Anda di halaman 1dari 110

LAPORAN PRAKTIK PRA PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG MAKKAH RUMAH SAKIT ISLAM AHMAD YANI


SURABAYA

Disusun Oleh :

1. Selly Maghfiroh (1130018068)


2. Francy Devy O (1130018069)
3. Fitria Listia Ningsih (1130018071)
4. Moch. Miftahul Ahyar (1130018073)
5. Nurul Putri Istikomah (1130018074)

Dosen Pembimbing :
Riska Rohmawati, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan
bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat
seoptimal mungkin.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi
kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa empat puluh sampai enam
puluh persen pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan
hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di
rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Menurut Nursalam (2012), keperawatan sebagai pelayanan yang
profesional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan
obyektif klien, mengacu pada standart profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan
profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang
selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk
selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etikal).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era
global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa
akan datang perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan dengan memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di
Indonesia secara profesional.
Keperawatan di Indonesia di masa depan sampai saat ini masih berada
dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi
beberapa perubahan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan
tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan
kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan
keperawatan. Pelayanan keperawatan melalui pelaksana fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan
pengendalian mutu keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Di
sini manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan se efisien mungkin bagi
individu, keluarga dan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen
keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan
global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami
bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien
dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen
yang baik.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial dapat
dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan
meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui
pembelajaran di lahan praktik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 2
minggu di ruang Makkah RS Islam A. Yani Surabaya, mahasiswa mampu
menganalisis pelaksanaan kepemimpinan dan manajemen keperawatan di
ruangan Makkah RS Islam A. Yani Surabaya, berdasarkan teori yang
telah dipelajari.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di ruangan
mahasiswa mampu :
a. Melakukan kajian situasi di unit pelayanan (6 M = Man, Material,
Methode, Money, Mutu, Mechine).
b. Melakukan analisis SWOT.
c. Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan prioritas masalah.
d. Menyusun strategi penyelesaian masalah dan menentukan prioritas
strategi penyelesaian masalah.
e. Menyusun Plan Of Action (POA) strategi penyusunan masalah.
f. Mendemonstrasikan pengorganisasian pelayanan keperawatan sesuai
kondisi unit.
g. Mendemonstrasikan pengelolaan staf.
h. Mendemonstrasikan pengarahan organisasional.
i. Berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim atau perawat pelaksana :
1) Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data
masalah dalam pengorganisasian asuhan keperawatan.
2) Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan.
3) Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan.
4) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di
ruangan.
5) Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan.
6) Mengidentifikasi masalah yang terjadi.
7) Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah.
8) Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer
keperawatan.
9) Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah.
j. Melaksanakan asuhan keperawatan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Tercapaianya pengalaman dalam pengolahan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
b) Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model yang
diaplikasikan di ruang Makkah.
c) Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan model MAKP di ruang Makkah.
d) Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
e) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan professional di ruang Makkah.
2. Bagi Perawat Ruangan
a) Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada di ruangan Makkah yang berkaitan dengan
pelaksanaan MAKP.
b) Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c) Terbinanya hubungann yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
d) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin dari perawat.
D. Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi
masalah dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang
langsung dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan (sementara),
pembimbing ruangan, perawat dan keluarga pasien untuk mengumpulkan
data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen
ruangan, prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan
Model Praktik Keperawatan Profesional.
E. Struktur Organisasi Kelompok

KETUA
Moch. Miftahul Ahyar

WAKIL KETUA
Francy Devy O

SEKRETARIS BENDAHARA
Selly Maghfiroh Nurul Putri Istikomah
Fitria Listia Ningsih

ANGGOTA
1. Selly Maghfiroh
2. Francy Devy O
3. Fitria Listia Ningsih
4. Nurul Putri Istikomah
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen
1. Definisi Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement,
yang artinya seni, melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker
Follet,  manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Ricky W. Griffin,
manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
secara efektif dan efesien.
Secara umum manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para
anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Gillies 1982,
manajemen merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Sedangkan menurut Huber, 2000 manajemen adalah Koordinasi dan
integrasi sumber daya melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengoordinasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai tujuan
institusi
2. Fungsi Manajemen
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dapat diartikan sebagai penetapan tujuan, budget,
policy prosedur, dan program suatu organisasi. Dengan adanya
perencanaan, fungsi manajamen berguna untuk menetapkan tujuan
yang akan dicapai, menetapkan biaya, menetapkan segala peraturan-
peraturan dan pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan.
Perencanaan meliputi beberapa aspek, diantaranya apa yang akan
dilakukan, siapa yang akan melakukan, kapan dilakukan, di mana akan
dilakukan, bagaimana cara melakukannya, apa saja yang dibutuhkan
agar tercapai tujuan dengan maksimal. Hadari Nawawi menjelaskan
arti perencanaan yaitu suatu langkah untuk menyelesaikan masalah
ketika melaksanakan suatu kegiatan. Dengan tetap terarah terhadap
pencapaian target (tujuan tertentu).
a.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian menurut Heidjarachman Ranupandojo adalah
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai
tujuan tertentu, pelaksanaannya dengan membagi tugas, tanggung
jawab, serta wewenang di antara kelompoknya, ditentukan juga yang
akan menjadi pemimpin dan saling berintegrasi dengan aktif.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan
pengorganisasian. Actuating merupakan usaha untuk mengarahkan
atau menggerakkan tenaga kerja atau man power dan mendayagunakan
fasilitas yang tersedia guna melaksanakan pekerjaan secara bersamaan. 
Fungsi ini memotivasi bawahan atau pekerja untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh supaya tujuan dari organisasi dapat tercapai dengan
efektif. Fungsi ini sangat penting untuk merealisasikan tujuan
organisasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati dan mengukur
segala kegiatan operasi dan pencapaian hasil dengan membandingkan
standar yang terlihat dalam rencana sebelumnya. Fungsi pengawasan
menjamin segala kegiatan berjalan sesuai dengan kebijaksanaan,
strategi, rencana, keputusan dalam program kerja yang telah dianalisis,
dirumuskan serta ditetapkan sebelumnya.
B. Konsep Manajemen Keperawatan
1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan
dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004)
menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai
suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi
lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan,
pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Swanburg
(2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok dari
perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang
pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat
manajer menjalankan profesi mereka.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan
mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk
memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien
(Gillies, 2000).
2. Prinsip - Prinsip Manajemen Keperawatan
Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan
untuk memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2000) menyatakan
bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian
tujuan sosial
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin, dan bidang studi
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga, dan lembaga di mana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.
3. Fungsi - Fungsi Manajemen Keperawatan
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen pertama
sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencaanaan, organisasi,
perintah, koordinasi, dan pengendalian. Luther Gulick (1937) memperluas
fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), personalia (staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian
(coordinating), pelaporan (reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang
disingkat menjadi POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk
pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston,
2010). Fungsi manajemen menurut G.R. Terry adalah planning, organizing,
actuating, dan controlling, sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi manajemen
terdiri dari planning, organizing, motivating, dan controlling (Suarli dan
Bahtiar, 2009).
C. Kepemimpinan
1. Definisi Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan atau Leadership Posted by Alexa pada
18 Juli 2010, Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi
mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang
telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun
demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa
unsur yang sama. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri
sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion),
pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan
(commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence)
dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam
membangun organisasi.
Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan
dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh
Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang
benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara
tepat ("managers are people who do things right and leaders are people
who do the right thing, "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita
daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen
mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
a. Perbedaan manajemen dan pemimpin

Leader Manager
1. Kekuasaan yang dimiliki 1. Berdasarkan sumber
berdasarkan kontrak sosial kekuasaan yang diperoleh,
dengan anggota atau seorang manager dipilih
bawahan. melalui jalur formal.
2. Pemimpin (leader) memiliki 2. Manager memiliki bawahan
bawahan yang biasanya yang biasanya disebut
disebut sebagai pengikut. sebagai staf atau karyawan
Bawahan atau pengikut yang memiliki posisi formal
menjalankan perintah dari dalam struktur hierarki
pimpinan (leader) atas dasar organisasi.
kewibawaan pemimpin 3. Manager biasanya hanya
terhadap bawahan atau dapat memimpin pada
pengikutnya karena lingkungan kerja organisasi
kecakapan dan kemampuan formal saja dan bertanggung
serta perlakuannya yang jawab kepada jawabannya.
baik. 4. Manager merupakan bagian
3. Pemimpin (leader) dapat dari organisasi.
pemimpin lingkungan kerja 5. Fungsi seorang manager
organisasi baik formal berkaitan dengan
maupun informal dan manajemen, yaitu kegiatan -
bertanggung jawab kepada kegiatan seputar perencanaan
anak buahnya. (planning), pengorganisasian
4. Pemimpin (leader) (organizing), penempatan
merupakan bagian dari staf (staffing), pengarahan
pengikut. (directing), dan kontrol
5. Pemimpin (leader) memiliki (controlling).
fungsi dasar mengarahkan 6. Manager lebih sering
dan menggerakkan seluruh memanfaatkan wewenang
bawahan untuk bergerak dan kekuasaan jabatan secara
pada arah yang sama yaitu structural yang memiliki
tujuan. kekuasaan mengikat dengan
6. Pemimpin (leader) lebih dapat melakukan paksaan
menekankan pengaruh atau atau hukuman untuk
charisma yang dimilikinya mengarahakan bawahan.
sehingga bawahan secara
sadar untuk mengikuti
arahan sang pemimpin. Ia
menstimulasi, memfasilitasi,
dan berpartisipasi dalam
setiap kegiatan yang
menginginkan bawahan
mengikutinya. Tidak dengan
hadiah, paksaan, dan
hukuman.

2. Teori Kepemimpinan
a. Teori bakat (Trait Theory)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin
(pemimpin dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka
mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik
dari orang lain ( Marqus & Huston, 1998). Teori ini disebut dengan
“Great Man Theory”.Tetapi menurut teori kontemporer,
kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari
pembawaan sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau
pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya.
Teori ini mengidentifikasi karakteristik umum tentang intelegensi,
personality, dan kemampuan (perilaku). Ciri-ciri pemimpin menurut
teori bakat:
Intelegensi Personaliti/kepribadian Perilaku
 Pengetahuan  Adaptasi  Kemampuan
 Keputrusan  Kreatif bekerjasama
 Kelancaran  Kooperatif  Kemampuan
berbicara  Siap/siaga interpersonal
 Rasa percaya diri  Kemampuan
 Integritas diplomasi
 Keseimbangan emosi  Partisipasi sosial
dan mengontrol  Prestis
 Independent
 Tenang

b. Teori Perilaku
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan
pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya.
Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku
otoriter ke demokratik atau dari fokus suatu produksi ke fokus
pegawai. Menurut Vestal (1994) teori perilaku ini dinamakan dengan
gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu organisasi.
c. Teori “Contigency dan Situational”
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer
yang melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasi antara factor
bawaan, perilaku dan situasi. Tannenbaum & schmid (1983)
menekankan bahwa kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan
demokratik diperlukan oleh manajer dimana unsur utama manajer
adalah tergantung dari situasi suatu organisasi. Yaitu kemampuan
manajer, penghargaan kepada kelompok. Fielder (1967) menegaskan
bahwa gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah ideal dengan
situasi. Dia menekankan hubungan antara kelompok manajer dan
pegawai merupakan unsur yang penting dalam menilai sebagai
manajer yang baik.
d. Teori Kontemporer ( Kepemimpinan dan Manajemen)
Teori ini menekankan terhadap 4 komponen penting dalam suatu
pengelolaan, yaitu: 1) manajer/pemimpin, 2) staf dan atasan, 3)
pekerjaan, dan 4) lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan
suatu manajemen seorang pemimpin harus mengintregrasikan keempat
unsur tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Teori kontemporer
tersebut juga perlu didukung oleh teori motivasi, interaksi, dan teori
transformasi.
e. Teori Motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: 1. Maslow,
2. Aldefer, 3. Herzberg, 4. McCelland, 5. Adams, dan 6. V.Vroom.

Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan isinya


No Teori Penjelasan
.
1. Hierarki kebutuhan Fisiologis : Gaji pokok
(Maslow) Aman : Perencanaan yang regular (gaji)
Kasih sayang : Kerja sama secara tim
Harga diri : Pencapaian posisi
Aktualisasi : Tantangan dalam bekerja
2. Teori ERG (Clayton E : Exixtence (fisiologis)
Aldefer) R : Relatedness (kasih sayang)
G : Growth (harga diri dan aktualisasi)
3. Teori dua factor (Frederich Motivators : Kepuasan kerja
Herzberg) Hygiene : Lingkungan yang kondusif
4. Teori belajar Affiliation : Bersahabat
(McClelleand) Power : Memerintah orang lain
Achievement : Suka tantangan, kompetisi,
dan menyelesaikan masalah secara detail

Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan prosesnya


No. Teori Penjelasan
1. Teori keadilan (Adams) Berdasarkan nilai-nilai dan keadilan
terhadap karyawan
2. Teori harapan (George Rumus :
Paulos Moheny, Jonesh, M : Job outcomes x valensis x expektansy
dan Vroom) x instrumentality
Job outcomes : penghargaan (promosi,
kenaikan gaji, dan pengakuan)
Valenses : keinginan/ perasaan berhasil
Expektansi : kemungkinan berhasil
dengan kerja keras
Instrumentality : keyakinan akan berhasil
berdasarkan kerja keras dan situasi
3. Teori penguatan Stimulus/ respons/ konsekuensi
(B.F.Skinner)
4. Teori belajar Tujuan yang harus dicapai oleh suatu
(McClelleand) organisasi.
Motivasi akan menjadi masalah apabila tiga hal tidak dapat
terpenuhi. Tiga hal tersebut adalah pembagian tugas yang tidak jelas,
hambatan dalam pelaksanaan, dan kurang atau tidak adanya penghargaan.
f. Teori Z
Teori z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan
pengembangan dari teori Y dari McGregor dan mendukung gaya
kepemimpinan demokratis. Kompenen teori Z meliputi pengambilan
keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai
keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang
lambat, dan pendekatan yang holistic terhadap staf. Pada teori ini lebih
menekankan pada staf dibandingkan dengan kualitas produksi,
sehingga di Amerika teori ini masih banyak yang diperdebatkan.
g. Teori Interaktif
Schein 1970 menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan
sekitarnya dan berkembang secara dinamis. System tersebut dianggap
suatu sistem yang terbuka, jika terjadi adanya perubahan, energi, dan
informasi dengan lingkungan. Asumsi teori ini sebagai berikut:
1) Manusia memiliki karakteristik yang sangat komplek. Mereka
mempunyai motivasi ang bervariasi dalam melakukan suatu
pekerjaan
2) Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai
perubahan waktu
3) Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula
4) Penampilan seseorang dan produktifitas dipengaruhi oleh tugas
yang harus diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan
motivasi.
5) Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap
situasi.
Menurut Holander, pemimpin yang efektif memerlukan
kemampuan untuk menggunakan proses penyelesaian masalah,
mempertahankan kelompok secara efektif, mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik, menunjukkan kejujuran dalam memimpin,
kompeten, kreatif, dan kemampuan mengembangkan identifikasi
kelompok.
3. Karakteristik Kepemimpinan
Kriteria karakteristik yang harus dimiliki pemimpin
Intelegensi Kepribadian Kemampuan
Pengetahuan Mampu beradaptasi Mampu bekerja sama
Berkeyakinan Kreatif Keterampilan
Pengambil keputusan Kooperatif interpersonal
Cakap dalam berbicara Cepat tanggap Bijaksana
Percaya diri Mampu berdiplomasi
Memiliki intergritas Terhormat
diri Berpartisipasi secara
Emosi seimbang dan sosial
terkontrol
Modern
Mandiri

4. Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi, antara lain sebagai berikut:
a) Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt.
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepemimpinan organisasi harus didahulukan jika
dibandingkan dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih
ototriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih
baik dan menginginkan partisispasi, maka pemimpin dapat menerapkan
gaya partisipasinya.
b) Gaya Kepemimpinan Menurut Literatur Lain
1) Otokratis
Tipe Otokratis merupakan tipe-tipe kepemimpinan yang
mencirikan kekuasaan yang tertinggi yang mengandalkan kepada
kekuasaan dan pemaksaan. Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan
Otokratis :
a) Organisasi adalah milik pribadi
b) Tujuan pribadi identik dengan tujuan organisasi
c) Bawahan sebagai alat semata
d) Tidak bisa menerima saran dan kritik
e) Bergantung pada kekuasaan formal
f) Pendekatan paksaan dan ancaman
2) Militeristis
Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Militeristis :
a) Perintah sebagai alat utama
b) Orientasi pada pangkat dan jabatan
c) Senang pada formalitas yang berlebihan
d) Disiplin dan patuh kepada atasan
e) Tidak mau menerima kritik
3) Fathernalistis
Tipe dengan cara memimpin yang membuat para bawahannya
terlihat seperti orang yang belum dewasa. Tipe Fathernalistis pemimpin
selalu bertindak sebagai bapak dan memberikan perlindungan kepada
bawahannya. Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Fathernalistis :
a) Bawahan dianggap kurang dewasa
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan
c) Jarang melimpahkan wewenang ke bawahan
d) Tidak memberi kesempatan inisiatif dan kreatif
e) Menganggap dirinya paling tahu
4) Karismatis
Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Karismatis
a) Pemimpin yang mempunyai daya tarik yang besar, sehingga pengikutnya
banyak
b) Kekayaan, umur, profil pendidikan tidak dapat digunakan sebagai kriteria
pemimpin yang karismatik.
5) Demokratis
Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Demokratis
a) Melihat bawahan selalu bertitik tolak bawah manusia itu adalah makhluk
yang termulia di dunia
b) Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi
c) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya
d) Memberikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan
dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan
e) Lebih menitik beratkan kerja sama dalam mencapai tujuan.
f) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya
g) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
5. Kepemimpinan Efektif
Menurut Hadari Namawi dan Martin H, Kepemimpinan Efektif adalah
kepemimpinan yang mampu menggerakkan anggotanya untuk mencapai
tujuan kelompok atau organisasi. Seseorang pemimpin dikatakan suses atau
efektif dalam kepemimpinannya, jika kontinuitas perusahaan terjamin dan
semua pihak yang terkait memperoleh kepuasan. Beberapa usaha untuk
meningkatkan kualitas Kepemimpinan efektif antara lain sebagai berikut :
a) Berpikir efektif dalam menetapkan keputusan
b) Mengkomunikasikan hasil berpikir
c) Meningkatkan partisipasi dalam pemecahan masalah
d) Menggali dan meningkatkan kreativitas
e) Menetapkan perubahan
f) Menciptakan konflik
6. Paradigma Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
Paradigma ini memandang kepemimpinan sebagai suatu penguatan
bersama dari pengikut oleh pemimpin transaksional atau pergerakan pengikut
melebihi kepentingan pribadi mereka demi kebaikan kelompok, organisasi,
atau masyarakat oleh pemimpin transformasional. Pemimpin dengan
kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan kepemimpinan
transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu
memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih
dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang
pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya
untuk mencapai tujuan organisasi yang memiliki visi ke depan dan mampu
mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi
perubahan tersebut ke dalam organisasi, Untuk memotivasi agar bawahan
melakukan tanggung jawab mereka, para pemimpin transaksional sangat
mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada
bawahannya
7. Konsep Penyelesaian Masalah
Penyelesaian Masalah adalah suatu proses kognitif di mana maklumat
digunakan sebagai usaha mencari cara-cara yang sesuai bagi mencapai sesuatu
maklumat. Terdapat 5 tahap dalam Penyelesaian Masalah dengan
menggunakan akronim IDEAL yaitu :
I : Mengenal pasti masalah/Identify the problem
D : Takrifkan dan gambarkan masalah/Define the represent the problem
E : Strategi menjelajah yang munasabah/Define possible strategies
A : Membuat strategi tindakan/Act on the strategies
L : Lihat kembali dan menilai keberkesanan tindakan anda
8. Pengambilan Keputusan
Perbandingan antara pengambilan keputusan dan proses keperawatan
dapat terlihat dalam tabel berikut ini :
Proses Pengambilan Keputusan Proses Keperawatan
Pengumpulan data Pengkajian :
· Pengumpulan data
· Interpretasi
Identifikasi masalah Diagnosa keperawatan
Perencanaan Perencanaan
· Penentuan tujuan · Penentuan tujuan
· Identifikasi solusi · Rencana tindakan
Implementasi Implementasi
Evaluasi dan revisi proses Evaluasi dan modifikasi
9. Langkah-langkah Dalam Penyelesaian Masalah Dan Pengambilan
Keputusan
a) Tetapkan tujuan
b) Kumpulkan data secara cermat
c) Membuat banyak alternatif
d) Berpikir logis
e) Memilih dan bertindak secara cepat dan efektif

D. Perencanaan
1. Definisi Perencanaan
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan
yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa depan dan oleh suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan
adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu
tujuan tertentu (Hasibuan, 2005).
1.
2. Tujuan perencanaan
Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan empat tujuan
perencanaan, yaitu
a) Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non
manajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang
harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
b) Mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana,
ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan,
memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana
untuk menghadapinya.
c) Meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana,
karyawan dapat bekerja lebih efisien dan mengurangi pemborosan.
Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat
mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan
inefisiensi dalam perusahaan
d) Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi
selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevaluasian. Proses
pengevaluasian atau evaluasi adalah proses membandingkan rencana
dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan
dapat menilai kinerja perusahaan
3. Manfaat Perencanaan
Melalui perencanaan program akan dapat diketahui :
a) Tujuan dan cara mencapainya
b) Jenis/struktur organisasi yang dibutuhkan
c) Jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya.
d) Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang
diperlukan
e) Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
1.
2.
3.
4. Unsur - Unsur Perencanaan
Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah:
a) Meramalkan (Forecasting), misalnya memperkirakan kecenderungan
masa depan membuka (peluang dan tantangan);
b) Menetapkan tujuan (Establishing Objectives), misalnya menyusun
acara yang urutan kegiatannya berdasarkan skala prioritas;
c) Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya
menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat;
d) Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang paling
tepat;
e) Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (Interpreting and establishing
policy), misalnya menafsirkan kebijakan atasan dan menetapkan
kebijakan operasional.
5. Sifat-Sifat Perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatika agar dapat
dihasilkan rencana yang baik yaitu :
a) Melihat jauh ke depan
b) Sederhana dan jelas/lugas
c) Fleksibel
d) Stabil
e) Ada dalam keseimbangan
f) Tersedianya sumber-sumber untuk pelaksanaan
6. Jenis-jenis perencanaan
Ada dua jenis perencanaan yaitu :
a) Perencanaan strategi
Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka
panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu
organisasi.
b) Perencanaan operasional
Perencanaan operasional menguraikan prosedur yang akan
digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan
menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap
aktivitas, menetapkan prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan
orang-orang untuk bekerja dan metode untuk mengevaluasi perawatan
pasien.
7. Syarat-syarat Perencanaan yang Baik
a) Sederhana
Sederhana berarti perencanaan berdasarkan pernyataan di lapangan
sehingga mudah dikenali dan diidentifikasi antara permasalahan dan
jalan penyelesaiannya, tidak ada tambahan atau rekayasa.
b) Jelas tujuan yang akan dicapai
Membuat perencanaan berdasar pernyataan dengan jalur yang jelas
sehingga mudah dieksekusi oleh siapapun termasuk oleh pembantu
perawat
c) Ada skala prioritas
Mengingat perencanaan selalu berhubungan dengan budgeting /
anggaran maka manajer yang baik harus pintar dalam membuat
prioritas sesuai kedaruratan dan pentingnya bagi nama baik / akreditasi
institusi dan ketersediaan dananya.
d) Ada pelibatan aktif staf
Dalam level sebagai manajer yang baik yang mengerti pentingnya
pembinaan sense of belonging semua staf maka mengikut sertakan
masukan dan saran staf yang ada di bawahnya harus diutamakan. Hal
ini akan meningkatkan motivasi kerja karena semua perencanaan
adalah hasil pemikiran dan ide nya.
e) Ada urutan kegiatan
Di samping dibuat prioritas maka dalam pelaksanaan setiap
progam yang dibuat daftar urutan kegiatan yang disusun mulai dari
yang mudah dilaksanakan sampai yang paling sulit dikerjakan.
f) Praktis
Praktis berarti mudah dilaksanakan oleh semua staf sesuai tugas
dan wewenangnya sehingga semua pekerja saling membantu sesuai
fungsinya, tidak ada duplikasi pekerjaan maupun saling melempar
pekerjaan.
g) Fleksibel
Fleksibel berarti setiap perencanaan akan mudah mengikuti
perkembangan situasi sehingga bisa diubah baik dikurangi /
dimodifikasi maupun dihilangkan bila tidak sesuai dengan kebijakan
institusi.
8. Visi, Misi, Filosofi dan Tujuan Sasaran
a) Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa
depan yang diinginkan oleh organisasi. Pernyataan visi ini
mengambarkan suatu sasaran yang layak diupayakan bersama-sama
oleh seluruh bagian dari organisasi.
b) Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional
guna mencapai visi yang telah ditetapkan. Misi adalah sesuatu yang
harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik.
Adapun Sesuatu pernyataan misi yang seharusnya juga memiliki
makna:
1) Pernyataan tujuan yang abadi
2) Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya
3) Bisa merupakan pernyataan alasan berdirinya suatu organisasi
4) Pernyataan mengandung keyakinan yang mendalam
5) Pernyataan yang mencerminkan tujuan organisasi
6) Pernyataan yang mengandung filosofi organisasi
7) Pernyataan yang mengandung prinsip prinsip bisnis organisasi
Menurut penulis misi suatu organisasi muncul karena adanya visi
sehingga memiliki makna dan arah yang sesuai dengan visi. Secara
langsung visi bisa diartikan langkah langkah yang akan ditempuh oleh
organisasi untuk mengejawantahkan keinginan suatu visi. Untuk itu, maka
misi harus mengandung ciri - ciri yang baik antara lain:
a) siapa kita dan apa yang ingin kita lakukan.
b) Tujuan adanya organisasi.
c) Menghasilkan produk dan jasa pelayanan yang jelas.
d) Secara eksplisit berisi:
1) Filosofi organisasi merupa nilai-nilai dan keyakinan yang di
anut.
2) Maksud keberatan organisasi atau alasan berdirinya organisasi.
3) Tujuan organisasi misalnya adanya hasil terukur yang ingin
dicapai.
c) Filosofi
Pernyataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan
keyakinan yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik
keperawatan dalam institusi atau organisasi. Ini mengemukakan
pandangan praktisi dan manajer perawat tentang apa yang mereka yakini
dari manajemen dan praktik keperawatan. Filosofi keperawatan adalah
pernyataan keyakinan tentang keperawatan dan manifestasi dan nilai-nilai
dalam keperawatan yang digunakan untuk berfikir dan bertindak (chitty,
1997). Oleh karena itu filosofi keperawatan dibangun diatas kepercayaan
tentang manusia, lingkungan kesehatan dan keperawatan sebagaimana
terdapat dalam paradigma keperawatan.
Total Quality Manajemen (TQM) menurut W. Edwards Deming
adalah sebagai suatu dasar filosofi manjemen, karakteristik filosofi
tersebut meliputi :
1) Institusi diberikan keleluasaan kewenangan dalam menentukan tujuan
yang hendak dicapai dan staf mempunyai otonomi dalam pengambilan
keputusan tentang tugas yang diemban
2) Institusi diajarkan untuk membuat keputusan dalam meningkatkan
kualitas yang kerja dan produktivitas kerja.
3) Penekanan TQM adalah memonitor kualitas di mana secara terus-
menerus mengumpulkan data dengan pendekatan ilmiah ke arah
peningkatan kualitas.
4) Rencana strategi untuk masa depan dapat melalui pembentukan suatu
komitmen tentang kualitas dan produktivitas.
5) TQM terus berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat (pasar): baik
secara kualitas dan produktivitas untuk mencapai suatu kesepakatan
dengan pihak kustomer (internal dan eksternal).
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/rumah sakit
ditekankan pada :
a) Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menetukan
kehidupannya.
b) Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama,
suku, warna kulit, status, dan jenis kelamin.
c) Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan individu.
d) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dan
pelayanan kesehatan lainnya.
e) Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan cumber daya
yang ada dalam mencapai tujuan organisasi.
f) Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua pelayanan
keperawatan yang diberikan.
d) Tujuan Sasaran
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan
misi. Tujuan adalah yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu
tertentu, satu tahun sampai lima tahun yang akan datang. Sedangkan
sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi
pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun
waktu yang lebih pendek dari pada tujuan.
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau
seluruh organisasi. Sasaran sering kali disebut dengan tujuan. Sasaran
memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk
mengukur suatu pekerjaan. Sasaran dibagi menjadi dua kelompok :
1. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi oleh masyarakat
luas. Sering kali stated goals bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat
hanya untuk memenuhi tujuan.
2. Sasaran riil adalah sasaran yang benar benar di inginkan oleh organisasi.
Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan tindakan organisasi beserta
anggotanya.
9. Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi
yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan
situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukkan, yang kemudian
dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang
harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa
SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan
dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa “ajaib” yang
mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” masalah-masalah yang
dihadapi oleh organisasi keperawatan. Analisis SWOT terbagi atas empat
komponen dasar, yaitu :
a) Strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
b) Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan
dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat
ini.
c) Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar keperawatan dan memberikan peluang berkembang bagi layanan
keperawatan di masa depan.
d) Threat (T) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan
yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi
layanan keperawatan dimasa depan.
Terdapat dua model analisi SWOT yang umum digunakan dalam
melakukan analisis situasi anatara lain, yaitu :
a) Model Kuantitatif
Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan
antara S dan W, serta Odan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena
diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada kelemahan yang
tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada
ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan
Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W) dan
setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan
satu Threath (T)
b) Model Kualitatif
Urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda
jauh dengan urut-urutan model kuantitatif. Perbedaan besar di antara
keduanya adalah pada saat pembuatan sub komponen dari masing-
masing komponen. Apabila pada model kuantitatif, setiap sub
komponen S memiliki pasangan sub komponen W, dan satu komponen
T. Akan tetapi, dalam model kualitatif hal tersebut tidak terjadi. Selain
itu, sub komponen pada masing - masing komponen ( S-W-O-T)
adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain.
10. Macam-macam perencanaan dalam manajemen keperawatan
a) Berdasarkan Jangka Waktu
Pada umumnya dikenal tiga bentuk perencanaan jika dilihat dari
waktu yang digunakan untuk pengaplikasian suatu rencana, yaitu :
1) Perencanaan Jangka Panjang
Rencana ini akan menjangkau waktu sekitar 20-30 tahun ke
depan. Perencanaannya masih berbentuk garis-garis besar yang
bersifat sangat strategis dan umum. Perencanaan ini tidak dapat
langsung dipakai sebagai pedoman kerja. Oleh karena itu perlu
dijabarkan dalam bentuk perencanaan jangka menengah. Negara
kita menerapkan waktu 25 tahun untuk setiap tahap perencanaan
jangka panjangnya.
2) Perencanaan Jangka Menengah
Biasanya akan menjangkau waktu sekitar 3-5 tahun ke
depan. Perencanaan jangka panjang akan dipecah-pecah menjadi
beberapa kali pelaksanaan perencanaan jangkah menengah,
sehingga setiap tahap hendaknya disesuaikan dengan prioritas.
Sifat perencanaan ini lebih konkret dan sasaran yang harus dicapai
sudah jelas. Negara kita menggunakan waktu 5 tahunan untuk
setiap perencanaan jangka menengah yang disebut Pembangunan
Lima Tahun.
3) Perencanaan Jangka Pendek
Biasanya akan menjangkau waktu paling lama satu tahun,
bahkan dapat dibuat bulanan, kwartalan atau tengah tahunan.
Perencanaan ini lebih konkret dan lebih rinci, lebih terukur dan
jelas sasarannya, metode pelaksanaan serta waktu mulai dan
selesainya tiap kegiatan yang masuk dalam rencana tersebut.
b) Berdasarkan Tingkatan Manajemen luasnya
Pada umumnya, perencanaan dari sisi tingkatan manajemen terbagi
dua, yaitu :
1) Perencanaan Strategik
Rencana strategik adalah rencana yang berlaku bagi
organisasi secara keseluruhan, menjadi sasaran umum organisasi
tersebut, dan berusaha menetapkan organisasi tersebut dalam
lingkungannya. Jadi, perencanaan strategis lebih berfokus pada
bagaimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah dan
strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
jangka panjang.
2) Perencanaan Operasional
Merupakan bagian dari strategi operasional yang lebih
mengarah pada bidang fungsional perusahaan dalam rangka
memperjelas makna strategi utama dengan indentifikasi rincian
yang spesifik dan berjangka pendek-di implementasikan dalam
bentuk kegiatan usaha sehari-hari. Strategi ini menjadi penuntun
dalam melakukan berbagai aktivitas sehingga konsisten bukan
hanya dengan stategi utama yang telah ditentukan, tetapi juga
strategi dibidang fungsional lainnya.
3) Berdasarkan kekhususan
a) Pengarahan ; rencana yang fleksibel dan yang menjadi
pedoman umum
b) Pemerinci ; rencana yang mendefinisikan dengan jelas dan
tidak memberuang kebutuhan situasi yang unik.
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka
pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat diterapkan
diruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan dan rencana tahunan.
1) Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing
perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini
dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat
pelaksana.
2) Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu
kegiatan dalam satu bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan
dengan rencana harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruangan dan
ketua tim/perawat primer.
a) Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil nilai
MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan
membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas
hasil. Kegiatan yang mencakup bulanan karu adalah :
 Membuat jadwal dan memimpin case conference
 Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga
 Membuat jadwal dinas
 Membuat jadwal petugas menerima pasien baru
 Memimpin rapat bulanan, perawat membuat jadwal supervise dan
penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
 Melakukan audit dokumentasi, membuat laporan bulanan.
b) Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang
keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan - kegiatan
yang mencakup rencana bulanan ketua tim adalah :
 Mempresentasikan kasus dalam case conference 
 Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga 
 Melakukan supervise perawat pelaksana.
c) Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali.
Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruangan.
11. Langkah – Langkah dalam Membuat Perencanaan
a. Analisis situasi.
b. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.
c. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
d. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program.
e. Menyusun rencana kerja operasional (RKO).
12. Perencanaan Efektif
Menurut Siagian (1993), perencanaan yang baik harus memiliki
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu :
1) Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana
merupakan suatu keputusan yang menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan.
2) Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi
3) Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik
perencanaan.
4) Adanya suatu perencanaan yang teliti yang berarti rencana harus di
ikuti oleh program kegiatan terinci.
5) Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya harus
tergambar bagaimana rencana tersebut dilaksanakan.
6) Bersifat sederhana, yang berarti disusun secara sistematis dan
prioritasnya jelas terlihat.
7) Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada
perubahan.
8) Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak  ada seorang pun
yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
9) Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai dengan
kondisi organisasi.
10) Merupakan perkiraan atau peramalan atas keadaan yang terjadi.
b. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan
yang harus dijawab dengan memuaskan menggunakan pendekatan
5W1H.
1) What : Kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah disepakati?
2) Where  : Di mana kegiatan akan dilakukan?
3) When   :  Kapan kegiatan tersebut akan dilakukan?
4) Who  :  Siapa yang harus melaksanakan kegiatan tersebut?
5) Why    :  Mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan?
6) How :  Bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut ke arah
pencapaian tujuan?
c. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus
diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah, artinya harus disusun
dengan cara sistematis dan didasarkan pada langkah sebagai berikut:
1) Mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi.
2) Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana.
3) Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul.
4) Menetapkan data alternatif pemecahan masalah.
5) Melaksanakan rencana yang telah tersusun.
6) Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah.
7) Menilai hasil yang telah dicapai.
Untuk menjadi efektif, maka manajer harus mengetahui apa sasaran
yang ingin dicapai. Manajer harus tahu ke mana mereka ingin pergi
sebelum memutuskan bagaimana mencapainya. Untuk perlu ditetapkan
sasaran yang efektif. Masalahnya adalah menetapkan sasaran yang efektif
dan mengelola aktivitas dengan sasaran ini secara kontinu adalah satu dari
banyak tantangan kesulitan yang dihadapi oleh tiap manajer. Oleh karena
itu kiranya peru memahami karakteristik yang dimiliki oleh sasaran yang
efektif sebagai berikut:
1) Spesifik dan dapat dimengerti (specifi and understandable).
Penggunaan sasaran secara tidak mendua menetapkan secara jelas
apa outcome yang diinginkan. Alasan utama penetapan sasaran
adalah untuk mengeliminasi ketidakpastian tentang apa yang
diharapkan individu, kelompok dan organisasi untuk dicapai.
2) Dapat diukur (measurable). Sasaran yang dapat diukur (biasanya
dapat dikuantifikasi, atau diekspresikan secara numerik) adalah
mudah dipahami. Sasaran yang dpat diukur membantu manajer
dengan satu cara untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja,
mengintepretasi umpan balik dan mencapai.
3) Kerangka waktu tertentu (given a time frame). Sasaran yang efektif
juga menunjukkan adanya kerangka waktu untuk pencapaian
sasaran. Jauh lebih baik menyatakan bahwa kinerja akan meningkat
melalui beberapa lebih baik menyatakan bahwa kinerja akan
meningkat melalui beberapa jumlah dalam menyatakan bahwa
kinerja akan meningkat melalui beberapa jumlah dalam periode
waktu tertentu.
4) Singkat (concise). Sasaran jangka pendek dan jangka panjang
adalah lebih efektif bila singkat dan “to the point”. Meningkatkan
market coverage and share hingga 10 persen dalam tahun 2005,
misalnya merupakan satu sasaran yang lebih ringkas dan karena itu
lebih efektif.
5) Standar (standard). Dalam banyak pekerjaan, standar adalah
tingkat minimum dari kinerja yang dapat diterima oleh individu,
kelompok kerja, atau satu sub unit dari satu organisasi. Karena itu
standar secara khusus merupakan refleksi tingkat rendah dari
kinerja yang ditoleransi organisasi.
6) Realistik (realistic). Sasaran harus realistik baik hasil yang ingin
dicapai maupun waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya
disesuaikan dengan potensi yang dimiliki
7) Fleksibel (flexible). Sasaran harus dapat dimodifikasi dalam
kejadian yang tidak menguntungkan atau perubahan-perubahan
ektraordinari dalam situasi organisasi
8) Dapat diterima (accepatable). Satu sasaran adalah lebih efektif bila
dapat diterima orang yang bertanggung jawab mencapainya.
E. Organisasi
1. Definisi Organisasi
Organisasi berasal dari organon yang artinya alat adalah suatu
kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Organisasi
pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,
terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
(Money, Materil, Men, Methodh, Marketing).
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan
anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi dengan sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang
melingkupinya baik intern maupun ekstern. Dua aspek utama dalam
organisasi yaitu departementasi dan pembagian kerja yang merupakan
dasar proses pengorganisasian. Organisasi sebagai kumpulan orang-orang
yang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena pada dasarnya
organisasi juga merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat. Oleh
karena itu, suatu organisasi perlu memahami lingkungan apa saja yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
organisasi. Lingkungan yang terkait dengan organisasi secara garis besar
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Lingkungan Internal
Lingkungan yang terkait terhadap eksistensi suatu organisasi.
Lingkungan internal organisasi adalah berbagai hal atau berbagai pihak
yang terkait langsung dengan kegiatan sehari-hari organisasi.
Lingkungan internal mencangkup para pemilik organisasi, para
pengelolah atau tim managemen, para staf, para anggota pekerja, serta
lingkungan fisik organisasi.
b. Lingkungan Eksternal
Lingkungan yang terkait dengan kegiatan operasional organisasi.
lingkungan eksternal dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Lingkungan yang terkait langsung dengan kegiatan operasional
organisasi atau lingkungan mikro dari organisasi. Lingkungan
mikro terdiri atas pelanggan, pemasok, dan mitra strategi.
2) Lingkungan yang tidak terkait langsung dengan kegiatan
operasional organisasi atau lingkungan makro dari organisasi.
Lingkungan makro dibagi menjadi dua lagi, yaitu:
c. Lingkungan Lokal
Lingkungan dapat berupa para pembuat peraturan, pemerintah,
masyarakat luas pada umumnya, lembaga yang terkait dengan kegiatan
perusahaan seperti organisasi non pemerintah.
d. Lingkungan Internasional
2. Ciri-ciri organisasi
a. Terdiri atas sekelompok orang
b. Ada kegiatan-kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan
c. Tiap anggota mempunyai sumbangan usaha
d. Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan
e. Adanya suatu tujuan
3. Jenis – Jenis Organisasi
a. Organisasi Lini / garis
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan
wewenang terdapat perbedaan yang tegas antara pimpinan dan
pelaksanaan. Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan di
mana semua kekuasaan di tangan pimpinan.
b. Organisasi Lini dan Staf
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah
antara pimpinan dan staf pelaksana. Peran staf bukan sekedar
pelaksana perintah pimpinan namun staf berperan sebagai
pembantu pimpinan.
c. Organisasi Fungsional
Bentuk organisasi di mana kekuasaan pimpinan
dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan di
bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. Setiap
kepala dari satuan mempunyai kekuasaan untuk memerintah
dan mengawasi semua pejabat bawahan sepanjang mengenai
bidangnya.
d. Organisasi Panitia/Tim kerja
Pemanfaatan tim sebagai perangkat sentral untuk
mengoordinasikan kegiatan-kegiatan kerja. Karakteristik utama
struktur tim adalah bahwa struktur ini meniadakan kendala-kendala
departemental dan mendesentralisasi pengambilan keputusan ke
tingkat tim kerja. Struktur tim juga mendorong karyawan untuk
menjadi generalis sekaligus spesialis.
4. Fungsi Organisasi
Fungsi organisasi adalah salah satu fungsi manajemen yang juga
mempunyai peranan penting seperti fungsi perencanaan. Melalui fungsi
perorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi (manusia
dan bukan manusia) akan diatur penggunanya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dengan memahami fungsi pengorganisasian, perawat juga dapat lebih
muda mempelajari tentang fungsi aktuasi. Melalui fungsi aktuasi,
diketahui gambaran tentang proses bimbingan dan pengarahan yang
diperlukan oleh staf sesuai dengan pembagian tugas yang merupakan
bagian dari fungsi pengorganisasian. Fungsi aktuasi yaitu dapat
mengarahkan staf dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya untuk
mencapai tujuan organisasi.
5. Prinsip Pengorganisasian
Di dalam kegiatan layanan keperawatan terdapat beberapa prinsip
pengorganisasian yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi adalah bahwa pekerjaan dibagi-
bagi sehingga setiap orang memiliki tugas tertentu.
b. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu.
c. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap, dan penyesuaian
antar tenaga yang ada di bangsal.
d. Manajemen waktu
Manajemen waktu yang dapat dilakukan oleh seorang perawat adalah:
1) Mengatur jadwal kerja
2) Disiplin dengan jadwal kerja
3) Memompa, memotivasi perawat, selalu bersemangat dalam
menjalankan segala sesuatu
4) Walaupun dikejar deadline, namun isi otak harus tetap relaks
5) Jangan panik, harus tetap terarah dan fokus untuk dapat selalu
terarah apa target yang akan kita capai
6) Berusaha sebaik mungkin, jangan menyerah sampai dengan saat-
saat akhir.
6. Struktur Organisasi
A. Definisi Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai
komponen dan bagian organisasi. Pada organisasi formal struktur
direncanakan dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola
hubungan antara berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran
secara efektif. Sedangkan pada organisasi informal, struktur organisasi
adalah aspek sistem yang tidak direncanakan dan timbul secara spontan
akibat interaksi peserta. Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas
pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal.
B. Bentuk-bentuk Organisasi
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi
dan departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama. Bagan ini
menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu :
a. Pembagian kerja
b. Rantai perintah
c. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
d. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
e. Tingkatan manajemen
Bagan organisasi menentukan hubungan formal dalam institusi.
Hubungan formal, hubungan komunikasi, dan kewenangan digambarkan
dalam bagan menggunakan garis yang utuh. Garis yang digunakan adalah
hubungan komunikasi antara orang dengan lingkup tanggung jawab dan
kekuasaan yang sama, tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Garis utuh
vertikal antara posisi merupakan rantai komando resmi, jalur formal
komunikasi dan kewenangan. Mereka yang memiliki kewenangan terbesar
dalam keputusan berada di posisi atas; mereka memiliki kewenangan
terkecil dalam pengambilan keputusan bawah. Tingkat posisi di bagan
juga menandakan status dan kekuasaan.
Garis putus-putus atau titik-titik pada bagan organisasi
menunjukkan posisi staf. Karena posisi ini berfungsi sebagai penasehat,
anggota staf memberikan informasi dan bantuan manajer, tetapi memiliki
kewenangan organisasi yang terbatas. Untuk meningkatkan lingkup
pengaruhnya, posisi staf memungkinkan manajer untuk menangani lebih
banyak aktivitas interaksi yang dapat dilakukan dibandingkan jika tidak
ada posisi staf. Posisi ini juga menyediakan spesialisasi yang tidak
mungkin dicapai oleh manajer seorang diri. Meskipun posisi staf dapat
membuat hubungan antar staf menjadi lebih efektif, organisasi dapat
berfungsi tanpa mereka.
C. Jenis Struktur Organisasi
1. Rancangan Organisasi Birokratik
Pada umumnya disebut struktur garis atau organisasi garis. Mereka
yang memiliki kewenangan staf dapat disebutkan sebagai organisasi
staf. Kekuatan dari organisasi birokatrik adalah Birokrasi ada
kemampuannya menjalankan kegiatan-kegiatan yang terstandar secara
sangat efisien. Sedangkan kelemahan dari rancangan organisasi
birokatrik adalah :
a) Bisa menimbulkan konflik-konflik subunit, karena tujuan-tujuan
unit fungsional dapat mengalahkan tujuan keseluruhan organisasi.
b) Ketika ada kasus yang tidak sesuai sedikit saja dengan aturan, tidak
ada ruang untuk modifikasi karena birokrasi hanya efisien
sepanjang karyawan menghadapi masalah yang sebelumnya telah
mereka hadapi dan sudah ada aturan keputusan terprogram yang
mapan.
2. Rancangan Ad Hoc
Struktur ad hoc adalah sarana mengatasi ketidakfleksibelan
struktur garis dan bertindak sebagai jalan bagi profesional untuk
mengatasi semakin meningkatnya jumlah informasi yang tersedia.
Struktur ad hoc menggunakan pendekatan tim atau tugas proyek dan
biasanya diliburkan setelah proyek selesai. Kerugian dari rancangan ad
hoc dapat menyebabkan berkuranganya kekuatan dalam rantai
komando formal dan berkuranganya kesetiaan terhadap organisasi
induk.
3. Struktur Organisasi Matriks
Struktur organisasi matriks dirancang untuk berfokus pada produk
dan fungsi. Struktur organisasi matriks memiliki rantai komando
vertical dan horizontal yang formal. Kerugian :Pengambilan keputusan
lambat dilakukan karena perlunya berbagi informasi, kebigungan bagi
pekerja karena rancangan hierarki memiliki kewenangan-ganda.
4. Rancangan Organisasi Datar
Rancangan organisasi datar adalah upaya menghilangkan lapisan
hierarki dengan cara mendatarkan rantai scalar dan desentralisasi
organisasi.
F. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan/Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP)
Perkembangan metode penugasan asuhan keperawatan merupakan
respon terhadap perubahan akan kebutuhan tenaga keperawatan yang
menjamin pemberian asuhan keperawatan yang bermutu. Terdapat
beberapa metode yang digunakan dalam penugasan asuhan keperawatan.
Namun perlu diingat bahwa setiap metode penugasan tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kriteria Pemilihan Model Asuhan Keperawatan
1. Tingkat ketergantungan pasien
a. Minim
b. Parsial
c. Total
2. Kualitas asuhan & kepuasan konsumen
a. Internal : pemberi pelayanan di institusi itu. Ec: direktur, perawat,
karu dll
b. Eksternal : orang yang datang untuk dilayani. Ec: pasien, keluarga
3. Jumlah & kualitas pelaksana asuhan (orang yang memberi pelayanan)
4. Memberi kepuasan kerja bagi pelaksananya
5. Costly efektive beban biaya dari pelayanan
Beberapa metode asuhan keperawatan profesional
1. Metode Fungsional (1950)
Metode fungsional menerapkan manajemen klasik yang
menekankan pada efesiensi penyelesaian tugas, pembagian habis tugas,
dan pengawasan pada petugas. Pada metode ini, pelayanan
keperawatan diberikan dititik beratkan pada pembagian habis tugas
sesuai dengan kebutuhan pelayanan keperawatan pasien saat itu.
Semua tugas di bagi rata pada tiap perawat, perawat hanya
melaksanakan pada tugas /jenis tertentu saja. Perawat ditugaskan
menurut keahlian masing-masing untuk semua pasien. Penerapan
metode ini sangat efisien tetapi tidak dapat memberikan kepuasan pada
pasien maupun perawat. Perawat tidak dapat mengembangkan
keterampilannya, hanya terampil dalam satu kopetensi yang menjadi
keahliannya saja.
Kelebihan metode ini yaitu tidak memerlukan tenaga perawat yang
banyak, sehingga tepat digunakan pada ruang perawatan yang
kekurangan tenaga. Sedangkan kelebihannya yaitu tugas tindakan
keperawatan akan segera cepat diselesaikan.
2. Metode Tim (sesudah tahun1950)
Metode tim adalah metode penugasan asuhan keperawatan yang
diberikan oleh sekelompok perawat terhadap sekelompok pasien.
Metode tim dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu pemberian
asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan jumlah staf
yang tersedia.
a. Jumlah tim dalam satu ruang perawatan antara 2 sampai 3 tim.
b. Besarnya tim ditentukan oleh jumlah tenaga yang ada di ruangan tersebut.
c. Mengadakan konfrensi dalam kelompok 5-10 menit dalam setiap shift.
d. 1 tim menangani 10-15 pasien
Uraian Tanggung Jawab Pada Metode Tim :
1) Ketua tim bertanggung jawab untuk:
a) Membuat perencanaan
b) Melakukan pendelegasian, supervise dan evaluasi
c) Mengetahui kondisi pasien dan menilai tingkat kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan perawat anggota tim
e) Menyelenggarakan konferens
2) Anggota tim
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
b) Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan laporan asuhan keperawatan yang diberikan pada ketua tim.
3) Kepala ruangan
a) Menentukan standar pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Bersama ketua tim melaksanakan supervisi dan evaluasi
c) Memberi pengarahan kepada ketua tim
3. Metode kasus (1920)
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat
pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai
klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh perawat yang
sama pada hari berikutnya. Pola asuhan perawatan diberikan oleh satu
perawat untuk satu pasien. Umumnya metode kasus ini dilaksanakan
oleh perawat (pribadi) atau untuk asuhan keperawatan khusus seperti
asuhan keperawatan di ruang isolasi atau di ruang intensive care.
Kelebihan Metode Kasus
a. Bersifat kontinue dan konfrehensif
b. Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit ( Gillies,1998). Keuntungan
yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberikan bermutut tinggi dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas.
c. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan
komprehensif.
d. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
e. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
Kekurangan Metode Kasus
a. Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
b. Membutuhkan banyak tenaga.
c. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
d. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien bertugas.
4. Metode Manajemen Kasus
Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pandangan bahwa
untuk penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas berdasarkan
berbagai sumber daya yang ada. Tujuan dari manajemen kasus adalah
menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan
sesuai dengan standar, memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat
mungkin, memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan
melalui kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, pengembangan
profesionalisme dan kepuasan kerja, memfasilitasi alih ilmu
pengetahuan. Manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu case
management plan (CMP), yang merupakan perencanaan bersama dari
masing-masing profesi kesehatan, dan critical path diagram (CPD).
CPD merupakan penjabaran dari CMP dan mempunyai target waktu.
Manajer mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang
mengacu pada tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.
Syarat Manajemen kasus
a. Multi disiplin
b. Case manajer, manajer mengelola kasus untuk mengkolaborasikan
nya
5. Metode moduler
Modifikasi antara primer dan tim. Bila metode perawatan primer
sulit dilaksanakan karena keterbatasan jumlah dan kualifikasi tenaga
keperawatan yang layak, maka metode moduler merupakan metode
alternatif yang dikembangkan dari perawatan primer bila tenaga
keperawatan yang ada terdiri dari berbagai klasifikasi. Dalam
pelaksanaannya, metode modul sama dengan metode tim di mana
perawat profesional bekerja bersama dengan perawat non profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada beberapa pasien
dengan arahan kepemimpinan perawat profesional. Setiap modul
berpasangan (2 sampai 3 orang) merawat pasien dari masuk sampai
pulang.
Dalam menerapkan model modular, 2-3 tenaga keperawatan bisa
bekerja sama dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh untuk
mengelola 8-12 kasus.  Seperti pada model primer,  tugas tim
keperawatan ini harus tersedia juga selama tugas gilir (shift) sore-
malam dan pada hari-hari libur, namun tanggung jawab terbesar
dipegang oleh perawat profesional. Perawat profesional bertanggung
jawab untuk membimbing dan mendidik perawat non profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan. Peran perawat kepala ruang
(nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas
dengan mempertimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja sama,
dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivasi.
6. Metode Perawatan Primer (1970)
Metode pemberian asuhan keperawatan yang ditandai adanya
keterikatan yang kuat dan terus menerus antar pasien dan perawat yang
ditugaskan dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan
keperawatan termasuk berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Syarat dari metode perawatan primer adalah perawat harus profesional
semua meningkat Mengelola 4-6 pasien yang dikelola selama 24 jam
mulai pasien masuk sampai keluar.
Kelebihan dari perawatan primer yaitu seluruh tim kesehatan akan
merasa puas karena tugas perawatan dilakukan oleh personil perawat
yang bertugas secara menyeluruh. Demikian halnya pasien yang
dirawat akan puas karena dirawat dengan optimal sesuai dengan
kebutuhannya.
Kelemahannya yaitu bahwa asuhan keperawatan primer hanya
dapat diterapkan pada ruang perawatan yang memiliki jumlah dan
kualifikasi tenaga yang memadai. Jumlah perawat profesional yang
memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan sikap
profesional yang tinggi mutlak diperlukan ditambah dengan asisten
yang cukup.
G. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1993), Komunikasi merupakan proses
kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Dan menurut
Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran
pikiran, perasaan dan pendapat dan memberikan nasehat di mana terjadi di
antara dua orang atau lebih yang sedang bekerja sama.
Oleh karena itu, komunikasi selalu melibatkan seorang pengirim
dan seorang penerima. Meskipun Gilbran (1951) mengatakan bahwa
seseorang dapat berbicara paling sedikit dua individu dan dua peran yaitu
pengirim dan penerima. Davis (1981) secara tepat mengatakan bahwa
menejer yang mengirim berita secara tertulis kepada bawahannya, baru
dapat dikatakan sudah berkomunikasi jika bawahannya menerima,
membaca dan mengerti pesan yang dikirim.
Tahapan proses Komunikasi Kelompok
(Stephen Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 6 – 7)
a. Sumber Komunikasi
Langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan
pentransferan dan pemahaman makna.
b. Pengkodean (encoding)
Mengubah satu pesan komunikasi menjadi bentuk simbolik. Empat
kondisi yang mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan, sikap,
pengetahuan, dan sistem sosial budaya.
c. Pesan (Apa yang dikomunikasikan)
Dipengaruhi oleh kode/kelompok simbol yang kita gunakan untuk
mentransfer makna, isi dari pesan itu sendiri dan keputusan yang kita
ambil dalam memilih dan menata baik kode maupun isi.
d. Saluran (channel)
Medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan. Medium dipilih
oleh sumber, yang harus menentukan saluran mana yang formal dan
informal.
e. Pengkodean
Penerjemah ulang pesan komunikasi seorang pengirim. Penerima
merupakan sasaran arah pesan itu tapi sebelum pesan dapat di terima,
symbol-simbol harus di terjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat
dipahami oleh si penerima.
f. Penerima
g. Umpan Balik
Tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan kedalam
system guna memeriksa kesalah pahaman, umpan balik merupakan
suatu penentu apakah pesan itu telah dipahami.
b. Komponen Komunikasi
Terdapat enam komponen komunikasi sebagai berikut :
a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan/mengirim pesan.
b. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan.
c. Pesan, yaitu suatu yang disampaikan oleh pengirim kepada seseorang
yang dituju (penerima) dengan maksud dan tujuan tertentu. Pesan yang
disampaikan dapat berupa verbal, tertulis, ataupun nonverbal
d. Lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan.
Lingkungan ini dapat berupa lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal. Lingkungan internal meliputi nilai-nilai, kepercayaan,
temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan.
Sedangkan lingkungan eksternal meliputi keadaan cuaca, suhu, faktor
kekuasaan, dan waktu.
e. Media pesan, yaitu alat suatu saran perantara yang digunakan oleh
pengirim pesan dengan tujuan agar pesan bisa sampai kepada
penerima. Misalnya pendengaran, penglihatan, sentuhan, media cetak,
ataupun media elektronik.
f. Tingkat pesan, yaitu tingkat pentingnya pesan, yang dapat berbentuk
informasi, kata, atau simbol lain.
Dengan mengenal komponen-komponen pesan tersebut, seorang
perawat diharapkan mampu menganalisis situasi dan menentukan
komponen mana yang harus diperhatikan dalam suatu kondisi dan situasi.
Dengan demikian, komunikasi yang dilakukan dapat mencapai tujuan lain
yang telah ditetapkan.
c. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak
model yang digunakan dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi dan
orang berkomunikasi. Dasar model umum proses komunikasi terlihat pada
Gambar 1 yang menunjukkan bahwa dalam setiap komunikasi pasti ada
pengirim pesan dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal,
tertulis, maupun nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan
internal dan eksternal, di mana komunikasi di laksanakan. Lingkungan
internal meliputi: nilai-nilai, kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres
pengirim pesan dan penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi:
keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak
(pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor internal dan
eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh
lingkungan eksternal yang ada.
d. Fungsi Komunikasi
Kegunaan komunikasi sangat penting dilakukan demi tercapainya
kebahagiaan hidup kita. Johnsom (1981) memperlihatkan paling tidak ada
dua manfaat dan juga peranan komunikasi dalam rangka menciptakan
kebahagiaan hidup manusia yaitu :
a. Komunikasi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita.
Artinya bahwa perkembangan kita sejak masa bayi samapai masa
dewasa mengikuti pola makin meluasnya ketergantungan kita pada
orang lain.
b. Identitas atau jati diri kita terbentuk melalui komunikasi dengan orang
lain. Ini berarti bahwa selama proses berkomunikasi dengan orang lain,
sadar atau tidak, kita akan mengamati memperhatikan dan mencatat
dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap
diri kita.
e. Tujuan Komunikasi
Hewitt (1981) menjabarkan lebih spesifik tentang tujuan dari
penggunaan proses komunikasi. Ia mengatakan bahwa tujuan - tujuan
komunikasi di bawah ini jarang digunakan secara sendiri - sendiri.
a. Untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu,
b. Untuk mempengaruhi perilaku seseorang
c. Untuk mengungkapkan perasaan
d. Untuk menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
e. Untuk berhubungan dengan orang lain
f. Untuk menyelesaikan sebuah masalah
g. Untuk menurunkan ketegangan atau menyelesaikan konflik
h. Untuk mencapai sebuah tujuan
i. Untuk menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain.
6. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai
proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi.
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, tepat. Nursalam (2001)
menekankan bahwa prinsip komunikasi seorang perawat
profesional adalah CARE : Complete, Acurate, Rapid, dan English
artinya sebagai berikut : Ciri khas perawat profesional di masa
depan dalam memberikan pelayanan keperawatan adalah dapat
berkomunikasi secara lengkap, adekuat, dan cepat. Artinya, setiap
melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat
dan tenaga kesehatan lainnya harus memadai. Profil perawat masa
depan yang lain adalah mampu berbicara dan menulis bahasa
asing, minimal bahasa inggris
d. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat.
e. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manajer.
7. Model Komunikasi dan Jenis Komunikasi
a. Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang terpenting dalam
organisasi. Dalam mencapai kebutuhan individu/staf, setiap
organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam
mengkomunikasikan pelaksanaan dan pengelolaan, misalnya
publikasi perubahan, surat-menyurat ke staf, pembayaran, dan
jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis,
khususnya kepada stafnya.
b. Komunikasi secara langsung/verbal
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku asertif
(assertiveness) adalah suatu cara komunikasi yang memberikan
kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan perasaannya
secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa
menyinggung perasaan lawan bicara. Manajer selalu mengadakan
komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal
ataupun informal. Mereka juga melakukan komunikasi secara
verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu dalam
kelompok atau presentasi secara formal. Keuntungan komunikasi
verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk
berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus :
1) Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan
langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara
lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Ringkas, dengan
menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana.
2) Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak
mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Gunakan bahasa
yang dapat dimengerti oleh penerima pesan.
3) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata
yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran,
perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
4) Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.
Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa
yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak
isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan.
5) Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila
klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk
menjelaskan risiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara
jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi
penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus
peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu
pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang
disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
6) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu
mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh
stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien.
c. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan
untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Komunikasi
nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi
wajah, gerakan, tubuh, dan sikap tubuh atau body language.
Menurut Arnold dan Boggs (1989), komunikasi nonverbal meliputi
komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan.
Ada beberapa hal kunci dalam komunikasi nonverbal yang dapat
terjadi tanpa atau dengan komunikasi nonverbal, yaitu :
1) Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada
hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya.
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu
pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan
pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika
sedang marah.
2) Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komunikasi interpersonal.
3) Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap
arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat
secara langsung mempengaruhi nada suaranya
4) Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi
utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut,
marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat
interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata
selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat
dipercaya
5) Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap, emosi, konsep
diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi
yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah
klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa
sakit, obat, atau fraktur.
6) Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan
melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting
dalam hubungan perawat-klien, namun harus memperhatikan
norma sosial.
8. Jenis-jenis Komunikasi
Ada dua jenis utama dari komunikasi yaitu:
a. Komunikasi Verbal
Satu arah dan Dua arah
b. Komunikasi non verbal
Satu arah dan Dua arah
9. Strategi Komunikasi Efektif dalam Praktik Keperawatan di
Rumah Sakit
Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditunjukkan secara
spesifik melalui strategi perencanaan. Tetapi tiga komponen, yaitu
struktur, budaya, dan teknologi harus mendapat perhatian yang sama.
Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status
praktik komunikasi efektif yang dapat direncanakan dan diterapkan
oleh kelompok kerja. Setiap struktur yang ada harus memiliki
kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-prinsip
asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik, dan dapat
membantu penyelesaian masalah organisasi.
Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk
diubah dalam waktu sesaat. Kita percaya bahwa kita akan bekerja
dengan lingkungan dan individu yang mempunyai budaya yang
berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatikan mengingat
perubahan suatu budaya dalam manajemen adalah aspek yang penting
pada proses perubahan yang efektif.
Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi
yang efektif. Komunikasi interpersonal dan organisasi sering
memerlukan perantara akan sangat bermanfaat di masa akan datang,
yaitu teknologi elektronik dan penggunaan media. Setiap perubahan di
rumah sakit harus selalu didukung oleh perencanaan Health
Information System (HIS) yang efektif. Komunikasi melalui teknologi
akan selalu dipantau dan dievaluasi pada setiap tahap proses
perubahan
10. Komunikasi dengan SBAR
A. Definisi SBAR
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan
menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga
dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien.
Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR untuk
mencapai keterampilan berpikir kritis serta menghemat waktu.
SBAR adalah metode terstruktur untuk
mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan
perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang
efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat
digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara
shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan
masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara
anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah
sakit adalah komunikasi  SBAR (Situation, Background,
Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini digunakan
pada saat perawat melakukan hand over ke pasien.  Komunikasi
SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk
petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien. Adapun
keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan
perawat paham akan kondisi pasien.
3. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki
keamanan pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation,
Background, Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif
SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan
semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-
sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien
terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat
mengetahui perkembangan pasien.
Adapun konsep SBAR itu adalah sebagai berikut :
1. S (Situation)
Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi
pada pasien.
a) Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
b) Nyatakan masalah secara singkat: apa, kapan dimulai,
dan tingkat keparahan.
c) Diagnosa medis;
2. B (Background)
Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan
situasi, meliputi:
a) Daftar pasien
b) Nomor medical record
c) Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
d) Daftar obat terkini, alergi, dan hasil laboratorium
e) Hasil terbaru tanda-tanda vital pasien
f) Hasil laboratorium, dengan tanggal dan waktu
pengambilan serta hasil dari tes laboratorium sebagai
pembanding
g) Informasi klinik lainnya
h) Background merupakan informasi penting tentang apa
yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
3. A (Assessment/pengkajian)
Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien
yang terkini
a) Apa temuan klinis?
b) Apa analisis dan pertimbangan perawat?
c) Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. R (Recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini.
a) Apa tindakan/rekomendasi yang diperlukan untuk
memperbaiki masalah?
b) Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?
c) Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk
memperbaiki kondisi pasien?;
d) Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini
terjadi?
B. SBAR Model
1. Komunikasi menjadi efektif dan efisien
2. Menawarkan sebuah cara yang simple untuk standart
komunikasi dengan menggunakan 4 elemen umum
3. Mencerminkan umum dan nursing process
4. Membuat bahasa yang umum.
C. Laporan Kondisi Pasien Antar Shift Dinas (Dengan SBAR)
Sebelum serah terima pasien :
1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Kumpulkan data - data yang diperlukan yang
berhubungan kondisi pasien yang akan dilaporkan
3. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan
4. Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya
5. Siapkan medical record pasien termasuk rencana
perawat harian.
D. Contoh penggunaan komunikasi SBAR
1. Komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah
terima :
a) Situation (S) :
 Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8
Desember 2013 sudah 3 hari perawatan.
 DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis :
Gagal ginjal kronik.
 Masalah keperawatan : Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit lebih,
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b) Background (B) :
 Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam,
balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
 Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300
mg/dl.
 Pasien program HD 2x seminggu Senin dan
Kamis.
 Terpasang infus NaCl 10 tetes/menit.
 Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang
gagal ginjal kronik.
 Diet : rendah protein 1 gram.
c) Assessment (A) :
 Kesadaran compos mentis, TD 150/80 mmHg,
Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit,
edema pada ekstremitas bawah, tidak sesak
napas, urine sedikit, eliminasi feses baik.
 Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl,
albumin 3, ureum 237 mg/dl
 Pasien masih mengeluh mual.
d) Recommendation (R) :
 Awasi balance cairan.
 Batasi asupan cairan.
 Konsul ke dokter untuk pemasangan dower
kateter.
 Pertahankan pemberian pemberian deuritik
injeksi furosemit 3 x 1 ampul.
 Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar
pasien.
 Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan
prosedur.
2. Komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan
dokter lewat telepon :
a) Situation (S) :
 Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat
perawat Nusa Indah 2.
 Melaporkan pasien nama Tn A mengalami
penurunan pengeluaran urine 40 cc/24 jam,
mengalami sesak napas.
b) Background (B) :
 Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal
masuk 8 Desember 2013, program HD hari
Senin - Kamis.
 Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi
fowler, sudah terpasang dower kateter,
pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang
lalu.
 Obat injeksi diuretic 3 x 1 ampul.
 TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100
x/menit, edema ekstremitas bawah dan asites.
 Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl,
albumin 3, ureum 237 mg/dl.
 Kesadaran compos mentis, bunyi nafas rongki.
c) Assessment (A) :
 Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
lebih.
 Pasien tampak tidak stabil.
d) Recommendation (R) :
 Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen
NRM?
 Apa advise dokter? Perlukah peningkatan
diuretic atau syringe pump
 Apakah dokter akan memindahkan pasien ke
ICU?
H. Dokumentasi
1. Pengertian Dokumentasi
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam “persoalan hukum“. Dokumentasi sebagai segala
sesuatu yang tercetak atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan
tentang bukti bagi individu yang berwenang (Potter, 2005 ). Dokumentasi
keperawatan juga merupakan salah satu bentuk upaya membina dan
mempertahankan akontabilitas perawat dan keperawatan (Webster New
World Dictionary dalam Marelli (1996). Sedangkan pendokumentasian
adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun
aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting
(Tungpalan, 1983).
Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status
sehat sakit pasien pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan.
Adapun manfaat dari pendokumentasian di antara nya sebagai alat
komunikasi antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi
dalam sistem pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan
pertanggung gugatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
(Effendi, 1995)
2. Manfaat Dokumentasi
Adapun manfaat dokumentasi menurut Allen (1998) antara lain :
a. Sebagai wahana komunikasi antar tim keperawatan dan dengan tim
kesehatan lain.
b. Sebagai bagian yang permanen dari rekaman medik.
c. Sebagian dokumen yang legal dan dapat diterima di pengadilan.
Tueng (1996) menambahkan, dengan :
a. Untuk menghindari pemutarbalikan fakta.
b. Untuk mencegah kehilangan informasi.
c. Agar dapat dipelajari perawat lain.
3. Prinsip-prinsip dokumentasi menurut AIlen (1998), yaitu :
a. Tersedia format untuk dokumentasi.
b. Dokumentasi dilakukan oleh orang yang melakukan tindakan atau
mengobservasi langsung.
c. Dokumentasi dibuat segera setelah melakukan tindakan.
d. Catatan dibuat kronologis.
e. Penulisan singkatan dilakukan secara umum.
f. Mencantumkan tanggal, waktu tanda tangan, dan inisial penulis.
g. Dokumentasi akurat, benar, komplit jelas, dapat dibaca dan ditulis
dengan tinta.
h. Tidak dibenarkan menghapus tulisan pada catatan menggunakan
tipex. Penghapus tinta atau bahan lainnya.
4. Komponen Penting dalam Dokumentasi Keperawatan
a. Komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan
menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh
perawat
b. Dokumentasi proses keperawatan
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk
pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset
lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian
Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang
diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga
kesehatan lainnya.
c. Standar dokumentasi
Standar dokumentasi, perawat memerlukan sesuatu keterampilan
untuk memenuhi standar dokumentasi Standar dokumentasi adalah
suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar
dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai
petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan
tindakan keperawatan.
5. Tujuan Utama Dokumentasi
a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan,
dan mengevaluasi tindakan.
b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
1) Bukti kualitas Askep
2) Bukti legal dokumentasi, sebagai pertanggung jawaban kepada
klien
3) Info terhadap perlindungan individu
4) Bukti aplikasi standar keperawatan
5) Sumber info statistik untuk riset
6) Pengurangan biaya info
7) Sumber info untuk data yang harus dimasukkan
8) Komunikasi konsep risiko tindakan keperawatan
9) Info untuk murid
10) Persepsi hak klien
11) Sumber data keuangan yang sesuai
12) Data perencanaan pelayanan kesehatan masa datang
6. Manfaat Utama Dokumentasi Keperawatan
Manfaat utama dari pendokumentasian menurut Nursalam (2014), adalah
sebagai berikut :
a. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi
dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor
melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
b. Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap
masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan
lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi
yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
c. Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau
pertimbangan dalam biaya keperawatan.
d. Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan
keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
e. Penelitian
Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung
informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan
pengembangan profesi keperawatan.
f. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien.
7. Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi pengkajian ditujukan pada data klinik di mana
perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisir dalam catatan kesehatan.
Format pengkajian meliputi data dasar, flowsheet dan catatan
perkembangan lainnya yang memungkinkan sebagai alat komunikasi bagi
tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2014).
Penulisan pengkajian menggunakan format yang sistematis untuk
mencatat pengkajian yang meliputi :
a. Pengumpulan data, kriteria, yaitu LLARB: (1) Legal, (2) Lengkap, (3)
Akurat, (4) Relevan, dan (5) Baru.
b. Pengelompokan data, kriterianya adalah sebagai berikut :
1) Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik melalui IPPA (inspeksi, perkusi, auskultasi); (2)
pemeriksaan diagnostik/penunjang, yaitu laboratorium, dan
rontgen.
2) Data psikologis, sosial, dan spiritual melalui wawancara.
3) Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (review of
sistem) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan,
observasi dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/
diagnostik.
8. Diagnosa Keperawatan
Kriteria dalam penulisan diagnosa keperawatan menurut Nursalam
(2014) adalah sebagai berikut :
a. Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan
kesenjangan.
b. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
c. Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang ners.
d. Komponen diagnosis terdiri dari PES/ PE
e. Mengacu pada diagnosis NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC.
9. Perencanaan
Menurut Nursalam (2014), Komponen perencanaan tindakan
keperawatan terdiri atas 3 hal, yaitu :
a. Prioritas masalah
Kriteria antara lain sebagai berikut :
1) Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan
prioritas kedua.
3) Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
b. Tujuan asuhan keperawatan, memenuhii syarat SMART (Specific
Measurable Achievable Reasonable Time).
Kriteria (NOC-Nurshing Outcome Criteria) disesuaikan standar
pencapaian. Antara lain sebagai berikut :
1) Tujuan dirumuskan secara singkat
2) Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
3) Spesifik pada diagnosis keperawatan
4) Dapat diukur
5) Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
6) Ada target waktu pencapaian
c. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nurshing Intervention
Classification) yang telah ditetapkan oleh instansi pelayanan setempat.
Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung tiga komponen,
meliputi DET tindakan keperawatan, yaitu sebagai berikut :
1) Diagnosis/Observasi
2) Edukasi (HE)
3) Tindakan independen, dependen, dan interdependen
4) Mempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien/keluarga
5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
7) Disusun dengan kalimat mempertimbangkan lingkungan, sumber
daya, dan fasilitas yang ada
8) Harus berupa kalimat instruktif, ringkas, tegas, dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
9) Menggunakan formulir yang baku
10. Intervensi/Implementasi Keperawatan (NIC: Nurshing Intervention
Classification)
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga (Nursalam,
2014). Intervensi keperawatan berorientasi pada 15 komponen dasar
keperawatan yang dikembangkan dengan prosedur teknis nersan. Kriteria
meliputi :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/keluarga.
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e. Menggunakan sumber daya yang ada.
f. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan
pasien/keluarga.
g. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
keperawatan.
h. Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik.
i. Menerapkan etika keperawatan.
j. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan
mengutamakan keselamatan pasien.
k. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.
l. Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam
keselamatan pasien.
m. Mencatat semua tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah
ditentukan.
n. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
o. Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah
ditentukan.
p. Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan sesuai
dengan prosedur tetap yang telah disusun.
11. Evaluasi
Pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan
kemajuan, direvisi dalam rencana perawatan atau dimasukkan dalam
ringkasan khusus dalam pelaksanaan dan penentuan perencanaan. Menurut
Nursalam (2014), evaluasi dilakukan secara periodik, sistematis, dan
berencana untuk menilai perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Kriteria dalam evaluasi keperawatan meliputi:
a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.
b. Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan
tingkah laku pasien.
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil
tindakan selanjutnya.
d. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain.
e. Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan
standar praktik keperawatan).

Komponen evaluasi, mencakup K-A-P-P (Kognitif-Afektif-Psikomotor-


Perubahan Biologis), yaitu sebagai berikut:
a. Kognitif (pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan).
b. Afektif (sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan.
c. Psikomotor (tindakan/perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.
d. Perubahan biologis (TTV, sistem dan imunologis).

Keputusan dalam evaluasi adalah sebagai berikut :


a. Masalah teratasi.
b. Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan perencanaan
tindakan ulang.
c. Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan.
d. Timbul masalah baru.
12. Jenis Dokumentasi yang dibutuhkan dalam Manajemen Keperawatan
Profesional
Jenis-jenis dokumentasi yang dibutuhkan dan harus ada dalam
Manajemen Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut :
a. Dokumentasi timbang terima
b. Dokumentasi Perencanaan pulang
c. Dokumentasi Pengelolaan obat & logistik
d. Dokumentasi HE
e. Dokumentasi kegiatan supervisi
f. Dokumentasi kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde keperawatan.
I. Timbang Terima
1. Definisi Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
di antara nya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima pasien
(operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
2. Tujuan Timbang Terima
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab
shift selanjutnya meliputi :
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d. Penyampaian timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu - buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
4. Prosedur dalam Timbang Terima
a. Persiapan
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada
masing-masing penanggung jawab:
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan
tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah
dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
d. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
e. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
f. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.

5. Metode dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover
yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien
atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:

a. Menggunakan Tape recorder


Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian
diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah
datang. Metode itu berupa one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada
medical record saja atau media tertulis lain.

6. Faktor - faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

7. Dokumentasi dalam Timbang Terima


Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.

8. Alur timbang terima


SITUATION

Diagnosa keperawatan (data)

Data demografi diagnosis medis

BACKGROUND

Riwayat Keperawatan

Assessment :

Ku ; ttv ;gcs ; skala nyeri ; skala resiko terjatuh ; dan ros

(poin yang penting)

9
Rekomendation:
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi baru

9. Evaluasi dalam Timbang Terima


a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok
shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan
kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat
primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan
oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.
Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang
akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station
kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang
terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang
sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada.
Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat
berjalan dengan baik.

J. Penerimaan Pasien Baru


1. Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan.

2. Tujuan
1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik.
2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dan klien.
3. Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum.
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.

3. Tahapan Penerimaan Pasien Baru


1. Tahap pra penerimaan pasien baru
a. Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d. Menyiapkan format pengkajian
e. Menyiapkan leaflet

2. Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru


a. Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/katim/perawat
yang diberi delegasi.
b. Perawat memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarganya.
c. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur
(apabila pasien datang dengan kursi roda/branchard/kursi roda) dan
berikan posisi yang nyaman.
d. Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar
e. Perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
orientasi ruangan, perawatan, dan tata tertib ruangan.
f. Perawat menyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan.
g. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
pengkajian.

4. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan


1. Dilaksanakan setiap pasien masuk
2. Dilakukan oleh kepala ruangan, PP, dan PA
3. Melibatkan tenaga kesehatan lain misalnya dokter, ahli gizi, farmasi
4. Adanya unsur kolaborasi dan tanggung jawab.
5. Informasi yang disampaikan akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.

5. Peran Perawat Dalam Penerimaan Pasien Baru


1. Kepala ruangan
Menerima pasien baru
2. PP
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
c. Melakukan pengkajian pada pasien baru.
d. Mengorientasikan klien pada ruangan.
e. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter .yang bertanggung
jawab.
f. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3. PA
Membantu katim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.

6. Kriteria Evaluasi.
a. Evaluasi Struktur
1. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar
penerimaan pasien baru, informed consent, format pengkajian, status,
lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien dan lembar tata tertib
pasien dan pengunjung.
2. Penerimaan pasien baru pada shif pagi dilakukan oleh kepala
ruangan, PP, dan PA, sedangkan pada shif sore dilakukan oleh PP
dan PA.
b. Evaluasi Proses
1. Pasien baru disambut oleh kepala ruangan,PP dan PA.
2. PP melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan dibantu oleh
PA.
3. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan,
medis, serta tata tertib ruangan.
4. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan
keluarga.
c. Evaluasi Hasil
1. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
2. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta
tata tertib ruangan.

K. Ronde Keperawatan
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan
merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi
pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam
merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan
pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang
dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan
Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.

2. Tahap-Tahap Ronde Keperawatan


Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
a. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning
(perencanaan), orientation (orientasi).
b. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction
(interaksi), observation (pengamatan), instruction (pengajaran),
summarizing (kesimpulan).
c. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).
3. Tujuan Ronde Keperawatan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
2. Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil karya
4. Pelaksanaan Ronde Keperawatan
1. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilakukan dan memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
2. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor
atau kepala ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan.
4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan
yang akan ditetapkan
5. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Ronde Keperawatan
a. Menvalidasi data pasien sesuai dengan masalah yang ada
b. Perawat pelaksana membicarakan masalah keperawatan dengan
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
c. Dalam askep pada kasus tertentu harus diakukan oleh perwat
primer atau konsuler, kepala ruangan, perwat associate.
d. Ikut serta keluarga pasien dalam tindakan asuhan keperawatan

L. Discharge Planning
1. Pengertian Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koodinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang (Capenito,1990).
Discharge planning merupakan merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi pda pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi dan
penyakitnya. Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien
diterima disuatu agen pelayanan kesehatan, terhusus di rumah sakit
dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek.
Discharge planning yang aktif seharusnya mencakup pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang
kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan,
perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh pelayanan kesehatan (Rondhianto, 2008).

2. Tujuan Discharge Planning
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan social
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
ketrampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang antara rumah sakit dan masyarakat
3. Prinsip Discharge Planning
1. Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan
kesehatan.
4. Komponen Discharge Planning
1. Jadwal kontrol dan menjelaskan pentingnya melakukan kontrol
2. Perawatan di rumah, memberikan HE
3. Obat-obatan, dijelaskan obat-obatan yang masih diminumdan yang
harus dihentikan, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum
obat.
4. Hasil pemeriksaan
5. Surat-surat seperti : surat keterangan sakit, surat kontrol dan lain-lain.
5. Proses Pelaksanaan Discharge Planning
Perry Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga
fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada
pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk
mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai unit
perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang
membutuhkan perawatan. Keluarga penting untuk menentukan
apakah masalah tersebut aktual atau potensial

3. Intervensi : Hasil yang diharapkan


Menurut Luverne & Barbara (1988), Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk
persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD,
yaitu:
a.Medication (obat)
b. Environment (Lingkungan)
c.Treatrment (pengobatan)
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
e.Outpatient referral
f. Diet
4. Implementasi
a. Menyiapkan klien dan keluarga bagaimana memberikan
perawatan lanjutan di rumah diantaranya:
b. Memberitahu pembatasan aktifitas pasien
c. Mendiskusikan untuk membuat rumah lebih aman dan lebih
mudah untuk pasien
d. Memberitahu pasien dan keluarga tentang medikasi yang
perlu digunakan pasien
e. Mendiskusikan perlunya pola makan atau diit nutrisi yang
adekuat
f. Jika pasien perlu mengikuti perawatan lanjutan di rumah,
membuat rujukan sebelum pasien meninggalkan rumah
sakit
5. Evaluasi
a. Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi
dan juga perubahan.
b. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan
seminggu setelah klien berada di rumah.
c. Dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan
rumah (homevisit).

M. Controling Obat
1. Pengertian Controling Obat
Pengelolaan atau controling merupakan suatu proses yang
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan
secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik
bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber
daya yang tersedia dalam suatu sistem.
2. Tujuan Controling Obat
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan
mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan
pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
1. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek
2. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
3. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
4. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
5. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan
kefarmasian sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
6. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi
yang tepat
7. Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai
empat kegiatan yaitu :
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b. Pengadaan (procurement)
c. Distribusi (distribution)
d. Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)

3. Pengelolaan Obat
a. Sentralisasi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat
yang di berikan kepada pasien di serahkan pengelolaan sepenuhnya
oleh perawat
b. Desentralilsasi
Pengelolaan obat di serahkan kepada keluarga setelah
keluarga/pasien mendapatkan pengertian yang memadai seputar
penggunaan obat.
Penerimaan dan Pencatatan Obat
1. Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
2. Obat yang diserahkan dicatatan dalam buku masuk obat
3. Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada keluarga /
pasien
4. Keluarga/ pasien mendapatkan penyuluhan tentang : rute
pemberian obat , waktu pemberian obat ,tujuan pemberian dan efek
samping yang mungkin timbul
5. Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga / pasien ;
pasien / keluarga mendatangi lembar penyuluhan

Pemberian Obat 
1. Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri oleh
klien,perawat melakukan kontroling terhadap pemberian obat
memungkan.
2. Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping , juga
dilakukan pengecekan obat tiap hari ( pagi ) untuk menentukan
apakah obat benar-benar diminum tepat dosis.
3. Obat yang hilang / berkurang /jumlah tlarifikasikidak sesuai dengan
perhitungan ; diklasifikasikana pada keluarga/ pasien
Penambahan Obat
1. Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untuk dicatat
dalam buku masuk obat
2. Bila terdapat obat jenis baru , maka dilakukan penyuluhan khusus
tentang obat baru tersebut sebelum di serahkan pada pasien
4. Hal –hal yang harus diperhatikan
pasien dan keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengentrol
penggunaan obat tersebut. Prinsip Enam Benar + 1 S:
1. Benar Pasien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis
4. Benar Waktu
5. Benar Dokumentasi
6. Save something (efek samping

N. Supervisi dan Delegasi


1. Pengertian Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Huber,2000).

2. Tujuan Supervisi
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para
petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pemahaman
serta mengatur pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan
atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan
kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan para petugas
telah cukup dan dipergunakann dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.

3. Manfaat Supervisi
Supervisi yang dilakukan terhadap bawahannya akan memberikan
manfaat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, mempererat hubungan
antara atasan dan bawahannya dan menguraikan penyimpanan yang tidak
sesuai standar yang dilakukan oleh bawahan.

4. Pelaksana Supervisi
a. Manajer puncak (Top Manajer)
Manajer puncak bertanggungjawab atas keseluruhan kegiatan hasil dari
kegiatan serta proses manajemen organisasi. Tugas utamanya menetapkan
kebijaksanaan (policy), memberi petunjuk atau pengarahan umum
berkaitan dengan tujuan.
b. Manajere menegah (Middle Manajer)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama.
Tugasnya menyebarkan kebijaksanaan top manajer kedalam program-
program. Misalnya, kepala bagian tata usaha, kepala bidang.
c. Manajer tingkat pertama (First Line, First Level Manajer, Supervisor
Manajer)
Manajer tingat bawah yang bertugas memimpin lansung para pelaksana
atau pekerja, yaitu melaksanakan supervisi sebagai mandor atau suprvisor.
Misalnya kepala seksi, kepala urusan.

5. Prinsip- prinsip Supervisi


1. Kegiatan supervisi harus didasarkan pada hubungan profesionalisme
bukan hubungan yang sifatnya pribadi.
2. Bersifat edukatif, artinya supervisior memberikan pendidikan atau
pengajaran kepada staf tentang hal-hal yang tidak dimengerti oleh staf
ketika bekerja
3. Menciptakan suasana yang kondusif dan memberikan perasaan yang aman
bagi staf yang disupervisi sehingga tidak menimbulkan kecemasan dan
persepsi yang salah pada anak.
4. Inovatif dan kreatif, seorang supervisior harus mampu menumbuhkan ide-
ide untuk mengembangkan potensi yang ada pada staf atau perawat
pelaksana sehingga hal ini dapat meningkatkan kinerja
5. Fleksibel, artinya seorang supervisior harus fleksibel dalam memberikan
pengarahan atau umpan balik kepada staf tetapi tetap mengacu pada
standar yang ada
6. Akurat, informasi yang diberikan supervisior harus jelas dan akurat.
Informasi yang tidak akurat akan menyebabkan persepsi yang salah dan
menimbulkan masalah baru
7. Tepat waktu, Ketua supervisior mendapat sautu informasi tentang
permasalahan yang ada pada staf, segera mungkin disampaikan dan
dilakukan evaluasi sehingga supervisior dapat segera melakukan suatu
tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
6. Tipe Supervisi
a. Tipe inspeksi
Supervisi dengan tipe inspeksi biasanya terjadi dalam administrasi dan
kepemimpinan yang otokratis yang mengutamakan upaya mencari
kesalahan orang lain.
b. Tipe Laisses Faire
Supervisi tipe laisses faire yaitu bawahan diberikan kebebaskan bekerja
sekehendaknya tanpa diberikan petunjuk yang benar. Supevisor
menerapkan tipe tidak memberikan bimbingan kepada bawahan yang
menjadi tanggung jawabnya.
c. Tipe Coersive
Supervisi tipe coersive bisa disebut dengan istilah supervisi otoriter hal ini
tidak jauh berbeda dengan supevisi tipe inspeksi yaitu bersifat
memaksakan kehendak dan bawahan tidak diberikan kesempatan untuk
bertanya.
d. Tipe Training and Guidance
Supervisi tipe training and guidance diartikan sebagai memberikan latihan
dan bimbingan yaitu merupakan proses pertumbuhan, perkembangan dan
peningkatan.
e. Tipe Demokratis
Supervisi tipe demokratis memerlukan kondisi dan situasi yang khusus
kepemimpinan yang bersifat demokratis juga, hal ini dapat berjalan
apabila kondisi dan situasi kepemimpinan memang kondusif maka fungi
pengarahan, koordinasi, kolaborasi, kerjasama dan evaluasi dapat terjadi
dari dua arah.
7. Penerapan Supervisi di Rumah Sakit
a. Self Supervision
Self Supervision adalah supervisi yang mengevaluasi pekerjaan
sendiri apakah sudah efektif atau menuju kepada perubahan intervision
kepeda pasien.
b. One to on supervision
One to one supervision adalah hubunagn antar supervisor dan supervisi
yang mengarah pada tujuan belajar yang diinginkan.
c. Group supervision
Group supervision adalah clinical supervision dimana group perawat
bertemu bersama, keuntungan tipe group supervision adalah masukan dari
sejumlah orang, pertukaran pengalaman, berorientasi pada konseling pada
pendekatan keperawatan, menerima suport terutama perawat baru.
d. Team of Staff Supervision
Team of Staff Supervision melibatkan kelompok yang bekerja sebagai
tenaga kesehatan dengan pekerjaan yang sama akan mendapatkan
supervisor dari luar institusi untuk membantu meningkatkan
kemampuannya.

O. Delegasi
1. Definisi Delegasi
Delegasi adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang
kepada bawahannya. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-prinsip
delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya.
Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung
jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas
sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang
manajer.
2. Unsur-Unsur dalam Proses Delegasi
1. Tanggung jawab (responsibility), adalah pekerjaan-pekerjaan yang
harus diselesaikan oleh seseorang pad ajabatan tertentu.
2. Kemampuan (accontability), adalah kompeten dalam memberikan
pertanggungjawaban atas pelimpahan yang diberikan kepadanya.
3. Kewenangan (authority), adalah hak atau wewenang untuk
memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya.

3. Prinsip Utama Pendelegasian


1. Tugas teknis, hampir semua tugas teknis didelegasikan oleh supervisor
kep
2. ada stafnya.
3. Tugas manajerial, tidak dapat didelegasikan semuanya karena tugas
tersebut memerlukan supervisi dan pemberian wewenang. Misalnya,
staf dapat menyusun suatu perencanaan, anggaran pembelian. Tetapi
tugas untuk membuat persetujuan, rekomendasi, pelaksanaan masih
merupakan hak dan wewenang seorang supervisor.

P. Manajemen Konflik
1. Definisi Konflik
Konflik adalah pergesekan atau fiksi yang terekspresikan di antara
dua pihak atau lebih, di mana masing-masing mempersepsi adanya
interferensi dari pihak lain, yang dianggap menghalangi jalan untuk
mencapai sasaran. Konflik hanya terjadi bila semua pihak yang terlibat,
mencium adanya ketidaksepakatan.
2. Penyebab Konflik
a. Faktor Manusia
1) Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
2) Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3) Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap
egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
b. Faktor Organisasi
1) Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
2) Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
c. Interdependensi Tugas
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak
dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
d. Perbedaan Nilai dan Persepsi.
e. Ketidakjelasan Yurisdiksional, Konflik terjadi karena batas-batas
aturan yang tidak jelas
f. Masalah “Status”, terjadi karena suatu unit/departemen mencoba
memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen
yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya
dalam status hirarki organisasi.
g. Hambatan dalam komunikasi
Konflik juga dapat terjadi jika komunikasi dalam suatu komunitas
tidak berjalan lancar, kondisi yang seperti ini akan menimbulkan
misunderstanding atau kesalahpahaman.
4. Tujuan Manajemen Konflik
1. Mencegah gangguan kepada anggota organisasi untuk memfokuskan
diri pada visi,misi dan tujuan organisasi
2. Memahami orang lain dan menghormati keberagaman
3. Meningkatkan kreativitas
4. Meningkatkan keputusan melalui pertimbangan berdasarkan pemikiran
berbagai informasi dan sudut pandang
5. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan melalui peran serta,
6. pemahaman bersama, dan kerja sama
7. Menciptakan prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik
5. Strategi Penyelesaian Konflik yg Efektif
1. Penyelesaian konflik secara damai
a. Menghindar
b. Akomodasi, memfasilitasi dan memberikan wadah untuk
menampung keinginan pihak yang terlibat konflik
c. Kompetisi, dilakukan dengan menunjukkan kekuasaan yang terkait
dengan posisinya
d. Kompromi, dilakukan dengan cara mengambil jalan tengah dengan
pihak yang terlibat konflik
e. Kolaborasi, dilakukan dengan melibatkan pihak yang terlibat konflik
untuk melakukan kerja sama dalam rangka penyelesaian konflik
2. Penyelesaian Konflik Secara Luas
a. Mediasi, berarti penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga
sebagai penengah
b. Konsoliasi, melalui seorang sebagai penengah yang disebut
konsoliator mempertemukan atau memberikan fasilitas kepada
pihak-pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya
secara damai.
c. Abitrase, berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut
kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit.
d. Mutual Gains Approach to Negotiations Pendekatan kerjasama untuk
melakukan perjanjian (to negoating contracts).
6. Peran Pemimpin dalam Penyelesaian Konflik
1. Pemimpin perlu menganalisa jumlah dan tipe konflik yang terjadi
dalam organisasi sehingga bisa fokus mengatasinya.
2. Manajer kesehatan seharusnya mengevaluasi setiap level konflik
yang terjadi dan melihat apakah organisasinya kuat dalam
mengahdapi konflik.
3. Ketika manajer terlibat konflik seharusnya berfikir eksplisit
tentang sejauh mana perhatian mereka terhadap organisasi.Ini
menjadi salah satu kunci untuk menentukan strategi pengelolaan
konflik.
4. Dalam negosiasi,manajer perlu menentukan dan mengidentifikasi
isu yang pasti akan dinegosiasikan.
5. Manajer seharusnya hati-hati menentukan apakah sikap dalam
negosiasi telah memenuhi standar norma sebelum bernegosiasi.
6. Manajer seharusnya tidak terlalu tertekan dalam mempersiapkan
sebuah negosiasi.
7. Jika seorang manajer melibatkan pihak ketiga dalam penanganan
konflik mereka harus mengontrol proses dan hasil dari
perdebatan/diskusi.
Q. Negosiasi
1. Definisi Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada
organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan kompetitif
(Marquis dan Huston, 1998). Negosiasi adalah cara yang paling efektif
untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan
(Roymond, 2012).
2. Karakteristik Utama dalam Negosiasi (Roymond, 2012)
1. Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individu, perwakilan
organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok.
2. Memiliki ancaman terjadinya atau tidak dalamnya mengandung
konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam
akhir negosiasi.
3. Menggunakan cara pertukaran sesuatu baik beberapa tawar- menawar
(bargain) maupun tukar – menukar (barter).
4. Hampir selalu berbetuk tatap muka yang menggunakan bahasa lisan,
gerak tubuh, maupun ekspresi wajah.
5. Negosiasi biasnya menyangkut hal-hal dimasa depan atau sesuatu
yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi.
6. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh
kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu kedua belah pihak
sepakat untuk tidak sepakat

3. Proses Negosiasi
a. Persiapan
Kenali karakter dan latar belakang lawan negosiasi kita. Gali
informasi sebanyak mungkin mengenai siapa dia/mereka, kekuatan
dan kelemahannya, apa tujuan atau kepentingannya. Hal ketiga dalam
persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita.
b. Pembukaan
Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalm mengawali negosiasi
yaitu pleasant (menyenangkan), assertive (tegas dan tidak plin- plan)
dan firm ( teguh dalam pendirian)
c. Memulai proses negosiasi
Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah
menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntunan
kita
d. Zona Tawar Menawar
Dalam poses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar- menawar, kita
perlu mengetahui apa itu the bargaining zone (TBZ) . TBZ adalah
suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual
dan tawaran awal oleh pembeli.
e. Membangun Kesepakatan
Babak akhir dari proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan
menutup negosiasi. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau
niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah
tangan.

R. Penilaian Kinerja
1. Definisi Kinerja Perawat
Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja perawat
sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku.
Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin
tercapainya standar praktek keperawatan
2. Prinsip-Prinsip Penilaian Kinerja Perawat
Menurut Gillies (1996), Yaitu :
1. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan
kerja orientasi tingkah laku untuk posisi yang ditempati
2. Sample tingkah laku perawat yang cukup representatif sebaiknya
diamati dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerjanya
3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar
pelaksanan kerja, dan bentuk evaluasi  untuk peninjauan ulang
sebelum pertemuan evaluasi
4. Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer
sebaiknya menunjukan segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa
memuaskan dan perbaikan apa yang diperlukan.
5. Jika diperlukan, manajar sebaiknya menjelaskan area mana yang
akan diprioritaskan
6. Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok
bagi perawat dan manajer
7. Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaik nya disusun dengan
terencana sehingga perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya
sedang dianalisa

3. Model & Metode Penilaian Kinerja


Menurut Mangkunegara, (2009), yaitu:
a. Penilaian sendiri, Penilaian sendiri dilakukan bila personal mampu
melakukan penilaian terhadap proses dan hasil karya yang mereka
laksanakan sebagai bagian dari tugas organisasi
b. Penilaian atasan, personal biasanya dinilai oleh manajer yang
tingkatnya lebih tinggi, penilaian ini yang termasuk dilakukan oleh
supervisor atau atasan langsung.
c. Penilaian mitra, Penilaian mitra dilakukan oleh seluruh anggota kerja
kelompok dan umpan balik untuk personal yang dinilai yang
dilakukan oleh komite kerja dan bukan oleh supervisor.
d. Penilaian bawahan, Penilaian bawahan terhadap kinerja personal
terutama dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan dan umpan
balik personal
S. Konsep Berubah
1. Pengertian Perubahan
Pengertian perubahan secara umum menurut Stephen Robbins
dalam Organizational behavior (2009), adalah membuat sesuatu terjadi.
Dalam organisasi, perubahan dapat terjadi dalam lingkup yang kecil,
tentang sesuatu yang kecil, dan perubahan yang kecil-kecil ini terjadi
secara terus menerus.
2. Teori Perubahan
1. Teori Redin
a. Ada perubahan yang akan dilakukan
b. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
2. Teori Kurt Lewin (1951)
a. Unfreezing (pencairan)
b. Moving (bergerak)
c. Refreezing (pembekuan kembali)

3. Teori Lipitts (1973)


a. Menentukan masalah
b. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
c. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
d. Menyeleksi tujuan perubahan
e. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
f. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
g. Mengakhiri bantuan.
4. Teori Havelock
Enam tahap sebagai perubahan Menurut Havelock :
a) Membangun suatu hubungan
b) Mendiagnosis masalah
c) Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d) Memilih jalan keluar
e) Meningkatkan penerimaan
f) Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
3. Jenis Perubahan
Jenis perubahan ada dua, yaitu :
a. Perubahan yang tidak direncanakan, adalah perubahan yang terjadi
tanpa persiapan
b. perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang telah
direncanakan dan diupikirkan sebelumnya, terjadi dalam waktu yang
lama, dan termasuk adanya tujuan yang jelas
4. Fungsi Perubahan
Adapun fungsi dari perubahan ialah :
1. Perubahan ditujukan untuk menyelesaikan masalah.
2. Perubahan ditujukan untuk membuat prosedur kerja yang lebih
efisien
3. Perubahan ditujukan untuk mengurangi kegiatan yang tidak penting.
4. Meramalkan kebutuhan unit terhadap pemahaman hokum, politik,
ekonomi, social, dan iklim legislative organisasi serta unit
5. Mengenali kebutuhan terhadap perubahan dan mengidentifikasi
pilihan dan sumber daya yang tersedia untuk mengimplementasikan
perubahan
6. Mengkaji secara tepat faktor yang mendorong dan menghambat
perencanaan perubahan
5. Hal- Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perubahan
1. Keterlibatan
Tidak ada seorang pun yang mengetahui semua hal. Menghargai
kemampuan dan pengetahuan orang lain serta melibatkan dalam
perubahan merupakan langkah awal kesuksesan perubahan.
2. Motivasi
Orang yang terlibat aktif dalam pembaharuan jika mereka termotivasi.
Motivasi tersebut akan timbul jika apa yang sudah dilakukan
bermanfaat dan dihargai.
3. Perencanaan
Perencanaan ini termasuk jika sistem tidak bisa berjalan efektif dan
perubahan perencanaan apa yang haru sdilakukan.
4. Legitimasi
Setiap perubahan harus mempunyai aspek legal yang jelas, siapa yang
melanggar dan dampak apa yang secara administratif harus diterima
olehnya.
5. Pendidikan
Perubahan pada prinsipnya adalah pengulangan belajar atau pengenalan
cara baru agar tujuan dapat tercapai.
6. Manajemen
Agen pembaharu harus menjadi model dalam perubahan dengan adanya
keseimbangn antara kepemimpinan terhadap orang dan tujuan atau
produk yang harus dicapai.
7. Harapan
Berbagai harapan harus dtekankan oleh agen pembaharu, seprti hal
yang berbeda dengan sebelumnya direncanakan , terselesaikan masalah-
masalah institusi dan kepercayaan serta reaksi yang positif dari staf.
8. Asuh
Bimbingan dan dukungan dalam perubahan

T. Manajemen Mutu
1. Pengertian manajemen mutu
Di era industrialisasi yang semakin ketat dan kompetitif seperti
sekarang ini, menurut Gaspersz (2008:3) setiap pelaku bisnis yang ingin
memenangkan kompetisi/pertandingan dalam dunia industri akan
memberikan perhatian penuh terhadap mutu. Nasution (2005:21)
menegaskan hanya perusahaan yang dapat menghasilkan mutu barang
atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pelanggan dapat memenangkan
persaingan tersebut. Cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam
persaingan global menurut Tjiptono dan Diana (2003:10) yaitu dengan
melakukan upaya/usaha perbaikan yang berkesinambungan terhadap
kemampuan manusia, proses, serta lingkungan, melalui penerapan
manajemen mutu. Berdasarkan hasil studi mengenai keberhasilan
perusahaan-perusahaan industri kelas dunia yang berhasil
mengembangkan konsep mutu dalam perusahaan, menurut Gaspersz
(2008:4) lahirlah apa yang disebut sebagai Manajemen Mutu Terpadu
(Total Quality Management, TQM).
Sedangkan Purnama (2006:51) mengemukakan TQM ( Management
Mutu) ialah sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan
filosofi yang didesain untuk menciptakan budaya perusahaan yang
memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif para
pekerja, dan perbaikan kualitas yang berkesinambungan yang menunjang
tercapainya kepuasan konsumen secara total dan terus-menerus. Gaspersz
(2008:266) mengemukakan TQM ( Management Mutu) ialah pendekatan
manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan
pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian
masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas,
produktivitas, dan kinerja lain dari perusahaan.
2. Manfaat manajemen mutu
1. Bagi Karyawan:
a. Kejelasan tugas dan wewenang
b. Peningkatan prestasi kerja & kepuasan kerja
c. Keyakinanakan kebenaran cara penanganan pekerjaan
d. Peningkatan motivasi & prestasi kerja
2. Bagi Pelanggan :
a. Menumbuhkan rasa keyakinan
b. Menumbuhkan kepuasan pelanggan
3. Prinsip penerapan sistem manajemen mutu
1. Berfokus pada pelanggan
2. Kepemimpinan
3. Keterlibatan setiap orang
4. Pendekatan proses
5. Pendekatan sistem manajemen
6. Peningkatan terus-menerus
7. Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan
4. Kendali mutu keperawatan
a. Perkembangan IPTEK di bidang kesehatan meningkat
b. Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan meningkat
c. Tuntutan pelayanan masyarakat lebih baik
5. Tujuan program menjaga mutu
1. Meningkatkan Mutu Pelayanan & Askep
2. Menurunkan biaya operasional
3. Menjaga mutu pelayanan sesuai standar & peraturan yang berlaku
4. Meningkatkan pencatatan & dokumentasi pelayanan & asuhan
5. Membuat penilaian terhadap penampilan secara rasional
6. Meningkatkan tanggung gugat para professional praktisi
7. Meningkatkan image yg positif terhsdap Rumah Sakit
6. Metode program menjaga mutu
1.Audit ( adalah pengawasan yang dilakukan terhadap masukan, proses,
lingkungan dan keluaran apakah dilaksanakan sesuai standar)
2.Review ( penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan
sumber daya, laporan kejadian / kecelakaan )
3.Survey ( dilaksanakan melalui questioner atau interview, misal: survey
kepuasan pasien )
4.Observasi ( terhadap asuhan pasien )
7. Langkah untuk memperbaiki kualitas menjaga mutu
a. Adanya kesadaran untuk perbaikan
b. Menetapkan tujuan perbaikan
c. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan
d. Menyediakan pelatihan
e. Menyelesaikan proyek-proyek untuk permasalah
f. Melaporkan perkembangan
g. Memberikan penghargaan
h. Mengkomunikasikan hasil
i. Menyimpan dan mempertahankan hasil
j. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan
8. Keselamatan pasien (Patien savety)
1. Angka kejadian Dekubitus
a. Gangguan integritas kulit akibat gesekan
b. Prevalensi dekubitus diestimasi 5-15 %
c. Faktor resiko
1. Usia lanjut
2. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu
3. Malnutrisi/Obesitas
4. Berbaring, penekanan> 2 jam di TT
5. Penggunaan korsiroda
6. Mengalami kondisi kronis : DM,Penyakit vaskuler
7. Inkontinentia urie, alvi
d. Lokasi Presure Ulcer yang Sering Terjadi
1. Belakang kepala
2. Sikut
3. Sacrum dan coccyx
4. Tumit
Angka kejadian Dekubitus
Jmlh kejadian dekubitus X 100 %
Jmlh pasien beresiko terjadi dekubitus

2. Angka kejadian kesalahan pada pemberian obat oleh perawat


a. Salah pasien.
Salah nama,tidak sesuai dengan MR
b. Salah waktu:
1. Terlambatpemberianobat (30menit setelah jadwal)
2. Terlalucepat (30 menit sebelum.jadwal)
3. Obatstoptetapdilanjutkan
c. Salah cara (rute)
Oral, iv.im,sc,supp,drip
d. Salah dosis:
1. dosis>dariyg di R/dr
2. dosis<dariyg di R/dr
e. Salah obat:
Tidak sesuai dengan resep dokter
f. Salah dokumentasi
Angka kejadian pada pemberian obat
Angka KTD dalam pemberia nobat :
Jl.ps yg terkena KTD dlm pemberian obat X 100% =
Jumlah pasien pada hari tersebut
Angka KNC dlm pemberian obat :
Jl.ps yg terkena KNC dlm pemberian obat X 100% =
Jml. Pasien pada hari tersebut
3. Angka kejadian pasien jatuh
Jatuhnya pasien kelantai atau tempat yang lebih rendah saat istirahat
/terjaga yg tidak disebabkan oleh stroke, epilepsi, seizur, terlalu banyak
aktivitas.
a. Katagori pasien mempunyai satu atau lebih factor beresiko jatuh pada
saat pengkajian :
1) Faktor resiko intrinsik
1. Karakteristik pasien dan fungsi fisik umum
2. Diagnosis /perubahan fisik
3. Medikasi dan interaksi obat
4. Kondisi mental/gangguan alkohol
2) Faktor ekstrinsik
Karakteristik lingkungan
1. Tingkat pencahayaan
2. Permukaanlantai
3. Furnitur
4. KetinggianTT,kunci TT
5. Call bell
6. Penggunaanalat bantu
7. Lama dirawat
Angka kejadian pasien jatuh
JumlahpasienjatuhX 100 %
Jumlahpasienygberesikojatuh
4. Angka kejadian cedera akibat Restrain
Digunakan bila metode lain sudah tidak efektif
Tujuan :
a. Mencegah terlepasnya IV line,balutan luka,kateter
b. Mencegah pasien jatuh dari TT,Kursi roda.

V. Manajemen Logistik
Logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai.
1. Bahan farmasi
a. Obat-obatan
b. Bahan farmasi
c. Alat medik habis pakai
2. Bahan non farmasi
a. Bahan makanan
b. Alat tulis kantor
c. Alat rumah tangga dan kebersihan habis pakai
d. Barang cetakan
e. Linen
f. Suku cadang peralatan dan perlengkapan.

Tujuan Logistik
1. Tujuan operasional: Agar tersedia barang-barang dan bahan\bahan dalam
jumlah yang tepat dan mutu memadai.
2. Tujuan Keuangan: Upaya agar operasional kegiatan dapat dilaksanakan
dengan biaya serendah-rendahnya.
3. Tujuan Pengamanan: Persediaan materi tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan dan penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusustan yang
tidak wajar.
Jadi, Tujuan logistik adalah Penyampaian barang jadi & bermacam-
macam material dalam jumlah yang tepat & pada waktu yang
dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai ke lokasi bila dibutuhkan
dan dengan biaya yang terendah.
1. Fungsi-Fungsi Manajemen Logistik
a. Perencanaan
Secara Umum perencanaan merupakan : proses untuk merumuskan
sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
Secara Khusus : merencanakan pemenuhan kebutuhan logistik, yg
pelaksanaannya dilakukan semua calon pemakai (user), kemudian
diajukan sesuai dgn alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Top manajer → perencanaan kebijakan:
1. Master program
2. Alokasi dana logistik
3. Prosedur pengadaan .
Middle/low manajer → perencanaan sifatnya rutin :
1. Kebutuhan operasional
2. Kegiatan operasional
3. Jabaran kebutuhan untuk masing-masing unit/ departemen, periode
bulanan s.d. harian .
Penetuan kebutuhan yang perlu dipertimbangkan:
1. Berdasarkan pemakaian yang lalu
2. Perkiraan dengan menggunakan
3. Sisa persediaan
4. Slow moving, fast moving
5. Rekomendasi dari komite medis
6. Prioritas berdasarkan VEN
a) Vital → life saving
b) Esensial → kausal pada sumber penyakit
c) Non esesnsial → penunjang
b. Penganggaran
1. Perencanaan ↔ Penganggaran
2. Perencanaan + penentuan kebutuhan → Dana yang ada
3. Fungsi penganggaran: Semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan
perincian kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu, yaitu skala mata uang dan
jumlah biaya.
Penjadwalan :
1. Anggaran jangka panjang
2. Anggaran jangka menengah
3. Anggaran jangka pendek
Yang perlu diperhatikan menyusun anggaran:
1. Peraturan-peraturan yang terkait
2. Perkembangan politik, ekonomi, sosial & teknologi
3. Hal-hal lain yg berhubungan dengan anggaran
4. Pengaturan anggaran
c. Pengadaan
Fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah ditetapkan/ disetujui dalam fungsi sebelumnya
Caranya :
1. Purchasing (membeli)
2. Leasing (menyewa)
3. Meminjam
4. Hibah/ pemberian
5. Menukaran
6. Produce (membuat)
7. Repair (memperbaiki)
Langkah-langkah:
1. Pilih metode pengadaan
2. Pilih pemasok dan siapkan dokumen kontrak
3. Pantau status pemesanan
4. Penerimaan dan pemeriksaan.
d. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan & usaha untuk melakukan
pengelolaan barang persediaan/ inventory di tempat penyimpanan.
Gunanya:
1. Kualitas barang dapat dipertahankan
2. Barang terhindar dari kerusajan fisik
3. Pencarian barang mudah dan cepat
4. Barang aman dari pencurian
Langkah-langkah:
1 Perencanaan ruang penyimpanan
2 Perencanaan & pengoperasian alat pengatur barang
3 Penyelenggaraan prosedur penyimpanan
4 Pengamanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan.
1. Lokasi
a) Aksesibilitas
b) Utilitas
c) Komunikasi
d) Bebas banjir
e) Mampu menampung barang yang disimpan
f) Keamanan
g) Sirkulasi udara.
2. Desain
a) Kemudahan bergerak Pemadam kebakaran
b) Kemudahan perawatan
c) Sirkulasi udara
d) Jenis barang
e) Prosedur penyimpanan
f) Pemakaian alat bantu
Tempat:
1. Di User (cash box)
2. Di Depo
a. Gudang pembantu
b. Gudang Kecil
3. Di Gudang Besar
a. Gudang Utama
e. Pendistribusian
Pendistribusian harus sesuai dengan :
1. Permintaan
2. Tepat waktu
3. Tepat jumlah
4. Spesifikasi
Mendapat persetujuan pihak berwenang ↔ perencanaan (pengeluaran
barang). Utk RS pemerintah : Bendaharawan barang. Mekanisme
pengeluaran sesuai prinsip FIFO.
f. Penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan untuk menghilangkan dari daftar inventaris
bahan/ barang. Barang yang dihapus → sudah lewat batas
a. Rusak
b. Hilang
c. Kadaluarsa
Prosedur penghapusan:
Bentuk : Berita acara penghapusan Pelaporan
Caranya:
1. Dimusnahkan: dibakar atau ditanam
2. Pemanfaatan kembali (recycling)
3. Penjualan/ lelang → RS pemerintah : ke kas negara
4. Hibah.
g. Pengawasan Atau Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,
pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen
logistik yang sedang & telah berlangsung.
Tujuannya:
a. Terarah
b. Terkendali
Landasan hukum pengawasan:
a. Keppres No. 16 tahun 1974
b. Berbagai peraturan per UU
c. ICW
d. Peraturan-peraturan pengurusan barang sesuai dengan kebijakan yang berlaku
di RS

W. Manajemen Tenaga Keperawatan (Staffing)


1. Definisi staffing
Staffing adalah proses pengelolaan sumber daya manusia yang bertujuan
untuk pengembangan dan pemberdayaan serta meningkatkan kemampuan,
produktifitas, dan kntribusi anggota organisasi. Staffing berkaitan dengan
penyusunan pegawai sesuai dengan jabatan yang ditetapkan dalam struktur
organisasi. Pengelolaan ini merupakan aktifitas berantai yang dimulai dari
perencanaan SDM sampai pengembangan organisasi pekerja. Untuk keperluan
ini dengan sendirinya memerlukan pesyaratan penentuan tenaga kerja untuk
suatu jabatan, inventarisasi, penilaian dan pemilihan calon untuk pengisian
jabatan tersebut. Disamping itu juga perlu dipertimbangkan tentang gaji,
latihan dan pengembangannya, baik bagi calon pegawai maupun pegawai
tetap lainnya agar dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cara efektif.

2. Prinsip-Prinsip Perencanaan
a. Mengetahui sifat dan ciri rencana yg baik:
1) Mudah dicapai
2) Dibuat oleh orang yg memahami
3) Dibuat oleh orang yg tahu tujuan org
4) Disertai rincian yg teliti
5) Tidak lepas dari pemikiran pelaksanaan
6) Sederhana
7) Luwes/fleksibel
8) Praktis
9) Dimungkinkan modifikasi untuk mengakomodasi resiko yang mungkin
timbul
10) Berupa prakiraan/ estimasi
a. Memandang proses perencanaan sbg suatu rangkaian kegiatan utk menjawab
pertanyaan 5 W + 1 H
b. Memandang proses perencanaan sbg suatu masalah yg harus diselesaikan
dengan teknik ilmiah dan disusun dgn sistematis sesuai langkah-langkah:
1) Mengetahui sifat hakiki masalah
2) Kumpulkan data secara akurat
3) Analisis & interpretasi data
4) Tetapkan alternatif penyelesaian
5) Pilih cara yg tepat
6) Laksanakan rencana
7) Nilai hasil yg dicapai

3. Langkah-Langkah Perencanaan tenaga Keperawatan


a. Identifikasi bentuk & beban yan kep
b. Tentukan kategori perawat yg dibutuhkan
c. Tentukan jumlah tiap kategori
d. Terima dan saring tenaga keperawatan
e. Seleksi calon yang ada
f. Tentukan tenaga keperawatan sesuai kebutuhan unit
g. Berikan tanggung jawab untuk laksanakan tugas pelayanan keperawatan

4. Hal-Hal Yang Perlu Diketahui Utk Menentukan Beban Kerja


a. Jumlah klien yg dirawat/hari/bulan/tahun di suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
a. Disaster
b. Masalah Komunitas
c. Kemajuan IPTEK
d. Pendidikan konsumen
e. Keadaan ekonomi
f. Pengaruh musim/cuaca
g. Pengaruh politik
h. Hokum dan peraturan pemerintah

6. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Di Suatu Unit Kep


a. Klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan
b. Metode pemberian askep
c. Jumlah dan kategori tenaga keperawatan
d. Perhitungan jumlah tenaga keperawatan
e. Klasifikasi klien penting dalam pengarturan staf di unit perawatan RS
f. Diperlukan sampai dengan kebutuhan perawatan selama 24 jam sehingga
dapat menentukan kebutuhan tenaga.

7. Klasifikasi Pasien
Klasifikasi klien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah
dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem
klasifikasi pasien, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan
mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberi perawatan
dan kemampuan yang diberikan untuk memberikan perawatan.

8. Tujuan Sistem Klasifikasi


a. Mengkaji klien dan menghargai tiap-tiap nilai angkanya yg mengukur
volume usaha yang diperlukan unt memenuhi kebutuhan keperawatan pasien.
b. Setiap kategori deskriptor empat perawatan: (Aktifitas sehari-hari,
kesehatan umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan sekitar
pengobatan) dipakai untuk menunjukkan karakteristik & tingkat perawatan yg
dibutuhkan klien.

9. Kategori Perawatan klien


a. Self-care: klien memerlukan perawatan minimal dalam melakukan
tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri
sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu efektif
rata-rata 1,5 jam/24 jam.
b. Minimal care: Klien memerlukan bantuan sebagaian dalam tindakan
keperawatan dan pengobatan, misal pemberian obat intravena dan mengatur
posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jan dengan waktu efektif rata-rata 3,5
jam/24 jam
c. Intermediate care : Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan
waktu efektif rata-rata 5,5 jam/24 jam.
d. Modified intensive care: Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam
dengan waktu efektif rata-rata 7,5 jam/24 jam.
e. Intensive care: Klien biasanya membutuhkan waktu 10-14 jam dengan
waktu efektif rata-rata 12 jam/24 jam.

10. Klasifikasi Klien


Menurut Douglas (1984), klasifikasi derajat ketergantungan klien terbagi
tiga kategori:
a. Keperawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam / 24 jam:
Kriteria:
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulansi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5) Pengobatan minimal dangan status psikologis stabil
b. Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4 jam /24 jam:
Kriteria:
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Obsevasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Klien dengan kateter urin, pemasukan, dan pengeluaran dicatat
5) Klien dengan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur
c. Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam / 24 jam
Kriteria:
1) Segala keperluan klien dibantu
2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3) Makan melalui selang lambung, terapi intravena
4) Dilakukan suksion
5) Gelisah / disorientasi

11. Perkiraan Kebutuhan Perawat


Kebutuhan jumlah tenaga perawat dapat diperhitungkan dengan
berdasarkan perawatan langsung, perawatan tidak langsung dan waktu
pendidikan kesehatan.
a. Perawatan langsung
Klasifikasi klien
Jml
Nimial Parsial Total
Px
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

dst

b. Perawatan tidak langsung


Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan tidak langsung: 35
menit/klien/hr menurut (Gillies, 1994). Sedangkan menurut Wolfe &
Young (1965) : 60 menit/klien/hari.
c. Pendidikan kesehatan
Waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan adalah 15 menit
/klien/hari.
Waktu yang dibutuhkan untuk merawat klien adalah dengan
menjumlahkan waktu yang diperlukan untuk perawatan langsung, perawatan
tidak langsung dan waktu unntuk pendidikan kesehatan akan menggambarkan
beban kerja perawat.
Rumus perhitungan kebutuhan tenaga perawat :
Kebutuhan Jam Perawatan
· Perhitungan Jam Perawatan Langsung
Total = 6 jam X ………… orang = ……………... jam
Partial = 3 jam X ………… orang = ……………… jam
Mandiri = 2 jam X ………… orang = ………………jam
JUMLAH = ……………… jam (1)

· Perhitungan Jam Perawatan Tidak Langsung


35 menit X ………orang = …………….. menit = …………… jam (2)
· Jam Penyuluhan
15 menit X ………orang = …………….. menit = …………… jam (3)
TOTAL JUMLAH JAM PERAWATAN YANG DIBUTUHKAN =
………………… JAM (1) + (2) + (3) =…………… jam
· Jumlah kebutuhan perawat 24 jam
Jumlah jam Perawatan = ………… orang
Jam Kerja perawat/hari (8)
· Pembagian Perawat / shift
Pagi (P) = 47 % x ………….. orang perawat = ……………
Sore (S) = 36 % x …………. Orang perawat = ……………
Malam (M) = 17 % x …………. Orang perawat = …………..
Metode lain yang dapat digunakan untuk menunjukan jumlah tenaga :
a. Metode Rasio
Didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 262 tahun
1979, kebutuhan tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia
dikelas masing-masing.
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B Tempat tidur:tenaga medis= 4-7:1
Tempat tidur:tenaga keperawatan=2:3-4
Tempat tidur:tenaga non-keperwatan=3:1
Tempat tidur:tenaga non-medis=1:1
Kelas C Tempat tidur:tenaga medis=9:1
Tempat tidur:tenaga keperawatan=1:1
Tempat tidur:tenaga non-keperawatan=5:1
Tempat tidur:tenaga non-medis=3:4
Kelas D Tempat tidur:tenaga medis=15:1
Tempat tidur:tenaga keperawatan=2:1
Tempat tidur:tenaga non-medis=6:1

b. Metode Gillies (1994)


Metode ini digunakan khusus untuk menghitung tenaga keperawatan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
AxBx 365
Jumlah Tenaga 
(365  C) x jam kerja per hari
Keterangan:
A = jumlah kerja tenaga keperawatan per hari
B = jumlah pasien rata-rata per hari
C = Hari libur
c. Metode Lokakarya
Metode berikutnya yang dapat digunakan untuk memperhitungkan jumlah
kebutuhan tenaga adalah metode lokakarya keperawatan (1989). Metode ini
juga dikhususkan untuk menghitung tenaga keperawatan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
(A x 52 mg) 7 hr (TT x BOR)
Jumlah Tenaga   25 %
41 minggu x 40 jam
Atau

TP = Tenaga Perawat
A = Jumlah jam perawatan/24 jam
BOR = Bed Occupancy Rate

12. Pembagian Tenaga Keperawatan Dan Penyusunan Jadwal


Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruangan atau
pengawas, tetapi lebih diutamakan kepala ruang karena lebih mengetahui
tingkat kesibukan ruangan dan karakteristik stafnya. Hal ini akan
memudahkan dalam menerapkan orang yang tepat untuk setiap periode jaga
(shift).
Prinsip penyusunan jadual siklus:
a. Ada keseimbangan kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf
b. Siklus penugasan yanng sibuk dan tidak sibuk, ringan dan berat
seimbang serta setiap staf mempunyai jam kerja yg sama selama hari
kerja 2-4 minggu
c. Setiap staf terlibat rotasi
d. Kurangi staf di luar rotasi
e. Metode rotasi yg dipilih sesuai dengan kondisi dan jumlah staf
f. Penugasan siklus mengikuti metode penugasan yg dipakai
g. Setiap staf mencatat hari dinas, libur & rotasi tugas

Anda mungkin juga menyukai