KEPERAWATAN PROFESIONAL
DISUSUN OLEH:
NIM : 19062123
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN MPKP
A. PENGERTIAN
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus, 2011).
Model Praktik Keperawatan Profesional adalah suatu sistem yang meliputi struktur, proses
dan nilai professional yangmemungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan danmengatur lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. (Nursalam,
2014)
Model praktik keperawatan adalah deskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang
nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi
dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi,
memberi pelayanan kesehatan yang optimal. (Simamora, 2012)
Model praktik keperawatan professional (MPKP) merupakan suatu metode pelayanan
keperawatan yang sistematis, terstruktur dan memiliki proses serta nilai nilai profesionalisme
yang memungkinkan perawat professional memberikan asuhan kepeerawatan secara
professional (Murwani, 2012).
Model praktik keperawatan professional adalah bentuk dari pemberian asuhan keperawtan
yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme atau pelayanan prima keperawatan yang dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan di Rumah Sakit. (Muhith, 2017).
B. TUJUAN MPKP
Menurut Keliat (2010) ada beberapa tujuan MPKP yaitu :
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
3. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
4. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
1
6. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan
Sedangkan menurut Murwani & Herlambang (2012), tujuan MPKP adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui penataan sistem, pemberian
asuhan keperawatan
2. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik
keperawatan professional
3. Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian
keperawatan
C. TUJUAN
Menurut Sitorus, 2011, dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari 4 pilar
yaitu:
2
b. Pilar II: Sistem Penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus
pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
D. TINGKATAN MPKP
a. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah
doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut juga
dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang dapat
memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-hasil
penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
3
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model ini adalah
kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju
profesional I.
E. KOMPONEN MPKP
a. Nilai-Nilai Profesional
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik keperawatan profesional.
Nilai-nilai profesional ini merupakan inti dari MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas
otonomi klien, menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap
ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.
b. Pendekatan Manajemen
Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
yang bilamana ingin memenuhi kebutuhan dasar tersebut seorang perawat harus melakukan
pendekatan penyelesaian masalah, sehingga dapat diidentifikasi masalah klien, dan nantinya
dapat diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk masalah klien.
d. Hubungan Profesional
4
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa anggota tim kesehatan.
Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan adalah klien. Karena banyaknya anggota tim
kesehatan yang terlibat, maka dari itu perlu kesepakatan tentang cara melakukan hubungan
kolaborasi tersebut.
F. KARAKTERISTIK MPKP
1. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien. Dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan
tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Klasifikasi derajat
ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam ang terdiri atas :
· Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
· Makan dan minum dilakukan sendiri
· Ambulasi dengan pengawasan
· Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
· Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
· Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :
· Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
· Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
· Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
· Voley kateter/intake output dicatat
· Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
5
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
· Segala diberikan/dibantu
· Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
· Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
· Pemakaian suction
· Gelisah/disorientasi
Ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perpasien untuk dinas pagi, sore
dan malam. Sebagai contoh :
Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15 pasien
partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga pagi adalah :
10 x 0,17 = 1,7
15 x 0,27 = 4,05
5 x 0,36 = 1,8
--------------------
Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas
pagi.
Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya
dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama. Misalnya rata-
rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan Douglas adalah 10
orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut adalah:
· Perawat shift : 10 orang
· Libur cuti : 5 orang
· Ketua tim : 3 orang
· Kepala Ruangan : 1 orang
Jumlah = 19 orang
Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt dan huckabay,
1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula Gillies, yaitu
dengan komponen yang dipertimbangkan dalam perhitungan :
6
A. Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari
B. Rata-rata sensus harian pasien.
C. jumlah hari/tahun = 365 hari,
D. Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.
E. Jumlah jam kerja perawat setiap hari.
F. Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun.
G. Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun.
H. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.
Rumus :
AXBXC F
------------- = ----- = H.
(C-D) E G
Contoh :
A=4
B = 20
E=8
4 x 20 x 365 29.200
--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)
(365 – 140) 8 1800
Contoh :
Berdasarkan soal pada klasifikasi tingkat ketergantungan pasien pada Ruang Rawat
yaitu terdapat 30 orang pasien, yang terdiri dari 10 minimal care, 15 partial care dan 5
total care. Maka jumlah rata-rata jam perawatan adalah :
Perawatan minimal : 10 x 2 = 20 jam/10 pasien.
Perawatan partial : 15 x 4 = 60 jam/15 pasien
Perawatan total : 5 x 6 = 30 jam/5 pasien.
= 110 : 30 → 3,66 → 4 jam
7
Menentukan komposisi tenaga :
Abdellah dan Levine pada tahun 1965 (Gillies, 1994) menyarankan kombinasi tenaga
keperawatan yaitu 55 % tenaga profesional dan 45 % tenaga non profesional. Bila
disesuaikan dengan katagori tenaga keperawatan di Indonesia, maka 55 % minimal
lulusan D III Keperawatan dan 45 % tenaga keperawatan lulusan SPK. Intermountain
Health Care menyarankan bahwa kombinasi tenaga keperawatan adalah : 58 % RN,
26 % LPN, dan 16 % Aides (perawat pembantu). Apabila dikonversi kategori diatas
pada situasi ketenagaan keperawatan di Indonesia maka 58 % Sarjana Keperawatan/D
IV Keperawatan, 26 % D III Keperawatan dan 16 % Perawat Kesehatan (SPK).
Perbandingan dinas pagi-sore-malam : 47 % Pagi, 36 % Sore, dan 17% Malam.
8
G. MACAM-MACAM METODE PENUGASAN DALAM KEPERAWATAN
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode
pendekatan di bawah ini :
1. Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian
tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa
bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat
penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya :
− Melakukan askep langsung pada pasien
− Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa
pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan
sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi
tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan
administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat
rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang
diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
· Kerugian metode fungsional:
- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
9
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
- Sederhana
- Efisien.
- Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
10
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab
klien bertugas.
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan
menggunakan tenaga yang tersedia.
11
- Tercipta kerja sama yang baik .
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan
efektif.
Kekurangan metode tim:
- Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
- -Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.
12
2) Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1) Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2) Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas
4) Memberi penugasan pada perawat asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer:
- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasi langsung dengan Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat primer:
- Perlu kualitas dan
- kuantitas tenaga perawat,
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
13
H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MPKP
Kelebihan model praktek keperawatan profesional :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikankepuasan pada anggota tim
d. bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
e. ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
f. ruang rawat MPKP sangat menunjang program Pendidikan Nursing.
14
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab:
- timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan.
- dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
- hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
b. Preconference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana
kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ka primer atau penanggung jawab primer. Jika
15
yang dinas pada primer tersebut hanya 1 orang, maka preconference ditiadakan. Isi
preconference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari kepala
primer dan penanggung jawab primer (modul mpkp,2006).
- Waktu : setelah operan
- Tempat : meja masing-masing perawat primer
- PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
- Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan rencana harian
masing-masing perawat pelaksana
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer memberikan reinforcement
5. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
c. Post Conference
Komunikasi kepala primer dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift
dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala
primer atau penanggung jawab primer (modul mpkp, 2006).
- Waktu : sebelum operan ke dinas berikutnya
- Tempat : meja masing-masing primer
- PJ : kepala primer atau penanggung jawab primer
- Kegiatan :
1. Kepala primer atau penanggung jawab primer membuka acara
2. Kepala primer atau penanggung jawab primer menanyakan kendala dalam asuhan
yang telah diberikan
3. Kepala primer atau penanggung jawab primer menyakan tindakan lanjut asuhan
klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut nya
4. Kepala primer atau penanggung jawab primer menutup acara
16
d. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh penanggung jawab
jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
- klien dilibatkan secara langsung
- klien merupakan fokus kegiatan
- perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
- kosuler memfasilitasi kreatifitas
- konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Tujuan :
- menumbuhkan cara berfikir secara kritis
- menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah
klien
- meningkatkan vadilitas data klien
- menilai kemampuan justifikasi
- meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
- Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
- Menjelaskan masalah keperawatan utama
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
- Menjelaskan tindakan selanjtunya
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
- memberikan justifikasi
17
- memberikan reinforcement
- menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta,tindakan yang
rasional
- mengarahkan dan koreksi
- mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
1. Pesiapan
- Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
- Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
2. Pelaksanaan ronde
- Penjelasan tentang klien oleh perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan
- Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
- Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan
3. Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan tindakan
yang perlu dilakukan.
e. Case studi
Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek
atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu .
Jenis-jenis studi kasus:
1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan
organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena
sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi
peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada
suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya
18
antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c)
kegiatan sekolah
3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup
seseorang, dan lahir hingga sekarang. Masa remaja, sekolah. Topik persahabatan dan
topik tertentu lainnya.
4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
(community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat
sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus
organisasi dan studi kasus observasi.
5. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah
tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai
dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan
mungkin tokoh kunci lainnya.
6. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi
yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan
organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
19
3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola.
Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna
menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau
dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,
sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan
lapangan
4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan
studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data
baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data
baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan
pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat
membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.
20
- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang rawat
- Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fsilitas ruangan
- Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
- Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim
- Mmebrikan pengarahan kepada ketua Tim
- Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
anggota Tim
- Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baik
- Membimbing bawahan
- Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
- Melakukan supervise
- Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep diruangan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
- Mengevaluasi kinerja katim
- Memberikan umpan balik pada kinserja katim
- Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut
- Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
21
- Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama tim kesehatan lain
- Mengatur waktu istirahat anggota tim
- Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
- Memberikan pengarahan kepada anggota tim
- Memberikan bimbingan pada anggota tim
- Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
- Mengawasi proses pemberian askep
- Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
- Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
- Mengevaluasi asuhan keperawatan
- Memberikan umpan balik pada pelaksana
- Memperhatikan aspek legal dan etik
- Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
22
- Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan melaksanakan askep dengan
etik dan legal
- Memehami pemahaman yang telah dicapai
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
- Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses evaluasi serta ikut
mengevaluasi kondisi pasien.
23
6. Penetapan tenaga keperawatan
7. Penetapan jenis tenaga
- kepala ruang rawat
- clinical care manager
- perawat primer
- perawat associate
8. Pengembangan standar asuhan keperawatan
Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis
untuk melakukan tindakan keperawatan
9. Penetapan format dokumentasi keperawatan
10. Identifikasi fasilitas : Badge atau kartu nama tim, Papan nama, Papan MPKP
Tahap pelaksanaan :
1. Pelatihan MPKP
2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra
5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien
6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA
8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan
Tahap evaluasi :
1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang
2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
3. Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat
4. Penilaian rata-rata lama hari rawat
24
DAFTAR PUSTAKA
Muhith, Abdul. 2017. Pengembangan Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP. Jurnal
Keperawatan Universitas Airlangga. 2(1)
Murwani & Herlambang, S. 2012. Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Sitorus & Panjaitan. 2011. Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC
25