Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN MAWAR

RSUD BATARA SIANG PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

Di Susun Oleh :

Ririn Nurhidayah, S.Tr.Kep Selpesina Okmemera, S.Kep

Rizky Nurawaliyah Yunus, S.Tr.Kep Selviyanti, S.Tr.Kep

Sela Paramita, S.Tr.Kep Sri Nurhayati, S.Tr.Kep

Selpiana, S.Tr.Kep St. Fatima Fuad, S.Tr.Kep

Vinesia Tamaela, S.Kep Vitrah Ramadhani, S.Tr.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GRAHA EDUKASI MAKASSAR

PRODI NERS PROFESI

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan baik pemerintah


maupun swasta dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan
guna menghasilkan pelayanan yang berkualitas dan bermanfaat bagi
masyarakat, sehingga dibutuhkan kemampuan pengelolaan manajerial yang
handal pada berbagai bidang termasuk manajemen dibidang keperawatan.
Tuntunan tersebut sebagai fenomena yang harus diperoleh oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan
langkah-langkah konkret dalam pelaksanaanya.

Rumah sakit dan pusat pelayanan kesehatan lainnya dituntut untuk mampu
mengembangkan kualitas pelayanan yang memilki daya saing tinggi untuk
memenangkan persaingan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan
tersebut tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan kecuali menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Meningkatkan kualitas dan
keamanan pelayanan merupakan salah satu strategi bersaing yang sangat
efektif, termasuk kualitas pelayanan keperawatan yang merupakan bagian
integrasi dari pelayanan kesehatan.

Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan sejajar dengan


proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen keperawatan, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan perencanaan, pelaksanaan
kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil.

Pelayanan keperawatan yang terorganisir, memerlukan perawat manajer


dan administrator yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi pada semua aspek manajemen. Perawat manajer siap terhadap
perubahan dan mampu menghadapi tantangan dari lingkungan yang selalu
berubah dan mengalang sistem pendukung untuk yang lain. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai salah satu metode
pelakasanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling menopang. Salah satu bentuk penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan adalah melalui pengembangan metode,
praktik keperawatan yang ilmiah yang biasa disebut model praktek
keperawatan profesional (MPKP). Model ini sangat menekenkan pada kualitas
kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan.

Sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Batara Siang Kab. Pangkep yang
berusaha untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dengan memperhatikan
salah satu aspek pentingnya yaitu aspek manajemen. Keberhasilan manajemen
dalam suatu rumah sakit dapat menjadi salah satu indikator penunjang dalam
peningkatan pelayanan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan, mahasiswa


diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP),
secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang
professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan


manajemen, peserta mampu :

a. Melaksanakan pengkajian di ruang rawat inap keperawatan.

b. Melaksanakan analisis situasi dan  identifikasi masalah manajemen


keperawatan

c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan diruangan dalam bentuk :


A) Mampu membuat fungsi perencanaan model praktek keperawatan
professional di ruangan antara lain :

1) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan

2) Mampu membuat kebijakan kerja diruangan

3) Mampu menyiapkan perangkat kegiatan model praktek keperawatan


professional diruangan

4) Mampu mengembangkan sistem informasi manajeman keperawatan


dirungan dalam menerapkan model praktek keperawatan
professional

B) Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruangan model


praktek keperawatan professional antara lain :

1) Membuat struktur organisasi di ruang model praktek keperawatan


professional

2) Membuat daftar dinas ruangan berdasarkan Tim di ruang model


praktek keperawatan professional

3) Membuat daftar pasien berdasarkan Tim di ruang model praktek


keperawatan professional

C) Melaksanakan fungsi pengarahan dalam ruangan di ruangan model


praktek keperawatan professional antara lain:

1) Mampu menerapkan pemberian motivasi

2) Mampu membentuk manajemen konflik

3) Mampu melakukan supervise

4) Mampu melakukan pendelegasian dengan baik

5) Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain :

a) Operan

b) Prekonference
c) Post conference

d) Ronde keperawatan

e) Supervisi Keperawatan

f) Discharge planning

g) Dokumentasi Keperawatan.

D) Melaksanakan fungsi pengendalian dalam bentuk audit hasil di ruangan


model praktek keperawatan professional antara lain :

1) Mampu memperhitungkan (BOR: bed occupancy rate), yaitu


pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu

2) Mampu menghitung (ALOS: average length of stay), yaitu rata-rata


lama rawat seorang pasien

3) Mampu menghitung (TOI: turn over interval), rata-rata hari tempat


tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya

4) Mampu menghitung Kejadian infeksi nosokomial

5) Mampu menghitung Kejadian cedera

6) Mampu melakukan Audit dokumentasi asuhan keparawatan

7) Mampu melakukan Survey masalah baru

8) Mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi pasien

Dengan adanya program MPKP di Rumah Sakit diharapkan pasien


merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang
optimal.

2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.

b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan


tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.

c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.

d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.

3. Bagi rumah sakit

a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang


berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.

b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta


menyusun rencana strategi.

c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional


(MPKP) secara optimal.

4. Bagi mahasiswa

Mengerti dan memahami penerpan atau aplikasi MPKP di dalam


Rumah Sakit.
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

A. Filosofi Perawatan Mawar

Filosofi perawatan Mawar adalah salah satu perawatan yang ada di RSUD
Batara Siang dimana dalam perawatan ini perawat maupun tenaga medis yang
lainnya memberikan tindakan keperawatan, diagnose keperawatan, dan
treatment respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dihadapi baik secara
actual maupun potensial yang terus berlanjut agar dapat meningkatkan status
kesehatan pasien secara optimal. Perawatan ini memiliki falsafah yang
berbunyi dengan budaya “Dengan Budaya Sipakatau, Sipakainge, Sipakalebbi
Kita Wujudkan Kebersamaan dan Keharmonisan Dalam Pelayanan Rumah
Sakit”.

1. Pengertian

Ruang rawat inap penykit infeksius adalah suatu perawatan airlock yang
digunakan dalam kasus penyakit menular. Suatu ruangan memberikan asuhan
keperawatan pada klien mengalami gangguan dari berbagai system seperti
HbSAG, HIV/AIDS.

Ruang rawat inap penyakit neurologi adalah suatu perawatan untuk


membantu pemulihan lesi dengan manfaat mekanisme dasar pemulihan sistem
saraf dimana kita memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
gangguan sistem syaraf baik yang aktual maupun yang potensial seperti stroke,
Epilepsi, dan Meningitis

2. Tujuan dan Prinsip Keperawatan

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional

b. Menyelenggarakan pelayanan yang berorientasi kepada keselamatan


pasien serta semangat spiritual

c. Menyelenggarakan pengelolaan manajemen yang mandiri


d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan secara profesional

e. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan Sumber


Daya Manusia (SDM)

f. Menjadikan rumah sakit unggul mandiri berlandaskan iman

3. Sifat Kekaryaan

a. Fokus telah

Dalam bidang pelayanan focus telaah ruang rawat inap infeksius dan
neuorolgi adalah suatu perawatan airlock yang digunakan dalam kasus
penyakit menular dan neurologi untuk membantu pemulihan lesi dengan
manfaat mekanisme dasar pemulihan sistem saraf dimana kita memberikan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan sistem syaraf
baik yang aktual maupun yang potensial seperti stroke, Epilepsi, dan
Meningitis.. Suatu ruangan memberikan asuhan keperawatan pada klien
mengalami gangguan dari berbagai system seperti HbSAG, HIV/AIDS.

Dalam bidang pendidikan focus telaah ruang rawat inap perawatan


Mawar adalah individu atau kelompok (perawat, mahasiswa praktik, staff,
pasien dan keluarganya) yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
dalam memenuhi kebutuhan pasien yang berhubungan dengan masalah
kesehatan yang dialami dan hal-hal yang perlu diperhatikan yang dapat
timbul.

Dalam bidang penelitian fokus telaah ruang rawat inap perawatan


Mawar adalah kelompok/institusi yang sedang meneliti permasalahan yang
timbul pada berbagai unsur yang ada diruang rawat inap perawatan mawar.

b. Basic Intervensi

Basic Intervensi ruang rawat inap perawatan Mawar dalam bidang


pelayanan berupa ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Dalam bidang pendidikan berupa kurang pengetahuan peserta didik dalam
mencapai tingkat pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan degan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang penelitian basic
intervensinya adalah hal-hal.

c. Lingkungan Garapan

Lingkup garapan keperawatan Mawar dalam pelayanan meliputi


pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga, penyimpangan dan
pemberian intervensi untuk mengatasi masalah yang muncul baik aktual
maupun potensial.

Elemen – elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap Mawar :

1) Pemeliharaan pola – pola normal dari fungsi – fungsi dasar /


kebutuhan dasar manusia

2) Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan

3) Penanganan masalah psikis ( emosional ) berkaitan dengan penyakit


& pengobatan

4) Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang pemeliharaan


kesehatan

5) Memfasilitasi selfcare ( perawatan diri ) pasien secara mandiri oleh


klien maupun keluarga

6) Membantu pasien menghadapi kematian beserta prosesnya agar dapat


meninggal dengan damai

B. Manajemen

1. Pengertian

Manajemen keperawatan merupakan pengalokasian aktivitas keperawatan


yang merupakan bagian yang dilaksanakan oleh para perawat dalamupaya
memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian yang integral dari
pelayanan kesehatan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata, yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu
memahami konsep dan aplikasinya. Konsep manajemen keperawatan,
perencanaan, berupa rencana strategi melalui pendekatan : pengumpulan data,
analisa SWOT dan menyusun langkah – langkah perencanaan. Pelaksanaan
secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan metode asuhan keperawatan,
melakukan pengawasan dan pengendalian serta dokumentasi yang lengkap.

2. Fungsi Manajemen

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali


dengan merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilakukan,
menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan
umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana
yang diperlukan (Swanburg,1999). Fungsi planning (perencanaan) adalah
fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan
menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan merupakan
tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.

Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin


klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka
butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar mendapat
hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,


alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2005 dalam Nurhidayah,
2007). Menurut Swanburg (2000), pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, penugasan suatu
kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok, dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit
lainya, baik menurut vertical maupun horizontal, yang bertanggung jawab
untuk mencapai objektif organisasi.

Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat diambil


kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan
yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara anggota organisasi
degan rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab yang jelas sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

c. Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha


memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah proses
memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara
optimal dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan keterampilan
yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan
komunikasi dan pengembangan motivasi yang efektif.

Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik


dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas
bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan
efisien, efektif dan produktif. Pengarahan di ruang perawatan dapat
dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu operan pasien, program motivasi,
manajemen konflik, melakukan supervisi dan lainnya.

d. Pengevaluasian (Controlling)

Pengevaluasian merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya


terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi.
Pengevaluasian juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan
(Mockler, 2002).

C. Timbang Terima

1. Pengertian Timbang Terima

Nursalam (2014), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam


menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya.

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,


mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja. Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum
materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional
maupun bedside handover tidak jauh berbeda. Bedside handover juga tetap
memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus
ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.

2. Manfaat Timbang Terima


a. Bagi Perawat

1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

2) Menjalin hubungan kerja sama dan tanggungjawab antar perawat

3) Pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkesinambungan

4) Perwat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna

b. Bagi Pasien

Klien bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat timbang terima

a. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift

b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggungjawab pasien

c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas

d. Hal-hal yang harus dilaporkan harus sesuai dengan kondisi klien

e. Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab

D. Dokumentasi Proses Keperawatan

1. Pengertian

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam


komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan
dikerjakan oleh perawat

2. Tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan

a. Memanfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien

b. Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien


c. Menfasiitasi kmunikasi antara disiplin mengenai konsistensi tujuan dan
kemajuan pengobatan

d. Teknik evaluasi

Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian


terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat dipastikan
apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai kemajuan.

e. Pembayaran Kembali (Reinforcement)

Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi


tentang penanganan klien dan memberikan bukti adanya pelayanan.

f. Akreditasi

Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan menurut


Lembaga pemberi lisensi dan akreditasi adalah mempertahankan rekam
medik, termasuk dokumentasi asuhan keperawatan.

3. Hal-Hal yang Penting Diperhatikan dalam Pendokumentasian Asuha


Keperawatan

a. Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,


perencanaan, implementasi, dan eveluasi

b. Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta


berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.

c. Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dengan format yang


dirancang oleh institusi

d. Diagnosa keperawatan formulasikan dari data yang dikumpulkan

e. Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi tujuan, hasil
yang di harapkan dan aktifitas keperawatan yang ditetapkan berdasarkan
diagnosa keperawatan
f. Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang membuat
klien dapat berpartisipasi dalam promosi, pemeliharaan dan restorasi
kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi kesehatan

g. Catatan evaluasi tepat waktu kesehatan dan perkembangan atau


kurangnya perkembangan ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan

h. Aktivitas, prioritas dan tujuan direvisi berdasarkan espon klien terhadap


perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.

4. Pedoman Umum Dalam Mendokumentasikan Proses Keperawatan

a. Dokumentasi harus ditulis secara objektif tanpa bias dan informasi


subjektif

b. Gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh hasil


pengamatan khusus

c. Hindari pernyataan yang bersifat umum karena memiliki arti ganda

d. Data dokumentasi sacara jelas, singkat dan ringkas

e. Hasil pengkajian dicatat dengan tulisan yang bersih dan dapat dibaca

f. Temuan-temuan hendaknya diuraikan sejelas mungkin

g. Ejaan harus jelas

h. Dokumentasi harus ditulis dengan tinta jangan dengan pensil, untuk data
biasa gunakan tinta hitam atau biru dan tinta merah untuk obat-obatan

i. Apaila catatan tidak penuh jangan dikosongkan tetapi butlah garis


horizontal atau vertikal sepanjang bagian yang kosong

j. Jika ada ksalahan, pernyataan yang salah dicoret, twetapi harus dapat
dibaca selanjutnya diparaf

k. Pencatatan harus selalu dimulai dari tanggal, jam dan diakhiri dengan
tanda tangan, nama jelas serta jabatan perawat

5. Pentingnya Dokumentasi Keperawatan


a. Pendokumentasian merupakan mekanisme komunikasi antara anggota
tim pelayanan kesehatan

b. Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya hubungan yang


kreatif antara klien dan provider

c. Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien, fokus asuhan


keperawatan dapat ditentukan

d. Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat dan


tanggungjawab serta tanggung gugat

e. Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status kesehatan


klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat diperkirakan
jumlah kebutuhan teaga perawat

f. Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan pihak ketiga


dan bukti tuntutan hukum

6. Unsur-unsur dokumentasi asuhan keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan,


dimana pada fase ini perawat mengumpulan data tentang status kesehatan
klien secara sistematis menyeluruh, akurat dan berkesianambungan.

b. Mengumpulkan data

Meliputi pengumpulan data dasar mencakup informasi tentang klien :

1) Riwayat kesehatan dulu, seperti riwayat alergi terhadap makanan atau


obat tertentu, riwayat pernah dilakukan tindakan bedah, riwayat
menderita penyakit kronis dan lain-lain

2) Riwayat kesehatan sekarang seperti adanya perasaan nyeri, mual,


gangguan tidur dan lain-lain

3) Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat menggunakan teknik


inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ( IPPA ) dengan prinsip
pemeriksaan ” head to toe ” atau berdasarkan sistem tubuh seperti
sistem pernapasan, pencernaan, eliminasi dan lain-lain

4) Pemeriksaan penunjang seperti meliputi : pemeriksaan laboratorium,


radiologi, CT scan dan lain-lain.

c. Pengoorganisasian data

Untuk mendapat data secara sistematik, perawat menggunakan format


pengkajian atau disebut juga pengkajian perawat .format pengkajian dapat
dimodifikasi dengan keadadan klien. Dalam keperawatan format pengkajian
yang di gunakan dapat didasarkan ada berbagai teori keperawatan,
diantaranya :

1) teori gordon tentang fungsi kesehatan

2) teori orem tentang perawatan diri

3) teori roy tentang model adaptasi

4) teori maslow berdasarkan tingkat kebutuhan manusia

d. Validasi data

Informasi yang telah dikumpulkan harus lengkap, akurat dan seusai


dengan keadaan klien sehingga harus dilakukan validasi atau pemeriksaan
Kembali terhadap data yang telah dikumpulkan tersebut.

e. Pencatatan data

Untuk melengkapi pengkajian, dokumentasi data akurat dan mencakup


semua keadaan kesehatan klien dan tidak berdasarkan hasil intervensi
perawat

f. Diagnose keperawatan

Diagnose keperawatan adalah keseimpual klinis tentang individu,


keluarga atau masyarakat yang aktual, resiko dari status kesehatan
seseorang. Diagnosa keperawatan ini merupakan dasar untuk melakukan
intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan dan dapat dievalusi
(NANDA, 1990).

Tipe diagnosa keperawatan yaitu :

1) Akurat

Pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini


berdasarkan hasil pengkajian yang meliputi tanda dan gejala seperti jalan
nafas tidak efektif dan ansietas.

2) Resiko

Resiko penyertaan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana


masalah lebih beresiko untk menjadi aktual pada klien tersebut dibanding
dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang sama.

Komponen dari diagnose keperawatan yaitu :

1) Problem

Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya terhadap


terapi yang diberikan oleh perawat yang dituliskan dalam beberapa kata
antara lain:

a) Perubahan (perubahan dari sebelumnya)

b) Gangguan ( kelemahan, kerusakan dan pengurangan )

c) Penurunan (pengecilan, dari segi ukuran, jumlah atau tingkat


/derajat)

d) Tidak efektif ( tidak menghasilkan efek yang sesuai )

e) Akut ( terjadi dalam waktu yang mendadak dan pendek )

f) Kronis ( terjadi dalam waktu yang lama, berulang dan tetap )

2) Etiologi
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari masalah kesehatan
dalam melakukan intervensi keperawatan yang mencakup tingkah laku,
lingkungan disekitar atau gabungan dari keduanya.

3) Simtom

Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian dari


diagnosa keperawatan.

g. Perencanaan

Perencanaan adalah tahap sistematik pross keperawatan yang


melibatkan perbuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam
perencanaan, perawat mengacu pada pengkajian dasar klien dan pernyataan
diagnostik sebagai acuan dalam mewujudkan tujuan klien dan mendesain
strategi keperawatan untuk mencegah, mengurangi masalah kesehatan klien.

Proses perencanaan keperawatan meliputi :

1) Membuat prioritas perencanaan

Prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan strategi


keperawatan.

2) Membuat tujuan dan kriteria hasil

Tujuan adalah pernyataan yang lebih luas tentang dampak dari


intervensi keperawatan. Kriteria hasil adalah pernyataan yang lebih
spesifik, dan diukur untuk mengevaluasi apakah tujuan tercapai.

h. Implementasi

Dalam proses keperawatan implementasi merupakan suatu tahap


dimana perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu tindakan.
Implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan keperawatan, mendelegasi
dan mencatat apa yang dilakukan. Dalam melaksanakan tindakan
kperawatan perawat mencatat tindakan apasaja yang dilakukan serta respon
klien.
i. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan .evaluasi


merupakan perencanaan, pelaksanaan, kemajuan aktivitas yang mana klien
dan profesional kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan kemajuan klien
sesuai tujuan dan keefektifan rencana keperawatan.

E. Metode Fungsional

1. Metode Fungsional

a. Perawat melakukan tugas tertentu sesuai jadwal kegiatan yang ada

b. Perawat senior akan sibuk melakukan tugas manajerial sedangkan asuhan


keperawatan pada pasien dilakukan oleh perawat junior atau yang belum
punya pengalaman

c. Penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas pada


tindakan tertentu

2. Kelebihan metode fungsional

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang


jelas dan pengawasan yang baik

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang memiliki tenaga kesehatan dengan
perbandingan tenaga perawwat professional (pelaksana lanjut atau
penyedia) yang lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga perawat
pelaksana dan perawat pembantu (pemula).

3. Kekurangan metode fungsional

a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat

b. Pelayanan keperawatan dilakukan terpisah-pisah sehingga tidak dapat


menerapkan proses keperawatan

c. Perawat cenderung berorientasi pada tindakan yang berkaitan dengan


keterampilan
4. Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 grup
yang terdiri dari tenaga professional teknikal pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu dengan jumlah tenaga 6-7 orang dalam satu tim.

a. Konsep metode tim

1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan

2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana dan


pelaksanaan pemberia pelayanan keperawatan terjamin

3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim

4) Peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan
berhasil baik bila di dukung oleh kepala ruangan

b. Tanggung jawab ketua tim

1) Membuat perencanaan

2) Membuat koordinasi, penugasan, superfisi, dan evaluasi

3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat


kebutuhan pasien

c. Tanggung jawab anggota tim

1) Memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara


langsung

2) Kerja sama antar anggota tim dan antar tim

3) Memberikan laporan

4) Mengembangkan kepemimpinan anggota

5) Menyelenggarakan konferensi selama 15-20 menit setiap hari untuk


pengembangan dan revisi rencana askep
d. Kelebihan metode tim

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi


dan memberikan kepuasan kepada anggota tim

e. Kekurangan metode tim

Komnikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit melakukan


di waktu sibuk

5. Metode Primer

Metoda penugasan diman satu perawat brtnggung jawab penuh selama 24


jam terhadap askep pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit,
mendorong pratik mandiri perawat, ada kejelasan antar si pembuat rencana
askep pelaksana. Metoda primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat
yang terus menerus antara pasien dan perawat yang di tugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi askep selama pasien di rawat.

Konsep dasar model askep ini adalah adanya tanggung jawab, tanggung
gugat serta otonomi dari perawat serta melibatkan keterlibatan pasien dan
keluarga.

a. Tugas perawat primer

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

3) Melaksanakan rencana yang telah di buat selama dinas

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di


berikan dokter maupun perawat lain

5) Mengevaluasi keberhasilan yang di capai

6) Menerima dan menyesuaikan rencana


7) Menyiapkan penyuluhan pulang

8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga


sosial masyarakat

9) Membuat jadwal perjanjian klinik

10) Mengadakan kunjungan rumah sakit

b. Ketenagaan metode primer

1) setiap perawat primer adalah perawat bed side

2) beban kasus pasien 4-6 orang perawat atau dengan rasio perawat dan
pasien sebesar 1 : 4 atau 1 : 5 disesuaikan dengan jumlah yang ada di
ruangan dan jumlah perawat yang ada

c. Kelebihan metode primer

1) Bersifat kontiniunitas dan komprehensif

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil


dan memungkinkan pengembangan diri

3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah


sakit (Gillies, 1989)

4) Keuntungan yang di rasakan adalah pasien merasa di manusiawikan


karena terpenuhi kebutuhan secara individu

5) Asuhan yang diberikan bermutu tinngi dan tercapai pelayanan yang


efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi informasi dan
advokasi

6) Pertukaran informasi tentang kondisi pasien selalu di perbaharui dan


koprehensif.

7) Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan


pengetahuan yang memadai dengan kriteria insertif, sel direction.
Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat menguasai
keperawatan clinik accountable serta mampu berkolaborasi dan
berbagai disiplin

6. Metode Pengelolaan Kasus

Model ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan


dimana setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
selama jam dinasnya. Pasien akan dirawt oleh perawat yamg berbeda untuk
setiap shif dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat. Dalam hal ini umunya dilaksanakan oleh perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, Intensive care.

a. Kelebihan pengelolaan kasus

1) Perawat lebih memahami kasus per kasus

2) Sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah

b. Kekurangan pengelolaan kasus

1) Belum dapat diidentifikasinya perawat penanggung jawab

2) Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama

F. Pengelolaan Pemberian Pelayanan Kesehatan

1. Kepala ruangan

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala rungan adalah perawat
dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP
tingkat I adalah perawat dengan kemampuan S.Kep/Ners dengan pengalaman.
Kepala ruangan bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi.

Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah :

a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)

b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan

c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan


d. Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan

e. Mengorientasi pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan


mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan,
anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP.

f. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat

g. Bekerja sama dengan CCM (pembimbing klinik) pembimbing


siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan,
dengan mengikuti system MPKP

h. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang harmonis


dengan pasien keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala
ruangan bersama CCM dan PP mengingatkan Kembali pasien dan
keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka
di ruangan yang bersangkutan

i. Mengecek perlengkapan persediaan status minimal 5 sel setiap hari

j. Bersama CCM melakukan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal


penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku professional

k. Bila PP cuti tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh
kepala ruangan/CCM dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil
PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan kepala
ruangan

l. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan


diruangan

m. Bersama CCM memonitoring dan mengevaluasi penampilan kerja semua


tenaga yang ada diruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikan
pangkat

n. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk


membahas kebutuhan di ruangan
o. Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan
keperawatan

2. Clinical care manager (CCM)

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula CCM adalah SKp/Ners dengan
pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners spesialis. Pada
MPKP tingkat II, jumlah Ners Spesialis lebih dari satu orang tetapi disesuaikan
dengan kekhususan (Majoring) sesuai kasus yang ada.CCM brtugas sesusai
jam kerja yaitu dinas pagi.

Tugas dan tanggung jawab CCM adalah:

a. Melakukan pembimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP


(ronde keperawatan)

b. Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.

c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.

d. Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian.

e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan


peneltian.

f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan


keperawatan.

g. Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi


tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordnasikan, mengarahkan dan
mengevaluasi mahasiswa praktek, dan membahas dan mengevaluasi
tentang penerapan MPKP.

h. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi


masukan untuk perbaikan.

i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi tentang


asuhan keperawatan

3. Perawat primer (PP)/Ketua tim


Pada ruang rawatdengan MPKP pemula, PP pemula adalah perawat
dengan kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP
tingkat I adalah perawat dengan kemampuan S.Kep/Ners. PP dapat bertugas
pada pagi, sore atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya bertugas pada
pagi atau sore saja.

Tugas dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut :

a. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan
berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehngga tercipta
hubungan terapeutik

b. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian


yang sudah dilakukan PP pada sore, malam ataupun hari libur

c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar


renpra sesuai dengan hasil pengkajian

d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung


jawabnya sesuai pasien yang di rawat (pre conference)

e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap


giliran jaga, sesuai kondisi yang ada

f. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi tindakan


keperawatan, apakah sesuai dengan SOP

g. Memonitor Dokumentasi yang dilakukan oleh PA

h. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA

i. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan


tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA

j. Mengatur pelaksanaan, konsul dan pemeriksaan laboratorium

k. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan Perawat


Pelaksana

l. Mendampingi dokter visite pasien di bawah tanggung jawabnya


m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan pasien setiap hari

n. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2 hari


untuk membahas kondisi keperawatan pasien

o. Bila PP cuti/Libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah


ditunjuk sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan

p. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

q. Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasin dirawat

r. Bekerja sama dengan Clinical Care Manager (CCM)

s. Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta


evidence based practice (EBP)

4. Perawat pelaksana

Kemampuan PA pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya


perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. namun pada beberapa kondisi
bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan pada beberapa MPKP
Yang dikembangkan.

Tugas dan tanggung jawab PA/Perawat Pelaksana adalah sebagai berikut

a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan kepada


PP, bila ada hasil yang belum jelas

b. Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai


lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP

c. Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format


orientasi pasien dan keluarga jika PL tidak ada di tempat

d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasaran renpra

e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan


mendokumentasikannya pada format yang tersedia

f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat


g. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan

h. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf

i. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yng


perlu diselesaikan

j. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium,


pengobatan dan tindakan

k. Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan PP

l. Melakukan inventarisasi fasilitas yng terkait dengan timnya

m. Membantu tim lain yang membutuhkan

n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan PP
BAB 3
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


1. Sejarah Singkat RSUD Batara Siang
Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep berdiri pada tanggal 6 Oktober
1972, penggunaan rumah sakit diresmikan oleh Menteri Kesehatan dan sejak
itulah melaksanakan kegiatan operasional hingga saat ini. Pada awalnya,
pendirinya hanya memiliki beberapa tenaga full timer dan masih berstatus
Rumah Sakit tipe D. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No.
1226/MENKES/SK/X/19, tanggal 26 Oktober 1997 Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Pangkep telah menjadi Rumah Sakit Pemerintah Daerah
kelas madya setara dengan Rumah Sakit kelas C dan telah menyandang status
akreditasi rumah sakit dengan 12 Pokja pada tahun 2012 lalu.
RSUD Pangkep terletak di Jalan Sultan Hasanuddin, Jalan poros
Makassar - Pare-Pare wilayah Kelurahan Pa’doang-doangan, Kecamatan
Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. RSUD Pangkep
menempati tanah seluas 35.403 m² dengan luas bangunan 9.996 m².
Rumah Sakit ini sekarang telah memperoleh akreditasi paripurna
bersamaan dengan pemberian nama baru dari RSUD Pangkep menjadi RS
Batara Siang. Nama Rumah Sakit Batara Siang digunakan sebagai bentuk
penghargaan kepada pahlawan dan Raja Siang yang pernah berjaya di
Kabupaten Pangkep. Makna diambilnya nama tersebut agar seluruh pengelola
RS Batara Siang bisa mengambil contoh perjuangan dari Raja Siang.

2. Falsafah, Motto, Visi, Misi, dan Tujuan


a. Falsafah
Dengan Budaya SIPAKATAU, SIPAKAINGE, SIPAKALEBBI
Kita Wujudkan Kebersamaan & Keharmonisan Dalam Pelayanan Rumah
Sakit
b. Motto
“ Melayani dengan Keikhlasan ”
c. Visi
Menjadi Rumah Sakit Unggul Mandiri Berlandaskan Iman
d. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional.
2) Menyelenggarakan pelayanan yang berorientasi kepada
keselamatan pasien serta semangat spiritual.
3) Menyelenggarakan pengelolaan manajemen yang modern
4) Meningkatkan kesejahteraan karyawan secara professional.
5) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan & pengembangan sumber
daya manusia (SDM).
e. Tujuan
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten
Pangkep.
2) Terwujudnya RSUD Kabupaten Pangkep sebagai rumah sakit yang
unggul dalam pelayanan dan ramah lingkungan.
3) Terwujudnya rumah sakit modern yang mampu memberikan
pelayanan medis yang sesuai dengan prosedur dan strategi standar
pelayanan yang memadai dalam rangka memenuhu kebutuhan
masyarakat umum dan masyarakat industri.

3. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


Jenis pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit batara siang:
a. Pelayanan Rawat Jalan
b. Pelayanan Rawat Inap
c. Pelayanan Raboratorium
d. Pelayanan Radiologi
e. Pelayanan Kamar Operasi
f. Pelayanan Fisiotherapi
g. Pelayanan Spesialis Obstrectric dan Genekologi
h. Pelayanan Spesialis Penyakit Dalam
i. Pelayanan Spesialis Bedah
j. Pelayanan Spesialis Anak
k. Pelayanan Spesialis Saraf
l. Pelayanan Spesialis Jiwa
m. Pelayanan Spesialis Mata
n. Pelayanan Spesialis Kulit dan Kelamin
o. Pelayanan Spesialis Gigi dan Mulut
p. Pelayanan Spesialis THT
q. Pelayanan Spesialis Gizi
r. Pelayanan Spesialis BDRS

4. Penampilan Kerja
Berdasarkan laporan indicator pelayanan rumah sakit, data triwulan
dari bulan Desember tahun 2021 yaitu :
a. Jumlah pasien yang dirawat = 13 Orang (14 hari)
b. BOR
BOR (Bed Occupancy Rate)
= Jumlah hari perawatan pada episode tertentu x 100 %
Kapasitas TT x Jumlah hari pada periode waktu yang sama
= 71 hari x 100 %
17 x 14 hari
= 29,83 % (Tidak Ideal)

c. LOS
LOS ( Leght Of Stay)
= Jumlah lama di rawat pasien keluar
Jumlah pasien keluar ( Hidup + Mati )

= 46 hari

7 orang

= 6,5 hari (Ideal)


d. BTO
BTO (Bed Turn Over)
= Jumlah pasien keluar ( Hidup + Mati )

Kapasitas tempat tidur

= 7 orang

17

= 0, 4 kali (Tidak Ideal)

e. TOI
TOI ( Turn Over Interval )
= ( Kapasitas TT x Jumlah hari ) – Jumlah hari perawatan

Jumlah pasien keluar ( Hidup + Mati )

= (17 x 14) - 71

7 orang

= 23,83 hari (Tidak Ideal)

B. Analisa Hasil Pengkajian Manajemen Pelayanan Keperawatan di


Ruang Mawar
1. Gambaran Ketenagaan Perawat di Ruangan Mawar
Perawat di ruangan mawar RSUD Batara Siang terdapat 1 orang
kepala ruangan dengan jenjang pendidikan profesi Ners, 2 orang
perawat primer dengan jenjang pendidikan 1 orang D3 dan 1 orang S1
Keperawatan, serta 15 orang perawat ahli dengan jenjang pendidikan
Profesi Ners 5 orang, Sarjana Keperawatan 1 orang, dan D3 sebanyak
9 orang.

No Nama JK Pendidikan Jabatan


1. Nurcaya, S.Kep., Ns P Ners Karu
2. Rahayu, S.Kep P S1 Keperawatan Katim A
3 Yuli, AMK P D3 Keperawatan Katim B
4 Nurafni, AMK P D3 Keperawatan PA Tim A
5 Nurdiana, AMK P D3 Keperawatan PA Tim A
6 Nurul Utami, AMK P D3 Keperawatan PA Tim A
7 Fajriani, S.Kep., Ns P Ners PA Tim A
8 Musdalifah, AMK P D3 Keperawatan PA Tim A
9 Putri Reski Amelia,
P Ners PA Tim A
S.Kep., Ns
10 Hamdana, AMK P D3 Keperawatan PA Tim A
11 Fian, AMK P D3 Keperawatan PA Tim A
12 Sri Wahyuningsih,
P Ners PA Tim B
S.Kep., Ns
13 Sri Ratna A, S.Kep.,
P Ners PA Tim B
Ns
14 Rahmatia, AMK P D3 Keperawatan PA Tim B
15 Lisnawati, AMK P D3 Keperawatan PA Tim B
16 Amiruddin, S.Kep L S1 Keperawatan PA Tim B

17 Risma, AMK P D3 Keperawatan PA Tim B


Nururl Sabrina Jafar,
18 P Ners PA Tim B
S.Kep

Jumlah tenaga perawat berdasarkan pendidikan :


Profesi ners : 6 orang
S1 Keperawatan : 2 orang
D3 Keperawatan : 10 orang
Total : 18 orang
2. Daftar Nama Alat Keperawatan di ruangan Mawar, jumlah dan kelayakan alat
yang tersedia di RSUD Batara Siang.
ALAT DI RUANG RAWAT PERAWATAN
No. Nama alat jumlah LP TLP Keterangan
1. Bed pasien 17 17 2
2. Lemari pasien 17 17 -
3. Kursi pasien 17 17 -
4. Wastafel 2 2 -
5. WC 5 5 -
6. Standar Infus 21 18 3
7. Tempat sampah 2 TS Infeksius
13 13 -
10 TS Non Infesksius
8. EKG 1 1 -
9. Tabung oksigen
10 10 -
besar
10. Dorongan O2 1 1 -
11. Troli 2 2 -
12. AC 4 4 -
13. Stetoskop 2 2 -
14. Timbangan
beratbadan/flow 1 1 -
meter
15. Alat pengukur
1 1 -
tinggi
16. Kursi roda 1 1 -
17. Lemari 3 3 -
18. Meja Nurse
1 1 -
Station
19. Komputer 1 1 -
20. Kulkas 1 1 -
21. Telepon 1 1 -
22. Printer 1 1 -
23. Kipas Angin
1 1 -
Tornado
24. Kulkas 1 1 -
25. Nerbekken 1 1 -
26. Gunting
1 1 -
Verband
27. Kom 1 1 -
28. Pinset Anatomi 1 1 -
29. Nebulizer 3 3 -
30. Syringe Pump 7 7 -
31. Tensimeter 2 2 -
32. Inpus Pump 2 2 -
33. Sterilisator
2 2 -
Kering
34. Trolly Kecil 1 1 -
35. Trolly Emergeny 1 1 -

3. Analisis Hasil Pengkajian Manajemen di ruangan Mawar

Ruang perawatan mawar merupakan salah satu ruang rawat inap di


RSUD Batara Siang Kabupaten Pangkep. Ruang perawatan mawar melayani
pasien rawat inap syaraf dan pasien dengan penyakit infeksius, dimana di
ruang perawatan ini terdiri dari 5 kamar pasien.
Kamar perawatan pasien syaraf terdiri dari 3 kamar yaitu kamar 1, 2
dan 3 sedangkan kamar 4 dan 5 merupakan kamar perawatan pasien dengan
penyakit infeksius. Selain itu, terdapat 1 ruang perawat, 1 ruang kepala
ruangan, 1 ruang tindakan, 1 gudang dan nurse station.

a. Fungsi perencanaan
1) Visi Misi Organisasi
Wawancara, Menurut kepala ruangan sampai saat ini belum
ada visi misi tersendiri di ruang mawar, hanya berlandaskan
pada visi misi rumah sakit itu sendiri.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar tidak
terlihat visi misi keperawatan yang terpasang di dinding
ruangan.
Masalah : Perumusan visi dan misi ruangan belum ada

2) Filosofi Keperawatan
Wawancara, Menurut kepala ruangan sampai saat ini belum
ada filosofi keperawatan di ruang mawar
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar tidak
terlihat filosofi keperawatan yang terpasang di dinding ruangan.
Masalah : Filosofi ruangan belum ada
3) Peraturan Organisasi
Wawancara, Menurut kepala ruangan untuk aturan di ruangan
mawar hanya secara lisan saja tetapi sudah terdapat aturan atau
tata tertib dari rumah sakit yang harus ditaati oleh seluruh
pegawai.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar tidak
ada aturan yang tertempel di dinding ruangan.
Masalah : -
4) Pembuatan rencana harian
Wawancara, Menurut kepala ruangan sudah dibuat rencana
harian serta sudah ada buku pencatatan tiap bulan dan tahunnya.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar
sudah ada catatan harian dalam bentuk baku.
Masalah : -

b. Fungsi pengorganisasian
1) Struktur organisasi
Wawancara, Menurut kepala ruangan sudah ada struktur
organisasi dengan struktur ketenagaan yang dibentuk dengan 2
tim sebagai penerjamaan dari konsep MPKP di ruangan.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar
sudah terdapat struktur organisasi yang terpasang di dinding
ruang mawar.
Masalah : -

STRUKTUR ORGANISASI
KEPALA RUANGAN

Nurcaya, S.Kep.,Ns

KATIM A KATIM B

Rahayu, S.Kep Yuli, AMK

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA

Ns. Fajriani Mahmud, S.Kep Ns. Sriwahyuningsih, S.Kep


Hamdana, AMK Lisnawati, AMK
Fian, AMK Ns. Sri Ratna Azis, S.Kep
Ns. Putri Reski Amalia, S.Kep Amiruddin, S.Kep
Nurafni, AMK Rahmatia, AMK
Musdalifah, AMK Nurul Sabrina Jafar, S.Kep
Nurdiana, AMK Risma, AMK
Nurul Utami Pasri, AMK

2) Pengorganisasian perawatan klien


Wawancara, Menurut kepala ruangan didapatkan data bahwa
metode penugasan menggunakan metode tim dengan
membentuk 2 tim dalam ruangan. Tim A untuk sayap kanan
(untuk pasien perempuan) sedangkan tim B untuk sayap kiri
(untuk pasien lak-laki).
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar
terdapat 2 tim yang bertugas sesuai dengan fungsi dan tanggung
jawabnya masing-masing.
Masalah : -

3) Uraian tugas
Wawancara, Menurut kepala ruangan setiap perawat sudah
mempunyai uraian tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar
seluruh tenaga perawat bertugas dengan tanggung jawabnya
masing-masing.
Masalah : -
4) Metode penugasan
Wawancara, Menurut kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa perhitungan jumlah tenaga keperawatan belum
menggunakan standart minimal dengan rumus, tetapi
disesuaikan dengan rasio klien dikarenakan jumlah pasien yang
tidak menentu.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar
jumlah tenaga perawat cukup. Dengan rincian dinas sebagai
berikut dinas pagi = 6 orang, dinas sore = 4, dinas malam = 3
orang.
Masalah : Perhitungan tenaga perawat belum menggunakan
standar minimal dengan rumus.
5) Pendokumentasian asuhan keperawatan
Wawancara, Menurut kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan
format yang ada dan sudah disepakati bersama antar kepala
ruangan dan komite keperawatan.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar
tersedia lembar penulisan standar asuhan keperawatan. Tersedia
lembar pengkajian, lembar intervensi, dan lembar evaluasi
SOAP tersendiri.
Masalah : -
6) Pengaturan jadwal dinas
Wawancara, Menurut kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa pengaturan jadwal dinas sudah diatur oleh karu
disesuaikan dengan jumlah perawat yang ada di ruangan.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar
untuk pengaturan jadwal shift disesuaikan dengan jumlah
perawat yang ada di ruangan.
Masalah : -

c. Fungsi pengarahan
1) Motivasi kepada perawat
Wawancara, Menurut kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
selalu dilakukan seminar ataupun pelatihan untuk tenaga perawat
tetapi untuk saat ini sudah jarang dilakukan karena masa pandemi
yang mengharuskan untuk tetap physical distancing.
Masalah : kurangnya pelatihan ataupun seminar yang diadakan

2) Komunikasi
Wawancara, Menurut kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
asuhan keperawatan yang didokumentasikan diberitahukan dalam
bentuk timbang terima pasien dan ditindak lanjuti oleh perawat yang
bertugas pada shift selanjutnya. Untuk kegiatan timbang terima
hanya dilakukan di ruang perawat untuk tetap menjaga physical
distancing atau mengurangi kontak langsung kepada pasien
dikarenakan masa pandemic covid 19. Tetapi sebelum masa
pandemi, operan langsung ke kamar pasien selalu dilaksanakan.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar untuk
proses timbang terima hanya dilakukan di ruang perawat tidak ada
kegiatan operan bed to bed langsung pada pasien.
Masalah : -
3) Pendelegasian
Wawancara, Menurut kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
mengenai pendelegasian diatur dan ditunjuk langsung oleh kepala
ruangan secara lisan.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar sudah ada
pendelegasian.
Masalah : -

d. Fungsi pengendalian
1) Program pengendalian mutu
Wawancara, Menurut kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
sudah ada tim pengendalian mutu di ruangan mawar sesuai dengan
struktur kerja tim pokja rumah sakit.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar ada tim
pengendalian mutu di ruang mawar sesuai dengan tim pokja RS.
Masalah : -

2) Pelaksanaan SOP dan SAK


Wawancara, Menurut kepala ruangan asuhan keperawatan yang
diberikan sudah mengacu pada standar asuhan keperawatan (SAK)
yang sudah ditetapkan.
Observasi, Berdasarkan hasil pengamatan di ruang mawar SOP dan
SAK sudah ada
Masalah : -

4. Prioritas Penyelesaian Masalah Manajemen Keperawatan


Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
- Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi
- Severity (Sv), besarnya kerugian yang ditimbulkan
- Manageability (Mn),kemampuan menyelesaikan masalah-masalah
- Nursing concern (Nc), yaitu fokus pada keperawatan
- Affordability (Af), yaitu ketersediaan sumber daya

Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dengan kriteria sebagai
berikut:
- Nilai 1 = sangat kurang sesuai
- Nilai 2 = kurang sesuai
- Nilai 3 = cukup sesuai
- Nilai 4 = sesuai
- Nilai 5 = sangat sesuai

Table 2.2 prioritas masalah manajemen keperawatan


No. Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor
1 Visi, misi ruangan 5 2 4 5 4 800
belum ada
2 Filosofi di 5 2 4 5 4 800
ruangan belum ada
3 Perhitungan 5 4 5 3 5 1500
tenaga perawat
belum
menggunakan
standar minimal
dengan rumus
4 Kurangnya 2 3 4 3 5 360
pelatihan ataupun
seminar yang
diadakan

Dari tabel di atas maka dibuat prioritas masalah sebagai berikut :


a. Perhitungan tenaga perawat belum menggunakan standar minimal.
b. Visi, misi ruangan belum ada.
c. Filosofi di ruangan belum ada.
d. Kurangnya pelatihan ataupun seminar yang diadakan.

5. Alternatif Penyelesaian Masalah


Berdasarkan masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi, dengan
mempertimbangkan sumber daya, waktu, kewenangan dan kemampuan untuk
mengatasi masalah yang ada, maka masalah yang diatas hanya 4 masalah. Dan
berdasarkan prioritas masalah diatas maka skor tertinggi akan dilakukan
rencana tindak lanjut dari masalah yang ada. Tindak lanjut yang akan diambil
mempertimbangkan keterbatasan waktu, sumber daya, dan kemampuan.
a. Seleksi alternatif penyelesaian masalah
Seleksi alternatif penyelesaian masalah menggunakan pembobotan
CARL, yaitu :
- C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternative
- A = Accesability, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternative
- R = Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan alternative
- L = Leverage, artinya daya ungkit alternative tersebut dalam
menyelesaikan masalah

Rentang nilai 1 sampai 5 dengan kriteria sebagai berikut:


- Nilai 1 = sangat kurang sesuai
- Nilai 2 = kurang sesuai
- Nilai 3 = cukup sesuai
- Nilai 4 = sesuai
- Nilai 5 = sangat sesuai

Tabel 2.3 Seleksi Alternatif Penyelesaian Masalah


No Altenatif penyelesaian masalah C A R L Total
1 Perhitungan tenaga perawat 5 4 4 4 320
belum menggunakan standar
minimal dengan rumus
2 Visi, misi ruangan belum ada 4 4 4 4 256
3 Filosofi di ruangan belum ada 4 4 4 4 256
4 Kurangnya pelatihan ataupun 5 4 5 4 400
seminar yang diadakan

Berdasarkan tabel diatas maka dibuat prioritas penyelesaian


masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pelatihan ataupun seminar yang diadakan
2. Perhitungan tenaga perawat belum menggunakan standar minimal
dengan rumus
3. Visi, misi & Filosofi di ruangan belum ada

6. Jadwal Waktu dan Rancangan Pelaksanaan


Rencana kegiatan meliputi :
1. Kurangnya pelatihan ataupun seminar yang diadakan
2. Perhitungan tenaga perawat belum menggunakan standar minimal
dengan rumus
3. Visi, misi & Filosofi di ruangan belum ada

Tabel rencana kegiatan residensi manajemen keperawatan


No Kegiatan Waktu Ruang Sasaran Metode Hasil yang
diharapkan
1 Memberikan Ruang Perawat Diskusi Setelah
alternative mawar dilakukan
pelatihan atau kegiatan
seminar via diharapkan
daring perawat
aktif dalam
mengikuti
pelatihan
atau
seminar
baik itu
secara
daring.
2 Membuat Ruang Kepala Diskusi Setelah
jadwal dinas mawar ruangan dilakukan
dengan kegiatan
menggunaka diharapkan
n perhitungan pembuatan
rumus jadwal
dinas
diperhitung
kan dengan
menggunak
an rumus.
3 Membuat Ruang Kepala Diskusi Setelah
visi, misi dan mawar ruangan dilakukan
filosofi kegiatan
ruangan diharapkan
sudah ada
tindak
lanjut
mengenai
pembuatan
visi, misi
dan filosofi
ruangan di
ruang
mawar.
BAB 4
PELAKSANAAN DAN PEMBASAHAN

Presentasi kegiatan residensi hasil analisis pengkajian serta perencaan


penyelesaian masalah manajemen keperawatan di rumah sakit BATARA SIANG
KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN dilaksanakan pada hari
senin, tanggal 13 Desember 2021 yang di hadiri oleh ketua program studi Ners,
pembimbing lapangan, kepala instalasi RSUD BATARA SIANG, dan kepala
ruangan mawar serta ketua tim A dan tim B ruangan mawar. Pada pertemuan
tersebut telah di sepakati periotas masalah yang telah di tetapkan meliputi :

1. Pembuatan catatan harian bulanan dan tahunan belum didokumentasikan


dalam bentuk yang baku.
2. Perhitungan tenaga perawat belum menggunakan standar, minimal dengan
rumus.
3. Kurangnya pelatihan ataupun seminar yang diadakan.
4. Pemahaman tentang metode visi misi belum optimal.
5. Belum optimalnya proses timbang terima operan dan to bed.

Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran


dengan tema penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan metode
modifikasi tim primer. Focus penyegaran antara lain adalah antara penulisan
seraca harian, operan, pre post conference, supervisi, pengisian format
dukumentasi keperawatan, konsep pendelegasian dalam asuhan keperawatan
pengisian format discharge planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOL.

A. PERSIAPAN KEGIATAN

a. Prosedur dalam Timbang Terima

1. Persiapan

a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.

b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan


B. PELAKSAAN KEGIATAN

1. Pelaksanaan

Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada


masing-masing penanggung jawab:
Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.

c. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk


melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan.
d. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan
perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada
perawat yang berikutnya.
e. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

1) Identitas klien dan diagnosa medis.

2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.

3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.

4) Intervensi kolaborasi dan dependen.

5) Rencana umum dan persiapan yang perlu


dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya
operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.
f. Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat
dan jelas
g. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih
dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
h. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat.
(Nursalam, 2002)

Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan


tanggung jawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan
oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu
sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan
adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya
kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas
dari perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan
data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.
d. Penerapan kegiatan
Penerapan dan uji coba MPKP di rumah sakit BATARA SIANG
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN, dapat dijabarkan sebagai
berikut:

C.    OPERAN
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau
komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan
dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan
dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim
sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan operan pasien  menurut
Taylor (1993)  adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu
untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi
keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan
tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan
prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan
diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum
dan perkembangan klien saat itu.

Kegiatan operan diruang Mawar, dilakukan sesuai dengan


STANDART operasional prosedur yang  sudah disepakati oleh kelompok 
dengan menerapkan  prinsip operan, namun masih belum optimal, antara
lain : isi dari operan yang masih bersifat kolaboratif, operan yang
dilakukan kadang-kadang tidak dilakukan bersama-sama karena belum
semua perawat hadir pada waktunya, visit dokter pada jam pergantian
shift, kepala ruang / ketua tim tidak hadir karena ada acara tertentu.

Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : menyepakati kembali


jadwal dinas pagi, sore dan malam,  menulis laporan pada status pasien
saja, dibuat kesepakatan mengenai jam visite dokter, membuat rencana
perawatan yang komprehensif dan terorganisir.

a. Pre-post conference
Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan dan sebelum operan berikutnya yang
dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah
rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim
atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).

Kegiatan  pre conference di kelompok  adalah, setelah operan dan


pengarahan dari kepala ruangan, ketua tim melakukan kegiatan pre-post
conference bersama anggota timnya dan membagi habis pasien sesuai
dengan pasien kelolaan dan pasien titipan pada shiftnya. Mahasiswa
berdiskusi dengan kepala ruang tentang metode penugasan tim primer,
bersama-sama dengan ketua tim menentukan tingkat ketengantungan
pasien agar mempunyai persepsi yang sama sehingga dalam pembagian
tugas perawat pelaksana disesuaikan tingkat ketergantungan pasien.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah perlunya
peningkatan motivasi agar pelaksanaan pre-post conference dapat terus
dilakukan, peningkatan kualitas melalui pendidikan dan pelatihan, kepala
ruangan melakukan supervisi dan mengingatkan katim terhadap
pelaksanaan pre-post conference agar terbiasa dan menjadi budaya kerja.
Perlunya peninjauan struktur ruangan dan pemetaan tenaga yang
proporsional, adanya uraian tugas yang jelas di Ruang agar kegiatan
diruangan lebih optimal.

b. Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Sudjana, 2004).
Kron & Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang
merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi,
mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara
berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan yang dimiliki anggota.
Supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses
kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber (resources) yang
dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Mc Farland, Leonard & Morris,1984).
Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk
memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar
mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan
mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat
yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada
pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang
belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan
kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi ( Bittel,
1997).
Dalam penerapan MPKP diruang kegiatan supervisi sudah dapat
dilakukan oleh kepala ruangan maupun ketua tim, antara lain supervisi
kegiatan operan, pre-post conference, pemberian askep dan dokumentasi
asuhan keperawatan, tetapi kegiatan masih belum terjadual dan dilakukan
secara spontan jika kepala ruang tidak sibuk.
Kendala dalam pelaksanaan supervisi yang ditemukan adalah
belum terbiasa dengan perencanaan pengarahan dan merasa canggung
untuk melakukan supervisi, serta tenggelam dengan kegiatan rutin, ilmu
pengetahuan masih kurang, kepala ruangan dan katim tidak dapat
memberikan masukan dan perbaikan kepada perawat yang disupervisi. Hal
ini akan berdampak terhadap kualitas pemberian asuhan keperawatan yang
tidak optimal.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan
adalah : direncanakan siapa, kapan waktunya, kegiatan apa yang akan
disupervisi, bagaimana supervisi dilaksanakan dan penentuan standar serta
alat supervisi. Agar supervisi dapat dilakukan dengan lebih baik, kepala
ruangan / ketua tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan supervisi
secara terus menerus dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak
manajer keperawatan turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi diruangan-
ruangan, merencanakan pengembangan SDM baik secara formal maupun
informal, dan juga memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi kepala
ruangan dan katim terutama yang berkaitan dengan supervisi.

D.       Evaluasi kegiatan MPKP


Evaluasi kegiatan MPKP adalah proses untuk mengamati secara
terus-menerus  pelaksanaan rencana kerja  yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk indikator
mutu yang dipakai oleh kelompok dalam melakukan evaluasi selama
kegiatan sebukan antara lain adalah :
berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka cedera.

BOR (bed occupancy rate) adalah prosentase pemakaian tempat


tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan  tempat tidur rumah sakit. Standar
internasional BOR dianggap baik adalah  80 -90 %. Standar nasional BOR
adalah 70-80 %. Selama praktek maka BOR di ruangan adalah 85 %,
artinya mengalami peningkatan dari rata-rata BOR yang ada diruangani
ini,
ALOS (average length of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS
ideal 6-9 hari. Hasil analisis alos selama praktek manajemen 5 hari artinya
ada penurunan angka rata-rata lama rawat pasien dibanding alos
sebelumnya
TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat
memberikan  gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari. Dan hasil analisis kegiatan Nilai
TOI > 3 sehingga ada kemunduran selama praktek

1. Kejadian infeksi nosokomial


Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang
didapat atau muncul selama dalam perawatan dirumah sakit. Selama
praktek tidak dijumpai kejadian infeksi nosokomial
Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama
dalam perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan
lainnya. Indikator ini  dapat menggambarkan mutu pelayanan yang
diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera.
Selama praktek tidak didapatkan kejadian cedera dari pasien
Kepuasan pasien mengalami peningkatan selama dilakukan praktek
manajemen.
BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian data diruangan mawar memakai alat kuesioner, wawancara
dan dari hasil analisis ditemukan beberapa masalah yang perlu
dilakukan diruangan mawar yaitu kegiatan manajemen belum
dijalankan sesuai dengan fungsi manajemen dengan optimal.
2. Model yang dilakukan dalam asuhan keperawatan memakai model
modifikasi TIM dan primer dengan pembagiantim menjadi 2 kelompok
besar yang diketuai oleh kepala tim dan bertindak sebagai perawat
primer.
3. Kegiatan manajemen keperawatan seperti operan, preconference, post
conference, ronde keperawatan, supervise keperawatan, discharge
planning, dan dokumentasi keperawatan tidak dilakukan secara optimal
dikarenakan masih adanya keterbatasan saat ini masih dalam kondisi
pandemi covid-19.

B. Saran
1. Seluruh tenaga medis atau non medis , pasien dan keluarga pasien
untuk menjaga fasilitas yang sudah ada disediakan oleh rumah sakit.
2. Tetap menjalankan format pengkajian checklist untuk memudahkan
perawat mengisi pendokumentasian asuhan keperawatan.
3. Mengadakan pendidikan kesehatan secara rutin dan terjadwal terhadap
klien dan anggota keluarga dalam rangka mengoptimalkan mutu asuhan
keperawatan yang diberikan.
4. Mengusulkan pada pimpinan RSUD Batara Siang Pangkep adanya
penambahan alat ataupun bahan untuk mempermudah kerja perawat di
ruangan mawar RSUD Batara Siang Pangkep.
5. Perawat ruangan mawar melakukan pendokumentasian dengan baik dan
benar demi terpenuhinya kebutuhan pasien.
6. Tetap mensosialisasikan slogan anjuran yang telah ada di ruangan
mawar guna untuk mempertegas peraturan rumah sakit pada klien dan
anggota keluarga.

Anda mungkin juga menyukai