KOTAPALANGKA RAYA
Disusun Oleh :
Kelompok I :
1. Adelia Falentina
2. Angelina N. Deramika
3. Anggun Puja Fitriani
4. Ayu Novita Sari
5. Indra Wahyudi
6. Lia Oktaria
7. Karina Ayu Serin
8. Ribka Westinia
9. Julyanto Putra Admaja
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya
kami dapat meyelesaikan Laporan Praktik Manajemen Keperawatan Evidence Based Nursing
Practice (EBNP) di Ruang Teratai RSUD dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya
Terlaksananya praktek klinik Manajemen Keperawatan dan selesainya laporan ini
adalah berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Indriati, S.Kep., Ns. M.Kep selaku Pembimbing Akademik Praktik Klinik Stase
Manajemen Keperawatan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Ns. Aida K, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Pembimbing Akademik Praktik Klinik Stase
Manajemen Keperawatan Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
3. Tanti Setiawati, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Klinik di Ruang Teratai RSUD dr.Doris
Sylvanus Kota Palangka Raya
4. Seluruh tim pembimbing akademik atau dosen manajemen keperawatan yang dengan
sabar memberikan bimbingan, arahan dan dukungan moril selama praktek klinik stase
manajemen keperawatan
5. Seluruh perawat dan staf Rumah Sakit yang telah banyak membantu kami selama
praktek klinik manajemen keperawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus Kota Palangka
Raya
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan pada kami selama melaksanakan Praktek Klinik
Manajemen Keperawatan hingga terselesainya laporan ini. Kami menyadari laporan ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu berbagai masukan dan kritik sangat kami harapkan.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami khususnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO-Ekspert Committee on Nursing dalam Kelompok Kerja
Keperawatan (KDIK) menjelaskan bahwa praktik keperawatan profesional sebagai
tindakan keperawatan profesional menggunakan pengetahuan teoritis yang manatap
dan kukuh dari berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu keperawatan selain berbagai
ilmu dasar antara lain biologi, fisika, ilmu boimedik, ilmu perilaku, ilmu sosial
sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa keperawatan,
menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil tindakan
keperawatan serta mengadakan penyesuaian atau revisi rencana asuhan keperawatan
(Sitorus R,2014).
Menurut surat keputusan menteri kesehatan RI No. 983/1992, tugas pokok
rumah sakit ialah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang di laksanakan secara serasi
dan terpadu dengan upaya rumah sakit sebagai unit usaha di bidang jasa terutama
untuk pemulihan, rehabilitasi, pemeliharaan, peningkatan pendidikan dan riset
kesehatan memerlukan pengelolaan secara profesional agar mutu pelayanan kepada
pasien dan keluarga menjadi baik.
Menurut Depkes RI (2014) keperawatan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan
merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah sakit. Peranan tenaga perawat
didalam melaksanakan tugasnya atau dalam memberikan pelayanan perawatan pada
pasien harus mengerti dan memahami pendekatan proses keperawatan yang meliputi
empat yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang masing-masing
berkesinambungan dan berkaitan satu sama lainnya.
Menurut Indonesian National Nurses Association standar praktik merupakan
salah satu perangkat yang diperlukan oleh setiap tenaga professional. Standar praktik
keperawatan adalah ekpektasi/ harapan-harapan minimal dalam memberikan asuhan
keperawatan yang aman, efektif dan etis. Pelayanan asuhan keperawatan sebagai
salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Disisi lain yakni
sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh
karenanya kualitas pelayanan asuhan keperawatan perlu dipertahankan serta
ditingkatkan seoptimal mungkin. Oleh karenanya Standar Asuhan Keperawatan harus
diterapkan oleh seluruh tenaga keperawatan sehingga pelayanan asuhan keperawatan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan maka dalam pemberian asuhan keperawatan, seluruh tenaga
keperawatan mutlak menerapkan Standar Asuhan Keperawatan (Depkes, 2011)
Pelayanan Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang optimal melalui tenaga keperawatan yang
bertanggung jawab dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan selama 24 jam, secara berkesinambungan di bawah
tanggung jawab seorang pemimpin keperawatan perawat sebagai salah satu dari
ujung tombak rumah sakit, memerlukan suatu sistem untuk melakukan tindakan
keperawatan. Sistem yang terdiri dari dari struktur, proses dan nilai-nilai profesional
akan mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
Pedoman sistem tersebut dikenal dengan Model Praktik Keperawatan
Profesional atau MPKP. Penerapan MPKP secara tepat akan berdampak kepada
peningkatan angka pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupancy Rate
(BOR) dan indikator mutu ruangan serta penurunan angka rata-rata lama hari seorang
pasien dirawat atau disebut juga dengan Average Length of Stay (ALOS) dan angka
rata-rata jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi hingga saat terisi
berikutnya atau Turn Over Interval (TOI) yang merupakan indikator mutu pelayanan
rumah sakit yang baik dan berdampak pada kinerja perawat. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan yang diberikan bermutu baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan
menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP), secara
bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang professional
serta langkah-langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen,
serta mampu:
a. Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap keperawatan
b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan
c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk:
1) Mampu membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan
professional di ruangan antara lain:
a) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
b) Mampu membuat kebijakan kerja diruangan
c) Mampu menyiapkan peangkat kegiatan model praktek
keperawatan professional diruangan
d) Mampu mengembangkan system informasi manajemen
keperawatan diruangan dalam menerapkan model praktek
keperawatan professional
2) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan model
praktek keperawatan professional antara lain:
a) Membuat struktur organisasi di ruang model praktek keperawatan
professional
b) Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan Tim di ruang, model
praktek keperawatan professional
c) Membuat daftar pasien berdasarkan Tim di ruang model praktek
keperawatan professional
3) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan model
praktek keperawatan professional antara lain:
a) Mampu menerapkan pemberian motivasi
b) Mampu membentuk manajemen konflik
c) Mampu melakukan supervise
d) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik
e) Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain:
(1) Operan
(2) Pre Conference
(3) Post Conference
(4) Ronde Keperawatan
(5) Supervisi Keperawatan
(6) Discharge Planning
(7) Dokumentasi Keperawatan
4) Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit hasil di ruangan
model praktek keperawatan professional antara lain:
a) Mampu memperhitungkan (BOR: bed occupancy rate), yaitu
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
b) Mampu Menghitung (ALOS: average length of stay), yaitu rata-
rata lama rawat seorang pasien
c) Mampu menghitung (TOI: turn over interval), rata-rata hari
tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi kesaat terisi berikutnya
d) Mampu menghitung kejadian infeksi nosokomial
e) mampu menghitung kejadian cedera
f) mampu melakukan audit dokumentasi asuhan keperawatan
g) mampu melakukan survey masalah baru
h) mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
c. Mahasiswa dapat Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di
ruangan
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun
rencana strategi penyelesaian masalah
e. Mahasiswa dapat melakukan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan
f. Mahasiswa dapat mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada
manajer keperawatan
g. Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah
F. Tahap pelaksanaan
Mahasiswa yang melakukan praktik manajemen keperawatan adalah mahasiswa
program Studi Profesi Ners tahun 2022 oleh kelompok I dengan nama-nama sebagai
berikut:
1. Pembimbing akademik : Indriati, S.Kep., Ns. M.Kep
Ns. Aida Kusnaningsih, M.Kep., Sp.Kep. Mat
2. Pembimbing lahan : Tanti Setiawati, S.Kep., Ners
3. Ketua : Anggun Puja Fitriani
4. Sekertaris : Ayu Novita Sari
5. Bendahara : Lia Oktaria
6. Anggota :
1) Angelina Natalia Deramika
2) Ribka Westinia
3) Karina Ayu Serin
4) Julyanto Putra Admaja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-
pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria ketika
bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita dalam
kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan, analisis, dorongan, motivasi,
sosiabilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2005).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati lebih
sering tidak masuk kerja daripada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang paling logis
adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab urusan rumah
tangga dan keluarga. Bila ada anggota keluarga yang sakit atau urusan sosial seperti
kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk kerja.
3) Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan produktivitas.
Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi kerja sebelumnya,
tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang meyakinkan antara dua
variabel tersebut. Hasil riset menunjukkan bahwa suatu hubungan yang positif antara
senioritas dan produktivitas pekerjaan. Masa kerja yang diekspresikan sebagai
pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang baik terhadap produktivitas
karyawan. Studi juga menunjukkan bahwa senioritas berkaitan negatif dengan
kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif dengan keluar masuknya karyawan
dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik tentang keluar masuknya
karyawan (Mangkunegara, 2009).
4) Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber
daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti
pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan
interpersonal. Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional (D3
Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi
perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi
Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3
Keperawatan atau langsung ke S1 Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3
Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1 dan
Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan (Gartinah et. al.,
2009).
5) Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun masyarakat.
Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan
dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di dalamnya terjadi proses
perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses
pengembangannya diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara
maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat (1993) juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat
dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito (1982) mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai
usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan,
sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan.
Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak
terbatas sematamata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja.
Pelatihan diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan
memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada individu yang tidak
mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman dan sikap peserta pelatihan
tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan
dengan pendapat Henry Simamora (1995) yang menjelaskan bahwa pelatihan
merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian,
pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau kelompok
dalam menjalankan tugas tertentu.
b. Metode Douglass
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan Metode Douglas
(1984).
Tabel 2.1. Tingkat Ketergantungan Pasien
No. Klasifikasi dan Kriteria
1. Minimal Care (1-2 jam)
- Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian
dan minum.
- Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
- Observasi Tanda vital setiap shift.
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
- Persiapan prosedur pengobatan.
2. Parsial Care (3-4 jam)
- Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi
- Observasi tanda vital tiap 4 jam
- Pengobatan lebih dari 1 kali
- Pakai foley kateter
- Pasang infuse, intake out-put dicatat
- Pengobatan perlu prosedur
3. Total Care (5-6 jam)
- Dibantu segala sesuatunya
- Posisi diatur
- Observasi tanda vital tiap 2 jam
- Pakai NG tube
- Terapi intravena, pakai suction
- 6. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar
KLASIFIKASI PASIEN
c. Metode DEPKES
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut
direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan
memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model
pendekatan yang digunakan adalah tingkat ketergantungan pasien berdasarkan
jenis kasus, rata-rata pasien per hari, jumlah perawatan yang
diperlukan/hari/pasien, jam perawatan yang diperlukan/ruanagan/hari dan jam
kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari.
Contoh Perhitungan:
Rata-rata Jumlah jam
Jumlah jam perawatan
No. Kategori* jumlah perawat/
ruangan/ hari (c x d)
pasien/hari hari**
A B c d E
1 Askep Minimal 7 2,00 14,00
2 Askep sedang 7 3,08 21,56
3 Askep agak berat 11 4,15 45,65
4 Askep maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37
Keterangan:
* : Uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : Berdasarkan penelitian di luar negeri
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖 87,37
= = 12,5 perawat
𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi)
dengan:
Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛+𝑐𝑢𝑡𝑖+ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟)x jumlah perawat tersedia
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
(52+12+14)x 12,5
= 3,4
286
b. Metode (M2/methode)
1) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menompang pemberian asuhan tersebut menurut (Hoffart & Woods, 1996).
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP di RSUPN Cipto
Mangunkusumo sejak 1996, dan masukan dari berbagai pihak telah dipikirkan
untuk mengembangkan suatu MPKP, sebagai transisi menuju model PKP yang
disebut model praktek keperawatan professional pemula (PKPP). Disamping
itu sehubungan dengan adanya pola pengembangan pendidikan tinggi
keperawatan antara lain rencana pembukaan pendidikan spesialis keperawatan,
maka perlu dipikirkan pemanfaatan tenaga ini nantinya di klinik. Oleh karena itu
direncanakan terdapat beberapa jenis MPKP, yaitu:
- Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan MPKP III dapat diberikan asuhan keperawatan
professional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan dokter dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk
melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta
memanfaat hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini, akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisasinya. Disamping itu
melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan. Jumlah perawatan spesialis direncanakan 1 orang untuk 10
perawat primer (1:10).
- Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model praktek keperawatan professional pemula (MPKP), merupakan tahap
awal untuk menuju MPKP. Pada model ini mampu diberikan asuhan
keperawatan professional tingkat pemula. Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan
penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Model ini
merupakan model yang akan dikembangkan secara bertahap (Developmental
model) dan telah telah diuji coba di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSUP
Persahabatan.
2) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode
fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer.
- Metode Fungsional (Bukan MAKP)
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat
baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah,
tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
- Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan
memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Namun, komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah
ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada
pasien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel
adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui
pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan
kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard
asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih
menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin
hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat
menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
- Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan,
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer
adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan
keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen,
bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang
tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa
dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer
mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan
mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
- Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare.
Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari
manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi
perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
Kepala Ruangan
2. Ketua Tim
1) Bersama anggota group melaksanakan ASKEP sesuai standar
2) Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group petugas
ganti) mengawasi: kondisi pasien/anggota keluarga, logistik keperawatan,
administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program
pengobatan
3) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya
4) Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya
5) Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter
7) Membantu pelaksanaan rujukan
8) Melakukan orientasi terhadap pasien/anggota keluarga baru mengenai: tata tertib
ruangan RS, perawat yang bertugas
9) Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
10) Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning service,
mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan kepada
semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan
11) Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
12) Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan ASKEP serta tenaga keperawatan
13) Menulis laporan tim mengenai pasien/anggota keluarga dan lingkungan.
3. Perawat Pelaksana
1) Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2) Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai
kondisi pasien/anggota keluarga, logistik keperawatan, administrasi rekam medik,
pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan
3) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya
4) Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya
5) Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter
7) Membantu pelaksanaaan rujukan
8) Melakukan orientasi terhadap pasien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai: tata
tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9) Menyiapkan pasien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan
10) Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning service dan
peserta didik
11) Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan
pengunjung ruangan
12) Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
13) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta
tenaga keperawatan
14) Menulis laporan tim/group mengenai kondisi pasien/anggota keluarga dan
lingkungannya
15) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/anggota keluarga/keluarga
Menurut fungsi-fungsi manajemen tugas dari Kepala Ruangan, Perawat Primer, dan
Perawat Asociate adalah sebagai berikut ini:
1. Kepala Ruangan
1) Perencanaan
a. Menunjukkan ketua TIM akan bertugas di ruangan masing-masing
b. mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan persiapan
pulang, bersama ketua TIM
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua TIM, mengatur penugasan atau penjadwalan
e. Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan
f. Mengikuti Visite dokter untukmnegetahui kondisi,patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan Rumah Sakit
2) Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas ketua TIM dan anggota TIM secara jelas
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 3 ketua TIM, dan ketua
TIM membawahi 2-3 perawat
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuatproses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lainnya
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g. Mengatur dan mengendalikan dituasi tempat praktek
h. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di tempat kepada ketua TIM
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
j. Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya
k. Identifikasi masalah dan penanganannya
3) Pengarahan
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
b. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik
c. Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
ASKEP pasien
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
g. Meninggkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
4) Pengawasan
a. Melalui Komunikasi
b. Mengawasi dan berkomunikasi lansung dengan ketua TIM maupun pelaksanaan
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
c. Melalui Supervisi
d. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga. Pengawasan tidak langsung yaitu
mengecek daftar hadir ketua TIM, membacadan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laoran ketua TIM tentang pelaksanaan tugas.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua TIM dan Audit keperawatan.
2. Ketua TIM
1) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan pasien sejak masuk
sampai pulang
2) Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya
3) Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya
4) Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
5) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim
6) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan keperawatan
7) Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan
8) Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu
9) Mengembangkan perencanaan pulang
10) Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh anggota
tim
11) Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan lainnya untuk
membahas perkembangan kondisi pasien
12) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konfrensi
13) Mengevaluasi pemberian ASKEP dan hasil yang di capai serta
pendokumentasiannya.
3. Anggota TIM
1) Menjalankan asuhan keperawatan sesuai standar
2) Membina hubungan terapeutik dengan pasien/keluarga
3) Mengikuti serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai
kondisi pasien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medik,
pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan
4) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya
5) Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter
bila Kepala Group tidak ditempat
7) Membantu pelaksanaaan rujukan dan menyiapkan pasien untuk pemeriksaan
diaganostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan
8) Melakukan orientasi terhadap pasien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai: tata
tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9) Membuat laporan pergantian dinaas dan setelah selesai diparaf
10) Menyiapkan pasien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan
11) Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning service dan
peserta didik
12) Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan
pengunjung ruangan
13) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta
tenaga keperawatan
14) Menulis laporan tim/group mengenai kondisi pasien/anggota keluarga dan
lingkungannya
15) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/anggota keluarga/keluarga
16) Mengkomunikasikan kepada Kepala Ruangan/Kepala Group jika ada masalah yang
belum terselesaikan
17) Memeriksa kelengakapan status keperawatan
18) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan berkoordinasi dengan kepala group.
a. Timbang Terima
- Pengertian
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nursalam, 2011).
- Tujuan
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
- Langkah-Langkah
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-
hal apa yang akan disampaikan
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift
yang selanjutnya meliputi:
Kondisi atau keadaan pasien secara umum
Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4) Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu–buru
5) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama langsung
melihat keadaan
- Prosedur
1) Persiapan
Sarana Prasarana
Saat timbang terima perawat menyiapkan status pasien
Perawat telah menyiapkan buku catatan dan peralatan tulis
Perawat
Kedua kelompok dalam keadaan siap
Timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan pada pergantian shift dan
malam ke pagi dari pagi ke sore. Sedangkan pergantian shift dari sore ke
malam dipimpin oleh ketua tim atau perawat primer
2) Pelaksanaan
Urutan Pelaksanaan
Dilaksanakan setiap pergantian shift
Pelaksanaan dimulai dari nurse station
Timbang terima di lanjutkan melihat langhsung kondisi pasien
Hal-hal yang sifatnya khusus dicatat dan di serah terimakan pada perawat
shift berikutnya
Perawat shift berikutnya validasi data kepasien
Perawat menyapa pasien dan menanyakan kondisi/ keluhan yang dirasa saat
ini
Waktu untuk timbang terima tidak lebih dari 5 menit kecuali pasien kondisi
khusus
Penyampaian dilakukan singkat dan jelas
Isi Timbang Terima
Perawat menyebutkan identitas pasien
Perawat menyebutkan diagniosa medis
Perawat menyebutkan data obyektif
Perawat menyebutkan data penunjang lain
Perawat menyebutkan masalah keperawatan yang belum dilaksanakan
Perawat menyebutkan intervensi kolaboratif
Perawat menyebutkan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya
3) Post Timbang Terima
Perawat kembali ke nurse station untuk mendiskusikan hasil validasi data
langsung
Perawat yang memimpin timbang terima menyebutkan rencana kerja bagi
shift berikutnya
Mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima di buku laporan oleh
perawat primer atau ketua tim
Situation
Background
Riwayat Keperawatan
Assesment:
KU; TTV; DX Keperawatan (poin yang
penting)
Recomendation
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Dihentikan
4. Dimodifikasi
1. Penetapan Pasien
2. PersiapanPasien :
Informed Concent
HasilPengkajian/ Validasi data
Tahap Pelaksanaan di
Nurse Station 3. Penyajian Masalah
Apa diagnosis keperawatan?
Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?
Tahap Pelaksanaan di
4. Validasi data di bed pasien
kamar pasien
e. Supervisi Keperawatan
Pengertian
Supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan
pengendalian (controlling). Swanburg (2000) melihat dimensi supervisi sebagai suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas
ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan
perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan
pengevaluasian setiap kinerja karyawan (Muninjaya, 1999 dalam Universitas
Sumatera Utara, 2012).
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu
meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang
ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan
dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para
perawat (Suyanto, 2008 dalam Universitas Sumatera Utara, 2012).
Prinsip Supervisi
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursallam,
2011) antara lain:
1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan
antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan urian tugas dan standard.
4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas
dan motivasi.
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan pasien, perawat dan manajer.
Sasaran Supervisi
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati
berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan
pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan,
maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang
melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan
Bachtiar, 2009).
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan
tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan
prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang,
penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto,
2008 dalam Universitas Sumatera Utara, 2012).
Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja
ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan
bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang
sia-sia akan dapat dicegah.
Menurut Neylor (2003), beberapa tindakan keperawatan yang dapat di berikan pada
pasien sebelum pasien di perbolehkan pulang antara lain:
a. Pendidikan kesehatan, diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan
meningkatkan pengetahuan serta keluarga tentang perawaytan asien pulang
b. Program pulang bertahap, bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkung
keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit
dan apa yang harus dilakukan keluarga
c. Rujukan, integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga dapat
mengetahui perkembangan pasien di rumah
Bagan Alur Discharge Planning
(Sumber : Alur discharge planning (Nursalam, 2015)
Perencanaan pulang
Monitor
(sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas
c. Sarana dan Prasarana (M3/ MATERIAL)
1) Sarana dan Prasarana
Tabel. Standar Keperawatan Dan Kebidanan Di Ruang Rawat Inap
Menurut DEPKES (2001)
Tabel. Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat Inap Menurut DEPKES (2001)
No. Nama Barang Ratio Pasien: Alat
1 Formulir pengkajian awal 1:1
2 Formulir rencana keperawatan 1:5
3 Formulir catatan perkembangan pasien 1:10
4 Formulir observasi 1:10
5 Formulir resume keperawatan 1:1
6 Formulir catatan pengobatan 1:10
7 Formulir medik lengkap 1:1
8 Formulir laboratorium lengkap 1:3
9 Formulir rontgen 1:2
10 Formulir permintaan darah 1:1
11 Formulir keterangan kematian 5 lambar /bulan
12 Resep 10 buku / bulan
13 Formulir konsul 1;5
14 Formulir permintaan makanan 1:1
15 Formulir permintaan obat 1:1
16 Buku ekspidisi 10 / ruangan / tahun
17 Buku register pasien 4 / ruangan / tahun
18 Buku folio 4/ ruangan / tahun
19 White board 1/ ruangan
20 Perforator 1/ruangan
21 Steples 2/ ruangan
22 Pensil 5/ ruangan
23 Pensil merah biru 2/ ruangan
24 Spidol White board 6/ ruangan
2. Reward
Hazli (2002) mendefinisikan reward yaitu hadiah dan hukuman dalam situasi kerja,
hadiah menunjukkan adanya penerimaan terhadap perilaku dan perbuatan, sedangkan
hukuman menunjukkan penolakan perilaku dan perbuatannya. Wahyuningsih (2009)
juga mendefinisikan reward adalah penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang
tercapai. Francisca (2006) memfokuskan definisi reward sebagai hadiah atau bonus
yang diberikan karena prestasi seseorang. Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling
sederhana berupa kata-kata seperti pujian adalah salah satu
bentuknya. Reward biasanya digunakan untuk mengendalikan jam kerja seseorang
dalam organisasi (Raharja, 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada kendali
langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai evaluasi kinerja
sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat meningkatkan cara kerjanya
tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga ditegaskan Gouillart & Kelly dalam
Raharja (2006) bahwa reward yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh sebagai
konsekwensi dari apa yang mereka kerjakan akan merubah perilaku manusia secara
fundamental.
3. Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/ pelanggaran.
Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap orang pasti beda persepsi dan beda
pendapat (Wahyuningsih, 2009).
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam
perusahaan. punishment yang di maksud disini adalah tidak seperti hukuman dipenjara
atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat mendidik. Selain
itu punishment juga merupakan alat pendidikan regresif, artinya punishment ini
digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang benar. Ngalin
purwanto (1988:238) membagi punishment menjadi dua macam yaitu:
a. Hukuman prefentif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau supaya
tidak terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah agar tidak
terjadi pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran
dilakukan. Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman
b. Hukuman refresif yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya pelanggaran,
oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi
kesalahan.
2. Fungsi Manajemen
Manajemen berasal dari Manage, yaitu mengatur. Dimana dalam hal mengatur ada
beberapa pertanyaan; mengapa harus diatur dan apa tujuan pengaturan tersebut diadakan.
Manajemen merupakan usaha dari orang-orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan (Visi dan Misi) sehingga akan ada hubungan antara administrasi, manajemen, dan
organisasi. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua
usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama
diperlukannya manajemen:
1. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi
2. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-
sasaran dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak berkepentingan
dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan,
konsumen, supplier, serikat kerja, asosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja organisasi dapat diukur dengan
banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan
efektivitas.
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Kepegawaian), Dire
cting (Pengarahan), Controlling (Pengendalian/Evaluasi).
1) Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya,
(1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan
dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan,
dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian
tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah
memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang
melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok,
dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
1. Tujuan Perencanaan
a. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
c. Membantu dalam koping dengan situasi kritis
d. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan
akan datang
f. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2. Tahap Dalam Perencanaan
a. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
c. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai
e. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program
f. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
3. Jenis Perencanaan
a. Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang sistematis
dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan
yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-
upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk
uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
b. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan
orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di
dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana
sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam
kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan
peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
4. Manfaat Perencanaan
a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan
b. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c. Memudahkan kordinasi
d. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara jelas
e. Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h. Menghemat waktu dan dana
5. Keuntungan Perencanaan
a. Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif
b. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
c. Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan
d. Memodifikasi gaya manajemen
e. Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
6. Kelemahan Perencanaan
a. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta
tentang masa yang akan datang
b. Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
c. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
d. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
e. Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil.
2) Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,
1999). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha
kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
1. Manfaat Pengorganisasian
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b. Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan
yang dilakukannya
c. Pendelegasian wewenang
d. Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
2. Langkah-langkah Pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi
perencanaan
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan
fasilitas yang diperlukan
e. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f. Mendelegasikan wewenang
3) Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi
yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat
kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan
staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang
diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas
perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup
personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan
adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan
tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan
dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga
dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan.
Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan
pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara
efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur
organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan
program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi,
orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan
proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu
perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih
sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus
merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu
kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-
minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan
menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
4) Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh
adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan
faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000),
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi
dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan
bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu
(pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk
memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg
(2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu:
1. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas
dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan
dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
2. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi
pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok.
Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
3. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan
kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan
setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang
motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat
lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen
partisipasi oleh perawat professional.
5) Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir
dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana
yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah
ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang
digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan
(Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip
yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya
menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur, misalnya
menepati jam kerja
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat
lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program
4. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan
kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja
5. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
a. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
b. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c. Harus memandang ke depan
d. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
e. Harus objektif
f. Harus fleksibel
g. Harus menunjukkan pola organisasi
h. Harus ekonomis
i. Harus mudah dimengerti
j. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai
contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan
operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta
pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk
perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian
tujuan-tujuan keperawatan adalah:
1. Analisa tugas: Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam
pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan
secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
2. Kontrol kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari
pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka
akan diperoleh manfaat:
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard
atau rencana kerja
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah
digunakan secara benar
4. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan
lanjutan
Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
b. Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi
kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi
c. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah
menganalisis dan mengkaji system, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan
jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi
kemampuan yang ada dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya
d. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang efektif
e. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
f. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
g. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
h. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan akan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara pegawai dalam suatu
tatanan organisasi
i. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
Komponen Manajemen Keperawatan
a. Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
b. Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan kegiatan yang cukup penting
dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu tatanan
organisasi.
c. Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan staf, serta
kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
d. Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya meningkatkan kualitas
hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang
sesuai standard akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan
yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
3. Model Praktik
a. Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat professional (ners) mempunyai wewenang dan tanggun jawab melaksanakan praktik
keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan kemampuannya. Untuk itu, perlu
dikembangkan pengertian praktik keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai
bentuk praktik keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi dan legislasi
keperawatan.
b. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/asuhan
keperawatan sebagai lanjutan dari pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh
perawat profesional rumah sakit, atau melalui pengikutsertaan perawat professional yang
melakukan praktik keperawatan berkelompok
c. Praktik Keperawatan Berkelompok
Beberapa perawat profesinal membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada
masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang diuraikan dalam
pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik
keperawatan ini dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu dimasa depan. Lama rawat
pasien dirumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan dirumah sakit diperkirakan
akan terus meningkat.
d. Praktik Keperawatan Individual
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan
rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman secara sendiri/perorangan
membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberikan asuhan
keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan.
Praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal
jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.
Kepala Ruangan
Anggota Anggota
Anggota
B. Gambaran Umum RS
1. Organisasi RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
Ditetapkan sebagai rumah sakit kelas B non pendidikan sesuai Perda No. 11
Tahun 1999, tanggal 17 Juli 1999.Namun kenyataannya secara operasional baru
berjalan mulai 1 Mei 2001. Dari segi pemilikan rumah sakit milik Pemerintah
Propinsi Kalimantan Tengah sedangkan dari segi tanggung jawab disebutkan bahwa
secara tehnis direktur bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan
sedangkan secara taktis operasional direktur bertanggung jawab kepada Gubernur
Secara umum tugas rumah sakit yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan dengan
mengutamakan kegiatan penyembuhan dan pemulihan keadaan cacat badan dan
jiwa yang dilaksanakan terpadu dengan upaya promotif dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas maka
rumah sakit mempunyai fungsi : Menyelenggarakan pelayanan medis
‚Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis ‚Menyelenggarakan
pelayanan dan asuhan keperawatan ‚Menyelenggarakan pelayanan rujukan
‚Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan ‚Menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan ‚Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan Organisasi
rumah sakit terdiri dari unsur pimpinan, pelaksana tugas pokok dan unsur
penunjang pelaksana tugas pokok. Rumah sakit dipimpin oleh seorang direktur
serta dibantu oleh dua orang wakil direktur namun pada kenyataannya sampai
sekarang wakil direkturnya masih kosong.
3. Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan terdiri dari 13 (tigabelas) Poliklinik yaitu : Jantung,
Telinga Hidung Tenggorokan (THT), Paru, Kulit dan Kelamin, Syaraf, Penyakit
Dalam, Gigi dan Mulut, Mata, Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Bedah,
Jiwa dan Poli Pegawai.
Pelayanan Rawat Inap terdiri dari 17 (tujuh belas) ruangan yang terdiri dari :
Penyakit Dalam Pria, Penyakit Dalam Wanita, Kebidanan dan Kandungan, Bedah
Pria, Bedah Wanita, Anak, Penyakit Paru, Syaraf-THT-Mata-Gigi dan Mulut,
Perinatologi, Kelas Utama, VIP I, VIP II, VIP III, ICU, ICCU, NICU (Neurology
Intensive Care Unit)dan Haemodialisa (ruang untuk cuci darah).
Penunjang Pelayanan (Instalasi) terdiri dari : Gawat darurat (IGD), Farmasi,
Patologi Klinik, Anestesi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Bedah sentral, Gizi,
Pemeliharaan Sarana dan Sarana serta Kamar Jenazah.
Jam Pelayanan Loket :
Senin – Kamis : 07:30 – 12:00 WIB
Jumat : 07:30 – 09:30 WIB
Sabtu : 07:30 – 11:00 WIB
2. Misi
1. Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK).
2. Meningkatkan SumberDaya Manusia yang profesional dan berkomitmen tinggi.
3. Meningkatkan prasarana dan sarana yang modern.
4. Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien.
5. Menjadikan pusat pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan.
3. Motto
“BAJENTA BAJORAH”
Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua orang dengan ramah tamah,
tulus hati dan kasih sayang.
b. Denah ruangan
R. CS HCU R. T3
tindak
T5 an T2 T1
T6 R. kotor Nurse T7
station R. obat T8
Keterangan :
: Bed/brankar : R. kepala
ruangan
: Pintu
c. Kapasitas Ruang
Ruang Teratai terdiri dari 1 ruang nurse station, 1 ruang kepala ruangan, 1 dapur,
8 ruang pasien dan 10 wc dan kamar mandi.
2) Lingkup Garapan
Ruang Teratai atau ruang rawat inap dengan kasus penyakit dalam pria.
Ruang ini diperuntukan bagi pasien pria yang menderita penyakit dalam
pria. Beberapa contoh penyakit terbanyak pada bulan januari sampai bulan
Juni yang sering ditemukan di Ruang teratai adalah CKD ON HD, Sirosis
Hepatis, Anemia, Hipertensi dan DM.
3) Basis Intervensi
Dalam menerapkan basis intervensi, Ruang Teratai (Penyakit dalam
pria) sudah mempunyai Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) untuk proses tindakan keperawatan.
Standar operasional prosedur yang sudah ada di ruangan Teratai
meliputi :
a) SPO Pemeriksaan EKG
b) SPO Pemasangan Infus
c) SPO pemasangan NGT dan Pemberian makanan lewat sonde
d) SPO Perawatan Luka
e) SPO rsusitasi jantung-paru
f) SPO memberikan obat melalui rectum
g) SPO mengambil darah vena
h) SPO pemasangan kateter
i) SPO pemasangan tranfusi darah
j) SPO penatalaksanaan suction
k) SPO terapi oksigen
l) SPO pemberian nebulizer
m) SPO perencanaan pasien pulang
4) Model Layanan
Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang Teratai adalah
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional)
berdasarkan SK Menkes No.188.4/0146/Kep-KUM/2012 yang merupakan
perkembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) antara
Perawat Primer (PP) dan Perawat Asosiate (PA) serta tenaga kesehatan
lainnya. Metode modifikasi tim-primer yang terdiri dari: Kepala ruangan,
perawat primer dan perawat asosiate.
BAB IV
Pendekatan Pengkajian Terhadap Aspek Manajemen RS
A. Pengumpulan Data
1. M-1 (Man)
a. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Kepala Ruangan
Elvry marthalina ,S.kep.,Ners
Perawat Primer
Tanti setiawati ,S.Kep.,Ns
NO HARI/TANGGAL JUMLAH
1 Senin, 06 Juni 2022 22 Pasien
2 Selasa. 07 Juni 2022 18 Pasien
3 Rabu, 08 Juni 2022 24 Pasien
4 Kamis, 09 Juni 2022 21 Pasien
5 Jumat, 10 Juni 2022 23 Pasien
6 Sabtu, 11 Juni 2022 19 Pasien
7 Minggu, 12 Juni 2022 18 Pasien
8 Senin, 13 Juni 2022 21 Pasien
9 Selasa, 14 Juni 2022 22 Pasien
10 Rabu, 15 Juni 2022 18 Pasien
11 Kamis, 16 Juni 2022 15 Pasien
12 Jumat, 17 Juni 2022 Pasien
13 Sabtu, 18 Juni 2022 Pasien
1. Tempat Tidur 23 23 -
2. Kursi keluarga pasien 20 20 -
3. Bedside cabinet 23 23 -
4. Wc 11 11 -
5. Ac 12 12 -
6. Sampiran 4 4 -
7. Wastafel 8 8 -
8. Bantal 23 23 -
9. Dispenser 1 1 -
10. Jam dinding 1 1 -
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar peralatan di Ruang Teratai
sebagian sudah memenuhi jumlah standar yang ditetapkan oleh RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. Tidak semua peralatan ada standar jumlahnya dan tidak semua
alat yang ada standar jumlahnya tersedia di ruangan. Alat-alat yang sudah terpenuhi
sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan sesuai kebutuhan klien. Sebagian besar
pealatan dalam keadaan baik, namun terdapat juga beberapa peralatan dalam keadaan
rusak ringan. Tidak terdapat kotak saran , apar diluar ruangan, tidak terdapat denah
ruangan teratai dan tidak terdapat keset didepan wc atau kamar mandi pasien.
Mengenai fasilitas, 60 % perawat mengatakan bahwa peralatan yang ada sudah
lengkap untuk perawatan pasien. 40 % perawat tidak berencana untuk menambah
peralatan perawatan pasien. 53 % perawat mengatakan bahwa jumlah alat yang tersedia
sudah sesuai dengan rasio pasien. 73 % perawat sudah mengerti cara menggunakan
semua alat-alat perawatan pasien. Selain itu, administrasi penunjang yang tersedia di
ruangan sudah memadai.
3. Methode
a. Standar Asuhan Keperawatan
1) Penerapan Model Keperawatan Profesional
Unsur-unsur dalam praktek keperawatan dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Dalam aplikasinya RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya memiliki visi, misi dan motto sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang jelas dalam mencapai
tujuan organisasi yang telah ditentukan karena jika tidak, bisa terjadi
ketimpangan yang justru aan menambah ketidakjelasan arah pengembangan
manajemen keperawatan di masa depan. Ruangan atau bangsal sebagai salah
satu merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan
ilmu dan skilnya secara optimal (Nursalam, 2008).
Selain itu RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya juga selalu
mengadakan pelatihan untuk para perawat guna meningkatkan pengetahuan
perawat ruangan tentang manajemen keperawatan serta memberikan
kesempatan untuk meningkatkan jenjang pendidikan formal melalui program
khusus. Di Ruang Teratai memliki berbagai administrasi penunjang yang
mendukung pemberian MAKP yaitu berupa Standar Asuhan Keperawatan
(SAK), Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Peleyanan Minimal
(SPM) (Nursalam, 2008).
Angket MAKP
1) Angket Ketenagaan
100
50 100
0 0 0
0
YA Tidak
YA Tidak
100
100
50
0
0 0
0 0 0
0 0
Selalu
Kadang -
Kadang Tidak
pernah
Selalu : Operan dilaksanakan 3 shif yaitu pagi dari pukul 7 sore dari pukul 14
Dan malam pukul 21.00
Kadang-kadang : Operan tidak dilaksanakan selama 3 shif atau operan dilakukan
1 sampai 2 shif
Tidak Pernah : Operan tidak dilakukan dalam 3 shif.
Selalu : Operan dihadiri oleh perawat yang akan bertugas dan yang akan pulang
Kadang-kadang : Operan kadang kadang dihadiri oleh perawat yang akan
bertugas dan yang akan pulang
Tidak pernah : Operan tidak dihadiri oleh perawat yang akan bertugas dan yang
akan pulang
Pelaksanaan operan ada interkasi yang
berlangsung antara pasien dan petugas
80
100
50 20
0 0
0
Selalu
Kadang -
Kadang Tidak
pernah
50
0
0 0
0
Selalu
Kadang -
Kadang Tidak
pernah
3) Ronde Keperawatan
Sebagian besar perawat di ruangan mengerti
dengan ronde keperawatan
100
100
50
0
0 0
0
YA
Tidak
YA Tidak
4) Sentralisasi Obat
Perawat selalu menginformasikan obat yang
telah digunakan dan sisanya kepada pasien /
keluarga
100 60
40
50
0 0
0
Selalu
Kadang -
Tidak
Kadang
pernah
Tidak pernah: Perawat tidak pernah menjelaskan tentang obat yang diberikan pada
pasien
50
0
0 0
0
Selalu
Kadang -
Kadang Tidak
pernah
5) Supervisi
50
0
0 0
0
Selalu
Kadang -
Kadang Tidak
pernah
50
0
0 0
0
Selalu
Kadang -
Kadang Tidak
pernah
Selalu: Supervise selalu memberikan umpan balik kepada perawat yang jaga
Kadang-kadang: perawat tidak terlalu megikuti feedback
50
0
0 0
0
Selalu
Kadang -
Kadang Tidak
pernah
6) Dischard Planing
Perawat selalu memberi promosi kesehatan
pada pasien yang pulang
100
100
50
0
0 0
0
YA
Tidak
YA Tidak
Ya : Perawat ruangan selalu member promosi kesehatan pada pasien yang pulang
Tidak: Perawat tidak pernah memberikan penkes pada saat pasien pulang
10
10
5 0
0 0
0
YA
Tidak
YA Tidak
Tidak: Perawat ruangan tidak ada memberikan brosur atau leaflet tentang kesehatan
pada saat pasien pulang.
Ya: Perawat selalu memberikan leaflet atau penkes saat pasien pulang
Selalu melakukan pendokumentasian pada pasien
perencanaan pulang pada buku yang telah
disediakan
100
100
50
0
0 0
0
YA
Tidak
YA Tidak
7) Dokumentasi Keperawatan
50
0
0 0
0
YA
Tidak
YA Tidak
Ya : Format dokumentasi yang digunakan perawat ruangan bias memudahkan
perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien
Tidak: Format dokumentasi tidak pernah digunakan pada pengkajian pasien
pelaksanakan pendokumentasian tepat waktu
setelah melakukan tindakan
100
100
50
0
0 0
0
YA
Tidak
YA Tidak
50
0
0 0
0
YA
Tidak
YA Tidak
Ya: Model dokumentasi yang digunakan perawat ruangan menyita banyak waktu
perawat
Tidak: Dokumentasi tidak lah menyita banyak waktu perawat
50
0
0 0
0
Ya
Tidak
Ya Tidak
100
100
50
0
0 0
0
Ya
Tidak
Ya Tidak
Ya: Perawat selalu memberi leaflet atau brosur saat pasien mau pulang
Tidak : Perawat ruangan tidak membagikan brosur atau leflet saat melakukan PPB
Setiap selesai melakukan PPB, perawat
melakukan pendokumentasian
100
100
50
0
0 0
0
Ya
Tidak
Ya Tidak
4. Pembiayaan (M4-Money)
Untuk pembiayaan pasien rumah sakit bekerja sama dengan pihak BPJS, Jasaraharja,
Pemerintah Daerah (SKTM) dan Asuransi kesehatan lainnya,
Berdasarkan informasi dari kepala ruangan (Teratai) bahwa anggaran sarana dan
prasarana menggunakan RAB yang disediakan di rumah sakit. Untuk pembayaran pegawai
ada 3 sistem yaitu PNS, BLUD dan kontrak. Untuk PNS selain dari gaji, juga mendapatkan
uang jasa langsung maupun tidak langsung, sedangkan untuk tenaga kontrak BLUD dapat
gaji dan jasa langsung maupun tidak langsung. Untuk pemeliharan ruangan sarana dan
prasarana dan alat kesehatan serta perbaikan pengadaaan dana bagi ruangan (renovasi
ruangan) pendanaan alat kesehatan, biasanya kepala ruangan akan mengajukan surat untuk
meminta barang-barang atau alat yang digunakan pada bagian penunjang, setelah itu bagian
penunjang akan akan menyerahkan ke bagian medic atau non medik dan akan diproses oleh
bagian logistik.
5. Pemasaran (M5-Marketing/Mutu)
a) Keselamatan Pasien
1. Sasaran I : Ketetapan identifikasi pasien
Diruangan Teratai pasien menggunakan identitas yang berisi nama pasien, tanggal lahir
dan nomor rekam medis yang ditulis pada gelang identitas pasien. Perawat memastikan
kembali identitas pasien saat perawat akan memberikan obat oral, obat suntikan intra
vena, mengambil darah dan melakukan tindakan perawat terlebih dahulu menanyakan
identitas pasien untuk pencocokan data.
2. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Perawat diruang Teratai berupaya melakukan komunikasi kepada pasien saat akan
melakukan tindakan keperawatan, seperti memasang infus dan tindakan yang lainnya
yang berhubungan langsung dengan pasien. Perawat diruang Teratai melakukan
komunikasi dengan rekan perawat lain saat melakukan timbang terima setiap pergantian
shift.
3. Sasaran III : Peningkatan keamaanan obat yang perlu diwaspadai
Pada ruang Teratai penyimpanan obat injeksi dan oral sudah disediakan ditempat
penyimpanan tersendiri, dengan kondisi tempat penyimpanan obat yang dingin dan ber
AC. Perawat sudah berhati-hati dalam memberikan obat-obatan yaitu memvalidasi
kembali obat yang diberikan untuk pasien, namun tempat penyimpanan obat oral sendiri-
sendiri.
4. Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
Ruang Teratai sudah menggunakan tanda identitas ruangan untuk pasien laki-laki atau
perempuan dalam melakukan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif perawat
melakukan sesuai prosedur. Dalam pemberian obat oral dan obat injeksi sudah
melakukan tindakan dengan benar, memberikan obat sesuai dosis dan sesuai jam
pemberian.
5. Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Perawat menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti handscone saat memberikan
tindakan keperawatan. Di ruang Teratai, wastafel ada disetiap ruangan dan hand srub
diletakkan disetiap depan pintu ruang kamar pasien dan juga sudah terpampang cara cuci
tangan 6 langkah dan petunjuk 5 momen.
6. Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Tersedianya penanda bed dan stiker berwarna kuning untuk Resiko jatuh, maka perawat
selalu melakukan pengkajian penilaian resiko jatuh kembali setibanya pasien di ruangan
baik pasien masuk dari IGD atau dari poli. Secara rutin melakukan pemeriksaan terhadap
pagar pengaman pada tempat tidur pasien.
7. Sasaran VII : Tenaga kesehatan/keunggulan RS
Dari segi tenaga keperawatan secara umum perawat sudah mengikuti pelatihan-pelatihan
khusus tentang perawatan luka, kemoterapi dan BHD atau BTCLS. Pelatihan-pelatihan
tersebut diikuti untuk menambah pengetahuan dan juga untuk memenuhi syarat
memperpanjang STR (surat tanda registrasi).
B. Analisis SWOT
C. Identifikasi Masalah
1. Edukasi kesehatan (Pemberian brosur atau leaflet tentang diet pola makan terhadap
penyakit yang diderita).
2. Ronde Keperawatan belum dilaksanakan secara formal.
3. Pelaksanaan SOP Sentralisasi Obat terhadap kepuasan pasien.
4. Sistem sosialisasi peraturan pada pasien dan keluarga belum maksimal
D. Plan Of Action
NO MASALAH TUJUAN SASARAN PROGRAM INDIKATOR EVALUASI
/KEGIATAN KEBERHASILAN
1 Pemberian Agar pasien taat Pasien yang Mensosialisasikan Setelah dilakukan Hasil dan
brosur atau dan mengingat ada di tentang guna sosialisasi tentang edukasi
leaflet tentang ruangan pemberian brosur guna pemberian serta
tentang pentingnya atau leaflet pada brosur atau leaflet pemberian
kesehatan masalah pasien yang diharapkan pasien leaflet
saat pasien kesehatan yang pulang mampu pasien dan
pulang harus di jaga menerapkan keluarga
atau di hindari tentang kesehatan lebih
saat pasien pulang mengingat
hal yang
harus dijaga
atau
dihindari
pasca sakit
2 Ronde - Menumbuhkan Pasien yang Mensosialisasikan Peserta ronde Klien
Keperawatan cara berpikir ada di kasus yang mengikuti kegiatan merasa puas
belum kritis. ruangan dialami klien dan dari awal sampai dengan hasil
dilaksanakan - Meningkatkan juga untuk akhir. pelayanan
secara kemampuan memberikan Seluruh peserta dan kasus
formal dalam menilai perawatan guna berperan aktif klien dapat
hasil kerja. meningkatkan dalam kegiatan teratasi.
- Meningkatkan kemampuan ronde.
kemampuan dalam menilai
untuk hasil kerja /
memodifikasi keberhasilan
rencana dalam
perawatan. pengelolaan suatu
masalah.
3 Pelaksanaan Meningkatkan Perawat Menjelaskan / Terciptanya Pasien dan
SOP pelayanan yang yang ada di menginformasikan kepuasan terhadap keluarga
Sentralisasi berkualitas ruangan setiap obat injeksi pelayanan yang merasa puas
Obat sesuai dengan atau oral yang diberikan sehingga terhadap
keinginan pasien diberikan kepada rumah sakit dapat pelayanan.
sehingga pasien tentang memperoleh pasien
menjamin kegunaan obat yang lebih banyak
kepuasan pasien. yang diberikan. dan kemampuan
untuk
mempertahankan
pasiennya.
4 Sistem Bertujuan agar Pasien yang Mensosialisasikan Pasien, keluarga, Pasien,
sosialisasi pasien, keluarga ada peraturan pada dan pengunjung keluarga,
peraturan pasien, dan diruangan, pasien dan dapat mengikuti dan
pada pasien pengunjung keluarga, keluarga, serta tata tertib di pengunjung
dan keluarga dapat mengikuti dan memberikan tata ruangan. merasa puas
belum tata tertib yang pengunjung. tertib diruangan terhadap
ada diruangan. secara tertulis. pelayanan
maksimal
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara yang dilakukan Di ruang Teratai, telah
ditemukan prioritas masalah yaitu :
1. Berdasarkan hasil dari observasi kami di ruang Teratai sistem sosialisasi peraturan
pada pasien dan keluarga belum maksimal.
Menurut penelitian Balqis Wasliati, dkk (2021) dengan judul Sosialisasi Kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Di RSUD Lubuk Pakam Deli Serdang bawha Keseluruhan
tenaga kesehatan dan masyarakat memahami tentang bahaya merokok namun tetap
melaksanakan kegiatan merokok dengan alasan kecanduan dengan rokok. Sosialisasi
KTR memberikan pemahaman bahwa RSUD Deli Serdang memiliki peraturan untuk
menerapkan dan mendukung KTR yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kemenkes.
Selain itu, menurut penelitian Renata Anisa, dkk yang berjudul Media Informasi Dan
Promosi Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (2022) Media komunikasi yang dinilai
efektif oleh tim promosi kesehatan rumah sakit adalah media internal cetak seperti poster
atau baligo yang disimpan di depan rumah sakit, dimana informasi tersebut dapat dilihat
dan dijangkau seluruh pasien, keluarga, dan sdm rumah sakit.
Dari hasil pengamatan di ruang Teratai tidak ada peraturan secara resmi tertulis tersedia
di ruangan teratai namun ada beberapa tulisan himbauan yang mengatakan supaya tidak
ada penjual keluar masuk, tidak melepaskan alas kaki, selalu menjaga kebersihan
ruangan, jam kunjungan dan menghindari membawa anak usia dibawah 12 tahun.
Peraturan tata tertib rumah sakit masih belum tertulis secara baku di depan pintu masuk
ruangan sehingga masih tidak dapat dipatuhi optimal oleh keluarga pasien dan
pengunjung. Pada kenyataannya masih ada keluarga pasien yang membesuk diluar jam
kunjungan di ruangan, tidak menjaga kebersihan ruangan, dan masih ada yang
membawa anak usia dibawah 12 tahun ke rumah sakit. Untuk mengatasi masalah
tersebut diharapkan adanya kerjasama dengan petugas keamanan dalam hal mengontrol
kunjungan keluarga pasien. Selain itu, perlu ditambahkannya peraturan baru yaitu
keluarga atau pengunjung diharapkan selalu memakai pelindung kesehatan seperti
masker ketika berada di lingkungan infeksius terutama di ruang Teratai.
2. Berdasarkan hasil dari observasi kami di ruang Teratai Ronde keperawatan masih
belum dilaksanakan secara maksimal.
Penelitian 1
Judul : Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui ronde dan
pendokumentasian
Oleh : Tita Rohita, Krisna Yetti
Penilitian ini mengunakan metode yang digunakan dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan di RSUD Kota Depok yaitu studi kasus dengan pendekatan
eksplorasi deskriptif untuk mengkaji data mengenai fungsi manajemen dan masalah
manajemen keperawatan di rumah sakit. Pada fase awal dilakukan identifikasi masalah
dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan menggunakan kuesioner. Kuesioner
dibagikan kepada 21 perawat sebagai responden. Data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan kuesioner dikelompokkan dan dilakukan analisa. Analisa data menggunakan
analisa strengths, weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT) serta diagram fish bone,
penentuan masalah manajemen keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode Fokus
Group Discussion (FGD). Disepakati bersama prioritas masalah manajemen keperawatan
yang akan diselesaikan bersama dengan menggunakan suatu inovasi perubahan di RSUD
Kota Depok. Program inovasi dibuat secara rinci dalam bentuk Plan of Action (POA) yang
dibuat bersama pada saat FGD sehingga program tersebut menjadi program kerja bersama
yang akan dilakukan dan diupayakan bersama demi peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan di RSUD Kota Depok. Pemecahan masalah keperawatan yang diambil
menggunakan pendekatan Plan, Do, Check, and Action (PDCA).
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada perawat di ruangan sejumlah 21
orang, diperoleh data bahwa perawat sebagian besar berjenis kelamin perempuan (85,7%).
Perawat memiliki usia rata rata berumur 31 sd 40 tahun dengan latar belakang pendidikan
D3 keperawatan. Perawat di RSUD Kota Depok sebagian besar baru bekerja kurang dari 5
tahun (85,7%). Selain dari data dasar, terkaji juga pengetahuan perawat tentang pelaksanaan
ronde keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan melalui kuesioner, data di
peroleh terjadi peningkatan pengetahuan terkait definisi, tujuan, waktu, prosedure
pelaksanaan. Dari sebelum 68% menjadi 85%. Pelaksanaan ronde keperawatan merupakan
strategi yang efektif untuk melakukan perubahan dalam melakukan perawatan kepada pasien
(2). Hal ini merupakan peningkatan yang baik yang dapat menunjukkan bahwa
impelementasi yang dilakukan dinilai efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat,
serta menunjukan bahwa kepala ruangan, ketua tim dan perawat menyadari tentang
pentingnya pelaksanaan ronde keperawatan bagi perawat dan pasien di ruangan.
Penelitian 2
Judul : Pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam asuhan
keperawatan di rs royal prima medan
Oleh : Juwita Verawati Siahaan, Albiner Siagian, Evi Karota Bukit
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment dengan pretest-posttest with
control group design. Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Royal Prima Medan dan
penelitian dilakukan pada tanggal 10 November-10 Desember 2016.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 perawat yaitu 32 perawat pada
kelompok kontrol dan 32 perawat pada kelompok intervensi dengan cara peneliti terlebih
dahulu melakukan randomisasi yaitu peneliti mengalokasikan sampel penelitian ke dalam
dua kelompok berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti untuk menciptakan
karakteristik antar kelompok kontrol dengan kelompok intervensi hampir sama dalam
penelitian (Polit & Beck, 2012). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi: 1) Rentang
usia 21-45 tahun, 2) Masa kerja lebih dari 3 bulan sebagai perawat, 3) Pendidikan minimal
D-III keperawatan, dan 4) Perawat yang bekerja di ruang rawat inap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pelatihan ronde keperawatan
terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di RS. Royal Prima Medan. Hal ini
menunjukkan bahwa pelatihan ronde keperawatan telah memberi implikasi terhadap
peningkatan kemampuan perawat baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga kinerja perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan semakin optimal.
3. Berdasarkan hasil dari observasi kami di ruang Teratai sistem Pelaksanaan SOP
Sentralisasi Obat belum maksimal.
Penelitian 1
Judul : Penerapan Sop Sentralisasi Obat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
Oleh : Maria Yulita Meo, Adelheid R.Herminsih, Handrianus Demu
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan crosssectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di Ruangan Flamboyan sebanyak 33 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien rawat inap di Ruangan Flamboyan
RSUD dr T.C. Hillers Maumere sebanyak 30 responden. Pengambilan menggunakan teknik
purposive. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square.
Hasil Analisa bivariat menggunakan uji chi square menunjukan bahwa ada hubungan
pelaksanaan SOP sentralisasi obat dengan kepuasan pasien. Hasil uji chi square diperoleh p
value (0,000) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan pelaksanaan sentralisasi obat dengan kepuasan pasien di Ruangan Flamboyan
RSUD dr. T.C Hillers Maumere. Nilai Z hitung 19.027 > Z tabel 3,841 maka H0 ditolak Ha
diterima. Pelaksanaan sentralisasi obat dengan kepuasan pasien adalah dua faktor yang
sejalan. Pelaksanaan sentralisasi obat yang dilaksanakan dapat menyebabkan kepuasan
pasien sedangkan pelaksanaan sentralisasi obat yang tidak dilaksanakan dapat menyebabkan
ketidakpuasan pasien. Hal ini didukung oleh penelitian Asmuji (2012) yang menyatakan
bahwa perawat harus mempunyai tanggung jawab besar dalam pelayanan yang berkualitas
sesuai keinginan pasien sehingga menjamin kepuasan pasien terhadap sentralisasi obat
Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan
dan mengolah suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
untuk mempertahankan pasiennya. Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan
kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk mendapatkan
pelanggan (junaidi, 2012).
Penelitian 2
Judul : Ketepatan pemberian obat berhubungan dengan sentralisasi obat di rsud sidoarjo
Oleh : Aprilia, Nursalam, Candra Panji Asmoro
Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross-sectional dengan populasi adalah perawat rawat inap RSUD Sidoarjo.
Besar sampel sejumlah 114 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengambilan sampel menggunakan nonprobablity sampling tipe purposive sampling. Peneliti
menggunakan sampel sesuai dengan kriteria tertentu yang dikehendaki oleh peneliti.
Penelitian dilakukan pada tanggal 22–25 Juli 2016.
Variabel independen penelitian adalah sentralisasi obat, kepemimpinan tim tentang
sentralisasi obat, dan pengetahuan perawat tentang sentralisasi obat. Variabel dependen
penelitian adalah ketepatan pemberian obat. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner
meliputi kuesioner sentralisasi obat yang dikembangkan berdasarkan tahapan sentralisasi
obat yaitu tahap penerimaan obat dan tahap pembagian obat oleh Nursalam (2015),
kuesioner kepemimpinan tim tentang sentralisasi obat yaitu penugasan, pengarahan, dan
pendelegasian wewenang oleh Sari (2009), kuesioner pengetahuan perawat tentang
sentralisasi obat yaitu definisi, tujuan, dan teknik pengelolaan sentralisasi obat oleh
Nursalam (2015), dan kuesioner ketepatan pemberian obat yaitu tepat pasien, tepat obat,
tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, tepat dokumentasi, dan waspada efek samping oleh Putri
(2014). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Regresi Logistik Ganda
dengan tingkat signifikansi α > 0,05.
Tes biner Regresi Logistik menunjukkan tingkat signifikansi antara Sentralisasi obat
dengan ketepatan pemberian obat (P = 0,501), kepemimpinan tim dengan ketepatan
pemberian obat (P = 0,874), dan pengetahuan nurses`s dengan ketepatan pemberian obat (P =
0,243). Diskusi: Penelitian ini menyimpulkan Sentralisasi obat, kepemimpinan tim, dan
pengetahuan nurse`s yang baik. Tapi, ada perawat yang memiliki nilai negatif pada ketepatan
pemberian obat, obat namun tepat di RSUD Sidoarjo memiliki nilai positif mayoritas.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengkajian dan wawancara yang dilakukan di ruang Teratai, telah
ditemukan masalah meliputi :
1. Edukasi Kesehatan (pemberian brosur atau leaflet tentang diet pola makan
terhadap penyakit yang diderita).
2. Ronde Keperawatan belum dilaksanakan secara formal.
3. Pelaksanaan SOP Sentralisasi Obat terhadap kepuasan pasien
4. Sistem sosialisasi peraturan pada pasien dan keluarga belum maksimal
B. SARAN
Arwani & Heru Suprayitno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC
Balqis Wasliati, dkk. 2021. Sosialisasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Di RSUD
Gina Meirawaty, Kurniawan Yudianto. 2019. Field Experience : Manajemen Strategis pada
Neila Fauzia, Risna. 2020. Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar
Neri, R. A., Lestari, Y., & Yetti, H. (2018). Analisis Pelaksanaan Sasaran Keselamatan
Pasien Di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7, 48-55.
Renata Anisa, dkk. (2022) yang berjudul Media Informasi Dan Promosi Kesehatan Rumah
Sugiyanto. 1999. Lokakarya Mutu Keperawatan dan Holistik Nursing: Mutu Pelayanan
Kesehatan. Surakarta
Suchri Suarli & Yanyan Bahtiar. 2007. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan
Yusnilawati. 2019. Hubungan Penerapan Metode Tim dengan Kinerja Perawat Pelaksana
diRSJD Provinsi Jambi dan RSUD Abdul Manafa Kota Jambi . Jurnal Ilmiah Ilmu