat perkusi
e. Lanugo : tampak tipis
f. Vermix : tidak tampak
g. Mekonium : masih tersisa di rambut bayi
3. Punggung
a. Keadaan punggung : bentuk simetris
b. Fleksibilitas tulang : tidak tampak kelainan pada tulang punggung
4. Genitalia
a. Laki-laki : lengkap
b. Testis : sudah turun
c. Perempuan :-
d. Labiya minor/mayor :
e. Anus : teraba dan ada, fungsi belum tampak
f. Hidung : tampak lubang hidung dengan ukuran normal, tidak tampak
tanda-tanda pernapasan cuping hidung
g. Dada : simetris, tidak ada retraksi dada, tidak tampak kelainan
5. Ekstremitas
a. Jari tangan : lengkap, tidak ada kelainan
b. Jari kaki : lengkap, tidak ada kelainan
c. Pergerakan : Aktif
d. Nadi : teraba
e. Garis telapak tangan :
6. Status Neurologi
Reflek : Reflek sucking, Moro, Rooting, Babinski, Grasp reflex, tonus
leher dan menangis ada dan jelas terkaji, namun untuk tendon belum dapat dikaji
7. Nutrisi
Jenis makanan : Makanan yang saat ini diberikan adalah ASI
8. Eliminasi
BAB pertama tanggal 15/04/ 2018 jam 16.15 tidak terkaji tampak feces bercampur
mekonium.
BAK pertama tanggal 15/04/2018 jam 16.00 terkaji kuning

9. Tulang
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 29 cm
Lingkar perut : 36 cm
ANALISA DATA
Tanggal/ Data Etiologi Problem
Waktu
16 April Subyektif: Prematuritas, Ketidakcukupan ASI
2018/
Bayi belum dapat dikaji Latching on tidak
15.00
keluhannya. efektif,
Keluarga mengatakan bayi Reflek menghisap
BAK sedikit tidak efektif

Obyektif:
1. Bayi sering menangis.
2. Sering mencari puting susu
3. Bayi tampak lemas
4. ASI ibu belum banyak
produktif keluar.
1. Bayi kadang muntah
16 April Subyektif: BBLR, Usia Resiko
2018/
Bayi belum dapat dikaji kehamilan kurang, ketidakseimbangan suhu
15.00
keluhannya. paparan lingkungan tubuh
Ibu mengatakan asi belum dingin, status
banyak keluar kenyamanan :
Obyektif: lingkungan
2. Suhu lingkungan bayi 27oC.
3. Suhu bayi 36,1 o C
4. BB bayi : 2100 gr
5. Kulit bayi tampak kering

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakcukupan ASI berhubungan dengan Prematuritas, Latching on tidak efektif,
Reflek menghisap tidak efektif
2. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan BBLR, Usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin, status kenyamanan : lingkungan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal/ Diagnosa Tujuan (NOC) Rencana Tindakan (NIC)
Waktu
16 April Ketidakcukupan ASI  Breastfeding Bottle feeding:
2018/ berhubungan dengan ineffektiv 1. Posisikan bayi semi
15.00 Prematuritas, Latching  Breathing pattern fowler
on tidak efektif, inefective 2. Lakukan pemberian
Reflek menghisap tidak  Breasfeeding dengan bantuan susu
efektif interupted dengan dot selama ASI
Batasan karakteristik : Kebutuhan ASI bayi belum berproduksi baik
 Keberhasilan terpenuhi setelah 3. Pantau intake dan output
menyusu : bayi dilakukan tindakan cairan
 Status nutrisi bayi keperawatan selama 3 x 4. Perhatikan adanya edema,
24 jam, dengan kriteria kaji tingkat hidrasi bayi
hasil : 5. Kaji reflek hisap dan
- Menyusui secara menelan bayi
mandiri 6. Timbang BB / hari
- Tetap dengan timbangan yang
mempertahankan sama
laktasi 7. Beri ASI atau PASI tiap 2
- Bayi tidak mengalami jam jika tidak terjadi
penurunan BB retensi
- Bayi tidak mengalami 8. Bersihkan sisa-sisa susu
dehidrasi di mulut bayi
- Intake bayi cukup,
sesuai dengan
program
16 April Risiko Bayi tidak mengalami
1. Pantau aksila bayi, kulit,
2018/ ketidakseimbangan re siko dan lingkungan sedikitnya
15.00 suhu tubuh ketidakseimbangan
30-60 menit selama
berhubungan dengan suhu tubuh setelah
periode stabilisasi
BBLR, Usia dilakukan tindakan
2. Pertahankan suhu
kehamilan kurang, keperawatan selama 3 x
lingkungan dalam zona
paparan lingkungan 24 jam, dengan kriteria
termoneural yang
dingin, status hasil : ditetapkan sesuai dengan
kenyamanan : - Suhu tubuh dalam
suhu standar inkubator
lingkungan batas normal
dengan
- Tidak ada perubahan
mempertimbangkan BB
Batas karakteristik: warna kulitneonatus, usia gestasi dan
 Dasar kuku - Bebas dari tanda-
pakaian yang bisa
sianotik tanda stress dingin
diberikkan.
 Pucat sedang atau hipotermia
3. Kaji frekuensi
 Penurunan suhu - Pengendalian resiko
pernafasan : perhatikkan
dibawah normal hipertermi takipnea
 Kulit dingin 4. Tunda mandi pertama
 Tahicardi sampai suhu tubuh stabil.
5. Perhatikkan tanda-tanda
distress dingin
6. Kaji tanda-tanda
hipertermia.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal Jam No Implementasi Respon TTD
DP
16 April 15.00 1 Memantau S : Ibu mengatakan ASI
2018 pemberikan susu per keluar tapi masih sedikit
2 jam O : Bayi tampak rewel
16.00 2 Mengobservasi TTV S : Ibu mengatakan bayi
bayi didekap ibu
O:
Suhu : 36,1 0 C
Nadi : 88 x/mnt
RR : 26x/mnt
16.00 2 Mempertahankan S : Ibu mengatakan bayi jika
suhu lingkungan ngompol segera diganti
popoknya
O : Bayi tampak dibedong
dengan kain yang bersih dan
hangat
16.20 2 Mengkaji S : Ibu mengatakan bayi tidak
pernafasan : takipnea sesak
O : Bayi tampak tidak
takipnea
16.30 2 Mengkaji tanda-tanda S : Ibu mengatakan bayi tidak
hipertermia panas
O : Suhu : 36,1 0 C
Kulit badan bayi teraba hangat
17.00 1 Memantau intake dan S : Ibu bayi mengatakan
output cairan menyusui tiap 2 jam, kira-kira
5 cc, tidak ada muntah
O : Ada BAK saat perawat
mengganti popok
17.00 2 Mengkaji tanda-tanda S : Ibu mengatakan bayi
distress dingin / kadang kedinginan
hipotermia O : Kulit tampak keriput
Kaki terasa agak dingin
Ibu memasang kas kaki dan
tangan
19.00 1 Memantau intake dan S : Ibu bayi mengatakan
output cairan menyusui tiap 2 jam, kira-kira
5 cc, tidak ada muntah
O : Ada BAK saat perawat
mengganti popok

Tanggal Jam No Implementasi Respon TTD


DP
17 April 14.30 1 Memantau S : Ibu mengatakan ASI keluar
2018 pemberikan susu tapi masih sedikit, hr ini dokter
per 2 jam mengintruksikan untuk dibantu
PASI
O : Bayi tampak menyusu
15.00 2 Mengobservasi S : Ibu mengatakan bayi
TTV bayi setelah mandi agak kedinginan
O:
Suhu : 36,4 0 C
Nadi : 86 x/mnt
RR : 26x/mnt
15.05 2 Mempertahankan S : Ibu mengatakan bayi
suhu lingkungan popoknya selalu diganti
O : Bayi tampak dibedong
dengan kain yang bersih dan
hangat
15.10 2 Mengkaji S : Ibu mengatakan bayi tidak
pernafasan : sesak
takipnea O : RR : 26 X/mnt
15.15 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak
tanda hipetermia panas
O : Suhu : 36,4 0 C
15.20 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak
tanda distress kedinginan
dingin / hipotermia O : akaral teraba hangat
16.30 1 Memantau intake S : Ibu bayi mengatakan sering
dan output cairan menyusui ASI meskipun
dibantu PASI
O : bayi BAK dari jam 14.00
sudah 4 kali
16.30 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak
tanda distress kedinginan
dingin / hipotermia O : akaral teraba hangat
18.30 1 Memantau intake S : Ibu bayi mengatakan ASI
dan output cairan keluar sudah mulai banyak
O : bayi BAB saat mengecek
popok
18.30 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak
tanda distress kedinginan
dingin / hipotermia O : akaral teraba hangat
20.00 1 Memantau intake S : Ibu bayi mengatakan ASI
dan output cairan keluar sudah mulai banyak
O : bayi menyusu saat perawat
datang
20.00 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak
tanda distress kedinginan
dingin / hipotermia O : tangan kaki bayi teraba
hangat
Tanggal Jam No Implementasi Respon TTD
DP
18 April 15.00 1 Memantau S : Ibu mengatakan ASI sudah
2018 pemberikan susu keluar banyak jadi belum
per 2 jam dikasih PASI lagi
O : Bayi tampak menyusu
16.00 2 Mengobservasi S : Ibu mengatakan bayi
TTV bayi didekap ibu
O:
Suhu : 36,5 0 C
Nadi : 88 x/mnt
RR : 26x/mnt
16.00 2 Mempertahankan S : Ibu mengatakan bayi jika
suhu lingkungan ngompol segera diganti
popoknya
O : Bayi tampak dibedong
dengan kain yang bersih dan
hangat
16.20 2 Mengkaji S : Ibu mengatakan bayi tidak
pernafasan : sesak
takipnea O : Bayi tampak tidak takipnea
RR : 26 x/mnt
16.25 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak
tanda hipetermia panas
O : Suhu : 36,5 0 C
Kulit tidak tampak kemerahan
16.30 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak
tanda distress kedinginan
dingin / hipotermia O : Bayi tampak tidak
menggigil,kulit terasa hangat
17.00 1 Memantau intake S : Ibu bayi mengatakan
dan output cairan menyusui tiap 2 jam/
sering,keluar banyak sudah
lepas PASI
O : bayi tampak menyusu

17.00 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak


tanda distress kedinginan
dingin / hipotermia O : Bayi tampak tidak
menggigil,kulit terasa hangat
19.00 1 Memantau intake S : Ibu bayi mengatakan sering
dan output cairan menyusui bayi min tiap 2
jam,keluar banyak
O : Bayi BAK saat perawat
mengganti popok
19.00 2 Mengkaji tanda- S : Ibu mengatakan bayi tidak
tanda distress kedinginan
dingin / hipotermia O : Kulit bayi teraba hangat

EVALUASI KEPERWATAN
Tanggal Jam No Evaluasi TTD
DP
16 April 20.05 1 S : Ibu bayi mengatakan Produksi ASI keluar
2018 belum banyak, tambahan PASI dengan gelas
O:
- Bentuk puting susu menonjol dan
bersih
- Mamae teraba kencang
- Reflek menghisap ada
- Muntah tidak ada
- ASI peroral 5 cc/2 jam
- PASI : max 10 ml/3 jam
- BB : 2100 gr
A : Masalah kebutuhan ASI belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji reflek hisap dan menelan bayi
- Timbang BB / hari dengan timbangan
yang sama
- Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika
tidak terjadi retensi
- Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
- Observasi intake dan output cairan
- Kaji Bab dan BAK bayi
20.10 2 S : Ibu bayi mengatakan bayi tidak panas
O:
- Keadaan umum bayi baik, menangis
kuat
- Bayi dibedong dengan kain yang
bersih dan hangat
- Observasi TTV :
Suhu : 36,4 0 C
Nadi : 88x/mnt
RR : 26x/mnt
A : Masalah risiko suhu tubuh tidak
seimbang teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV
- Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
- Ganti popok apabila basah
17 April 20.05 1 S : Ibu bayi mengatakan produksi asi mulai
2018 bertambah banyak
O:
- Reflek menghisap ada
- Muntah tidak ada
- ASI peroral 5 cc/2 jam atau sesering
mungkin
- PASI mulai dikurangi
- BB : 2100 gr
A : Masalah kebutuhan ASI teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi
- Timbang BB / hari dengan timbangan
yang sama
- Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika
tidak terjadi retensi
- Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
- Observasi intake dan output cairan
- Kaji Bab dan BAK bayi
20.10 2 S : Ibu bayi mengatakan bayi tidak panas
O:
- Keadaan umum bayi baik, menangis
kuat
- Bayi dibedong dengan kain yang
bersih dan hangat
- Observasi TTV :
Suhu : 36,4 0 C
Nadi : 88x/mnt
RR : 26x/mnt
A : Masalah risiko suhu tubuh tidak
seimbang teratasi
P : Pertahankan Intervensi
- Observasi TTV
- Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
- Ganti popok apabila basah
18 April 20.05 1 S : Ibu bayi mengatakan produksi ASI
2018 semakin bertambah
O:
- Reflek menghisap ada
- Muntah tidak ada
- ASI peroral 8 cc/2 jam
- BB : 2100 gr
A : Masalah kebutuhan ASI teratasi
P : Pertahankan intervensi
Periapan Pulang :
- Anjurkan untuk memantau BB bayi
dengan timbangan yang sama
- Beri ASI setiap 2 jam/ jika bayi
menangis
- Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
- Observasi BAK dan BAB bayi di
rumah
- Kontrol ke RS atau Fasyankes
terdekat

20.10 2 S : Ibu bayi mengatakan bayi dalam kondisi


baik
O:
- Keadaan umum bayi baik, menangis
kuat
- Bayi dibedong dengan kain yang
bersih dan hangat
- Observasi TTV :
Suhu : 36,5 0 C
Nadi : 88x/mnt
RR : 26x/mnt
Turgor kulit cukup
Kulit teraba hangat
A : Masalah risiko suhu tubuh tidak
seimbang teratasi
P : Pertahankan Intervensi
Persiapan pasien pulang
- Observasi keadaan umum pasien
- Ganti popok apabila basah
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang
rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik.
Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit
lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul
banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan
yang tinggi.

B. Saran
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nugraha. (2009). Bayi Baru Lahir Rendah. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). In H. K. Amin Huda Nurarif, Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogjakarta: Mediaction.

Pantiawati, Ika. (2010). Asuhan Kebidanan Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika.

Proverati, Atikah dan Cahyo Ismawati Sulistyorini. (2010) .BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Media.
Corwin, J Elizabeth. 2001. Patofisiologi. EGC: Jakarta

Silbernagi, Stefan dan Florian Lang.2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:
Jakarta

Smeltzer, S.C dan Bare B.2008, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Alih Bahasa
Agung W, dkk. EGC : Jakarta.

Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai