PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan perencanaan,
penganggaran, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penghapusan, pengendalian
terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan
merupakan proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional. Keperawatan professional dalam
pelayanannya diperlukan adanya pengembangan keperawatan secara professional.
Dalam mengoptimalkan peran dan manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang
salah satunya adalah dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang optimal serta
mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan.
Suatu organisasi dalam mencapai tujuan perlu didukung oleh pengelolaan
faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material. Pengelolaan
yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan kepuasan
kepada klien dan pelanggan rumah sakit. Kelima standar rumah sakit tersebut
harusnya telah dimiliki oleh rumah sakit yang telah terakreditasi.
Di dalam suatu rumah sakit unit pelayanan kesehatan terkecil adalah suatu
ruangan yang merupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan ilmu
dan asuhan keperawatanya secara optimal. Akan tetapi, tanpa adanya tata kelola yang
memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak,
maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi suatu teori. Untuk itu
perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan
Profesional yang merupakan penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan
melalui pengembangan model praktik keperawatan.
Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan adanya
posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat pelaksana,
dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana mengelola dan
memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang
1
ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara
wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi
pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan
tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Kemampuan manajerial dapat
dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan
meningkatkan keterampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran
dilahan praktek.
Ruang kemuning bawah di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang
merupakan salah satu ruang perawatan membutuhkan manajemen keperawatan yang
baik demi tercapainya mutu pelayanan yang optimal. Ruang kemuning bawah
merupakan ruang rawat inap perawatan bedah yang terdiri dari 1 nurse Stastion, 1
ruang perawat, 1 ruang kepala ruangan, dan 4 kamar ruang perawatan.
Maka perlu dilakukan sebuah studi tentang proses keperawatan di Ruang
Kemuning bawah dimana salah satu terbentuknya adalah praktek stase manajemen
keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Kemuning
Bawah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang selama 5 hari diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan pada
unit pelayanan kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Kemuning Bawah
Rumah Sakit Umum Daerah KabupatenTangerang mahasiswa mampu :
2
g. Mengidentifikasi masalah yang terjadi
h. Merencanakan beberapa alternatif penyelesaian masalah
i. Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer keperawatan
j. Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah
E. Kategori Penilaian
Menganalisa hasil kajian data pada setiap sub unsur input, proses, output yang terdiri
dari 4 pokok uraian :
1. Kajian teori (studi pustaka)
2. Kajian data (kenyataan yang ada), yang diperoleh berdasarkan hasil frekuensi dan
prorporsi.
3. Analisis perbedaan kajian teori dengan kajian data.
4. Grading matrix, unutk menetapkan masalah prioritas yang akan diimplementasikan.
3
F. Peserta Praktek
Mahasiswa tingkat IV keperawatan dalam rangka menyelesaikan tugas PKK 3
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YATSI Tangerang
dengan anggota :
1. Reni Sulistiawati
2. Sania Dhella Putri
3. Mariska Safitri
4. Dita Aprillita
5. M. Alif Anggoro
6. Elis Rustini
7. Sepitra Restika
8. Septiani Nurhasanah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Menajemen
Manajemen keperawatan mengacu pada pengertian manajemen secara umum.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman
kepada pasien, keluarga, masyarakat
Manajemen adalah pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen
rumah sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya,
sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Lingkup manajemen
operasional dan manajemen asuhan keperawatan yaitu merencanakan,mengorganisir,
mengarahkan, dan mengawasi sumber daya keperawatan.Fungsi-fungsi manajemen
keperawatan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, yang
harus dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh
manajer keperawatan secara baik dan terus menerus dapat memastikan pemberian
asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan (Depkes RI, 1994).
Dengan supervisi kepala ruangan sebagai manajer dapat mempengaruhi kinerja
perawat pelaksana.
Sebagaimana kita ketahui bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
5
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
6
3. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
C. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan sebagai berikut
(Mustiksari: 2007)
Perencanaan
Penghapusan Penganggaran
Pengendalian (control)
Pendistribuan Pengadaan
Penyimpanan
Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
1. Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan
7
kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai
(user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing
organisasi (Mustikasari:2007). Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil
rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman dan
keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat keinginan
dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan.
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya
sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh
perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem
monitoring, evaluating dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan
balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan
pencapaian tujuan (Sasaran) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara
pimpinan/staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan
diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi.
Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut:
a. Rencana jangka panjang (Long range)
b. Rencana jangka menengah (Mid range)
c. Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan
skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang
terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan
menghasilkan antara lain:
a. Rencana Pembelian
b. Rencana Rehabilitasi
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
8
b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah
yang tepat
c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan
orang atau unit yang tepat
f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat
g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil
benar-benar tepat
2. Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala standar
yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari).
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan
dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya
dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan
keterbatasan yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan
anggaran yang reliable.
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali
dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan,
maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan
terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhana dan tidak rumit akan sangat
membantu kegiatan.
Dalam menyusun anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan
antara lain adalah:
a. Peraturan–peraturan terkait
b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan teknologi
c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan
pegaturan logistik
9
Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada
institusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit
Pemerintah, sumber anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes,
Pemda) dan dari penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta
sumber anggaran berasal dari Dana Subsidi (Yayasan dan Donatur), Penerimaan
rumah sakit dan Dana dari pihak ketiga (Mustikasari).
Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk obat-
obatan dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan
makanan, alat kebersihan dan suku cadang.
3. Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk
dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas
efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan
merupakan kegiatan untuk merealisasi atau mewujudkan kebutuhan yang telah
direncanakan atau telah disetujui sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi
didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk
kepentingan organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi
pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
g. Perbaikan
Proses pengadaan peralatan dan perlengkapan pada umumnyadilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
b. Penyusunan dokumen tender
10
c. Pengiklanan/penyampaian undangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i. Pengaturan kontrak
j. Pelaksanaan kontrak
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi teknis yang menyangkut pihak
luar maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian.
Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan.
Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres
No. 80 tahun 2003.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
a. Kode etik pengadaan
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:
Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang
pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan.
Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.
Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika.
b. Pelelangan pengadaan barang
Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia
pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:
Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:
Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab
keuangan, penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab teknis.
Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala kantor/satuan
pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-unit
yang berfungsi sebagai pemeriksa.
Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin
proyek
Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang
pelelangan ditunjuk (Subagya:1994)
11
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pengelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007)
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam
fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-
rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan,
pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: kualitas barang
dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang lebih
mudah dan barang yang aman dari pencuri.
Faktor – faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan
adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang
yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:
Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursi roda dll.
Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.
c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang
secara efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara
pengambilan barang, pengawetan dll.
e. Penggunaan alat bantu
f. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan,
gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.
5. Penyaluran (Distribusi)
12
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola
pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor
yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain:
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran
merupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan atau usaha pembebasan barang dari
pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(Subagya: 1994). Alasan penghapusan barang antaralain:
a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam, administrasi
yang salah, tercecer atau tidak ditemukan
b. Tehnis dan ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya.
Keadaan tersebut disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat
diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa yaitu
suatu barang tidak boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu yang
ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut, menguap
atau hadling, Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga barang tidak
dapat dipergunakan lagi.
c. Surplus dan ekses
d. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus
e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:
a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
Dalam aspek yuridis mencakup hal-ha: Pembentukan panitia penilai, identifikasi
dan inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan atau ketentuan
terhadap barang yang dihapus, penyelesaian kewajiban sebelum barang dihapus.
13
b. Aspek rencana pelaksana tehnis
Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut.
Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:
Pemanfaatan langsung: Usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-
komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai
barang persediaan baru.
Pemanfaatan kembali: Usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang
dihapus menjadi barang lain
Pemindahan:Mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka
pemanfaatan langsung
Hibah: Pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan atau
pihak di luar instansi (Pemerintah)
Penjualan/Pelelangan: Dijual baik di bawah tangan atau dilelang
Pemusnahan: Menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan
7. Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,
pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik yang
sedang atau telah berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian
antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma,
instruksi dan prosedur lain
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya
pelaksanaan dari rencana
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan dalam
rangka pencapaian tujuan
d. Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan
sarana-sarana pengendalian sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang baik
b. Sistem informasi yang memadai
c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi
14
pendidikan dan pelatihan.
15
Organisasi harus menumbuhkan kompetensi staf dengan cepat
mengidentifikasi kondisi yang menjadi perhatian. Praktik (mis., Dalam simulasi)
dan penggunaan alat (mis., Kriteria peringatan dini) dapat membantu pengenalan
cepat. Dokter dapat secara proaktif menilai risiko pasien, merencanakan
perawatan dan pemantauan yang tepat, mendidik pasien berisiko, dan dilengkapi
dengan pemantauan teknologi. Organisasi dapat mengembangkan protokol yang
spesifik untuk respon terorganisasi dan cepat serta menganalisa sistem kerja dan
proses untuk mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
16
Organisasi harus menganalisis sistem pelaporan hasil pengujian dan
memantau keefektifannya dalam memicu tindak lanjut yang tepat. Kebijakan dan
prosedur harus secara jelas menunjuk akuntabilitas untuk bertindak berdasarkan
hasil pengujian. Untuk membantu menutup lingkaran, organisasi dapat
memfasilitasi percakapan dua arah di antara profesional layanan kesehatan yang
terlibat dalam perawatan dan mereka yang terlibat dalam pengujian diagnostik.
Strategi keterlibatan pasien dan strategi melek kesehatan dapat digunakan untuk
mengajarkan kepada pasien apa yang harus dilakukan - dan mengapa hal itu
penting.
5. Antimikroba Stewardship
Saat ini, pilihan obat untuk mengobati banyak infeksi bakteri menjadi
semakin terbatas dan mahal - dan dalam beberapa kasus, tidak ada sama sekali.
Resep yang tidak tepat merupakan faktor kunci. "Jika kebiasaan meresepkan tidak
berubah, lebih banyak orang akan meninggal karena infeksi yang tidak ada
pengobatannya," kata Sharon Bradley, RN, CIC, analis pencegahan infeksi senior,
ECRI Institute.
Organisasi kesehatan mungkin memutuskan untuk meminta resep dokter
agar kepatuhan terhadap pedoman pengobatan. Seorang advokat dokter dapat
memimpin usaha dan berbicara dengan dokter lain sebagai rekan kerja. Organisasi
juga dapat mendidik pasien, anggota keluarga, dan masyarakat umum tentang
penugasan antimikroba dan alasan di baliknya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah menggariskan elemen
inti untuk perawatan antibiotik untuk rumah sakit, panti jompo, dan pengaturan
rawat jalan. Untuk mengidentifikasi kesenjangan, organisasi dapat menggunakan
daftar periksa yang disertakan dalam setiap rangkaian elemen inti.
6. Identifikasi Pasien
Meskipun sebagian besar dari 7.613 kejadian dianalisis untuk Deep Dive
dari ECRI Institute PSO: Identifikasi Pasien tertangkap sebelum menyebabkan
kerusakan pada pasien, sekitar 9% mengakibatkan cedera pasien, termasuk dua
kematian. "Laporan tersebut membawa perhatian nasional terhadap sebuah isu
yang oleh sebagian besar penyedia layanan kesehatan mengenali masalah yang
signifikan," kata William M. Marella, MBA, MMI, direktur eksekutif, operasi
PSO dan analisis, ECRI Institute.Pemimpin dapat memulai dengan sepenuhnya
17
mendukung identifikasi pasien - dengan memprioritaskan masalah ini, melibatkan
staf klinis dan nonklinis, dan meminta staf untuk mengidentifikasi hambatan
terhadap praktik identifikasi yang aman, misalnya. Proses redundan untuk
identifikasi pasien dapat meningkatkan kemungkinan mencegah campuran pasien.
Elemen seperti display elektronik dan pita identifikasi pasien mungkin
distandarisasi. Bila digunakan sebagaimana mestinya, sistem kode batang dan
teknologi lainnya juga dapat mendukung identifikasi pasien yang aman.
7. Administrasi dan Monitoring Opioid dalam Perawatan Akut
Dalam menganalisis kejadian untuk Deep Dive yang akan datang mengenai
keamanan opioid, ECRI Institute PSO mencatat adanya masalah dengan
pemberian opioid dan pemantauan pasien. "Kami melihat masalah yang sama
dengan administrasi yang Anda lihat dengan obat lain," kata Gail Horvath, MSN,
RN, CNOR, CRCST, analis keselamatan pasien dan konsultan, ECRI Institute.
Namun, "tidak seperti beberapa obat lain ini, opioid dapat menimbulkan
konsekuensi bencana." Organisasi mungkin ingin mengevaluasi dan menangani
faktor sistem kerja dan proses yang dapat menyebabkan kesalahan administrasi
opioid, seperti budaya organisasi dan beban kerja. Praktik terbaik dapat
diimplementasikan untuk proses termasuk identifikasi pasien, pembelian obat,
pelabelan, pemberian, penggunaan sistem administrasi pengobatan kode batang,
dan pemeriksaan ganda secara independen. Staf harus secara hati-hati menilai
pasien sebelum dan sesudah pemberian - menggunakan skala sedasi opioid,
misalnya. Untuk pasien tertentu, capnografi atau pemantauan ventilasi menit
dapat melengkapi pemantauan perawat.
8. Masalah Kesehatan Perilaku dalam Pengaturan Kesehatan Non-Perilaku-Perilaku
Organisasi kesehatan tidak selalu mengenali kapan pasien memiliki
kebutuhan kesehatan perilaku - dan kebutuhan pasien mungkin tidak terpenuhi.
Beberapa kebutuhan kesehatan perilaku yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan
perilaku bermusuhan atau agresif, yang dapat menakut-nakuti atau membuat
frustrasi staf, terutama jika mereka kurang mendapat pelatihan atau dukungan.
Pasien dan staf bisa terluka, terkadang serius. "Kami sangat reaktif, dan itu adalah
bagian dari masalah," kata Nancy Napolitano, analis keamanan pasien dan
konsultan, ECRI Institute.
18
Mengkaji secara komprehensif semua pasien dapat membantu penyedia
layanan secara proaktif menentukan kebutuhan kesehatan pasien. Semua staf
harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda atau isyarat awal kebutuhan kesehatan
perilaku, menggunakan teknik nonoffensive, dan mengurangi situasi dan
berpartisipasi dalam latihan yang sering dilakukan.Tim tanggap darurat perilaku,
dimana staf dapat memanggil saat perilaku pasien menjadi gelisah atau
mengancam, dapat diterapkan untuk mendukung penilaian dan respons dini.
9. Pengelolaan Antikoagulan Oral Baru
Sejak 2010, empat obat antikoagulan oral baru telah disetujui. Dalam
sebuah analisis peristiwa ECRI Institute PSO yang melibatkan agen ini, hampir
34% kejadian yang membahayakan skor diberikan mengakibatkan bahaya pasien,
mulai dari luka-luka sementara hingga kematian. "Kami membutuhkan lebih
banyak kesadaran akan penggunaan agen yang tepat; Ini bukan 'satu ukuran untuk
semua' dan Anda sudah selesai, "kata Stephanie Uses, PharmD, MJ, JD, analis
keamanan pasien dan konsultan, ECRI Institute. Set pesanan standar harus
menentukan dosis untuk berbagai jenis obat berdasarkan indikasi. Organisasi
dapat menggunakan CDS untuk mengingatkan praktisi agar melakukan duplikasi
terapi dan melacak respons terhadap peringatan.
Tim multidisiplin harus mengembangkan rencana untuk pembalikan terapi
anticogulan, dan agen pembalikan harus mudah diakses. Koleksi dan analisis
kejadian yang melibatkan antikoagulan oral baru dapat membantu organisasi
mengidentifikasi strategi pencegahan lebih lanjut.
10. Sistem Organisasi yang Tidak Adil atau Proses untuk Meningkatkan Keselamatan
dan Mutu
Sejumlah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pencegahan
kesalahan dan budaya keselamatan. Namun demikian, organisasi kesehatan
lamban untuk mengadopsi semua fitur penting dari organisasi dengan keandalan
tinggi.
Analisis akar penyebab sangat penting, namun Elizabeth Drozd, MS, MT
(ASCP), CPPS, analis keselamatan pasien dan konsultan, ECRI Institute, juga
merekomendasikan agar organisasi "bersikap proaktif daripada menunggu sampai
pasien dilukai." Strategi proaktif dapat dilakukan. Digunakan untuk memeriksa
proses, mengidentifikasi apa yang bisa salah, dan membuat prosesnya kurang
19
rentan terhadap kesalahan sebelum kesalahan dapat terjadi. Strategi pencegahan
yang kuat, seperti standardisasi dan otomasi, harus dijajaki.
Pemimpin harus mendukung "budaya yang adil" yang menekankan
pembelajaran daripada menyalahkan. Akuntabilitas perorangan harus diimbangi
dengan tanggung jawab organisasi untuk merancang dan memperbaiki sistem
untuk memastikan perawatan yang aman. Akhirnya, semua organisasi harus
memiliki kualitas yang dapat ditindaklanjuti dan rencana keselamatan pasien
dengan persetujuan tingkat tinggi.
20
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
21
2. Visi dan Misi RSUD Kabupaten Tangerang
a. Visi RSUD Kabupaten Tangerang
“Rumah Sakit Modern Unggul dan Terpercaya”
I : INTEGRITAS
C : CAKAP (Competent)
A : AKUNTABEL
R : RESPONSIF
E : EFISIEN
Integritas
Setiap personil baik dokter maupun paramedis dan pegawai akan terus
menjaga kejujuran dan kebenaran dalam melakukan tindakan pekerjaan.
Prilaku utama dapat dipercaya, prilaku yamg harus dilakukan : jujur,
bertanggung jawab, amanah, disiplin, bermartabat. Yang tidak boleh
22
dilakukan : berprilaku tidak etis, menyalahkan orang lain, egois, menghina
rekan kerja.
Cakap
Setiap personil baik dokter maupun paramedis dan pegawai terus menjaga
kecakapan agar dapat menjalankan fungsi secara profesional. Kegiatan
rumah sakit yang inovatif menunjukkan bahwa setiap jajaran pegawai harus
dapat memberikan kontribusi secara optimal bagi peningkatan kinerja
rumah sakit dan peka terhadap aspirasi yang disampaikan
masyarakat/pasien.
Akuntabel
Responsif
Efisiensi
23
B. Gambaran Umum Ruang Kemuning Bawah
1. Deskriptif Ruangan
Nama RS : RSUD KabupatenTangerang
Nama Ruangan : Kemuning bawah
Jenis type / kelas : Kelas 1 terdapat 2 bed, kelas 2 terdapat 5 bed, dan kelas 3
terdapat 7 bed
Kapasitas Ruangan : 3 Ruang perawatan, 1 Nurse Station dan 1 Ruang
Kepala ruangan, 1 ruang dokter, 1 ruang shalat, 1 kamar
mandi petugas, dan 1 ruang tindakan
Jumlah Tempat Tidur : 14 TT
Jenis Penyakit : Penyakit bedah pada anak
Jumlah perawat : 14 Perawat & 1 Bidan
24
- Kipas angin
- Troly emergenvy
- Lemari penyimpanan B3
- Oksigen transportable
- Kulkas obat
- Rak berkas
- Set Ganti perban
- EKG Set
- Troly obat pasien
- Tempat sampah medis, non-medis dan savety box
C. UNSUR INPUT
1. 7 (Tujuh) Diagnosa Penyakit Terbanyak Di Ruang Kemuning Bawah
Berdasarkan pengkajian yag dilakukan diruang kemuning bawah pada Januari
2018 selama 5 hari tentang penyakit terbanyak didapat data sebagai berikut.
Tabel 1.
Diagnosa Penyakit Terbanyak Di Ruang Kemuning Bawah
Alur masuk pasien dari ruang kemuning bawah berasal dari poliklinik penjadwalan
operasi poli bedah untuk kasus cito rawat dan dari IGD.
25
2. Ketenagaan di Ruang Kemuning Bawah
Ketenagaan yang ada di ruangan keperawatan kemuning bawah adalah: 1 kepala
ruangan, 1 wakil kepala ruangan, 2 ketua tim, 9 perawat pelaksana, 1 tenaga Pos
dan 1 tenaga Admin.
Tabel 2.
Ketenagaan Diruang Kemuning Bawah
26
Tabel 1
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Ruang Kemuning Bawah RSUD Kab. Tangerang
27
Struktur Organisasi Ruang Kemuning Bawah Di Rs.Kab Tanggerang
KEPALA RUANGAN
Suhati S.ST
Septia N, AMK
Eva Niki S,AMK Mulia Dewi K.AMK
P.O.S ADMIN
Jumhariyah, AMK Achmad Faisal
28
3. Sumber Dana
6. Metode
a. SAK ( Standar Asuhan Keperawatan )
Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-kriteria yang harus
dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan, apabila kriteria-kriteria tersebut
dapat dipenuhi maka mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung jawabkan
secara profesional dengan memahami dan mematuhi kriteria dalam standar
asuhan keperawatan yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan maka bukan hanya keprofesian yang dapat dijaga dan ditingkatkan,
tetapi juga meliputi pemenuhan kebutuhan dalam aspek-aspek keamanan dan
kenyamanan pasien. Berdasarkan pengkajian dan observasi yang kelompok
29
lakukan bahwa di ruang kemuning bawah ditemukan SAK protap mengenai 7
penyakit terbanyak.
b. Standar Operating Prosedur (SOP)
Protap tindakan keperawatan pasien di ruang kemuning bawah
menggunakan pedoman perawatan dasar tahun 2011 yang berisi :
Tabel 5
Standar Operasional Prosedur ( SOP )
Di Ruang Kemuning Bawah RSUD Kab.Tangerang
Tanggal
No Nama SOP Nomor Dokumen
Diterbitkan
1 Menerima pasien baru 445/073. Bid.Yan Kep 14 Maret 2011
2 Pemberian informasi kepada pasien dan 445/092. Bid.Yan Kep 6 September 2011
keluarga
3 Merencanakan pasien pulang 445/083.Bid.Yan Kep 14 Maret 2011
4 Pelayanan mental spiritual pada pasien 445/087.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
sakaratul maut
5 Perawatan pasien yang baru saja 445/088.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
meninggal
6 Mengukur suhu tubuh 445/064.Bid Yan Kep 14 Juni 2010
7 Mengukur pernafasan 445/062.Bid Yan Kep 14 Juni 2010
8 Mengukur Tensi Darah 445/061.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
9 Menghitung Denyut Nadi 445/063.Bid Yan Kep 14 Juni 2010
10 Memberikan obat per oral dewasa 445/059.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
11 Memberikan obat pada kulit 445/039.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
12 Memberikan obat dibawah lidah 445/040.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
13 Memberikan obat tetes mata 445/041.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
14 Memberikan obat melalui suntikan SC 445/082.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
15 Memberikan obat suntikan melalui IM 445/080.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
16 Memberikan obat suntikan intrakutan 445/079.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
17 Memberikan obat suntikan melalui IV 445/081.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
18 Posisi fowler dengan sandaran 445/075.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
30
19 Memberikan posisi terlentang dengan 445/076.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
sokongan
20 Memberikan posisi miring dengan 445/077.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
sokongan
21 Memberikan posisi semi tengkurap 445/078.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
dengan sokongan
22 Memindahkan pasien dari kereta dorong 445/050.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
ketempat tidur
23 Memindahkan pasien dari kursi roda ke 445/051.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
tempat tidur
24 Membantu pasien latihan berjalan 445/098.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
25 Tipid sponging 445/050.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
26 Memotong kuku 445/086.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
27 Menggosok gigi 445/084.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
28 Mencuci rambut 445/085.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
29 Memasang selang nasogatrik 445/058.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
30 Melepas selang nasogatrik 445/054.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
31 Irigasi selang nasogastrik 445/054.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
32 Memasang kateter pada perempuan 445/056.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
33 Memasang cateter pada laki-laki 445/057.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
34 Balance cairan 445/053.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
35 Pengambilan spesimen urine 445/055.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
36 Mengganti balutan luka 445/089.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
37 Membantu pasien ambulansi dini 445/090.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
38 Mengganti balutan 445/068.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
39 Mengangkat jahitan 445/069.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
40 Perawatan colostomy 445/070.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
41 Perawatan illeostomi 445/071.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
42 Memberikan O2 perkanule 445/049.Bid Yan Kep 14 Maret 2011
43 Memasang Infus Intravena 445/091.Bid Yan Kep 24 Maret 2011
Sumber : data primer RSUD Kab. Tangerang
31
7. Mesin
Mesin adalah peralatan yang digerakan oleh mesin elektronik yang
digunakan untuk menangi pasien baik secara medis maupun perawatan seperti
EKG, suction, syring pump, inpus pump, defibrilator. Jumlah fasilitas dan alat
medik dan keperawatan diruang kemuning bawah dipenuhi berdasarkan standar
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, pengadaan mesin diruang kemuning bawah
disesuaikan dengan kebutuhan dan fasilitas RSU kabupaten Tangerang.
Fasilitas mesin yang ada diruang kemuning bawah EKG, Suction,
Tensimeter manual dan digital untuk anak, syring pump, infus Pump. Dari fasilitas
yang mesin ada diruang kemuning bawah sudah di sesuaikan dengan kebutuhan,
sehingga sudah dianggap cukup tetapi dari mesin itu perlu sekali dilakukan
pemeliharaan karena jumlah alat yang terbatas demi mempertahankan kualitas
pelayanan seperti alat kontrol tentang kalibrasi alat, SOP pemakaian alat.
E. Unsur Proses
1. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
a. Penerapan SAK
Berdasarkan hasil studi dokumentasi terhadap beberapa dokumen asuhan
keperawatan di ruang kemuning bawah, penerapan SAK dalam catatan
terintegrasi sudah dilaksanakan, yaitu meliputi SOAP (subjektif, objektif,
Analisa, Planing), dalam setiap shif perawat selalu melakukan
pendokumentasian pada catatan terintegrasi pasien.
32
3. Proses Manajemen Bimbingan PKK Bagi Mahasiswa Praktek
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan diruang kemuning
bawahRSU kab tangerang sudah sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan
praktek klinik yang dibuat oleh bagian diklat Rsu Kab Tangerang, yaitu mulai
penandatanganan perjanjian antara kedua institusi pemberian kerangka acuan oleh
institusi pendidikan kelahan praktek, penentuan lokasi praktek, perencanaan
penerimaan orientasi dsan penyiapan pembimbing klinik bagi mahasiswanya,
dimana selain mahasiswa pembimbing lapangan juga sudah mendapatkan buku
kerangka acuan dari pendidikan.
Pengelolaaan Sampah
F. UNSUR OUTPUT
1. Efisiensi Ruang Kemuning Bawah
Berdasarkan sumber data dari bagain rekam medis RSU Kab.Tangerang
dan data statistik rawat inap ruang kemuning bawah pada triwulan ke IV Tahun
2016, yaitu Oktober 2016 – Desember 2016, adalah seperti dalam tabel dibawah ini
Tabel
Gambaran BOR, LOS, TOI, BTO Ruang Kemuning Bawah
33
2. Hasil Evaluasi Penerapan SAK
Wawancara:
Menurut kepala ruangan kemuning bawah didapatkan informasi, bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan format yang ada, yang sudah
disepakati bersama antara kepala ruangan dan komite keperawatan, tetapi audit
rutin belum dilakukan, sehingga sampai sekarang belum diketahui tingkat
kepatuhan perawat dalam mengisi dokumentasi keperawatan.
Observasi:
Tersedia lembar penulisan standar asuhan keperawatan (SAK), yaitu lembar catatan
perkembangan pasien yang sudah terintegrasi. Pengkajian dan diagnosa
keperawatan belum mencerminkan kondisi pasien yang seutuhnya, evaluasibelum
didokumentasikan secara kontinue, tetapi format dokumentasi keperawatan
(pengkajian sampai dengan evaluasi) yang sudah terisi tetapi belum optimal.
Format audit penulisan dokumentasi diruangan belum ada. Pada pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan ditemukan beberapa hal yang tidak di
tuliskan secara lengkap sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu tidak
ditemukan nama terang setelah tanda tangan dari penulis dokumentasi
Hasil: belum terlaksannya penulisan dokumentasi yang lengkap diruangan masih
saja ada beberapa yang tidak dicatat misalnya dekumentasi waktu pemberian obat
dan kebutuhan dasar manusia di ruang perawatan kurang diperhatikan.
34
kepala ruangan mengarahkan mahasiswa dalam mengambil pasien kelolaan. Untuk
CI lahan praktek sudah sangat baik dalam membimbing mahasiswa.
35
- Membuet perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana tahunan ruang
kemuning bawah.
Hasil analisis: berdasarkan hasil observasi dari kajian daata yang dilakukan
dari tanggal 8-12 januari 2018, fungsi perencanaan manajemen keperawatan
diruang kemuning bawah sudah berjalan dengan baik.
36
3) Koordinasi dan komunikasi
Diruang kemuning bawah sistem koordinasi belum tergambar jelas dari
struktur organisasi, karena adanya rotasi dan penerimaan perawat baru
(orientasi). Setiap PA selalu berkoordinasi dengan PN, PN akan
berkoordinasi dengan CCM dan selanjutnya kepala ruangan kemuning
bawah. Komunikasi diruang kemuning bawah sudah baik. Kepala ruang
kemuning bawah sangat terbuka dan demokratis, sehingga komunikasi
antar personil berjalan sangat efektif. Selain komunikasi personil diruang
kemuning bawah, kepala ruang kemuning bawah juga selalu
mengingatkan kepada bawahannya untuk melakukan kimunukasi efektif
baik dengan dokter maupun bagian lainnya, hal ini menghindari kesalahan
dalam komunikasi dan penerimaan order/intruksi dari dokter.
Hasil Analisis: berdasarkan hasil observasi dari kajian data yang dilakukan
mulai tanggal 8-12 januari, fungsi koordinasi manajemen keperawatan
diruang kemuning bawah belum tergambar karena struktur organisasi
belum di perbaharui, namun fungsi komunikasi yang terjalin di ruang
kemuning bawah telah menunjukan komunikasi yg baik dan efektif.
c. Fungsi Ketenagaan
Jumlah ketenagaan yang berada diruang kemuning bawah ada 15 orang
dengan rincian: 1 kepala ruangan, 1 CCM, 2 PN, 11 PA, 1 POS dan 1 Adm.
Dari hasil observasi dan kajian data kebutuhan tenaga di ruang kemuning
bawah berdasarkan metode Gillis dan Douglas, pada bulan januari 2018 di
peroleh hasil sebagai berikut.
Kebutuhan tenaga
- Jumlah pasien yang dirawat dalam satu bulan: 415 pasien dengan rata-rata
perhari 13 pasien.
- Kategori tingkat ketergantungan pasien:
Intensive care : 4 pasien/bulan
Total care : 100 pasien/bulan atau 4 pasien/hari
Partial care : 237 pasien/bulan atau 7 pasien/hari
Mandiri care : 74 pasien/bulan atau 2 pasien/hari
Total rata-rata pasien perhari: 13 pasien
37
- Kebutuhan waktu perawatan pasien perhari
Waktu perawatan langsung:
Total care : 4x5 jam = 20 jam
Parsial care : 7x3 jam = 21 jam
Mandiri care : 2x2 jam = 4 jam
Total : 45 jam
Waktu perawatan tidak langsung:
13x1 jam = 13 jam
Waktu untuk penyuluhan kesehatan
13x0,25 jam = 4 jam
Total jumlah keseluruhan: 62 jam
Hasil analisis:
Berdasarkan hasil observasi dan kajian diatas diperoleh gambaran bahwa
ketenagaan diruang kemuning bawah masih kurang. Dimana saat sekarang ini
tenaga perawat yang ada diruang kemuning bawah berjumlah 15 orang,
termasuk kepala ruangan dan CCM, sedangkan berdasarkan kebutuhan tenaga
yang harus ada menurut metode Gillis dan Doughlas untuk bulan januari 2018
adalah 17 orang.
d. Fungsi pengarahan/Directing
Kepala ruang kemuning bawah Ibu Suhati, S.ST selalu memotivasi
bawahannya untuk selalu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
prosedur atau SOP yang berlaku di RSU Kab. Tangerang.
Dalam kegiatan pre dan post comference serta rpat rutin bulanan ruang
kemuning bawah, kepala ruang kemuning bawah selalu memberikan
kesempatan kepada SDMnya untuk mengemukakan pendapat, memberikan
masukan ataupun kritikan terhadap kinerja kepala ruangan, wakil kepala
ruangan, PN, dan SDM yang lainnya. Semua ini dilakukan demi meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan di ruang kemuning bawah.
Kepala ruang kemuning bawah juga selalu mengarahkan dan memotivasi
SDMnya dalam setiap melakukan tindakan harus memperhatikan savety baik
38
untuk SDMnya maupun untuk pasien. Seperti penggunaan APD yang sudah
menjadi standarisasi RSU Kab. Tangerang.
Berdasarkan hasil observasi dan kajia data yang telah dilakukan diruang
kemuning bawah mulai tanggal 5-8 Januari 2018, fungsi pengarghan manajemen
keperawatan ruang kemuning bawah sudah terlaksana dengan baik.
e. Fungsi pengendalian/Controling
Kepala ruang kemuning bawah mengawasi pelaksanaan pelayanan asuhan
keperawatan yang dilakukan yang dilakukan SDMnya setiap hari, selain
bertanya langsung kepada SDMnya, kepal ruang kemuning bawah juga
melakukan pengecekan langsung kepada pasien dengan bertanya kepada pasien
dan keluarganya tentang pelayanan asuhan keperawatan yang telah diberikan
dan keluhan atau masalah-masalah apa yang dirasakan oleh pasien atau
keluarganya.
Kepala ruang kemuning bawah melakukan pengontrolan pada
pemdokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan yang telah
dilakukan SDMnya. Kepala ruang kemuning bawah melakukan pengontrolan
kejadian infeksi pada pasien, seperti: infeksi flebitis, dekubitus, dan IDO
(infeksi daerah operasi) dan membuat catatan pelaporannya yang setiap bulan
dilaporkan kepada PPI RSU Kab. Tangerang.
Kepala ruang kemuning bawah melakukan pengontrolan pada pelaksanaan 6
SKP (savety pasien) yang sudah menjadi kebijakan RSU Kab. Tangerag.
1) Identifikasi pasien: pemakaian gelang pasien dengan 2 karakter nama,
tanggal/bulan/tahun lahir pasien dan no register pasien.
2) Komunikasi efektif: pelaksanaan SBAR
3) Ketepatan pemberian obat dengan 5 cara tepat, penandaan hight allert
4) Ketepatan prosedur operasi dengan cara 3 benar termasuk penendaan
daerah/sisi operasi oleh dokter penanggungjawab pasien (DPJP)
5) Pengendalian infeksi, budaya mencuci tangan 5 mommen, 6 langkah yang
sudah dilakukan oleh SDM ruang kemuning bawah
6) Pengendalian pasien dengan resiko, pemakain gelang kunimg pada pasien
resiko jatuh, pemakai gelang merah untuk pasien dengan riwayat alergi,
dan gelang ungu untuk pasien yang tidak boleh dilakukan resusitasi.
39
Berdasarkan hasil pengkajian data yang diperoleh dari bagian PPI RSU Kab.
Tangerang angka kejadian infeksi ruang kemuning bawah untuk tahun 2017
adalah sebagai berikut
f. Fungsi Evaluasi
1) Evaluasi jangka pendek
Kepala ruang kemuning bawah melakukan evaluasi harian pada pelayanan
asuhan keperawatan yang telah diberikan kapada pasien pada saat pre dan
post comference, kepala ruang bertanya langsung kepada SDMnya apakah
perencanaan yang dibuat telah dlaksanakan atau belum. Masalah-masalah
atau hambatan-hamabatan apa saja yang terjadi pada saat pemberian asuhn
keperawatan bersama-sama dengan SDMnya, kepala ruang mawar mencari
penyelesaian untuk masalah atau hambatan tersebut. Kepala ruang kemuning
bawah juga melakukan evaluasi pada pendokumentasian asuhan keperawatan
yang telah dilakukan oleh SDMnya jika ada yang masih kurang kepala
ruangan langsung memberikan pengarahan cara penyelesaiannya.
2) Evaluasi jangka panjang
Kepala ruang kemuning bawah melakukan evaluasi dari kinerja SDMnya
untuk jangka waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan satu tahun.
Membuat evalusi tahunan untuk semua pelayanan di kemuning bawah. Audit
keprawatan tahunan, pelaksanaan POA dari kepala ruangan.
40
A. Analisis SWOT
Tabel 8
Tinjauan Ruangan Berdasarkan Analisis SWOT
N THREATS /
ANALISA STRENGTH WEAKNEES OPPORTUNITY
O ANCAMAN
1. Man
a. Ketenagaan - Ketenagaan - Jam visit dokter yang tidak tetap menyebabkan - Adanya peluang Kekurangan perawat
penumpukan kerja perawat di pagi hari, sehingga dalam dapat menimbulkan
Ka.Ru = 1 orang
perawat di pagi hari kelebihan beban kerja. penerimaan peningkatan kelebihan
CCM = 1 orang
Total rata-rata pasien perhari: 13 pasien perawat baru. beban kerja perawat
PN= 2 orang
sehingga terjadi
PA = 12orang - Kebutuhan waktu perawatan pasien perhari
penurunan kinerja
POS = 1 orang Waktu perawatan langsung:
perawat dan kualitas
Total care : 6 jam
asuhan keperawatan.
Parsial care : 4 jam
Mandiri care : 2 jam
Total : 12 jam
Waktu perawatan tidak langsung:
13x1 jam = 13 jam
41
Waktu untuk penyuluhan kesehatan
13x0,25 jam = 4 jam
Total jumlah keseluruhan: 62 jam
42
b. Latar - Tingkat Pendidikan - Perawat dengan tingkat pendidikan S1 - Adanya Tuntunan masyarakat
Belakang keperawatanada 2 orang dan 13 orang dengan latar kesempatan dalam pelayanan yang
S1 Kep Ns = 2 org
Pendidikan belakang dengan pendidikan Diploma untuk optimal dan holistic.
S1 Kep 2 org
Keperawatan melanjutkan
D3 Kep = 10 org
- Kesempatan dalam melanjutkan pendidikan yang pendidikan ke
S1 Keb = 1 org
lebih tinggi terbatas. jenjang yang
- Belum adanya perbedaan antara perawat lulusan lebih tinggi
DIII dengan perawat lulusan S1dalam tugas - Adanya pre
keperawatannya. conference
- Tidak adanya reward yang signifikan bagi sebelum
karyawan yang berprestasi memulai asuhan
keperawatan
- Adanya post
conference di
akhir.
- Adanya sharing
dengan kepala
ruangan
- Adanya rapat
43
bulanan sebgai
evaluasi.
c. Pendidikan - Adanya motivasi dari
dan Pelatihan kepala ruangan.
- Kesempatan dalam mengikuti pelatihan / seminar - Perawat Adanya keterbatasan
- Motivasi perawat dalam terbatas mempunyai perawat dan
mengembangkan diri - Informasi yang kurang tentang pelatihan dan peluang untuk kemampuan perawat
seminar diluar RS mengikuti dalam kualitas
- PJ shift dan perawat
- seminar/ pelayanan.
pelaksana diikutsertakan
pelatihan
dalam pelatihan-pelatihan
- Kesempatan
- Adanya kesempatan dalam
untuk melanjutkan meningkatkan
pendidikan ke jenjang Sumber daya
yang lebih tinggi perawat.
d. Karakteristik - Klien di kemuning bawah - Dokter spesialis visite hanya 2x/ minggu yaitu hari - Tingkat - Rumah sakit
pasien memiliki tingkat senin dan kamis ( ronde besar ), selebihnya pasien ketergantungan swasta di kota
ketrgantungan yang diperiksa oleh dokter residen. klien yang Tangerang yang
44
berbeda-beda mulai dari - Jadwal operasi terbatas disesuaikan dengan jadwal berbeda dapat memiliki ruangan
yang yang minimal care di OK. meningkatkan dan asuhan
sampai total care. Namun - Jika pasien meminta divisite oleh DPJP tidak bisa pengetahuan keperawatan yang
rata-rata memiliki tingkat setiap hari. dan ketrampilan berkualitas.
ketergantungan parcial perawat dalam - Pasien memilih
care. memberikan Rumah Sakit lain
Asuhan yang DPJP nya
keperawatan. siap melayani 24
jam.
e. Kedisiplinan - Kejelasan jadwal mulai - Banyaknya keluarga klien yang berkunjung tidak - Kedisiplinan - Ketidakdisiplinan
dari ketepatan waktu patuh terhadap peraturan batas waktu berkunjung yang tinggi akan perawat terhadap
datang dan jadwal dinas. dan jumlah penunggu tercipta suasana kehadiran akan
yang nyaman menghambat
- Adanya kejelasan waktu
bagi pasien dan proses pelayanan
berkunjung dan batas
perawat. asuhan
umur pengunjung.
keperawatan.
- Ketidakpatuhan
keluarga pasien
terhadap peraturan
batas waktu
berkunjung dan
45
jumlah penunggu
akan menimbulkan
infeksi nosokomial
dan menghambat
asuhan
keperawatan.
- Jumlah pasien - Jumlah BOR pada - Pasien dari IGD sulit untuk masuk keruangan - Adanya - Banyaknya RS yang
triwulan IV 2017 = 56,7% karena, ruangan sudah terisi dari bagian penjadwalan Peningkatan berlokasikan di kota
rawat inap poliklinik bedah mutu pelayanan. tangerang sehingga
- Peningkatan masyarakat bebas
BOR dari klien memilih pelayanan
yang di kirim yang merasa dapat
oleh IGD dan memberikan
poli penyakit pelayanan yang
dalam. optimal.
- Kinerja - Perawat ruangan memiliki - Masih adanya tenaga perawat yang kurang ramah, - Klien dan - Sikap perawat yang
sikap yang baik, ramah kurang sabar terhadap klien dan keluarga klien. keluarga klien kurang baik dapat
kepada klien dan keluarga yang merasa mengakibatkan
klien. puas dengan pelayanan yang
pelayanan kurang optimal.
perawat bedah.
46
2.
Material
a. Ruang Rawat - Untuk ruang perawatan - Cleaning service terbatas - Adanya dana - Banyaknya RS
kelas 1, 2, dan 3 terdiri untuk berdiri di
dari 14 TT, 1 Kamar penambahn Tangerang dengan
Mandi, 4 lemari+meja cleaning service kondisi ruangan
pasien, 1 wastafel, 4 - Adanya yang lebih nyaman
tiang infus, 4 Oksigen pembagian dan lebih menarik
dinding. jadwal yang
jelas cleaning
- Terdapat Hand Hygiene
service
di depan masing-masing
- Adanya
ruangan.
kesempatan
untuk
merenovasi dan
ruangan
b. Ruang - Ruang ka.Ru terpisah, - Dalam pelaksanaannya masih terdapat penyatuan - Adanya - Membahayakan
Perawat tidak ada ruang perawat, pembuangan sampah medis dan non medis kesempatan bagian lain bila
ruang perawat menjadi - Kondisi lemari tempat penyimpanan Obat perlu untuk sampah medis dan
47
satu dengan kamar ganti perbaikan/pergantian karena masih kekurangan permintaan nonmedis sampai
dan tempat sholat petugas tempat untuk peyimpanan obat pasien lemari Obat menyatu
- Terdapat lemari Obat, alat - Adanya - Ketidaknyamanan
medis dan lemari obat kesempatan ruang kerja, kamar
emergency permohonan ganti dan tempat
dibuatkan sholat dapat
- Adanya Ners station di
kamar ganti dan menurunkan
ruang bedah
tempat sholat motivasi kerja
- Terdapat gudang yang
petugas perawat
berfungsi meletakkan
- Kolaborasi
tempat sampah medis dan
ruangan dengan
nonmedis, penyimpanan
management
alat kesehatan
RS
- Adanya - Permintaan bahan Perlu sosialisasi tentang maksud tujuan dari prosedur Resiko pada - Adanya tempat
tempat medis (APD) pemakaian APD keselamatan kerja sampah yang
sampah terbatas bagi petugas sudah terpisah
yang sudah terutama perawat. medis dan non
terpisah medis
medis dan - Sudah
48
non medis terlaksananya cara
- Sudah pembuangan spuit.
terlaksanany - Tersedianya alat-
a cara alat pelindung di
pembuangan ruangan (masker
spuit. dan handscoon)
- Tersedianya
alat-alat
pelindung di
ruangan
(masker dan
handscoon)
3. Metode
a. Penugasan - Metode yang digunakan
- Pelaksanaan penugasan metode PJ shift belum - Pelaksanaan - Kurang meratanya
Kerja adalah metode PJ shift,
optimal dan bersifat fungsional asuhan pengetahuan
Karu = 1 Orang, Wa
keperawatan perawat diruangan
Karu = 1 orang, PJ shift
dilakukan secara dapat menurunkan
2 orang, Pelaksana =
menyeluruh, kualitas askep
12orang, 1 Asper dan 1
setiap pelaksana
admin.
mempunyai
49
peluang untuk
bertanggung
jawab pada
pasien.
- Operan shift sudah - Materi Operan shift belum berfokus pada masalah - Ciptakan - Isi dari operan shift
dilaksanakan di keperawatan komunikasi yang yang tidak lengkap
nurse station dan - Operan shift hanya menyebutkan diagnosa medis lebih baik dalam dan belum
keliling melihat tanpa penjelasan rinci tentang diagnosa tukar informasi berfokus pada
kondisi klien keperawatan pasien saat masalah
Operan shift keperawatan
menyebabkan
perawat yang dinas
selanjutnya tidak
mengetahui kondisi
klien secara
menyeluruh.
b. Protap - Adanya SPO - - Meminimalkan Kesalahan kerja dapat
- Adanya SAK terjadinya terjadi kapan saja
kesalahan dalam dalam pemberian
pemberian Asuhan
asuhan Keperawatan
50
keperawatan diruang rawat
dengan protap.
51
4. Machine
a. Peralatan - Adanya alat TPRS.
- Alat sering rusak - Mempermudah - Alat suction, alat
- Terdapat alat neubulizer
dalam neubulizer,bila
1 buah - Hilang alat
pemberian perawatannya
Terdapat alat suction
Askep kurang baik dapat
disetiap TT
- Kalibrasi alat berisiko
Adanya fasilitas AC di
secara berkala / meningkatkan
ruang visite dr, serta
6 bulan dan angka infeksi
lemari es untuk
rutin dapat nosokomial bila
penyimpanan obat
meminimalisir angka
- Terdapat tabung oxigen
angka kerusakan perbaikannya lebih
yang dapat membantu
alat. tinggi
dalam memberikan askep
menimbulkan
secara kolaboratif.
kerugian bagi RS
- Adanya 2 buah rostour
52
BAB IV
A. Inventaris Masalah
B. Prioritas Masalah
1. Dalam melakukan tindakan keperawatan ada beberapa tindakan yang belum sesuai
SOP, salah satu nya adalah mencuci tangan.
53
C. TABEL PLAN OF ACTION (POA)
Tabel 10
2. adanya struktur Diharapkan 1. Melakukan koordinasi 1. Ka.Tim Pembuatan 5–8 Ibu Ibu Ida
organisasi terciptanya bagan dengan kepala ruangan. 2. Perawat bagan Januari Suhati, Faridah,S.Kp
ruangan tetapi organisasi ruang 2. Membuat bagan organisasi Pelaksana terealisasi 2018 S. ST M.Kes
belum diperbarui kemuning bawah ruang kemuning bawah 100%
3. Bagian
setelah yang terbaru.
kepengurusan Pelayanan
Ruang kemuning Rawat Inap
bawah RSUD
Kabupaten
Tangerang
digantikan.
3. Belum adanya Diharapkan 1. Melakukan koordinasi 1. Kepala Pembuatan 5-8 Januari Ibu Ibu Ida
54
visi misi ruang terciptanya visi dengan kepala ruangan. Ruangan visi dan misi 2018 Suhati, Faridah,S.Kp
kemuning dan misi ruang 2. Membuat visi dan misi ruang 2. Ka. Tim terealisasi S. ST M.Kes
bawah. kemuning bawah. kemuning bawah. 3. Perawat 100%
Pelaksana
55
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Sesuai dengan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun sebelumnya,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan berdasarkan prioritas masalah di Ruang kemuning bawah
RSUD Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:
III
1 Persiapan melakukan pengkajian cuci tangan V
perawat
2 Melakukan koordinasi dengan karu V
3 Pelaksanaan mencari gambar/karikatur V
4 Menyusun gambar/karikatur tentang cuci tangan V
5 Sosialisasi tentang cuci tangan sebelum tindakan
56
Tabel 16
Rencana Tentang Universal Precaution ( Cuci Tangan Sebelum Tindakan )
Di Ruang Kemuning Bawah RSUD Kab. Tangerang
57
Analisa Data
Dari hasil evaluasi diatas, bahwa perawat saat dilakukan pengkajian masih
banyak perawat yang belum melakukan cuci tangan sebelum tindakan ke pasien, dan
setelah di lakukan sosialisasi perawat telah melakukan cuci tangan sebelum tindakan
ke pasien, dan para perawat di Ruang kemuning bawah telah saling mengingatkan
untuk selalu cuci tangan sebelum tindakan keperawatan ke pasien senilai 100%. Hal
ini didukung dengan kepala ruang yang selalu mengingatkan para perawat untuk
selalu cuci tangan sebelum tindakan, selain itu para perawat juga saling mengingatkan
antar perawat satu dengan yang lain untuk selalu cuci tangan sebelum tindakan.
Karikatur yang digunakan telah dikonsulkan dengan kepala ruang dan bidang
keperawatan, setelah disetujui kemudian memberikannya pada kepala ruang untuk
ditindak lanjuti. Adapun faktor pendukung dan penghambat adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari Kepala Ruangan dan Pembimbing.
2) Tersedianya gambar-gambar karikatur tentang cuci tangan.
3) Perawat bersedia melakukan kegiatan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
4) Terdapatnya poster tentang 6 langkah-langkah cuci tangan.
b. Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaan universal precaution cuci tangan semua perawat mendukung kegiatan
cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
c. Kesinambungan
1) Perawat harus tetap melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
2) Perawat harus saling mengingatkan antar perawat untuk selalu cuci tangan khususnya
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
3) Dukungan kepala ruang kepada para perawat untuk selalu mempertahankan agar selalu
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
58
Struktur adalah semua input untuk asisten pelayanan sebuah RS yang meliputi
M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode asuhan keperawatan), M4
(dana), M5 (pemasaran), dan lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan
bahwa jika struktur sistem RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu
pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya
(efisiensi) dan mutu dari masing-masing komponen struktur.
2. Proses
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain
terhadap psien.
a. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:
- Angka infeksi nosokomial : 1-2 %
- Angka kematian kasar : 3-4 %
- Kematian pasca bedah : 1-2%
- NDR (Net Death Rate): 2,5%
- ADR (Anesthesia Death Rate) Maksimal)1/5.000
- PODR (Post –Operation Death Rate): 1%
- POIR (Post-Operative Infection Rate)
b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
- Biaya per unit untuk rawat halan
- Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
- Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
- BOR : 56,7%
- BTO (Bed Turn Over): 5,4%
- TOI (Turn Over Interval) 1,56 %1-3 hari TT yang kosong
- LOS (Length Of Stay) 4,3 % 7-10 hari (komplikasi, infeksi
nosokomial, gawat darurat, tingkat kontaminasi dalam darah, tingkat
kesalahan dan kepuasan pasien).
- Normal tisuue removal rate 10%
c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan jumlah
keluhan dari pasien / keluarganya, surat pembaca di koran, surat kaleng, surat masuk
di kota saran dan lainnya.
d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS tediri dari:
- Jumlah dan persentase kunjungan rawat jalan / inap menurut jarak RS
dengan asal pasien
59
- Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan pembedahan
dan jumlah kunjungan SMF spesialis
- Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar
tersebut diatas dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika
angka standar nasional, penilaian dapat dilakukan dengan menggunkan
hasil pencatatan mutu pada tahun-tahun sebelumnya dirumah sakit
yang sama, setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajement /
direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf
lainnya yang terkait.
e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien
- Pasien terjatuh dari tempat tidur / kamar mandi
- Psien diberi obat salah
- Tidak ada obat / alat imergensi
- Tidak ada oksigen
- Tidak ada suction (penyedot lendir)
- Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
- Pemakaian obat
- Pemakain air,listrik, gas, dan lain-lain
60
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka Kelompok Manajemen Keperawatan
STIKes YATSI Tangerang dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Dalam pelaksanaan Universal Precaution didapatkan hasil bahwa saat dilakukan
pengkajian masih banyak perawat yang belum melakukan cuci tangan sebelum tindakan
ke pasien, dan setelah di lakukan sosialisasi perawat telah melakukan cuci tangan
sebelum tindakan ke pasien, dan para perawat di Ruang kemuning bawah telah saling
mengingatkan untuk selalu cuci tangan sebelum tindakan keperawatan ke pasien.
Mahasiswa juga telah membuat karikatur-karikatur dan leaflet tentang cuci tangan,
untuk mengingatkan para perawat di Ruang kemuning bawah agar selalu cuci tangan
sebelum tindakan, selain itu dengan adanya karikatur dan leaflet, dapat mengoptimalkan
para perawat untuk selalu cuci tangan sebelum tindakan.
B. SARAN
Dari hasil evaluasi dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka kami memiliki
beberapa saran antara lain :
a. Sebelum melakukan tindakan keperawatan agar perawat tetap selalu cuci tangan dan
antar perawat agar selalu mengingatkan cuci tangan sebelum tindakan keperawatan
b. Selalu meminimalisir resiko infeksi nosokomial mengingat ruang kemuning bawah
adalah ruang untuk merawat pasien pre dan post pembedahan sehingga perlu
diperhatikan lagi terkait kebersihan baik dari perawat maupun pasien, keluarga dan
pengunjung
61
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara: Jakarta),
2005
Nursalam, 2014 Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional edisi
4, hal.310
Silalahi, 1996, Pengantar manajemen , teori dan praktek Jakarta : Rineka Cipta
62