Anda di halaman 1dari 265

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah sebagian organisasi yang sangat kompleks dan

merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya meningkatkan status

kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah salah

satunya adalah penyelenggara asuhan keperawatan senantiasa memberiakan

pelayanan yang memuaskan kepada pasien maupun keluarganya (Depkes,

1987) dan supaya tujuan tersebut dapat tercapai maka diperlukan suatu cara

pengelolaan pelayanan keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip

manajemen.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan

sebagai salah satu factor penentu bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit

dimata masyarakat. Berdasarkan itu maka pelayanan perawatan secara

organisatoris, administrasi dan teknis tidak dapat dipisahklan dari pelayanan

di rumah sakit pada umumnya (Depkes, 1999).

Organisasi pelayanan keperawatan membutuhkan ketelitian sebab

mengemban misi mengatur sumber daya manusia yang terbesar jumlahnya

dirumah sakit. administrasi keperawatan juga memerlukan perhatian khusus

karena menyangkut pekerjaan dan kegiatan rumah sakit yang langsung

berkaitan dengan pasien. Dalam kegiatan teknis pelayanan keperawatan

diperlukan supervise para tenaga keperawatan yang lebih senior, lebih lanjut

1
dan terampil, terhadap keperawatan junior, dengan didukung oleh kode etik

profesi keperawatan secara konsekuen. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan

dan diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan perawatan agar pasien dan

keluarganya serta masyarakat memperoleh pelayanan yang aman, cepat dan

tepat, nyaman ekonomis, estetis dan etis. Karenanya untuk dapat memberikan

pelayanan yang demikian mutunya, diperlukan penerapan manajemen

perawatan secara professional dan baik serta terarah (Depkes,1999).

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui

anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

professional (Gillies, 1996). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan

keperawatan professional dimana tim keperawatan dikelola dengan

menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,

motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait serta

saluiing berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis,

hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan

keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien.

Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian

dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal

tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap

perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara professional

dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002).

Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan menejerial

yang handal selain didapatkan dibangku kuliah juga harus melalui

2
pembelajaran di lahan praktik. Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Stikes

Muhammadiyah Klaten dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung

pengetahuan menejerialnya dengan arahan dari pembimbing lapangan

maupun dari pembimbing pendidikan yang intensif. Dengan adanya praktik

tersebut diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan

mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

Sebagai wujud pengembangan dalam meningkatkan kemampuan serta

ketrampilan menejerial mahasiswa, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Klaten melakukan pembelajaran menejerial di Rumah Sakit

Umum PKU Muhammadiyah Delanggu sebagai lahan praktik untuk stase

manajemen keperawatan. Kemudian mahasiswa stase manajemen ini

ditempatkan di Ruang Hamka yang merupakan bangsal Jamkesmas (penyakit

anak, bedah, penyakit dalam, saraf,dan kulit). Selain diharapkan mahasiswa

dapat melakukan proses pembelajaran menejerial diruangan, mahasiswa juga

diharapkan agar dapat melakukan pembelajaran kasus diruangan tersebut.

B. Waktu dan Tempat Praktek

Praktik stase manajemen keperawatan ini dilaksanakan di ruang Hamka

Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu selama 4 minggu yaitu

pada tanggal 08 Desember 2014 - 03 Januari 2015.

3
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan praktik manajemen keperawatan,

mahasiswa mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan keperawatan

tertentu sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen asuhan

keperawatan dan manajemen ruangannya.

2. Tujuan Khusus

Setelah mahasiswa selesai mengikuti praktik profesi pada stase

manajemen keperawatan, mahasiswa mampu:

a. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan masalah

pelayanan keperawatan diruangan yang berhubungan dengan fungsi

asuhan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian.

b. Menentukan prioritas masalah berdasarkan hasil identifikasi.

c. Menentukan penyebab masalah berdasarkan masalah yang timbul

d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan prioritas yang telah

dirumuskan.

e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

Melakukan usaha–usaha koordinasi kegiatan keperawatan dengan

perawat di ruang rawat inap.

f. Kelompok melaksanakan penerapan MPKP dengan melaksanakan

evaluasi setelah pelaksanaan MPKP.

4
g. Melaksanakan magang dengan KaRu secara bergantian selama satu

hari oleh Didik Y.

h. Melaksanakan magang Primary Nurse dan Asosiate Nurse dalam

satu shif oleh masing–masing Didik Y.

D. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu,

dalam rangka identifikasi masalah dilakukan dengan metode :

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik

ruangan, proses pelayanan, inventaris ruangan dan asuhan

keperawatanyang lansdung dilakukan ke pasien.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan

keluarga pasien untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi

pasien baru dan pelayanan pasien.

3. Studi dokumentasi

Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai

karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan,

manajemen ruangan, prosedur tetap ruangan dan inventaris ruangan.

4. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap

asuhan keperawatan, kepuasan kerja perawat, penilaian kinerja perawat,

5
kepuasan praktikan terhadap bimbingan praktik klinik keperawatan,

penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model Praktik

Keperawatan Profesional.

E. Kategori Penilaian

Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan

keperawatan adalah menggunakan instrument A, B dan C. Kriteria penilaian

dengan menggunakan acuan dari Arikunto (2003), dengan rentang nilai

sebagai berikut :

1. Kriteria baik (76-100%)

2. Kriteria Cukup (56-75,99%)

3. Kriteria Kurang (45-55,99%)

4. Tidak baik (<35%)

F. Peserta Praktik

Mahasiswa tahap Profesi Ners Program Studi Ilmu keperawatan

STIKES Muhammadiyah Klaten angkatan V kelompok I dengan anggota :

1. Didik Yuliyono, S.Kep


2. Juliati, S. Kep
3. Muh. Mustofa, S. Kep
4. Nuri Wulandari, S. Kep
5. Sutrisno, S. Kep
6. Warniyati, S. Kep
7. Yanik Supriyanti, S. Kep

6
BAB II

HASIL KAJIAN

A. Profil/ Gambaran Umum Ruang Keperawatan

1. Sejarah RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

Rumah Sakit Umum PKU Delanggu Kabupaten Klaten yang

berlokasi di jalan raya Delanggu Utara Nomer 19 Delanggu Klaten

didirikan pada tahun 2001. Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah

Delanggu Kabupaten Klaten adalah rumah sakit tipe D mempunyai luas

lahan 22.000 m2, luas bangunan 12.000 m2., jumlah tempat tidur pada

tahun 2014 sebanyak 174 buah, pasien rawat inap 1200 pasien/ bulan.

Kunjungan poli spesialis dan UGD 7.200 pasien/ bulan. Jumlah

karyawan 214 orang, jumlah dokter umum 10 orang, jumlah dokter gigi 2

orang, jumlah dokter spesialis 26 orang, jumlah perawat 106 orang dan

jumlah konsultan psikolog 1 orang.

Jenis pelayanan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu

adalah layanan 24 jam ( Unit gawat darurat, ICU, Instalasi farmasi,

Radiologi, Laboratorium klinik dan elektrokardiografi ), layanan bedah

( bedah umum, obsgyn, urologi, orthopedi ), layanan pendukung

( instalasi gizi, fisioterapi, akupuntur, bimbingan kerohanian,

pemulasaran jenazah bayi ), layanan poli KIA dan KB ( pemeriksaan

kehamilan, nifas, IVA, dan pap smear, konseling, KB, Imunisasi, tindik

dan sunat ), layanan dokter spesialis dan konsultan ( spesialis penyakit

7
dalam, anak, kebidanan dan kandungan, bedah, bedah urologi, ortopedi,

anestesi, mata, saraf, THT-KL, radiologi, kesehartan kulit dan kelamin,

penyakit kulit, konsultan psikologi dan konsultan gizi ), serta layanan

unggulan ( obsgyn dan trauma center ).

2. Profil Ruangan

Ruang Hamka merupakan bangsal untuk penyakit anak yang

ditujukkan bagi pasien umum, asuransi lain dan BPJS terdiri dari kelas

Vip, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Bangsal Hamka saat berada di lantai

1 RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. Ruangan ini memiliki kapasitas

19 tempat tidur yang terdiri dari ruang Vip 2 tempat tidur, kelas I terdiri 2

tempat tidur, kelas II terdiri 4 tempat tidur dan kelas III terdiri 11 tempat

tidur dengan jumlah SDM 9 orang perawat.

Ruang Hamka memberikan pelayanan rawat inap bagi : Pasien

Umum dan Pasien BPJS. Ruang Hamka dipergunakan sebagai tempat

pendidikan, praktek dan penelitian bagi : Pendidikan Dokter Spesialis,

Pendidikan Dokter Umum, Pendidikan S1 Keperawatan, Pendidikan D3

Keperawatan.

Fasilitas ruangan pasien Hamka :

a. Kelas Vip

1) Kapasitas 2 ruangan ada 2 tempat tidur

2) Kursi penunggu pasien

3) AC

4) Kamar mandi

8
5) Meja kabinet, over bed table

6) Kulkas

7) TV

8) Sofa

b. Kelas I

1) Kapasitas 2 ruangan ada 2 tempat tidur

2) Kursi penunggu pasien

3) Kipas angin

4) Kamar mandi

5) Meja kabinet

6) TV

7) Sofa

c. Kelas II

1) Kapasitas 4 ruangan ada 4 tempat tidur

2) Kursi penunggu pasien

3) Kipas angin

4) Kamar mandi

5) Meja kabinet

6) TV

d. Kelas III

1) Kapasitas 1 ruangan ada 11 tempat tidur

2) Kursi penunggu pasien

3) Kipas angin

9
4) Kamar mandi

5) Meja kabinet

6) TV

Waktu konsultasi dokter sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Konsultasi perawat sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Jadwal jaga perawat:

pagi pukul 07.00-14.00 WIB, sore pukul 14.00-20.00 WIB, malam pukul

20.00-07.00 WIB.

Hak dan kewajiban pasien :

a. Hak pasien

1. Mamperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

berlaku di RS.

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

3. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur operasional.

4. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien

terhindar dari kerugian fisik dan material.

5. Mengajukan pengaduan kualitas pelayanan yang didapat.

6. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan

keinginannya dan peraturan yang berlaku di RS.

7. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya , kepada

dokter lain yang mempunyai surat ijin praktek (SIP) baik

didalam maupun diluar RS.

10
8. Mendapat privasi dan kerahasiaaan penyakit yang dideritanya

termasuk data-data medisnya.

9. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara

tindakan medis , alternative tindakan , resiko dan komplikasi

yang mingkin terjadi dan prognosisi terhadap tindakan yang

dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

10. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang

dideritanya

11. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

12. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang

dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lain.

13. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan

agama dan kepercayaan yang dianutnya.

14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam

perawatan di RS.

15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakukan RS tehadap

dirinya.

16. Menggugat dan atau menuntut RS apabila RS diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik

secara perdata ataupun pidana

11
17. Mengeluhkan pelayanan RS yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronika sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undang.

b. Kewajiban pasien

1. Pasien dan keluarga pasien berkewajiban untuk mentaati segala

peraturan dan tata tertib RS. PKU Muhammadiyah Delanggu.

2. Pasien berkewajiban memenuhi segala instruksi dokter dalam

pengobatan.

3. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi

segala kewajiban untuk memenihi segala kewajiban yang

ditanda tanganinya.

4. Memberikan informasi selengkaKa Shifya tentang penyakit

yang dideritanya kepada dokter yang memeriksanya.

5. Bertanggung jawab dalam hal penolakan pengobatan atau

tindakan atau pulang paksa.

Tata Tertib Pasien rawat Inap

1. Pasien wajib memenuhi seluruh persyaratan adminitrasi yang

ditetapkan oleh RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

2. Seluruh kebutuhan pasien rawat inap baik makan / diet, peralatan

dan obat-obatan disediakan oleh rumah sakit sehingga pasien tidak

diperolahkan untuk mendapatkan mekan atau obat-obatan dari luar

rumah sakit tanpa ijin dari dokter yang merawat.

12
3. Pasien dilarang merokok , membawa atau menggunakan miniman

keras atau obat-obatan terlarang dilingkungan RS.

4. Pasien yang sedang mengalami kegawatan dan memerlukan

penanganan intensif maka seluruh keluarga , penunggu atau

pengunjung yang berada didalam ruangan pasien wajib untuk keluar

ruangan pasien agar pertolongan yang dilakukan dokter dan perawat

dapat diberikan secara optimal.

5. Untuk menjaga keselamatan maka pasien tidak diijinkan

meninggalkan RS tanpa ijin dari dokter yang merawat.

6. Waktu yang digunakan untuk menghitung satu hari perawatan adalah

sesuai dengan jam masuk sampai dengan hari berikutnya dan apabila

melebihi 3 jam maka dihitung satu hari perawatan.

7. Kerusakan atau kehilangan barang inventaris diruangan pasien

menjadi beban dan tanggungjawab pasien dan kewajiban.

8. Pasien yang dirawat lebih dari 3 hari atau biayanya telah melebihi 3

juta rupiah wajib memberikan uang muka secara bertahap kecuali

pasien yang dijamin oleh asuransi.’

9. Petugas RS akan memberitahukan jumlah biaya perawatan secara

bertahap dan apabila dalam 5 hari perawatan belum memberikan

uang muka maka pasien akan disarankan untuk pindah kelas

dibawahnya atau dirujuk ke RS pemerintah.

13
Tata tertib penunggu:

1. Penunggu pasien harus dilengkapi dengan identitas kartu penunggu

pasien yang dikeluarka oleh RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

dan identitas tersebut harus dipakai selama berada dilingkungan RS.

2. Jumlah penunggu yang diperolehkan menunggu di RS maksimal 1

orang

3. Anak dibawah umur 8 th dilarang menunggu pasien diRS

4. Penunggu dilalarang merokok di lingkungan rumah sakit, mencuci

dan menjemur pakaian dilingkungan RS,

membawa/memakai/menyimpan uang dan barang berharga yang

berlebihan dirunangan pasien, membawaperalatan listrik, menggelar

peralatan tidur diselasar, mencuci piring diwastafel, membuang

plastic/pembalut di WC, membuang sampah dan meludah

disembarang tempat.

5. Keluarga/penunggu pasien yang ingin berkonsultasi dengan dokter

yang merawat pasien hendaknya memberitahukan terlebih dahulu

kepada perawat jaga sebelumnya.

6. Penunggu dilarang menunggu didalam ruangan pasien yang dirawat

di ICU, KBRT dan hanya diperbolehkan menunggu diruangan yang

telah bersedia.

7. Khusus ruang KBRT penunggu yang boleh menunggu diruang

tunggu adalah ibu bayi dan selainya dilarang masuk.

14
8. Ibu bayi yang menunggu diruang KBRT wajib memakai baju

khusus yang telah disediakan RS.

9. Sebelum memeganga bayi di KBRT, Ibu bayi wajib melakukan cuci

tangan dengan handrub yang telah disediakan.

10. Sebelum merawat bayi di KBRT, ibu harus mendapatkan

penyuluhan tentang Perawatan Bayi Lekat (PBL) dari petugas jaga,

agar ibu bayi mampu merawat bayinya dengan baik terutama setelah

pasien diijinkan pulang.

Tata tertib pengunjung:

1. Jam kunjung pasien

a. Pagi : 10.00 s/d 13.00 WIB

b. Sore: 16.00 s/d 19.00 WIB

2. Anak dibawah umur 8 (delapan) tahun dilarang mengunjungi pasien

dirumah sakit

3. Pengunjung dilarang merokok di lingkungan rumah sakit, membawa

senjata api dan senjata tajam, membawa/memakai minuman keras

dan obat terlarang, membuat kegaduhan, berjualan, merusak barang

bangunan taman rumah sakit serta membuang sampah dan meludah

di sembarang tempat

4. Pengunjung diharapkan dapat ikut menjaga ketengangan dan

istirahat pasien dengan masuk secara bergantian, tidak terlalu lama

mengajak bicara pasien, tidak membuat kegaduhan, tidur atau

duduk-duduk di tempat tidur pasien.

15
5. Pengunjung dilarang mengambil gambar pasien tanpa izin pasien

dan petugas rumah sakit.

6. Khusus pengunjung pasien ICU dan ruang intensif lainnya wajib

menggunakan baju khusus pengunjunng yang telah disediakan dan

melepas alas kaki sebelum masuk ke ruang pasien.

Denah Ruang Hamka

R. KaRu
Dapur SP KM Kelas III ( 8 TT )
VIP Kelas I
KM
R. KaRu

GD
VIP Kelas I Nursing
Station Kelas Kelas II Kelas II (
RG III ( 3 ( 2 TT ) 2 TT )
TT )

KD

Keterangan :

SP : Spull Hogs RG : Ruang Ganti

KM : Kamar Mandi KD : Kamar Dokter

GD : Gudang

3. Struktur Organisasi

a. Kajian Data dan Analisa Data

Pre Implementasi

Ruang Hamka dipimpin oleh seorang kepala ruang dan

dibantu 8 perawat pelaksana.

16
Di Ruang Hamka belum terdapat papan bagan struktur

organisasi. Di Ruang Hamka jabatan hanya ada Kepala Ruang

perawat lain bertugas sebagai perawat pelaksana.

Untuk itu di evaluasi ini An. Ners akan membuat papan

struktur organisasi dan papan daftar jaga per shift yang bisa diganti

nama perawatnya.

17
STRUKTUR ORGANISASI RUANG HAMKA
RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU

Ka.Bid Perawatan
Sutrisno. S.Kep

Kepala Ruang
Sri Fatmiyati, AMK

Ka Tim Ka Tim Ka Tim Ka Tim


Anis S, AMK Samsul I, AMK Sari W, AMK Novaria R, AMK

Perawat Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana pelaksana
Pysia Okta, AMK
Hermin Z, AMK Putri A, AMK Novi, AMK

Post Implementasi

Pelaksanaan pembuatan bagan struktur organisasi sudah

tercapai 100%. Pembuatan bagan organisasi ruang Hamka akan

terpasang di ruang Hamka pada tanggal 6 Januari 2015 dengan

metode tim dan sesuai dengan SDM yang ada saat ini.

18
Penggunaan Metode Tim dalam pemberian Asuhan

Keperawatan di Ruang Hamka didasarkan pada beberapa hal :

a. Pengalaman dan masa kerja SDM di Ruang Hamka berbeda-

beda.

b. Banyaknya kasus yang beragam di ruang Hamka.

19
Unsur Input/Masukan

1. Manusia (Man)

a. Pasien

1) Kajian Teori

Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi

kesehatan yang membutuhkan pelayanan medis/keperawatan

yang terganggu kondisi kesehatannya baik jasmani maupun

rohani (WHO). Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah

Delanggu adalah merupakan rumah sakit tipe D yang

merupakan rujukan bagi masyarakat di wilayah Delanggu dan

sekitarnya yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat

kuratif, rehabilitative, preventif maupun promotif.

Ruang Hamka merupakan salah satu ruang rawat inap

RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. Ruang Hamka ruang

perawatan pasien anak laki-laki maupun perempuan yang

memberikan pelayanan keperawatan penyakit umum. Di ruang

Hamka terdapat 19 tempat tidur yang terdiri dari 2 kamar VIP, 2

kamar kelas I, 2 kamar kelas II masing-masing kamar terdiri dari

2 tempat tidur dan 1 kamar kelas III yang terdiri sari 11 tempat

tidur.

20
2) Kajian Data

Tabel 2.1
Jumlah Pasien di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Selama Januari-November Tahun 2014
No Bulan Jumlah Lama hari Rata-rata
Pasien dirawat pasien perhari
1 Januari 157 448 15
2 Februari 140 414 15
3 Maret 149 329 16
4 April 142 265 15
5 Mei 146 217 15
6 Juni 145 384 13
7 Juli 116 265 13
8 Agustus 165 274 14
9 September 154 428 14
10 Oktober 119 439 13
11 November 99 398 13
Jumlah 1532 3861 14
Sumber: Data Sekunder Daftar Pasien Ruang Hamka

Jumlah pasien yang dirawat di ruang Hamka selama

Januari-November tahun 2014 adalah 1532 orang dengan jumlah

rata-rata pasien perbulan adalah 139 pasien.

21
Tabel 2.2
Jumlah Pasien Menurut Tingkat Ketergantungan di Ruang Hamka
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Selama bulan Januari -
November Tahun 2014
No Bulan Rata-rata Tingkat ketergantungan pasien
pasien Minimal Intermediate maksimal
perhari
1 Januari 15 9 5 1
2 Februari 15 7 6 2
3 Maret 16 8 7 1
4 April 15 8 6 1
5 Mei 15 9 4 2
6 Juni 13 7 5 1
7 Juli 13 8 3 2
8 Agustis 14 8 4 2
9 September 14 8 4 2
10 Oktober 13 7 5 1
11 November 13 9 3 1
Rata-rata 14 8 5 1
Sumber: Data Sekunder Daftar Pasien Per Ruangan Ruang Hamka

Berdasarkan tabel 2.2 didapatkan tingkat ketergantungan

pasien tertinggi adalah minimal dengan nilai rata-rata 8.

Tabel 2.3
Jumlah Pasien Berdasarkan Diagnosa Penyakit
di Ruang Hamka RSU PKU Delanggu Tahun 2014
No Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%)
1 GEA 258 25,3%
2 Tiphoid Fever 228 22,4%
3 Febris 121 11,9%
4 HTA/ TE 110 10,8%
5 Vomitus 129 12,6%
6 DHF 47 4,6%
7 Apendixitis 55 5,4%
8 Fraktur 36 3,5%
9 Bronkopneumonia 25 2,5%
10 Febris Konvulsi 11 1%
Jumlah 1020 100%

22
Berdasarkan tabel diatas didapatkan 10 besar diagnosa

penyakit di ruang Hamka selama januari-november tahun 2014

adalah GEA, Tiphoid fever, febris, HTA/ TE, Vomitus, Febris

konvulsi, DHF, Fraktur, BronkoKa Shifeumoni, dan

appendixitis. Di ruang Hamka terdapat SAK dari 10 besar

penyakit namun belum relevan dengan 10 penyakit besar terbaru

di ruang hamka. Yang ada baru SAK GEA, BronkoKa

Shifeumonia, febris konvulsi, bronchitis, dan typhoid fever.

Sedangkan yang belum ada febris, HTA/TE, Vomitus, fraktur

dan appendixitis. Sehingga perlu di buatkan SAK untuk

melengkapi SAK yang belum ada.

b. Ketenagaan

Dilihat secara kuantitas

1) Kajian teori

Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input

instrumental. Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah

suatu proses membuat perencanaan untuk menentukan alokasi

SDM di ruangan agar pelayanan dan proses managerial berjalan

efektif dan efesien. Beberapa ahli telah mengembangkan

beberapa formula untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut.

Berikut adalah contoh cara penghitungan jumlah kebutuhan

tenaga perawat :

23
a) Menurut Gillies (1982)

Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat

dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut :

Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365


(365-C) x jam kerja /hari

Keterangan :

A : Jam efektif/24 jam → waktu perawatan yang

dibutuhkan pasien per hari

B : Rata-rata jmlh pasien per hari → BOR x Jumlah

tempat tidur

C : Jumlah hari libur (92 hari)

365 : Jumlah hari kerja selama 1 tahun

b) Menurut Douglas (1984)

Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut

Douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan

pasien untuk setiap shiftnya sebagai berikut :

Tabel 2.4
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien
Menurut Formula Douglas
Waktu Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
Sumber : data primer

24
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien

terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

(1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24

jam, dengan kriteria :

(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan

sendiri.

(b) Makan dan minum dilakukan sendiri.

(c) Ambulasi dengan pengawasan.

(d) Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.

(e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil

(f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

(2) Intermediate memerlukan waktu 3- 4 jam/24 jam,

dengan kriteria:

(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

(b) Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam.

(c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

(d) Folley kateter, intake – output dicatat.

(e) Pasien dengan pemasangan infus, persiapan

pengobatan memerlukan prosedur.

(3) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 3- 4

jam/24 jam, dengan kriteria:

(a) Segala diberikan atau dibantu.

25
(b) Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap dua

jam.

(c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi

intra vena.

(d) Pemakaian suction.

(e) Gelisah/disorientasi

c) Menurut Depkes (2002)

Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:

(1) Asuhan Keperawatan Minimal:

(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan

sendiri.

(b) Makan dan minum dilakukan sendiri.

(c) Ambulasi dengan pengawasan.

(d) Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.

(e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil

(f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

(2) Asuhan Keperawatan Sedang:

(a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

(b) Observasi tanda – tanda vital dilakukan tiap empat

jam.

(c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

(3) Asuhan Keperawatan Agak Berat:

(a) Sebagian besar aktivitas dibantu.

26
(b) Observasi tanda – tanda vital tiap 2 – 4 jam.

(c) Terpasang folley kateter, intake – output dicatat.

(d) Terpasang infus.

(e) Pengobatan lebih dari sekali.

(f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

(4) Asuhan Keperawatan Maksimal:

(a) Segala aktivitas dibantu perawat.

(b) Posisi diatur.

(c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.

(d) Observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.

(e) Penggunaan suction.

(f) Gelisah/disorientasi.

Perhitungan tenaga perawat berdasarkan:

(1) Tingkat ketergantungan pada perawat berdasarkan jenis

kasus.

(2) Rata – rata pasien perhari.

(3) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien.

(4) Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari.

(5) Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari.

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan

Jumlah jam perawatan dirungan/hari


Jam efektif perawat

27
Faktor koreksi:

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah :

Jumlah hr mgg dlm 1 thn + cuti+ hr bsr x jmlh perawat tersedia


Jumlah hari
h (faktor koreksi) kerja
dengan efektif
hari libur/cuti/hari besar (oos day)

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan

tugas-tugas non keperawatan (tenaga administrasi) seperti

contohnya membuat perincian pasien pulang, kebersihan

ruangan, kebersihan alat-alat makan dll diperkirakan 25 %

dari jam pelayanan keperawatan :

Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25 %


100

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :

Tenaga yang tersedia + factor koreksi

2) Kajian Data

Tabel 2.5
Efisiensi Ruang Hamka Bulan Januari s.d November 2014
No Indikator Hasil Standar
01. BOR 74,95% 75 – 85%
02. LOS 2,32 hari 3 – 7 hari
03. TOI 1,09 hari 1 – 3 hari
04. BTO 8,91 kali 5 – 45 kali

Sumber : Instalasi Catatan Rekam Medik RSU PKU


Muhammadiyah Delanggu Januari-November
Tahun 2014

28
Kebutuhan tenaga keperawatan menurut Gillies :

Perhitungan kebutuhan tenaga perawat menurut Gilllies

untuk Ruang Hamka dengan rata-rata BOR ruang Hamka

74,95% (Januari-November 2014) dan jumah tempat tidur

sebanyak 19 buah dengan ketentuan:

a) Jam perawatan efektif untuk Ruang Hamka menurut tingkat

ketergantungan berdasarkan jenis penyaki untuk bangsal

campuran sebesar 3,4 jam/hari

b) Libur hari minggu 52 hari

c) Cuti tahunan 12 hari

d) Libur nasional 14 hari

e) Tugas luar dan sakit 6 hari

f) Sehingga keseluruhan hari libur = 92 hari

Tenaga perawat = 3,4x (74,95% x 19) x 365

(365-92) x 7

= 9,25 orang ( dibulatkan menjadi 9 orang )

Jumlah kebutuhan tenaga menurut Gillies untuk ruang Hamka

adalah 9 orang.

29
Perhitungan tenaga menurut Douglas :

Tabel 2.6.1
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Pasien
menurut Formula Douglas Ruang Hamka
Waktu Kebutuhan perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17x8 = 1,36 0.14x8 = 1,12 0.07x8 = 0,56
Intermediate 0.27x5= 1,35 0.15x5= 0,75 0.10x5 = 0,5
Maksimal 0.36x1 = 0,36 0.30x1 = 0,30 0.20x1 = 0,20
3,07 2,17 1,26
Sumber : observasi mahasiswa

Jadi kebutuhan tenaga ruang Hamka menurut Douglas

adalah :

3,07 + 2,17 + 1,26= 6,5 orang ( dibulatkan menjadi 7 orang )

Perhitungan tenaga menurut Depkes :

Tabel 2.6.2
Kebutuhan Tenaga Keperawatan Selama 24 jam
di Ruang Hamka Menurut Klasifikasi Pasien (Depkes RI)

No Klasifikasi Kebutuhan perawat


1 Minimal 8x2=16
2 Sedang 5x3,5=17,5
3 Agak berat
4 Maksimal 1x7=7
5 Gawat darurat -
Jumlah 40,5

observasi KaRu

Jumlah tenaga yang dibutuhkan perhari = 40,5/7 = 5,78

orang ( dibulatkan menjadi 6 orang )

Faktor koreksi (loos day) = 52 + 12 +13 x 6 orang

365-(52 + 12 +13)

= 77 x 6 orang

365-77

30
= 1,60 orang

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non

keperawatan

= (6+1,60) x 25%

= 1,9 orang

Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan = 6 + 1,60+ 1,9 =

9,5 (di bulatkan 10 orang)

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan oleh ruang Hamka

adalah : 10orang + 1 kepala ruang = 11 orang

Tabel 2.6.3
Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Metode Hasil Yang ada Keterangan
Gillies 9 9 Sesuai
Douglas 7 9 Kelebihan 2
Depkes 11 9 Kurang 2
Sumber : data primer

3) Analisis data

Berdasarkan tabel 2.6.3 dapat dilihat bahwa jumlah

perawat ruang Hamka yang sesuai adalah menggunakan

perhitungan menurut gillies perawat Ruang Hamka sudah

sesuai. Dengan perhitungan Douglas perawat Hamka melebihi

2, sedangkan dengan depkes kurang 2 orang perawat. Sehingga

kemungkinan untuk penerapan MPKP adalah sangat

memungkin.

Dilihat secara kualitas

31
1) Kajian Teori

Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam

memberikan pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemberian

asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang

berkualitas memerlukan SDM yang sesuai dengan kualitas yang

tinggi dan profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Ruang Hamka merupakan bangsal anak dengan berbagai

diagnosa penyakit anak. Agar dapat memberikan pelayanan

keperawatan secara profesional, perawat ruang Hamka harus

menguasai kompetensi proses keperawatan dari pengkajian

keperawatan sampai evaluasi keperawatan, tindakan

keperawatan dan medis yang dilimpahkan serta menguasai

ketrampilan Basic Life Support. Perawat Hamka perlu mendapat

pelatihan tentang MPKP/ MAKP agar pelaksanaan Asuhan

Keperawatan benar – benar profesional dapat berjalan dengan

lancar.

2) Kajian Data dan Analisa Data

Tabel 2.7
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tahun 2014
No Jenis pendidikan Jumlah %
D3 Keperawatan 9 100%
Jumlah 9 100
Sumber: Data sekunder Ketenagaan Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu

32
Berdasarkan tabel 2.7, tingkat pendidikan perawat di

Ruang Hamka yaitu lulusan D3 Keperawatan sebanyak 9 orang

(100%). Menurut Menteri Kesehatan, komposisi perawat

profesional di suatu ruangan adalah sebesar 100%, sedangkan

yang disebut perawat profesional adalah perawat yang memiliki

pendidikan minimal D3 Keperawatan. Sehingga jumlah perawat

profesional di Ruang Hamka sudah memenuhi standar dari

Menteri Kesehatan. Distribusi tenaga keperawatan berdasarkan

pendidikan, jenis pelatihan dan lama kerja dapat dilihat pada

tabel 2.8.

Tabel 2.8
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan, Jenis Pelatihan Dan Lama
Kerja di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah DelangguTahun 2014
No Nama Perawat Jenis Jenis Pelatihan Jabatan Lama kerja
Pendidikan
1. Sri Fatmiyati D3 Keperawatan PPGD, TOT, Managemen KaRu dan CI 14 tahun, 8 bln
kepala ruang, service
Exellen, pemadaman Api
2. Anis Setiani D3 Keperawatan Service exellen Ka Shif 12 tahun, 3 bln

3. Samsul D3 Keperawatan Service exellen Ka Shif 9 tahun 1 bulan


Ismantoni
4. Nofaria D3 Keperawatan PPGD, Service exellen Ka Shif 6 thn, 6 bln
Rukoyah
5. Sari Wiyani D3 Keperawatan Magang ICU Ka Shif 6 thn,8 bln

6. Pisyanindar D3 Keperawatan PPGD, magang kerja Perawat 6 thn, 4 bln


Oktavirela pelaksanan
7. Hermin D3 Keperawatan BTCLS Perawat 3 bulan
Zulianingrum pelaksanan
8. Putri Ariyundha D3 Keperawatan PPGD Perawat 2 bulan
pelaksanan
9. Novi D3 Keperawatan PPGD Perawat 2 bln
Nurvitasari pelaksanan
Sumber : Data Sekunder Ketenagaan Ruang Hamka

33
Berdasarkan tabel diatas, Menurut wawancara dengan

Kepala Ruang Hamka diketahui bahwa pengembangan SDM di

ruang Hamka dilakukan melalui jalur formal (pendidikan) dan

informal (pelatihan/seminar). Untuk pengembangan jalur

formal, perawat Ruang Hamka diberi kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan lebih lanjut dengan terlebih dahulu

diseleksi oleh pihak rumah sakit. Sedangkan untuk

pengembangan jalur informal melalui pelatihan dan seminar,

ditinjau dari berbagai aspek (workshop), sedangkan lainnya baru

mengikuti pelatihan PPGD (tabel 2.8) sehingga perlu adanya

pelatihan Asuhan keperawatan keperawatan anak. Sedangkan

menurut lama masa kerja perawat, mayoritas perawat telah

bekerja selama lebih dari 2 tahun.

c. Bimbingan Mahasiswa Praktek

1) Kajian Teori

Peserta didik merupakan input dalam organisasi sekolah

dan bahan mentah yang harus diolah oleh sekolah untuk menjadi

input yang berkualitas pada jenjang pendidikan berikutnya.

Pengertian peserta didik menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun

2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang dan pendidikan tertentu. Potensi

34
peserta didik diolah melalui proses pembelajaran (kegiatan

belajar mengajar), dimana melalui kegiatan belajar itu peserta

didik tidak hanya memperoleh pengetahuan saja melainkan

mampu menemukan pengetahuan, mampu bekerja sama,

berkomunikasi, memiliki jiwa toleransi dan saling pengertian,

serta memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Untuk

menghasilkan lulusan peserta didik yang berkualitas terutama

pendidikan keperawatan perlu adanya pengelolaan bimbingan

PKK (Praktik Klinik keperawatan) yang baik, bermutu tinggi,

serasi dan selaras dengan perkembangan IPTEK.

RSU PKU Muhammadiyah Delanggu merupakan rumah

sakit tipe D yang mempunyai fungsi pelayanan, pendidikan dan

penelitian yang selama ini dipergunakan sebagai lahan praktik

bagi tenaga dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain, dari

perguruan tinggi swasta. Pendidikan dan praktik keperawatwan

profesional merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam

mengembangkan calon perawat secara komprehensif dalam hal

pengetahuan.

Masih adanya kesenjangan antara pembimbing klinik

dalam beberapa hal. Kesenjangan yang bisa kita lihat adalah dari

segi pendidikan, dimana para pembimbing klinik secara jenjang

pendidikan melaju pesat dan seakan tak terbendung, sehingga

tidak heran kebanyakan perawat dengan gelar S2, ataupun S3

35
berasal dari pendidik. Masih sangat sedikit perawat di RS yang

berpendidikan tinggi, S1 saja masih sangat sedikit.

Dari segi kualitas, masih banyak rumah sakit yang

memiliki pembimbing klinik belum terlatih atau bersertifikat

sebagai pembimbing klinik, tetapi kebanyakan hanya

berdasarkan senioritas, pengalaman bekerja, sehingga tidak

jarang mahasiswa DIII mendapat bimbingan oleh perawat senior

yang berlatar belakang SPK ataupun DIII tetapi dengan tahun

lulusan yang bertaut jauh, sementara perkembangan ilmu

senantiasa berkembang pesat, sehingga tidak jarang pembimbing

klinik senior membimbing hanya berdasarkan pengalaman,

bukan keilmuan yang terbaru.

Kesenjangan yang lain adalah pembimbing akademik

yang berpendidikan tinggi tersebut masih sangat sedikit yang

memiliki pengalaman bekerja di RS, kebanyakan dari mereka

mengetahui dunia kerja RS hanya saat menjalani pendidikan

atau saat pendidikan profesi. Sehingga pengetahuan dan

ketrampilan kurang seimbang dengan keilmuan yang dimiliki.

Akibatnya tidak mengherankan muncul anggapan “ Teori

sepenuhnya milik institusi pendidikan (dosen/pembimbing

akademik) sedangkan skil prosedur adalah milik institusi

pelayanan (pembimbing klinik). Sehingga mahasiswa sering

mengalami kebingungan saat praktek, harus mengikuti, teori di

36
akademik atau prosedur tindakan yang ada di RS, karena

terdapat kesenjangan antara teori yang di dapat di akademik

dengan praktek yang didapat di RS.

2) Kajian Data

Tabel 2.9
Jumlah mahasiswa praktikan pada bulan Januari-November
tahun 2014 di Ruang Hamka
No Institusi Jumlah
1 UMY 12 mahasiswa coas
2 UNIMUS 12 mahasiswa coas anak
3 Akper MU 20 mahasiswa
44 mahasiswa
Data mahasiswa yang praktek di Ruang Hamka selama

bulan Januari sampai November tahun 2014 adalah 44

mahasiswa. Mahasiswa tersebut berasal dari UMY sejumlah 12

mahasiswa coas, UNIMUS sejumlah 12 mahasiswa coas anak

dan Akper Mamba’ul Ulum sejumlah 20 mahasiswa D3

Keperawatan. Berdasarkan observasi dan wawancara sistem

bimbingan mahasiswa di ruang Hamka yang sudah terlaksana

adalah dengan metode ronde keperawatan, bed site teaching,

target kompetensi dan ujian stase. Tetapi belum dilakukannya

metode pre dan post conference.

Jenjang pendidikan pembimbing klinik untuk praktekan

mahasiswa program studi D3 keperawatan dibimbing oleh

perawat D3.

37
3) Analisis Data

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa mahasiswa

yang praktek di Ruang Hamka berasal dari tiga institusi

pendidikan. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu merupakan salah satu RS Swasta tipe

D yang menjaga image pelayanan, yang tidak mudah

memberikan ijin kepada semua institusi untuk menjadikan RS

tersebut menjadi lahan praktek mahasiswa. Berdasarkan

observasi dan wawancara sistem bimbingan mahasiswa di ruang

Hamka yang sudah terlaksana adalah dengan metode ronde

keperawatan, bed site teaching, target kompetensi dan ujian

stase. Tetapi belum dilakukannya metode pre dan post

conference serta ronde keperawatan.

Jenjang pendidikan pembimbing klinik untuk praktekan

mahasiswa program studi S1 keperawatan masih ada yang

dibimbing D3 keperawatan. Sehingga perlu adanya peningkatan

jenjang pendidikan. Di ruang Hamka baru ada satu CI yang

membimbing mahasiswa. CI di ruang Hamka sudah mengikuti

pelatihan CI tetapi dengan jumlah mahasiswa yang banyak

sehingga perlu penambahan CI baru.

38
2. Sumber Dana (Money)

a. Kajian Teori

Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal

sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan

oleh Pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 28

H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik

IndonesiaTahun 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang berhak

memperoleh pelayanan kesehatan, dan selanjutnya Pasal 34 ayat (3)

juga menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah

sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan

bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Rumah sakit

mempunyai karakteristik dan organisasi yang kompleks.

Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan

kesehatan baik medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut

agar pelayanan dalam rumah sakit dapat berjalan seoptimal mungkin

dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat maka rumah sakit perlu

mempersiapkan peralatan jasa non medis dan jasa pemborongan.

Sesuai dengan ketentuan umum PP no 6 Tahun 2000 perjan

adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur

39
dalam UU No 9 Tahun 1069 dimana seluruh modalnya oleh

pemerintah dan merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan

serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap

merupakan asset Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh

direksi serta dibentuk dewan pengawasan untuk melakukan

pengawasan (djoyo Sugito, 2002).

b. Kajian Data dan Analisa Data

Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan

prosedur yang berlaku. Sumber dana pembiayaan rumah sakit

berasal dari pendapatan RS dan di kelola sendiri oleh RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu. Pengelolaan keuangan di ruang Hamka

sepenuhnya diatur secara sentral oleh bidang keuangan RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu. Prosedur pengusulan dana oleh Kepala

Ruang kepada pimpinan RS melalui Ka SubBid Keperawatan.

3. Fasilitas/alat (Material) dan Mesin (Machine)

a. Kajian Teori

Pengelolaan peralatan merupakan faktor pendukung dan

penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan. Fasilitas dan

peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan merupakan semua

bentuk alat kesehatan yang dipergunakan untuk melaksanakan

asuhan keperawatan dalam rangka menunjang kelancaran

40
pelaksanaaan sehinga diperoleh tujuan keperawatan yang efektif dan

efisien.

Rumah sakit memiliki kondisi yang berbeda dan kompleks,

keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan,

termasuk pengelolaan fasilitas. Sehubungan dengan hal itu,

diperlukan adanya standar pengelolaan fasilitas dan peralatan

kesehatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas peralatan demi

mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien. Jumlah

fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat

dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing

institusi dengan memperhatikan jenis alat, kualifikasi, rasio dan

jumlah yang dibutuhkan. Mesin adalah peralatan yang digerakkan

oleh mesin maupun elektronik yang digunakan untuk membantu

menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan.

b. Kajian Data

Berdasarkan hasil wawancara, hasil observasi langsung dan

daftar inventaris Ruang Hamka didapatkan data penyediaan dan

pengelolaan bahan dan alat di Ruang Hamka RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu sebagai berikut:

41
Tabel 2.10
Standar Fasilitas dan Alat Kesehatan
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
No Nama Alat Standar Inventaris Keterangan
1 Suction Pump 1 1 Sesuai
2 Tabung O2 kecil 1 1 Sesuai
3 Nebulizer 1 1 Sesuai
4 Tensimeter 2 2 Sesuai
5 Oximetri 1 1 Sesuai
6 Ambubag 1 1 Sesuai
7 Lampu baca Rontgen 1 1 Sesuai
9 Tromol kecil 1 1 Sesuai
10 Tromol sedang 1 1 Sesuai
11 Set medikasi 2 1 Tidak sesuai
12 Bak instrumen kecil 1 3 Sesuai
13 WWZ 4 1 Tidak Sesuai
14 Torniquet 1 1 Sesuai
15 Kom tutup 4 2 Tidak Sesuai
16 Laringoskop anak 1 1 Sesuai
19 Irrigator 1 1 Sesuai
20 Bengkok 6 4 Tidak Sesuai
21 Stetoskop 3 3 Sesuai
22 Manometer manual 3 7 Sesuai
23 Termometer 2 3 Sesuai
24 UV 1 1 Sesuai
25 Korentang 2 1 Tidak sesuai
26 Tong spatel 2 1 Tidak Sesuai
27 Tong korentang 1 0 Tidak Sesuai
28 Gunting Verban 1 2 Sesuai
29 Senter 1 1 Sesuai
30 Gelas ukur 1 1 Sesuai
31 Corong sonde 1 2 Sesuai
32 Covis 1 1 Sesuai
33 Kursi Roda 2 1 Tidak Sesuai
35 Standard Infus 19 19 Sesuai
36 Head box 1 1 Sesuai
37 Timbangan BB 2 2 Sesuai
38 Troly medikasi 1 2 Sesuai
39 Patella Humer 1 1 Sesuai
Sumber : Standar Fasilitas dan Keperawatan Ruang Hamka

c. Analisa Data

Ruang Hamka telah memiliki buku inventarisasi yang berisi

daftar inventarisasi fasilitas dan alat-alat kesehatan. Menurut hasil

wawancara dengan KaRu Ruang Hamka diketahui bahwa di Ruang

42
Hamka sudah ada pedoman ruangan untuk standar fasilitas dan alat-

alat kesehatan. Berdasarkan tabel diatas didapatkan ada beberapa

jumlah alat/fasilitas belum sesuai dengan standar seperti, bengkok,

korentang, standar infus, tong spatel, gunting lancip, stestoskop, dan

arteri klem. Tetapi tidak mengganggu dalam pelayanan keperawatan.

Tabel 2.11
Standar Fasilitas dan Alat Rumah Tangga
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
No Nama alat Standar Inventaris Keterangan
1 Bed Pasien 19 19 Sesuai
2 Meja kabinet 19 19 Sesuai
3 Almari kaca (almari obat) 1 1 Sesuai
4 Kursi perawat 6 5 Tidak Sesuai
5 Kursi penunggu 19 21 Sesuai
6 Kulkas 1 3 Sesuai
7 AC 2 3 Sesuai
8 Kipas angina 6 9 Sesuai
9 Jam dinding 9 10 Sesuai
10 Tempat sampah infeksius 2 2 Sesuai
11 Tempat sampah non infeksius 2 18 Sesuai
12 Ember linen kotor 2 2 Sesuai
13 Ember air sibin 1 1 Sesuai
14 Waskom sibin 19 20 Sesuai
15 Almari Arsip 1 1 Sesuai
16 Bantal 22 22 Sesuai
17 Guling 4 6 Sesuai
18 Kasur 19 20 Sesuai
19 Korden besar 14 14 Sesuai
20 Almari obat 1 1 Sesuai
21 Gayung 7 8 Sesuai
22 Keset 8 8 Sesuai
23 Almari Linen 1 1 Sesuai
24 Rak status 1 1 Sesuai
25 Galon 2 2 Tak ada dalam standard
26 Dispenser 1 1 Sesuai
27 TV 7 Tak ada dalam standart
28 Jemuran handuk 4 5 Sesuai
Sumber : Standar Fasilitas dan Keperawatan Ruang Hamka

Berdasarkan tabel diatas ada beberapa jumlah alat/fasilitas

belum sesuai standar seperti keset, kursi perawat, tempat sampah

43
infeksius dan lain - lain. Tetapi tidak mengganggu dalam pelayanan

keperawatan.

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dimiliki Ruang

Hamka dan sudah ditempelkan pada alat adalah, Standard

operasional mencuci tangan yang benar.

Tabel 2.12
Standar Fasilitas Alat Tulis Kantor di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
No Nama alat Standar Inventaris Keterangan
1 Spidol boardmaker @1 5 Sesuai
(M,H,B,H)
2 Odner besar 3 6 Sesuai
3 Isi staples 2 5 Sesuai
4 Klip 2 2 Sesuai
5 Karbon 5 2 Sesuai
6 Pen table 2 2 Sesuai
7 Blue red 2 3 Sesuai
8 Spidol permanent hitam 2 8 Sesuai
Sumber : Standar Fasilitas dan Keperawatan Ruang Hamka

Berdasarkan tabel 2.12 didapatkan data alat tulis kantor di

ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu sudah sesuai

dengan standar fasilitas, tetapi ada sebagian fasilitas alat tulis kantor

dan alat kantor yang belum lengkap tetapi tidak mengganggu

pelayanan.

4. Metode

a. Kajian teori

1) Standar Asuhan Keperawatan

Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum

dikenal sebagai suatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan

dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan yang

44
digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing, 2001).

Menurut Asrul Azwar (1994) standar menunjukan pada tingkat

ideal tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk minimal

dan maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas yang

dibenarkan toleransi. Standar praktek keperawatan adalah

norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seorang perawat

yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai

pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolok

ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat

(Nursalam, 2002). Menurut Gillies (1994) standar asuhan

keperawatan mempunyai 3 tujuan yaitu :

a) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan

memusatkan upaya meningkatkan motivasi perawat

terhadap pencapaian tujuan

b) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi

kegiatan asuhan keperawatan yang tidak penting

c) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian

keperawatan dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak

memenuhi standar asuhan keperawatan.

Di Indonesia standar keperawatan dipakai sebagai dasar

pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan

keperawatan yang disusun oleh Depkes 1997, yaitu :

45
a) Standar I . Pengkajian Perawatan

Pengkajian keperawatan diperoleh dari data

anamnesa, observasi yang paripurna dan lengkap serta

dikumpulkan secara terus-menerus tentang keadaan pasien

untuk menentukan asuhan keperawatan sehinga data

keperawatan juga dapat dimanfaatkan semua angggota tim.

Data pengkajian meliputi pengumpulan data,

pengelompokkan data dan perumusan masalah.

b) Standar II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data

status kesehatan pasien yang dianalisis dan dibandingkan

dengan keadaan pasien. Komponennya terdiri atas: masalah,

penyebab dan gejala (PES), bersifat aktual dan potensial

dan dapat ditanggulangi perawat.

c) Standar III. Perencanaan

keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan

diagnosa keperawatan, komponennya terdiri dari prioritas

masalah, tujuan dan intervensi.

d) Standar IV. Implementasi

Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan,

bermaksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara

46
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan

pemeliharaan serta pemulihan kesehatan.

e) Standar V. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik,

sistematis, dan terencana untuk menilai perkembangan

pasien.

f) Standar VI. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu

oleh perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat

jalan. Digunakan sebagai informasi, komunikasi dan

laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan sesuai dengan

pelaksanaan proses keperawatan. Setiap mencatat harus

mencantumkan inisial atau paraf/nama perawat,

menggunakan standar yang baku dan disimpan sesuai

peraturan yang berlaku. Dasar hukum standar profesi

keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23 tahun 1992

pasal 53.

Ayat 1: ”tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam

melaksanakan tugas sesuai profesi”.

Ayat 2: ”tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya

wajib sesuai standar profesi”

47
Standar keperawatan menurut Depkes RI

meliputi :Standar Pelayanan Keperawatan (SPK) dan

Standar Asuhan Keperawatan (SAK).

Suatu ruang perawatan di dalam rumah sakit

idealnya mempunyai SAK untuk semua pasien sesuai

dengan kasus penyakitnya dan prosedur tetap yang berlaku

secara resmi dan dipahami serta diterapkan oleh seluruh staf

di ruang perawatan. Prosedur tetap dan SAK minimal untuk

10 kasus terbesar pada ruang perawatan tersebut.

b. Kajian data

Pre Implementasi

Standar asuhan keperawatan yang ada di Ruang Hamka

sudah ada, minimal 10 kasus terbesar di ruangan keperawatan tetapi

SAK tersebut sudah tidak relevan dengan 10 penyakit besar terbaru.

SAK yang dibuat dengan referensi 10 penyakit besar terbaru di

ruang Hamka. Maka dari itu perlu diperbarui agar SAK 10 besar

penyakit dengan referensi terbaru menjadi lengkap. Perbaikan SAK

dengan judul. Febris, HTA/ TE, Vomitus, fraktur dan appendixitis.

Tabel 2.13
Standar Asuhan Keperawatan di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu
No Protap Tahun
1 Pasien dengan Gastro enteritis 2012
2 Pasien dengan ISPA 2012
3 Pasien dengan Ka Shifeumonia 2012
4 Pasien dengan BronkoKa Shifeumonia 2012
5 Pasien dengan Kejang demam 2012
6 Pasien dengan illeus DHF 2012
7 Pasien dengan Asma bronchiale 2012

48
8 Pasien dengan Anemia 2012
9 Pasien dengan Demam typoid 2012
10 Pasien dengan Bronkitis 2012

Post Implementasi

Tabel 2.14
Evaluasi Penyusunan SAK TE, Fraktur, APP di Ruang Hamka
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Bulan November 2014
Hasil SAK Hasil SAK Hasil SAK
No Kriteria Evaluasi TE Fraktur APP
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Pengertian V V V
2. Klasifikasi V V V
3. Tanda dan gejala V V V
4. Etiologi V V V
5. Patofisiologi V V V
6. Pemeriksaan V V V
penunjang
7. Manajemen terapi V V V
8. Komplikasi V V V
9. Pembuatan V V V
diagnosa dan
intervensi sesuai
NANDA, NOC,
NIC, serta
Discharge
planning
10. Menyusun V V V
discharge planning

11. SAK V V V
disosialisasikan
Jumlah 11 11 11
Prosentase 100% 100% 100%
c. Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan kajian didapatkan data bahwa di Ruang Hamka

sudah terdapat SAK 10 besar diagnosa penyakit tetapi belum relevan

dengan 10 penyakit besar terbaru. Dan pada evaluasi ini akan dibuat

49
standart asuhan keperawatan dengan referensi terbaru HTA/ TE,

Fraktur dan Apendixitis.

Post Implementasi

Dari hasil evaluasi revisi atau perbaruan SAK dapat

disimpulkan bahwa penyusunan SAK HTA/TE, Fraktur dan

Apendixitis telah mencapai target yang diharapkan yaitu 100%.

Dengan adanya perbaikan SAK yang relevan dengan ilmu terbaru

diharapkan dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan

yang profesional pada pasien dengan HTA/TE, Fraktur dan

Apendixitis.

SAK identik dengan standart profesi keperawatan yang

berguna sebagai pedoman kerja bagi tenaga keperawatan serta untuk

mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan. Dampak dari

pemahaman dan penerapan SAK dalam pemberian asuhan

keperawatan bukan hanya keprofesian yang dijaga dan ditingkatkan,

tetapi juga meliputi keamanan, kenyamanan dan kepuasan pasien.

Proses audit keperawatan sangat penting untuk penyusunan dan

revisi dari SAK yang ada di rumah sakit. Hal ini disebabkan SAK

yang ada setelah disusun kemudian dilakukan perbandingan dengan

kenyataan yang ada dipelayanan dan kemudian dilakukan upaya

50
perbaikan, sehingga diharapkan terjadi peningkatan dalam

pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

Tabel 2.15
Standar/Protap Kebijakan/Instruksi Kerja di Ruang Hamka
No No. Dokumen Protap Tahun
1 11.01.13 Penanganan rawat bersama 2011
2 11.02.48 Prosedur pelaporan internal insiden keselamatan pasien 2011
3 11.02.50 Prosedur ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien 2011
operasi
4 11.02.51 Prosedur hand hygiene 2011
5 11.02.52 Prosedur pengurangan resiko pasien jatuh 2011
6 11.02.53 Prosedur identifikasi pasien rawat inap 2011
7 11.02.54 Prosedur komunikasi dengan dokter konsulen 2011
8 11.02.55 Prosedur peningkatan keamanan obat high allert 2011
9 11.02.56 Prosedur rapat insiden keselamatan pasien oleh tim KPRS 2011
10 11.02.57 Prosedur analisa akar masalah ( root cause analysa ) 2011
11 11.02.63 Penanganan pajanan/ paparan cairan tubuh hepatitis B 2014
12 11.02.64 Penanganan pajanan/ paparan HIV/ AIDS 2014
13 11.02.65 Pengelolaan specimen darah untuk pemeriksaan laboratorium HIV/ 2014
AIDS
14 11.02.66 Pelaksanaan kewaspadaan universal ( universal precaution ) 2014
15 11.02.67 Pengelolaan linen kotor pasien HIV/AIDS dan hepatitis 2014
16 11.04.15 Mengukur Suhu Badan 2011
17 11.04.09 Menghitung Nadi dan Pernafasan 2011
18 11.04.10 Mengukur Tekanan Darah 2011
19 11.04.18 Memberikan Kompres hangat 2011
20 11.04.02 Pengelolaan Pemberian Obat Injeksi SC 2011
21 11.04.03 Pengelolaan Pemberian Obat Injeksi IM 2011
22 11.04.04 Pengelolaan Pemberian Obat Injeksi IC 2011
23 11.04.05 Pengelolaan Pemberian Obat Injeksi IV 2011
24 11.04.14 Pemasangan infus 2011
25 11.04.17 Balance cairan 2011
26 11.04.16 Tranfusi darah 2011
27 11.04.19 Memberikan Kompres dingin 2011
28 11.04.20 Melatih pasien mobilisasi 2011
29 11.04.21 Membersihkan mulut pasien 2011
30 11.04.22 Membantu pasien BAB 2011
31 11.04.23 Memberi makan pasien 2011
32 11.04.24 Pemberian oksigen 2011
33 11.04.25 Melakukan suction 2011
34 11.04.26 Mempersiapkan pasien untuk pembedahan akut 2011
35 11.04.28 Menerima pasien pra pembedahan 2011
36 11.04,30 Penolakan tindakan medis 2011

51
37 11.04.31 Mencegah infeksi nosocomial 2011
38 11.04.32 Memberikan pendidikan kesehatan 2011
39 11.04.33 Mengganti alat tenun kotor tanpa memindah pasien 2011
40 11.04.35 Cuti tenaga keperawatan 2011
41 11.04.36 Retur obat rawat inap 2011
42 11.04.37 Perawatan pasien post op 2011
43 11.04.38 Permintaan obat dan bahan habis pakai 2011
44 11.04.39 Perencanaan kebutuhan linen 2011
45 11.04.40 Permintaan atau bon linen 2011
46 11.04.41 Standar kebutuhan linen 2011
47 11.04.42 Pengambilan linen 2011
48 11.04.43 Penyimpanan linen 2011
49 11.04.44 Pendistribusian linen bersih 2011
50 11.04.45 Pelaporan jaga perawat di ruang rawat inap 2011
51 11.04.46 Pertemuan berkala staf ruangan 2011
52 11.04.47 Permintaan kebutuhan alat keperawatan 2011
53 11.04.48 Pemberian informasi pasien dan keluarga 2011
54 11.04.49 Pengaduan pelanggaran etik keperawatan 2011
55 11.04.50 Memasang bidai 2011
56 11.04.51 Menyelesaikan pelanggaran etik keperawatan 2011
57 11.04.52 Pembuatan jadwal dinas 2011
58 11.04.53 Pendelegasian tugas keperawatan 2011
59 11.04.55 Orientasi pegawai 2011
60 11.04.56 Rotasi tenaga keperawatan 2011
61 11.04.57 Mutasi tenaga keperawatan 2011
62 11.13.01 Perawatan anak – anak 2011
63 11.16.01 Distribusi sediaan farmasi dari instalasi farmasi ke unit rawat inap 2011
64 11.04.05 Pengelolaan obat – obat LASA 2011
65 11.16.07 Pengelolaan obat life saving 2011
66 11.16.19 Pengelolaan obat sisa 2011
67 11.16.21 Pengelolaan narkotik dan psikotropika di bangsal atau unit 2011
68 11.16.27 Pelayanan resep rawat inap 2011
69 11.16.30 Retur obat rawat inap 2011
70 11.16.36 Daftar obat LASA 2011
71 11.18.12 Konsultasi gizi 2011
72 11.18.14 Pemberian fooding atau makan pasien 2011
73 11.19.03 Pelaksanaan fisioterapi pasien rawat inap 2011
74 11.20.04 Pelayanan radiologi 2011
75 11.20.09 Peminjaman film basah 2011
76 11.20.11 Pengambilan hasil pemeriksaan radiologi 2011
77 11.20.14 Persiapan pasien 2011
78 11.04.11 Mengukur tinggi badan anak dan bayi 2011
Sumber : buku standar prosedur RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

Analisa data

Ruang Hamka sudah memiliki instruksi kerja yang telah

dibuat oleh RSU PKU Muhammadiyah Delanggu dan sebagian besar

perawat dalam bekerja sudah menggunakan instruksi kerja tersebut.

52
B. Unsur Proses

1. Penerapan Proses Keperawatan

a. Kajian Teori

Proses keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian

asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan

proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara

perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, keliat, 1999).

Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan

professional merupakan bagian integral yang dapat dipisahkan dari

upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain itu pelayanan

keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya

mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan

keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal

mungkin.

UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam penjelasan

tentang pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai

“pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam

menjelaskan profesi secara baik”. Atau secara singkat dapat

53
dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan

bermutu. Berdasarkan ini maka kehadiran Standar Asuhan

Keperawatan yang identik dengan standar profesi keperawatan,

berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu

asuhan keperawatan.

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) terdiri sebagai berikut :

1) Standar Pengkajian Keperawatan

2) Standar Diagnosis Keperawatan

3) Standar Perencanaan Keperawatan

4) Standar Pelaksanaan Keperawatan

5) Standar Evaluasi

6) Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 1998)

Dalam standar-standar dimaksud mencantumkan kriteria-

kriteria yang harus dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan.

Mutu asuhan keperawatan dapat dipertanggung jawabkan secara

professional apabila kriteria-kriteria tersebut dapat dipenuhi. Dengan

memahami dan mematuhi criteria dalam Standar Asuhan

Keperawatan, yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian asuhan

keperawatan, maka bukan hanya keprofesian dijaga dan

ditingkatkan, tetapi juga meliputi aspek-aspek keamanan dan

kenyamanan pasien.

Standar Asuhan Keperawatan tidak harus baku, melainkan

sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali dan disesuaikan dengan

54
perkembangan IPTEK kesehatan khususnya keperawata, serta

system nilai masyarakat yang berlaku.

Sistematika penyusunan Standar Asuhan Keperawatan

sebagai berikut :

1. STANDAR I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap

dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya

untuk menetukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data

kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

a. Pengumpulan data :

Kriteria

1) Menggunakan format yang ada

2) Sistematis

3) Diisi sesuai item yang tersedia

4) Actual (baru)

5) Abash (valid)

b. Pengelompokan Data :

Kriteria

1) Data Biologis

2) Data Psikologis

3) Data Sosial

4) Data Spiritual

55
c. Perumusan Masalah :

Kriteria

1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan

pola fungsi kehidupan

2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah

dikumpulkan.

2. STANDAR II : Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh

perawat professional yang menggambarkan tanda dan gejala

yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien

dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan pengalaman

mampu menolongnya (Ali Z, 2002 cit Nurjanah, 2004).

Menurut Suarli Suchri dan Bachtiar Y (2007), diagnose

keperawatan adalah pertanyaan yang jelas, singkat dan pasti,

tentang masalah pasien serta pengembangan yang dapat

dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.

Diagnose keperawatan menggambarkan masalah pasien

baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data.

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status

kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan fungsi

normal kehidupan pasien.

56
Kriteria :

1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien

2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat

3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan

tanda/gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab

(PE)

4) Bersifat actual apabila masalah kesehatan pasien sudah

nyata terjadi

5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien

kemungkinan besar akan terjadi

6) Dapat ditanggulangi oleh perawat

3. STANDAR III : Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk

menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan

yamng telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan

pasien (Suarli Suchri dan Bachtiar Y., 2007). Perencanaan

keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan

meliputi :

57
1) Prioritas Masalah, adapun penentuan prioritas masalah

didasarkan pada:

a) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan

merupakan prioritas pertama

b) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan

seseorang adalah prioritas kedua

c) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku

merupakan prioritas ketiga

2) Merumuskan tujuan asuhan keperawatan, kriteria:

a) Spesifik

b) Bisa diukur

c) Bisa dicapai

d) Realistis

e) Ada batas waktu

3) Rencana tindakan, kriteria:

a) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan

b) Melibatkan pasien/ keluarga

c) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/

keluarga

d) Menentukan alternative tindakan yang tepat

58
e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang

berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang

ada

f) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien

g) Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya

mudah dimengerti.

4. STANDAR IV : Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana

tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien

terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,

pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan

mengikutsertakan pasien dan keluarganya.

Kriteria :

a) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan

b) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien

c) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan

dilakukan kepada pasien/ keluarga

d) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

e) Menggunakan sumber daya yang ada

f) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik

g) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan

mengutamakan keselamatan pasien

59
h) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon

pasien

i) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam

keselamatan pasien

j) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan

k) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan

tindakan

l) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada

prosedur teknis yang telah ditentukan.

Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen

keperawatan dasar yang meliputi :

a) Memenuhi kebutuhan oksigen

b) Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan

elektrolit

c) Memenuhi kebutuhan eliminasi

d) Memenuhi kebutuhan keamanan

e) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik

f) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

g) Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani

h) Memenuhi kebutuhan spiritual

i) Memenuhi kebutuhan emosional

j) Memenuhi kebutuhan komunikasi

k) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis

60
l) Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses

penyembuhan

m) Memenuhi kebutuhan penyuluhan

n) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi

5. STANDAR V : Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic,

sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien.

Kriteria :

a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi

b) Evaluasi hasil menggunakan indicator yang ada pada

rumusan tujuan

c) Hasil evaluasi segera dicatat dan komunikasikan

d) Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan

e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

6. STANDAR VI : Catatan asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.

Kriteria :

a) Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan

b) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan

laporan

c) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan

d) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan

istilah yang baku

61
e) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan

f) Setiap pencatatan harus mencantumkan intial/ paraf/ nama

perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya

g) Menggunakan formulir yang baku

h) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes

RI, 1998).

b. Kajian data

Menurut data yang didapat dari hasil observasi 10 rekam

medik pasien pada tanggal 29 Desember 2014, didapatkan data

bahwa :

Tabel 2.16
Hasil Pengkajian Pendokumentasian Keperawatan
Dengan Instrument A Di Ruang Hamka Klaten
Tanggal 29 Desember 2014
N= 10
No. Aspek yang dinilai Kode pasien
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

62
A. PENGKAJIAN
1. Mencatat data yang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dikaji sesuai
dengan pedoma
pengkajian

2. Data 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dikelompokkan
( Bio-Psiko-Sosial-
spritual)

3 Data dikaji lengkap 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1


dalam waktu 24
jam sejak pasien
masuk

4. Data dikaji sejak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


pasien masuk

5. Pengkajian yang 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
dilakukan disertai
nama dan
tandatangan
perawat yang
mengkaji
5 5 4 4 4 5 4 4 5 4
Total Score 88 %

B Diagnosa

1. Diagnosa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
keperawatan ditulis
sesuai prioritas
masalah pasien
Diagnosa
2. keperawatan 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1
dirumuskan dengan
benar(PE/PES)
Merumuskan
diagnosa
3. keperawatan actual 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
atau potensial
3 3 2 2 2 2 2 3 3 3
Total Score 83,3 %

C. PERENCANAAN

1. Rencana ASKEP berdasarkan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


diagnosa keperawatan

63
2. Disusun menurut urutan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
prioritas

3. Rumusan tujuan mengandung 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1


komponen pasien, subyek,
perubahan, perilaku, kondisi
pasien dan atau criteria
(SMART)

4. Rencana tindakan disusun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


berdasarkan prioritas

5. Rencana tindakan mencakup 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


tindakan observasi
keperawatan

6. Rencana tindakan mencakup 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


tindakan tindakan terapi
Keperawatan

7. Rencana tindakan mencakup 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1


tindakan PENKES

8. Rencana tindakan mencakup 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


tindakan kolaborasi

9. Rencana tindakan mencakup 1 1 1 - - 1 1 - 1 1


tindakan yang
menggambarkan keterlibatan
klien
9 7 8 8 8 8 9 8 9 9
Total Score 92,2 %
D. TINDAKAN
/IMPLEMENTASI

1. Tindakan dilaksanakan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
mengacu pada intervensi
keperawatan

2. Perawat mengobservasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
respon pasien terhadap
tindakan keperawatan

3. Revisi tindakan 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
berdasarkan hasil evaluasi

4. Semua tindakan yang telah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


dilaksanakan dicatat
ringkas dan jelas

5. Tindakan yang dilakukan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1


dengan melibatkan
klien/keluarga
didokumentasi kan

64
6. Respon klien terhadap 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
tindakan keperawatan
didokumentasikan
6 4 5 6 6 6 5 4 5 6
Total score 88, 33 %

E. Evaluasi

1. Evaluasi mengacu pada 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1


tujuan
2. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Hasil Evaluasi dicatat
2 1 2 1 2 1 2 2 1 2
Total Score 80 %

F. DOKUMENTASI

1. Menulis pada format yang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


baku

2. Pencatat dilakukan sesuai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


dengan tindakan yang
dilaksanakan
3. Pencatatan ditulis dengan jelas, 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ringkas, istilah yang baku dan
benar

4. Setiap melakukan tindakan 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1


atau kegiatan perawat
mencantumkan paraf atau
nama jelas dan tanggal, jam
dilakukan tindakan

5. Berkas catatan keperawatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku

65
Total score 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5
85 %
Sumber : Data Primer Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Desember 2014

Total score keseluruhan : 86, 13 %

Tabel 2.17
Hasil pengkajian pendokumentasian Keperawatan
Di Ruang Hamka RS PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 29 Desember 2014
N = 10
No Aspek yang Rata-rata
Keterangan
dinilai (%)

1. Pengkajian 88% - Dari data di dapat skore 88% pengkajian masuk


kriteria baik, perawat melakukan pengkajian
langsung setelah pasien datang sesuai dengan
penyakitnya.
- Perawat melengkapi pengkajian dalam waktu 24
jam, data dikaji sejak pasien masuk samapi pasien
pulang namun ada yang belum lengakp.
- Pengkajian meliputi biopsiko social dan spiritual.
- 12% perawat yang mengkaji belum semua menulis
nama terang dan tanda tangan serta nama
pengkaji di awal pengkajian, mereka hanya
menulis tanda tangan saja atau nama saja.

2. Diagnosa 83,3% - Dari data di dapat hasil 83,3%, Sebagian besar


diagnosa keperawatan sudah mencangkup etiologi
dan problem (PE). Diagnosa sudah sesuai dengan
prioritas masalah dan kondisi pasien.
Tetapi 16,7% perawat masih belum bisa
memilahkan dalam perumusan masalah antara
resiko dan potensial dan setiap pasien hanya
muncul dua diagnosa, bila muncul masalah baru
belum ditambahkan.
3. Perencanaan 92,2% - Dari data di dapat hasil 92,2 % termasuk katagori
sangat baik. diagnosa sudah sesuai dengan
prioritas masalah yang ada. Dan perencanaan
sudah sesuai dengan keadaan pasien
- 7,8% perawat belum menuliskan Rumusan tujuan
yang mengandung komponen SMART dan
sebagian ada yang belum menulisakan rencana
tindakan mecakup PENKES dan yang
mengaambarkan keterlibatan klien.
4. Tindakan 88,3% - Dari data di dapat hasil 88,3% termasuk kriteria
baik perawat sudah melakukan tindakan
keperawatan dan sudah melakukan
pendokumentasian dengan benar

66
- 11,7% terdapat beberapa tindakan yang dilakukan
tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya, dan
sebagian dalam melakukan tindakan kurang
memperhatikan respon pasien
5. Evaluasi 80% - Evaluasi mendapat hasil 80% termasuk katagori
baik, dalam evaluasi sudah ditulis setiap hari
secara keseluruhan dan sesuai dengan SOAP, 20%
perawat dalam melaukan evaluasi secara
keseluruhan tidak di pisahan per item dan dalam
planing tidak di tulis secara spesifik.
6. Catatan asuhan 85% - Dari hasil tersebut 85 % masuk kategori baik
keperawatan perawat melakukan dokumentasi tindakan setiap
hari dan setiap sift, pendokumentasian dilakukan
dengan jelas, ringkas dan dengan istilah yang
benar
- 15% Pencatatan yang dilakukan sebagian tidak
mencantumkan nama terang dan tanda tangan,
sebagian hanya mencantumkan nama saja atau
tanda tangan saja,.
Skor total
Jml item x n = 86,13%
a. Analisa Data

1) Pengkajian

Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien mengenai

pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format pengkajian telah

tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian dilakukan

dengan memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan

kondisi pasien. Pengisian format pengkajian status pasien terkadang

kurang lengkap kadang hanya di kaji ke data fokus nya saja. Selain itu,

pengkajian yang dilakukan sering hanya dicantumkan paraf perawat

yang mengkaji tanpa disertai nama atau hanya salah satu saja. Dari

keseluruhan pengkajian sebesar 88 % dengan katagori baik dan

sebaiknya perlu untuk di tingkatkan pada kelengkapan data pengkajian

dan mencantumkan nama perawat dan paraf.

2) Diagnosa keperawatan

67
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan perawat masih ada yang

belum memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnosa aktual/

risiko/ potensial, diagnosa keperawatan belum dirumuskan dengn benar.

Dari keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan sebesar 83,3 %

dengan katagori baik dan sebaiknya perlu untuk di tingkatkan pada

perunusan diagnosa keperawatan dengan benar dan pemilahan masalah

antara diagnosa aktual/resiko/potensial.

3) Perencanaan

Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan sudah

terlaksana mencapai 92,2%. Hal ini dibuktikan dengan

pendokumentasian perencanaan, sebagian besar sudah sesuai dengan

diagnosa keperawatan. Tetapi dalam perencaaan keperawatan sebagian

besar belum mengandung komponen spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,

realistik dan ada batas waktu (SMART), sebagian besar tidak

menuliskan kriteria hasil dalam perencanaan. Hal ini dikarenakan

perawat tidak banyak waktu dan belum terbiasa untuk mengisi status

secara sempurna jadi dalam penulisan perencanaan hanya di tulis yang

pokok pokok saja

4) Implementasi

Dari pengkajian implementasi sebesar 88,33 % termasuk dalam

katagori baik . Beberapa tindakan yang dilakukan perawat belum

didokumentasikan, perawat hanya mencantumkan tanggal, jam,

keadaan umum pasien serta tindakan rutinitas seperti pemberian terapi

68
obat dan ttv. Tindakan- tindakan seperti pendidikan kesehatan, tindakan

yang melibatkan keluarga belum didokumentasikan.

5) Evaluasi keperawatan

Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan sebagian besar dalam

katagori baik sebesar 80 % sudah merujuk pada tiap diagnosa yang

diangkat. Evaluasi yang ditulis adalah evaluasi secara keseluruhan pada

kondisi pasien dan diagnosa yang sudah teratasi tidak dituliskan lagi,

serta planning nya tidak dijelaskan secara spesifik.hal ini dikarenakan

perawat melakukan nya secara rutinitas selain itu banyak nya kegiatan

yang harus dikerjakan dalam ruangan tersebut.

6) Dokumentasi

Catatan asuhan keperawatan di Ruang Hamka sudah dalam katagori

baik, dengan skor 85%. Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis pada

format yang ada, namun catatan keperawatan, catatan medis dan catatan

penunjang masih dipisahkan. Pencatatan yang dilakukan sebagian tidak

mencantumkan nama terang dan tanda tangan, sebagian hanya

mencantumkan nama saja atau tanda.

Post Implementasi

Pada dokumentasi keperawatan dilakukan penilaian pada post

implementasi karena nilai dari pendokumentasian keperawatan yang

sudah masuk kategori cukup dan diangkat sebagia masalah/ POA. Hasil

dari penilaian setelah dilakukan implementasi sebesar 86,13% sudah

masuk dalam kategori baik

69
2. Pelaksanaan Universal Precaution

a. Kajian Teori

Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Sakit

untuk menghindari terjadinya infeksi selama pasien dirawat di

Rumah Sakit. Pelaksanaan upaya pencegahan infeksi nosokomial

terdiri atas kewaspadaan universal, tindakan invasif, tindakan non

invasif, tindakan terhadap anak dan neonatus, sterilisasi, dan

desinfeksi. Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah

suatu pedoman yang ditetapkan oleh Center for Disease Control

(CDC) tahun 1985 untuk mencegah penyebaran dari berbagai

penyakit yang yang ditularkan melalui darah di lingkungan Rumah

Sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Adapun konsep yang dianut

adalah bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola

sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, HBV, dan berbagai

penyakit lainnya yang ditularkan melalui darah (RSUP Dr Soeradji

Tirtonegoro, 2009).

b. Kajian Data

Tabel 2.18
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Universal Precaution
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 29 - 31
Desember 2014
N:9
Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
Ya % Tdk %
1 Perawat cuci tangan ketika akan kontak 5 55,55 4 44,45
dengan pasien atau melakukan tindakan
pada pasien

70
2 Perawat cuci tangan ketika selesai kontak 8 88,89 1 11,11
dengan pasien atau telah selesai melakukan
tindakan terhadap pasien
3 Perawat mencuci tangan dengan 9 100 0 0
sabun/detergen/desinfektan
4 Perawat mencuci tangan di tempat air 9 100 0 0
mengalir (wastafel)
5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika 7 77,77 2 22,23
melakukan kontak atau tindakan pada
pasien
6 Perawat menggunakan masker ketika 6 66,67 3 33,33
melakukan tindakan kepada pasien
7 Perawat menggunakan alat alat steril untuk 5 55,55 4 44,45
satu pasien
8 Perawat menggunakan alat disposibel hanya 0 0 9 100
untuk sekali pakai
9 Setelah menggunakan alat alat non 9 100 0 0
disposibel, perawat mencucinya dengan
larutan disinfektan
10 Perawat mensterilkan alat alat steril di 9 100 0 0
instalasi sterilisasi sentral
11 Perawat menyiapkan alat alat kesehatan 9 100 0 0
ditempat khusus
12 Perawat membuang benda benda tajam di 9 100 0 0
tempat kusus
13 Perawat membuang sampah medis di tempat 9 100 0 0
medis
14 Perawat membuang sampah non medis 9 100 0 0
ditempat sampah non medis
Jumlah 103 23
Rata-rata 81,74% 18.26 %

c. Analisa Data

Universal Precaution sudah dilaksanakan sesuai dengan

standar yang ditetapkan oleh RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

yaitu sesuai dengan ISO dengan hasil 81,74% dengan kategori baik,

namun dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal karena masih

ada 18,26 % yang tidak dilakukan yaitu belum semua perawat

mencuci tangan sebelum kontak ke pasien, belum semua perawat

memakai sarung tangan ketika akan melakukan tindakan ke pasien,

belum semua perawat memakai masker ketika melakukan tindakan

71
ke pasien. perawat tidak menggunakan alat disposibel sekali pakai,

namun hal ini didasarkan pada 2 alasan yaitu untuk efisiensi pasien

Jamkesmas dan sudah menjadi Protap Rumah Sakit alat disposibel

digunakan dalam waktu 1 x 24 jam untuk injeksi IV per selang.

Dengan adanya evaluasi diharapkan semua perawat melakukan

universal percaution salah satunya mencegah kejadian infeksi

nosokomial dari pasien satu kepasien lain dan juga mengurangi

resiko tertularnya penyakit kepada perawat.

3. Pelaksanaan 9 solusi Patient Safety

a. Kajian Teori

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang

dibuat, mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang

berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan solusi ini sangat

bermanfaat dalam membantu RS memperbaiki proses asuhan pasien,

guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.

Sembilan solusi live saving keselamatan pasien rumah sakit meliputi:

1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM)

(Look-Alike,Sound Alike Medication Names)

Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membingungkan staf

pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam

kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan satu

keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang

ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya

72
kesalahan akibat bingung terhadap nama merk atau generik serta

kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan

protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya

resep, label atau perintah yang dicetak lebih dulu, maupun

pembuatan resep secara elektronik.

2) Pastikan identifikasi pasien

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk

mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada

kesalahan pengobatan, tranfusi maupun pemeriksaan dsb.

Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi

terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam

proses ini, standarisasi dalam metode identifikasi di semua RS

dalam suatu system layanan kesehatan dan partisipasi pasien

dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol untuk

membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama

3) Komunikasi secara benar saat serah terima/ pengoperan

pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan

pasien antar unit-unit pelayanan, dan di dalam serta antar tim

pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan

layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat

mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan

untuk memperbaiki serah terima pasien termasuk penggunaan

73
protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat

kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya

dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah

terima dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses

serah terima.

4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat

dicegah. Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru

atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah

akibat dari mis komunikasi dan tidak adanya informasi atau

informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak

kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah

tidak ada atau kurangnya proses pra bedah yang distandarisasi.

Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan

yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra

pembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh

petugas yang akan melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang

terlibat dalam prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas

pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)

Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin, dan kontras

memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan

untuk injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya

74
adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit ukuran dan

istilah dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang

cairan elektrolit pekat yang spesifik.

6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan

pelayanan

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau

pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi

adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat

(medication error) pada titik-titik transisi pasien.

Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling

lengkap dan akurat dari seluuh medikasi yang sedang diterima

pasien. Juga disebut sebagai ”home medication list”, sebagai

perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan atau

perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi;

dan komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang

berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)

Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus di desain

sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD

yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui

penyambungan spuit dan selang yang salah, serta memberikan

medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya

adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi serta

75
pemberian makan (misalnya selang yang benar), dan bilamana

menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan

sambungan dan selang yang benar).

8) Gunakan alat injeksi sekali pakai.

Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah penyebaran

dari HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang

(reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah perlunya

melarang pakai ulang, jarum di fasilitas pelayanan kesehatan;

pelatihan periodik para petugas dilembaga-lembaga layanan

kesehatan khusunya tentang prinsip-prinsip pengrendalian

infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai

penularan infeksi melalui darah; dan praktik jarum sekali pakai

yang aman.

9) Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk

mencegah infeksi nosokomial.

Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di

seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di RS.

Kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang

primer untuk menghindari masalah ini. Rekomendasinya adalah

mendorong implementasi penggunaan cairan, alkohol base hand

rubs, yang tersedia pada titik-titik pelayanan pasien, tersedianya

sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik

kebersihan tangan yang benar, petunjuk mengingatkan

76
penggunaan tangan bersih di tempat kerja, dan pengukuran

kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan

atau observasi dan teknik-teknik yang lain.

b. Kajian Data

Tabel 2.19
Hasil Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Patient Safety
29 – 31 Desember 2014
Pelaksanaan (n=9)
No Komponen yang di nilai
K
S (2) T (0)
(1)

77
1. Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip
(Norum)
a. Perawat melaksanakan prosedur konfirmasi peresepan obat 9 0 0
secara tertulis/verbal
b. Perawat mengeja kembali nama obat yang diresepkan secara 9 0 0
verbal
c. Adanya pemisah tempat dan pelabelan tempat obat yang rupa 4 5 0
dan ucapannya mirip
d. Perawat memberikan obat sesuai dengan prinsip 7 benar:
- benar obat 9 0 0
- benar dosis
- benar waktu
- benar tempat
- benar orang
- pelaksana
- pendokumentasian
2. Pastikan identifikasi pasien
a. Perawat menuliskan identitas pasien dengan lengkap dan jelas 9 0 0
dalam setiap pendokumentasian asuhan keperawatan
b. Perawat menuliskan No. CM setiap pasien dengan lengkap dan 9 0 0
jelas 9 0 0
c. Semua dokumen mengenai pasien diisi dengan lengkap dan 9 0 0
jelas 9 0 0
d. Status pasien terpisah antara satu pasien dengan pasien yang 9 0 0
lain
e. Pasang gelang pasien sesuai identitas
f. Tulis papan nama pasien dengan jelas dan tepat
3 Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan pasien
a. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta 9 0 0
waktu pelaksanaan
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan yang 9 0 0
belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift 9 0 0
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang 9 0 0
telah dilakukan selama shift
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shif 8 0 1
4 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar sebelum
tindakan operasi (misalnya pengendalian jaringan), tempat/sisi tubuh
diberi tanda
a. Ada dokumentasi tindakan di status pasien 9 0 0
b. Memastikan data pada catatan perawatan sebelum melakukan 9 0 0
tindakan
5 Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrate)
a. Ada dokumentasi mengenai pemberian cairan 9 0 0
b. Perawat mengecek program terapi sebelum memberikan terapi 9 0 0
cairan pada pasien

c. Perawat memprogram pemberian cairan elektrolit pekat sesuai 9 0 0


aturan pemberian
d. Perawat memonitor reaksi pemberian cairan 9 0 0
e. Perawat mengatur tetesan infus atau hasil perhitungan sesuai 9 0 0
dengan order.
f. Perawat menuliskan catatan pemberian infus secara terperinci 9 0 0
(tanggal, jam dan macam cairan)

78
6 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
a. Ada dokumentasi/list tentang obat-obatan yang sudah diberikan 9 0 0
dan waktu pemberiannya
b. Ada dokumentasi serah terima pasien 9 0 0
c. Perawat mengisi catatan perkembangan tentang keadaan pasien 9 0 0
saat ini dengan jelas dan akurat untuk operan
7 Hindari salah kateter salah sambung selang (tube)
a. Perawat mengecek order adanya pemberian tindakan misalnya 9 0 0
pemasangan kateter/ NGT
b. Memperhatikan urutan selang dan sambungan selang sebelum 9 0 0
melakukan penyambungan
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
a. Satu spuit digunakan sekali pakai untuk satu obat 0 0 9
b. Perawat memastikan bahwa spuit dibuang di tempat sampah 9 0 0
tajam 9 0 0
c. Perawat membuang spuit dalam keadaan tertutup
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial
a. Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 8 0 1
b. Perawat mencuci tangan menggunakan antiseptik 9 0 0
c. Perawat mencuci tangan dengan teknik yang benar 9 0 0
d. Ada pedoman mengenai cuci tangan yang benar 5 5 0
Jumlah 294 10 11
Nilai = jumlah nilai x 100% 93,33%
Nilai total
c. Analisa Data

Dari evaluasi yang dilakukan selama 3 hari dapat diketahui

pelaksanan patient safety di Ruang Hamka secara garis besar sudah

baik dengan hasil : 93,33%. Tetapi masih ada yang perlu

diperhatikan ada sekitar 6,67% yang belum baik yaitu saat injeksi

masih ada perawat yang tidak mengeja kembali nama obat yang di

advicekan, pada pendokumentasian askep ada yang tidak lengkap,

masih ada perawat yang tidak mencuci tangan sebelum melakukan

tindakan kepada pasien, masih ada perawat yang mencuci tangan

tidak sesuai dengan 6 langkah benar mencuci tangan dan yang perlu

diperhatikan adalah saat injeksi spuid tidak digunakan untuk sekali

pakai, namun hal ini didasarkan pada 2 alasan yaitu untuk efisiensi

pasien Jamkesmas dan sudah menjadi Protap Rumah Sakit alat

79
disposibel digunakan dalam waktu 1 x 24 jam untuk injeksi IV per

selang.

4. Pengelolaaan Sampah

a. Kajian Teori

Penanganan limbah medis padat

1) Pengertian

Penanganan limbah medis padat mulai pemisahan dan

pewadahan sampai pengadaan ke TPS Incinerator. Limbah

medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah

infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,

limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah

kontainer bertekenana, dan limbah dengan kandungan logam

berat yang tinggi.

2) Tujuan

Untuk menjamin limbah medis padat tidak tercecer sehingga

tidak menimbulkan kontaminasi dan Infeksi Nosokomial di

lingkungan RS.

3) Kebijakan

a) Kepmenkes No : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

80
b) Perawat di ruangan harus memasukkan semua limbah

medis padat yaitu : jarum suntik bekas, ampul, botol obat,

plastik infus, perban, dan lain-lain ke dalam kantong plastik

kuning atau tempat peruntukan yang disediakan.

c) Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan mengambil

limbah medis padat setiap jam 10.00-11.00 WIB kemudian

melakukan proses Desinfeksi dan memusnahkan di

incenerator.

4) Prosedur

a) Perawat di ruangan harus memasukkan limbah medis padat

kedalam Container yang dilapisi plastik kuning sesuai

peruntukkannya :

(1) BD Hub cutter : Tempat jarum suntik ( Needles )

(2) Container limbah medis benda tajam dilapisi

plastik kuning : Syringe, ampul, jarum tranfusi, obyek

glass, pisau, jarum infus.

(3) Container limbah medis benda non tajam dilapisi

plastik kuning : jaringan tubuh, darah, perban, plester,

selang infuse, masker, kassa, kantong tranfusi, urine

bag, handscoon, kateter, pembalut/pampers, abocat.

(4) Container botol infus : botol infus dan botol kaca, fial

obat.

81
b) Kantong plastik setelah terisi 2/3 bagian limbah medis

padat, diikat dan diberi label asal ruangan oleh petugas

ruangan.

c) Petugas instalasi sanitasi mengambil dan mengangkut

limbah medis padat dari ruangan penghasil limbah medis

padat ke TPS incenerator setiap jam 10.00-11.00 WIB

d) Limbah medis padat yang sudah terkumpul di TPS dibakar

dan dimusnahkan oleh petugas instalasi sanitasi

e) Sisa pembakaran dimasukkan kekarung/sak untuk dibuang

ke TPA oleh Dinas Kebersihan Pemda Klaten (KSO

dengan DKP)

f) Container limbah medis padat di rungan pengahsil limbah

medis padat dibersihkan, dicuci oleh petugas Cleaning

Service.

g) Proses penanganan limbah Botol Infus, Botol Kaca dan Fial

Obat, dilakukan dengan bahan Desinfektan oleh Instalasi

Sanitasi.

b. Kajian Data

82
Tabel 2.20
Hasil Evaluasi Pembuangan Sampah Infeksius
Dan Non Infeksius Di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu

Jumlah sample (n= 9)


No Aspek yang dinilai Pre intervensi
Ya Tidak
1 Perawat membuang sampah dengan 7 2
benar pada tempat yang infeksius.
2 Perawat membuang sampah dengan 8 1
benar pada tempat yang non
infeksius infeksius.
3 Perawat membuang sampah dengan 9 0
benar pada tempat sampah khusus
jarum.
4 Perawat membuang sampah dengan 9 0
benar pada tempat sampah khusus
ampul, spuit dan flakon.
Jumlah 33 3
Prosentase 91,67% 8,33%

c. Analisa Data

Tujuan pengelolaan sampah yaitu untuk menjamin limbah

medis padat tidak tercecer sehingga tidak menimbulkan kontaminasi

dan infeksi nosokomial di lingkungan RS.

Hasil observasi di Ruang Hamka pada tanggal 09 - 10

Desember 2014 didapatkan pelaksanaan pengelolaan sampah dengan

skore 91,67% dengan kriteria baik. Hal ini dibuktikan bahwa

perawat sudah optimal pemisahan dalam pembuangan sampah

infeksius dan non infeksius (tidak membuang limbah medis benda

tajam di tempat limbah medis benda tajam dan untuk pembuangan

jarum tidak di pisahkan dengan spuitnya melainkan dijadikan satu

dengan ampul, flakon dan spuit). Hal ini karena sudah menjadi

Protab Rumah sakit jika pembuangan benda tajam (spuit, flakon,

83
mes dan ampul dijadikan satu pada tempat yang disediakan karena

akan dimasukkan dalam incenerator )

5. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

a. Kajian Teori

Pelayanan keperawatan yang holistik menuntut mutu

pelayanan yang dapat memberikan kepuasan terhadap pasien dan

keluarga, oleh karena itu perawat perlu meningkatkan keterampilan

dan mutu pelayanan, termasuk salah satunya adalah meningkatkan

pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan perawat, pasien maupun

keluraga. Komunikasi terapaeutik adalah komunikasi yang

direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan

untuk kesembuhan pasien serta merupakan titik tolak saling

memberikan pengertian antar perawat dengan pasien

(Nurjannah,2000). Tujuan dari komunikasi terapeutik ini adalah

membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban

perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk

mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang

diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil

tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya,

mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Sehingga diharapkan dapat mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan

84
yang dilakukan dan tujuan pelayanan keperawatan dapat dicapai

secara optimal.

Empat Fase Dari Proses Hubungan Terapeutik :

a) Fase Pre Interaksi

(1) Mengumpulkan data tentang klien

(2) Menyiapkan alat

(3) Mencuci tangan

b) Fase Introductory / Orentasi

(1) Memberikan salam dan tersenyum pada klien

(2) Melakukan validasi

(3) Memperkenalkan nama perawat

(4) Menayakan nam panggilan kesukaan klien

(5) Menjelaskan tanggung jawab perawat & klien

(6) Menjelaskan peran perawat & klien

(7) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan

(8) Menjelaskan tujuan

(9) Menjelaskan waktu

(10) Menjelaskan Kerahasiaan

c) Fase Kerja

(1) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya

(2) Menanyakan keluhan utama

(3) Memulai kegiatan dengan cara yang baik

(4) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana Mencuci tangan

85
d) Fase Terminasi

(1) Menyimpulkan hasil wawancara :evaluasi proses dan hasil

(2) Memberikan reinforcemen positif

(3) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)

(4) Mengahiri wawancara dengan cara yang baik

b. Kajian Data

Tabel 2.21
Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal
29 Desember 2014
Jumlah N = 9
No. Langkah-Langkahnya
Ya Tidak
A. Tahap Persiapan (pra interaksi)
1. Mengumpulkan data tentang klien (dari 9 0
RM)
2. Menyiapkan alat yang dibutuhkan 9 0
3. Mencuci tangan, menilai kesiapan diri 6 3
perawat
B. Tahap Pelaksanaan (Orientasi)
1. Memberikan salam, berjabat tangan, dan 9 0
tersenyum pada klien
2. Melakukan validasi 7 2
3. Memperkenalkan nama perawat 6 3
4. Menanyakan nama panggilan kesukaan 7 2
klien
5. Menjelaskan tanggung jawab perawat 8 1
6. Menjelaskan peran perawat dan kllien 7 2
7. Menjelaskan kegiatan yang akan 9 0
dilakukan
8. Menjelaskan tujuan 8 1
9. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan 6 3
untuk kegiatan atau lama kegiatan
10. Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 8 1
C. Tahap Kerja
1. Memberi kesempatan klien untuk bertanya 8 1
2. Menanyakan keluhan utama 9 0
3. Memulai kegiatan dengan cara baik 9 0
4. Melakukan kegiatan sesuai dengan 7 2
rencana
5. Mencuci tangan 6 3

D. Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil kegiatan 8 1

86
2. Memberi reinforcement positif 8 1
3. Membuat kesepakatan dengan klien dan 7 2
keluarga untuk pertemuan atau kegiatan
4. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang 9 0
baik (mengucapkan salam, tersenyum,
memberikan sentuhan, berjabat tangan
Jumlah 171 27
Total % 86,36% 13,64%
c. Analisa Data

Pelaksanaan komunikasi terapeutik dilakukan dengan tujuan

untuk meningkatkan ketrampilan dan mutu pelayanan yang dapat

memberikan kepuasan terhadap pasien dan keluarga.

Pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang Hamka, perawat

melakukan komunikasi terapeutik dengan baik. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan dengan mengambil sampel 9 perawat di

Ruang Hamka didapat skor total 86,36% dengan kriteria baik.

Sedangkan 13,64 % perawat dalam pelaksanaan komunikasi

terapeutik mengalami kekurangan yang meliputi, memberikan salam,

berjabat tangan, dan tersenyum pada klien; menanyakan nama

panggilan kesukaan klien; memperkenalkan nama perawat :

menjelaskan peran perawat dan klien; memulai kegiatan dengan cara

baik serta melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.

Pada saat perawat memperkenalkan nama perawat,

menjelaskan tujuan, memberikan kesempatan klien untuk bertanya,

menyimpulkan hasil kegiatan dan membuat kontrak pertemuan

selanjutnya, selain itu sebagian perawat kurang melakukan

terapeutik senyuman pada paisen. Hal ini dikarenakan banyaknya

87
tindakan di ruangan tersebut dan kondisi perawat yang belum

terbiasa sehingga komunikasi terapeutik hanya pada bagian yang

pokok/ intinya saja.

6. Pelaksanaan cuci tangan yang benar

a. Kajian Teori

1) Pengertian

Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun

secara bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan dengan

kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air (Larsan,

1995).

2) Tujuan mencuci Tangan

Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling

mendasar untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh,

dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:

a) Supaya tangan bersih

b) Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme

c) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh.

3) Langkah-langkah dalam mencuci tangan

88
Langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan yang benar dan

sehat adalah

a) Gulung lengan baju sampai atas pergelangan

tangan ,lepaskan cincin, jam tangan dan perhiasan tangan

lain

b) Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air

mengalir

c) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml, ratakan pada tangan yang

telah dibasahi

d) Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya

lalu masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela jari-jari

tangan kiri

e) Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri

gosokan, tanpa saling melepaskan lalu masukan jari-jari

tangan kanan ke sela-sela tangan kiri. Lakukan pada tangan

yang sama.

f) Lakukan penggosokan kuku-kuku

g) Bersihkan jempol tangan kanan dengan menggegamnya

dengan tangan kiri lalu diputar-putar, lakukan pada tangan

yang satunya.

h) Kadang perlu menggosok garis telapak tangan

i) Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan

89
b. Kajian Data

Tabel 2.22
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Mencuci Tangan dengan benar
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
29 - 31 Desember 2014
Observasi
No Langkah- langkah
Ya Tidak
1 Melepaskan jam tangan, perhiasan, 6 3
gulung, lengan baju sampai kesiku
2 Membasuh lengan setinggi lengan bawah 5 4
dengan air mengalir
3 Letakkan antiseptic/sabun ditelapak 9 0
tangan dan gosok kedua telapak tangan
4 Gosok kedua punggung tangan dan sela- 9 0
sela jari tangan
5 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela 8 1
jari tangan
6 Gosok kedua buku-buku jari tangan 7 2
bergantian
7 Gosok kedua ibu jari bergantian 9 0
8 Gosok kedua ujung jari tangan memutar 6 3
bergantian
9 Gosok kedua pergelangan tangan 5 4
bergantian
10 Membilas tangan, pergelangan tangan di 9 0
bawah air mengalir
11 Keringkan tangan dengan tisu 9 0
12 Dan tangan pun sudah bersih 9 0
Jumlah 91 17
Rata – rata 84,25% 15,75%
Sumber : data primer ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu

Analisa Data

Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar

untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh, dimana

tindakan ini dilakukan dengan tujuan supaya tangan bersih,

90
membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme, serta

menghindari masuknya kuman kedalam tubuh.

Evaluasi cuci tangan dilaksanakan pada tanggal 29-31

Desember 2014 dengan n = 9 perawat ruang Hamka. Nilai

pelaksanaan cuci tangan keperawatan sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan mencapai nilai 84,25%, dengan kriteria baik, namun

masih belum optimal dan belum sesuai dengan 6 langkah benar

mencuci tangan yaitu dalam mencuci tangan masih ada perawat yang

memakai jam tangan dan perhiasan, perawat juga belum membasuh

tangan sampai siku, belum menggosok tangan dan sela-sela jari,

belum menggosok pergelangan tangan serta five momen belum

dilaksankan.

Dengan adanya evaluasi cuci tangan tersebut diharapkan

menambah motivasi meningkatkan pelaksanaan mengenai cuci

tangan baik dan benar agar terhindar dari infeksi nosokomial.

7. Pelaksanaan Discharge Planing

a. Kajian Teori

Fase pelaksanaan discharge planning

1) Pre interaksi

Mengumpulkan data tentang klien

Membuat rencana pertemuan dengan klien

2) Orientasi

91
Memberi salam dan tersenyum kepada klien

Memperkenalkan nama diri

Menanyakan nama panggilan kesukaan klien

Menanyakan perasaan klien

Menjelaskan kerahasiaan

Menjelaskan tugas perawat

Mejelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan

Menjelaskan tujuan kegiatan

Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi

Menjelaskan peran perawat

3) Kerja

Menanyakan keluhan utama klien

Memberi kesempatan bertanya

Melakukan orientasi

Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi

4) Materi

Menjelaskan informasi mengenai penyakit

Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit

Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala penyakit

Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah

Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat

Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan

infeksi

92
Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan

Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan

program diet

Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat

Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara

control, persiapan control

5) Terminasi

Menyimpulkan hasil kegiatan

Memberikan pujian positif

Merencanakan tindak lanjut kepada klien

Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum

Melakukan kontrak selanjutnya.

b. Kajian Data

Tabel 2.23
Evaluasi Pelaksanaan Discharge Planing Perencanaan Pulang
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal 29 -
31 Desember 2014
N=6
Pelaksanaan
No. Kegiatan Observasi
Ya Tidak
A. Tahap pre interaksi
1. Mengumpulkan data tentang klien 5 1
2. Membuat rencana pertemuan 6 0
dengan klien
B Orientasi
3 Memberi salam dan tersenyum 6 0
kepada klien
4. Memperkenalkan nama diri 6 0
5 Menanyakan nama panggilan 4 2
kesukaan klien
6. Menanyakan perasaan klien 6 0
7. Menjelaskan peran perawat 4 2
8. Menjelaskan tugas perawat 4 2
9. Menjelaskan kegiatan yang akan 4 2

93
dilakukan
10. Menjelaskan tujuan kegiatan 6 0
11. Menjelaskan waktu yang 6 0
dibutuhkan untuk penyuluhan
12. Menjelaskan kerahasiaan 6 0
C. Tahap kerja
13. Menanyakan keluhan utama klien 6 0
14. Memberikan kesempatan bertanya 4 2
15. Memulai dengan ajakan untuk 3 3
berkonsentrasi
16. Melakukan orientasi 6 0
D. Tahap materi
17. Menjelaskan informasi mengenai 6 0
penyakit
18. Menjelaskan informasi mengenai 4 2
penyebab penyakit
19. Menjelaskan informasi mengenai 6 0
tanda dan gejala penyakit
20. Menjelaskan informasi mengenai 6 0
cara perawatan di rumah
21 Menjelaskan informasi mengenai 6 0
cara pemberian obat
22 Menjelaskan informasi mengenai 6 0
cara pencegahan penyakit dan
infeksi
23 Menjelaskan informasi mengenai 5 1
program pengobatan lanjutan
24 Menjelaskan informasi mengenai 4 2
nutrisi yang sesuai dengan program
diet
25 Menjelaskan informasi mengenai 4 2
aktivitas dan istirahat
26 Menjelaskan informasi mengenai 6 0
control waktu, tempat, cara control,
persiapan control
E. Fase Terminasi
27 Menyimpulkan hasil kegiatan 4 2
28 Member pujian positif 6 0
29 Merencanakan tindak lanjut kepada 4 2
pasien
30 Melakukan kontrak selanjutnya 1 5
31 Mengakhiri pertemuan dengan cara 6 0
yang baik dan tersenyum
Jumlah 156 30
Persentase 83,8% 16,2%
Sumber: Observasi bulan Desember 2014

Analisa Data

Pelaksanaan Discharge Planning pasien pulang di Ruang

Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu dilaksanakan dalam

94
kategori cukup yaitu sebesar 83,8%. Bisa dikategorikan baik

karena perawat yang melaksanakan discharge planning tetapi

masih belum optimal. Dimana hal tersebut akan lebih optimal jika

saat pasien datang sampai akan pulang pasien dibekali materi yang

berkaitan dengan masalah kesehatan pasien yang bisa

direalisasikan dengan pemberian penjelasan tentang masalah

kesehatannya (penyebab penyakit, tanda dan gejala, cara perawatan

serta diit yang tepat). Namun di ruang Hamka perawat selalu

memberikan penjelasan mengenai hal yang penting saat pasien

pulang secara jelas dan dituliskan di kartu obat.

8. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru

a. Kajian Teori

Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dan

klien / keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan

klien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan. Kontrak

ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan

klien / keluarga dapat terbina (Trust).

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1) Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam

pertama) dan kondisi klien sudah tenang.

2) Orientasi dilakukan oleh PP. Bila PP tidak ada, PA dapat

memberikan orientasi untuk klien dan keluarga, selanjutnya

95
orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP sesegera

mungkin.Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab

terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan

3) Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga

yang dilakukan dikamar klien dengan menggunakan format

orientasi.Selanjutnya klien diinformasikan untuk membaca

lebigh lengkap format orientasi yang ditempelkan dikamar klien

4) Setelah orientasi , berikan daftar nama tim atau badge kepada

klien dan keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut

pada laci klien

5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP

atau yang mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang

sudah diberikan, sekaligus menginformasi kan perkembangan

kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasi kebutuhan

klien.

6) Pada saat penggantian dinas (dikamar klien), ingatkan klien

nama perawat yang bertugas saat itu,bila perlu anjurkan klien

atau keluarga melihat pada daftar nama tim.

96
b. Kajian Data

Tabel 2.24
Evaluasi Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 29 - 31
Desember 2014
n: 9
Observasi
No. Variable yang diteliti
Ya Tidak
A. Pra Interaksi
1 Mengumpulkan data tentang pasien 9 0
2 Membuat rencana pertemuan dengan pasien 4 5
B. Orientasi
1 Memberi salam dan tersenyum kepada pasien 9 0
2 Memperkenalkan diri 9 0
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 5 4
4 Menanyakan perasaan pasien 8 1
5 Menjelaskan peran perawat 9 0
6 Menjelaskan tugas perawat 9 0
7 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang dilakukan 6 3
8 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan 6 3
orientasi
9 Menjelaskan kerahasiaan 9 0
10 Menjaga kerahasiaan 9 0
C. Kerja
1 Menanyakan keluhan pasien 9 0
2 Memberikan kesempatan untuk bertanya 8 1
3 Memulai dengan berkonsentrasi 9 0
4 Melakukan orientasi 5 4
D. Materi
1 Mengorientasikan tentang fasilitas yang ada di 7 2
ruangan
2 Mengorientasikan tentang cara penggunaan fasilitas 5 4
3 Mengorientasikan tata tertib penggunaan fasilitas 6 3
ruang tunggu
4 Mengorientasikan tempat-tempat penting, kamar 6 3
mandi, ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang
perawat, mushola dll
E. Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan 4 5
2 Memberikan pujian positif 5 4
3 Merencanakan tindak lanjut pada pasien 9 0
4 Melakukan kontrak selanjutnya 8 1
5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan 9 0
tersenyum
Jumlah 182 43
Rata-rata 80,8% 19,2%

97
c. Analisa dan Pembahasan

Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dan

klien/ keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan

klien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan diruang Hamka RSU

PKU Muhammadiyah Delanggu didapatkan hasil 80,8% yang dapat

dikategorikan baik. Karena dalam orientasi pasien baru masih ada

point yang belum dilaksanakan, dalam pelaksanaan orientasi pasien

baru perawat banyak melakukan pada point interaksi dan tahap kerja,

pada fase penyampaian materi perawat sering tidak

mengorientasikan tempat-tempat penting seperti kamar mandi,

mushola serta cara penggunaan fasilitas ruangan. Dengan adanya

evaluasi orientasi pasien baru tersebut diharapkan menambah

motivasi meningkatkan pelaksanaan orientasi baik ruangan maupun

perawat jaga yang ada di ruangan Hamka.

9. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan

Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan

dengan melalui orang lain (Adikoesoema, 1994). Standar manajemen

pelayanan keperawatan dan kebidanan adalah proses pengelolaan

pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi manajemen yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga, pengarahan, evaluasi,

98
dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan

pelayanan keperawatan (Depkes, 2001).

Keinginan Perencanaan

Pengorganisasian

Pengarahan
Tujuan

Pengkoordinasian

Informasi Pengawasan
Skema mekanisme kerja fungsi-fungsi manajemen

Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan

profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat

fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan

pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling

berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan

antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan

keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada

pasien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat

perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa

depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global

bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan

secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi

(Nursalam, 2002).

99
Proses manajemen keperawatan terdiri dari:

Planning atau Perencanaan

a. Kajian Teori

Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan

yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan

dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan

dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis

dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam

asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,

mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe

tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur

organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta

menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk

mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.

Kerangka perencanaan terdiri dari :

1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah

mencapai visi

2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi

3) Tujuan, berisi tujuan yang ingin dicapai

4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai

tujuan

5) Prosedur, berisi pelaksanaan pelaksanaan

100
6) Aturan, berisi langkah langkah antisipasi untuk hal-hal yang

menyimpang.

Model perencanaan meliputi :

1) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung

melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan

yang terjadi tidak pasti karena dipengauhi oleh masalah dan

kondisi yang ada

2) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan

dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan atau

perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan

dengan pekembangan masalah.

3) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan

mengetahui rencana ke ciri dari perencanaan ini adalah tujuan

yang akan dicapai jelas, tedapat pembatasan depan pencapaian

target yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Waktu

perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target,

risiko dan ketidakpastian jelas.

4) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan

memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa

lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun

perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai

pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan

101
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan

perencanaan masa lalu dan sekarang.

Perencanaan berdasarkan periode meliputi :

1) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau

bulan)

2) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)

3) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)

Tugas kepala ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah

Delanggu dalam perencanaan meliputi

1) Menyusun rencana kerja kepala unit

2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan

keperawatan di ruang yang bersangkutan

3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi

jumlah maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan

instalasi.

Organizing

a. Kajian Teori

Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur

formal paling sederhana dan tertua. Dalam organisasi dengan ukuran

tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang besar

kemungkinan untuk berkembang melalui proses evolusioner karena

dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dan

102
jumlah pekerjaan ke dalam tugas khusus dan untuk mengatur pekerja

yang terikat dalam tugas yang sama ke dalam kelompok yang jelas

menurut definisi pekerja yang logis.

Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari

kepala ruang adalah (nursalam, 2002).

1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2) Merumuskan tujuan metode penugasan

3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas

4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim

dan ketua tim membawahi 2-3 perawat

5) Mengatur dan mengendalikan logistic unit

6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek

7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada ditempat

kepada ketua tim

8) Member wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi klien

9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya

10) Identifikasi masalah dan cara penanganan

Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur,

proses, nilai nilai profesional) yang memungkinkan perawat

profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk

103
lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan.

MPKP terdiri dari elemen sub sistem antara lain :

1) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)

2) Pendekatan manajemen

3) Metode pemberian asuhan keperawatan

4) Hubungan profesional

5) Sistem kompensasi dan penghargaan

Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa

teori mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gillies (1989)

metode asuhan keperawatan terdiri dari metode kasus, metode

fungsional, metode tim, dan metode primer.

1) Metode kasus (Total Care Method)

Metode ini merupakan metode tertua (Tahun 1880)

dimana seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8

jam perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani

seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh

perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tak ada jaminan

bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari

berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu

pasien satu perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk

perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti di ruang

rawat intensif.

104
Kelebihan dari metode ini adalah :

a) Sederhana dan langsung

b) Garis pertanggung jawaban jelas

c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi

d) Memudahkan perencanaan tugas

Kekurangan dari metode ini adalah :

a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab

b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai

kemampuan dasar yang sama

c) Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang

pengalaman

d) Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non

profesional

2) Metode fungsional

Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.

Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan

dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada

kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,

membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan

manajemen klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian

tugas yang jelas dan pengawasan yang lebih mudah. Semua

prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat

105
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya sedangkan

asuhan keperawatan klien diserahkan kepada perawat yunior.

Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara

fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat

karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien

terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan. Cara

kerja yang diawasi membosankan perawat karena berorientasi

pada tugas dan sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana

rumah sakit kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain

asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada masalah

klien.

Keuntungan dari metode ini adalah :

a) Lebih sedikit membutuhkan perawat

b) Efisien

c) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan

d) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas

e) Tugas cepat selesai

Kerugian dari metode ini adalah :

a) Tidak efektif

b) Fragmentasi pelayanan

c) Membosankan

d) Komunikasi minimal

e) Tidak holistik

106
f) Tidak professional

g) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat

3) Metode tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota

yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab

membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk

semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya.

Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien

sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan

perawatan ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang

lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.

Keuntungan dari metode ini adalah :

a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien

b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara

optimal

c) Komprehensif dan holistik

d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral

Kerugian dari metode ini adalah :

a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik

b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi

c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah

107
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non

profesional.

4) Metode Primer

Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja

terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff keperawatan

yang profesional. Pada metode ini setiap perawat primer

memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari

pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong

praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat

rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ditandai dengan

adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan

perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,

mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan

keperawatan selama pasien dirawat.

Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer

(primary nurse/PP). Setiap PP merawat 4-6 klien dan

bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari klien

masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan

keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP mempunyai

beberapa AN dan perawatan dilanjutkan oleh AN.

108
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini

bersifat kontinyu dan komprehensif dalam melakukan proses

keperawatan kepada klien dan perawat primer mendapatkan

akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan

pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien

merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara

individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan

tercapai pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,

proteksi, informasi dan advokasi.

Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat

dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, mampu

mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang

tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu bekomunikasi

dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Berdasarkan hal tersebut maka uraian tugas dari kepala

ruang, perawat primer, perawat asosiasi berdasarkan pada sistem

pelayanan MPKP adalah sebagai berikut :

a) Tugas PJ Ruang Keperawatan yang mendukung

pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan dengan

Metode Primer Modifikasi (MPM) :

(1) Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan

kemampuan dan beban kerja

109
(2) Membuat jadwal koordinasi dengan PP

(3) Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan

kemampuan dan beban kerja.

(4) Mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam

(5) Melakukan pertemuan pagi (meeting morning) dengan

semua staf ruangan.

(6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PP dan

AN.

(7) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf

keperawatan untuk mencapai kinerja yang optimal

(8) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan

keluarga sesuai dengan kebutuhan klien

(9) Mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab jaga

pada jaga sore, malam, libur

(10) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui

daftar hadir yang ada di ruangan

(11) Berperan serta sebagai konsultan dari PP.

b) Tugas PP yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian

asuhan keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi

(MPM) :

(1) Bertugas pada pagi hari

(2) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang

tugas jaga malam

110
(3) Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi tentang

kondisi Pasien segera setelah selesai operan tugas jaga

setiap pasien

(4) Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal

dan akhir tugas dilakukan setelah selesai operan tugas

jaga malam

(5) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada

dalam grup PKa Shifya pada setiap awal dinas pagi

(6) Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai

kemampuan dan beban kerja

(7) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau

diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada semua

pasien yang menjadi tanggung jawab dan ada bukti di

rekam keperawatan

(8) Memonitor dan membimbing tugas AN

(9) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan

asuhan pasien

(10) Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh AN yang ada di

bawah tanggung jawabnya

(11) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai

tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan

keperawatan dan ada bukti dalam rekam keperawatan

111
(12) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas

dan menerima laporan akhir tugas jaga dari AN untuk

persiapan operan tugas jaga berikutnya

(13) Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN

yang tugas jaga berikutnya

(14) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau

yang akan merawat selama pasien dirawat atau kepada

pasien/keluarga baru

(15) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference

dengan dokter atau tim kesehatan lain setiap seminggu

sekali

(16) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference

dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal

sebulan sekali

(17) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference

sesuai prosedur

(18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas

(19) Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ

ruang tidak ada

(20) Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore, malam,

libur

112
(21) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada

dalam grouKa Shifya dalam rangka orientasi dan

pelaksanaan praktek keperawatan

(22) Menginformasikan peraturan dan tata tertib yang

berlaku pada pasien atau keluarga

(23) Melakukan visite perkembangan pasien serta persiapan

pasien pulang

(24) Menerima konsultasi atau keluhan pasien dan berusaha

mengatasinya

(25) Membuat laporan tugas pada kepala ruang setiap akhir

tugas

Tanggung jawab PP :

(1) Kebenaran data-data klien dalam proses keperawatan.

(2) Kebenaran kajian data keperawatan.

(3) Kebenaran diagnosis.

(4) Kebenaran rencana tindakan keperawatan.

(5) Kebenaran layanan asuhan keperawatan.

(6) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan

keperawatan.

(7) Kebenaran evaluasi.

(8) Kebenaran kesimpulan.

(9) Kebenaran dan ketetapan pendidikan kesehatan pada

pasien.

113
(10) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan

kolaborasi tim

(11) Kebenaran dan kelengkapan isian dokumen asuhan

keperawatan.

(12) Kebenaran bimbingan dan arahan kepada anggota tim

primer keperawatan dan siswa/mahasiswa.

(13) Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen

asuhan keperawatan.

Wewenang PP :

(1) Mengatur dan membimbing PA, siswa/mahasiswa

dalam tim keperawatan yang menjadi tanggung

jawabnya.

(2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan

kebutuhan pasien.

(3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan.

(4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan

penanggung jawab ruang.

(5) Melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan yang

komprehensif dan prima.

(6) Mendelegasikan tugas pada PA

114
Tugas PP yang mendukung pelaksanaan sistem

pemberian asuhan keperawatan dengan Metode

Primer Modifikasi (MPM):

(1) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir

jaga dari dan kepada AN yang ada dalam satu grup

(2) Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang

kondisi pasien segera setelah selesai operan setiap

pasien

(3) Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir

tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima

operan tugas jaga

(4) Mengikuti pre conference yang dilakukan PP

setiap awal tugas

(5) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien

yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di

rekam keperawatan

(6) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti

di rekam keperawatan

(7) Melakukan konsultasi tentang masalah

pasien/keluarga kepada PP

(8) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan

kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya

dan ada bukti di rekam keperawatan

115
(9) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha

untuk mengatasinya

(10) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada

semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya

(11) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada

semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya

(12) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PP

pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi

dan perkembangan semua pasien yang menjadi

tanggung jawabnya kepada PP

(13) Bila tak ada PP wajib mengenalkan AN yang ada

dalam grup yang akan memberikan asuhan

keperawatan pada jaga berikutnya kepada

pasien/keluarga baru

(14) Melaksanakan pendelegasian tugas PP pada sore

malam libur

(15) Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan

lain bila ada masalah pasien pada sore malam libur

(16) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim

kesehatan lain setiap seminggu sekali

(17) Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin

keperawatan di ruangan

(18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN

116
(19) Membantu melakukan bimbingan PKK kepada

peserta didik keperawatan.

Tanggung jawab PA :

(1) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian

diagnosis, rencana tindakan keperawatan.

(2) Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan

meliputi tindakan dan evaluasi keperawatan.

(3) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan.

(4) Kebersihan pasien dan alat-alat keperawatan.

(5) Kebenaran isian rekam keperawatan.

(6) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan

kesehatan kepada pasien/keluarga.

(7) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien

dan efektif.

(8) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan

kolaborasi tim

(9) Kebenaran dan bimbingan dan arahan kepada

anggota tim primer keperawatan dan mahasiswa

Wewenang PA :

(1) Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat.

(2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan tugas.

117
(3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan

perencanaan keperawatan bagi pasien baru pada

saat PP tidak bertugas (S/M/HL).

(4) Melakukan asuhan keperawatan pasien.

(5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ

tugas jaga dan PP.

Tata cara hubungan kemitraan professional antara staf

keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain :

a) PP dan PA melakukan visite bersama dengan

dokter/tim kesehatan lain yang merawat

b) PP melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim

kesehatan lain minimal satu kali seminggu

c) hubungan professional/kemitraan dengan dokter/tim

kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik

d) PP dan PA dapat segera memberikan data pasien yang

akurat dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim

kesehatan lain bila diperlukan

e) PP/PA menggunakan rekam medik sebagai sarana

hubungan profesinal dalam rangka pelaksanaan

program kolaborasi

f) dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam

keperawatan sebagai sarana hubungan professional

dalam rangka program kolaborasi.

118
g) Dokter/tim kesehatan lain mengetahui setiap pasien

siapa PP-nya.

h) PP memfasilitasi pelaksaan konsultasi pasien/keluarga

dengan dokter/tim kesehatan lain.

Tata Cara Hubungan Profesional antara staf

keperawatan dengan pasien :

a) Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang

ada di ruangan setiap awal dinas.

b) PP dan PA mensupervisi seluruh pasien yang menjadi

tanggung jawabnya segera setelah menerima operan

tugas setiap pasien.

c) PP menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang

berlaku kepada setiap pasien atau keluaga baru.

d) PP memperkenalkan perawat dalam satu grup yang

akan merawat selama pasien berada di rumah sakit.

e) PP dan PA melakukan visite atau monitoring pasien

untuk mengetahui perkembangan atau kondisi pasien

f) PP memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau

program tindakan pengobatans sesuai wewenang dan

tanggung jawabnya

g) Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PP dan

PA memberikan penjelasan atas tindakan yang akan

dilakukan kepada pasien dan keluarga

119
h) kesediaan PP dan PA untuk menerima konsultasi atau

keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk

mengatasinya

i) pasien atau keluarga mengetahui siapa PP atau perawat

yang bertangung jawab selama ia dirawat dan ditulis

pada papan nama pasien

j) PP dan PA memberitahu dan mempersiapkan pasien

yang akan pulang.

Tata cara serah terima jaga (operan) :

a) Menyiapkan tempat untuk serah terima tugas jaga

b) Serah terima tugas jaga diikuti KaRu, PP, PA

c) Didahului dengan doa bersama

d) Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan

penerima tanggung jawab dilakukan di depan pintu

dengan suara pelan dan tidak ribut

e) Menyebutkan identitas pasien dengan diagnosis medik,

diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan yang

telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya

f) Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan

keperawatan yang belum dilakukan

g) Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama

shift

120
h) Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah

dilakukan (bila ada)

i) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

j) Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta

waktunya yang dilakukan selama shift

k) Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan

selama shift

l) Menginformasikan kepada pasien atau keluarga nama

perawat shift berikutnya pada akhir tugas

m) Memberi salam kepada pasien, menanyakan keluhan-

keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi).

b. Kajian Data

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang

mendalam mengenai pelaksanaan pelayanan keperawatan di

ruang Hamka kepada kepala ruang didapatkan data sebagai

berikut :

1) Dalam pengorganisasian di ruang Hamka menggunakan metode

fungsional, dimana satu ruangan di pimpin Kepala Ruang dan

dibantu oleh perawat pelaksana.

Model keperawatan fungsional didasarkan pada beberapa alasan

antara lain:

a) Lebih efisien

b) Jumlah tenaga perawat yang sedikit

121
c) Keperawatan primer tidak digunakan karena sebagai

perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan

S1 Keperawatan.

Untuk menunjang pelayanan praktek Profesional

diharapkan untuk diubah ke dalam Model Praktik Pelayanan

Profesional yang disesuaikan dengan kemampuan ruangan.

Tabel 2.25
Evaluasi Tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem Asuhan Keperawatan
Profesional di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal
29 - 31 Desember 2014
Pre Post
No Tugas PJ Ruangan Implementasi Implementasi
Ya Tidak Ya Tidak
1 Membagi staf keperawatan kedalam group MPM V V
sesuai dengan kemampuan dan beban kerja.
2 Membuat jadwal dinas V V
3 Melakukan meeting morning V V
4 Membagi pasien kepada group sesuai kemampuan V V
dan beban kerja
5 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas V V
AN
6 Melakukan supervisi dan memberi motivasi V V
seluruh staff keperawatan untuk mencapai kinerja
yang optimal
7 Melakukan upaya meningkatkan mutu asuhan V V
keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui
angket setiap klien akan pulang
8 Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga V V
S/M/HL
9 Berperan sebagai konsultan V V
Jumlah 6 3 8 1
Presentase 66,7% 33,3 88,8% 11,2%
Sumber: Data Ruang Hamka 2014

Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan kajian data diatas dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Peran Ka. Ruang yaitu mendukung pelaksanaan sistem pemberian

asuhan keperawatan dengan Metode Fungsional. Kepala ruang telah

122
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab dan

wewenangnya sebagai kepala ruang. Berdasarkan Tabel 2.25 Kepala

Ruang telah melaksanakan tugasnya dengan hasil 66,7% dengan

kategori cukup. Karena masih ada 33,3% yang belum dilakukan oleh

Ka. Ruang sehingga perlu di optimalkan.

Post Implementasi

Dari hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan dengan tahapan

sosialisasi, ternyata memberikan dampak dimana tugas kepala ruang

dari sebelum orientasi sebesar 66,66% menjadi 88,88 % terdapat

peningkatan dimana Kepala ruang selalu melakukan meeting

moorning, membagi pasien pada group MPM sesuai kemampuan dan

beban kerja, dan kepala ruang melakuakn pre conference dan post

conference.

Tabel 2.26
Pengkajian dan Evaluasi Tugas Perawat Primer di Ruang Hamka
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal 29-31 Desember 2014
Sebelum
No Tugas Primary Nursing Selalu Kadang Tidak pernah
(2) (1) (0)
1 Apakah PP melakukan
operan jaga malam
bersama dengan PA
2 Apakah PP melakukan
konfirmasi atau supervisi
tentang kondisi pasien
segera setelah operan tugas
jaga setiap pasien
3 Apakah PP mengajak PA
untuk melakukan doa
bersama pada waktu
mengawali dan mengakhiri
tugas
4 Apakah PP melakukan
prekonfren dengan semua
PA yang ada dalam
ruangan setiap awal dinas

123
pagi
5 Apakah PP membagi tugas
atau pasien kepada PA
sesuai kemampuan dan
beban kerja
6 Apakah PP melakukan
pengkajian menetapkan
masalah apa diagnose dan
perencanaan keperawatan
kepada semua pasien yang
menjadi tanggung jawab
dan pendokumentasian
kedalam RM pasien
7 Apakah PP memonitor
tugas PA
8 Apakah PP membantu
tugas PA untuk kelancaran
pelaksanaan asuhan
keperawatan pasien
9 Membantu tugas AN untuk
kelancaran pelaksanaan
askep
10 Apakah PP melakukan
evalusi hasil keperawatan
setiap sesuai tujuan yang
ada dalam perencanaan
asuhan keperawatan dan
ada bukti dalam RM
11 Apakah PP melakukan post
konfrent pada akhir dinas
12 Apakah PP mendampingi
PA dalam operan tugas
jaga
13 Apakah PP
memperkenalkan PA yang
akan merawat selama
pasien dirawat, kepada
pasien atau keluarga baru
14 Apakah PA
menyelenggarakan diskusi
kasus confront dengan
dokter atau tim kesehatan
lain setiap seminggu sekali
15 Apakah PA
menyelenggarakan diskusi
kasus dalam pertemuan
rutin keperawatan
diruangan minimal 1 bulan
sekali
16 Apakah PP menggantikan
kepala ruang, bila kepla
ruang tiak ada
17 Apakah PP menelegasikan
tugas PA pada dinas siang
atau malam atau hari libur

124
18 Apakah PP memberikan
bimbingan praktek
keperawatan kepada
mahasiswa yang ada dalam
gruKa Shifya
19 Apakah PP
menginformasikan
peraturan dan tata tertib
yang berlaku pada pasien
dan keluarga
20 Apakah PP melakukan
supervisi perkembangan
persiapan pulang
21 Apakah PP menerima
konsultasi atau keluhan
pasien dan berusaha
mengatasinya
22 Setiap akhir tahun apakah
PP membuat laporan tugas
kepada kepala ruang
23 Apakah PP bisa sebagai rol
model
Jumlah
Prosentase
Sumber : Data Primer Ruang Hamka 2014

Analisa Data

Dari tabel diatas tidak dilakukan evaluasi terhadap PP karena di Ruang Hamka

belum adanya posisi PP, pelaksanaan pemilihan PP di ruang Hamka masih

menunggu evaluasi dari kepala bidang keperawatan.

125
Tabel 2.27
Pengkajian dan Evaluasi Pelaksanaan Tugas Perawat Associate
di Ruang Hamka Tanggal 29 - 31 Desember 2014
N:9
Pre Implementasi Post Implementasi
Tidak Kadan Tidak
Selalu Kadang Selalu
No Uraian Tugas pernah g pernah
(2) (1) (2)
(0) (1) (0)
1. Apakah PA Melaksanakan 9 0 0 9 0 0
operan tugas setiap awal
dan akhir jaga dari dan
kepada PA yang ada dalam
satu grup
2 Apakah PA Melakukan 4 5 0 6 3 0
konfirmasi atau supervisi
tentang kondisi pasien
segera setelah selesai
operan setiap Pasien
3 Apakah PA Melakukan 9 0 0 9 0 0
do’a bersama setiap awal
dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai
serah terima operan tugas
jaga
4 Apakah PA Mengikuti pre 9 0 0 9 0 0
conference yang dilakukan
PP setiap awal tugas
5 Apakah PA Melaksanakan 9 0 0 9 0 0
asuhan keperawatan
kepada pasien yang
menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
6 Apakah PA Melakukan 6 3 0 7 2 0
monitoring respon pasien
dan ada bukti di rekam
keperawatan
7 Apakah PA Melakukan 9 0 0 9 0 0
konsultasi tentang masalah
pasien/keluarga kepada PP
8 Apakah PA Membimbing 3 6 0 5 4 0
dan melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien
yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
9 Apakah PA Menerima 9 0 0 9 0 0
keluhan pasien/keluarga
dan berusaha untuk
mengatasinya
10 Apakah PA Melengkapi 9 0 0 9 0 0
catatan asuhan
keperawatan pada semua

126
pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
11 Apakah PA Melakukan 9 0 0 9 0 0
evaluasi asuhan
keperawatan pada semua
pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
12 Apakah PA Mengikuti post 9 0 0 9 0 0
conferance yang diadakan
oleh PP pada setiap akhir
tugas dan melaporkan
kondisi dan perkembangan
semua pasien yang
menjadi tanggung
jawabnya kepada PP
13 Apakah PA Melaksanakan 7 2 0 7 2 0
pendelegasian tugas PP
pada sore malam libur
14 Apakah PA Berkoordinasi 9 0 0 9 0 0
dengan PPJR/dokter/tim
kesehatan lain bila ada
masalah pasien pada sore
malam libur
15 Apakah PA Mengikuti 0 0 9 0 0 9
diskusi kasus dengan
dokter/tim kesehatan lain
setiap seminggu sekali
16 Apakah PA Mengikuti 0 0 9 5 4 0
diskusi kasus dalam
pertemuan rutin
keperawatan di ruangan
17 Apakah PA Melaksanakan 3 6 0 5 4 0
tugas lain sesuai uraian
tugas PA
18 Apakah PA Membantu 0 0 9 0 0 9
melakukan bimbingan
PKK kepada peserta didik
keperawatan.
Jumlah 113 22 27 125 19 18
Presentase 69,7% 13,6% 16,7% 77,2% 11,7% 11,1%
Sumber : Data Primer Ruang Hamka

Analisa Data:

Pre Implementasi

Berdasarkan kajian data diatas didapatkan hasil 69,7%, ini

berarti An cukup baik dalam melaksanakan tugasnya namun

kurang optimal dan yang perlu diperhatikan adalah An belum

melakukan konfirmasi kondisi pasien segera setelah operan jaga,

127
belum semua An melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien

dan mendokumentasikannya, belum semua An mengikuti diskusi

dengan dokter, belum semua An mengikuti diskusi kasus dalam

pertemuan rutin.

Post Implementasi

Dari hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan dengan

tahapan sosialisasi, role model ternyata memberikan dampak

dimana tugas PA dari sebelum orientasi sebesar 69,7% menjadi

77,2 % terdapat peningkatan pada poin, dimana PA melakukan

konfirmasi tentang kondisi pasien yang menjadi tanggung

jawabnya, PA memberikan pendidikan kesehatan pada pasien, PA

mengikiti kegiatan pre dan post conference serta meeting

moorning. PA melakukan operan jaga dengan berkeliling ke pasien

serta mengklarifikasi kondisi pasien.

128
Tabel 2.28
Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan dengan
Pasien/Keluarga di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 29 -
31 Desember 2014
N: 3
Pre Implementasi Post Implementasi
Tidak Tidak
No Variabel yang Selalu Kadang Selalu Kadang
Pernah Pernah
dinilai
(2) (1) (2) (1)
(0) (0)
1 Apakah Kepala 2 1 0 3 0 0
Ruang melakukan
supervisi seluruh
pasien yang ada di
ruangan setiap awal
tugas
2 Apakah PP dan PA 2 1 0 3 0 0
mensupervisi
seluruh pasien yang
menjadi tanggung
jawabnya segera
setelah menerima
operan tugas setiap
pasien.
3 Apakah PP 2 1 0 2 1 0
menginformasikan
peraturan dan tata
tertib RS yang
berlaku kepada
setiap pasien atau
keluarga baru`
4 Apakah PP 3 0 0 3 0 0
memperkenalkan
perawat dalam satu
grup yang akan
merawat selama
pasien dirawat di
RS
5 Apakah PP atau PA 2 1 0 3 0 0
melakukan visit
atau monitoring
pasien untuk
mengetahui
perkembangan atau
kondisi Pasien
6 Apakah PP 2 1 0 3 0 0
memberikan
penjelasan setiap
rencana tindakan
atau program
pengobatan sesuai
wewenang dan

129
tanggung jawabnya.
7 Apakah Setiap akan 3 0 0 3 0 0
melakukan tindakan
keperawatan PP
atau PA
memberikan
penjelasan atas
tindakan yang akan
dilakukan kepada
pasien atau keluarga
8 Apakah Kesediaan 3 0 0 3 0 0
PP atau PA untuk
menerima
konsultasi/keluhan
pasien/keluarga dan
berupaya
mengatasinya.
9 Apakah Pasien atau 1 2 0 2 1 0
keluarga
mengetahui siapa
PP atau perawat
yang bertanggung
jawab selama ia
dirawat dan ditulis
pada papan nama
pasien.
10 Apakah PP atau PA 3 0 0 3 0 0
memberitahukan
dan mempersiapkan
pasien yang akan
pulang.
Jumlah 23 7 0 28 2 0
Presentase 76,7% 23,3% 0% 93,3% 6,7% 0%
Sumber Data Primer Ruang Hamka 2014

Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan kajian data di atas didapatkan hasil 76,67% dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan hubungan profesional antar staf dengan

pasien dan keluarga dikategorikan cukup, hanya perlu ditingkatkan yaitu

perawat jarang memperkenalkan nama kepada pasien dan keluarga pasien

pada saat sift.

130
Post Implementasi

Dari hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan dengan tahapan CNE

MPKP, sosialisasi, role model ternyata memberikan dampak dimana

hubungan antar staf keperawatan dengan pasien/ keluarga dari sebelum

implementasi sebesar 76,7% menjadi 93,3 % terdapat peningkatan pada

poin, dimana staf ruang Hamka selalu memperkenalkan nama perawat

yang bertugas, perawat melakukan orientasi pasien baru dengan

menjelaskan peraturan RS, tempat-tempat penting maupun dokter yang

merawat dengan ini diharapkan hubungan antar staf di ruang Hamka lebih

ditingktakan.

Tabel 2.29
Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu tanggal 29 – 31
Desember 2014
N:9
Pre Implementasi Post Implementasi
No. Variabel yang dinilai Tidak Tidak
Selalu Kadang Selalu Kadang
Pernah Pernah
(2) (1) (2) (1)
(0) (0)
1 Penanggung Jawab Pelayanan 0 0 9 0 0 9
mengadakan pertemuan rutin
Karu minimal 1x/minggu
2 Kepala ruang mengadakan 9 0 0 9 0 0
pertemuan rutin dengan seluruh
staf kep minimal sebulan sekali
3 Kepala ruang mengadakan 0 0 9 0 0 9
pertemuan rutin dengan PP
minimal 1x/minggu
4 PP mengadakan pre dan post 4 5 0 9 0 0
conference pada setiap awal dan
akhir jaga pagi
5 PP menerima serah terima dari 6 3 0 9 0 0
PA yang tugas jaga sebelumnya
6 PP mendampingi serah terima 6 3 0 9 0 0
tugas jaga antara PA pada tugas
jaga berikutnya.
7 PA melaksanakan serah terima 9 0 0 9 0 0

131
tugas jaga dari jaga sebelum dan
kepada tugas jaga berikutnya.
8 PP melakukan dokumentasi 9 0 0 9 0 0
askep terutama dalam
pengkajian, menetapkan
diagnosa dan penyusunan
rencana keperawatan.
9 PA melakukan dokumentasi 9 0 0 9 0 0
askep terutama dalam hal
pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.
10 PP membuat laporan tugas pada 9 0 0 9 0 0
Kepala Ruang setiap akhir tugas
terutama keadaan umum pasien
dan permasalahan yang ada.
11 PP melakukan 9 0 0 9 0 0
motivasi/bimbingan/reinforcem
ent dengan PA setiap hari
12 PA menggantikan tugas PP bila 9 0 0 9 0 0
PP tidak ada
13 Apakah PA menggantikan tugas 9 0 0 9 0 0
kepala ruang atau Penanggung
jawab ruang pada tugas
siang,malam atau hari libur.
Jumlah 99 11 18 99 0 18
Presentase 75,2% 9,4% 15,4% 84,6% 0% 15,4%
Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan kajian data di atas mengenai hubungan Profesioanl

antar staf keperawatan didapatkan hasil sebesar 75,2%. Ini dikategorikan

baik. Akan tetapi hal ini kurang optimal disebabkan karena tidak melakukan

rutinitas seperti : Penanggung jawab pelayanan mengadakan pertemuan

rutin Karu minimal 1x/minggu, kepala ruang mengadakan pertemuan rutin

dengan PP minimal 1x/minggu.

Post Implementasi

Dari hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan dengan tahapan CNE

MPKP, sosialisasi, role model ternyata memberikan dampak dimana

132
hubungan antar staf di ruangan dari sebelum implementasi sebesar 75,2%

menjadi 84,6 % terdapat peningkatan pada poin, dimana staf ruang Hamka

selalu melakukan pre dan post conference, adanya pembagian pasien yang

memungkinkan perwat lebih bertanggung jawab atas pasiennya dan

melaporkan kepada PJ Shift. dengan ini diharapkan hubungan antar staf di

ruang Hamka lebih ditingkatkan.

Tabel 2.30
Evaluasi Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan
dengan Dokter/Tim Kesehatan di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu tanggal 29-31 Desember 2014
N:9
Observasi
No Variabel yang dinilai
Tidak
Selalu Kadang
Pernah
1 Apakah PP atau PA melakukan visite bersama dengan 9 0 0
dokter/tim kesehatan lain yang merawat
2 Apakah PP melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim 9 0 0
kesehatan minimal 1x/minggu.
3 Apakah Hubungan profesional/kemitraan dengan 9 0 0
dokter/tim kesehatan lain tercermin dalam dokumen
rekam medik.
4 Apakah PP atau PA dapat segera memberikan data 9 0 0
pasien yang akurat dengan cepat dan tepat kepada
dokter/tim kesehatan lain bila dibutuhkan.
5 Apakah PP /PA menggunakan rekam medik sebagai 9 0 0
sarana hubungan professional dalam rangka pelaksanaan
program kolaborasi.
6 Apakah Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam 9 0 0
keperawatan sebagai sarana hubungan professional
dalam rangka program kolaborasi.
7 Apakah Dokter/Tim kesehatan yang lain mengetahui 5 4 0
setiap pasien siapa PP nya.
8 Apakah PP memfasilitasi pelaksanaan konsultasi 9 0 0
pasien/keluarga dengan dokter/tim kesehatan lain.

Jumlah 68 4 0
Presentase 94,4% 5,6% 0%

Analisa Data

133
Berdasarkan kajian data diatas didapatkan hasil tentang Hubungan
profesional antara staf keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain
sebesar 94,4% dan dikategorikan baik.
Tabel 2.31
Evaluasi Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan
dengan Peserta Didik di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Tanggal 29-31 Desember 2014
N:3

Observasi
No Variabel yang Dinilai
Tidak
Selalu Kadang
Pernah
1 Kepala Ruang menerima dan mengarahkan peserta didik 3 0 0
2 Pembimbing klinik mengorientasikan peserta didik 3 0 0
3 Pembimbing klinik membagi pasien kelolaan peserta didik 3 0 0
4 Pembimbing klinik mengikutkan peserta didik dalam kegiatan pelayanan 3 0 0
keperawatan
5 Pembimbing klinik/perawat memfasilitasi kelengkapan dan bahan yang akan 3 0 0
digunakan peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan
6 Peserta didik mengkomunikasikan kepada pembimbing klinik sesuai 3 0 0
kompetensi yang akan dicapai
7 Pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan metode pre-post 0 3 0
conferance
8 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan metode ronde 3 0 0
keperawatan
9 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan metode bed side 3 0 0
teaching
10 Pembimbing klinik memantau pelaksanaan praktek klinik peserta didik 3 0 0
11 Pembimbing klinik mengecek dokumentasi rekam medik pasien yang 3 0 0
menjadi kelolaan peserta didik
12 Pembimbing klinik mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam 3 0 0
rangka pencapaian target kompetensi yang diharapkan
13 Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan 3 0 0
peserta didik
14 Pembimbing klinik/perawat memantau kedisiplinan peserta didik 3 0 0
15 Pembimbing klinik mengesahkan pencapaian kompetensi 3 0 0
Jumlah 42 3 0
Presentase 93,3 6,7% 0%
%
Analisa Data

134
Berdasarkan kajian data dia atasa mengenai Hubungan profesional antar

staf dengan peserta didik berdasarkan tabel 2.31 sebesar 93,3%. Ini dikategorikan

baik. Namun ada beberapa hal yang kurang optimal seperti ruang Hamka kadang-

kadang pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan metode pre-post

conferance.

Tabel 2.32
Evaluasi Pelaksanaan Tugas Jaga (Operan) Di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Tanggal 29 - 31 Desember 2014
Observasi
Pre Post
No Variabel yang dinilai Implementasi Implementasi
(n=5) (n=5)
Ya Tidak Ya Tidak
1 Serah terima didahului dengan 5 0 5 0
doa bersama
2 Komunikasi antar pemberi
tanggung jawab dan penerima
tanggung jawab dilakukan di 5 0 5 0
depan pintu dengan suara
perlahan/ tidak rebut
3 Menyebutkan identitas pasien, dx
medis, dx dan tindakan
2 3 3 2
keperawatan yang telah dilakukan
beserta waktu pelaksanaannya
4 Menginformasikan jenis dan
waktu rencana tindakan
5 0 5 0
keperawatan yang belum
dilakukan
5 Menyebutkan perkembangan
5 0 5 0
pasien yang ada selama shift
6 Menginformasikan pendidikan 5 0 5 0
kesehatan yang telah dilakukan
(bila ada)
7 Mengevaluasi hasil tindakan
5 0 5 0
keperawatan
8 Menyebutkan terapi dan tindakan
medis beserta waktunya yang 5 0 5 0
dilakukan selama shift
9 Menyebutkan tindakan medis
yang belum dilakukan selama 5 0 5 0
shift
10 Menginformasikan kepada
pasien/ keluarga nama perawat 3 2 5 0
shift berikutnya pada akhir tugas
11 Memberi salam kepada pasien, 3 2 5 0

135
keluarga serta mengobservasi dan
menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan- keluhan
pasien (dalam rangka klarifikasi)
Jumlah 48 7 53 2
Total (%) 87,3% 12,7% 96,4% 3,6%
Sumber : hasil observasi tanggal 29-31 Desember 2014

Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan Kajian data diatas mengenai pelaksanaan operan tugas

jaga sebesar 87,3% dikategorikan baik. Pelaksanaan operan jaga diruang

Hamka sudah berjalan baik, namun 12,7% belum terlaksana dengan

optimal dikarenakan perawat tidak Menyebutkan identitas pasien, dx

medis, dx dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu

pelaksanaannya.

Post Implementasi

Dari hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan dengan tahapan

sosialisasi dan role model terhadap pelaksanaan operan jaga yang telah

dilaksanakan pada tanggal 18-26 Desember 2014 dari 11 item yang dinilai

didapatkan hasil dari sebelum implementasi sebesar 87,3 % katagori baik

menjadi 96,4 % katagori baik, terdapat peningkatan dimana pelaksanaan

operan jaga dilaksanakan dengan berkeliling ke pasien dan melakukan

klarifikasi mengenai keluhan pasien, perawat memeperkenalkan nama

perawat yang akan bertugas selama shift. Dengan ini diharapkan

136
pelaksanaan operan jaga dapat dipertahankan sampai dengan dilaksanakan

MPKP di Ruang Hamka.

Tabel 2.33
Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Kepala Ruang
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 29 -31 Desember 2014
Pre Post
Implementasi Implementasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
N N N N
1. Ka. Ru menyiapkan tempat untuk V V
melakukan meeting morning
2. Ka. Ru memberikan arahan kepada staff V V
dengan materi yang telah disiapkan
sebelumnya
3. Ka. Ru melakukan klarifikasi apa yang V V
telah disampaikan kepada staff
4. Memberikan kesempatan staff untuk V V
mengungkapkan permasalahn yang
muncul di ruangan
5. Bersama-sama staff mendiskusikan V V
pemecahan masalah yang dapat ditempuh
6. Ka. Ru memberi motivasi dan V V
reinforcement kepada staff
Jumlah 0 6 6 0
Total (%) 0% 100% 100% 0%

Sumber : hasil observasi tanggal 29-31 Desember 2014

Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan Data diatas mengenai pelaksanaan Meeting

morning, didapatkan hasil sebesar 0 % dikategorikan tidak baik, ini

karena di ruang Hamka belum dilaksanakan meeting moorning.

Post Implementasi

Dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Meeting Moorning

yang telah dilaksanakan pada tanggal 29-31 Desember 2014 dari 6

item yang dinilai didapatkan hasil dari sebelum implementasi

137
sebesar 0 % menjadi 100 % terdapat peningkatan yang sangat

drastis dimana Kepala ruang selalu melaksanakan meeting

moorning sebelum dilaksanakan pre conference. Dengan ini

diaharapkan pelaksanaan Meeting Moorning dapat dipertahankan

sampai dengan dilaksanakan MPKP di Ruang Hamka.

Tabel 2.34
Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Hamka
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 29 – 31 Desember 2014
Pre Post Implementasi
Implementasi
No Variabel yang Dinilai Ya (1) Tidak Ya (1) Tidak
(0) (0)
N N N N
1 Menyiapkan ruang/ tempat V V
2 Menyiapkan rekam medic pasien V V
yang menjadi tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukan pre- V V
conference
4 Memandu pelaksanaan pre- V V
conference
5 Menjelaskan masalah keperawatan V V
pasien dan rencana keperawatan
yang menjadi tanggung jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai V V
kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi V V
pelaksanaan asuhan pasien/
tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan V V
tanggapan dan penyelesaian
masalah yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasikan kesiapan AN V V
untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif V V
pada AN
11 Menyimpulkan hasil pre conference V V
Jumlah 0 11 9 2
Presentase 0% 100% 81,8% 18,2%
Sumber: Data primer Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
2014

138
Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan kajian data diatas mengenai Pelaksanaan Evaluasi

pre conference didapatkan hasil sebesar 0% dikategorikan tidak baik

ini karena di ruang Hamka belum dilaksanakannya pre conference.

Post Implementasi

Dari hasil evaluasi setelah diberikan tindakan dengan tahapan

sosialisasi dan role model terhadap pelaksanaan Pre conference yang

telah dilaksanakan pada tanggal 29-31 Desember 2014 dari item yang

dinilai didapatkan hasil dari sebelum implementasi sebesar 0 %

menjadi 81,8% terdapat peningkatan yang sangat drastis dimana

Kepala Ruang dan perawat di ruang Hamka telah merubah kebiasaan

dengan melakukan pre conference sebelum memulai aktifitas dalam

pemberian Asuhan Keperawatan. Dengan ini diaharapkan pelaksanaan

Pre Conference dapat dipertahankan sampai dengan dilaksanakan

MPKP di Ruang Hamka.

139
Tabel 2.35
Pengkajian dan Evaluasi pelaksanaan Post Conference
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal
09 - 10 Desember 2014
Pre Implementasi Post Implementasi
No Variabel yang dinilai Ya Tidak Ya Tidak
N N N N
Menyiapkan ruang atau V V
1.
tempat
Menyiapkan rekam medik V V
2. pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
Menjelaskan tujuan V V
3. dilakukannya post
conference
Menerima penjelasan dari V V
PA tentang hasil tindakan
4. atau hasil asuhan
keperawatan yang telah
dilakukan PA
Mendiskusikan masalah V V
yang ditemukan dalam
5. memberikan askep pasien
dan mencari upaya
penyelesaian masalah
Memberikan reinforcement V V
6.
kepada PA
Menyimpulkan hasil post V V
7.
conference
Mengklarifikasi pasien V V
sebelum melakukan operan
8. tugas jaga shif jaga
berikutnya (melakukan
ronde keperawatan)
Jumlah 0 8 7 1
Persentase 0% 100% 87,5% 12,5%
Sumber : Data Primer Ruang Hamka 2014

Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan data diatas mengenai post conference didapatkan

hasil 0% dikategorikan tidak baik ini karena di ruang Hamka belum

dilaksanakan Post Conference.

140
Post Implementasi

Dari hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan dengan tahapan

sosialisasi dan role model terhadap pelaksanaan Post Conference yang

telah dilaksanakan pada tanggal 29-31 Desember 2014 dari item yang

dinilai didapatkan hasil dari sebelum implementasi sebesar 0 % menjadi

87,5 % terdapat peningkatan yang sangat drastis dimana Kepala ruang

dan perawat ruang Hamka telah merubah kebiasaan dengan

melaksanakan post Conference sebelum operan jaga. Dengan ini

diaharapkan pelaksanaan Post Conference dapat dipertahankan sampai

dengan dilaksanakan MPKP di Ruang Hamka.

Actuating

a. Kajian Teori

Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerakan semua

kegiatan yang telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah dirumuskan dalam fungsi

perencanaan. Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga

keperawatan di Rumah Sakit tugas penanggung jawab unitan/kepala

1unitan sebagai penggerak dan pelaksanaan (P2) terdiri dari:

1. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di

unit rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang

bertugas di unit rawatnya.

141
2. Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga

lain sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di

RS.

3. Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga

lain yang akan kerja di unit rawat

4. Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan

yang menggunakan unit rawatnya sebagai lahan praktek.

5. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi:

penjelasan tentang peraturan RS, tata tertib unit rawat, fasilitas

yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-

hari

6. Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan

pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar

7. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf

keperawatan dan petugas lain yang bertugas di unit rawatnya.

8. Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk

mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala

instalasi/kepala bidang keperawatan

9. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai

kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijaksanaan RS

10. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu

dalam keadaan siap pakai

142
11. Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter,

khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien

12. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di unit

rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk

kelancaran pemberian asuhan keperawatan

13. Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan

keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar, hal ini

penting untuk tindakan keperawatan.

14. Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara

kebersihan lingkungan di unit rawat.

15. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di unit rawat

16. Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan

pasien berdasarkan macam dan jenis makan pasien.

17. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien

sesuai dengan program dietnya.

18. Menyiapkan berkas catatan medik pasien dalam masa perawatan

di unit rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut

ke bagian medical record bila pasien pulang/keluar dari unit

rawat tersebut.

19. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan

keperawatan serta kegiatan lainnya di unit rawat, disampaikan

kepada atasannya.

143
20. Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan

unit rawatnya sebagai lahan praktek.

21. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai

kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya

b. Kajian Data

Tabel 2.36
Evaluasi Actuating di Ruang Hamka
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 29-31 Desember 2014
Dilakukan
No Standar Tidak Data Ket.
Selalu Kadang
pernah
1 Pengarahan V Observasi
2 Supervisi staf V Wawancara
3 Koordinasi orientasi V Observasi
staff
4 Orientasi mahasiswa V Observasi
praktek
5 Orientasi V Observasi
pasien/keluarga
6 Memobilisasi sumber V Observasi
daya yang ada untuk
mencapai tujuan.
7 Memberi motivasi V Wawancara
pada anggota
8 Membuat keputusan V Observasi
9 Manajemen konflik V Wawancara
10 Menelaah V Observasi
kemampuan individu
11 Membimbing tenaga V Observasi
keperawatan
12 Mengadakan V Observasi
pertemuan Wawancara
berkala/sewaku-
waktu dengan staff
keperawatan &
petugas lain yang
bertugas diruang
rawatnya
13 Memberi V Observasi
kesempatan/ijin wawancara
kepada staf
keperawatan
14 Mengupayakan V Observasi
pengadaan peralatan Wawancara
dan obat-obatan
15 Mendampingi visite V Observasi

144
dokter dan mencatat
instruksi dokter
16 Mengelompokkan V Observasi
pasien dan mengatur
penempatannya di
ruang rawat menurut
tingkat kegawatan,
infeksi/non infeksi
untuk kelancaran
pemberian asuhan
keperawatan
17 Mengendalikan V Observasi
kualitas sistem
pencatatan dan
pelaporan asuhan
keperawatan
18 Meneliti pengisian V Observasi
formulir sensus
harian pasien di
ruang rawat
19 Meneliti/memeriksa V Observasi Yang
pengisian daftar bertanggung
permintaan makanan jawab terhadap
pasien berdasarkan menu makanan
macam dan jenis pasien adalah
makan pasien petugas gizi
20 Menyiapkan berkas V Observasi
catatan medik pasien
21 Memberi penyuluhan V Observasi
kesehatan
22 Melakukan serah V Observasi
terima pasien dan
lain-lain pada saat
pergantian dinas
Jumlah 21 1
Skor 42
Persentase = 95.45%
c. Analisis Data

Dari hasil kajian lewat observasi dan wawancara mengenai

tugas penanggung jawab unitan/kepala unitan sebagai penggerak dan

pelaksanaan di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu

baik dengan nilai 95,45% namun perlu ditingkatkan karena masih

terdapat 1 item uraian tugas dari total 22 uraian tugas yang belum

145
terlaksana, meliputi memobilisasi sumber daya yang ada untuk

mencapai tujuan.

Beberapa uraian tugas tersebut belum dapat dilakukan karena

keterbatasan waktu, tenaga dan sarana.

Controlling

a. KajianTeori

Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan

standar dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat

tidak sesuai dengan standar. Pengawasan melalui komunikasi:

mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun

pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan pada

pasien.

Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur, yaitu :

(1) Penetapan standar pelaksanaan

(2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan

(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar

yang ditetapkan

(4) Pengambilan tindakan koreksi

Melalui supervisi:

1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau

melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau

mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.

146
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua

tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta

catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan

dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim

tentang pelaksanaan tugas.

3) Evaluasi

4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan

rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim

5) Audit keperawatan.

Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di

RS, tugas kepala unit sebagai controlling/pengawasan, pengendalian

dan penilaian (P3) meliputi :

1) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan

yang telah ditentukan.

2) Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk

memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program

bimbingan yang telah ditentukan.

3) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada

dibawah tanggung jawabnya.

4) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga

keperawatan, peralatan dan obat-obatan.

147
5) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai

standar yang berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan tim

pengendalian mutu asuhan keperawatan.

Untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja diperlukan terlebih

dahulu persiapan :

1) Standard operation procedure.

2) Standar/pedoman diagnosis dan terapi.

3) Indikator penilaian penampilan

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir

dari proses manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu :

1) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan

pada permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-

penyimpangan dari bawahan terhadap kinerja pemberi

pelayanankeperawatan, baik sumber daya, SDM, bahan/alat

maupun dana.

2) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan

berlangsung guna memastikan sasaran tercapai.

Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap

hasil dari pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan

akan merupakan pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang

akan datang.

148
Tabel 2.37
Evaluasi Controlling di Ruang Hamka
Tanggal 29-31 Desember 2014
Dilakukan
No Standar Tidak Data Keterangan
Selalu Kadang
pernah
1 Pengawasan V Observasi Karu selalu
langsung melalui membantu tindakan
inspeksi yang dilakukan
perawat
2 Pengawasan V Observasi Karu menanyakan
langsung melalui tentang pelaksanaan
laporan langsung tugas dan keadaan
secara lisan umum kepada pasien
3 Pengawasan V Wawancara Karu selalu
langsung melalui menyempatkan
laporan tertulis untuk mengecek
laporan perawat
4 Pengawasan V Wawancara Karu selalu
kelemahan yang ada mengevaluasi
kekurangan timNya
5 Pengawasan tidak V Wawancara Menegcek daftar
langsung dengan hadir perawat
mengecek daftar dilakukan sewaktu-
hadir perawat yang waktu
ada
6 Pengawasan tidak V Observasi Setiap ada
langsung dengan kesempatan karu
membaca dan memeriksa catatan
memeriksa rencana asuhan keperawatan
keperawatan
7 Pengawasan dengan V Observasi Ka. Shif
mendengar laporan memaparkan
dari PP mengenai keadaan
pelaksanaan tugas pasien,tindakan yang
telah dilakukan,dan
rencana selanjutnya
di pre conference
8 Evaluasi upaya V Observasi Saat evaluasi di
pelaksanaan lakukan dengan cara
melihat kondisi
umum pasien dan
catatatan medic
pasien
9 Membandingkan V Observasi Mencari
dengan rencana implementasi yang
perawatan yang sesuai dengan klien
telah disusun bersama KA SHIF
bersama dengan PP
10 Pengawasan yang
dilakukan oleh
kepala ruang : Observasi
- Sosialisasi V Wawancara
kebijakan

149
- Mengatur & V
mengendalikan Dokumen
pelaksanaan
kebijaksanaan Observasi

- Mengecek V Observasi
kelengkapan Observasi
inventaris
peralatan
- Mengecek obat – V Observasi Penilaian kinerja
obatan yang perawat dilakukan
tersedia oleh kepala ruang
- Melakukan V Wawancara dan bidang
supervisi keperawatn RS
- Menilai V
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
yang telah
ditentukan
- Melakukan V
penilaian kinerja
tenaga
keperawatan

- Menilai mutu V
askep sesuai
standar yg
berlaku secara
mandiri/koordina
si dgn tim
pengendalian
mutu asuhan
keperawatan

Jumlah 14 3
Skor 28
Persentase 84.84%
b. Analisa Data

Secara keseluruhan kegiatan controlling dalam manajemen

pelayanan di Ruang Hamka telah dilakukan dengan baik dengan

hasil 84,84%. Laporan perkembangan pasien bisa diketahui lewat

kegiatan operan jaga. Berdasarkan hasil observasi pengorganisasian

di Ruang Hamka menggunakan metode fungsional. Namun masih

ada kekurangan dalam kegiatan controlling ini yaitu Karu belum

150
melakukan penilaian mutu askep sesuai standar yg berlaku secara

mandiri/koordinasi dengan tim pengendalian mutu asuhan

keperawatan.

Proses Managemen Bimbingan PKK Bagi Mahasiswa Praktikan

Perencanaan (Planning)

a. Kajian teori

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat

profesional melalui kerjasama yang berbentuk kolaborasi dengan

pasien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan lingkungan, wewenang dan tanggung

jawabnya (Nursalam, 2002).

Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif

yang dilaksanakan oleh pembimbing klinik untuk memberikan

pengetahuan nyata secara optimal dan membantu peserta didik agar

mencapai kompetensi yang diharapkan.

Tujuan dari bimbingan klinik adalah membantu peserta didik

menyesuaikan diri dengan lingkungan praktik, memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman kerja

profesional, membantu peserta didik mengatasi masalah yang

dihadapi di lahan praktik, dan membantu peserta didik mencapai

tujuan praktik klinik.

151
Dalam usaha meningkatkan keterampilan mahasiswa

keperawatan yang melaksanakan praktik klinik, mahasiswa harus

mendapat bimbingan dari pembimbing PKK yang telah ditunjuk.

Untuk memberikan proses bimbingan yang baik kepada mahasiswa

praktik harus mengacu pada protap-protap yang dibuat.

Di RSU PKU Muhammadiyah Delangguproses bimbingan

diatur dalam suatu konsep teknis pelaksanaan bimbingan klinik

keperawatan. Bimbingan tersebut diorganisasikan sebagai berikut :

1. Pengiriman kerangka acuan bidang pendidikan dan pelatihan

minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan PKK telah mengirim

kerangka acuan lengkap ke unit perawatan yang dipakai sebagai

lahan praktik

2. Penentuan lahan praktik

a. Penentuan lokasi praktik diajukan oleh pihak akademik

sesuai dengan kompetensinya dikoordinasikan dengan

bidang Diklat.

b. Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK

menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, menetapkan

lokasi sesuai dengan kompetansi yang ingin dicapai.

c. Apabila unit PKK yang dituju tidak memungkinkan untuk

praktik maka secara tehnis bidang perawatan melakukan

koordinasi dengan institusi pendidikan dengan menentukan

kembali lokasi PKK yang memungkinkan.

152
3. Rencana penerimaan dan orientasi

a. Penerimaan

Peserta didik diserahkan oleh Direktur institusi pendidikan

pada Direktur rumah sakit.

b. Orientasi

1) Umum

2) Khusus

a) Orientasi ruang keperawatan

b) Orientasi klien

4. Penyiapan pembimbing praktik

5. Penjelasan pelaksanaan PKK

6. Pembimbing merencanakan metode bimbingan yang akan

dilakukan.

Tabel 2.38
Evaluasi Planning Proses Bimbingan PKK
Di Ruang Hamka 29-31 Desember RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu 2014
No Standar Dilakukan Metode Keterangan
1 Pemberitahuan dari Institusi V Wawancara Setiap institusi selalu
ke Lahan praktek sebelum Observasi mengumumkan surat
praktek dengan kerangka pemberitahuan latihan
acuan lengkap praktek sebelum praktek

2. Penentuan lokasi praktek V Wawancara CI selalu memberikan


lokasi sesuai dengan Observasi kesempatan mahasiswa
kompetensi yang ingin untuk kompetensi
dicapai
Mahasiswa praktek
3 Penerimaan dan orientasi V Obsevasi diterima dan
mahasiswa diorientasikan langsung
4 Orientasi tugas V Observasi oleh CI
5 Penyiapan pembimbing V Observasi
PKK Bimbingan yang
berstruktur

153
Pengorganisasian (Organizing)

Tabel 2.39
Evaluasi Organizing Proses Bimbingan PKK
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 29-31 Desember
2014
No Standar Dilakukan Metode Keterangan
1 Adanya serah terima V Observasi Menerima praktekan
peserta didik diterima oleh karu
Penetapan Observasi
2 pembimbing PKK V Wawancara Bimbingan praktekan
sesuai kriteria yang tidak selalu dengan CI
ditetapkan karena kesibukan dan
jadwal dinas yang
Penjelasan berbeda,pendegelasian
3 pelaksanaan PKK V Observasi untuk bimbingan di
berikan kepada perawat
Pembagian jadwal ruangan
4 dinas V Wawancara
Selama pengkajian tidak
Penentuan sanksi bagi ada mahasiswa yang
5 peserta didik Wawancara mengalami aturan praktek

Adanya proses Jadwal di susun oleh CI


6 bimbingan dari V Wawancara
pembimbing PKK Peserta didik yang
sesuai dengan melanggar peraturan akan
ketentuan di beri sanksi menurut
ketentuan RS
Belum semua metode
bimbingan di arahkan

Menggerakkan (Actuacting)

a. Kajian teori

Pengarahan dilakukan sesuai dengan metode bimbingan yang

dilakukan. Metode bimbingan antara lain :

1) Pre-Post Conference.

Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik dan

pembimbing akademik.

154
2) Ronde keperawatan.

Ronde keperawatan adalah suatu metode. pembelajaran klinik


keperawatan yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mentransfer dan mempraktekkan pengetahuan yang
didapat di kelas dan di lab dengan kunjungan secara langsung
kepada pasien.
3) Bed side teaching.

Bed side teaching adalah bentuk pembimbingan yang

dilaksanakan oleh pembimbing klinik di samping pasien.

4) Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik.

5) Bimbingan pelaksanaan tindakan perawatan.

6) Diskusi dan laporan individu

b. Kajian Data

Tabel 2.40
Kajian Actuating Proses Bimbingan PKK
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 29-31 Desember 2014
No Standar Dilakukan Metode Keterangan

1 Pengarahan dilakukan sesuai


dengan metode bimbingan yang
dilakukan:
a). Pre conference V Observasi Tidak adanya pre
conference
b). Post conference V Observasi Tidak adanya post
conference
c). Ronde keperawatan V Observasi Tidak adanya ronde
keperawatan
d). Bed side teaching V Observasi BST dilakukan oleh
pembimbing klinik.
2 Monitoring kehadiran V Observasi
3 Monitoring kompetensi peserta V Wawancara Dilakukan dan di acc
didik saat akhir praktek
4 Bimbingan pelaksanaan V Observasi
tindakan perawatan: wawancara Mahasiswa melakukan
- Diskusi diskusi dengan
- Laporan individu pmbimbing dan
menyerahkan laporan
individu

155
c. Analisa Data

Berdasarkan tabel 2.37 didapatkan data bahwa diruang

Hamka sudah dilakukan bed side teaching memonitor kehadiran

peserta didik, monitoring kompetensi peserta didik, bimbingan baik

melalui diskusi maupun laporan individu, namun perlu ditingkatkan.

Pengawasan (Controlling)

a. Kajian Teori

Kontroling terhadap mahasiswa praktik dilakukan melalui:


1. Tata tertib
2. Observasi
Observasi langsung dari pembimbing PKK dan pembimbing
akademik
3. Reward dan punishment
4. Langsung dari pembimbing PKK dan pembimbing akademik
b. Kajian Data

Tabel 2.41
Evaluasi Controling Proses Bimbingan PKK
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu 09-10 Desember
2014
No Standar Dilakukan Metode Keterangan
1 Memonitor pelaksanaan
dinas peserta didik
- Tata tertib
- Observasi V Wawancara Mahasiswa yang melanggar tata
- Reward dan V Wawancara tertib akan di tegur dan bila absen
punishment V Wawancara jaga berkewajiban mengganti di
2 Mengetahui pasien kasus V hari lain. Di tengah minggu jadwal
kelolaan peserta didik Wawancara, praktek , tugas individu di
3 Mengecek dokumentasi V Observasi kumpulkan seminggu sekali dan
di status pasien kelolaan dilakukan seperti pasien kelolaan
peserta didik Observasi
4 Memberikan teguran jika V Observasi,
terjadi pelanggaran wawancara

156
c. Analisa Data

Pada periode 09-10 Desember 2014 terdapat 6 mahasiswa

praktik dari Mamba’ul Ulum Surakarta.

Sebelum mahasiswa melakukan praktek di ruangan, pihak

institusi pendidikan mengirimkan permohonan praktek ke RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu. Setelah mendapatkan persetujuan,

institusi mengirimkan kerangka acuan pelaksanaan praktek dan

diadakannya pertemuan antara pihak untuk mendapatkan persetujuan

antara kedua pihak untuk mendapatkan kesepakatan dalam

pelaksanaan praktek, mahasiswa diterima oleh pihak RS dan

diorientasikan. Proses perencanaan bimbingan praktek keperawatan

klinik di Ruang Hamka sudah mengacu pada protap yang telah

ditetapkan sesuai rencana dengan melibatkan Divisi Mutu dan SDM,

penanggung jawab bimbingan PKK dan pembimbing pendidikan,

dengan pencapaian 100% (baik).

Standar asuhan keperawatan

1. Kajian teori

Di Indonesia standart asuhan keperawatan dipakai sebagai

pedoman dan instrument penerapan standar asuhan keperawatan

yang disusun oleh depkes yaitu:

a. Standar I pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa ,

observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara

157
terus menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan

keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi

semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpul data ,

pengelompokan data dan perumusan masalah.

b. Standar II diagnose keperawatan

Diagnose keperwatan adalah respon pasien yang

dirumuskan berdasarkan data statuskesehatan pasien, dianalisa

dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien dan

komponennya terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES)

bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat

c. Standart III perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose

keperawatn komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan

asuhan keperawatan dan rencana tindakan

d. Standar IV intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah peleaksanaan tindakan

yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien

terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan

dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga

e. Standar V evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic ,

sistematis, terencana, untuk menilai perkembangan pasien

158
f. Standar VI dokumentasi keperawatan

Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu

oleh perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan

yang dilakukan sebagai informasi, komunikasi dan laporan.

Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan. Sesuai dengan

pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus

mencantumkan inisial atau paraf atau nama perawat,

menggunakan formulir yang baku dan disimpan sesuai peraturan

yang berlaku.

D. Unsur Output

1. Efisiensi Ruang Rawat

a. Kajian Teori

Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat

dilihat dari dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut

mutu pelayanan medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari

sudut pendayagunaan sarana yang ada. Grafik Barber-Johnson

adalah grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas

tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-Johnson

menggambarkan bagaimana pemakaian empat parameter yaitu BOR

(Bed Occupancy Rate), LOS (Length Of Stay), TOI (Turn Over

Internal), dan BTO (Bed Turn Over) sebagai salah satu indikator

efisiensi pengelolaan rumah sakit.

159
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu

pelayanan kesehatan rumah sakit, yang meliputi:

1) BOR (Bed Occupancy

Rate), merupakan indikator untuk menilai seberapa efektifitas

pemakaian tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah

sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar nasional untuk RSU

dalam satu tahun adalah 75 – 85%.

BOR = Jumlah hari perawatan X 100%

Jumlah TT X hari perawatan

2) LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama

waktu yang dirawat pada setiap pasien. Semakin pendek Length

Of Stay pasien semakin baik. Waktu rawat yang baik maksimum

12 hari. Standar nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun

adalah 1 – 7 hari.

LOS = Lama hari perawatan

Jumlah pasien keluar hidup atau mati

3) TOI (Turn Over

Internal), merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan

yang menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong

atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien

sampai dengan diisi lagi. Standar 1 – 3 hari untuk RSU dalam

satu tahun.

TOI = Jumlah hari rawat

160
Jumlah tempat tidur

4) BTO (Bed Turn

Over), merupakan indikator yang menunjukkan frekuensi

pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan

waktu tertentu. BTO menggambarkan tentang tingkat pemakaian

tempat tidur. Standar 4 – 45 kali untuk RSU dalam satu tahun,

sedangkan yang baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 1997).

BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)

Jumlah tempat tidur

Tabel 2.42
Indikator Efisiensi Ruangan RSU
No. Indikator Standar
01. BOR 75 – 85%
02. LOS 7 – 10 Hari
03. TOI 1 – 3 hari
04. BTO 5 – 45 kali
Sumber : Depkes 1999

b. Kajian Data
Tabel 2.43
Efisiensi Ruang Hamka Bulan September s.d November
2014
No Indikator Hasil Standar

01. BOR 74,95 % 75 – 85%


02. LOS 2,32 hari 7 – 10 hari
03. TOI 1,09 hari 1 – 3 hari
04. BTO 8,91 kali 5 – 45 kali

Sumber : Instalasi Catatan Rekam Medik RSU PKU


Muhammadiyah Delanggu 2014

161
c. Analisa Data

1) BOR di ruang Hamka pada bulan Januari sampai dengan bulan

November tahun 2014 rata-rata 74,95% dengan demikian

pemakaian tempat tidur sudah memenuhi standar nasional 75-

85%.

2) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) di ruang

Hamka pada bulan Januari sampai bulan November tahun 2014

yaitu 2,32 hari, menunjukkan lama rata-rata hari perawatan lebih

cepat jika dibandingkan dengan standar nasional untuk RSU

yaitu 7-10 hari.

3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) di ruang Hamka

yaitu 1,09 hari menunjukkan waktu rata-rata tempat tidur

kosong sesuai standar nasional yaitu 1-3 hari.

4) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) di ruang Hamka yaitu

8,91 kali penggunaan yang efisien jika dibandingkan dengan

standar nasional 4-45 kali.

2. Hasil Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Instrument

ABC

Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi

terselenggaranya pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut

diberikan oleh tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dan

162
kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi. Ciri mutu asuhan

keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998 adalah :

a. Memenuhi standart profesi

b. Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif

c. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan

d. Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan

e. Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat

diperhatikan dan dihormati.

Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang

profesional dan sesuai standar diharapkan mampu menjawab kompetisi

di era global, sehingga pasien dapat mendapatkan kepuasan dalam

pelayanan keperawatan. Mutu asuhan keperawatan yang prima akan

terwujud apabila :

a. Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan

standar dan kode etik profesi keperawatan.

b. Dilakukan evaluasi secara periodik dan

terus-menerus

c. Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan

d. Komitmen yang tinggi dari seluruh staf

keperawatan

Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan

keperawatan adalah dengan menggunakan instrumen A, B, dan C.

Adapun rentang nilai untuk instrumen ABC adalah :

163
a. Kriteria baik (76-

100%)

b. Kriteria cukup (56-

75%)

c. Kriteria kurang (40-

55%)

d. Kriteria tidak baik

(kurang dari 40%)

Adapun instrumen A, B, C meliputi :

a. Instrumen A

1) Kajian Teori

Instrumen A merupakan evaluasi terhadap

pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah baku.

Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan keperawatan

pasien yang dirawat minimal 3 hari.

Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan

kegiatan asuhan keperawatan sekaligus pelaporan semua

kegiatan asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang

lengkap, nyata dan tercatat tingkat kesakitan pasien maupun

jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam

memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan

merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan

keperawatan, khususnya proses profesionalisasi keperawatan

164
serta upaya untuk membina dan mempertahankan akontabilitas

perawat dan keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus

memperhatikan aspek-aspek : Keakuratan data, Breavity

(ringkas), Legibility (mudah dibaca).

Komponen dokumentasi keperawatan:

a) Pengkajian

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data

yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus

tentang keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan

asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua

anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi

pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan

masalah. Pengumpulan data dari hasil wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik, dan penunjang.

b) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah

pasien baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil

pengkajian data. Diagnosa dirumuskan berdasarkan data

status kesehatan pasien, dianalisa, dibandingkan dengan

fungsi normal kehidupan pasien.

165
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab

kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat

sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen terdiri

atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri

dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual

apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat

potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar

akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.

c) Rencana keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan

diagnosa keperawatan dengan komponen rencana perawatan

meliputi prioritas masalah, tujuan implementasi dan rencana

tindakan.

Prioritas masalah ditentukan dengan memberi

prioritas utama masalah yang mengancam kehidupan dan

prioritas selanjutnya masalah yang mengancam masalah

kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah yang

mempengaruhi perilaku.

d) Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan

yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien

terpenuhi yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,

pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut

166
sertakan pasien dan keluarga. tindakan keperawatan,

aktivitas keperawatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai

dengan rencana yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-

sosio-spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan

perawatan yang akan dilaksanakan kepada klien, sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan

sumber-sumber yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan

antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis,

menjaga privasi, dan mengutamakan keselamatan pasien,

melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon

pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang

mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan

yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap

selesai tindakan, melaksanakan tindakan perawatan pada

posedur teknik yang telah ditentukan

e) Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis,

dan berencana untuk menilai perkembangan keadaan

pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan memeriksa kembali

hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk

mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien

termasuk strategi keperawatan yang telah diberikan untuk

167
memecahkan masalah pasien. Evaluasi melibatkan pasien,

keluarga dan tim kesehatan lain dan dilakukan sesuai

dengan standar.

f) Catatan asuhan keperawatan:

Pencatatan merupakan data tertulis tentang

kesehatan pasien dan perkembangan pasien selama dalam

pemberian asuhan keperawatan.

Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan

rawat jalan. Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan

informasi, komunikasi, dan laporan, dilakukan setelah

tindakan dilaksanakan. Penulisan harus jelas dan ringkas

serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan

pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus

mencantumkan paraf dan nama perawat yang

melaksanakan tindakan dan waktu pelaksanaan dan

menggunakan formulir yang telah ada dan disi3mpan

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Kajian Data

Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument

A yang sudah dibakukan oleh Depkes (1997). Studi

168
dokumentasi dilakukan pada 10 dokumentasi pasien di ruang

Hamka dengan kriteria pasien pulang dan pasien dengan lama

perawatan minimal 3 hari. Hasil yang diperoleh dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.44
Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Ruang Hamka
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 09-10 Desember 2014
Rata-
No Aspek yang
rata Keterangan
dinilai
(%)
1. Pengkajian 88% - Dari data di dapat skore 88% pengkajian masuk kriteria
baik, perawat melakukan pengkajian langsung setelah
pasien datang sesuai dengan penyakitnya.
- Perawat melengkapi pengkajian dalam waktu 24 jam, data
dikaji sejak pasien masuk samapi pasien pulang namun ada
yang belum lengakp.
- Pengkajian meliputi biopsiko social dan spiritual.
- 12% perawat yang mengkaji belum semua menulis nama
terang dan tanda tangan serta nama pengkaji di awal
pengkajian, mereka hanya menulis tanda tangan saja atau
nama saja.
2. Diagnosa 83,3% - Dari data di dapat hasil 83,3%, Sebagian besar diagnosa
keperawatan sudah mencangkup etiologi dan problem (PE).
Diagnosa sudah sesuai dengan prioritas masalah dan
kondisi pasien.
Tetapi 16,7% perawat masih belum bisa memilahkan dalam
perumusan masalah antara resiko dan potensial dan setiap
pasien hanya muncul dua diagnosa, bila muncul masalah
baru belum ditambahkan.
3. Perencanaan 92,2% - Dari data di dapat hasil 92,2 % termasuk katagori sangat
baik. diagnosa sudah sesuai dengan prioritas masalah yang
ada. Dan perencanaan sudah sesuai dengan keadaan pasien
- 7,8% perawat belum menuliskan Rumusan tujuan yang
mengandung komponen SMART dan sebagian ada yang
belum menulisakan rencana tindakan mecakup PENKES dan
yang mengaambarkan keterlibatan klien.
4. Tindakan 88,3% - Dari data di dapat hasil 88,3% termasuk kriteria baik
perawat sudah melakukan tindakan keperawatan dan sudah
melakukan pendokumentasian dengan benar
- 11,7% terdapat beberapa tindakan yang dilakukan tidak
sesuai dengan perencanaan sebelumnya, dan sebagian dalam
melakukan tindakan kurang memperhatikan respon pasien

169
5. Evaluasi 80% - Evaluasi mendapat hasil 80% termasuk katagori baik, dalam
evaluasi sudah ditulis setiap hari secara keseluruhan dan
sesuai dengan SOAP, 20% perawat dalam melaukan
evaluasi secara keseluruhan tidak di pisahan per item dan
dalam planing tidak di tulis secara spesifik.
6. Catatan 85% - Dari hasil tersebut 85 % masuk kategori baik perawat
asuhan melakukan dokumentasi tindakan setiap hari dan setiap sift,
keperawatan pendokumentasian dilakukan dengan jelas, ringkas dan
dengan istilah yang benar
- 15% Pencatatan yang dilakukan sebagian tidak
mencantumkan nama terang dan tanda tangan, sebagian
hanya mencantumkan nama saja atau tanda tangan saja,.
Skor total
Jml item x n = 87 %
b. Analisa Data

1) Pengkajian

Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien

mengenai pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format

pengkajian telah tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian

dilakukan dengan memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai

dengan kondisi pasien. Pengisian format pengkajian status pasien

terkadang kurang lengkap kadang hanya di kaji ke data fokus nya saja.

Selain itu, pengkajian yang dilakukan sering hanya dicantumkan paraf

perawat yang mengkaji tanpa disertai nama atau hanya salah satu saja.

Dari keseluruhan pengkajian sebesar 88 % dengan katagori baik dan

sebaiknya perlu untuk di tingkatkan pada kelengkapan data pengkajian

dan mencantumkan nama perawat dan paraf.

2) Diagnosa keperawatan

Dalam menuliskan diagnosa keperawatan perawat masih ada yang

belum memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnosa aktual/

risiko/ potensial, diagnosa keperawatan belum dirumuskan dengn benar.

170
Dari keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan sebesar 83,3 %

dengan katagori baik dan sebaiknya perlu untuk di tingkatkan pada

perunusan diagnosa keperawatan dengan benar dan pemilahan masalah

antara diagnosa aktual/resiko/potensial.

3) Perencanaan

Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan sudah

terlaksana mencapai 92,2%. Hal ini dibuktikan dengan pendokumentasian

perencanaan, sebagian besar sudah sesuai dengan diagnosa keperawatan.

Tetapi dalam perencaaan keperawatan sebagian besar belum mengandung

komponen spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik dan ada batas waktu

(SMART), sebagian besar tidak menuliskan kriteria hasil dalam

perencanaan. Hal ini dikarenakan perawat tidak banyak waktu dan belum

terbiasa untuk mengisi status secara sempurna jadi dalam penulisan

perencanaan hanya di tulis yang pokok pokok saja

4) Implementasi

Dari pengkajian implementasi sebesar 88,33 % termasuk dalam

katagori baik. Beberapa tindakan yang dilakukan perawat belum

didokumentasikan, perawat hanya mencantumkan tanggal, jam, keadaan

umum pasien serta tindakan rutinitas seperti pemberian terapi obat dan ttv.

Tindakan- tindakan seperti pendidikan kesehatan, tindakan yang

melibatkan keluarga belum didokumentasikan.

171
5) Evaluasi keperawatan

Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan sebagian besar

dalam katagori baik sebesar 80 % sudah merujuk pada tiap diagnosa yang

diangkat. Evaluasi yang ditulis adalah evaluasi secara keseluruhan pada

kondisi pasien dan diagnosa yang sudah teratasi tidak dituliskan lagi, serta

planning nya tidak dijelaskan secara spesifik.hal ini dikarenakan perawat

melakukan nya secara rutinitas selain itu banyak nya kegiatan yang harus

dikerjakan dalam ruangan tersebut.

6) Dokumentasi

Catatan asuhan keperawatan di Ruang Hamka sudah dalam

katagori baik, dengan skor 85%. Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis

pada format yang ada, namun catatan keperawatan, catatan medis dan

catatan penunjang masih dipisahkan. Pencatatan yang dilakukan sebagian

tidak mencantumkan nama terang dan tanda tangan, sebagian hanya

mencantumkan nama saja atau tanda.

Post Implementasi

Pada dokumentasi keperawatan dilakukan penilaian pada post

implementasi karena nilai dari pendokumentasian keperawatan yang sudah

masuk kategori cukup dan diangkat sebagia masalah/ POA. Hasil dari

penilaian setelah dilakukan implementasi sebesar 86,13% sudah masuk

dalam kategori baik.

b. Instrumen B

172
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap

mutu terhadap mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan

angket kepada pasien yang memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat

inap minimal tiga hari, bersedia mengisi kuesioner. Pada saat angket

dibagikan, pasien telah diberikan penjelasan.

Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat

dari persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan.

Untuk mengevaluasi hal ini perlu suatu instrument yang baku. RSU

PKU Muhammadiyah Delanggu menggunakan format standar

asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk

mengevaluasi persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.

1) Kajian Teori

Asuhan keperawatn adalah rangkaian kegiatan pada

praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada

pasien diberbagai tantanan pelayanan kesehatan (Zaidin Ali,

2001).

Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi

pasien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan

untuk mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang

baku menggunakan format standar asuhan keperawatan yang

telah ditetapkan oleh rumah sakit.

Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil

kegiatan asuhan keperawatan adalah terjaminnya penerapan

173
standar asuhan keperawatn yang dilakukan oleh perawat

berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.

Menurut Azwar (1996), mutu pelayanan adalah tingkat

kesempurnaan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan

pasien sesuai tingkat kepuasan rata-rata serta penyelenggaraan

sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang ditetapkan.

Menurut Pasuraman (1985), pengukuran mutu dapat dilakukan

dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang

diharapkan (Experted Services) dengan pelayanan yang diterima

dan dirasakan (Perceived Services). Mutu pelayanan menurut

American Society Quality Control merupakan gambaran total

gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan

dan kepuasan (Wijono, 2000 : 4)

Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan

sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956 dalam

Azwar 1996: 48). Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu

program (Donabedian, 1980 dalam Azwar, 1996: 48).

Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang

dikaitkan dengan kepuasan pasien adalah Pasuraman (1985) :

174
a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan

yang digunakan dan penampilan karyawan.

b) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan

pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas

dalam memberikan pelayanan dengan tanggap.

d) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan,

sifat yang dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko

dan keragu-raguan.

e) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan

kepedulian orang per orang kepada pelanggan.

Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat

dari segi aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-

hal yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap

penilaian. Keempat aspek itu adalah seperti berikut :

a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan

Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana

suatu pelayanan telah mencapai standar program dan

standar pelayanan kesehatan.

b) Kompetisi Teknis

Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan

dan penampilan petugas, manajer, dan staff pendukung.

Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara

175
petugas mengikuti standar pelayanan yang telah ditetapkan

dalam hal dapat dipertanggungjwabkan atau dihandalkan

(dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji

(reliability), dan konsistensi (concitency).

c) Akses terhadap pelayanan

Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang

oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi,

atau hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan

jelas transportasi, jarak, waktu perja.lanan, dan hambatan

fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk

memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan

dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan

pasien, jam kerja klinik, dan waktu tunggu.

d) Efektivitas

Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas

yang menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk

klinis sesuai dengan standar yang ada.

e) Hubungan antara manusia

Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara

petugas kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan

antara tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antara

manusia yang baik akan menanamkan kepercayaan dan

176
kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia,

menghormati, responsive, memberi perhatian.

f) Efisiensi

Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang

optimal daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien

dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang

terbaik dengan yang dimiliki.

g) Kelangsungan pelayanan

Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima

pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk

rujukan) tanpa interupsi.

h) Keamanan

i) Kenyamanan

Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan


bersedianya kembali ke fasilitas kesehatan untuk
memperoleh pelayanan berikutnya.
Tabel 2.45
Penilaian Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Pelayanan di
Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Berdasarkan Depkes (n= 15)
Pelaksanaan
Pre implementasi
No Kriteria
Ya Tidak
Jml % Jml %
1 Apakah perawat selalu 9 60 6 40
memperkenalkan diri
2 Apakah perawat melarang 8 53,3 7 46,7
Anda/pengunjung merokok di
ruangan
3. Apakah perawat selalu 11 73,3 4 26,7
menanyakan bagaimana nafsu
makan Anda/keluarga Anda.

177
4. Apakah perawat pernah 9 60 6 40
menanyakan pantangan dalam hal
makanan Anda/keluarga Anda.
5. Apakah perawat menanyakan / 11 73,3 4 26,7
memperhatikan berapa jumlah
makanan dan minuman yang
biasa Anda/keluarga anda
habiskan.
6. Apabila Anda/keluarga Anda 4 26,7 11 73,3
tidak mampu makan sendiri
Apakah perawat membantu
menyuapinya.

7. Pada saat Anda /keluarga Anda 15 100 0 0


dipasang infus, apakah perawat
selalu memeriksa
cairan/tetesannya dan area sekitar
pemasangan jarum infuse.
8. Apabila Anda/keluarga Anda 8 53,3 7 46,7
mengalami kesulitan buang air
besar apakah perawat
menganjurkan makan buah-
buahan, sayuran, minum yang
cukup, banyak bergerak.
9 Pada saat perawat membantu 12 80 3 20
Anda/keluarga Anda waktu buang
air besar-buang air kecil, apakah
perawat memasang
sampiran/selimut, menutup
pintu/jendela, mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan.
10 Apakah ruangan tidur 15 100 0 0
Anda/keluarga Anda selalu dijaga
kebersihannya dengan disapu dan
dipel setiap hari.
11. Apakah lantai kamar mandi/WC 13 86,7 2 13,3
selalu: bersih, tidak licin, tidak
berbau dan cukup terang.
12. Selama Anda/keluarga Anda 4 26,7 11 73,3
belum mandi (dalam keadaan
istirahat total) apakah dimandikan
oleh perawat.
13. Apakah Anda/keluarga Anda 4 26,7 11 73,3
dibantu jika tidak mampu:
menggosok gigi, membersihkan
mulut atau mengganti pakaian
atau menyisir rambut.
14. Apakah alat-alat tenun seperti 14 93,3 1 6,7
sprei, selimut dll diganti setiap
kotor.
15. Apakah perawat pernah 6 40 9 60
memberikan penjelasan akibat
dari: kurang bergerak, berbaring
terlalu lama.
16. Pada saat anda/ keluarga anda 8 53,3 7 46,7

178
masuk rumah sakit apakah
perawat memberikan penjelasan
tentang fasilitas yang tersedia dan
cara penggunaannya, peraturan,
tata tertib yang berlaku di rumah
sakit
17. Selama Anda/keluarga Anda 11 73,3 4 26,7
dalam perawatan apakah perawat:
memanggil nama dengan benar.
18. Selama Anda/keluarga Anda 14 93,3 1 6,7
dalam perawatan apakah perawat
mengawasi keadaan Anda secara
teratur pada pagi, sore maupun
malam hari.
19. Selama Anda/keluarga Anda 15 100 0 0
dalam perawatan apakah perawat
segera memberi bantuan bila
diperlukan.
20. Apakah perawat bersikap: sopan, 15 100 0 0
ramah
21. Apakah Anda/keluarga Anda 10 66,7 5 33,3
mengetahui perawat yang
bertanggungjawab setiap kali
pergantian dinas.
22. Apakah perawat selalu memberi 13 86,7 2 13,3
penjelasan sebelum memberikan
tindakan perawatan/pengobatan.
23. Apakah perawat selalu bersedia 15 100 0 0
mendengarkan dan
memperhatikan setiap keluhan
Anda/keluarga Anda.
24. Dalam hal memberikan obat 8 53,3 7 46,7
apakah perawat membantu
menyiapkan/meminumkan obat.
25. Selama Anda/keluarga Anda 11 73,3 4 26,7
dirawat apakah diberikan
penjelasan tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksa
an lanjutan setelah Anda/keluarga
Anda diperbolehkan pulang.
Jumlah 263 112
Sumber : Hasil pengumpulan data tanggal 09 – 10 Desember 2014
di Ruang Hamka

Nilai = jumlah ya x 100 %

Jumlah ya + jumlah tidak

= 263 x 100 %

263+112

179
= 70,1 %

Tabel 2.46
Penilaian Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Pelayanan di
Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Berdasarkan Depkes (n= 15)
Pelaksanaan
Post Implementasi
No Kriteria
Ya Tidak
Jml % Jml %
1 Apakah perawat selalu 15 100 0 0
memperkenalkan diri
2 Apakah perawat melarang 14 93,3 1 6,7
Anda/pengunjung merokok di
ruangan
3. Apakah perawat selalu menanyakan 14 93,3 1 6,7
bagaimana nafsu makan
Anda/keluarga Anda.
4. Apakah perawat pernah 12 80 3 20
menanyakan pantangan dalam hal
makanan Anda/keluarga Anda.
5. Apakah perawat menanyakan / 13 86,7 2 13,3
memperhatikan berapa jumlah
makanan dan minuman yang biasa
Anda/keluarga anda habiskan.
6. Apabila Anda/keluarga Anda tidak 10 66,7 5 33,3
mampu makan sendiri Apakah
perawat membantu menyuapinya.
7. Pada saat Anda /keluarga Anda 15 100 0 0
dipasang infus, apakah perawat
selalu memeriksa cairan/tetesannya
dan area sekitar pemasangan jarum
infuse.
8. Apabila Anda/keluarga Anda 10 66,7 5 33,3
mengalami kesulitan buang air
besar apakah perawat
menganjurkan makan buah-buahan,
sayuran, minum yang cukup,
banyak bergerak.
9 Pada saat perawat membantu 15 100 0 0
Anda/keluarga Anda waktu buang
air besar-buang air kecil, apakah
perawat memasang

180
sampiran/selimut, menutup
pintu/jendela, mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan.
10 Apakah ruangan tidur 15 100 0 0
Anda/keluarga Anda selalu dijaga
kebersihannya dengan disapu dan
dipel setiap hari.
11. Apakah lantai kamar mandi/WC 14 93,3 1 6,7
selalu: bersih, tidak licin, tidak
berbau dan cukup terang.
12. Selama Anda/keluarga Anda belum 8 53,3 7 46,7
mandi (dalam keadaan istirahat
total) apakah dimandikan oleh
perawat.
13. Apakah Anda/keluarga Anda 8 53,3 7 46,7
dibantu jika tidak mampu:
menggosok gigi, membersihkan
mulut atau mengganti pakaian atau
menyisir rambut.
14. Apakah alat-alat tenun seperti sprei, 15 100 0 0
selimut dll diganti setiap kotor.
15. Apakah perawat pernah 9 60 6 40
memberikan penjelasan akibat dari:
kurang bergerak, berbaring terlalu
lama.
16. Pada saat anda/ keluarga anda 15 100 0 0
masuk rumah sakit apakah perawat
memberikan penjelasan tentang
fasilitas yang tersedia dan cara
penggunaannya, peraturan, tata
tertib yang berlaku di rumah sakit
17. Selama Anda/keluarga Anda dalam 15 100 0 0
perawatan apakah perawat:
memanggil nama dengan benar.
18. Selama Anda/keluarga Anda dalam 15 100 0 0
perawatan apakah perawat
mengawasi keadaan Anda secara
teratur pada pagi, sore maupun
malam hari.
19. Selama Anda/keluarga Anda dalam 15 100 0 0
perawatan apakah perawat segera
memberi bantuan bila diperlukan.
20. Apakah perawat bersikap: sopan, 15 100 0 0
ramah
21. Apakah Anda/keluarga Anda 13 86,7 2 13,3
mengetahui perawat yang
bertanggungjawab setiap kali
pergantian dinas.
22. Apakah perawat selalu memberi 14 93,3 1 26,7
penjelasan sebelum memberikan
tindakan perawatan/pengobatan.
23. Apakah perawat selalu bersedia 15 100 0 0
mendengarkan dan memperhatikan
setiap keluhan Anda/keluarga
Anda.

181
24. Dalam hal memberikan obat apakah 10 66,7 5 33,3
perawat membantu
menyiapkan/meminumkan obat.
25. Selama Anda/keluarga Anda 14 93,3 1 6,7
dirawat apakah diberikan
penjelasan tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan
lanjutan setelah Anda/keluarga
Anda diperbolehkan pulang.
Jumlah 328 47
Sumber : Hasil pengumpulan data Post implementasi tgl 29-31
Desember 2014 di Ruang Hamka
Nilai = jumlah ya x 100 %

Jumlah ya + jumlah tidak

= 328 x 100 %

328+47

= 87,5 %

3) Analisa Data

Berdasarkan kajian data pre implementasi diatas yang

dinilai dari pembagian angket kepada 15 orang keluarga pasien

di ruang Hamka pada tanggal 09 – 10 Desember 2014

didapatkan hasil pasien menjawab ya sebesar 70,1% dan 29,9%

pasien menjawab tidak. Dari hasil diatas dapat disimpulkan

bahwa persepsi keluarga pasien terhadap mutu asuhan

keperawatan di ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah

Delanggu dikategorikan cukup.

Tetapi ada beberapa hal penting yang belum dilakukan

oleh perawat dengan baik diantara yaitu :

a) Memperkenalkan diri perawat (60%) dengan demikian

sebaiknya perawat memperkenalkan diri agar hubungan

182
saling percaya antara perawat-pasien dapat terjalin baik

(BHSP).

b) Melarang keluarga atau pengunjung untuk merokok di

sekitar ruangan (53,3%), hal ini dikarenakan ruang Hamka

sudah terdapat larangan merokok serta tidak ada keluarga

pasien/ pengunjung yang merokok di ruang Hamka

sehingga perawat tidak mengingatkan larangan merokok.

c) Menanyakan pantangan makan pasien (60%) dengan hasil

tersebut sebaiknya perawat menanyakan pantangan makan

pasien/ keluarga pasien untuk mengetahui apakah pasien/

keluarga mempunyai riwayat alergi terhadap makanan,

menyuapi pasien apabila pasien tidak mampu makan sendiri

(26,73%).

d) Membantu pasien BAK dengan menjaga privasi pasien

(53,3%) hal ini dikarenakan perawat sudah melibatkan

keluarga dalam pemenuhan ADL’s pasien.

e) Saat memberikan obat oral perawat tidak menunggui pasien

sampai munum obat/ hanya memberikan obat saja (53,3%)

sebaiknya perawat menerapkan prinsip 7 benar pemberian

obat.

Berdasarkan kajian data Post Implementasi diatas yang

dinilai dari pembagian angket kepada 15 orang keluarga pasien di

ruang Hamka pada tanggal 29-31 Desember 2014 didapatkan hasil

183
analisa data mengenai penilaian persepsi keluarga pasien terhadap

mutu asuhan keperawatan sebesar 87,5 %. Berdasarkan hasil analisa

data tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu asuhan keperawatan di

ruang Hamka mengalami peningkatan dari 70,1% menjadi 87,5 %.

Adapun kekurangan pada pre implementasi sudah mengalami

peningkatan yaitu perawat selalu memperkenalkan diri (100%),

melarang keluarga atau pengunjung untuk merokok di sekitar

ruangan (93,3%), perawat menanyakan pantangan makanan pasien

(80%), membantu pasien BAK dengan menjaga privasi pasien

(100%). Dengan demikian, perawat di ruang Hamka harus

mempertahankan atau bahkan meningkatkan mutu asuhan

keperawatan.

c. Instrument C

1) Kajian Teori

Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi

tindakan keperawatan. Observasi yang dilakukan selama 3 hari

yaitu tanggal 09 – 10 Desember 2014. Dalam melakukan

tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan mengacu pada

protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan hasil

tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan

keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi penerapan

standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah

184
ditetapkan oleh Masterlist Instruksi Kerja yang mengacu pada

pedoman dari Departemen Kesehatan.

2) Kajian Data

Observasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat selama 3 hari yang dinilai berdasarkan Instruksi

Kerja Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu dan

berdasarkan Depkes didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 2.47
Kepatuhan terhadap SOP keperawatan (berdasarkan Instruksi Kerja RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu) Pre Implementasi
Jumlah
No. Kegiatan butir yang F Nilai Keterangan
dinilai
1 Mengukur tekanan 14 10 100% Sudah sesuai prosedur yang telah
darah ditetapkan.
2. Mengukur suhu 12 10 83,3% Tidak membersihkan temometer di
awal dan akhir pemakaian, dan tidak
mengangkat setelah 3-5 menit.(65%)
3 Mengukur nadi 9 10 88,9% Tidak dihitung selama 1 menit penuh
(100%)
4 Menghitung 9 10 88,9% Tidak dihitung selama 1 menit penuh
pernafasan (100%)
5 Perawatan luka 25 6 84% Tidak membawa korentang (100%)
Belum melaksanakan 7 langkah cuci
tangan (40%)
Hanya menggunakan 1 handscone
yaitu handscone bersih (100%)
Menggunakan satu alat medikasi
untuk beberapa pasien
6 Melaksanakan 7 9 100% Sudah sesuai prosedur yang telah
komunikasi ditetapkan
langsung/lisan
7 Memberikan obat per 7 10 71,4% Tidak mencuci tangan saat membagi
oral obat (100%)
Tidak menunggui pasien sampai
selesai minum obat (100%)
8 Memasang infus 29 3 100% Sudah sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan
9 Memberikan suntikan 21 10 90,4% Tidak memasang perlak dan bengkok
intravena per IV (100%)
selang infuse
10 Mengganti alat tenun 24 5 100% Sudah sesuai dengan prosedur yang
kotor pada tempat telah ditetapkan
tidur tanpa
memindahkan pasien

185
Sumber: Hasil observasi tanggal 09 – 10 Desember 2014

Nilai rata-rata: 90,69%

Tabel 2.48
Kepatuhan terhadap SOP keperawatan (berdasarkan Instruksi Kerja RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu) Post Implementasi
Jumlah
No. Kegiatan butir yang F Nilai Keterangan
dinilai
1 Mengukur tekanan 14 10 100% Sudah sesuai prosedur yang telah
darah ditetapkan (100%)
2. Mengukur suhu 12 10 100% Sudah sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan (100%)
3 Mengukur nadi 9 10 100% Sudah dihitung selama 1 menit penuh
(100%)
4 Menghitung 9 10 100% Sudah dihitung selama 1 menit penuh
pernafasan (100%)
5 Perawatan luka 25 6 96% Tidak membawa korentang (100%)
Sudah melaksanakan 7 langkah cuci
tangan (100%)
Sudah tidak menggunakan 1
handscone lagi (100%)
Sudah tidak menggunakan satu alat
medikasi untuk beberapa pasien
(100%)
6 Melaksanakan 7 9 100% Sudah sesuai prosedur yang telah
komunikasi ditetapkan (100%)
langsung/lisan
7 Memberikan obat per 7 10 85,7% Sudah mencuci tangan saat membagi
oral obat (100%)
Tidak menunggui pasien sampai
selesai minum obat (100%)
8 Memasang infus 29 3 100% Sudah sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan (100%)
9 Memberikan suntikan 21 10 90,4% Tidak memasang perlak dan bengkok
intravena per IV (100%)
selang infuse
10 Mengganti alat tenun 24 5 100% Sudah sesuai dengan prosedur yang
kotor pada tempat telah ditetapkan
tidur tanpa
memindahkan pasien

Sumber: Hasil observasi tanggal 29 – 31 Desember 2014

Nilai rata-rata: 97,2%

186
3) Analisa Data

Berdasarkan kajian data pre implementasi diatas yang

dinilai dari observasi selama 3 hari berturut-turut dalam

tindakan keperawatan yang dilakukan di ruang Hamka

berdasarkan Instruksi Kerja Rumah Sakit Umum PKU

Muhammadiyah Delanggu dalam kategori baik yaitu sebesar

90,69%. Tetapi untuk SOP (Instruksi Kerja) belum lengkap/

belum ada Instruksi Kerja untuk tindakan keperawatan seperti

pemeriksaan fisik.

Berdasarkan kajian data Post Implementasi diatas yang


dinilai dari observasi selama 3 hari berturut-turut pada tanggal
29-31 Desember 2014 dalam tindakan keperawatan yang
dilakukan di ruang Hamka berdasarkan Instruksi Kerja RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu dalam kategori baik yaitu
sebesar 97,21%. Dengan hasil tersebut maka terjadi peningkatan
prosentase dan perawat di ruang Hamka sebaiknya
mempertahankan sehingga menjadi perawat yang profesional.
Tabel 2.49
Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC Pre Implementasi
Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (Berdasarkan standar
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu) 09 – 10 Desember 2014
Instrumen
Ruang
A B C Rata-rata
Ruang perawatan 53,89% 70,1% 90,69% 71,56%
Hamka
Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Hamka

Tabel 2.50
Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC Post Implementasi
Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (Berdasarkan standar
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu)
29 – 31 Desember 2014

187
Instrumen
Ruang
A B C Rata-rata
Ruang perawatan 87% 97,1% 97,2% 93,8%
Hamka

Sumber: Rekapitulasi Post Implementasi Instrumen ABC di Ruang Hamka

Analisa data

Dari tabel diatas dapat disimpulkan setelah diberikan implementasi

dengan tahapan CNE, Sosialisasi dan Role Model pada Instrumen B yaitu

evaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu terhadap mutu asuhan

keperawatan mengalami peningkatan dari 92,7% menjadi 97,1% dan masuk

kategori baik.

Penilaian untuk instrumen C evaluasi tentang pelaksanaan tindakan

sesuai SOP juga mengalami peningkatan dari 90,7% menjadi 97,2% dan

termasuk kategori baik dimana terjadi peningkatan dimana perawata

melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP yang terbaru dimana

adanya tahap pre interaksi (persiapan), interaksi dan post Interaksi. Namuan

pada Instrumen A tentang pendokumentasian asuhan keperawatan tidak

dilakukan evaluasi karena pada pendokumentasian Asuhan Keperawatan

nilainya sudah termasuk kategori baik dengan rata-rata 87% dan juga tidak

dijadikan masalah/ POA.

188
Tabel 2.51
Kepatuhan terhadap SOP keperawatan (berdasarkan standar Depkes) Pre
Implementasi

Pre implementasi
Jumlah
No. Kegiatan butir yang F Nilai Keterangan
dinilai
1. Mengukur tanda- 33 10 70% Tidak melakukan fase orientasi
tanda vital (100%)
Tidak melakukan fase terminasi
(100%)
a. Penghitungan nadi :
Tidak dihitung 1 menit penuh (100%)
b. Penghitungan respirasi :
Tidak mencatat kedalaman
pernapasan (100%)
c. Pengukuran suhu :
Tidak membersihkan termometer
sebelum dan setelah pengukuran
suhu (100%)
d. Pengukuran tekanan darah :
Fase kerja sudah sesuai prosedur.
2 Perawatan luka 29 6 79,3% Tidak melakukan fase orientasi
(100%)
Fase kerja :
Tidak menggunakan bengkok (100%)
Tidak membawa korentang (100%)
Tidak menaruh instrumen yang sudah
dipakai kedalam bengkok berisi lisol
(100%)
Satu alat medikasi digunakan untuk
beberapa pasien.
Hanya menggunakan satu handscone
(100%)
3. Memberikan obat per 7 10 57,1% Tidak melakukan fase orientasi
oral (100%)
Tidak mencuci tangan saat membagi
obat (100%)
Tidak menunggui pasien sampai
selesai minum obat (100%)
4. Memasang infus 39 3 92,3% Tidak melakukan fase orientasi
(100%).
Tidak melakukan fase terminasi
(100%)
Tidak ada penilaian selama tindakan

189
(100%)
5. Memberikan suntikan 19 10 78,9% Tidak melakukan fase interaksi
intravena per IV (100%)
selang infuse Fase Kerja :
Tidak memasang perlak dan bengkok
(100%)
Saat akan menyuntikkan obat ke
pasien tidak menggunakan bak
instrumen untuk tempat obat (100%)
6. Mengganti alat tenun 11 5 100% Sudah sesuai dengan prosedur yang
kotor pada tempat telah ditetapkan
tidur tanpa
memindahkan pasien
Sumber: Hasil observasi tanggal 09 - 10 Desember 2014

Nilai rata-rata: 79,6 %

Tabel 2.52
Kepatuhan terhadap SOP keperawatan (berdasarkan standar Depkes) Post
Implementasi

Post implementasi
Jumlah
No. Kegiatan butir yang F Nilai Keterangan
dinilai
1. Mengukur tanda- 33 10 100% Sudah melakukan fase orientasi (100)
tanda vital Sudah melakukan fase terminasi
(100%)
a. Penghitungan nadi :
Sudah dihitung 1 menit penuh (100%)
b. Penghitungan respirasi :
Sudah mencatat kedalaman
pernapasan (100%)
c. Pengukuran suhu :
Sudah membersihkan termometer
sebelum dan setelah pengukuran
suhu (100%)
d. Pengukuran tekanan darah :
Fase kerja sudah sesuai prosedur.
2 Perawatan luka 29 6 96,6% Sudah melakukan fase orientasi
(100%)
Fase kerja :
Sudah menggunakan bengkok (100%)
Tidak membawa korentang (100%)
Tidak menaruh instrumen yang sudah
dipakai kedalam bengkok berisi lisol
(100%)
Sudah tidak menggunakan satu alat
medikasi digunakan untuk beberapa
pasien.
Sudah tidak menggunakan satu
handscone lagi (100%)

190
3. Memberikan obat per 7 10 85,7% Sudah melakukan fase orientasi
oral (100%)
Sudah mencuci tangan saat membagi
obat (100%)
Tidak menunggui pasien sampai
selesai minum obat (100%)

4. Memasang infus 39 3 100% Sudah sesuai dengan prosedur (100%)


5. Memberikan suntikan 19 10 89,5% Sudah melakukan fase interaksi
intravena per IV (100%)
selang infuse Fase Kerja :
Tidak memasang perlak dan bengkok
(100%)
Saat akan menyuntikkan obat ke
pasien tidak menggunakan bak
instrumen untuk tempat obat (100%)
6. Mengganti alat tenun 11 5 100% Sudah sesuai dengan prosedur yang
kotor pada tempat telah ditetapkan
tidur tanpa
memindahkan pasien

Sumber: Hasil observasi tanggal 29 -31 Desember 2014

Nilai rata-rata: 95,3 %

3) Analisa Data

Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi

selama 3 hari berturut-turut pada tanggal 09 – 10 Desember 2014 dalam

tindakan keperawatan yang dilakukan di ruang Hamka berdasarkan

standar Depkes sebesar 79,6% dengan kategori baik. Tetapi untuk poin

mengukur tanda-tanda vital (70%), perawatan luka (79,3%),

memberikan obat per oral (57,1%) dengan hasil tersebut perlu adanya

evaluasi bagi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu.

Berdasarkan kajian data post implementasi diatas yang dinilai

dari observasi selama 3 hari berturut-turut tanggal 29-31 Desember

2014 dalam tindakan keperawatan yang dilakukan di ruang Hamka

berdasarkan Depkes sebesar 95,3% dengan kategori baik. Pada poin

191
yang menjadi kekurangan, saat post implementasi sudah mengalami

peningkatan yaitu pengukuran TTV sebesar 100%, pemberian obat per

oral sebesar 85,7%, perawatan luka sebesar 96,6%. Dengan hasil

tersebut maka terjadi peningkatan prosentase dan perawat di ruang

Hamka sebaiknya mempertahankan sehingga menjadi perawat yang

profesional.

Tabel 2.53
Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC Pre Implementasi
Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (Berdasarkan standar
Depkes) 09 – 10 Desember 2014
Instrumen
Ruang
A B C Rata-rata
Ruang perawatan 87 % 70,1% 79,6% 78,9%
Hamka

Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Hamka RSU PKU


Muhammadiyah Delanggu

Tabel 2.54
Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC Post Implementasi
Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu (Berdasarkan standar
Depkes) 29 -31 Desember 2014
Instrumen
Ruang
A B C Rata-rata
Ruang perawatan 87% 87,5% 95,3% 89,9%
Hamka
Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu

3. Hasil evaluasi manajemen bimbingan

a. Kajian teori

Praktek klinik keperawatan (PKK) merupakan proses

transformasi dari mahasiswa yang akan menjadi seorang perawat

professional. Pada fase ini mahasiswa mendapat kesempatan

192
beradaptasi pada perannya sebagai perawat profesional dalam

masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan

keperawatan.

Metode mendidik mahasiswa keperawatan diharapkan

memungkinkan pendidik memilih dan menetapkan cara mendidik

yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik individual

peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran.

Jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial,

konferensi, bed side teaching, observasi dan ronde keperawatan, dan

proses insiden. Dengan metode tersebut memungkinkan identifikasi

masalah, penentuan tindakan yang akan diambil, implementasi

pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan diskusi untuk menggali

proses berpikir dalam menanggapi situasi.

Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan meliputi:

1) Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut : karakteristik

unitan, klien, protap, alat dll.

2) Memonitor pelaksanaan praktek mahasiswa yang meliputi

kemampuan, ketaatan mematuhi kebijakan RS dan institusi

pendidikan, serta memberikan terguran jika terjadi pelanggaran.

3) Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi peserta didik.

4) Menyerahkan dan membimbing siswa atau mahasiswa dalam

rangka pencapaian kompetensi yang diharapkan.

193
5) Memotivasi dan minat dan semangat belajar untuk peningkatan

kemampuan siswa atau mahasiswa.

6) Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan

hubungan serta pelaporan kepada pihak yang terkait.

7) Mengevaluasi bimbingan praktek yang meliputi pengetahuan,

sikap dan ketrampilan.

8) Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktek

siswa atau mahasiswa dengan kesatuan kerja yang terkait.

9) Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait yang ada

di rumah sakit dan institusi pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan bimbingan praktek.

10) Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan balik asuhan

keperawatan yang telah dibuat pada evaluasi keterampilan.

11) Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan

keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien.

b. Kajian Data

Ruang Hamka dijadikan sebagai lahan praktek D3

Keperawatan. Mahasiswa yang memanfaatkan Ruang Hamka

sebagai lahan praktek adalah mahasiswa D3 Keperawatan. Kajian di

peroleh dari para praktekan dengan wawancara.

Tabel 2.55
Hasil Evaluasi Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan
(Format Pembimbing Klinik) Di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu (n=3) 09 – 10 Desember 2014
n Kegiatan Ya Tidak

194
No ∑ % ∑ %
1. Menerima peserta didik di ruangan tempat 3 100% _ 0%
pembimbing klinik
2. Mengorientasikan tata tertib bagi mahasiswa 3 100% _ 0%
praktikan
3. Mengorientasikan peserta didik di ruangan, 3 100% _ 0%
meliputi : karakteristik ruangan, karakteristik
pasien, protap kegiatan ruangan
4. Menciptakan lingkungan praktek yang nyaman 3 100% _ 0%
bagi peserta didik
5. Menerima informasi jadwal dinas dari 3 100% _ 0%
pembimbing pendidikan dan memberikan
umpan balik jika ada ketidaksesuaian dengan
situasi ruangan
6. Menonitor pelaksanaan dinas peserta didik 3 100% _ 0%
7. Menginformasikan kepada pembimbing 3 100% _ 0%
pendidikan apabila ada peserta didik yang dinas
tidak sesuai aturan
8. Menerima pemberitahuan dari peserta didik 3 100% _ 0%
yang sakit atau cuti
9. Menonitor penggantian dinas yang dilakukan 3 100% _ 0%
peserta didik
10. Menolak peserta didik yang dinas diluar jadwal, 3 100% _ 0%
kecuali ada pemberitahuan sebelumnya
11. Melakukan kerjasama dengan pembimbing 3 100% _ 0%
pendidikan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan bimbingan PKK, sesuai dengan
metode yang telah ditentukan
12. Mengikuti kegiatan bimbingan : pre-post 3 100% _ 0%
confrence, bed side teaching dll, sesuai dengan
metode yang telah ditentukan
13. Mempersiapkan kelangkapan bahan peralatan 3 100 % - 0%
dan pasien yang akan dijadikan sumber
pengalaman kerja
14. Mengikutkan peserta didik dalam asuhan 3 100% - 0%
keperawatan
15. Memotivasi minat dan semangat belajar untuk 3 100% _ 0%
meningkatkan kemampuan peserta didik
16. Memfasilitasi peserta didik saat memberikan 3 100% _ 0%
asuhan keperawatan kepada pasien
17. Mengetahui pasien kalolaan peserta didik 3 100% _ 0%
18. Mengecek dokumentasi di status pasien 3 100% _ 0%
kelolaan peserta didik
19. Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi 3 100% _ 0%
kemampuan, ketaatan mematuhi kebijakan RS
dan Institusi pendidikan, serta memberikan
teguran jika terjadi pelanggaran
20. Mengarahkan dan membimbing peserta didik 3 100% _ 0%
dalam rangka pencapaian target kompetensi
yang diharapkan
21. Mengesahkan pencapaian target kompetensi 3 100% _ 0%
peserta didik

195
22. Melakukan pertemuan rutin dengan 2 1 33,3%
pembimbing akademik/ institusi pendidikan
untuk evaluasi PKK 66,7%
23. Pembimbing akademik rutin memantau 1 33,3% 2 66,7%
perkembangan peserta didik yang ada di
ruangan dan berkoordinasi dengan pembimbing
klinik
Jumlah 66 95,65% 3 4,3%
Sumber : data primer hasil wawanca Mahasiswa Praktikan

b. Analisa Data

Berdasarkan observasi dan wawancara dari perawat serta

mahasiswa praktek diruang Hamka didapatkan hasil diantaranya

yaitu terdapat 1 pembimbing klinik yang saat ini menjabat sebagai

kepala ruang. Selama pengkajian terdapat praktikan dari Akper

Mamba’ul Ulum Surakarta. Dari hasil penyebaran angket kepada 3

praktikan didapatkan hasil angka rata-rata 95,65%, hal ini

menunjukkan bahwa bimbingan mahasiswa praktek dalam katagorik

baik. Namun, ada berbagai kendala yaitu melakukan pertemuan rutin

dengan pembimbing akademik/institusi pendidikan untuk evaluasi

PKK (33,3%) dan pembimbing akademik rutin memantau

perkembangan peserta didik yang ada diruangan dan berkoordinasi

dengan pembimbing klinik (66,7%). Ada beberapa hal yang perlu

ditingkatkan yaitu adanya meeting morning, pre dan post conference

karena ketiga poin tersebut belum terlaksana di ruang Hamka.

Pelaksanaan bed side teaching dilimpahkan kepada pembimbing

klinik dan pembimbing akademik. Bed side teaching sudah

dilaksanakan oleh pembimbing klinik di ruang Hamka.

196
4. Penilaian Kinerja Perawat

a. Kajian teori

Penilaian kinerja merupakan alat yang dapat dipercaya oleh

manager perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan

produktifitas ( Swansburg, 1987 cit Nursalam 2002 ).

Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam

mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa

keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi.

Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum

digunakan ada 5 yaitu:

1) Laporan bebas

2) Pengurusan sederhana

3) Ceklist pelaksanaan kerja

4) Penilaian grafik

5) Perbandingan pilihan ( Henderson, 1984 cit Nursalam, 2002)

Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan

masing-masing manager atau penyelia penilai untuk menilai kinerja

tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja dengan uraian

deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap

akhir tahun.

Perbandingan untuk mengukur kinerja masing-masing tenaga

kerja dalam mengembangkan kualitas kerja pembinaan selanjutnya,

197
tindakan perbaikan atas pekerjaan yang kurang sesuai dengan

deskripsi pekerjaan, serta untuk keperluan yang berhubungan dengan

masalah ketenagakerjaan lainnya ( Sastrohadiwiryo, 2002).

Unsur- unsur yang dinilai :

1) Kesetiaan: tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan, dan

mengamalkan sesuatu yang diamalkan dan ditaati dengan penuh

kesadaran dan tanggung jawab

2) Prestasi kerja: kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja

dalam melaksanakn tugas dan pekerjaan yang diberikan

padanya.

3) Tanggung jawab : kesanggupan tenaga kerja dalam

menyelesaikan tugas dan tanggungjawab yang diserahkan

padanya dengan sebaik – baiknya dan tepat waktu serta berani

mengambil resiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan

yang dilakukannya.

4) Ketaatan : kesanggupan seorang tenaga kerja untuk menaati

segala ketetapan peraturan perundang – undangan dan peraturan

kedinasan yang berlaku kedinasan yang diberikan atasan yang

berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan

198
yang telah ditetapkan perusahaan atau pemerintah, baik tertulis

maupun tidak tertulis.

5) Kejujuran : Ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan sera kemampuan untuk tidak

menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

6) Kerjasama : Kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja

bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu

tugas dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

7) Prakarsa : Adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk

mengambil keputusan, langkah-langkah atua melaksanakan

sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas

pokok tanpa menunggu perintah dan bimbiongan dari manager

lini.

8) Kepemimpinan : Kemampuan yang dinilai seorang tenaga kerja

untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara

maksimum untuk melaksanakan tugas pokok penilaian unsur

kepemimpinan yang diperuntukkan untuk mereka yang memiliki

jabatan seluruh hierarki dalam perusahaan.

b. Kajian Data

Penilaian kinerja perawat di Ruang Hamka dilakukan

penilaian dengan melibatkan perawat sebagai individu yang dinilai.

Penilaian kinerja dilakukan dengan melibatkan atasan perawat

(kepala ruang) setiap tahun dilakukan penilaian setiap 12 bulan (pada

199
bulan januari dan Desember) dengan format penilaian yang meliputi

penilaian kompetensi dan standar kedisiplinan dari rumah sakit

kemudian nilai dikumpulkan dibagian keperawatan. Penilaian yang

didapatkan berdasarkan hasil persetujuan dengan perawat yang

dinilai.

Ruang Hamka sebagai bagian pelayanan dari RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu juga memberlakukan sistem penilaian

kinerja dengan instrumen yang dibuat oleh manajemen RS.

Pengisian format penilaian / instrument dilakukan oleh perawat

atasan pada setiap perawat pelaksana. Nilai yang didapatkan

kemudian diklarifikasi kepada masing-masing perawat pelaksana

yang dinilai. Setelah didapatkan nilai yang disetujui oleh perawat

pelaksana, perawat atasan mengajukan hasil penilaian kepada kepala

Instalasi untuk disetujui dan kemudian diteruskan ke direktur

pelayanan. Penilaian kinerja perawat ruang Hamka RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu 2014 sudah dilakukan, dengan range nilai

rata-rata 76-82 dengan kategori baik. Data tidak dapat ditampilkan

karena bersifat rahasia.

c. Analisa Data

Berdasarkan kajian data diatas didapatkan hasil penilaian

kinerja sudah rutin dilakukan, hasil penilaian rata-rata kinerja klinis

perawat Hamka adalah dalam kategori baik dengan nilai antara 76-

82. Namun setelah diteliti setiap perawat memiliki tahun terakhir

200
penilaian yang berbeda dan berdasarkan pengamatan belum terlalu

banyak digunakan sebagai alat untuk rencana pengembangan

pegawai, terutama perawat

5. Kepuasan kerja karyawan

a. Kajian teori

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibanding dengan

harapan (Sutono, 2001). Kepuasan dipengaruhi oleh sumber daya

pendidikan, pengetahuan, sikap, gaya hidup, demografi, budaya,

sosial ekonomi, keluarga, dan situasi yang dihadadapi. Kepuasan

kerja (job satisfication) adalah keadaan emosional yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan

memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan

perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan nampak dari sikap

positif karyawan terhadap pekerjaannya serta segala sesuatu yang

dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko, 1993).

Peningkatan suasana kerja yang kondusif serta permberi

dukungan dari perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi,

peningkatan hubungan interpersonal dapat meningkatkan kepuasan

kerja dan meningkatkan Turn Over perawat sehingga diperlukan

201
rentang dukungan yang kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit

rawat atau tatanan pelayan kesehatan yang lain.

Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaan

merupakan keadaan yang sifatnya subjektif, yang merupakan hasil

kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa

yang secara nyata diterima oleh pegawai dari pekerjaannya

dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan, dan

dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya.

Sementara setiap pegawai secara subjektif menentukan bagaimana

pekerjaan itu memuaskan (Gomes, 1995).

Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan

hal yang bersifat individu. Setiap individu akan memiliki tingkat

kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan situasi nilai-nilai yang

berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan

yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat

kepuasan yang dirasakan demikian pula sebaliknya. Kepuasan kerja

dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan kerja, karakteristik

pekerjaan, dan karakteristik pekerja. Semakin tua usia karyawan,

maka lebih cenderung merasa puas karena semakin tinggi jenjang

pekerjaan karyawan.

Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak

dimensi). Suatu kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya

akan menyembunyikan pertimbangan subjektif dari pegawai

202
mengenai kepuasannya sehubungan dengan gaji, keselamatan kerja,

supervisi, relasi-relasi antarperorangan dalam kerja, peluag-peluang

di masa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri (Gomes, 1995).

Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi langsung maupun

tidak langsung terhadap efektivitas kerja organisasi. Kepuasan kerja

karyawan yang rendah menjadi penyebab menurunnya kondisi kerja,

kinerja dan kualitas produksi dalam berorganisasi.(Gomes, 1995).

Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk

aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja

tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada

gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering

melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan,

emosinya tidak stabil, sering absent, dan melakukan kesibukan yang

tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan.

Sedangkan karyawan yang mempunyai kepuasan kerja biasanya

mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang lebih baik,

kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan (kadang-kadang)

berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak

memperoleh kepuasan kerja (Handoko, 2001).

Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu

sendiri mungkin mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan

keinginan untuk ganti pekerjaan juga bisa mempengaruhi kesediaan

untuk bekerja. Kesediaan atau motivasi seorang pegawai untuk

203
bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan

yang berorientasikan tujuan.

Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah

kemajuan, pegakuan, tanggungjawab, perkembangan karir, dan

pekerjaan itu sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Herzberg seperti

dikutip oleh Frazer (1992). Faktor-faktor yang disebut pemuas

(Satisfier factors) tersebut jika dapat dioptimalkan akan membantu

perbaikan prestasi, menurunkan, mutasi, menunjang sikap toleran

dan kesehatan mental. Sedangkan factor lainya adalah penunjang

kepuasan (hygiene factors) antara lain kondisi kerja, upah/gaji, dan

hubungan antarpribadi. Jika factor ini tidak atau kurang memadai

akan menyebabkan ketidakpuasan diantara para karyawan. Sehingga

menurut Hezberg cit Fatiah (1967), peningkatan kualitas kerja akan

memperbaiki kualitas pekerjaan. Desain struktur dari organisasi

formal, kebijakan, dan praktek-praktek sumber daya manusia dalam

organisasi, tingkatan stres di tempat kerja, kultur nasional dan kultur

internal dalam organisasi, semuanya akan berdampak pada kepuasan

kerja. (Mukhlas cit Fatiah, 2002).

Wesley dan Yulk (1997) juga mengatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya

adalah :

1) Kompensasi

204
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah

dia membandingkan dengan rekan lain baik didalam maupun

diluar organisasi tempat kerja.

2) Supervisi

Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan diwaktu

memberikan bimbingan.

3) Pekerjaan itu sendiri

Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri

(informasi langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas

efektifitas dan hasil kerjanya).

4) Rekan kerja

Perilaku rekan kerja terhadap individu pekerja lain.

5) Keamanan kerja

Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaanya selama kerja,

termasuk imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan,

pensiunan dihari depannya.

6) Kesempatan pengembangan diri

Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir.

Menurut Djojodibroto (1997) untuk memperoleh pelayanan

asuhan keperawatan yang baik diperlukan staf yang mempunyai

dedikasi tinggi dan komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan.

Disamping komitmen yang ada pada staf, diperlukan juga kepuasan

kerja yang akan mendorong staf melaksanakan komitmennya itu

205
secara baik. Kepuasan kerja karyawanan dapat mempengaruhi hasil

mutu asuhan keperawatan yang diberikan.

Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik

pula. Sistem penggajian pegawai RS haruslah :

1) Memenuhi ketentuan upah minimum

2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS

3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara

imbalan jasa dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan

prestasi kerja untuk itu harus ada gaji dasar.

4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik

5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar

6) Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting

dalam institusi RS. Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat

dipastikan akan rendah apabila mutu tenaga kerja rendah. Cara

meningkatkan mutu tenaga dapat ditempuh dengan cara :

a) Penempatan tenaga yang sesuai

b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi

kerja

c) Hubungan kerja yang manusiawi

d) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM

e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan

struktural.

206
Upah atau gaji yang besar tidak selalu bisa menamin

kepuasan kerja karyawan. Mc. Closey (1974), menemukan bahwa

intrinsic rewards, seperti achievement memiliki hubungan yang lebih

kuat dengan kepuasan kerja daripada factor ekstrinsik seperti gaji.

Smith, Kendall & Hullin (cit Price, 1972) dalam penelitianya

tentang kepuasan kerja menggunakan 5 dimensi kepuasan terhadap

pekerjaan, yaitu dari aspek pekerjaan itu sendiri, pengawasan,

penggajian, kesempatan promosi, dan aspek rekan kerja, sebagai

faktor-faktor penentu kepuasan kerja.

b. Kajian Data

Wawancara mendalam dilakukan terhadap 9 orang perawat

yang aktif bertugas jaga di Ruang Hamka.

Tabel 2.56
Evaluasi Data Kepuasan Kerja Karyawan di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu (n=9)
TP P
No Pertanyaan
N % N %
1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang
2 22,22% 7 77,78%
saudara lakukan
2 System penggajian yang dilakukan institusi tempat
1 11,11% 8 88,89%
saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan
1 11,11% 8 88,89%
saudara
4 Pemberian insentif tambahan 1 11,11% 8 88,89%
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang
1 11,11% 8 88,89%
mendukung pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi,
2 22,22% 7 77,78%
tempat parkir, dll
7 Kondisi ruangan kerja terutama yang berkaitan dengan
2 22,22% 7 77,78%
ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan 1 11,11% 8 88,89%
9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara 2 22,22% 7 77,78%
10 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja 2 22,22% 7 77,78%
11 Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan 2 22,22% 7 77,78%
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara 2 22,22% 7 77,78%
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang
2 22,22% 7 77,78%
pendidikan saudara

207
14 Kesesuaian antara waktu bekerja dengan penugasan yang
2 22,22% 7 77,78%
diberikan
15 Kemampuan supervisi / pengawas dalam menjalankan
2 22,22% 7 77,78%
tugasnya
16 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini 2 22,22% 7 77,78%
17 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam
2 22,22% 7 77,78%
meneyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja
2 22,22% 7 77,78%
melalui pelatihan dan pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih penting 2 22,22% 7 77,78%
20 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan
2 22,22% 7 77,78%
mendapatkan kenaikan pangkat
Jumlah 35 19,44% 145 80,56%
Sumber : Data primer perawat Hamka

Keterangan :
TP : Tidak Puas
P : Puas

c. Analisa data

Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian

kuesioner pada 9 orang perawat di ruang Hamka didapatkan

gambaran bahwa sebagian perawat diruang Hamka menyatakan

puas sebesar 80,56%, sedangkan yang menyatakan tidak puas

sebesar 19,44%. Hal ini dikarenakan perawat belum memahami

tugas sesuai dengan tanggung jawab yang di standarkan dari Depkes.

6. Mutu Klinik Keperawatan

a. Kajian Teori

Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan

telah ditetapkan indikator klinik keperawatan. Indicator adalah

pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. Green

208
(1992) dan WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel

untuk mengukur suatu perubahan baik langssung maupun tidak

langsung.

Indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman

untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan

berdampak terhadap pelayanan (Direktorat Bina Pelayanan

Keperawatan, Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI, 2008).

Karakteristik suatu indikator adalah:

1) Sahih (valid)

2) Dapat dipercaya (reliable)

3) Peka (sensitive)

4) Spesifik (specifik)

5) Berhubungan (relevan)

Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik sebagai berikut:

1) Keselamatan pasien (patient safety)

Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan

pemberian obat dan cidera akibat restrain.

2) Perawatan diri

Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar

manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain

sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan

perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, ISK,

dll.

209
3) Kepuasan pasien

Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan

pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang

diharapkan.

4) Kecemasan

Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman

seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman.

5) Kenyamanan

Bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.

6) Pengetahuan

Discharge Palnning adalah suatu proses yang dipakai sebagai

pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien

untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat

perawatan ke tempat lain. Dalam perencanaan pulang, pasien

dapat dipindahkan ke rumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas

rehabilitasi, nursing home, hospice, home care atau tempat-

tempat lain di luar RS.

b. Kajian data
Pre Implementasi
Tabel 2.57
Evaluasi Mutu Klinik Keperawatan di Ruang Hamka
Score Setuju dan Tidak Setuju (n = 15)

210
Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
Perawat N % N %
1 Perawat dalam melayani pasien bersikap 15 100% 0 0%
sopan dan ramah
2 Perawat Menjelaskan tentang pelayanan 12 80% 3 20%
yang diberikan selama dirawat termasuk
fasilitas yang tersedia
3 Perawat membantu menjaga kebersihan 6 40% 9 60%
pasien ( mandi, gosok gigi, BAB, BAK,
ganti pakaian )
4 Perawat dengan tepat memberikan obat 13 86,7% 2 13,3%
kepada pasien dan mengawasi serta
memotivasi untuk kesembuhanya.
5 Perawat meberikan penjelasan sebelum 15 100% 0 0%
melakukan tindakan
keperawtan/pengobatan
6 Perawat mengontrol cairan infus dan 13 86,7% 2 13,3%
area sekitar permasalahan jarum infus
secara teratur
7 Perawat memonitor kondisi pasien 15 100% 0 0%
secara teratur setiap waktu termasuk
keamanan dan kenyamanannya
8 Perawat tanggap dan terampil 15 100% 0 0%
menangani keluhan dan kondisi pasien
9 Perawat menjelaskan perawatan 15 100% 0 0%
lanjutan, pengobatan dan pemeriksaan
apabila pasien diperbolehkan pulang
Jumlah 119 14
Rata-rata 88,1% 11,9%

Post Implementasi

Tabel 2.58
Evaluasi Mutu Klinik Keperawatan di Ruang Hamka
Score Setuju dan Tidak Setuju (n = 15)
Pertanyaan Setuju Tidak Setuju
Perawat N % N %
1 Perawat dalam melayani pasien bersikap 15 100% 0 0%
sopan dan ramah
2 Perawat Menjelaskan tentang pelayanan 15 100% 0 0%
yang diberikan selama dirawat termasuk
fasilitas yang tersedia
3 Perawat membantu menjaga kebersihan 12 80% 3 20%
pasien ( mandi, gosok gigi, BAB, BAK,
ganti pakaian )
4 Perawat dengan tepat memberikan obat 15 100% 0 0%
kepada pasien dan mengawasi serta
memotivasi untuk kesembuhanya.
5 Perawat meberikan penjelasan sebelum 15 100% 0 0%
melakukan tindakan
keperawtan/pengobatan

211
6 Perawat mengontrol cairan infus dan 15 100% 0 0%
area sekitar permasalahan jarum infus
secara teratur
7 Perawat memonitor kondisi pasien 15 100% 0 0%
secara teratur setiap waktu termasuk
keamanan dan kenyamanannya
8 Perawat tanggap dan terampil 15 100% 0 0%
menangani keluhan dan kondisi pasien
9 Perawat menjelaskan perawatan 15 100% 0 0%
lanjutan, pengobatan dan pemeriksaan
apabila pasie diperbolehkan pulang
Jumlah 132 3
Rata-rata 97,8% 2,2%

c. Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan kajian data diatas yang didapatkan dari hasil

kuesioner dan wawancara pada 15 orang keluarga pasien di ruang

Hamka didapatkan gambaran bahwa sebagian menyatakan setuju

sebanyak 88,1 %. Sebanyak 11,9 % menyatakan tidak setuju, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa mutu keperawatan klinik di

ruang Hamka termasuk kategori baik.

Post Implementasi

Berdasarkan kajian data post implementasi diatas yang

didapatkan dari hasil kuesioner dan wawancara pada 15 orang pasien

di ruang Hamka didapatkan gambaran bahwa sebagian menyatakan

setuju sebanyak 97,8 %. Sebanyak 2,2 % menyatakan tidak setuju,

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mutu keperawatan klinik

di ruang Hamka termasuk kategori baik. Mutu pelayanan klinik di

ruang Hamka ini harus dipertahankan atau mungkin bisa untuk

ditingkatkan lagi.

212
7. Evaluasi Program Dan Sasaran Mutu Rawat Inap

Bentuk kinerja klinis perawat dapat dilihat dari kejadian infeksi

nosokomial, angka dekubitus, infeksi jarum infuse dan kejadian pasien

jatuh. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang

dirawat di RS atau infeksi yang didapat selama perawatan atau

pemeriksaan di RS tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya, dan

minimal terjadi selama 48 jam sesudah masuknya kuman. Infeksi terjadi

setelah pasien dengan masa perawatan lebih lama dari masa inkubasinya.

Infeksi nosokomial dapat menyebar melalui beberapa jalur, yaitu jalur

kontak, jalur droplet dan jalur debu. Jalur kontak dibagi atas kontak

langsung dan kontak tidak langsung (Depkes RI, 2003).

a. Kajian Teori

1) Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi

pada perawat atau pasien saat dilakukan perawatan di rumah

sakit (Alvarado, 2000).

Penyebab terjadinya infeksi nosokomial menurut

Alvarado (2000) adalah :

a) Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu.

b) Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun

dukungan laboratorium.

c) Standar dan praktek yang tidak memadai untuk

pengoperasian bank darah dan pelayanan transfusi

213
d) Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di

RS yang membuat cairan sendiri

e) Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena

penggunaan antibiotik spektrum luas yang berlebih atau

salah.

Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut

a) Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat

menyebabkan cacat yang permanen dan kematian

b) Dampak tertinggi pada negara-negara sedang berkembang

dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.

c) Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai negara yang

tidak mampu dengan meningkatkan lama perawatan di

rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan

penggunaan layanan lain (Ducel, G. et al, 2002).

Infeksi nosokomial sebagian besar dapat dicegah dengan

berbagai cara pencegahan infeksi yang telah tersedia dan relatif

murah yaitu:

a) Menerapkan Tindakan Pencegahan Baku khususnya cuci

tangan (atau penggunaan larutan cuci tangan antiseptik) dan

memakai sarung tangan.

b) Memproses alat dan benda bekas pakai dengan benar.

c) Mengurangi suntikan yang tidak aman dan tidak perlu.

214
d) Meningkatkan praktek pencegahan infeksi di Kamar

Operasi dan ruang lain yang beresiko tinggi untuk

mencegah infeksi luka bedah dan mencegah penyakit yang

ditularkan melalui darah.

2) Dekubitus

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai

jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai

mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area

secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan

sirkulasi darah setempat (Craven & Hinrle., 2000).

Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan

yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompressi

jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony

prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu

yang lama. Kompressi jaringan akan menyebabkan gangguan

pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini

berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran

darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat

mengakibatkan kematian sel (Soeparman ,2001)

Tanda dan Gejala, stadium dan komplikasi dekubitus,

yaitu:

215
a) Stadium Satu

1) Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi.

Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal, maka

akan tampak salah satu tanda sebagai berikut:

perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih

hangat)

2) Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)

3) Perubahan sensasi (gatal atau nyeri)

4) Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan

sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada

yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna

merah yang menetap, biru atau ungu.

b) Stadium Dua

Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis

atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya

superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang

dangkal.

c) Stadium Tiga

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi

kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih

dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti

lubang yang dalam

d) Stadium Empat

216
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan

kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada

otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta

saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka

tekan (Taylor, Lillis, & Le Mone, 2002).

Pencegahan dan Intervensi awal pasien ulkus dekubitus

menurut Marison Moya,(2004) :

a) Kaji resiko individu terhadap kejadian luka tekan

b) Pengkajian resiko luka tekan seharusnya dilakukan pada

saat pasien memasuki RS dan diulang dengan pola yang

teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada

pasien, seperti pembedahan atau penurunan status kesehatan

(Beberapa instrumen pengkajian resiko dapat digunakan

untuk mengetahui skor resiko.

c) Identifikasi kelompok kelompok yang beresiko tinggi

terhadap kejadian luka tekan. Orangtua dengan usia lebih

dari 60 tahun, bayi dan neonatal, pasien injuri tulang

belakang adalah kelompok yang mempunyai resiko tinggi

terhadap kejadian luka tekan

d) Kaji keadaan kulit secara teratur (Pengkajian kulit

setidaknya sehari sekali, Kaji semua daerah diatas tulang

yang menonjol setidaknya sehari sekali, Kulit yang

kemerahan dan daerah diatas tulang yang menonjol

217
seharusnya tidak dipijat karena pijatan yang keras dapat

mengganggu perfusi ke jaringan)

e) Kaji status mobilitas

f) Minimalkan terjadinya tekanan

g) Kaji dan minimalkan terhadap pergesekan (friction)dan

tenaga yang merobek (shear).

h) Kaji inkontinensia

i) Kaji status nutrisi

j) Kaji dan monitor luka tekan pada setiap penggantian

balutan luka

k) Kaji faktor yang menunda status penyembuhan

l) Evaluasi penyembuhan luka

m) Kaji komplikasi yang potensial terjadi karena luka tekan

seperti abses, osteomielitis, bakteremia, fistula

n) Beri pasien edukasi berupa penyebab dan faktor resiko

untuk luka tekan dan cara cara untuk meminimalkan luka

tekan

Stadium ulkus dekubitus menurut Marison Moya (2004)

yaitu :

a) Dekubitus derajat I

Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis

b) Dekubitus derajat II

Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal

218
c) Dekubitus derajat III

Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada

bungkus otot dan sering sudah ada infeksi

d) Dekubitus derajat IV

Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan

sering pula diserta jaringan nekrotik

3) Kejadian Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita

atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan

seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai / tempat yang

lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka

(Reuben, 1996).

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa

yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular,

muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan

yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya

berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan (Kozier &

Erb, 2004)

Tabel 2.59
Evaluasi Program Dan Sasaran Mutu Rawat Inap Tahun 2014
No Indikator Target Terukur Hasil (%)
1 Dekubitus ≤ 1,5% 0
2 Kejadian Jatuh 0% 0,9

Sumber : Arsip ruang Hamka

219
c. Analisa Data :

1) Kejadian dekubitus diruang Hamka pada bulan januari sampai

bulan November tahun 2014 rata-rata 0% dengan demikian hasil

penilaian kejadian dekubitus sama dengan standar yang berarti

baik dan tidak terjadi kejadian dekubitus. Kejadian jatuh diruang

Hamka pada bulan januari sampai bulan September tahun 2012

rata-rata 0,9% dengan demikian hasil penilaian kejadian pasien

jatuh dibawah standar yang berarti baik, tetapi akan lebih baik

lagi ditingkatkan mutu pelayanan agar angka kejadian jatuh bisa

ditekan dan bahkan hilang.

220
BAB III

MASALAH DAN PERENCANAAN

A. Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Unsur Input

1) Ruang Hamka belum mempunyai bagan struktur organisasi

beserta uraian tugas & model asuhan profesional belum

dilaksanakan secara optimal

2) Di ruang Hamka sudah terdapat SAK dari 10 besar penyakit,

namun masih belum sesuai.

3) Kompetensi SDM belum memadai sesuai tugas di ruang Hamka.

b. Unsur Proses

1) Peran KaRu kurang optimal.

2) Pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal.

3) Pelaksanaan operan jaga di Ruang Hamka sudah berjalan

dengan baik tetapi pelaksanaannya belum optimal, hal ini

berdasarkan pengkajian data didapatkan hasil sebesar 14,54%,

belum terlaksananya dengan optimal dikarenakan perawat hanya

221
kadang-kadang dalam menginformasikan pada pasien atau

keluarga nama perawat sift berikutnya pada akhir tugas.

4) Belum terlaksanaan meeting morning, pre conference dan post

conference di ruangan.

5) Pelaksanaan prosedur cuci tangan belum sesuai prosedur yang

berlaku.

6) Pelaksanaan orientasi pasien baru belum optimal.

c. Unsur Output

1) Kepuasan pelayanan pasien.

B. Prioritas Masalah

1. Ruang Hamka belum mempunyai bagan struktur organisasi beserta uraian

tugas & model asuhan profesional belum dilaksanakan secara optimal.

2. Di ruang Hamka sudah terdapat SAK dari 10 besar penyakit, namun masih

belum sesuai.

3. Pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal.

4. Peran KaRu kurang optimal.

5. Belum adanya pelaksanaan meeting moorning, pre conference dan post

conference.

6. Pelaksanaan orientasi pasien baru belum optimal.

7. Pelaksanaan prosedur cuci tangan belum sesuai prosedur yang berlaku.

8. Kompetensi SDM belum memadai sesuai tugas di ruang Hamka.

9. Kepuasan pelayanan pasien.

222
10. Operan jaga

223
PERENCANAAN
Plan of Action Praktik Klinik Manajemen Keperawatan
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 08 Desember – 03 Januari 2014
WAK TU PEMBIMBI
N POKOK URAIAN PENANGGUN
MASALAH TUJUAN SASARAN TARGET PELAKSA NG
O KEGIATAN KEGIATAN G JAWAB
NAAN
1. Pembuatan Membuat 1 . Menetapkan Memperjelas Ruang 85 % Minggu ke III Muh. Mustofa, Endang W,
bagan struktur bagan struktur peran dan Hamka S.Kep M.Pd.,
organisasi struktur organisasi fungsi dari M.Kes
organisasi Konsultasi dengan masing–
Ka Subid, manager masing
RANAP , Ka Ru petugas
2. Pembahasan
struktur Organisasi
dengan unsur
terkait
3. Sosialisasi

2. Ruang Hamka CNE tentang 1.Koordinasi dengan Diharapkan Ruang 85% Minggu II Sutrisno, S.Kep Setianingsih,
dalam pelayanan MPKP Ka.Irna dan Ka bid ruangan Hamka S.Kep., Ns.,
keperawatan (Model keperawatan dapat M.Kep
masih Praktik 2.Koordinasi dengan menerapkan
menggunakan Keperawatan Ka ru MPKP dalam
metode Profesional) 3.Mencari nara pelayanan
fungsional sumber untuke keerawatan
memberikan materi
tentang MPKP

224
4.Koordinasi dengan
nara sumber dalam
menentukan
pelaksanaan CNE
5.Melaksanakan CNE
sesuai jadwal
6. Memberikan
sertifikat
3. Belum Pelaksanaan 1. Koordinasi dengan Diharapkan Semua 100% Minggu II Juliati, S.Kep Endang W,
optimalnya operan jaga Ka Ru perawat perawat M.Pd.,
operan jaga sesuai dengan 2.Melaksanakan ruang Hamka Hamka M.Kes
MPKP (Role operan jaga dapat
Model) melaksanaka
n operan
jaga.
4. Belum Pelaksanaan 1. Koordinasi dengan Diharapkan Semua 100% Minggu II Yanik Setianingsih,
dilaksankannya, meeting Ka Ru perawat perawat Supriyanti, S.Kep., Ns.,
meeting moorning, 2.Melaksanakan ruang Hamka Hamka S.Kep M.Kep
morning, pre pre dan post meeting morning, pre dapat
conference dan conference dan post conference melaksanaka
post conference sesuai dengan sesuai dengan MPKP n operan
MPKP (Role (Role Model) jaga.
Model)
5. SAK 10 besar Revisi SAK 1. Menetapkan SAK Memenuhi Perawat 5 SAK Minggu ke III Didik Yuliyono, Setianingsih,
kasus yang ada yang dibuat standar SAK ruang ( SAK TE, S.Kep S.Kep., Ns.,
di Hamka sudah 2. Mencari reverensi keperawatan Hamka Fraktur, M.Kep
tidak relevan / 3. Penyusunsn SAK profesional APP
4. Pembahasan SAK

225
5. Sosialisasi SAK

6 Belum Pelaksanaan 1. Koordinasi dengan Diharapkan Semua 100% Minggu III Warniyati, Endang W,
dilakukannya prosedur cuci Ka Ru perawat perawat S.Kep M.Pd.,
prosedur cuci tangan yang 2.Melaksanakan ruang Hamka Hamka M.Kes
tangan sesuai baik dan prosedur cuci tangan dapat
prosedur yang benar (Role yang baik dan benar melaksanaka
berlaku Model) (Role Model) n cuci tangan
yang baik
dan benar.
7 Belum Pelaksanaan 1. Koordinasi dengan Diharapkan Semua 100% Minggu II Nuri Wulandari, Endang W,
dilakukannya orientasi Ka Ru perawat perawat S.Kep M.Pd.,
orientasi pasien pasien baru 2.Melaksanakan ruang Hamka Hamka M.Kes
baru sesuai sesuai prosedur cuci tangan dapat
prosedur prosedur yang baik dan benar melaksanaka
(Role Model) (Role Model) n orientasi
pasien baru.

226
BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan CNE MPKP


1. Pelaksanaan
Tabel 4.1
Langkah-langkah Pelaksanaan CNE tentang MPKP di Ruang Hamka
tanggal 17 Desember 2014
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
a. Persiapan
Menganalisis hasil Aula RSU PKU
KaRu, KaTim, Mengetahui materi 13 Des
1 pengkajian, melakukan Sutrisno Muhammadiyah
AN CNE 2014
studi pustaka Delanggu
Penyususnan proposal KaRu, KaTim, Mengetahui 14 Des
2 Sutrisno Ruang Hamka
pelatihan (CNE) AN pelaksanaan CNE 2014
Melakukan koordinasi
dengan KARU, KA KARU, Menentukan 15 Des
3 Sutrisno Ruang Hamka
SHIF,AN KaTim, AN Kebutuhan CNE 2014

b. Pelaksanaan
Pemberi
materi
Koordinasi dengan Tersusun CNE 15 Des
1 Sutrisno ( Endang
pemberi materi tentang MPKP 2014
Wuryaningsih,
Spd MKes)
Koordinasi dengan KARU, Menetapkan waktu 15 Des
2 Sutrisno Ruang Hamka
ruangan KaTim, AN pelaksanaan 2014
Menetapkan waktu
Koordinasi dengan Bid 15 Des Bidang
3 Sutrisno pelaksanaan,
bidang perawatan Keperwatan 2014 Keperawatan
audiens
Mensosialisasikan
rencana pelatihan Perawat ruang
KARU, 16 Des
4 kepada perawat Hamka Sutrisno Hamka bersedia Ruang Hamka
KaTim, AN 2014
dengan membagikan mengikuti CNE
undangan
Menperbanyak 16 Des
5. Menggandakan Materi Sutrisno Audiens CNE Ruang Hamka
materi CNE 2014
Aula RSU PKU
KARU, Pemahaman 17 Des
6. Melaksanakan CNE Tim Muhammadiyah
KaTim, AN tentang MPKP 2014
Delanggu
Sumber : data primer

227
2. Rencana Kegiatan
Tabel 4.2
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan CNE MPKP
Di Ruang Hamka Tanggal 13 Desember 2014
NO PELAKSANAAN Desember 2014
13 14 15 16 17
a. Persiapan
1. Menganalisis hasil pengkajian, X
Melakukan studi pustaka √
2. Penyusunan proposal CNE X X
√ √
3. Melakukan koordinasi dengan KARU, X
KaTim,AN √
b. Pelaksanaan
3. Koordinasi dengan pemberi materi X

4. Koordinasi dengan Ruangan X



5. Koordinasi dengan Bidang Keperawatan X

6. Mensosialisasikan rencana kepada X
perawat Ruang Hamka dengan V
membagikan undangan
7. Menggandakan Materi X
V
8. Melaksanakan CNE X
V
9 Evaluasi pelaksanaan CNE X
V
Keterangan :
X = Rencana
√ = Pelaksanaan
3. Anggaran Biaya
Tabel 4.3
Anggaran Biaya Pengadaan CNE MPKP di Ruang Hamka
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu tanggal 17 Desember 2014
NO Kebutuhan Rencana (RP) Realisasi (RP)
1. Kertas 5.000 2.000
2. Konsumsi 200.000 200.000
3. Print 10.000 5.000
4. Penggandaan makalah 64.000 30.000
5. Pembicara 200.000 200.000
Jumlah 479.000 437.000

Sumber : data primer

228
4. Evaluasi
a. Ketentuan evaluasi
Tabel 4.4
Ketentuan Evaluasi Pengadaan CNE MPKP
di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi Kehadiran, antusias peserta CNE.
2 Evaluator Sutrisno
3 Sasaran Perawat Ruang Hamka
4 Metode Observasi
5 Waktu 17 Desember 2014
6 Tempat Aula RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
7 Kriteria keberhasilan Tingkat kehadiran peserta 75 %, antusias dari
peserta CNE.
8 Jumlah sampel 9 Orang

b. Hasil

Evaluasi dilakukan terhadap hasil pelaksanaan Continous Nursing


Education dengan memantau antusias peserta berdasarkan
prosentase kehadiran dengan target 75% kehadiran, dengan hasil
seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Continous Nursing Education
Di Ruang Hamka tanggal 17 Desember 2014
Item Evaluasi Jumlah Peserta %
Undangan Hadir
Jumlah Kehadiran 77,77%
9 7

5. Analisa dan Pembahasan


Evaluasi yang dilakukan terhadap kehadiran peserta menunjukan
77,77% dimana perawat yang hadir adalah 7 orang yang ditargetkan 9
orang perawat, adapun 2 orang tidak dapat hadir dikarenakan jaga siang.
Minat dan antusias peserta dapat dilihat dari segi kualitas yaitu adanya

229
peserta pelatihan yang aktif bertanya tentang materi yang telah
disampaikan dalam pelatihan, serta peserta tidak ada yang meninggalkan
ruangan selama pelatihan berlangsung hingga kegiatan berakhir.
Dari CNE yang telah dilaksanakan dapat terealisasi dalam
pengenalan dan pemahaman MPKP di ruang Hamka.
6. Factor Pendukung dan Penghambat
 Faktor pendukung
a. Adanya dukungan dari staff ruangan Hamka yang memfasilitasi
CNE.
b. Dukungan dan peran serta dari bidang keperawatan dalam
pelaksanaan CNE.
c. Adanya motivasi dan semangat untuk meningkatkan ilmu yang
tinggi dari Kepala Ruang dan Ka.shif ruang Hamka.
 Faktor penghambat
a. Ritme kerja perawat dengan shift jaga pagi, siang dan malam
tidak memungkinkan seluruh perawat dapat hadir mengikuti
CNE.
b. Adanya perawat yang belum mengikuti CNE.
7. Kesinambungan
a. Dilakukan evaluasi terhadap peserta CNE terkait dengan materi yang
diberikan.
b. Mengadakan program CNE secara berkala dengan topik sesuai
kebutuhan.
c. Mensosialisasikan hasil CNE kepada perawat yang tidak hadir.

230
B. Bagan Struktur Organisasi

1. Pelaksanaan

Tabel 4.11
Langkah-langkah Penyusunan Struktur Organisasi dan Papan Daftar Jaga
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal 08
Desember 2014 – 03 Januari 2015
N Kegiatan Pelaksan Sasara Tujuan Waktu Tempat
o aan n
1 Persiapan Mustofa KaRu Mendapatkan informasi 09 Des Ruang
a. Mengkaji kelengkapan tentang struktur 2014 Hamka
struktur organisasi dan organisasi dan daftar jaga
daftar jaga di ruang di ruang Hamka
Hamka.
b. Melakukan koordinasi Mustofa KaRu Mendapatkan 13 Des Aula lt. 3
dengan KaRu dan Ka persetujuan dari KaRu 2014
Subid dalam seminar ruang Hamka dan Ka
awal penyusunan POA Subid Keperawatan
2 Pelaksanaan Mustofa KaRu Mendapatkan 15 Des Ruang
a. Mencari informasi Katim, kelengkapan data 2014 Hamka
tentang struktur Pj.Sift, struktur organisasi serta
organisasi baru serta AN struktur perawat
struktur perawat dan penanggung jawab
penanggung jawab Admini ruangan dan daftar jaga
ruangan, kelengkapan strasi. di ruang Hamka
identitas tenaga medis
maupun non medis di
ruang Hamka, dan
mencari informasi
tentang daftar jaga
tenaga medis dan non
medis.
b. Mengambil gambar Mustofa KaRu Mendapatkan semua foto 16 Des Ruang
(foto) tenaga medis dan Katim, perawat, baik KaRu, 2014 Hamka
non medis untuk Pj.Sift, Katim,Pj.Sift, AN, serta
kelengkapan struktur AN, pegawai Adminitrasi.
organisasi dan daftar dan
jaga di ruang Hamka Admini
trasi
c. Konsultasi draft dan Mustofa Tersusun struktur 17 Des Ruang
design struktrur organisasi serta srtuktur 2014 Hamka
organisasi dan struktur perawat penanggung
perawat penangung jawab dan daftar jaga
jawab serta daftar jaga ruang Hamka
di ruang Hamka

3 Evalausi Menginformasikan papan 29-31 Ruang


Mensosialisasikan struktur struktur organisasi dan Des 2014 Hamka
organisasi serta struktur cara mengganti nama
perawat penanggung jawab pada papan struktur

231
dan daftar jaga ruang organisasi dan daftar jaga
Hamka ruang Hamka

2. Rencana Kegiatan

Tabel 4.7
Jadwal Penyusunan Sruktur Organisasi Di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Tanggal 08 Desember 2014 - 03 Januari 2015
No. Kegiatan Desember
9 13 15 16 17 29 30 31
1. Persiapan
a. Mengkaji kelengkapan √
struktur organisasi dan
daftar jaga di ruang Hamka. x
b. Melakukan koordinasi
dengan KaRu dan Ka Subid √
dalam seminar awal
penyusunan POA x

2. Pelaksanaan
a. Mencari informasi tentang
struktur organisasi baru serta √
struktur perawat
penanggung jawab ruangan, X
kelengkapan identitas tenaga
medis maupun non medis di
ruang Hamka, dan mencari
informasi tentang daftar jaga
tenaga medis dan non medis.
b. Mengambil gambar (foto) √
tenaga medis dan non medis
untuk kelengkapan struktur X
organisasi dan daftar jaga di
ruang Hamka
c. Konsultasi draft dan design √
struktrur organisasi dan
struktur perawat penangung X
jawab serta daftar jaga di
ruang Hamka

3 Evalausi
Mensosialisasikan struktur organisasi √ √ √
serta struktur perawat penanggung
jawab dan daftar jaga ruang Hamka X X X

Keterangan :

√ : perencanaan

X : pelaksanaan

232
3. Anggaran Biaya

Tabel 4.8
Anggaran Biaya Penyusunan Struktur Organisasi
Di Ruang Hamka
No. Kebutuhan Rencana Realisasi
1 Pembuatan papan struktur Rp. 375.000,- Rp. 300.000,-
organisasi
2 Pembuatan papan daftar jaga Rp. 175.000,- Rp. 150.000,-
Jumlah Rp. 550.000 ,- Rp. 450.000,-

4. Evaluasi

a. Ketentuan evaluasi

Tabel 4.9
Ketentuan Evaluasi Penyusunan Bagan Struktur Organisasi Di
Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
No. Komponen evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi Bagan struktur organisasi dan papan informasi ruang Hamka
2 Pihak yang di Struktur organisasi dan papan daftar jaga ruang Hamka
evaluasi
3 Jumlah sampel 1 (satu) bagan struktur organisasi, 1 (satu) daftar jaga
4 Evaluator Mustofa dan KaRu Hamka
5 Instrumen evaluasi
6 Metode evaluasi Observasi
7 Waktu evaluasi 29-31 Desember 2014
8 Tempat evaluasi Ruang Hamka
9 Kriteria evaluasi Pencapaian target pelaksanaan pembuatan bagan struktur
organisasi dan papan daftar jaga 100%
b. Hasil

Pelaksanaan pembuatan bagan struktur organisasi sudah tercapai

100 %. Pembaharuan bagan organisasi Ruang Hamka akan terpasang

di ruang perawat pada tanggal 31 Desember 2014 dengan Metode

tim dan sesuai dengan SDM yang ada saat ini.

5. Analisa dan Pembahasan

233
Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan target telah mencapai

100%. Setelah pembuatan papan struktur dan daftar jaga terlaksana

kemudian diserahkan kepada ruangan untuk pemasangannya.

6. Factor Pendukung dan Penghambat

a. Faktor Pendukung

Adanya dukungan dan partisipasi dari KaRu, dan AN.

b. Faktor Penghambat

Kesulitan dalam pembuatan desain background struktur organisasi.

Dilakukan pengeditan beberapa kali untuk membuat desain bagan.

Kesulitan dalam penentuan metode pemberian asuhan keperawatan

yang diterapkan di Ruangan .

7. Kesinambungan

Upaya revisi pembuatan struktur organisasi diperlukan bagi para perawat

termasuk KaRu, Ka.Sift, AN, dan staf lainnya di ruang Hamka, oleh

karena itu diharapkan dengan adanya upaya pembuatan struktur

organisasi dan papan daftar jaga ruangan.

a. Dijadikan panduan dalam melakukan koordinasi di ruang Hamka

antara KaRu dengan perawat dan staf lain.

b. Dijadikan panduan dalam melakukan koordinasi di ruang Hamka

antara, Ka.Shift dan Perawat Associate.

c. Adanya pemeliharaan bagan struktur organisasi dan ruang Hamka.

234
C. Pelaksanaan Operan Jaga Sesuai Dengan MPKP

1. Pelaksanaan

Tabel 4.10
Langkah-langkah Pelaksanaan Role Model Operan Jaga
09 Desember 2014 – 31 Desember 2014
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
A. Persiapan
Ka.Ru, Mengetahui 15
Penyusunan Ruang
1. Juliati Ka Shift, pelaksanaan Role Desember
proposal Hamka
AN Model operan jaga 2014
Ka.Ru, 16
Tersusun materi Role Ruang
2. Konsultasi proposal Juliati Ka Shift, Desember
Model Hamka
AN 2014
B. Pelaksanaan
Melakukan
Ka.Ru, Mensosialisasikan 17
koordinasi dengan Ruang
1. Juliati Ka Shift, Role model operan Desember
Ka.Ru, Ka Shift, Hamka
AN jaga 2014
AN
Koordinasi dengan Ka.Ru, 17 Ruang
Menetapkan waktu
2 ka.bidang Juliati Ka Shift, Desember ka.bidang
pelaksanaan
keperawatan AN 2014 keperawatan
17 Ruang
Menggandakan
3 Juliati Audiens Memperbanyak materi Desember Hamka
Materi
2014
Melakukan
Ka.Ru, Mensosialisasikan 18
sosialisasi dengan Ruang
4. Juliati Ka Shift, Role model operan Desember
Ka.Ru, Ka Shift, Hamka
AN jaga 2014
AN
Ka.Ru, 18 - 26
Melaksanakan Role Pelaksanaan Role Ruang
5. Juliati Ka Shift, Desember
Model operan jaga Model operan jaga Hamka
AN 2014
C. Evaluasi
Pemantauan Ka.Ru, 29 - 31
Pelaksanaan tentang Ruang
1. Pelaksanaan operan Juliati Ka Shift, Desember
operan jaga Hamka
jaga AN 2014
Sumber : data primer

235
2. Rencana Kegiatan

Tabel 4.11
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Role Model operan jaga
Di Ruang Hamka Tanggal 15 - 31 Desember 2014
NO PELAKSANAAN Desember 2014
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 28 30 31
A. Persiapan
1. Penyusunan proposal X

2. Konsultasi Proposal X

B. Pelaksanaan
1. Melakukan koordinasi dengan Ka.RU, X
Ka.Shift, AN √

2. Koordinasi dengan bidang keperawatan X



3. Menggandakan Materi X

4. Mensosialisasikan operan jaga dengan X X
Ka.RU, Ka.Shift, AN √ √
5 Melaksanakan Role Model Operan jaga X X X X X X X X
dengan Ka.RU, Ka.Shift, AN √ √ √ √ √ √ √ √
C. Evaluasi
1. Pemantauan Operan jaga X X X
√ √ √
Keterangan :

X = Rencana

√ = Pelaksanaan

3. Anggaran Biaya

Tabel 4.12
Anggaran Biaya Sosialisasi Operan Jaga
Di Ruang Hamka
No Kebutuhan Rencana (Rp) Realisasi (Rp)
1. Print Rp 40.000,- Rp. 35.000,-
2. Fotokopi Rp 20.000,- Rp. 15.000,-
3. Internet Rp 10.000,- Rp 10.000,-
Total Rp 70.000,- Rp 60.000,-

236
4. Evaluasi

Tabel 4.13
Evalusi Pelaksanaan operan jaga Ruang Hamka
Tanggal 29 – 31 Desember 2014
No Komponen Evaluasi Keterangan
1. Hal yang dievaluasi Pelaksanaan operan jaga
2. Evaluator Juliati
3. Sasaran Ka.Ru, Ka.Shift
4. Metode Observasi
5. Waktu 29 – 31 Desember 2014
6. Tempat Ruang Hamka
7. Kriteria keberhasilan Perawat melaksanakan operan jaga
sesuai metode MPKP
8. Jumlah sampel Operan jaga 5 orang

5. Hasil

Tabel 4.14
Evaluasi Pelaksanaan Tugas Jaga (Operan) Di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Tanggal 29- 31 Desember 2014
Observasi
Pre Implementasi Post Implementasi
No Variabel yang dinilai (n=5) (n=5)
Ya Tidak Ya Tidak
1 Serah terima didahului dengan 5 0 5 0
doa bersama
2 Komunikasi antar pemberi
tanggung jawab dan penerima
tanggung jawab dilakukan di 5 0 5 0
depan pintu dengan suara
perlahan/ tidak rebut
3 Menyebutkan identitas pasien,
dx medis, dx dan tindakan
keperawatan yang telah 2 3 3 2
dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya
4 Menginformasikan jenis dan
waktu rencana tindakan
5 0 5 0
keperawatan yang belum
dilakukan
5 Menyebutkan perkembangan 5 0 5 0

237
pasien yang ada selama shift
6 Menginformasikan pendidikan 5 0 5 0
kesehatan yang telah dilakukan
(bila ada)
7 Mengevaluasi hasil tindakan
5 0 5 0
keperawatan
8 Menyebutkan terapi dan
tindakan medis beserta
5 0 5 0
waktunya yang dilakukan
selama shift
9 Menyebutkan tindakan medis
yang belum dilakukan selama 5 0 5 0
shift
10 Menginformasikan kepada
pasien/ keluarga nama perawat
3 2 5 0
shift berikutnya pada akhir
tugas
11 Memberi salam kepada pasien,
keluarga serta mengobservasi
dan menginspeksi keadaan
3 2 5 0
pasien, menanyakan keluhan-
keluhan pasien (dalam rangka
klarifikasi)
Jumlah 48 7 53 2
Total (%) 87,3% 12,7% 96,4% 3,6%
Sumber : hasil observasi tanggal 29-31 Desember 2014

Analisa Data

Pre Implementasi

Berdasarkan Kajian data diatas mengenai pelaksanaan

operan tugas jaga sebesar 87,3% dikategorikan baik. Pelaksanaan

operan jaga diruang Hamka sudah berjalan baik, namun 12,7%

belum terlaksana dengan optimal dikarenakan perawat tidak

Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx dan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya.

Post Implementasi

Dari hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan dengan

tahapan sosialisasi dan role model terhadap pelaksanaan operan

238
jaga yang telah dilaksanakan pada tanggal 18-26 Desember 2014

dari 11 item yang dinilai didapatkan hasil dari sebelum

implementasi sebesar 87,3 % katagori baik menjadi 96,4 %

katagori baik, terdapat peningkatan dimana pelaksanaan operan

jaga dilaksanakan dengan berkeliling ke pasien dan melakukan

klarifikasi mengenai keluhan pasien, perawat memeperkenalkan

nama perawat yang akan bertugas selama shift. Dengan ini

diharapkan pelaksanaan operan jaga dapat dipertahankan sampai

dengan dilaksanakan MPKP di Ruang Hamka.

6. Faktor Pendukung

a. Adanya dukungan dari Ka.Ru, dan seluruh perawat Ruang Hamka

RSU PKU Muhammadiyah Delanggu.

b. Dukungan dan peran serta dari bidang keperawatan dalam

pelaksanaan Role Model Pelaksanaan operan jaga.

c. Adanya motivasi dan semangat untuk meningkatkan ilmu yang

tinggi dari Ka. Ru dan seluruh perawat ruang Hamka RSU PKU

Muhammadiyah Delanggu.

7. Faktor Penghambat

a. Belum optimalnya pelaksanaan operan jaga di ruang Hamka sesuai

metode MPKP

8. Kesinambungan

239
a. Dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan operan

jaga.

b. Mensosialisasikan Pelaksanaan operan jaga bagi

perawat yang belum mampu melaksanakan sesuai metode MPKP.

D. Perencanaan Dan Pelaksanaan Meeting Morning, Pre dan Post


Conference
1. Langkah-langkah
Tabel 4.15
Langkah-langkah Pelaksanaan Role Model Meeting morning, Pre
dan Post Conference 16 Desember 2014 – 31 Desember 2014
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
A. Persiapan
Mengetahui
KaRu, pelaksanaan model 16
Penyusunan Ruang
1. Yanik KaTim, meeting morning, Desember
proposal Hamka
AN pre conferencen dan 2014
post conferencen
Tersusun materi
KaRu, Role model meeting 16
2. Stikes muh
Konsultasi proposal Yanik KaTim, morning, pre Desember
klaten
AN conferencen dan 2014
post conferencen
B. Pelaksanaan
Mensosialisasikan
Melakukan KaRU, model meeting 17
Ruang
1. koordinasi dengan Yanik KaTim, morning, pre Desember
Hamka
KaRu, Ka Tim, AN AN conferencen dan 2014
post conferencen
Koordinasi dengan KARU, 17 Ruang
Menetapkan waktu
2 ka.bidang Yanik KaTim, Desember ka.bidang
pelaksanaan
keperawatan AN 2014 keperawatan
17 Ruang
Menggandakan Menperbanyak
3 Yanik Audiens Desember Hamka
Materi materi
2014
Mensosialisasikan
Melakukan KaRU, Role model meeting 18
Ruang
4. sosialisasi dengan Yanik KaTim, morning, pre Desember
Hamka
KaRu, Ka Tim, AN AN conferencen dan 2014
post conferencen
Pelaksanaan tentang
Melaksanakan Role
KARU, Role model meeting 18 - 26
Model Meeting Mahasiswa Ruang
5. KaTim, morning, pre Desember
Morning, pre dan Ners Hamka
AN conferencen dan 2014
post conference
post conferencen

240
C. Evaluasi
Pemantauan
Pelaksanaan tentang
Pelaksanaan KARU, 29 - 31
Role model pre Ruanga
1. Meeting Morning, Yanik KaTim, Desember
conferencen dan Hamka
pre dan post AN 2014
post conferencen
conference
Sumber : data primer

2. Rencana Kegiatan
Tabel 4.16
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Role Model Meeting Morning, Pre dan
Post Conference Di Ruang Hamka Tanggal 16 - 26 Desember 2014
NO PELAKSANAAN Desember 2014
16 17 18 19 20 21 22 23 23 25 26 29 30 31
A. Persiapan
1. Penyusunan proposal X

2. Konsultasi Proposal X

B. Pelaksanaan
1. Melakukan koordinasi meeting morning, X
pre conferencen dan post conferencen √
dengan Ka.RU, Ka.Tim, AN
2. Koordinasi dengan bidang keperawatan X

3. Menggandakan Materi X

4. Mensosialisasikan role model meeting X
morning, pre conferencen dan post √
conferencen dengan Ka.RU, Ka,Tim,
AN
5 Melaksanakan Role Model meeting X X X X X X X X ×
morning, pre conferencen dan post √ √ √ √ √ √ √ √ √
conferencen dengan Ka.RU, Ka,Tim,
AN
C. Evaluasi
1. Pemantauan role model meeting X X X
morning, pre conferencen dan post √ √ √
conferencen
Keterangan :
X = Rencana
√ = Pelaksanaan

241
3. Anggaran Biaya
Tabel 4.17
Rencana Anggaran Biaya Role Model Pre dan Post Conference di Ruang
Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
No. Kebutuhan Rencana Realisasi
1 Print 30.000 Rp. 25.000
2 Foto copy 40.000 Rp. 30.000
Jumlah 70.000 Rp. 55.000

Tabel 4.18
Evaluasi Role Model Meeting Morning, Pre dan Post Conference di Ruang
Hamka RS PKU Muhammadiyah Delanggu
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang dievaluasi Pelaksanaan
2 Evaluator Yanik
3 Sasaran Ka.ru, Ka.Tim, dan AN
4 Metode Observasi
5 Waktu 29 – 31 Desember 2014
6 Tempat Ruang Hamka
7 Kriteria keberhasilan Perawat melaksanakan role model meeting
morning, pre conferencen dan post
conferencen jaga sesuai metode MPKP
8 Jumlah sampel 9 Orang

4. Hasil
Hasil-hasil pelaksanaan kegiatan meeting morning, pre dan post
conference mahasiswa di ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu tanggal 19-26 Desember 2014 ditampilkan dengan tabel-tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.19
Pengkajian dan Evaluasi pelaksanaan Meeting Morning
di Ruang Hamka RS PKU Delanggu Tanggal 29 – 31 Desember 2014
Pre Implementasi Post Implementasi
No Variabel yang dinilai Ya Tidak Ya Tidak
N N
1. Karu menyiapkan ruang atau tempat V V
2. Karu memberikan arahan kepada staf V V
dengan materi yang telah disiapkan
sebelumnya
3. Karu melakukan klarifikasi apa yang V V
telah disampaikan kepada staf
4. Memberikan kesempatan kepada staf V V
untuk mengungkapkan permasalahan
yang muncul di ruangan
5. Bersama-sama staf mendiskusikan V V

242
pemecahan masalah yang dapat
ditempuh
6. Karu memberi motifasi dan V V
reinforcement kepada staf
Jumlah 0 8 8 0
Persentase (%) 0% 100% 100% 0%
Sumber : DaData Primer Ruang Hamka 2014

Analisa Data
Pre Implementasi
Berdasarkan kajian data diatas mengenai Pelaksanaan Evaluasi
meeting morning didapatkan hasil sebesar 0% dikategorikan tidak baik ini
karena di ruang Hamka belum dilaksanakannya meeting morning.
Post Implementasi
Dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan meeting morning yang
telah dilaksanakan pada tanggal 29-31 dari item yang dinilai didapatkan
hasil dari sebelum orientasi sebesar 0 % menjadi 100% terdapat peningkatan
yang sangat drastis dimana Kepala Ruang Hamka telah merubah kebiasaan
dengan melakukan meeting morning sebelum memulai aktifitas dalam
pemberian Asuhan Keperawatan. Dengan ini diaharapkan pelaksanaan
meeting morning dapat dipertahankan sampai dengan dilaksanakan MPKP
di Ruang Hamka .
Tabel 4.20
Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Hamka
RS PKU Delanggu 29 – 31 Desember 2014
Pre Implementasi Post Implementasi

No Variabel yang Dinilai Ya (1) Tidak (0) Ya (1) Tidak


N N N N
1 Menyiapkan ruang/ tempat V V
2 Menyiapkan rekam medic pasien yang V V
menjadi tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukan pre- V V
conference
4 Memandu pelaksanaan pre-conference V V
5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien V V
dan rencana keperawatan yang menjadi

243
tanggung jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai V V
kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi V V
pelaksanaan asuhan pasien/ tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan V V
dan penyelesaian masalah yang sedang
didiskusikan
9 Mengklarifikasikan kesiapan AN untuk V V
melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada V V
AN
11 Menyimpulkan hasil pre conference V V
Jumlah 0 11 9 2
Persentase (%) 0% 100% 81,8 % 18,2%

Sumber: Data primer Ruang Hamka RS PKU Delanggu 2014

Analisa Data
Pre Implementasi
Berdasarkan kajian data diatas mengenai Pelaksanaan Evaluasi pre
conference didapatkan hasil sebesar 0% dikategorikan tidak baik ini karena di
ruang Hamka belum dilaksanakannya pre conference.
Post Implementasi
Dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Pre conference yang telah
dilaksanakan pada tanggal 29-31 dari item yang dinilai didapatkan hasil dari
sebelum orientasi sebesar 0 % menjadi 81,8% terdapat peningkatan yang
sangat drastis dimana Kepala Ruang dan perawat di ruang Hamka telah
merubah kebiasaan dengan melakuakn pre conference sebelum memulai
aktifitas dalam pemberian Asuhan Keperawatan. Dengan ini diaharapkan
pelaksanaan Pre Conference dapat dipertahankan sampai dengan
dilaksanakan MPKP di Ruang Hamka .

244
Tabel 4.21
Pengkajian dan Evaluasi pelaksanaan Post Conference
di Ruang Hamka RS PKU Delanggu Tanggal 29 – 31 Desember 2014
Pre Implementasi Post Implementasi
No Variabel yang dinilai Ya Tidak Ya Tidak
N N
1. Menyiapkan ruang atau tempat V V
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang V V
menjadi tanggung jawabnya
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post V V
conference
4. Menerima penjelasan dari PA tentang V V
hasil tindakan atau hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan PA
5. Mendiskusikan masalah yang ditemukan V V
dalam memberikan askep pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalah
6. Memberikan reinforcement kepada PA V V
7. Menyimpulkan hasil post conference V V
8. Mengklarifikasi pasien sebelum V V
melakukan operan tugas jaga shif jaga
berikutnya (melakukan ronde
keperawatan)
Jumlah 0 8 7 1
Persentase (%) 0% 100% 87,5% 12,5%
Sumber : DaData Primer Ruang Hamka 2014
Analisa Data
Pre Implementasi
Berdasarkan data diatas mengenai post conference didapatkan hasil
0% dikategorikan tidak baik ini karena di ruang Hamka belum dilaksanakan
Post Conference.
Post Implementasi
Dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Post Conference yang telah
dilaksanakan pada tanggal 29-31 Desember 2014 dari item yang dinilai
didapatkan hasil dari sebelum orientasi sebesar 0 % menjadi 87,5 %
terdapat peningkatan yang sangat drastis dimana Kepala ruang dan perawat

245
ruang Hamka telah merubah kebiasaan dengan melaksanakan post
Conference sebelum operan jaga. Dengan ini diaharapkan pelaksanaan Post
Conference dapat dipertahankan sampai dengan dilaksanakan MPKP di
Ruang Hamka.

5. Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan dari Ka.Ru, dan seluruh perawat Ruang Hamka
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu.
b. Dukungan dan peran serta dari bidang keperawatan dalam pelaksanaan
Role Model Pelaksanaan Meeting Morning, Pre Conference dan Post
Conference.
c. Adanya motivasi dan semangat untuk meningkatkan ilmu yang tinggi
dari Ka. Ru dan seluruh perawat ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu.
6. Faktor Penghambat
Belum pernah diadakannnya Meeting Morning, Pre Conference dan Post
Conference di ruang Hamka sesuai metode MPKP
7. Kesinambungan
a. Dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Meeting Morning, Pre
Conference dan Post Conference.
b. Mensosialisasikan Pelaksanaan Meeting Morning, Pre Conference dan
Post Conference bagi perawat yang belum mampu melaksanakan
sesuai metode MPKP.

246
E. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru
1. Langkah-langkah
Kegiatan peningkatan pelaksanaan pemberian informasi pasien baru Di
Ruang Hamka dapat diamati pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.22
kegiatan peningkatan pemberian informasi pasien baru Di Ruang
Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal
18 Desember – 26 Desember 2014
No Kegiatan Pelaksanaan Sasaran Tujuan Waktu Tempat

A. Persiapan
1. Menyiapkan materi dan Nuri W Karu Mengklarifikasi 16 Desember Ruang
konfirmasi dengan Karu, ka Ka Tim dan kebutuhan ruangan 2014 Hamka
Tim, dan bidang keperawatan. Ka Subid
2. Mencari literature. Nuri W Karu Mendapatkan 16 Desember Ruang
sumber yang tepat 2014 Hamka
3. Konsultasi dengan bidang Nuri W Ka Subid Konsultasi cara 16 Desember Ruang Ka
keperawatan mengenai tehnik penyampaian dan 2014 Subid
penyampaian. media yang
digunakan
4. Koordinasi ruangan. Nuri W Karu, Ka Kontrak waktu untuk 17 Desember AULA
Tim, perawat melakukan orientasi, 2014
jaga informasi pasien
baru
B. Pelaksanaan
1. Sosialisasi Nuri W Karu, Ka Motivasi perawat 18 Desember Ruang
Tim, AN jaga 2014 Hamka

2. Demonstrasi/ role model. Nuri W Karu, Ka Pemberi informasi 18 Desember Ruang


Tim, AN (Karu, Ka Tim, AN) 2014 Hamka
dapat melaksanakan
pemberian informasi
pada pasien baru
3 Pendampingan pelaksanaan Nuri W Karu , Ka Terlaksananya 18 – 25 Ruang
orientasi, informasi pasien baru Tim, AN orientasi, informasi Desember Hamka
pasien baru pada 2014
setiap pasien yang
baru masuk

C. Evaluasi

247
1. Evaluasi harian pelaksanaan Nuri W Karu, Ka Memperoleh 25 Desember Ruang
orientasi, informasi pasien baru Tim,AN gambaran 2014 Hamka
pelaksanaan
orientasi, informasi
pasien baru

2. Evaluasi secara keseluruhan Nuri W Karu ,Ka Memperoleh 26 Desember Ruang


pelaksanaan orientasi, informasi Tim, AN gambaran 2014 Hamka
pasien baru pelaksanaan
orientasi, informasi
pasien baru

2. Jadwal Kegiatan
Tabel 4.23
Jadwal Kegiatan Pedoman Informasi Pasien Baru Di Ruang Hamka
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal 18 – 26 Desember 2014
N Kegiatan Pelaksanaan (Desember 2014)
o 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
A. Persiapan
1 Menyiapkan materi X
dan konfirmasi √
dengan Karu, KA
SHIF dan Ka Subid
2 Mencari literature X X
√ √
3 Konsultasi dengan X
bidang keperawatan √
mengenai tehnik
penyampaian
4 Koordinasi ruangan X

B. Pelaksanaan
1 Sosialisasi X

2 Menjadi role model X
pemberian √
informasi pasien
baru
3 Pendampingan X X X X X X X X
pelaksanaan √ √ √ √ √ √ √ √
orientasi pasien
baru
C. Evaluasi
1 Melakukan evaluasi X
dari hasil observasi √
menggunakan
ceklist orientasi
pasien baru yang di
susun
2 Evaluasi secara X
keseluruhan √
pelaksanaan

248
orientasi, informasi
pasien baru
Keterangan :

X : Perencanaan

√ : Pelaksanaan

3. Anggaran

Tabel 4.24
Rencana Anggaran Revisi Penyusunan dan Pelaksanaan Informasi Pasien
Baru di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal 18 – 26
Desember 2014
No Kegiatan Anggaran Realisasi
1 Membuat lembar balik Rp 80.000 Rp. 75.000
2 Pengetikan dan print Rp 20.000 Rp 20.000
3 Pembuatan laporan akhir Rp 20.000 Rp. 20.000
Total Rp 120.000 Rp. 115.000

4. Evaluasi
a. Ketentuan Evaluasi Orientasi dan Informasi
Pasien Baru Revisi Penyusunan dan Pelaksanaan Informasi Pasien Baru
Di Ruang Hamka PKU Muhammadiyah Delanggu

Tabel 4.25
Ketentuan Evaluasi Orientasi dan Informasi Pasien Baru Di Ruang
Hamka PKU Muhammadiyah Delanggu
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang di evaluasi Implementasi pemberian informasi dan
orientasi pasien baru
2 Evaluator Nuri W
3 Pihak yang di evaluasi Perawat Ruang Hamka
4 Jumlah sampel 9 sampel
5 Instrument yang di evaluasi Instrument lembar balik
6 Metode evaluasi Observasi, checklist pedoman
implementasi pemberian informasi dan
orientasi pasien baru
7 Tempat evaluasi Ruang Hamka
8 Waktu evaluasi 29 - 31 Desember 2014
9 Jumlah sampel Dengan instrument evaluasi penilaian
pelaksanaan pemberian informasi dan
orientasi pasien baru mencapai > 75%

249
b. Hasil
Tabel 4.26
Evaluasi Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru di Ruang Hamka RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu 29 - 31 Desember 2014
n: 9
Observasi
No. Variable yang diteliti
Ya Tidak
A. Pra Interaksi
1 Mengumpulkan data tentang pasien 9 0
2 Membuat rencana pertemuan dengan pasien 4 5
B. Orientasi
1 Memberi salam dan tersenyum kepada pasien 9 0
2 Memperkenalkan diri 9 0
3 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 5 4
4 Menanyakan perasaan pasien 8 1
5 Menjelaskan peran perawat 9 0
6 Menjelaskan tugas perawat 9 0
7 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang dilakukan 6 3
8 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan 6 3
orientasi
9 Menjelaskan kerahasiaan 9 0
10 Menjelaskan kerahasiaan 9 0
C. Kerja
1 Menanyakan keluhan pasien 9 0
2 Memberikan kesempatan untuk bertanya 8 1
3 Memulai dengan berkonsentrasi 9 0
4 Melakukan orientasi 5 4
D. Materi
1 Mengorientasikan tentang fasilitas yang ada di 7 2
ruangan
2 Mengorientasikan tentang cara penggunaan fasilitas 5 4
3 Mengorientasikan tata tertib penggunaan fasilitas 6 3
ruang tunggu
4 Mengorientasikan tempat-tempat penting, kamar 6 3
mandi, ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang
perawat, mushola dll
F. Terminasi
1 Menyimpulkan hasil kegiatan 4 5
2 Memberikan pujian positif 5 4

250
3 Merencanakan tindak lanjut pada pasien 9 0
4 Melakukan kontrak selanjutnya 8 1
5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan 9 0
tersenyum
Jumlah 182 43
Rata-rata 80,8% 19,2%

Nilai = jumlah ya X 100 %


Jumlah ya + jumlah tidak

5. Analisa
Berdasarkan format evaluasi pelaksanaan orientasi pasien baru
yang telah dilakukan oleh mahasiswa profesi terhadap pelaksanaan
orientasi pasien baru selama tanggal 18 – 26 Desember 2014. Pada hasil
observasi sebelum dilakukan intervensi didapatkan hasil 68 % dan setelah
dilakukan intervensi di dapatkan hasil 80,8 %, artinya setelah diberikan
intervensi mengalami peningkatan 12,8 %. Peningkatan ini dapat dilihat
dari orientasi yang diberikan dari perawat ruangan setiap ada pasien baru,
walau kadang dilakukan dengan berdiri di kamar pasien namun walau
demikian orientasi terhadap pasien baru sudah mengalami peningkatan.
6. Faktor pendukung
a. Adanya pedoman
pemberian informasi pasien baru berupa lembar balik
b. Adanya dukungan kepala
ruang , Ka Tim, dan AN diruang Hamka
c. Adanya pendelegasian
dari Ka Tim untuk mengorientasikan pasien baru pada shift siang dan
malam.
7. Penghambat
a. Pasien sering ditunggu oleh keluarga secara bergantian, sehingga
sebagian keluarga menerima orientasi pasien baru dan sebagian lagi
tidak.

251
b. Pasien kadang menangis saat di dekati perawat, jadi kadang keluarga
kurang konsentrasi dalam menerima informasi.
8. Kesinambungan
a. Diharapkan perawat Hamka menggunakan pedoman orientasi pasien
baru yang telah disusun.
b. Peran serta KaRu dan Ka Tim serta seluruh AN dalam pelaksanaan
orientasi pasien baru selalu terbina.
c. Pendelegasian dari Ka Tim ke AN untu mengorientasikan pasien baru
apabila KaTim berhalangan untuk melakukan orientasi pasien baru.

F. Revisi SAK
1. Pelaksanaan
Tabel 4.27
Langkah-langkah Penyusunan SAK Tonsilitis, Fraktur dan
Appendiksitis di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Bulan Desember 2014
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
1. PERSIAPAN
a. Mengkaji SAK Didik Y Pelaksanaan Mengklarifikasi 09 Ruang Hamka
yang ada dan yang kebutuhan ruangan Desember
perlu direvisi akan SAK yang 2014
perlu di revisi
b. Koordinasi dengan Didik Y Kepala Ruang, Mendiskusikan dan 11 Ruang Hamka,
Kepala Ruang dan Kepala Bidang menentukan SAK Desember Ruang Bidang
Bidang perawatan Keperawatan yang perlu disusun 2014 Keperawatan
c.Melakukan studi Didik Y Buku, jurnal, Mendapatkan 18 Perpustakaan,
pustaka artikel sumber/referensi Desember Ruang internet
yang tepat untuk 2014
penyusunan SAK
2. PELAKSANAAN
a. Menyusun draft Didik Y Rancangan SAK Penyusunan SAK 18 Ruang Hamka
SAK TF, dengan kasus Desember
Fraktur, dan APP penyakit TF, 2014
Fraktur, dan APP
b. Diskusi dan Didik Y Koreksi SAK Mendiskusikan isi 19 Ruang Hamka,
konsultasi sebelum SAK yang telah Desember Ruang Bidang
dengan Kepala disosialisasikan disusun 2014 Keperawatan
Ruang Hamka
dan Bidang
Perawatan
c. Melakukan revisi Didik Y Usulan SAK Memperbaiki isi 20 Ruang Hamka
rancangan SAK SAK berdasarkan Desember
masukan Ka Ru dan 2014
Ka Bid
Keperawatan

252
3. EVALUASI
a. Usulan draf SAK Didik Y Dokumen Mengusulkan 21 Ruang Bidang
diterima usulan prosedur Desember Keperawatan
tetap untuk 2014
digunakan sebagai
pedoman tindakan
keperawatan
b. Sosialisasi dengan Didik Y Seluruh Staf Rancangan draf 23 Ruang Hamka
seluruh Stat Ruang Perawat Ruang SAK disetujui dan Desember
Hamka Hamka di mengerti oleh 2014
seluruh staf dan bisa
menjadi pedoman
dalam perawatan
Profesional

2. Rencana Kegiatan Revisi SAK ( Standart Asuhan Keperawatan)

Tabel 4.28
Rencana Kegiatan Revisi SAK di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Bulan Desember 2014
09 – 25 Desember 2014
NO PELAKSANAAN
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1. PERSIAPAN
a. Mengkaji SAK yang X
sudah ada dan yang perlu
di revisi V
b. Koordinasi dengan X
Kepala Ruang dan
Bidang perawatan V
c. Melakukan studi literatur X
V
2. PELAKSANAAN
a. Menyusun rancangan X
draf SAK V
b. Diskusi dan konsultasi X
dengan Kepala Ruang
Hamka dan Bidang V
Perawatan.
c. Melakukan revisi X
rancangan draf SAK. V
3. EVALUASI
a. Usulan draf SAK X
diterima. V
b. Sosialisasi dengan X
seluruh staf R.Hamka V

253
3. Anggaran Biaya

Tabel 4.29
Rencana Anggaran Biaya SAK TF, Fraktur dan APP di Ruang
Hamka Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu.
No Kebutuhan Rencana (Rp) Realisasi (Rp)
1 Kertas dan Print 15.000 10.000
2 Fotokopi 40.000 35.000
3 Internet 10.000 -
Jumlah 65.000 45.000

4. Evaluasi

a. Ketentuan Evaluasi

Tabel 4.30
Ketentuan Evaluasi SAK TF, Fraktur dan APP di Ruang Hamka
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu
No. Komponen Evaluasi Keterangan
1. Hal yang dievaluasi Membuat SAK 3 penyakit terbesar : TF, Fraktur, dan APP
2. Pihak yang dievaluasi Kepala Ruang Hamka dan Kepala Bidang Keperawatan
3. Evaluator Didik Y
4. Jumlah Sampel 3 SAK
5. Instrument evaluasi Instrumen evaluasi penyusunan SAK
6. Metode evaluasi Diskusi dan Konsultasi
7. Waktu evaluasi 23 Desember 2014
8. Tempat evaluasi Ruang Hamka dan Bidang Keperawatan
9. Kriteria hasil Pencapaian target penyusunan dokumen Standar Asuhan
Keperawatan 100%

b. Hasil

Tabel 4.31
Evaluasi Penyusunan revisi SAK TF, Fraktur dan APP di Ruang
Hamka Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Klaten.
Hasil SAK Hasil SAK Hasil SAK
No Kriteria Evaluasi TF Fraktur APP
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Pengertian V V V
2. Klasifikasi V V V
3. Tanda dan gejala V V V
4. Etiologi V V V
5. Patofisiologi V V V

254
6. Pemeriksaan penunjang V V V
7. Manajemen terapi V V V
8. Komplikasi V V V
9. Pembuatan diagnosa V V V
dan intervensi sesuai
NANDA, NOC, NIC,
serta Discharge
planning
10. Menyusun discharge V V V
planning
11. SAK disosialisasikan V V V
Jumlah 11 11 11
Prosentase 100% 100% 100%

5. Analisa dan Pembahasan

Dari hasil evaluasi revisi SAk diatas dapat disimpulkan bahwa

penyusunan SAK Tonsilitis, Fraktur dan Appendiksitis telah mencapai

target yang diharapkan yaitu 100%. Diharapkan SAK yang telah disusun

dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

professional pada pasien dengan Tonsilitis, Fraktur dan APP.

SAK identik dengan standart profesi keperawatan yang berguna

sebagai pedoman kerja bagi tenaga keperawatan serta untuk mengukur

keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan. Dampak dari pemahaman dan

penerapan SAK dalam pemberian asuhan keperawatan bukan hanya

keprofesian yang dijaga dan ditingkatkan, tetapi juga meliputi keamanan,

kenyamanan dan kepuasan pasien. Proses audit keperawatan sangat

penting untuk penyusunan dan revisi dari SAK yang ada di rumah sakit.

hal ini disebabkan SAK yang ada setelah disusun kemudian dilakukan

perbandingan dengan kenyataan yang ada dipelayanan dan kemudian

255
dilakukan upaya perbaikan, sehingga diharapkan terjadi peningkatan

dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

6. Faktor Pendukung

a. Adanya dukungan dari Kepala Ruang, AN dan Kabid Keperawatan.

b. Tersedianya literature tentang asuhan keperawatan pada Tonsilitis,

Fraktur dan APP.

c. Adanya kegiatan diskusi dengan Komite keperawatan.

7. Faktor Penghambat

Sosialisasi SAK di ruang Hamka An Ners tidak mengalami

hambatan pada saat waktu memberikan materi SAK kepada perawat yang

ada, akan tetapi karena keterbatasan waktu sehingga belum dapat

tersampaikan secara maksimal karena materi SAK yang sangat banyak.

8. Kesinambungan

Hasil SAK tentang tentang Tonsilitis, Fraktur, dan APP diharapkan

dapat diterapkan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan oleh para

perawat yang dinas di ruang Hamka. Perlu dilakukan up grade reguler

terhadap SAK sesuai literatur terkini dan mengintensifkan sosialisasi SAK

keseluruh perawat di Hamka.

G. Pelaksanaan Cuci Tangan

1. Langkah-langkah

256
Kegiatan upaya meningkatkan pelaksanaan Cuci tangan sebelum

tindakan keperawatan sampai evaluasinya Di Ruang Hamka dapat diamati

pada table sebagai berikut :

Table 4.32
Upaya meningkatkan pelaksanaan cuci tangan sebelum tindakan
keperawatan sampai evaluasinya Di Ruang Hamka Tanggal 15 - 31
Desember 2014
No Kegiatan Pelaksanaan Sasaran Tujuan Waktu Tempat
A. Persiapan
1 Melakukan koordinasi Warniyati Karu Tersusun checklist 15 Des Ruang
awal dengan karu untuk Ka Shif penilaian cuci
2014 hamka
menyusun checklist cuci AN tangan
tangan.
2 Melakukan pengkajian Warniyati Ka shif Mengetahui 15 Des Ruang
pelaksanaan cuci tangan AN keefektifan
2014 hamka
yang benar pelaksanaan cuci
tangan di Ruang
Hamka
3 Melakukan koordinasi Warniyati Ka.Subid Mendapatkan 16 Des Ruang
dengan KaRu dan KaBid Karu informasi tentang
2014 Ka.
dalam seminar awal Ka shif pelaksanaan post
penyusunan POA conference di SuBid
Ruang Hamka
4 Menyiapkan draf cuci Warniyati Ka.SuBi Terbentuk dan 21 Des Ruang
tangan yang benar d tersetujuinya draff
2014 hamka
sebelum dan sesudah keperawa penilaian cuci
tindakan keperawatan tan tangan sebelum dan dan
sesuai protap dan sesudah tindakan
Ruang
mengkonsultasikan ke keperawatan sesuai
KaRu dan Ka.SuBid protap Ka.
SuBid

B. Pelaksanaan
1. Memberikan materi cuci Warniyati Perawat Meningakatkan 23 Des Ruang
tangan yang benar motivasi perawat
2014 hamka
sebelum dan sesudah dalam mencuci
tindakan keperawatan tangan sebelum dan
dengan penilaian sesudah tindakan
menggunakan checklist keperawatan.
C. Evaluasi
1 Evaluasi akhir Warniyati Perawat Mengetahui hasil 29-31 Ruang
pelaksanaan cuci tangan pelaksanaan dan
Des 2014 hamka
yang benar sebelum dan motivasi perawat
sesudah tindakan tentang cuci tangan
keperawatan di Ruang yang benar sebelum
Hamka dan sesudah
tindakan
keperawatan di
Ruang Hamka

257
Sumber : Data Sekunder

2. Jadwal kegiatan
Table 4.33
Rencana pelaksanaan cuci Tangan Di Ruang Hamka
Tanggal Tanggal 15 - 31 Desember 2014
No Kegiatan Tanggal
15 16 21 23 29-31
Persiapan
1. Melakukan koordinasi awal dengan KaRu untuk √
menyusun checklist cuci tangan X
2. Melakukan pengkajian pelaksanaan cuci tangan yang √
benar X
3. Melakukan koordinasi dengan KaRu dan KaBid dalam √
seminar awal penyusunan POA X
4. Menyiapkan draff penilaian cuci tangan yang benar √
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan sesuai X
protap dan mengkonsultasikan ke KaRu dan KaBid
Pelaksanaan
5. Melakukan observasi 6 langkah cuci tangan dengan √
benar sebelum dan sesudah tindakan keperawatan X
dengan penilaian menggunakan checklist
Evaluasi
6. Evaluasi akhir pelaksanaan cuci tangan yang sebelum √
dan sesudah tindakan keperawatan di Ruang hamka X

Sumber : Data sekunder


Keterangan :
√ : perencanaan
X : pelaksanaan

258
3. Anggaran Biaya
Tabel 4.34
Rencana Anggaran Biaya Sosialisasi cuci tangan di Ruang Hamka
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu.
No Kebutuhan Rencana (Rp) Realisasi (Rp)
1 Kertas dan Print 15.000 10.000
2 Fotokopi 10.000 10.000
3 Stiker dan Banner 70.000 65.000
Jumlah 95.000 85.000

4. Evaluasi
a. Ketentuan Evalusi
Tabel 4.35
Ketentuan evaluasi pelaksanaan cuci tangan
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Tanggal 15-31 Desember 2014
No Komponen Evaluasi Keterangan
1 Hal yang di evaluasi Pelaksanaan cuci tangan
2 Evaluator Warniyati
3 Pihak yang di evaluasi Perawat Ruang Hamka
4 Instrument evaluasi Draff Cuci Tangan
5 Metode evaluasi Observasi, Pengisian checklist pedoman
pelaksanaan cuci tangan
6 Tempat evaluasi Ruang Hamka
7 Waktu evaluasi 29-31 des 2014
8 Jumlah sampel 9 Sampel

b. Hasil
Tabel 4.36
Hasil Pelaksanaan cuci Tangan Di Ruang Hamka RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Tanggal 29-31 Desember 2014
No Aspek Yang di nilai Jumlah sampel (n= 9 )
Pre Implementasi Post Implementasi
Ya Tidak Ya Tidak
1 Perawat cuci tangan 6 3 7 2
ketika akan kontak
dengan pasien atau
melakukan tindakan pada
pasien.

259
2 Perawat cuci tangan 6 3 9 0
ketika selesai kontak
dengan pasien atau
selesai melakukan
tindakan dengan pasien
Jumlah 12 6 16 2
Persentase 66.7% 33,3% 88,9% 11,1%
Sumber : Hasil observasi

Tabel 4.37
Hasil Pelaksanaan cuci Tangan yang benar dengan 6 langkah cuci tangan
Di Ruang Hamka RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tanggal 29-31
Desember 2014
No Langkah- langkah Jumlah sampel (n =9 )
Ya Tidak Ya Tidak
1 Melepaskan jam tangan, perhiasan, 7 2 7 2
gulung, lengan baju sampai kesiku
2 Membasuh lengan setinggi lengan bawah 9 0 9 0
dengan air mengalir
3 Letakkan antiseptic/sabun ditelapak 9 0 9 0
tangan dan gosok kedua telapak tangan
4 Gosok kedua punggung tangan dan sela- 9 0 6 3
sela jari tangan
5 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela 6 3 7 2
jari tangan
6 Gosok kedua buku-buku jari tangan 7 2 6 3
bergantian
7 Gosok kedua ibu jari bergantian 0 9 5 4
8 Gosok kedua ujung jari tangan memutar 3 6 3 6
bergantian
9 Gosok kedua pergelangan tangan 7 2 6 3
bergantian
10 Membilas tangan, pergelangan tangan di 9 0 9 0
bawah air mengalir
11 Keringkan tangan dengan tisu 9 0 9 0
12 Dan tangan pun sudah bersih 9 0 9 0
Jumlah 84 24 85 23
Persentase % 77,77% 22,22% 78,7% 21,29%
Sumber : data primer ruang Hamka

5. Analisa dan pembahasan

260
Telah dilaksanakan evaluasi cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan selama 1 minggu oleh seluruh perawat di Ruang
Hamka. Dengan adanya evaluasi cuci tangan tersebut diharapkan
menambah motivasi meningkatkan pelaksanaan mengenai cuci tangan
agar terhindar dari infeksi nosokomial.
Evaluasi cuci tangan dilaksanakan pada tanggal 29-31 Desember
2014 dengan n=9 perawat ruang Hamka. Nilai pelaksanaan cuci tangan
keperawatan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan mencapai nilai
88,9%, dan diharapkan memenuhi target 80%. Namun evalusi
pelaksanaan 6 langkah cuci tangan sesuai protap cuci tangan
bersih/biasa mencapai 77,77% menjadi 78,7% dengan begitu terjadi
perubahan terlihat adanya kesadaran dalam diri tenaga kesehatan untuk
mencuci tangan yang benar telah mengalami peningkatan.
6. Factor pendukung dan penghambat
a. Factor pendukung
1) Adanya dukungan
dari seluruh perawat ruang Hamka
2) Adanya dukungan
dari kepala Ruang dalam memotivasi perawat dalam pelaksanaan
cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
3) Perawat ruangan
memehami pelaksanaan cuci tangan.
b. Factor penghambat
Karena tingkat beban kerja perawat sangan tinggi sehingga untuk
cuci tangan pre interaksi kadang tidak dilakukan.
7. Kesinambungan
a. Memberikan informasi tentang hasil-hasil
penelitian-penelitian yang mendukung pentingnya cuci tangan.
b. Kegiatan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan lebih ditingkatkan lagi dengan berpedoman pada cara
mencuci tangan yang benar.

261
c. Perlu adanya kerjasama antara tim PPI
dengan ruangan untuk penempelan label cuci tangan agar betul-
betul dipahami dan dilaksanakan di ruangan.
d. Diharapkan label yang telah ada dapat
dijadikan pedoman dan pengingat untuk menghindari adanya
human error.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pengadaan CNE tentang MPKP telah dilaksanakan pada tanggal 17

Desember 2014 jam 14.00 WIB sampai jam 16.00 WIB dengan jumlah

kehadiran 7 perawat dari 9 perawat di ruang Hamka.

2. Struktur organisasi yang telah dibuat sesuai dengan perawat dinas di

Ruang Hamka telah mencapai target 100%.

3. Penyusunan draff SAK penyakit Tonsilitis, Fraktur dan Appendiksitis

telah mencapai target yaitu 100%.

262
4. Hasil pelaksanaan Sosialisasi dan Role model operan jaga sesuai dengan

MPKP yaitu sebesar 96,4% yang artinya tujuan operan jaga belum

mencapai target yang diharapkan yaitu 100%. Ini dikarenakan ada

beberapa item pelaksanaan operan jaga yang belum dilakukan yaitu

belum semua perawat melakukan operan jaga di depan pasien dan

mengklarifikasi kondisi pasien secara langsung, menginformasikan

kepada pasien/keluarga nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas..

5. Hasil pelaksanaan sosialisasi dan role model Meeting Morning yaitu

sebesar 100%. Hasil pelaksanaan sosialisasi dan role model pre

conference 81,8%, ini artinya belum sesuai dengan target yang harapkan

yaitu sebesar 100%. Hal ini dikarenakan perawat di akhir pre conference

belum menyimpulkan hasil dari evaluasi.

Evaluasi post confrence sebesar 87,5%, ini berarti belum sesuai dengan

target yang diharapkan yaitu 100%, hal ini dikarenakan menyimpulkan

hasil post confrence.

6. Hasil pelaksanaan cuci tangan mencapai nilai 88,9%. Namun evalusi

pelaksanaan 6 langkah cuci tangan sesuai protap cuci tangan bersih/biasa

mencapai 78,7% dengan begitu terjadi perubahan terlihat adanya

kesadaran dalam diri tenaga kesehatan untuk mencuci tangan yang benar

telah mengalami peningkatan.

7. Hasil observasi setelah dilakukan intervensi di dapatkan hasil 80,8 %,

artinya setelah diberikan intervensi mengalami peningkatan 12,8 %.

Peningkatan ini dapat dilihat dari orientasi yang diberikan dari perawat

263
ruangan setiap ada pasien baru, walau kadang dilakukan dengan berdiri

di kamar pasien namun walau demikian orientasi terhadap pasien baru

sudah mengalami peningkatan.

B. SARAN

1. Diharapkan semua perawat ruangan dapat menghadiri setiap kali ada

kegiatan yang diselenggarakan rumah sakit seperti CNE, Workshop,

seminar, dll dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

bagi para perawat ruang Hamka.

2. Agar papan struktur organisasi selalu diperbarui setiap ada pergantian Ka

Shif setiap bulannnya ataupun penambahan pegawai baru.

3. Penyusunan SAK Tonsilitis, Fraktur dan Appendiksitis telah mencapai

target 100%. Namun perlu adanya evaluasi untuk melengkapi SAK yang

masih kurang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi

keperawatan.

4. Setelah dilakukan sosialisasi dan role model mengenai operan jaga pada

saat magang MPKP, diharapkan operan jaga dapat diterapkan dan

dilaksanakan lebih optimal.

5. Setelah dilakukan sosialisasi dan role model mengenai meeting morning ,

pre dan post conference pada saat operan jaga, diharapkan pelaksanaan

pre dan post conference dapat diterapkan dan berjalan lebih optimal.

6. Setelah dilakukan sosialisasi dan role model mengenai orientasi pasien

baru, diharapkan pelaksanaan orientasi pasien baru dapat diterapkan.

264
7. Setelah dilakukan sosialisasi dan role model mengenai cuci tangan yang

benar, diharapkan pelaksanaan cuci tangan yang benar dapat diterapkan

dan berjalan lebih optimal.

265

Anda mungkin juga menyukai