Anda di halaman 1dari 188

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN S1 KEPERAWATAN

RUANG AZZAHRA 1 RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA

PEMBIMBING AKADEMIK :
Riska Rohmawati, .Kep.,Ns.,M.Tr.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1


Bisma Aditiya Putra 1130016084
Khofifatus Sa'adah 1130016079
Lusi Dwi Rahayu 1130016085
Hamida Asri Amalia 1130016081
Moh Haris Susanto 1130016080
Olva Nur Herawaty 1130016083
Noer Fadhila Achmad 1130016113
Wahyudi Hidayatullah 1130016118
Erica chandra dewi 1130016119
Lina Ekawati 1130016114
Diyah Ayu Anggraeni 1130016117
Siti Lailatul Qomariyah 1130016115
Choirul Anam 1130016082
Azizatul Masnia 1130016112
Siti Mutmainnah 1130016070

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan
bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat dengan
seoptimal mungkin.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi
kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa empat puluh sampai enam
puluh persen pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan
hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di
rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Menurut Nursalam (2012), keperawatan sebagai pelayanan yang
professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan
obyektif klien, mengacu pada standard professional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan
profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang
selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk
selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etikal).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era
global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa
akan datang perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan dengan memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di
Indonesia secara profesional.
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen
pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu
proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan.
Keperawatan di Indonesia di masa depan sampai saat ini masih berada
dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi
beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan
tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan
kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan
keperawatan.pelayanan keperawatan melalui pelaksana fungsi perncanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan
pengendalian mutu keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Di
sini manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefesien mungkin
bagi individu, keluarga dan masyarakat.Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan
profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman
konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien
dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen
yang baik.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial dapat
dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan
meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui
pembelajaran di lahan praktek.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama dua minggu
di ruang Azzahra 1 RS Islam Jemursari Surabaya, mahasiswa mampu
menganalisis pelaksanaan kepemimpinan dan manajemen keperawatan di
ruangan Azzahra 1 RS Islam Jemursari Surabaya, berdasarkan teori yang
telah dipelajari.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di ruangan
mahasiswa mampu :
a. Melakukan kajian situasi di unit pelayanan ( 6 M = Man, Material,
Methode, Money, Mutu, Mechine)
b. Melakukan analisis SWOT
c. Mengidentifikasi permasalah dan menentukan prioritas masalah
d. Menyusun strategi penyelesaian masalah dan menentukan prioritas
strategi penyelesaian masalah.
e. Menyusun Plan Of Action (POA) strategi penyusunan masalah.
f. Mendemonstrasikan pengorganisasian pelayanan keperawatan sesuai
kondisi unit
g. Mendemonstrasikan pengelolaan staf
h. Mendemonstrasikan pengarahan organisasional
i. Berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim atau perawat pelaksana :
1) Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data
masalah dalam pengorganisasian asuhan keperawatan
2) Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
3) Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan
4) Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di
ruangan
5) Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan
6) Mengidentifikasi masalah yang terjadi
7) Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah
8) Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer
keperawatan
9) Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah
j. Melaksanakan asuhan keperawatan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Tercapaianya pengalaman dalam pengolahan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
b) Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model yang
diaplikasikan di ruang Azzahra 1
c) Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan model MAKP di ruang Azzahra 1
d) Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi
e) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan professional di ruang Azzahra 1
2. Bagi Perawat Ruangan
a) Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada di ruangan Azzahra 1 yang berkaitan dengan
pelaksanaan MAKP.
b) Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c) Terbinanya hubungann yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
d) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin dari perawat.
D. Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi
masalah dilakukan dengan metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang
langsung dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan (sementara),
pembimbing ruangan, perawat dan keluarga pasien untuk mengumpulkan
data tentang proses orientasi dan pelayanan pasien.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen
ruangan, prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan
Model Praktek Keperawatan Profesional.
E. Struktur Organisasi Kelompok

Moh. Haris Susanto


Ketua Kelompok

Noer Fadhila Achmad


Wakil Ketua

Bisma Aditiya Putra Lusi Dwi Rahayu


Sekertaris 1 Bendahara

Khofifatus Sa’adah
Sekertaris 2

Anggota Kelompok :

Hamida Asri Amalia


Moh Haris Susanto
Olva Nur Herawaty
Wahyudi Hidayatullah
Erica Chandra Dewi
Lina Ekawati
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Manajemen
1. Definisi Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
artinya seni, melaksanakan dan mengatur. Menurut  Mary Parker Follet, 
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Menurut Ricky W. Griffin, manajemen
adalah sebuah  proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.
Secara umum manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para
anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Fungsi Managemen
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dapat diartikan sebagai penetapan tujuan, budget,
policy prosedur, dan program suatu organisasi. Dengan adanya perencanaan,
fungsi manajamen berguna untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai,
menetapkan biaya, menetapkan segala peraturan-peraturan dan pedoman-
pedoman yang harus dilaksanakan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian menurut Heidjarachman Ranupandojo adalah kegiatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu,
pelaksanaannya dengan membagi tugas, tanggung jawab, serta wewenang di
antara kelompoknya, ditentukan juga yang akan menjadi pemimpin dan saling
berintegrasi dengan aktif.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan
pengorganisasian. Actuating merupakan usaha untuk mengarahkan atau
menggerakan tenaga kerja atau man power dan mendayagunakan fasilitas
yang tersedia guna melakasanakan pekerjaan secara bersamaan.  Fungsi ini
memotifasi bawahan atau pekerja untuk bekerja dengan sungguh-sungguh
supaya tujuan dari organisasi dapat tercapai dengan efektif. Fungsi ini sangat
penting untuk merealisasikan tujuan organisasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati dan mengukur segala
kegiatan operasi dan pencapaian hasil dengan membandingkan standar yang
terlihat dalam rencana sebelumnya. Fungsi pengawasan menjamin segala
kegiatan berjalan sesuai dengan kebijaksanaan, strategi, rencana, keputusan
dalam program kerja yang telah dianalisis, dirumuskan serta ditetapkan
sebelumnya.
B. Konsep Manajemen Keperawatan
1. Defenisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan
keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa
manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu
perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian
(Marquis dan Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa
manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang
mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen
keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi
mereka.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).

2. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan


Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan
untuk memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2000) menyatakan
bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer
perawat
e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan
sosial
f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin, dan bidang studi
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.
3. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan
Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk
menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas
mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen pertama
sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencaanaan, organisasi,
perintah, koordinasi, dan pengendalian. Luther Gulick (1937) memperluas
fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), personalia (staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian
(coordinating), pelaporan (reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang
disingkat menjadi POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk
pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston,
2010). Fungsi manajemen menurut G.R. Terry adalah planning, organizing,
actuating, dan controlling, sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi manajemen
terdiri dari planning, organizing, motivating, dan controlling (Suarli dan
Bahtiar, 2009).
C. Kepemimpinan
1. Definisi Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan atau Leadership Posted by Alexa pada 18 Juli
2010, Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai
kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba
mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua
definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.
Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity),
sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance),
keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan
pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk
meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.
Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan
manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis
and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar
sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat
"managers are people who do things right and leaders are people who do the
right thing, ". Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar
pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita
mendaki tangga seefisien mungkin.
Perbedaan Leader dan Manager :
LEADER MANAGER
Kekuasaan yang dimiki Berdasarkan sumber kekuasaan
berdasarkan kontrak sosial dengan yang diperoleh, seorang manager
anggota atau bawahannya dipilih melalui jalur formal
Leder memiliki bawahan yang Manager memiliki bawahan yang
biasanya disebut pengikut. biasa disebut staf atau karyawan
Bawahan tersebut menjalankan yang memiliki posisi formal dalan
perintah dari leader atas dasar struktur hierarki organisasi
kewibawaan pemimpin terhadap
bawahan atau pengikutnya karena
kecakapan dan kemampuan serta
perlakuannya yang baik
Pemimpin dapat memimpin Manager biasanya hanya dapat
lingkungan kerja organisasi baik memimpin pada lingkungan kerja
formal maupun informal dan organisasi formal saja dan
bertanggung jawab kepada anak bertanggung jawab kepada
buahnya atasannya
Pemimpin merupakan bagian dari Manager merupakan bagian dari
pengikut organisasi
Leader memiliki fungsi dasar Fungsi manager berkaitan dengan
mengarahkan dan menggerakan manajemen, yaitu kegiatan seputar
seluruh bawahan untuk bergerak perancangan, pengorganisasian,
pada arah yang sama yaitu tujuan penempatan staff, pengarahan, dan
konroling
Leader lebih menekankan pengaruh Manager lebih memanfaatkan
atas charisma yang dimikinya wewenang dan kekuasaan jabatan
sehingga bawahannya secara sadar secara struktural yang memiliki
untuk mengikuti arahan sang kekuatan mengikat dengan dapat
pemimpin. Ia menstimulasi, melakukan paksaan atau hukuman
memfasilitasi, dan berpartisipasi untuk mengarahkan bawahan
dalam setiap kegiata yang
menginginkan bawahan
mengikutinya. Tidak dengan
hadiah, paksaan atau hukuman.

2. Teori Kepemimpinan
a. Teori Bakat (Trait Theory)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik
tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain ( Marqus & Huston,
1998). Teori ini disebut dengan “Great Man Theory”.Tetapi menurut teori
kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari
pembawaan sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh
dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya. Teori ini
mengidentifikasi karakteristik umum tentang intelegensi, personality, dan
kemampuan (perilaku). Ciri-ciri pemimpin menurut teori bakat:
Intelegensi Personaliti/kepribadian Perilaku
1. Pengetahuan 1. Adaptasi 1. Kemampuan
2. Keputrusan 2. Kreatif bekerjasama
3. Kelancaran 3. Kooperatif 2. Kemampuan
berbicara 4. Siap/siaga interpersonal
5. Rasa percaya diri 3. Kemampuan
6. Integritas diplomasi
7. Keseimbangan 4. Partisipasi social
emosi dan mengontrol 5. Prestis
8. Independent
9. Tenang

b. Teori Perilaku
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokratik atau dari
fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994) teori perilaku
ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu
organisasi.
c. Teori “Contigency dan Situational”
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang
melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasi antara factor bawaan,
perilaku dan situasi. Tannenbaum & schmid (1983) menekankan bahwa
kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratik diperlukan oleh
manajer dimana unsur utama manajer adalah tergantung dari situasi suatu
organisasi. Yaitu kemampuan manajer, penghargaan kepada kelompok.
Fielder (1967) menegaskan bahwa gaya kepemimpinan yang paling tepat
adalah ideal dengan situasi. Dia menekankan hubungan antara kelompok
manajer dan pegawai merupakan unsur yang penting dalam menilai sebagai
manajer yang baik.
d. Teori Kontemporer ( Kepemimpinan dan Manajemen)
Teori ini menekankan terhadap 4 kompenen penting dalam suatu
pengelolaan, yaitu: 1) manajer/pemimpin, 2) staf dan atasan, 3) pekerjaan, dan
4) lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen
seorang pemimpin harus mengintregrasikan keempat unsur tersebut untuk
mencapai tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu didukung
oleh teori motivasi, interaksi, dan teori transformasi.

e. Teori Motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: 1. Maslow, 2.
Aldefer, 3. Herzberg, 4. McCelland, 5. Adams, dan 6. V.Vroom. tabel 4.3
menggambarkan perbandingan beberapa teori motivasi yang diyakini dapat
membantu dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kesehatan.
Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan isinya
Teori Penjelasan
Hierarki Fisiologis = gaji pokok
kebutuhan Aman = perencanaan yang regular (gaji)
(Maslow) Kasih sayang = kerja sama secara tim
Harga diri = pencapaian posisi
Aktualisasi = tantangan dalam bekerja
Teori ERG E = Existence (fisiologis)
(Clayton R = Relatedness (kasih sayang)
Aldefer) G = Growth (harga diri dan aktualisasi)
Teori dua faktor Motivators = kepuasan kerja
(Frederich Hygiene = lingkungan yang kondusif
Herzberg)
Teori belajar Affiliation = bersahabat
(McClelleand) Power = memerintah orang lain
Achievement = suka tantangan, kompetisi, dan
menyelesaikan masalah secara detail.

Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan prosesnya


Teori Penjelasan
Teori keadilan Berdasarkan nilai-nilai dan keadilan terhadap
(Adams) karyawan.
Teori harapan Rumus:
(George Paulos M = Job outcomes x valensis x expektansy x
Moheny, Jonesh, instrumentality
dan Vroom) Job outcomes:
Penghargaan (promosi, kenaikan gaji, dan pengakuan)
Valenses:
Keinginan / perasaan berhasil
Expektansi:
Kemungkinan berhasil dengan kerja keras
Instrumentality:
Keyakinan akan bethasil berdasarkan kerja keras dan
situasi
Teori penguatan Stimulus/ respons/ konsekuensi
(B.F.Skinner)
Teori belajar Tujuan yang harus dicapai oleh suatu organisasi.
(McClelleand)

Motivasi akan menjadi masalah apabila tiga hal tidak dapat terpenuhi. Tiga
hal tersebut adalah pembagian tugas yang tidak jelas, hambatan dalam
pelaksanaan, dan kurang atau tidak adanya penghargaan.
f. Teori Z
Teori z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan
pengembangan dari teori Y dari McGregor dan mendukung gaya
kepemimpinan demokratis. Kompenen teori Z meliputi pengambilan
keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai keahliannya,
menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat, dan pendekatan
yang holistic terhadap staf. Pada teori ini lebih menekankan pada staf
dibandingkan dengan kualitas produksi, sehingga di amerika teori ini masih
banyak yang diperdebatkan.
g. Teori Interaktif
Schein 1970 menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sebagai
suatu system terbuka yang selalu berinteraksi denga sekitarnya dan
berkembang secara dinamis. System tersebut dianggap suatu system yang
terbuka, jika terjadi adanya perubahan, energi, dan informasi dengan
lingkungan. Asumsi teori ini sebagai berikut:
a) Manusia memiliki karakteristik tyang sangat komplek. Mereka
mempunytai motivasi ang bervariasi dalam melakukan suatu pekerjaan
b) Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan waktu
c) Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula
d) Penampilan seseorang dan produktifitas dipengaruhi oleh tugas yang harus
diseleseikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi.
e) Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.
Menurut Holander, pemimpin yang efektif memerlukan kemampuan untuk
menggunakan proses penyelesaian masalah, mempertahankan kelompok
secara efektif, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, menunjukkan
kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan kemampuan
menengembangkan identifikasi kelompok

3. Karakteristik Kepemimpinan
Kriteria karakteristik yang harus dimiliki pemimpin

Intelegensi Kepribadian Kemampuan


Pengetahuan Mampu beradaptasi Mampu bekerja sama
Berkeyakinan Kreatif Keterampilan interpersonal
Pengambil keputusan Kooperatif Bijaksana
Cakap dalam Cepat tanggap Mampu berdiplomasi
berbicara Percaya diri Terhormat
Memiliki intergritas Berpartisipasi secara sosial
diri
Emosi seimbang dan
terkontrol
Modern
Mandiri

4. Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi, antara lain sebagai berikut:
1) Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt.
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui
dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan
berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor
karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa
kepemimpinan organisasi harus didahulukan jika dibandingkan dengan
kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih ototriter, akan tetapi jika
bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan
partisispasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
2) Gaya Kepemimpinan Menurut Literatur Lain
a. Otokratis
Tipe Otokratis merupakan tipe-tipe kepemimpinan yang mencirikan
kekuasaan yang tertinggi yang mengandalkan kepada kekuasaan dan
pemaksaan.
Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Otokratis
a) Organisasi adalah milik pribadi
b) Tujuan pribadi identik dengan tujuan organisasi
c) Bawahan sebagai alat semata
d) Tidak bisa menerima saran dan kritik
e) Bergantung pada kekuasaan formal
f) Pendekatan paksaan dan ancaman
b. Militeristis
Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Militeristik
a) Perintah sebagai alat utama
b) Orientasi pada pangkat dan jabatan
c) Senang pada formalitas yang berlebihan
d) Disiplin dan patuh kepada atasan
e) Tidak mau menerima kritik
c. Fathernalistis
Tipe dengan cara memimpin yang membuat para bawahannya terlihat
seperti orang yang belum dewasa. Tipe Fathernalistik pemimpin selalu
bertindak sebagai bapak dan memberikan perlindungan kepada bawahannya.
Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Fathernalistik
a) Bawahan dianggap kurang dewasa
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan
c) Jarang melimpahkan wewenang ke bawahan
d) Tidak memberi kesempatan inisiatif dan kreatif
e) Menganggap dirinya paling tahu
d. Karismatis
Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Karismatik
a) Pemimpin yang mempunyai daya tarik yang besar, sehingga
pengikutnya banyak
b) Kekayaan, umur, profil pendidikan tidak dapat digunakan sebagai
kriteria pemimpin yang karismatik.
e. Demokratis
Ciri-ciri tipe gaya kepemimpinan Demokratis
a) Melihat bawahan selalu bertitik tolak bawah manusia itu adalah
mahluk yang termulia di dunia
b) Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi
c) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya
d) Memberikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat
kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif dan
prakarsa dari bawahan
e) Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
f) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya
g) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
5. Kepemimpinan Efektif
Menurut Hadari Namawi dan Martin H, Kepemimpinan Efektif adalah
kepemimpinan yang mampu menggerakan anggotanya untuk mencapai tujuan
kelompok atau organisasi. Seseorang pemimpin dikatakan suses atau efektif
dalam kepemimpinannya, jika kontinuitas perusahaan terjamin dan semua
pihak yang terkait memperoleh kepuasan.
Beberapa usaha untuk meningkatkan kualitas Kepemimpinan efektif antara
lain sebagai berikut :
1. Berpikir efektif dalam menetapkan keputusan
2. Mengkomunikasikan hasil berfikir
3. Meningkatkan partisipasi dalam pemecahan masalah
4. Menggali dan meningkatkan kreativitas
5. Menetapkan perubahan
6. Menciptakan konflik
6. Paradigma Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
Paradigma ini memandang kepemimpinan sebagai suatu penguatan
bersama dari pengikut oleh pemimpin transaksional atau pergerakan pengikut
melebihi kepentingan pribadi mereka demi kebaikan kelompok, organisasi,
atau masyarakat oleh pemimpin transformasional.
Pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan
kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang
pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung
jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang
pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya
untuk mencapai tujuan organisasi yang memiliki visi ke depan dan mampu
mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi
perubahan tersebut ke dalam organisasi, Untuk memotivasi agar bawahan
melakukan tanggung jawab mereka, para pemimpin transaksional sangat
mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada
bawahannya
7. Konsep Penyelesaian Masalah
Penyelesaian Masalah adalah suatu proses kognitif di mana maklumat
digunakan sebagai usaha mencari cara-cara yang sesuai bagi mencapai sesuatu
maklumat. Terdapat 5 tahap dalam Penyelesaian Masalah dengan
menggunakan akronim IDEAL yaitu :
I : Mengenalpasti masalah / Identify the problem
D : Takrifkan dan gambarkan masalah / Define the represent the
problem/
E : Strategi menjelajah yang munasabah /Define possible strategies
A : Membuat strategi tindakan / Act on the strategies/
L : Lihat kembali dan menilai keberkesanan tindakan anda.
8. Pengambilan Keputusan
Perbandingan antara pengambilan keputusan dan proses
keperawatan dapat terlihat dalam tabel berikut ini:
Proses Pengambilan Keputusan Proses Keperawatan
Pengumpulan data Pengkajian:
a.Pengumpulan data
b.Interpretasi
Identifikasi masalah Diagnosa keperawatan
Perencanaan Perencanaan
a. Penentuan tujuan a.Penentuan tujuan
b. Identifikasi solusi b.Rencana tindakan
Implementasi Implementasi
Evaluasi dan revisi proses Evaluasi dan modifikasi

9. Langkah-langkah Dalam Penyelesaian Masalah Dan Pengambilan


Keputusan
1) Tetapkan tujuan
2) Kumpulkan data secara cermat
3) Membuat banyak alternatif
4) Berpikir logis
5) Memilih dan bertindak secara cepat dan efektif
D. Perencanaan
1. Definisi Perencanaan
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
depan dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang
menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005).
2. Tujuan perencanaan
Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan empat tujuan
perencanaan, yaitu
1. Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan
nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang
harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia
dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan,
memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk
menghadapinya.
3. Meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana,
karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain
itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan
menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan
4. Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya,
yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian
atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan
yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja
perusahaan
3. Manfaat Perencanaan.
Melalui perencanaan program akan dapat diketahui:
1) Tujuan dan cara mencapainya
2) Jenis/struktur organisasi yang dibutuhkan
3) Jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya.
4) Sejauh mana efektifitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan
5) Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
4. Unsur-Unsur Perecanaan
Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan adalah:
1) Meramalkan (Forecasting), misalnya memperkirakan kecenderungan
masa depan membuka (peluang dan tantangan);
2) Menetapkan tujuan (Establishing Objectives), misalnya menyusun
acara yang urutan kegiatanya berdasarkan skala prioritas;
3) Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya
menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat;
4) Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang paling
tepat;
5) Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (Interpreting and establishing
policy), misalnya menafisrkan kebijakan atasan dan menetapkan
kebijakan operasional.
5. Sifat-Sifat Perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatika agar dapat dihasilkan
rencana yang baik yaitu:
1) Melihat jauh kedepan
2) Sederhana dan jelas/lugas
3) Fleksibel
4) Stabil
5) Ada dalam keseimbangan
6) Tersedianya sumber-sumber untuk pelaksanaan

6. Jenis-jenis perencanaan
Ada dua jenis perencanaan,yaitu:
1. Perencanaan strategi
Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka
panjang yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu
organisasi.
2. Perencanaan operasional
Perencanaan operasional menguraikan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan menentukan siapa orang-orang
yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan prosedur serta
menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan metode
untuk mengevaluasi perawatan pasien.
7. Syarat-syarat Perencanaan yang Baik
a. Sederhana
Sederhana berarti perencanaan berdasarkan pernyataan dilapangan
sehingga mudah dikenali dan diidentifikasi antara permasalahan dan jalan
penyelesaiannya, tidak ada tambahan atau rekayasa.
b. Jelas tujuan yang akan dicapai
Membuat perencanaan berdasar pernyataan dengan jalur yang jelas
sehingga mudah dieksekusi oleh siapapun termasuk oleh pembantu
perawat
c. Ada skala prioritas
Mengingat perencanaan selalu berhubungan dengan budgeting / anggaran
maka manajer yang baik harus pintar dalam membuat prioritas sesuai
kedaruratan dan pentingnya bagi nama baik / akreditasi institusi dan
ketersediaan dananya.
d. Ada pelibatan aktif staf
Dalam level sebagai manajer yang baik yang mengerti pentingnya
pembinaan sense of belonging semua staf maka mengikut sertakan
masukan dan saran staf yang ada dibawahnya harus diutamakan. Hal ini
akan meningkatkan motivasi kerja karena semua perencanaan adalah hasil
pemikirn dan ide nya.

e. Ada urutan kegiatan


Disamping dibuat prioritas maka dalam pelaksanaan setiap progam yang
dibuat daftar urutan kegiatan yang disusun mulai dari yang mudah
dilaksanakan sampai yang paling sulit dikerjakan.
f. Praktis
Praktis berarti mudah dilaksanakan oleh semua staf sesuai tugas dan
wewenangnya sehingga semua pekerja saling membantu sesuai fungsinya,
tidak ada duplikasi pekerjaan maupun saling melempar pekerjaan.
g. Fleksibel
Fleksibel berarti setiap perencanaan akan mudah mengikuti perkembangan
situasi sehingga bisa diubah baik dikurangi / dimodifikasi maupun
dihilangkan bila tidak sesuai dengan kebijakan institusi.
d. Tujuan Sasaran
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi.
Tujuan adalah yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu,
satu tahun sampai lima tahun yang akan datang. Sedangkan sasaraan adalah
hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan
yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari pada
tujuan.
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh
organisasi. Sasaran seringkali disebut dengan tujuan.sasaran memandu
manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu
pekerjaan. Sasaran dibagi menjadi dua kelompok :
1. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi oleh masyarakat
luas. Seringkali stated goals bertentangan dengan kenyataan yang ada dan
dibuat hanya untuk memenuhi tujuan.
2. Sasaran riil adalah sasaran yang benar benar di inginkan oleh organisasi.
Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan tindakan organisasi
beserta anggotanya.

9. Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan
kondisi sebagai sebagai faktor masukkan, yang kemudian dikelompokkan
menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik
oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata
sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang
dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah
alat analisa “ajaib” yang mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib”
masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi keperawatan.
Analisis SWOT terbagi atas empat komponen dasar, yaitu :
1. Strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan
dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar keperawatan dan memberikan peluang berkembang bagi layanan
keperawatan di masa depan.
4. Threat (T) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan
yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi layanan
keperawatan dimasa depan.
Terdapat dua model analisi SWOT yang umum digunakan dalam
melakukan analisis situasi anatara lain, yaitu :
1. Model Kuantitatif
Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara
S dan W, serta Odan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena
diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada kelemahan yang
tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman
yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus
selalu memiliki satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan
Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan satu Threath (T)
2. Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh
dengan urut-urutan model kuantitatif. Perbedaan besar diantara keduanya
adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen.
Apabila pada model kuantitatif, setiap subkomponen S memiliki pasangan
subkomponen W, dan satu komponen T. Akan tetapi, dalam model
kualitatif hal tersebut tidak terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing
komponen ( S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan
satu sama lain.
10. Macam-macam perencanaan dalam manejemen keperawatan
1. Berdasarkan Jangka Waktu
Pada umumnya dikenal tiga bentuk perencanaan jika dilihat dari waktu
yang digunakan untuk pengaplikasian suatu rencana, yaitu :
a. Perencanaan Jangka Panjang
Rencana ini akan menjangkau waktu sekitar 20-30 tahun ke depan.
Perencanaannya masih berbentuk garis-garis besar yang bersifat sangat
strategis dan umum. Perencanaan ini tidak dapat langsung dipakai sebagai
pedoman kerja. Oleh karena itu perlu dijabarkan dalam bentuk
perencanaan jangka menengah. Negara kita menerapkan waktu 25 tahun
untuk setiap tahap perencanaan jangka panjangnya.
b. Perencanaan Jangka Menengah
Biasanya akan menjangkau waktu sekitar 3-5 tahun ke depan. Perencanaan
jangka panjang akan dipecah-pecah menjadi beberapa kali pelaksanaan
perencanaan jangkah menengah, sehingga setiap tahap hendaknya
disesuaikan dengan prioritas. Sifat perencanaan ini lebih konkret dan
sasaran yang harus dicapai sudah jelas. Negara kita menggunakan waktu 5
tahunan untuk setiap perencanaan jangka menengah yang disebut
Pembangunan Lima Tahun.
c. Perencanaan Jangka Pendek
Biasanya akan menjangkau waktu paling lama satu tahun, bahkan dapat
dibuat bulanan, kwartalan atau tengah tahunan. Perencanaan ini lebih
konkret dan lebih rinci, lebih terukur dan jelas sasarannya, metode
pelaksanaan serta waktu mulai dan selesainya tiap kegiatan yang masuk
dalam rencana tersebut.
2. Berdasarkan Tingkatan Menejemen/ luasnya
Pada umumnya, perencanaan dari sisi tingkatan manajemen terbagi dua,
yaitu :
a. Perencanaan Strategik
Rencana strategic adalah rencana yang berlaku bagi organisasi secara
keseluruhan, menjadi sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha
menetapkan organisasi tersebut dalam lingkunganya. Jadi, perencanaan
strategis lebih berfokus pada bagaimana manajemen puncak menentukan
visi, misi, falsafah dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam jangka panjang.
b. Perencanaan Operasional
Merupakan bagian dari strategi operasional yang lebih mengarah pada
bidang fungsional perusahaan dalam rangka memperjelas makna strategi
utama dengan indentifikasi rincian yang spesifik dan berjangka pendek-di
implementasikan dalam bentuk kegiatan usaha sehari-hari. Strategi ini
menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas sehingga konsisten
bukan hanya dengan stategi utama yang telah ditentukan, tetapi juga
strategi dibidang fungsional lainnya.
3. Berdasarkan kehususan
a. Pengarahan ; rencana yang fleksibel dan yang menjadi pedoman umum
b. Pemerinci ; rencana yang mendefinisikan dengan jelas dan tidak
memberuang kebutuhan situasi yang unik.
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka
pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat diterapkan
diruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan dan rencana
tahunan.
1) Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing
perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat
oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.

2) Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu kegiatan
dalam satu bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana
harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruangan dan ketua tim /
perawat primer.
a. Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil nilai
MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan
membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatam kualitas hasil.
Kegiatan yang mencakup bulanan karu adalah:
a. Membuat jadwal dan memimpin case conference
b. Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga.
c. Membuat jadwal dinas
d. Membuat jadwal petugas menerima pasien baru
e. Memimpin rapat bulanan perawatMembuat jadwal supervise dan
penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
f. Melakukan audit dokumentasiMembuat laporan bulanan.
b. Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup
rencana bulanan katim adalah:
a. Mempresentasikan kasus dalam case conference 
b. Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga 
c. Melakukan supervise perawat pelaksana.
3) Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana
tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya.
Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruangan
11. Langkah – Langkah dalam Membuat Perencanaan
a. Analisis situasi.
b. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah..
c. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
d. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program.
e. Menyusun rencana kerja operasional (RKO).
12. Perencanaan Efektif
Menurut Siagian (1993), perencaan yang baik harus memiliki prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu:
a. Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana
merupakan suatu keputusan yang menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan.
b. Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi
c. Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik
perencaan.
d. Adanya suatu perencanaan yang teliti,yang berarti rencana harus di
ikuti oleh program kegiatan terinci.
e. Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya harus
tergambar bagaimana rencana tersebut dilaksanakan.
f. Bersifat sederhana, yang berarti disusun secara sistematis dan
prioritasnya jelas terlihat.
g. Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada
perubahan.
h. Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak  ada seorangpun yang
mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan dating.
i. Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi
organisasi.
j. Merupakan perkiraan atau peramalan atas keadaan yang terjadi.
2. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
harus dijawab dengan memuaskan menggunakan pendekatan 5W1H.
a. What : Kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah disepakati?
b. Where   : Dimana kegiatan akan dilakukan?
c. When    :  Kapan kegiatan tersebut akan dilakukan?
d. Who  :  Siapa yang harus melaksanakan kegiatan tersebut?
e. Why    :  Mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan?
f. How :  Bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut kearah
pencapaian tujuan?
3. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus
diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah, artinya harus disusun
dengan cara sistematis dan didasarkan pada langkah sebagai berikut:
a. Mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi.
b. Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana.
c. Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul.
d. Menetapkan data alternatif pemecahan masalah.
e. Melaksanakan rencana yang telah tersusun.
f. Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah.
g. Menilai hasil yang telah dicapai.
Untuk menjadi efektif, maka manajer harus mengetahui apa sasaran
yang ingin dicapai. Manajer harus tahu kemana mereka ingin pergi
sebelum memutuskan bagaimana mencapainya. Untuk perlu ditetapkan
sasaran yang efektif. Masalahnya adalah menetapkan sasaran yang efektif
dan mengelola aktivitas dengan sasaran ini secara kontinu adalah satu dari
banyak tantangan kesulitan yang dihadapi oleh tiap manajer. Oleh karena
itu kiranya peru memahami karakteristik yang dimiliki oleh sasaran yang
efektif sebagai berikut:
1) Spesifik dan dapat dimengerti (specifi and understandable).
Penggunaan sasaran secara tidak mendua menetapkan secara jelas apa
outcome yang diinginkan. Alasan utama penetapan sasaran adalah
untuk mengeliminasi ketidakpastian tentang apa yang diharapkan
individu, kelompok dan organisasi untuk dicapai.
2) Dapat diukur (measurable). Sasaran yang dapat diukur (biasanya dapat
dikuantifikasi, atau diekspresikan secara numerik) adalah mudah
dipahami. Sasaran yang dpat diukur membantu manajer dengan satu
cara untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja, mengintepretasi
umpan balik dan mencapai.
3) Kerangka waktu tertentu (given a time frame). Sasaran yang efektif
juga menunjukkan adanya kerangka waktu untuk pencapaian sasaran.
Jauh lebih baik menyatakan bahwa kinerja akan meningkat melalui
beberapa lebih baik menyatakan bahwa kinerja akan meningkat
melaluo beberapa jumlah dalam menyatakan bahwa kinerja akan
meningkat melalui beberapa jumlah dalam periode waktu tertentu.
4) Singkat (concise). Sasaran jangka pendek dan jangka panjang adalah
lebih efektif bila singkat dan “to the point”. Meningkatkan market
coverage and share hingga 10 persen dalam tahun 2005, misalnya
merupakan satu sasaran yang lebih ringkas dan karena itu lebih efektif.
5) Standar (standard). Dalam banyak pekerjaan, standar adalah tingkat
minimum dari kinerja yang dapat diterima oleh individu, kelompok
kerja, atau satu sub unit dari satu organisasi. Karena itu standar secara
khusus merupakan refleksi tingkat rendah dari kinerja yang ditoleransi
organisasi.
6) Realistik (realistic). Sasaran harus realistik baik hasil yang ingin
dicapai maupun waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya
disesuaikan dengan potensi yang dimiliki
7) Fleksibel (flexible). Sasaran harus dapat dimodifikasi dalam kejadian
yang tidak menguntungkan atau perubahan-perubahan ektraordinari
dalam situasi organisasi
8) Dapat diterima (accepatable). Satu sasaran adalah lebih efektif bila
dapat diterima orang yang bertanggung jawab mencapainya.
E. Organisasi
1. Definisi Organisasi
Organisasi berasal dari organon yang artinya alat adalah suatu kelompok
orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Organisasi pada dasarnya
digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin
dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (Money, Materil, Men,
Methodh, Marketing.)
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan anggota
dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan
sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya baik intern
maupun ekstern. Dua aspek utama dalam organisasi yaitu departementasi dan
pembagian kerja yang merupakan dasar proses pengorganisasian
Organisasi sebagai kumpulan orang-orang yang tidak dapat dilepaskan
dari lingkungan, karena pada dasarnya organisasi juga merupakan bagian dari
lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, suatu organisasi perlu
memahami lingkungan apa saja yang terkait secara langsung maupun tidak
langsung dengan kegiatan organisasi. Lingkungan yang terkait dengan
organisasi secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Lingkungan Internal
Lingkungan yang terkait terhadap eksistensi suatu organisasi. Lingkungan
internal organisasi adalah berbagai hal atau berbagai pihak yang terkait
langsung dengan kegiatan sehari-hari organisasi. Lingkungan internal
mencangkup para pemilik organisasi, para pengelolah atau tim managemen,
para staf, para anggota pekerja, serta lingkungan fisik organisasi.
2) Lingkungan Eksternal
Lingkungan yang terkait dengan kegiatan operasional organisasi.
lingkungan eksternal dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Lingkungan yang terkait langsung dengan kegiatan operasional organisasi
atau lingkungan mikro dari organisasi. Lingkungan mikro terdiri atas
pelanggan, pemasok, dan mitra strategi
b. Lingkungan yang tidak terkait langsung dengan kegiatan operasional
organisasi atau lingkungan makro dari organisasi. Lingkungan makro
dibagi menjadi dua lagi, yaitu:
a) Lingkungan Lokal
Lingkungan dapat berupa para pembuat peraturan, pemerintah,
masyarakat luas pada umumnya, lembaga yang terkait dengan kegiatan
perusahaan seperti organisasi non pemerintah.
b) Lingkungan Internasional

2. Ciri-ciri organisasi
a. Terdiri atas sekelompok orang
b. Ada kegiatan-kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitann
c. Tiap anggota mempunyai sumbangan usaha
d. Adanya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan
e. Adanya suatu tujuan
3. Jenis – Jenis Organisasi
a. Organisasi Lini / garis
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang
terdapat perbedaan yang tegas antara pimpinan dan pelaksanaan.
Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan dimana semua
kekuasaan di tangan pimpinan.
b. Organisasi Lini dan Staf
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah antara
pimpinan dan staf pelaksana. Peran staf bukan sekedar pelaksana
perintah pimpinan namun staf berperan sebagai pembantu pimpina
c. Organisasi Fungsional
Bentuk organisasi di mana kekuasaan pimpinan dilimpahkan
kepada para pejabat yang memimpin satuan di bawahnya dalam
satuan bidang pekerjaan tertentu. Setiap kepala dari satuan
mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan mengawasi semua
pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya.
d. Organisasi Panitia / Tim kerja
Pemanfaatan tim sebagai perangkat sentral untuk mengoordinasikan
kegiatan-kegiatan kerja. Karakteristik utama struktur tim adalah bahwa struktr
ini meniadakan kendala-kendala departemental dan mendesentralisasi
pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja. Struktur tim juga mendorong
karyawan untuk menjadi generalis sekaligus spesialis.
4. Fungsi Organisasi
Fungsi organisasi adalah salah satu fungsi managemen yang juga
mempunyai peranan penting seperti fungsi perencanaan. Melalui fungsi
perorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi (manusia dan
bukan manusia) akan diatur penggunanya secara efektif dan efesien untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dengan memahami fungsi pengorganisasian, perawat juga dapat lebih
muda mempelajari tentang fungsi aktuasi. Melalui fungsi aktuasi, diketahui
gambaran tentang proses bimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh staf
sesuai dengan pembagian tugas yang merupakan bagian dari fungsi
pengorganisasian. Fungsi aktuasi yaitu dapat mengarahkan staf dalam
melaksanakan tugas-tugas pokoknya untuk mencapai tujuan organisasi.
5. Prinsip Pengorganisasian
Didalam kegiatan layanan keperawatan terdapat beberapa prinsip
pengorganisasian yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi adalah bahwa pekerjaan dibagi-bagi
sehingga setiap orang memiliki tugas tertentu.
b. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada
staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu.
c. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha,sikap, dan penyesuaian
antar tenaga yang ada di bangsal.
d. Managemen waktu
Managemen waktu yang dapat dilakukan oleh seorang perawat adalah:
1) Mengatur jadwal kerja
2) Disiplin dengan jadwal kerja
3) Memompa, memotivasi perawat, selalu bersemangat dalam
menjalankan segala sesuatu
4) Walaupun dikejar deadline, namun isi otak harus tetap relaks
5) Jangan panic, harus tetap terarah dan focus untuk dapat selalu terarah
apa target yang akan kita capai
6) Berusaha sebaik mungkin, jangan menyerah sampai dengan saat-saat
akhir.

6. Struktur Organisasi
A. Definisi Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai
komponen dan bagian organisasi. Pada organisasi formal struktur
direncanakan dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan
antara berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif.
Sedangkan pada organisasi informal, struktur organisasi adalah aspek sistem
yang tidak direncanakan dan timbul secara spontan akibat interaksi peserta.
Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi,
dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal.
B. Bentuk-bentuk Organisasi
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan
departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama. Bagan ini
menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu :
a. Pembagian kerja
b. Rantai perintah
c. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
d. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
e. Tingkatan manajemen
Bagan organisasi menentukan hubungan formal dalam institusi. Hubungan
formal, hubungan komunikasi, dan kewenangan digambarkan dalam bagan
menggunakan garis yang utuh. Garis yang digunakan adalah hubungan
komunikasi antara orang dengan lingkup tanggung jawab dan kekuasaan yang
sama, tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Garis utuh vertical antara posisi
merupakan rantai komando resmi, jalur formal komunikasi dan kewenangan.
Mereka yang memiliki kewenangan terbesar dalam keputusan berada di posisi
atas; mereka memiliki kewenangan terkecil dalam pengambilan keputusan
bawah. Tingkat posisi di bagan juga menandakan status dan kekuasaan.
C. Jenis Struktur Organisasi
1. Rancangan Organisasi Birokratik
Pada umumnya disebut struktur garis atau organisasi garis. Mereka yang
memiliki kewenangan staf dapat disebutkan sebagai organisasi staf.
Kekuatan dari organisasi birokatrik adalah Birokrasi ada kemampuannya
menjalankan kegiatan-kegiatan yang terstandar secara sangat efisien.
Sedangkan kelemahan dari rancangan organisasi birokatrik adalah :
a. Bisa menimbulkan konflik-konflik subunit, karena tujuan-tujuan unit
fungsional dapat mengalahkan tujuan keseluruhan organisasi
b. ketika ada kasus yang tidak sesuai sedikit saja dengan aturan, tidak ada
ruang untuk modifikasi karena birokrasi hanya efisien sepanjang
karyawan menghadapi masalah yang sebelumnya telah mereka hadapi
dan sudah ada aturan keputusan terprogram yang mapan.
2. Rancangan Ad Hoc
Struktur ad hoc adalah sarana mengatasi ketidakfleksibelan struktur garis
dan bertindak sebagai jalan bagi profesional untuk mengatasi semakin
meningkatnya jumlah informasi yang tersedia. Struktur ad hoc
menggunakan pendekatan tim atau tugas proyek dan biasanya sibuburkan
setelah proyek selesai. Kerugian dari rancangan ad hoc dapat
menyebabkan berkuranganya kekuatan dalam rantai komando formal dan
berkuranganya kesetian terhadap organisasi induk.
3. Struktur Organisasi Matriks
Struktur organisasi matriks dirancang untuk berfokus pada produk dan
fungsi. Struktur organisasi matriks memiliki rantai komando vertical dan
horizontal yang formal. Kerugian :Pengambilan keputusan lambat
dilakukan karena perlunya berbagi informasi, kebigungan bagi pekerja
karena rancangan hierarki memiliki kewenangan-ganda
4. Rancangan Organisasi Datar
Rancangan organisasi datar adalah upaya menghilangkan lapisan hierarki
dengan cara mendatarkan rantai scalar dan desentralisasi organisasi.
F. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan / Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP)
Perkembangan metode penugasan asuhan keperawatan merupakan respon
terhadap perubahan akan kebutuhan tenaga keperawatan yang menjamin
pemberian asuhan keperawatan yang bermutu. Terdapat beberapa metode
yang digunakan dalam penugasan asuhan keperawatan. Namun perlu diingat
bahwa setiap metode penugasan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
tersendiri.
Kriteria Pemilihan Model Asuhan Keperawatan
1. Tingkat ketergantungan pasien
b. Minim
c. Parsial
d. Total
2. Kualitas asuhan & kepuasan konsumen
a. Internal : pemberi pelayanan di institusi itu. Ec: direktur, perawat, karu
dll.
b. Eksternal : orang yang datang untuk dilayani. Ec: pasein, keluarga.
3. Jumlah & kualitas pelaksana asuhan (orang yang member pelayanan)
4. Memberi kepuasan kerja bagi pelaksananya
5. Costly efektive beban biaya dari pelayanan
Beberapa metode asuhan keperawatan profesional
1. Metode Fungsional (1950)
Metode fungsional menerapkan manajemen klasik yang menekankan pada
efesiensi penyelesaian tugas, pembagian habis tugas, dan pengawasan pada
petugas. Pada metode ini, pelayanan keperawatan diberikan dititik beratkan
pada pembagian habis tugas sesuai dengan kebutuhan pelayanan keperawatan
pasien saat itu. Semua tugas di bagi rata pada tiap perawat, perawat hanya
melaksanakan pada tugas /jenis tertentu saja. Perawat ditugaskan menurut
keahlian masing-masing untuk semua pasien.
Penerapan metode ini sangat efisien tetapi tidak dapat memberikan
kepuasan pada pasien maupun perawat. Perawat tidak dapat mengembangkan
ketrampilannya, hanya terampil dalam satu kopetensi yang menjadi
keahliannya saja.
Kelebihan metode ini yaitu tidak memerlukan tenaga perawat yang
banyak, sehingga tepat digunakan pada ruang perawatan yang kekurangan
tenaga. Sedangkan kelebihannya yaitu tugas tindakan keperawatan akan
segera cepat diselesaika

Perawat Penanggung
Jawab

Perawat RN yang Perawat RN Asisten Bagian


Bertanggung yang Keperawatan Administrasi /
Jawab terhadap Memberikan / Perawatan Rumah
Obat Terapi Higienik Tangga

Pasien
2. Metode Tim (sesudah tahun1950)
Metode tim adalah metode penugasan asuhan keperawatan yang diberikan
oleh sekelompok perawat terhadap sekelompok pasien. Metode tim
dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu pemberian asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan jumlah staf yang tersedia.
a. Jumlah tim dalam satu ruang perawatan antara 2 sampai 3 tim.
b. Besarnya tim ditentukan oleh jumlah tenaga yang ada di ruangan tersebut.
c. Mengadakan konfrens dalam kelompok 5-10 menit dalam setiap shift.
d. 1 tim menangani 10-15 pasien
Uraian Tanggung Jawab Pada Metode Tim:
a. Ketua tim bertanggung jawab untuk:
a) Membuat perencanaan
b) Melakukan pendelegasian, supervise dan evaluasi
c) Mengetahui kondisi pasien dan menilai tingkat kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan perawat anggota tim
e) Menyelenggarakan konferens
b. Anggota tim
a) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
b) Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan laporan asuhan keperawatan yang diberikan pada ketua
tim.
c. Kepala ruangan
a) Menentukan standar pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Bersama ketua tim melaksanakan supervisi dan evaluasi
c) Memberi pengarahan kepada ketua tim

Perawat Penanggung
Jawab

Staf keperawatan Staf keperawatan Staf keperawatan


Staf keperawatan Staf keperawatan Staf keperawatan

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

3. Metode kasus (1920)


Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua
laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh perawat yang sama pada
hari berikutnya. Pola asuhan perawatan diberikan oleh satu perawat untuk satu
pasien. Umumnya metode kasus ini dilaksanakan oleh perawat (pribadi) atau
untuk asuhan keperawatan khusus seperti asuhan keperawatan di ruang isolasi
atau di ruang intensive care.

Kelebihan Metode Kasus


a. Bersifat kontinue dan konfrehensif
b. Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit ( Gillies,1998).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberiakan
bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas.
c. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui
dan komprehensif.
d. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
e. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
Kekurangan Metode Kasus
a. Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
b. Membutuhkan banyak tenaga.
c. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
d. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas.

Perawat
Penanggung Jawab

Staf Keperawatan Staf Keperawatan Staf Keperawatan

Pasien / Klien Pasien / Klien Pasien / Klien

4. Metode Manajemen Kasus


Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pandangan bahwa untuk
penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas berdasarkan berbagai sumber
daya yang ada. Tujuan dari manajemen kasus adalah menetapkan pencapaian
tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan sesuai dengan standar,
memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin, memfasilitasi secara
berkesinambungan asuhan keperawatan melalui kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya, pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja,
memfasilitasi alih ilmu pengetahuan. Manajemen kasus menggunakan dua
cara, yaitu case management plan (CMP), yang merupakan perencanaan
bersama dari masing-masing profesi kesehatan, dan critical path diagram
(CPD). CPD merupakan penjabaran dari CMP dan mempunyai target waktu.
Manajer mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang mengacu pada
tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.
Syarat Manajemen kasus
c. Multidisiplin
d. Case manajer, manajer mengelola kasus untuk mengkolaborasikannya
5. Metode moduler
Modifikasi antara primer dan tim. Bila metode perawatan primer sulit
dilaksanakan karena keterbatasan jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan
yang layak, maka metode moduler merupakan metode alternative yang
dikembangkan dari perawatan primer bila tenaga keperawatan yang ada terdiri
dari berbagai klasifikasi. Dalam pelaksanaannya, metode modul sama dengan
metode tim dimana perawat professional bekerja bersama dengan perawat non
professional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada beberapa pasien
dengan arahan kepemimpinan perawat profesional. Setiap modul berpasangan
(2 sampai 3 orang) merawat pasien dari masuk sampai pulang.
Dalam menerapkan model modular, 2-3 tenaga keperawatan bisa
bekerjasama dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola
8-12 kasus.  Seperti pada model primer,  tugas tim keperawatan ini harus
tersedia juga selama tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur,
namun tanggung jawab terbesar dipegang oleh perawat profesional. Perawat
profesional bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik perawat non
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan. Peran perawat kepala
ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas
dengan mempertimbangkan kecocokan anggota untuk bekerjasama, dan
berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivasi.
6. Metode Perawatan Primer (1970)
Metode pemberian asuhan keperawatan yang ditandai adanya keterikatan
yang kuat dan terus menerus antar pasien dan perawat yang ditugaskan dalam
merencankan dan melaksanakan asuhan keperawatan termasuk berkolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya. Syarat dari metode perawatan primer adalah
perawat harus professional semua meningkat Mengelola 4-6 pasien yang
dikelola selama 24 jam mulai pasien masuk sampai keluar.
Kelebihan dari perawatan primer yaitu seluruh tim kesehatan akan merasa
puas karena tugas perawatan dilakukan oleh personil perawat yang bertugas
secara menyeluruh. Demikian halnya pasien yang dirawat akan puas karena
dirawat dengan optimal sesuai dengan kebutuhannya.
Kelemahannya yaitu bahwa asuhan keperawatan primer hanya dapat
diterapkan pada ruang perawatan yang memiliki jumlah dan kualifikasi tenaga
yang memadai. Jumlah perawat professional yang memiliki latar belakang
pendidikan, pengalaman kerja, dan sikap professional yang tinggi mutlak
diperlukan ditambah dengan asissten yang cukup.

Perawat
Penanggung
Jawab
Sumber Daya
Dokter Rumah Sakit

Perawat Primer

Pasien/Klien
Perawat Perawat Associate
Associate (seseuai kebutuhan)
Perawat (sepanjang hari)
(sore hari) Associate
(malam hari)

G. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1993), Komunikasi merupakan proses
kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Dan menurut Tappen
(1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran,
perasaan dan pendapat dan memberikan nasehat dimana terjadi diantara dua
orang atau lebih yang sedang bekerja sama.
Oleh karena itu, komunikasi selalu melibatkan seorang pengirim dan
seorang penerima. Meskipun Gilbran (1951) mengatakan bahwa seseorang
dapat berbicara paling sedikit dua individu dan dua peran yaitu pengirim dan
penerima. Davis (1981) secara tepat mengatakan bahwa menejer yang
mengirim berita secara tertulis kepada bawahannya, baru dapat dikatakan
sudah berkomunikasi jika bawahannya menerima, membaca dan mengerti
pesan yang dikirim.
Tahapan proses Komunikasi Kelompok
(Stephen Robbins, Perilaku Organisasi, hal. 6 – 7)
1) Sumber Komunikasi
Langkah-langkah antara satu sumber dan penerima yang menghasilkan
pentransferan dan pemahaman makna.
2) Pengkodean (encoding)
Mengubah satu pesan komunikasi menjadi bentuk simbolik. Empat kondisi
yang mempengaruhi pesan terkode, yaitu keterampilan, sikap,
pengetahuan, dan system social budaya.
3) Pesan (Apa yang dikomunikasikan)
Dipengaruhi oleh kode/kelompok symbol yang kita gunakan untuk
mentransfer makna, isi dari pesan itu sendiri dan keputusan yang kita
ambil dalam memilih dan menata baik kode maupun isi.
4) Saluran (channel)
Medium lewat mana suatu pesan komunikasi berjalan. Medium dipilih
oleh sumber, yang harus menentukan saluran mana yang formal dan
informal.
5) Pengkodean
Penerjemah ulang pesan komunikasi seorang pengirim. Penerima
merupakan sasaran arah pesan itu tapi sebelum pesan dapat di terima,
symbol-simbol harus di terjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat
dipahami oleh si penerima.
6) Penerima
7) Umpan Balik
Tautan akhir dalam proses komunikasi, mengembalikan pesan kedalam
system guna memeriksa kesalah pahaman, umpan balik merupakan suatu
penentu apakah pesan itu telah dipahami.
2. Komponen Komunikasi
Terdapat enam komponen komunikasi sebagai berikut.
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan/mengirim pesan.
2. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan.
3. Pesan, yaitu suatu yang disampaikan oleh pengirim kepada seseorng yang
dituju (penerima) dengan maksud dan tujuan tertentu. Pesan yang
disampaikan dapat berupa verbal, tertulis, ataupun nonverbal
4. Lingkungan, yaitu tempat dimana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan
ini dapat berupa lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Lingkungan internal meliputi nilai-nilai, kepercayaan, temperamen, dan
tingkat stres pengirim pesan dan penrima pesan. Sedangkan lingkungan
eksternal meliputi keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu.
5. Media pesan, yaitu alat suatu saran perantara yang digunakan oleh
pengirim pesan dengan tujuan agar pesan bisa sampai kepada penerima.
Misalnya pendengaran, pengelihatan, sentuhan, media cetak, ataupun
media elektronik.
6. Tingkat pesan, yaitu tingkat pentingnya pesan, yang dapat berbentuk
informasi, kata, atau simbol lain.
Dengan mengenal komponen-komponen pesan tersebut, seorang perawat
diharapkan mampu menganalisis situasi dan menentukan komponen mana
yang harus diperhatikan dalam suatu kondisi dan situasi. Dengan demikian,
komunikasi yang dilakukan dapat mencapai tujuan lain yang telah ditetapkan.
3. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, sehingga banyak model yang
digunakan dalam menjelaskan bagaimana cara organisasi dan orang
berkomunikasi. Dasar model umum proses komunikasi terlihat pada Gambar 1
yang menunjukan bahwa dalam setiap komunikasi pasti ada pengirim pesan
dan penerima pesan. Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis, maupun
nonverbal. Proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal,
dimana komunikasi di laksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima
pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca, suhu, faktor
kekuasaan, dan waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan penerima pesan)
harus peka terhadap faktor internal dan eksternal, seperti persepsi dari
komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada
.
4. Fungsi Komunikasi
Kegunaan komunikasi sangat penting dilakukan demi tercapainya
kebahagian hidup kita. Johnsom (1981) memperlihatkan paling tidak ada dua
manfaat dan juga peranan komunikasi dalam rangka menciptakan kebahagian
hidup manusia yaitu:
1. Komunikasi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Artinya
bahwa perkembangan kita sejak masa bayi samapai masa dewasa
mengikuti pola makin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain
2. identitas atau jati diri kita terbentuk melalui komunikasi dengan orang
lain. Ini berarti bahwa selama proses berkomunikasi dengan orang lain,
sadar atau tidak, kita akan mengamati memperhatikan dan mencatat dalam
hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita.
5. Tujuan Komunikasi
Hewitt (1981) menjabarkan lebih spesifik tentang tujuan dari penggunaan
proses komunikasi. Ia mengatakan bahwa tujuan-tujuan komunikasi dibawah
ini jarang digunakan secara sendiri-sendiri.
1. Untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu,
2. Untuk mempengaruhi perilaku seseorang,
3. Untuk mengungkapkan perasaan,
4. Untuk menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain,
5. Untuk berhubungan dengan orang lain,
6. Untuk menyelesaikan sebuah masalah
7. Untuk menurunkan ketegangan atau menyelesaikan konflik,
8. Untuk mencapai sebuah tujuan
9. Untuk menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain.
6. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi
2. Komukasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai proses yang
tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi.
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, tepat. Nursalam (2001) menekankan
bahwa prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah
CARE:Complete;Acurate;Rapid, dan English artinya sebagai berikut: Ciri
khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan
keperawatan adalah dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, dan
cepat. Artinya, setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan
teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus memadai. Profil
perawat masa depan yang lain adalah mampu berbicara dan menulis
bahasa asing, minimal bahasa inggris
4. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
secara akurat.
5. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manajer.
7. Model Komunikasi dan Jenis Komunikasi
a. Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang terpenting dalam organisasi.
Dalam mencapai kebutuhan individu/staf, setiap organisasi telah
mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan
pelaksanaan dan pengelolahan, misalnya publikasi perubahan, surat-
menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam
komunikasi tertulis, khususnya kepada stafnya.
b. Komunikasi secara langsung/verbal
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku asertif
(assertiveness) adalah suatu cara komunikasi yang memberikan
kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan perasaannya secara
langsun, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan
lawan bicara.
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan
bawahan baik secara formal ataupun informal. Mereka juga melakukan
komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu
dalam kelompok atau presentasi secara formal. Keuntungan komunikasi
verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk
berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata
yang mengekspresikan ide secara sederhana
b. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti
oleh penerima pesan
c. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide
yang terdapat dalam suatu kata.
d. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasila
komunikasi verbal. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal
tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan
memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan
memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan.
e. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien
sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko
operasi.Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu
tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh
karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk
berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika
pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
f. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap
klien.

c. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi
dengan menggunakan ekspresi wajah, gerakan, tubuh, dan sikap tubuh
atau body language. Menurut Arnold dan Boggs (1989), komunikasi
nonverbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau
disampaikan.
Ada beberapa hal kunci dalam komunikasi nonverbal yang dapat
terjadi tanpa atau dengan komunikasi nonverbal, yaitu:
a. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada
hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi
adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara
yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan
perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang
marah.
b. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komunikasi interpersonal.
c. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya
d. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang
tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan
sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam
komunikasi interpersonal.Orang yang mempertahankan kontak mata
selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya
e. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan
keadaan fisik.Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat
dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien.Langkah dapat
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
f. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan
melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam
hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial.
8. Jenis-jenis Komunikasi
Ada dua jenis utama dari komunikasi yaitu:
1) Komunikasi Verbal
Satu arah dan Dua arah
2) Komunikasi non verbal
Satu arah dan Dua arah
9. Strategi Komunikasi Efektif dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit
Komunikasi pada tahapan ini tidak hanya ditunjukan secara spesifik
melalui strategi perencanaan. Tetapi tiga komponen, yaitu stuktur, budaya, dan
teknologi harus mendapat perhatian yang sama. Struktur dalam suatu
organisasi bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi efektif yang
dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Setiap struktur yang
ada harus memiliki kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan
prinsip-prinsip asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik,
dan dapat membantu penyelesaian masalah organisasi.
10. Komunikasi dengan SBAR
A. Defenisi SBAR
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang
logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain
secara akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur
SBAR untuk mencapai keterampilan berfikir kritis serta menghemat waktu.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR
juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara
shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan
semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi
pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi  SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation),
metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke
pasien.  Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang
disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
Adapun keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien.
c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan
oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka
dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain
dapat mengetahui perkembangan pasien.
Adapun konsep SBAR itu adalah sebagai berikut :
1. S (Siuation)
Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien.
a. Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
b. Nyatakan masalah secara singkat: apa, kapan dimulai, dan tingkat
keparahan.
c. Diagnosa medis;
2. B (Background)
Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi:
a. Daftar pasien
b. Nomor medical record
c. Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
d. Daftar obat terkini, alergi, dan hasil labor.
e. Hasil terbaru tanda-tanda vital pasien
f. Hasil labor, dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari tes
labor sebagai pembanding
g. Informasi klinik lainnya
Background merupakan informasi penting tentang apa yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
3. A (Assessment/pengkajian)
Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini
a. Apa temuan klinis?;
b. Apa analisis dan pertimbangan perawat?;
c. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. R (Recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien pada saat ini.
a. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?;
c. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?;
d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
B. SBAR Model
a. Komunikasi menjadi efektif dan efisien
b. Menawarkan sebuah cara yang simple untuk standart komunikasi
dengan menggunakan 4 elemen umum
c. Mencerminkan umum dan nursing process
d. Membuat bahasa yang umum
C. Laporan Kondisi Pasien Antar Shift Dinas (Dengan SBAR)
Sebelum serah terima pasien :
a. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan kondisi
pasien yang akan dilaporkan
c. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan
yang harus dilanjutkan
d. Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian
perawat shif sebelumnya.
e. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
D. Contoh penggunaan komunikasi SBAR
a. Komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1) Situation (S) :
a) Nama : Tn.E umur 26 tahun, tanggal masuk 9 Juni 2020 sudah 2
hari perawatan
b) DPJP : dr.Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
c) Masalah keperawatan:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Background (B) :
a) Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/
24 jam.
b) Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
c) Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
d) Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
e) Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
f) Diet : rendah protein 1 gram
3) Assessment (A) :
a) Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit,
suhu 37 0C, RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak
sesak napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.
b) Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237
mg/dl
c) Pasien masil mengeluh mual.
4) Recommendation (R) :
a) Awasi balance cairan
b) Batasi asupan cairan
c) Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
d) Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1
amp
e) Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
f) Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
b. Komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat
telepon :
1) Situation (S) :
a) Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2
b) Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran
urine 40 cc/24 jam, mengalami sesak napas.
2) Background (B) :
a) Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember
2013, program HD hari Senin-Kamis.
b) Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah
terpasang dower kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit
yang lalu.
c) Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
d) TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema
ekstremitas bawah dan asites
e) Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237
mg/dl
f) Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
3) Assessment (A) :
a) Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b) Pasien tampak tidak stabil
4) Recommendation (R) :
a) Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
b) Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe
pump
c) Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?
H. Dokumentasi
1. Pengertian Dokumentasi
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam “persoalan hukum“. Dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tercetak
atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu
yang berwenang (Potter, 2005 ). Dokumentasi keperawatan juga merupakan
salah satu bentuk upaya membina dan mempertahankan akontabilitas perawat
dan keperawatan (Webster New World Dictionary dalam Marelli, 1996).
Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam
peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang
dianggap berharga dan penting (Tungpalan, 1983).
Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat
sakit pasien pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan. Adapun
manfaat dari pendokumentasian diantaranya sebagai alat komunikasi antar
anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi dalam sistem
pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung
gugatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien (Effendi, 1995)
2. Manfaat Dokumentasi
Adapun manfaat dokumentasi menurut Allen (1998) antara lain:
1. Sebagai wahana komunikasi antar tim keperawatan dan dengan tim
kesehatan lain
2. Sebagai bagian yang permanen dari rekaman medik.
3. Sebagian dokumen yang legal dan dapat diterima di pengadilan.
Tueng (1996) menambahkan, dengan:
a. Untuk menghindari pemutarbalikan fakta.
b. Untuk mencegah kehilangan informasi.
c. Agar dapat dipelajari perawat lain.
3. Prinsip-prinsip dokumentasi menurut AIlen (1998), yaitu:
1. Tersedia format untuk dokumentasi.
2. Dokumentasi dilakukan oleh orang yang melakukan tindakan atau
mengobservasi langsung.
3. Dokumentasi dibuat segera setelah melakukan tindakan.
4. Catatan dibuat kronologis.
5. Penulisan singkatan dilakukan secara umum.
6. Mencantumkan tanggal, waktu tanda tangan, dan inisial penulis.
7. Dokumentasi akurat, benar, komplit jelas, dapat dibaca dan ditulis dengan
tinta.
8. Tidak dibenarkan menghapus tulisan pada catatan menggunakan tip-
contoh Penghapus tinta atau bahan lainnya.
4. Komponen Penting dalam Dokumentasi Keperawatan
a. Komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan
apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat
b. Dokumentasi proses keperawatan
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk
pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih
lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian
Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang
diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga
kesehatan lainnya.
c. Standar dokumentasi
Standar dokumentasi, perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk
memenuhi standar dokumentasi Standar dokumentasi adalah suatu
pernyataan tentang kualitas dan kwantitas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar
dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai
petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan
tindakan keperawatan.
5. Tujuan Utama Dokumentasi
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan
klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan
mengevaluasi tindakan.
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
a. Bukti kualitas AsKep
b. Bukti legal dokumentasi, sebagai pertanggung jawaban kepada klien
c. Into terhadap perlindungan individu
d. Bukti aplikasi standar keperawatan
e. Sumner info statistic untuk riset
f. Pengurangan biaya info
g. Sumber info untk data yang harus dimasukkan
h. Komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan
i. Info untuk murid
j. Persepsi hak klien
k. Sumber data keuangan yang sesuai
l. Data perencanaan yankes masa dating
6. Manfaat Utama Dokumentasi Keperawatan
Manfaat utama dari pendokumentasian menurut Nursalam (2014), adalah
sebagai berikut:
a. Jaminan mutu (kualitas pelayanan).
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan
untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh
masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat.
Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
b. Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah
yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa
melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan.
c. Keuangan
Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan
dalam biaya keperawatan.
d. Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan
keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
e. Penelitian
Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung
informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan
pengembangan profesi keperawatan.
f. Akreditas
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien.
7. Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi pengkajian ditujukan pada data klinik dimana perawat dapat
mengumpulkan dan mengorganisir dalam catatan kesehatan. Format
pengkajian meliputi data dasar, flowsheet dan catatan perkembangan lainnya
yang memungkinkan sebagai alat komuniksi bagi tenaga keperawatan dan
tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2014). Penulisan pengkajian
menggunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang
meliputi :
1) Pengumpulan data, kriteria, yaitu LLARB: Legal, Lengkap, Akurat,
Relevan, dan Baru.
2) Pengelompokan data, kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik melalui IPPA (inspeksi, perkusi, auskultasi); (2)
pemeriksaan diagnostik/penunjang, yaitu laboratorium, dan rontgen.
b. Data psikologis, sosial, dan spiritual melalui wawancara.
c. Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (review of
sistem) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan,
observasi dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/
diagnostik.

8. Diagnosa Keperawatan.
Kriteria dalam penulisan diagnosa keperawatan menurut Nursalam (2014)
adalah sebagai berikut:
a. Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan
kesenjangan
b. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
c. Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang ners.
d. Komponen diagnosis terdiri dari PES/ PE
e. Mengacu pada diagnosis SDKI, SLKI, dan SIKI
9. Perencanaan
Menurut Nursalam (2014), Komponen perencanaan tindakan keperawatan
terdiri atas 3 hal, yaitu:
1) Prioritas masalah
Kriteria antara lain sebagai berikut:
a. Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.
b. Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas
kedua.
c. Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
2) Tujuan asuhan keperawatan, memenuhii syarat SMART (Specific
Measurable Achievable Reasonable Time)
Kriteria (NOC-Nurshing Outcome Criteria) disesuaikan standar
pencapaian. Antara lain sebagai berikut:
a. Tujuan dirumuskan secara singkat
b. Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
c. Spesifik pada diagnosis keperawatan
d. Dapat diukur
e. Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
f. Ada target waktu pencapaian
3) Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nurshing Intervention
Classification) yang telah ditetapkan oleh instansi pelayanan setempat.
Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung tiga komponen, meliputi
DET tindakan keperawatan, yaitu sebagai berikut:
a. Diagnosis/Observasi
b. Edukasi (HE)
c. Tindakan independen, dependen, dan interdependen
d. Mempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien/keluarga
e. Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
f. Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
g. Disusun dengan kalimat mempertimbangkan lingkungan, sumber daya,
dan fasilitas yang ada
h. Harus berupa kalimat instruktif, ringkas, tegas, dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
i. Menggunakan formulir yang baku
10. Intervensi/Implementasi Keperawatan (NIC: Nurshing Intervention
Classification)
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan
dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga (Nursalam, 2014).
Intervensi keperawatan berorientasi pada 15 komponen dasar keperawatan
yang dikembangkan dengan prosedur teknis nersan. Kriteia meliputi:
1. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
2. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien.
3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/keluarga.
4. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
5. Menggunakan sumber daya yang ada.
6. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan
pasien/keluarga.
7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
keperawatan.
8. Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik.
9. Menerapkan etika keperawatan.
10. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan
mengutamakan keselamatan pasien.
11. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.
12. Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam keselamatan
pasien.
13. Mencatat semua tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah
ditentukan.
14. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
15. Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah
ditentukan.
16. Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tetap yang telah disusun.
11. Evaluasi
Pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan kemajuan,
direvisi dalam rencana perawatan atau dimasukkan dalam ringkasan khusus
dalam pelaksanaan dan penentuan perencanaan.
Menurut Nursalam (2014), evaluasi dilakukan secara periodik, sistematis,
dan berencana untuk menilai perkembangan pasien detelah dilakukan tindakan
keperawatan. Kriteria dalam evaluasi keperawatan meliputi:
1. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.
2. Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan tingkah
laku pasien.
3. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan
selanjutnya.
4. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain.
5. Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan standar
praktik keperawatan).
Komponen evaluasi, mencakup K-A-P-P (Kognitif-Afektif-Psikomotor-
Perubahan Biologis), yaitu sebagai berikut:
1. Kognitif (pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan).
2. Afektif (sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan.
3. Psikomotor (tindakan/perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.
4. Perubahan biologis (TTV, sistem dan imunologis).
Keputusan dalam evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Masalah teratasi.
2. Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan perencanaan
tindakanulang.
3. Masalah teratasi sebagaian, perlu modifikasi dari rencana tindakan.
4. Timbul masalah baru.
12. Jenis Dokumentasi yang dibutuhkan dalam Manajemen Keperawatan
Profesional
Jenis-jenis dokumentasi yang dibutuhkan dan harus ada dalam Manajemen
Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut:
1. Dokumentasi timbang terima
2. Dokumentasi Perencanaan pulang
3. Dokumentasi Pengelolaan obat & logistik
4. Dokumentasi HE
5. Dokumentasi kegiatan supervisi
6. Dokumentasi kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde keperawatan.
I. Timbang Terima
1. Definisi Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima pasien
(operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
2. Tujuan Timbang Terima
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
4. Prosedur dalam Timbang Terima
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan Dalam
penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan
kepada perawat yang berikutnya.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
d. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
e. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
f. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
5. Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya
tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
saja atau media tertulis lain.
6. Faktor - faktor dalam Timbang Terima
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
7. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang

8. Alur timbang terima

SITUATION

Data demografi diagnosis medis Diagnosa keperawatan (data)

BACKGROUND

Riwayat Keperawatan

Assessment :
Ku ; ttv ;gcs ; skala nyeri ; skala
resiko terjatuh ; dan ros
(poin yang penting)

Rekomendation:
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi baru

9. Evaluasi dalam Timbang Terima


a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift
timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan
timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan
oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.
Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang
akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station
kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang
terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang
sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada.
Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
J. Penerimaan Pasien Baru
1. Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan
2. Tujuan
1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik.
2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dan klien.
3. Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum.
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.
3. Tahapan Penerimaan Pasien Baru
1. Tahap pra penerimaan pasien
baru
a. Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d. Menyiapkan format pengkajian
e. Menyiapkan leaflet
2. Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru
a. Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/katim/perawat
yang diberi delegasi.
b. Perawat memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarganya.
c. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur
(apabila pasien datang dengan kursi roda/branchard/kursi roda) dan
berikan posisi yang nyaman.
d. Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar
e. Perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
orientasi ruangan, perawatan, dan tata tertib ruangan.
f. Perawat menyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan.
g. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
pengkajian.
4. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Dilaksanakan setiap pasien masuk
2. Dilakukan oleh kepala ruangan, PP, dan PA
3. Melibatkan tenaga kesehatan lain misalnya dokter, ahli gizi, farmasi
4. Adanya unsur kolaborasi dan tanggung jawab.
5. Informasi yang disampaikan akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Peran Perawat Dalam Penerimaan Pasien Baru
1. Kepala ruangan
Menerima pasien baru
2. PP
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
c. Melakukan pengkajian pada pasien baru.
d. Mengorientasikan klien pada ruangan.
e. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter .yang bertanggung
jawab.
f. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3. PA
Membantu katim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.
6. Kriteria Evaluasi.
a. Evaluasi Struktur
1. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan
pasien baru, informed consent, format pengkajian, status, lembar
kuesioner tingkat kepuasan pasien dan lembar tata tertib pasien dan
pengunjung.
2. Penerimaan pasien baru pada shif pagi dilakukan oleh kepala ruangan,
PP, dan PA, sedangkan pada shif sore dilakukan oleh PP dan PA.
b. Evaluasi Proses
1. Pasien baru disambut oleh kepala ruangan,PP dan PA.
2. PP melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan dibantu oleh
PA.
3. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan,
medis, serta tata tertib ruangan.
4. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga.
c. Evaluasi Hasil
1. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
2. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta
tata tertib ruangan.
K. Ronde Keperawatan
3. Pengertian Ronde Keperawatan
Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan merupakan
prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk
mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan
keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan
masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
telah diterima pasien.
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk
membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh
Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta
melibatkan seluruh anggota tim.
4. Tahap-Tahap Ronde Keperawatan
Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
a. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan),
orientation (orientasi).
b. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),
observation (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan).
c. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).
5. Tujuan Ronde Keperawatan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
2. Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil karya
4. Pelaksanaan Ronde Keperawatan
1. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilakukan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor atau
kepala ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan
5. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Ronde Keperawatan
a. Menvalidasi data pasien sesuai dengan masalah yang ada
b. Perawat pelaksana membicarakan masalah keperawatan dengan
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
c. Dalam askep pada kasus tertentu harus diakukan oleh perwat primer atau
konsuler, kepala ruangan, perwat associate.
d. Ikut serta keluarga pasien dalam tindakan asuhan keperawatan
L. Discharge Planning
1. Pengertian Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis
dari penilaian, persiapan, serta koodinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum
dan sesudah pulang (Capenito,1990).
Discharge planning merupakan merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi pda pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi dan penyakitnya.
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima disuatu agen
pelayanan kesehatan, terhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien
untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang aktif
seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi
yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pelayanan kesehatan (Rondhianto,
2008).
2. Tujuan Discharge Planning
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan social
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan ketrampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien
6. Melaksanakan rentang antara rumah sakit dan masyarakat
3. Prinsip Discharge Planning
1. Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang
ada
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan.
4. Komponen Discharge Planning
1. Jadwal kontrol dan menjelaskan pentingnya melakukan kontrol
2. Perawatan di rumah, memberikan HE
3. Obat-obatan, dijelaskan obat-obatan yang masih diminumdan yang harus
dihentikan, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
4. Hasil pemeriksaan
5. Surat-surat seperti : surat keterangan sakit, surat kontrol dan lain-lain.
5. Proses Pelaksanaan Discharge Planning
Perry Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga fase,
yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga.
Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota
keluarga yang membutuhkan perawatan. Keluarga penting untuk
menentukan apakah masalah tersebut aktual atau potensial
3. Intervensi : Hasil yang diharapkan
Menurut Luverne & Barbara (1988), Kelompok perawat berfokus pada
kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,
yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
b. Environment (Lingkungan)
c. Treatrment (pengobatan)
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
e. Outpatient referral
f. Diet
4. Implementasi
a. Menyiapkan klien dan keluarga bagaimana memberikan perawatan
lanjutan di rumah diantaranya:
b. Memberitahu pembatasan aktifitas pasien
c. Mendiskusikan untuk membuat rumah lebih aman dan lebih mudah
untuk pasien
d. Memberitahu pasien dan keluarga tentang medikasi yang perlu
digunakan pasien
e. Mendiskusikan perlunya pola makan atau diit nutrisi yang adekuat
f. Jika pasien perlu mengikuti perawatan lanjutan di rumah, membuat
rujukan sebelum pasien meninggalkan rumah sakit
5. Evaluasi
a. Evaluasi berjalan terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga
perubahan.
b. Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu
setelah klien berada di rumah.
c. Dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan rumah
(homevisit).
M. Controling Obat
1. Pengertian Controling Obat
Pengelolaan atau controling merupakan suatu proses yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan
efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan
dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu
sistem.
2. Tujuan Controling Obat
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang
baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
1. Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek
2. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
3. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
4. Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
5. Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian
sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
6. Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang
tepat
7. Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai
empat kegiatan yaitu :
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b. Pengadaan (procurement)
c. Distribusi (distribution)
d. Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
3. Pengelolaan Obat
a. Sentralisasi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang di
berikan kepada pasien di serahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
Diagram Sentralisasi Obat

Dokter
Pendekatan Perawat
Pasien /Keluarga

Farmasi/Apotek
1. Surat Persetujuan
Sentralisasi Obat dari
Pasien/Keluarga Perawat
2. Lembar Serah
Terima Obat
PP/Perawat yg Menerima 3. Buku Serah
Teima/Masuk Obat
Pengaturan dan Pengelolaan Oleh Perawat

Pasien/Keluarga

b. Desentralilsasi
Pengelolaan obat di serahkan kepada keluarga setelah keluarga/pasien
mendapatkan pengertian yang memadai seputar penggunaan obat.
Penerimaan dan Pencatatan Obat
1. Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
2. Obat yang diserahkan dicatatan dalam buku masuk obat
3. Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada keluarga / pasien
4. Keluarga/ pasien mendapatkan penyuluhan tentang : rute pemberian obat ,
waktu pemberian obat ,tujuan pemberian dan efek samping yang mungkin
timbul
5. Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga / pasien ; pasien /
keluarga mendatangi lembar penyuluhan
Pemberian Obat 
1. Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri oleh klien,perawat
melakukan kontroling terhadap pemberian obat memungkan.
2. Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping , juga dilakukan
pengecekan obat tiap hari ( pagi ) untuk menentukan apakah obat benar-
benar diminum tepat dosis.
3. Obat yang hilang / berkurang /jumlah tlarifikasikidak sesuai dengan
perhitungan ; diklasifikasikana pada keluarga/ pasien
Penambahan Obat
1. Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untuk dicatat dalam
buku masuk obat
2. Bila terdapat obat jenis baru , maka dilakukan penyuluhan khusus tentang
obat baru tersebut sebelum di serahkan pada pasien
Obat Khusus
1. Penjelasan / penyuluhan tentang obat khusus akan diberikan oleh perawat
primer
2. Pemberian obat khusus sebaiknya dilakukan oleh perawat

4. Hal –hal yang harus diperhatikan


pasien dan keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengentrol
penggunaan obat tersebut. Prinsip Enam Benar + 1 S:
1. Benar Pasien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis
4. Benar Waktu
5. Benar Dokumentasi
6. Save something (efek samping
N. Supervisi dan Delegas
1. Pengertian Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber,2000).
2. Tujuan Supervisi
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para
petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pemahaman
serta mengatur pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan
jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan para petugas
telah cukup dan dipergunakann dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.
3. Manfaat Supervisi
Supervisi yang dilakukan terhadap bawahannya akan memberikan manfaat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja, mempererat hubungan antara
atasan dan bawahannya dan menguraikan penyimpanan yang tidak sesuai
standar yang dilakukan oleh bawahan.
4. Pelaksana Supervisi
a. Manajer puncak (Top Manajer)
Manajer puncak bertanggungjawab atas keseluruhan kegiatan hasil dari
kegiatan serta proses manajemen organisasi. Tugas utamanya menetapkan
kebijaksanaan (policy), memberi petunjuk atau pengarahan umum
berkaitan dengan tujuan.
b. Manajere menegah (Middle Manajer)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama.
Tugasnya menyebarkan kebijaksanaan top manajer kedalam program-
program. Misalnya, kepala bagian tata usaha, kepala bidang.
c. Manajer tingkat pertama (First Line, First Level Manajer, Supervisor
Manajer)
Manajer tingat bawah yang bertugas memimpin lansung para pelaksana
atau pekerja, yaitu melaksanakan supervisi sebagai mandor atau suprvisor.
Misalnya kepala seksi, kepala urusan.
5. Prinsip- prinsip Supervisi
1. Kegiatan supervisi harus didasarkan pada hubungan profesionalisme
bukan hubungan yang sifatnya pribadi.
2. Bersifat edukatif, artinya supervisior memberikan pendidikan atau
pengajaran kepada staf tentang hal-hal yang tidak dimengerti oleh staf
ketika bekerja
3. Menciptakan suasana yang kondusif dan memberikan perasaan yang aman
bagi staf yang disupervisi sehingga tidak menimbulkan kecemasan dan
persepsi yang salah pada anak.
4. Inovatif dan kreatif, seorang supervisior harus mampu menumbuhkan ide-
ide untuk mengembangkan potensi yang ada pada staf atau perawat
pelaksana sehingga hal ini dapat meningkatkan kinerja
5. Fleksibel, artinya seorang supervisior harus fleksibel dalam memberikan
pengarahan atau umpan balik kepada staf tetapi tetap mengacu pada
standar yang ada
6. Akurat, informasi yang diberikan supervisior harus jelas dan akurat.
Informasi yang tidak akurat akan menyebabkan persepsi yang salah dan
menimbulkan masalah baru
7. Tepat waktu, Ketua supervisior mendapat sautu informasi tentang
permasalahan yang ada pada staf, segera mungkin disampaikan dan
dilakukan evaluasi sehingga supervisior dapat segera melakukan suatu
tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
6. Tipe Supervisi
a. Tipe inspeksi
Supervisi dengan tipe inspeksi biasanya terjadi dalam administrasi dan
kepemimpinan yang otokratis yang mengutamakan upaya mencari
kesalahan orang lain.
b. Tipe Laisses Faire
Supervisi tipe laisses faire yaitu bawahan diberikan kebebaskan bekerja
sekehendaknya tanpa diberikan petunjuk yang benar. Supevisor
menerapkan tipe tidak memberikan bimbingan kepada bawahan yang
menjadi tanggung jawabnya.
c. Tipe Coersive
Supervisi tipe coersive bisa disebut dengan istilah supervisi otoriter hal ini
tidak jauh berbeda dengan supevisi tipe inspeksi yaitu bersifat
memaksakan kehendak dan bawahan tidak diberikan kesempatan untuk
bertanya.
d. Tipe Training and Guidance
Supervisi tipe training and guidance diartikan sebagai memberikan latihan
dan bimbingan yaitu merupakan proses pertumbuhan, perkembangan dan
peningkatan.
e. Tipe Demokratis
Supervisi tipe demokratis memerlukan kondisi dan situasi yang khusus
kepemimpinan yang bersifat demokratis juga, hal ini dapat berjalan
apabila kondisi dan situasi kepemimpinan memang kondusif maka fungi
pengarahan, koordinasi, kolaborasi, kerjasama dan evaluasi dapat terjadi
dari dua arah.

7. Penerapan Supervisi di Rumah Sakit


a. Self Supervision
Self Supervision adalah supervisi yang mengevaluasi pekerjaan sendiri
apakah sudah efektif atau menuju kepada perubahan intervision kepeda
pasien.
b. One to on supervision
One to one supervision adalah hubunagn antar supervisor dan supervisi
yang mengarah pada tujuan belajar yang diinginkan.
c. Group supervision
Group supervision adalah clinical supervision dimana group perawat
bertemu bersama, keuntungan tipe group supervision adalah masukan dari
sejumlah orang, pertukaran pengalaman, berorientasi pada konseling pada
pendekatan keperawatan, menerima suport terutama perawat baru.
d. Team of Staff Supervision
Team of Staff Supervision melibatkan kelompok yang bekerja sebagai
tenaga kesehatan dengan pekerjaan yang sama akan mendapatkan
supervisor dari luar institusi untuk membantu meningkatkan
kemampuannya.
O. Delegasi
1. Definisi Delegasi
Delegasi adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang
kepada bawahannya. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-prinsip
delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya.
Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung
jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas
sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang
manajer.
2. Unsur-Unsur dalam Proses Delegasi
1. Tanggung jawab (responsibility), adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh seseorang pad ajabatan tertentu.
2. Kemampuan (accontability), adalah kompeten dalam memberikan
pertanggungjawaban atas pelimpahan yang diberikan kepadanya.
3. Kewenangan (authority), adalah hak atau wewenang untuk memutuskan
segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya.
3. Prinsip Utama Pendelegasian
1. Tugas teknis, hampir semua tugas teknis didelegasikan oleh supervisor
kepada stafnya.
2. Tugas manajerial, tidak dapat didelegasikan semuanya karena tugas
tersebut memerlukan supervisi dan pemberian wewenang. Misalnya, staf
dapat menyusun suatu perencanaan, anggaran pembelian. Tetapi tugas
untuk membuat persetujuan, rekomendasi, pelaksanaan masih merupakan
hak dan wewenang seorang supervisor.
P. Manajemen Konflik
1. Definisi Konflik
Konflik adalah pergesekan atau fiksi yang terekspresikan di antara dua
pihak atau lebih, di mana masing-masing mempersepsi adanya interferensi
dari pihak lain, yang dianggap menghalangi jalan untuk mencapai sasaran.
Konflik hanya terjadi bila semua pihak yang terlibat, mencium adanya
ketidaksepakatan.
3. Penyebab Konflik
a. Faktor Manusia
1) Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
2) Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3) Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap
egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
b. Faktor Organisasi
1) Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
2) Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
c. Interdependensi Tugas
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok
dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena
menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
d. Perbedaan Nilai dan Persepsi.
e. Ketidakjelasan Yurisdiksional, Konflik terjadi karena batas-batas aturan
yang tidak jelas
f. Masalah “Status”, terjadi karena suatu unit/departemen mencoba
memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang
lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status
hirarki organisasi.
g. Hambatan dalam komunikasi
Konflik juga dapat terjadi jika komunikasi dalam suatu komunitas tidak
berjalan lancar, kondisi yang seperti ini akan menimbulkan
misunderstanding atau kesalahpahaman.
4. Tujuan Manajemen Konflik
1. Mencegah gangguan kepada anggota organisasi untuk memfokuskan diri
pada visi,misi dan tujuan organisasi
2. Memahami orang lain dan menghormati keberagaman
3. Meningkatkan kreativitas
4. Meningkatkan keputusan melalui pertimbangan berdasarkan pemikiran
berbagai informasi dan sudut pandang
5. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan melalui peran serta,
6. pemahaman bersama, dan kerja sama
7. Menciptakan prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik
5. Strategi Penyelesaian Konflik yg Efektif
1. Penyelesaian konflik secara damai
a. Menghindar
b. Akomodasi, memfasilitasi dan memberikan wadah untuk menampung
keinginan pihak yang terlibat konflik
c. Kompetisi, dilakukan dengan menunjukkan kekuasaan yang terkait
dengan posisinya
d. Kompromi, dilakukan dengan cara mengambil jalan tengah dengan
pihak yang terlibat konflik
e. Kolaborasi, dilakukan dengan melibatkan pihak yang terlibat konflik
untuk melakukan kerja sama dalam rangka penyelesaian konflik
2. Penyelesaian Konflik Secara Luas
a. Mediasi, berarti penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga
sebagai penengah
b. Konsoliasi, melalui seorang sebagai penengah yang disebut konsoliator
mempertemukan atau memberikan fasilitas kepada pihak-pihak yang
berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya secara damai.
c. Abitrase, berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut
kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit.
d. Mutual Gains Approach to Negotiations
Pendekatan kerjasama untuk melakukan perjanjian (to negoating
contracts).
6. Menganalisa Hasil Penyelesaian Konflik
Ada beberapa tahapan menganalisis konflik:
a. Conflict Triangle
Menganalisa siapa sebenarnya aktor-aktor yang sedang berkonflik agar
dapat mengumpulkan informasi karena akan dibutuhkan untuk mengetahui
hal-hal yang mempengaruhi aktor sehingga bisa terlibat dalam sebuah
konflik, sejak kapan dimulai dan bagaimana proses konflik tersebut
b. Analogi Pohon Konflik,
Menganalogikan konflik sebagai pohon. bentuk konflik yang terbuka
atau dengan kekerasan dianalogikan sebagai batang dan daun yang tampak
atau telah termanifestasi. Analogi selanjutnya adalah akar dari pohon
konflik dibagi ke dalam dua hal, yaitu root causes dan trigger. Root causes
adalah penyebab konflik yang laten atau potensial. Sedangkan trigger
adalah pemicu atau hal-hal yang membuat konflik tersebut akhirnya
meledak menjadi konflik terbuka
c. Onion Model
Konflik dianalogikan seperti bawang yang terdiri dari tiga lapis. Lapis
pertama adalah sikap aktor dimana sikap itu adalah ekpresi yang
ditunjukkan oleh aktor dalam merespon konflik tersebut. Lapis kedua
adalah posisi aktor. Maksudnya adalah perspektif aktor dalam konflik ini
dan disini bisa diketahui pilihan aktor terhadap hal yang benar atau salah
dalam konflik tersebut. Lapis ketiga adalah kepentingan aktor dan
kepentingan ini berarti hal-hal yang diharapkan oleh aktor yang mungkin
berbenturan sehingga terjadilah konflik
d. Tahapan Konflik
Titik awal tahapan konflik adalah latent causes atau kasus awal pemicu
konflik.
e. Model Konflik
Melihat tiga hal, yakni : konteks, pihak-pihak yang terlibat, serta sebab
dan dampak dari konflik tersebut.
7. Peran Pemimpin dalam Penyelesaian Konflik
1. Pemimpin perlu menganalisa jumlah dan tipe konflik yang terjadi dalam
organisasi sehingga bisa fokus mengatasinya.
2. Manajer kesehatan seharusnya mengevaluasi setiap level konflik yang
terjadi dan melihat apakah organisasinya kuat dalam mengahdapi konflik.
3. Ketika manajer terlibat konflik seharusnya berfikir eksplisit tentang sejauh
mana perhatian mereka terhadap organisasi.Ini menjadi salah satu kunci
untuk menentukan strategi pengelolaan konflik.
4. Dalam negosiasi,manajer perlu menentukan dan mengidentifikasi isu yang
pasti akan dinegosiasikan.
5. Manajer seharusnya hati-hati menentukan apakah sikap dalam negosiasi
telah memenuhi standar norma sebelum bernegosiasi.
6. Manajer seharusnya tidak terlalu tertekan dalam mempersiapkan sebuah
negosiasi.
7. Jika seorang manajer melibatkan pihak ketiga dalam penanganan konflik
mereka harus mengontrol proses dan hasil dari perdebatan/diskusi.
8. Dampak Konflik
a. Dampak Positif
1. Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri
2. Meningkatkan Prestasi
3. Mengembangkan Alternative yang baik
b. Dampak Negatif
1. Menghambat Kerjasama
2. Apriori , Selalu berapriori terhadap “lawan”. Terkadang kita tidak
meneliti benar tidaknya permasalahan
3. Saling Menjatuhkan
Q. Negosiasi
1. Definisi Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi,
negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan kompetitif (Marquis dan
Huston, 1998). Negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan
menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan (Roymond, 2012).
2. Karakteristik Utama dalam Negosiasi (Roymond, 2012)
1. Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individu, perwakilan organisasi
atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok.
2. Memiliki ancaman terjadinya atau tidak dalamnya mengandung konflik
yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir
negosiasi.
3. Menggunakan cara pertukaran sesuatu baik beberapa tawar- menawar
(bargain) maupun tukar – menukar (barter).
4. Hampir selalu berbetuk tatap muka yang menggunakan bahasa lisan,
gerak tubuh, maupun ekspresi wajah.
5. Negosiasi biasnya menyangkut hal-hal dimasa depan atau sesuatu yang
belum terjadi dan kita inginkan terjadi.
6. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua
belah pihak, meskipun kesepakatan itu kedua belah pihak sepakat untuk
tidak sepakat
3. Proses Negosiasi
a. Persiapan
Kenali karakter dan latar belakang lawan negosiasi kita. Gali informasi
sebanyak mungkin mengenai siapa dia/mereka, kekuatan dan
kelemahannya, apa tujuan atau kepentingannya. Hal ketiga dalam
persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita.
b. Pembukaan
Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalm mengawali negosiasi
yaitu pleasant (menyenangkan), assertive (tegas dan tidak plin- plan) dan
firm ( teguh dalam pendirian)
c. Memulai proses negosiasi
Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan
(proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntunan kita
d. Zona Tawar Menawar
Dalam poses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar- menawar, kita perlu
mengetahui apa itu the bargaining zone (TBZ) . TBZ adalah suatu wilayah
ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual dan tawaran awal
oleh pembeli.
e. Membangun Kesepakatan
Babak akhir dari proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan
menutup negosiasi. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat
dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan.
5. Strategi Negosiasi
a. Winwin.
Strategi ini dipilih bila pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian
masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak.
Strategi ini juga dikenal sebagai integrative negotiation.

b. Winlose
Strategi ini dipilih karena pihak- pihak yang berselisih ingin mendapatkan
hasil yang sebesar- besarnya dari penyelesaian masalah yang diambil
c. Loselose.
Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari pemilihan
strategi yang tepat dalam bernegosiasi.
d. Losewin.
Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk
mendapatkan manfaat dengan kekalahan mereka
R. Penilaian Kinerja
1. Definisi Kinerja Perawat
Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja perawat sesuai
dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian
kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar
praktek keperawatan
2. Prinsip-Prinsip Penilaian Kinerja Perawat
Menurut Gillies (1996), Yaitu :
1. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja
orientasi tingkah laku untuk posisi yang ditempati
2. Sample tingkah laku perawat yang cukup representatif sebaiknya diamati
dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerjanya
3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanan
kerja, dan bentuk evaluasi  untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan
evaluasi
4. Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer
sebaiknya menunjukan segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa
memuaskan dan perbaikan apa yang diperlukan.
5. Jika diperlukan, manajar sebaiknya menjelaskan area mana yang akan
diprioritaskan
6. Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi
perawat dan manajer
7. Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaik nya disusun dengan
terencana sehingga perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya
sedang dianalisa
3. Proses penilaian Kinerja Perawat
1. Merumuskan tanggung jawab dan tugas apa yang harus dicapai oleh staf
keperawatan
2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh
karyawan untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi
dan tolak ukur yang telah ditetapkan.
3. Melakukan monitoring, koreksi dan memberikan kesempatan serta
bantuan yang diperlukan oleh stafnya.
4. Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang
dicapai dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan.
5. Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai.
4. Model & Metode Penilaian Kinerja
Menurut Mangkunegara, (2009), yaitu:
a. Penilaian sendiri, Penilaian sendiri dilakukan bila personal mampu
melakukan penilaian terhadap proses dan hasil karya yang mereka
laksanakan sebagai bagian dari tugas organisasi
b. Penilaian atasan, personal biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya
lebih tinggi, penilaian ini yang termasuk dilakukan oleh supervisor atau
atasan langsung.
c. Penilaian mitra, Penilaian mitra dilakukan oleh seluruh anggota kerja
kelompok dan umpan balik untuk personal yang dinilai yang dilakukan
oleh komite kerja dan bukan oleh supervisor.
d. Penilaian bawahan, Penilaian bawahan terhadap kinerja personal terutama
dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan dan umpan balik personal
5. Alat Ukur untuk Menilai Kinerja Perawat
1. Laporan bebas
2. pengurutan yang sederhan
3. checklist pelaksanaan kerja
4. penilaian grafik
5. perbandingan pilihan dibuat-buat
S. Konsep Berubah
1. Pengertian Perubahan
Pengertian perubahan secara umum menurut Stephen Robbins dalam
Organizational behavior (2009), adalah membuat sesuatu terjadi. Dalam
organisasi, perubahan dapat terjadi dalam lingkup yang kecil, tentang sesuatu
yang kecil, dan perubahan yang kecil-kecil ini terjadi secara terus menerus.
2. Teori Perubahan
1. Teori Redin
a. Ada perubahan yang akan dilakukan
b. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
2. Teori Kurt Lewin (1951)
a. Unfreezing (pencairan)
b. Moving (bergerak)
c. Refreezing (pembekuan kembali)
3. Teori Lipitts (1973)
a. Menentukan masalah
b. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
c. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
d. Menyeleksi tujuan perubahan
e. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
f. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
g. Mengakhiri bantuan.
4. Teori Havelock
Enam tahap sebagai perubahan Menurut Havelock :
a) Membangun suatu hubungan
b) Mendiagnosis masalah
c) Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d) Memilih jalan keluar
e) Meningkatkan penerimaan
f) Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
3. Jenis Perubahan
Jenis perubahan ada dua, yaitu :
a. Perubahan yang tidak direncanakan, adalah perubahan yang terjadi tanpa
persiapan
b. perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang telah direncanakan
dan diupikirkan sebelumnya, terjadi dalam waktu yang lama, dan termasuk
adanya tujuan yang jelas
4. Fungsi Perubahan
Adapun fungsi dari perubahan ialah :
1. Perubahan ditujukan untuk menyelesaikan masalah.
2. Perubahan ditujukan untuk membuat prosedur kerja yang lebih efisien
3. Perubahan ditujukan untuk mengurangi kegiatan yang tidak penting.
4. Meramalkan kebutuhan unit terhadap pemahaman hokum, politik,
ekonomi, social, dan iklim legislative organisasi serta unit
5. Mengenali kebutuhan terhadap perubahan dan mengidentifikasi pilihan
dan sumber daya yang tersedia untuk mengimplementasikan perubahan
6. Mengkaji secara tepat faktor yang mendorong dan menghambat
perencanaan perubahan
5. Hal- Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perubahan
1. Keterlibatan
Tidak ada seorang pun yang mengetahui semua hal. Menghargai
kemampuan dan pengetahuan orang lain serta melibatkan dalam
perubahan merupakan langkah awal kesuksesan perubahan.
2. Motivasi
Orang yang terlibat aktif dalam pembaharuan jika mereka termotivasi.
Motivasi tersebut akan timbul jika apa yang sudah dilakukan bermanfaat
dan dihargai.
3. Perencanaan
Perencanaan ini termasuk jika sistem tidak bisa berjalan efektif dan
perubahan perencanaan apa yang haru sdilakukan.
4. Legitimasi
Setiap perubahan harus mempunyai aspek legal yang jelas, siapa yang
melanggar dan dampak apa yang secara administratif harus diterima
olehnya.
5. Pendidikan
Perubahan pada prinsipnya adalah pengulangan belajar atau pengenalan
cara baru agar tujuan dapat tercapai.
6. Manajemen
Agen pembaharu harus menjadi model dalam perubahan dengan adanya
keseimbangn antara kepemimpinan terhadap orang dan tujuan atau produk
yang harus dicapai.
7. Harapan
Berbagai harapan harus dtekankan oleh agen pembaharu, seprti hal yang
berbeda dengan sebelumnya direncanakan , terselesaikan masalah-
masalah institusi dan kepercayaan serta reaksi yang positif dari staf.
8. Asuh
Bimbingan dan dukungan dalam perubahan

T. COS
Sumber daya yang tidak mencukupi dana dan biaya pelayanan kesehatan
tinggi telah memengaruhi semua sistem pemberian layanan kesehatan yang
tidak pernah ada kesempatan bagi organisasi pelayanan kesehatan untuk
menjalankan fungsinya secara lebih efisien atau lebih menyadari pembatasan
biaya. Menejer unit perlu memiliki keahlian dalam mengelolah pembiayaan.
Dari semua bentuk perencanaan,perencanaan keuangan sering kali menjadi hal
yang paling sulit bagi banyak menajer. Meski tidak asing lagi dengan prinsip
keuangan,menajer unit mengalami kesulitan dalam memperkirakan biaya
berdasarkan pada kebutuhan saat ini dan kedepan
1. Perencanaan fiskal
a. Harus mencerminkan filosofi, tujuan, dan sasaran organisasi
b. Semakin penting untuk keperawatan manajer karena meningkatnya
penekanan pada keuangan dan sisi bisnis perawatan kesehatan
c. Peran perawat manajer: Memahami terminologi fiskal dan
mempertahankan unit biaya-efektif
2. Peran manajer perawat dalam perencanaan fiskal
a. Secara historis, manajemen keperawatan memainkan peran yang terbatas
dalam perencanaan fiskal.
b. Masukan keperawatan adalah singkatan dan diklasifikasikan sebagai
"memproduksi non-pendapatan" layanan.
c. Saat ini, anggaran keperawatan lebih than50% dari total biaya di institusi
perawatan kesehatan,
d. Untuk keperawatan, perencanaan fiskal adalah alat fundamental dan kuat.
e. Untuk melihat bahwa sumber daya yang memadai tersedia untuk
memberikan pelayanan keperawatan.
f. Manajer Unit yang terbaik dapat memantau dan mengevaluasi semua
aspek anggaran kontrol unit.
g. Manajer keperawatan di semua tingkatan harus menjadi mahir dalam
proses penganggaran,
h. Manajer perawat yang baik yang berada di posisi terbaik untuk
memprediksi tren dalam sensus dan ketajaman, persediaan dan kebutuhan
peralata biaya kendali
3. Pengendalian biaya
a. Mengacu pada pengiriman yang efektif dan efisien dari layanan sementara
menghasilkan pendapatan yang diperlukan untuk melanjutkan
produktivitas organisasi
b. Tanggung jawab setiap penyedia layanan kesehatan
c. Kelangsungan hidup sebagian besar organisasi kesehatan saat ini
tergantung pada penggunaan yang bijaksana dari sumber
4. Biaya efektif
a. Tidak sama dengan yang murah
b. Ditetapkan oleh American Heritage Kamus Bahasa Inggris (2005) sebagai
"ekonomis dalam hal barang atau jasa yang diterima untuk uang yang
dihabiskan." (Produk A adalah harga yang pantas)
c. Biaya tidak selalu sama dengan kualitas dalam hal perawatan kesehatan
akuntansi tanggung jawab
5. Langkah-langkah dalam proses penyusunan anggaran

Proses
anggara
n

Mengev
Menilai
aluasi

Melaksa Mengem
nakan bangkan

6. Jenis Anggaran
a. Personil Anggaran
Yang terbesar dari pengeluaran anggaran adalah tenaga kerja "perawatan
kesehatan adalah padat karya". Termasuk: gaji, kompensasi untuk waktu
liburan, cuti sakit, liburan, lembur, dll. Anggaran personil dimonitor untuk
mencegah kurang atau kelebihan staf, (waspada untuk nomor dan jenis klien).
Manajer harus menyadari: tingkat yang paling ekonomis keperawatan
perawatan-yang akan menutupi kebutuhan pt dapat disediakan. Jumlah
kunjungan klien, atau kasus per hari tidak pernah tetap konstan, sehingga
manajer harus siap untuk mengubah staf. Membawa banyak orang untuk
menjalankan rumah sakit dan tidak ingin kelebihan pegawai atau kekurangan
b. Anggaran operasi atau anggaran pendapatan dan beban
Melibatkan semua manajer. Setelah biaya personil, komponen 2 nd paling
signifikan dari anggaran rumah sakit. Mencerminkan biaya yang berubah
dalam menanggapi volume layanan. Termasuk: pengeluaran harian sebagai
biaya listrik, perbaikan dan pemeliharaan, dan, perlengkapan bedah medis,
perlengkapan kantor, laundry dll. Komponen yang paling signifikan 2 dalam
anggaran rumah sakit. Perumusan anggaran operasional harus dimulai
beberapa bulan sebelum awal tahun fiskal berikutnya untuk menyediakan data
yang cukup dan waktu untuk perencanaan.
c. Modal Anggaran
Rencana anggaran untuk bangunan dan atau peralatan utama yang
memiliki umur panjang (biasanya lebih besar dari lima tahun). Efektivitas
biaya adalah hasil yang diinginkan dari perencanaan fiskal yang cermat
(tujuan Unit manajer ). Biaya efektif tidak berarti murah Ini berarti
menggunakan uang untuk mendapatkan produk yang paling.
d. Kontinyu atau terus-menerus
e. Tahun fiscal
7. Metode penganggaran
Penganggaran sering kali diklasifikasikan berdasarkan frekuensi dan dasar
penyusunannya. Ada 4 metode:
a. Penganggaran incremental
Tidak biaya sangat efektif, memprediksi untuk tahun depan
b. Penganggaran berbasis nol
Paket keputusan - itulah bagaimana mengatur prioritas untuk apa yang
inginkan dalam anggarakan. Setiap tahun mulai lebih dari ground zero, 't
bisa berasumsi bahwa karena ia termasuk tahun lalu bahwa ia akan
dimasukkan tahun ini

c. Penganggaran fleksibel
Bervariasi dengan volume dan tenaga kerja, menghitung apa yang Anda
butuhkan berdasarkan bawah Anda? Siapa tahu
d. Kinerja penganggaran baru
Berdasarkan hasil, seperti kesehatan di rumah ingin glucometers baru,
melacak bagaimana yang baru bekerja lebih baik daripada yang lama,
untuk membenarkan kebutuhan untuk yang baru
8. Langkah dalam proses penyusunan anggaran
a. Menentukan persyaratan anggaran:
personnel, biaya peralatan, dan operasi yang diperlukan untuk menentukan
anggaran organisasi.
b. Mengembangkan rencana:
Meninjau tujuan didirikan dan tujuan unit keperawatan, departemen, dan
organisasi. Sebuah anggaran tahun fiskal adalah siklus anggaran untuk 12
bulan. Dapat dibagi ke dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran
atau.
c. Menganalisis dan mengendalikan operasi:
Untuk menghindari dana tidak memadai atau kelebihan pada akhir tahun
fiskal. Setiap manajer unit jawab atas anggaran. Penyimpangan besar
harus diperiksa. Varians: perbedaan antara anggaran dan kinerja actual
d. Tinjau rencana:
Anggaran secara periodik dan dimodifikasi sesuai kebutuhan sepanjang
tahun fiskal.
9. Prasyarat untuk penganggaran
a. Ada kebutuhan untuk struktur suara atau organisasi dengan garis
wewenang dan tanggung jawab.
b. Data statistik: misalnya .: Jumlah penerimaan, rata-rata lama tinggal,
persentase hunian ... dll Apakah digunakan untuk perencanaan dan
pengendalian proses anggaran
c. Pendapatan dan beban dilaporkan untuk perencanaan dan evaluasi.
d. Dukungan Manajerial: penting untuk program anggaran, yang dilakukan di
departemen tingkat dan dihargai oleh pemerintah atas.
e. Kebijakan dan prosedur penganggaran formal yang tersedia dalam
panduan anggaran..
Istilah umum hearts manajemen mencakup biaya
a. Biaya langsung
Dikaitkan dengan sumber langsung, seperti obat-obatan. Anda dapat
melacak persis di mana mereka datang dari dan di mana mereka pergi
b. Biaya tidak langsung
Kita bisa 't atribut ke sumber tertentu, biasanya biaya lebih tersembunyi,
biasanya tersebar di semua departemen, seperti rumah tangga. Semua
orang di rumah sakit membutuhkan rumah tangga
10. Persyaratan penganggaran lainnya
a. Biaya terkendali
b. Rasio staf, campuran staf, jenis bahan yang dibeli
U. Manajemen Mutu
1. Pengertian manajemen mutu
Di era industrialisasi yang semakin ketat dan kompetitif seperti sekarang
ini, menurut Gaspersz (2008:3) setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan
kompetisi/pertandingan dalam dunia industri akan memberikan perhatian
penuh terhadap mutu. Nasution (2005:21) menegaskan hanya perusahaan yang
dapat menghasilkan mutu barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan
pelanggan dapat memenangkan persaingan tersebut. Cara terbaik agar dapat
bersaing dan unggul dalam persaingan global menurut Tjiptono dan Diana
(2003:10) yaitu dengan melakukan upaya/usaha perbaikan yang
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, serta lingkungan,
melalui penerapan manajemen mutu. Berdasarkan hasil studi mengenai
keberhasilan perusahaan-perusahaan industri kelas dunia yang berhasil
mengembangkan konsep mutu dalam perusahaan, menurut Gaspersz (2008:4)
lahirlah apa yang disebut sebagai Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management, TQM).
Sedangkan Purnama (2006:51) mengemukakan TQM ( Management
Mutu) ialah sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi
yang didesain untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus
terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif para pekerja, dan perbaikan
kualitas yang berkesinambungan yang menunjang tercapainya kepuasan
konsumen secara total dan terus-menerus. Gaspersz (2008:266)
mengemukakan TQM ( Management Mutu) ialah pendekatan manajemen
sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui
kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna
menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktivitas, dan
kinerja lain dari perusahaan.
2. Manfaat manajemen mutu
1. Bagi Karyawan:
a. Kejelasan tugas dan wewenang
b. Peningkatan prestasi kerja & kepuasan kerja
c. Keyakinanakan kebenaran cara penanganan pekerjaan
d. Peningkatan motivasi & prestasi kerja
2. Bagi Pelanggan :
a. Menumbuhkan rasa keyakinan
b. Menumbuhkan kepuasan pelanggan
3. Prinsip penerapan sistem manajemen mutu
1. Berfokus pada pelanggan
2. Kepemimpinan
3. Keterlibatan setiap orang
4. Pendekatan proses
5. Pendekatan sistem manajemen
6. Peningkatan terus-menerus
7. Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan
4. Kendali mutu keperawatan
a. Perkembangan IPTEK di bidang kesehatan meningkat
b. Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan meningkat
c. Tuntutan pelayanan masyarakat lebih baik
5. Tujuan program menjaga mutu
1. Meningkatkan Mutu Pelayanan & Askep
2. Menurunkan biaya operasional
3. Menjaga mutu pelayanan sesuai standar & peraturan yang berlaku
4. Meningkatkan pencatatan & dokumentasi pelayanan & asuhan
5. Membuat penilaian terhadap penampilan secara rasional
6. Meningkatkan tanggung gugat para professional praktisi
7. Meningkatkan image yg positif terhsdap Rumah Sakit
6. Metode program menjaga mutu
1. Audit ( adalah pengawasan yang dilakukan terhadap masukan, proses,
lingkungan dan keluaran apakah dilaksanakan sesuai standar)
2. Review ( penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan
sumber daya, laporan kejadian / kecelakaan )
3. Survey ( dilaksanakan melalui questioner atau interview, misal: survey
kepuasan pasien )
4. Observasi ( terhadap asuhan pasien )
7. Langkah untuk memperbaiki kualitas menjaga mutu
a. Adanya kesadaran untuk perbaikan
b. Menetapkan tujuan perbaikan
c. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan
d. Menyediakan pelatihan
e. Menyelesaikan proyek-proyek untuk permasalah
f. Melaporkan perkembangan
g. Memberikan penghargaan
h. Mengkomunikasikan hasil
i. Menyimpan dan mempertahankan hasil
j. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan
8. Keselamatan pasien (Patien savety)
1. Angka kejadian Dekubitus
a. Gangguan integritas kulit akibat gesekan
b. Prevalensi dekubitus diestimasi 5-15 %
c. Faktor resiko
1. Usia lanjut
2. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu
3. Malnutrisi/Obesitas
4. Berbaring, penekanan> 2 jam di TT
5. Penggunaan korsiroda
6. Mengalami kondisi kronis : DM,Penyakit vaskuler
7. Inkontinentia urie, alvi
d. LokasiPresure Ulcer yangSeringTerjadi
1. Belakangkepala
2. Sikut
3. Sacrum dan coccyx
4. Tumit
Angka kejadian Dekubitus
Jmlh kejadian dekubitus X 100 %
Jmlh pasien beresiko terjadi decubitus
2. Angka kejadian kesalahan pada pemberian obat oleh perawat
a. Salah pasien.
Salah nama,tidak sesuai dengan MR
b. Salah waktu:
1. Terlambatpemberianobat (30menit setelah jadwal)
2. Terlalucepat (30 menit sebelum.jadwal)
3. Obatstoptetapdilanjutkan
c. Salah cara (rute)
Oral, iv.im,sc,supp,drip
d. Salah dosis:
1. dosis>dariyg di R/dr
2. dosis<dariyg di R/dr
e. Salah obat:
Tidak sesuai dengan resep dokter
f. Salah dokumentasi
Angka kejadian pada pemberian obat
Angka KTD dalam pemberia nobat :
Jl.ps yg terkena KTD dlm pemberian obat X 100% =
Jumlah pasien pada hari tersebut
Angka KNC dlm pemberian obat :
Jl.ps yg terkena KNC dlm pemberian obat X 100% =
Jml. Pasien pada hari tersebut

3. Angka kejadian pasien jatuh


Jatuhnya pasien kelantai atau tempat yang lebih rendah saat istirahat
/terjaga yg tidak disebabkan oleh stroke, epilepsi, seizur, terlalu banyak
aktivitas.
a. Katagori pasien mempunyai satu atau lebih factor beresiko jatuh pada
saat pengkajian :
1) Faktor resiko intrinsik
1. Karakteristik pasien dan fungsi fisik umum
2. Diagnosis /perubahan fisik
3. Medikasi dan interaksi obat
4. Kondisi mental/gangguan alkohol
2) Faktor ekstrinsik
Karakteristik lingkungan
1. Tingkat pencahayaan
2. Permukaanlantai
3. Furnitur
4. KetinggianTT,kunci TT
5. Call bell
6. Penggunaanalat bantu
7. Lama dirawat
Angka kejadian pasien jatuh
JumlahpasienjatuhX 100 %
Jumlahpasienygberesikojatuh
4. Angka kejadian cedera akibat Restrain
Digunakan bila metode lain sudah tidak efektif
Tujuan :
a. Mencegah terlepasnya IV line,balutan luka,kateter
b. Mencegah pasien jatuh dari TT,Kursi roda.
V. Manajemen Logistik
Logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai.
1. Bahan farmasi
a. Obat-obatan
b. Bahan farmasi
c. Alat medik habis pakai
2. Bahan non farmasi
a. Bahan makanan
b. Alat tulis kantor
c. Alat rumah tangga dan kebersihan habis pakai
d. Barang cetakan
e. Linen
f. Suku cadang peralatan dan perlengkapan.
Tujuan Logistik
1. Tujuan operasional: Agar tersedia barang-barang dan bahan\bahan dalam
jumlah yang tepat dan mutu memadai.
2. Tujuan Keuangan: Upaya agar operasional kegiatan dapat dilaksanakan
dengan biaya serendah-rendahnya.
3. Tujuan Pengamanan: Persediaan materi tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan dan penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusustan yang
tidak wajar.
Jadi, Tujuan logistik adalah Penyampaian barang jadi & bermacam-
macam material dalam jumlah yang tepat & pada waktu yang dibutuhkan,
dalam keadaan yang dapat dipakai ke lokasi bila dibutuhkan dan dengan
biaya yang terendah.
1. Fungsi-Fungsi Manajemen Logistik
a. Perencanaan
Secara Umum perencanaan merupakan : proses untuk merumuskan
sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan
Secara Khusus : merencanakan pemenuhan kebutuhan logistik, yg
pelaksanaannya dilakukan semua calon pemakai (user), kemudian
diajukan sesuai dgn alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Top manajer → perencanaan kebijakan:
1. Master program
2. Alokasi dana logistik
3. Prosedur pengadaan .
Middle/low manajer → perencanaan sifatnya rutin :
1. Kebutuhan operasional
2. Kegiatan operasional
3. Jabaran kebutuhan untuk masing-masing unit/ departemen, periode
bulanan s.d. harian .
Penetuan kebutuhan yang perlu dipertimbangkan:
1. Berdasarkan pemakaian yang lalu
2. Perkiraan dengan menggunakan
3. Sisa persediaan
4. Slow moving, fast moving
5. Rekomendasi dari komite medis
6. Prioritas berdasarkan VEN
a) Vital → life saving
b) Esensial → kausal pada sumber penyakit
c) Non esesnsial → penunjang
b. Penganggaran
1. Perencanaan ↔ Penganggaran
2. Perencanaan + penentuan kebutuhan → Dana yang ada
3. Fungsi penganggaran: Semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan
perincian kebutuhan dalam suatu skala standar tertentu, yaitu skala
mata uang dan jumlah biaya.
Penjadualan :
1. Anggaran jangka panjang
2. Anggaran jangka menengah
3. Anggaran jangka pendek
Yang perlu diperhatikan menyusun anggaran:
1. Peraturan-peraturan yang terkait
2. Perkembangan politik, ekonomi, sosial & teknologi
3. Hal-hal lain yang berhubungan dengan anggaran
4. Pengaturan anggaran

c. Pengadaan
Fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah ditetapkan/ disetujui dalam fungsi sebelumnya
Caranya :
1. Purchasing (membeli)
2. Leasing (menyewa)
3. Meminjam
4. Hibah/ pemberian
5. Menukaran
6. Produce (membuat)
7. Repair (memperbaiki)
Langkah-langkah:
1. Pilih metode pengadaan
2. Pilih pemasok dan siapkan dokumen kontrak
3. Pantau status pemesanan
4. Penerimaan dan pemeriksaan.
d. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan & usaha untuk melakukan
pengelolaan barang persediaan/ inventory di tempat penyimpanan.
Gunanya:
1. Kualitas barang dapat dipertahankan
2. Barang terhindar dari kerusajan fisik
3. Pencarian barang mudah dan cepat
4. Barang aman dari pencurian
Langkah-langkah:
1 Perencanaan ruang penyimpanan
2 Perencanaan & pengoperasian alat pengatur barang
3 Penyelenggaraan prosedur penyimpanan
4 Pengamanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan.
1. Lokasi
a) Aksesibilitas
b) Utilitas
c) Komunikasi
d) Bebas banjir
e) Mampu menampung barang yang disimpan
f) Keamanan
g) Sirkulasi udara.
2. Desain
a) Kemudahan bergerak Pemadam kebakaran
b) Kemudahan perawatan
c) Sirkulasi udara
d) Jenis barang
e) Prosedur penyimpanan
f) Pemakaian alat bantu
Tempat:
1. Di User (cash box)
2. Di Depo
a. Gudang pembantu
b. Gudang Kecil
3. Di Gudang Besar
a. Gudang Utama
e. Pendistribusian
Pendistribusian harus sesuai dengan :
1. Permintaan
2. Tepat waktu
3. Tepat jumlah
4. Spesifikasi
Mendapat persetujuan pihak berwenang ↔ perencanaan (pengeluaran
barang). Utk RS pemerintah : Bendaharawan barang. Mekanisme
pengeluaran sesuai prinsip FIFO.
f. Penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan untuk menghilangkan dari daftar inventaris
bahan/ barang. Barang yang dihapus → sudah lewat batas
a. Rusak
b. Hilang
c. Kadaluarsa
Prosedur penghapusan:
Bentuk : Berita acara penghapusan Pelaporan
Caranya:
1. Dimusnahkan: dibakar atau ditanam
2. Pemanfaatan kembali (recycling)
3. Penjualan/ lelang → RS pemerintah : ke kas negara
4. Hibah.
g. Pengawasan Atau Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,
pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen
logistik yang sedang & telah berlangsung.
Tujuannya:
a. Terarah
b. Terkendali
Landasan hukum pengawasan:
a. Keppres No. 16 tahun 1974
b. Berbagai peraturan per UU
c. ICW
d. Peraturan-peraturan pengurusan barang sesuai dengan kebijakan yang
berlaku di RS
W. Manajemen Tenaga Keperawatan (Staffing)
1. Definisi staffing
Staffing adalah proses pengelolaan sumber daya manusia yang bertujuan
untuk pengembangan dan pemberdayaan serta meningkatkan kemampuan,
produktifitas, dan kntribusi anggota organisasi. Staffing berkaitan dengan
penyusunan pegawai sesuai dengan jabatan yang ditetapkan dalam struktur
organisasi. Pengelolaan ini merupakan aktifitas berantai yang dimulai dari
perencanaan SDM sampai pengembangan organisasi pekerja. Untuk keperluan
ini dengan sendirinya memerlukan pesyaratan penentuan tenaga kerja untuk
suatu jabatan, inventarisasi, penilaian dan pemilihan calon untuk pengisian
jabatan tersebut. Disamping itu juga perlu dipertimbangkan tentang gaji,
latihan dan pengembangannya, baik bagi calon pegawai maupun pegawai
tetap lainnya agar dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cara efektif.
2. Prinsip-Prinsip Perencanaan
a. Mengetahui sifat dan ciri rencana yang baik:
1) Mudah dicapai
2) Dibuat oleh orang yang memahami
3) Dibuat oleh orang yang tahu tujuan org
4) Disertai rincian yang teliti
5) Tidak lepas dari pemikiran pelaksanaan
6) Sederhana
7) Luwes/fleksibel
8) Praktis
9) Dimungkinkan modifikasi untuk mengakomodasi resiko yang mungkin
timbul
10) Berupa prakiraan/ estimasi
b. Memandang proses perencanaan sbg suatu rangkaian kegiatan utk
menjawab pertanyaan 5 W + 1 H
c. Memandang proses perencanaan sbg suatu masalah yg harus diselesaikan
dengan teknik ilmiah dan disusun dgn sistematis sesuai langkah-langkah:
1) Mengetahui sifat hakiki masalah
2) Kumpulkan data secara akurat
3) Analisis & interpretasi data
4) Tetapkan alternatif penyelesaian
5) Pilih cara yang tepat
6) Laksanakan rencana
7) Nilai hasil yang dicapai
3. Langkah-Langkah Perencanaan tenaga Keperawatan
a. Identifikasi bentuk & beban kerja perawat
b. Tentukan kategori perawat yg dibutuhkan
c. Tentukan jumlah tiap kategori
d. Terima dan saring tenaga keperawatan
e. Seleksi calon yang ada
f. Tentukan tenaga keperawatan sesuai kebutuhan unit
g. Berikan tanggung jawab untuk laksanakan tugas pelayanan keperawatan
4. Hal-Hal Yang Perlu Diketahui Untuk Menentukan Beban Kerja
a. Jumlah klien yg dirawat/hari/bulan/tahun di suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja
a. Disaster
b. Masalah Komunitas
c. Kemajuan IPTEK
d. Pendidikan konsumen
e. Keadaan ekonomi
f. Pengaruh musim/cuaca
g. Pengaruh politik
h. Hukum dan peraturan pemerintah
6. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Di Suatu Unit Kep
a. Klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan
b. Metode pemberian askep
c. Jumlah dan kategori tenaga keperawatan
d. Perhitungan jumlah tenaga keperawatan
e. Klasifikasi klien penting dalam pengarturan staf di unit perawatan RS
f. Diperlukan sampai dengan kebutuhan perawatan selama 24 jam sehingga
dapat menentukan kebutuhan tenaga.
7. Klasifikasi Pasien
Klasifikasi klien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah
dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem
klasifikasi pasien, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan
mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberi perawatan
dan kemampuan yang diberikan untuk memberikan perawatan
8. Tujuan Sistem Klasifikasi
a. Mengkaji klien dan menghargai tiap-tiap nilai angkanya yg mengukur
volume usaha yang diperlukan unt memenuhi kebutuhan keperawatan
pasien.
b. Setiap kategori deskriptor empat perawatan: (Aktifitas sehari-hari,
kesehatan umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan
sekitar pengobatan) dipakai untuk menunjukkan karakteristik & tingkat
perawatan yg dibutuhkan klien.
9. Kategori Perawatan klien
a. Self-care: klien memerlukan perawatan minimal dalam melakukan
tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas
perawatan diri sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam
dengan waktu efektif rata-rata 1,5 jam/24 jam.
b. Minimal care: Klien memerlukan bantuan sebagaian dalam tindakan
keperawatan dan pengobatan, misal pemberian obat intravena dan
mengatur posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jan dengan waktu efektif
rata-rata 3,5 jam/24 jam
c. Intermediate care : Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan
waktu efektif rata-rata 5,5 jam/24 jam.
d. Modified intensive care: Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam
dengan waktu efektif rata-rata 7,5 jam/24 jam.
e. Intensive care: Klien biasanya membutuhkan waktu 10-14 jam dengan
waktu efektif rata-rata 12 jam/24 jam.
10. Klasifikasi Klien
Menurut Douglas (1984), klasifikasi derajat ketergantungan klien terbagi
tiga kategori:
a. Keperawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam / 24 jam:
Kriteria:
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulansi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5) Pengobatan minimal dangan status psikologis stabil
b. Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4 jam /24 jam:
Kriteria:
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Obsevasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Klien dengan kateter urin, pemasukan, dan pengeluaran dicatat
5) Klien dengan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur
c. Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam / 24 jam
Kriteria:
1) Segala keperluan klien dibantu
2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3) Makan melalui selang lambung, terapi intravena
4) Dilakukan suksion
5) Gelisah / disorientasi
11. Perkiraan Kebutuhan Perawat
Kebutuhan jumlah tenaga perawat dapat diperhitungkan dengan
berdasarkan perawatan langsung, perawatan tidak langsung dan waktu
pendidikan kesehatan.
a. Perawatan langsung
Klasifikasi klien
Jml
Minimal Parsial Total
Px
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst

b. Perawatan tidak langsung


Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan tidak langsung: 35
menit/klien/hr menurut (Gillies, 1994). Sedangkan menurut Wolfe &
Young (1965) : 60 menit/klien/hari.
c. Pendidikan kesehatan
Waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan adalah 15 menit
/klien/hari.
Waktu yang dibutuhkan untuk merawat klien adalah dengan
menjumlahkan waktu yang diperlukan untuk perawatan langsung, perawatan
tidak langsung dan waktu unntuk pendidikan kesehatan akan menggambarkan
beban kerja perawat.

Rumus perhitungan kebutuhan tenaga perawat :


Kebutuhan Jam Perawatan
1. Perhitungan Jam Perawatan Langsung
Total = 6 jam X ………… orang = ……………... jam
Partial = 3 jam X ………… orang = ………………jam
Mandiri = 2 jam X ………… orang = ………………jam
JUMLAH = ……………… jam (1)

2. Perhitungan Jam Perawatan Tidak Langsung


35 menit X ……orang = ………… menit = ………… jam (2)
3. Jam Penyuluhan
15 menit X ………orang = …………….. menit = …………… jam (3)
TOTAL JUMLAH JAM PERAWATAN YANG DIBUTUHKAN =
………………… JAM (1) + (2) + (3) =…………… jam
4. Jumlah kebutuhan perawat 24 jam
Jumlah jam Perawatan = ………… orang
Jam Kerja perawat/hari (8)
5. Pembagian Perawat / shift
Pagi (P) = 47 % x ………….. orang perawat = ……………
Sore (S) = 36 % x …………. Orang perawat = ……………
Malam (M) = 17 % x …………. Orang perawat = …………..
Metode lain yang dapat digunakan untuk menunjukan jumlah tenaga :
a. Metode Rasio
Didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 262 tahun
1979, kebutuhan tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia
dikelas masing-masing.
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B Tempat tidur:tenaga medis= 4-7:1
Tempat tidur:tenaga keperawatan=2:3-4
Tempat tidur:tenaga non-keperwatan=3:1
Tempat tidur:tenaga non-medis=1:1
Kelas C Tempat tidur:tenaga medis=9:1
Tempat tidur:tenaga keperawatan=1:1
Tempat tidur:tenaga non-keperawatan=5:1
Tempat tidur:tenaga non-medis=3:4
Kelas D Tempat tidur:tenaga medis=15:1
Tempat tidur:tenaga keperawatan=2:1
Tempat tidur:tenaga non-medis=6:1

b. Metode Gillies (1994)


Metode ini digunakan khusus untuk menghitung tenaga keperawatan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
AxBx 365
Jumlah Tenaga =
(365− C) x jam kerja per hari
Keterangan:
A = jumlah kerja tenaga keperawatan per hari
B = jumlah pasien rata-rata per hari
C = Hari libur
c. Metode Lokakarya
Metode berikutnya yang dapat digunakan untuk memperhitungkan jumlah
kebutuhan tenaga adalah metode lokakarya keperawatan (1989). Metode ini
juga dikhususkan untuk menghitung tenaga keperawatan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
( A x 52 mg ) 7 hr (TT x BOR )
Jumlah Tenaga = + 25 %
41 minggu x 40 jam
Atau
Ax 25 mg ) x 7 hr ( TT x BOR )
TP= {( 41 mg x 40 jam } x 125 %

TP = Tenaga Perawat
A = Jumlah jam perawatan/24 jam
BOR = Bed Occupancy Rate
12. Pembagian Tenaga Keperawatan Dan Penyusunan Jadwal
Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruangan atau
pengawas, tetapi lebih diutamakan kepala ruang karena lebih mengetahui
tingkat kesibukan ruangan dan karakteristik stafnya. Hal ini akan
memudahkan dalam menerapkan orang yang tepat untuk setiap periode jaga
(shift).
Prinsip penyusunan jadual siklus:
a. Ada keseimbangan kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf
b. Siklus penugasan yanng sibuk dan tidak sibuk, ringan dan berat seimbang
serta setiap staf mempunyai jam kerja yg sama selama hari kerja 2-4
minggu
c. Setiap staf terlibat rotasi
d. Kurangi staf di luar rotasi
e. Metode rotasi yg dipilih sesuai dengan kondisi dan jumlah staf
f. Penugasan siklus mengikuti metode penugasan yg dipakai
g. Setiap staf mencatat hari dinas, libur & rotasi tugas
BAB 3
ANALISIS SITUASI

A. Karakteristik Rumah Sakit


Gambaran Umum Rumah Sakit
RS Islam Jemursari merupakan salah satu unit usaha di bawah Yayasan RS
Islam Surabaya yang di bangun pada tahun 1992 dan mengawali operasionalnya
pada tanggal 25 Mei 2002 yang ditandai dengan soft opening. RS Islam Jemursari
juga merupakan pengembangan dari RS Islam Surabaya A. Yani.
RS. Islam Jemursari menempati lahan seluas 4,6 Ha, berlokasi di Jalan
Jemursari No. 51 – 57 Surabaya. Saat mulai beroperasi bulan Mei tahun 2002
sampai dengan akhir 2005, jumlah tempat tidur adalah 82 TT. Pada tahun 2006
RS Islam Jemursari mulai dipercaya oleh masyarakat, sehingga perlu penambahan
tempat tidur menjadi 202 tempat tidur sesuai rumah sakit tipe B. Pada Maret 2007
dibuka Ruang Kemuning dan pada tahun 2011 dibuka ruang Dahlia untuk
menambah rawat inap bagi keluarga menengah kebawah dan instansi lain yang
membutuhkan fasilitas kelas II & III, dan kerjasama dengan Jamsostek dan Askes.
Dengan dibukanya Ruang Kemuning dan Ruang Dahlia kapasitas tempat tidur RS
Islam Jemursari meningkat dari 108 TT menjadi 136 TT.
Perkembangan pelayanan RS Islam Jemursari mulai tahun 2007 telah dapat
melayani pasien stroke secara terpadu dengan dibukanya Stroke Center.
Alhamdulillah, pada tahun 2009 RS Islam Jemursari telah mempunyai Depo
Farmasi di UGD, sehingga dapat melayani pembelian obat dari pasien UGD
secara maksimal dan memberikan pelayanan UDD (Unit Dose Dispensing) untuk
pasien rawat inap.
Pada akhir tahun 2011, Rumah Sakit Islam Jemursari mendapatkan
pengakuan menjadi Rumah Sakit tipe B oleh kementrian kesehatan RI. Pada akhir
tahun 2011, RS Islam Jemursari lulus Akreditasi 16 pelayanan dan tahun 2012
menambah kapasitas tempat tidur dengan membuka Ruang Rawat Inap baru
(Ruang Azzara) sehingga kapasitas tempat tidur menjadi 172 buah.
Pada bulan April 2013, RS Islam Jemursari mempersiapkan pembukaan
ruang perawatan baru untuk kelas III dalam upaya pemenuhan jumlah tempat tidur
RS tipe B menjadi 202 tempat tidur. Kemudian seiring dengan program
pemerintah perihal Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), terjadi peningkatan
fasilitas rawat inap dan rawat jalan. Sehingga RS Islam Jemursari berbenah
dengan menambah TT sampai dengan awal Juni 2015 kapasitas TT menjadi 239.
Adanya ruang perawatan baru ini diharapkan dapat menambah kepercayaan
masyarakat untuk berobat ke RS Islam Jemursari.
Pencapaian yang telah diraih ini merupakan bukti kerja keras kami untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan, khususnya pasien tidak
mampu dengan pelaksanaan pelayanan jamkesmas mulai tahun 2009 sampai
dengan sekarang.
1. Visi Rumah Sakit
Menjadi Rumah Sakit Islam Terkemuka dan Terpercaya dalam Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian.
2. Misi Rumah Sakit
a. Mengembangkan manajemen rumah sakit Islami, untuk mendukung
pelayanan, pendidikan dan penelitian yang berkualitas, profesional dan
bersinergi.
b. Meningkatkat kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan secara
berkelanjutan.
c. Menyediakan sarana dan prasarana rumah sakit yang mendukung
peningkatan mutu berkelanjutan.
d. Meningkatkan kualitas dalam rangka menjamin kepuasan pemangku
kepentingan (Stake Holder).
3. Motto Rumah Sakit
Kami selalu melayani dengan ramah, senyum, ikhlas, dan salam.
4. Tujuan
Mewujudkan Rumah Sakit Islam Surabaya yang representatif dan dapat
dibanggakan dalam memberikan upaya Promotif, Preventif, Kuratif, Edukatif
dan Rehabilitatif demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
seluruh masyarakat.
5. Budaya Organisasi
Budaya organisasi di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya adalah
‘SYIFA’, dimana itu merupakan singkatan dari:
a. S: Shiddiq
Dalam artian bahwa jujur dengan memiliki integritas dan kemandirian.
b. Y: Yaqin
Dalam artian bahwa yakin terhadap potensi diri dan optimis kesembuhan
pasien atas anugerah Allah SWT.
c. I: Iman
Dalam artian bahwa semua tindakan dilandasi keimanan, keikhlasan dan
pandangan kesetaraan terhadap semua orang.
d. F : Fathonah
Dalam artian bahwa cerdas dalam menangkap peluang, kreatif dan selalu
menambah ilmu pengetahuan.
e. A: Amanah
Dalam artian bahwa dapat diandalkan dan transparan dalam menjalankan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya Sumber Daya Manusia.
B. Karakteristik Ruangan Azzara 1
Ruangan Azzara 1 Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya mempunyai visi,
misi dan motto yaitu sebagai berikut:
a) Visi Ruangan Azzara 1
menjadi Rumah Sakit Islam Terkemuka dan Terpercaya dalam Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian.
b) Misi Ruangan Azzara 1
a. Mengembangkan manajemen rumah sakit Islami, untuk mendukung
pelayanan, pendidikan dan penelitian yang berkualitas, profesional dan
bersinergi.
b. Meningkatkat kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan secara
berkelanjutan.
c. Menyediakan sarana dan prasarana rumah sakit yang mendukung
peningkatan mutu berkelanjutan.
d. Meningkatkan kualitas dalam rangka menjamin kepuasan pemangku
kepentingan (Stake Holder)
c) Motto Azzara 1
Kami melayani dengan ramah, senyum, ikhlas, salam.
c) Sifat kekaryaan ruangan
a. Lingkup ruangan
Ruangan Azzara 1 menyediakan pasien untuk kelas VIP, 1, 2, dan 3.
Ruang Azzara 1 menangani pasien dengan semua penyakit dan membedakan
ruangan untuk pasien perempuan, laki-laki dan anak-anak, namun apabila
kamar sudah penuh pasien baru ditempatkan di ruang sesuai dengan
ketersediaan kamar.
b. Letak ruangan
Ruang Azzara terletak dilantai satu di bawah Ruang Azzara 2, disebelah
Utara berbatasan dengan Ruang Mawar/VK, disebelah Timur berbatasan
dengan Ruang Radiologi dan Laboratorium, disebelah Barat berbatasan
dengan Gudang logistik, Gudang Farmasi dan Loundry, dan disebelah Selatan
berbatasan dengan Ruang Zahira dan Ruang Hemodialisa.
c. Kapasitas unit layanan Ruang Azzara 1
Jumlah kamar di Ruang Azzara 1 ada 12 kamar. Ruang Azzara 1
menyediakan pasien untuk kelas VIP yang terdiri dari 2 kamar yaitu kamar
101 dan 102. Kelas 1 terdiri dari 4 kamar yaitu 103, 104, 105, dan 106. Kelas
2 terdiri dari 4 kamar yaitu 107, 108, 109, dan 110. Kelas 3 terdiri dari 2
kamar yaitu 111, dan 112.
d. Tata tertib Ruang Azzara 1
1) Administrasi pasien
a) Pada hari pertama dimohon untuk menyerahkan deposit biaya rawat
inap sebesar 10 kali biaya kamar perawatan
b) Pasien yang akan menjalani operasi dimohon menyerahkan deposit
sebesar 50% dari perkiraan biaya operasi dan biaya operasi
mengikuti kelas tertinggi yang ditempati
c) Setiap 2-3 hari sekali akan diberikan surat pemberitahuan biaya
rawat inap. Dimohon untuk menambah deposit sesuai dengan biaya
rawat inap yang terjadi
d) Jika pasien harus pindah rawat ke ruang ICU/Intermediate, rawat
inap harus dikosongkan. Jika keluarga ingin menempati kamar
tersebut, maka akan dikenakan biaya sesuai tariff kamar tersebut.
2) Waktu Berkunjung
a) Pagi pukul 10.00 – 12.00 WIB
b) Sore pukul 16.00 – 18.00 WIB
3) Menunggu pasien
a) Penunggu pasien maksimal 1 orang, dan harus memegang kartu
tunggu
b) Kartu tunggu sebagai bukti izin menunggu dapat diperoleh pada
perawat jaga
4) Keamanan
a) Mengingat berbagai kunjungan tamu di Rumah Sakit, dimohon
untuk tidak membawa barang-barang berharga atau menyimpan uang
dalam jumlah besar. Rumah Sakit tidak ikut bertanggung jawab atas
kehilangan yang terjadi.
b) Tidak diperkenankan membawa anak kecil, karena rawan penyakit
menular.
c) Mohon tidak merokok di lingkungan Rumah Sakit karena dapat
mengganggu kesehatan.
5) Ketertiban
a) Mohon tidak duduk/memakai tempat tidur pasien yang kosong.
b) Mohon tidak membawa tikar atau alas, dan alas tidur dari rumah.
c) Mohon tidak mencuci atau menjemur pakaian di lingkungan Rumah
Sakit.
6) Proses Pelayanan di RS Islam Jemursari Surabaya
a) Pasien akan dirawat oleh dokter spesialis.
b) Dalam satu hari dokter lain akan melakukan visite atau kunjungan
sebanyak satu kali dalam satu hari
c) Sewaktu-waktu bila dibutuhkan selama 24 jam, jika pasien atau
keluarga merasa perlu merasa perlu, dapat berkonsultasi dengan
perawat atau dokter jaga.
d) Karena jam visite di ruang inap tidak tetap, maka pasien dan
keluarga dapat meminta informasi lebih lanjut kepada perawat ruang
rawat inap.
e) Jadwal jaga perawat atau dokter jaga
1) Pagi : 07.00-14.30 wib
2) Siang : 14.30-22.00 wib
3) Malam : 22.00-07.00 wib
f) Informasi mengenai catatatn perkembangan akan diberikan
mengenai keadaan umum saat ini, rencana program terapi, rencana
perawatan, nutrisi pasien saat ini, akticvitas pasien saat ini.
g) Waktu berkunjung:
1) Umum : 10.00-12.00 wib dan 17.00-19.00 wib
ICU : 10.00-11.00 WIB dan 16.00-17.00 wib
2) Demi kesehatan, anak usia < 10 tahun tidak diperkenankan
mengunjungi pasien, karena anak-anak rentan tertular penyakit.
3) RS Islam jemursari Surabaya tidak menerima pengunjung diluar
jam besuk
4) Pengunjung diluar jam besuk wajib melapor di bagian security
h) Larangan bagi pasien dana keluarga pasien
(1) Pasien dilarang membawa perlengakapan pribadi yang
berpotensi menimbulkan gangguan pada RS Islam jemursari
Surabaya tanpa seijin manajemen RS Islam jemursari Surabaya
(2) Mengingat berbagai kunjungan tamu di rumah sakit, dimohon
untuk tidak membawa barang-barang berharga atau menyimpan
uang dalam jumlah besar. Rumah sakit tidak bertanggung jawab
atas kerusakan atau kehilangan yang terjadi kecuali barang
pasien yang dititipkan ke security
(3) Dilarang melakukan perbuatan yang mengganggu ketenangan,
kenyamanan, keselamatan dan hal-hal lain yang merugikan
orang lain di lingkungan RS Islam jemursari Surabaya.
(4) Dilarang berbicara keras, tertawa terbahak-bahak di lingkungan
RS Islam jemursari Surabaya
(5) Dilarang merok di RS Islam jemursari Surabaya
(6) Dilarang duduk atau memakai tempat tidur pasien yang kosong
(7) Dilarang mencuci atau menjemur pakaian dilingkungan RS
Islam jemursari Surabaya
(8) Dilarang membawa pulang barang milik rumah sakit.
i) Kepulangan pasien rawat inap
(1) Pasien dinyatakan pulang bila mendapat ijin pulang dari dokter
yang merawat dan menyelesaikan administrasi pulang pada
perawat jaga.
(2) Pasien dan keluarga yang memaksa pulang tanpa persetujuan
dokter, harus menandatangani surat pulang paksa atau
permintaan sendiri.
j) Waktu pulang
(1) Pasien BPJS, umum dan intansi
Batas waktu pulang adalah pukul 14.00 wib. Bila melampampui
batas waktu tersebut, akan dikenakan biaya tambahan yaitu apabila
pulang diatas jam 14.00 wib, dikenakan biaaya kamar 50% dan
diatas jam 18.00 dikenakan biaya kamar 100% atas penggunaan
kamar tersebut. Setelah menyelesaikan administrasi pasien atau
keluarga atau mendapatkan bukti pelunasan untuk diserahkan kepada
petugas ruangan.
(2) Pasien asuransi
Batas waktu pulang sesuai atauran rumah sakit dengan toleransi
waktu 1 jam setelah proses pelaporan dan konfirmasi dari asuransi
yang telah selesai dan disetujui. Apabila administrasi telah selesai
dan pasien melampaui batas waktu yang telah ditentukan untuk
pulang, maka akan dikenakan biaya tambahannya itu bila pulang <6
jam dikenakan biaya kamar 50% dan > 6 jam dikenakan biaya kamar
1005 atas penggunaan kamar tersebut menjadi tanggung jawab
pribadi dan tidak dapat diklaim ke asuransi.
k) Pembayaran dan pengurusan administrasi
(1) Pasien umum
(a) Dapat dilakukan pembayaran melalui bagian keuangan di
lantai 2, dengan jadwal sebagai berikut:
(b) Senin s/d jumat : 08.00-16.00 wib
(c) Sabtu dan minggu : 07.00-13.00 wib
(d) Transaksi pembayaran untuk pasien rawat inap dapat
dilakukan dengan tunai, kartu kredit, maupun katru debit.
(e) Tidak menerima pembayaran dengan cheque/bilyet/giro.
Pembayaran dengan kartu kredit dan kartu debit
(2) Pasien asuransi dan istansi
Bagi pasien yang dijamin oleh perusahaan atau asuransi harus
melengkapi persyaratan administrasi sesuai dengan mengurus ke
customer care.
(3) Pasien BPJS
(a) Dapat dilakukan pembayaran melalui bagian BPJS Center,
dengan jadwal sebagai berikut:
(b) Senin s/d jumat : 08.00-16.00 wib
(c) Sabtu dan minggu : 08.00-13.00 wib
(d) BPJS Center berada dilantai 1 dekat Lobby RS Islam
Jemursari Surabaya
l) Proses pasien pulang
Melapor ke perawat ruangan sebelum meninggalkan ruangan
dengan menunjukkan bukti pelunasan atau ijin pulang dari bagian
keuangan. Selanjutnya mendapatkan penjelasan dari perawat
mengenai obat yang dibawa pulang dan waktu kontrol.
7) Lain-lain
Oleh karena jadwal kunjungan dokter atau visite diruang rawat inap
tidak tetap, pasien dan keluarga dapat minta informasi lebih lanjut pada
perawat.

e. Analisis Unit Layanan Keperawatan


1) Flow of care Pasien masuk
Pasien masuk dari UGD/Poli

Petugas kesehatan melakukan Triage


kepada pasien
Pasien melakukan pemeriksaan
Dr jaga memeriksa kondisi penunjang (Laboratorium,Radiologi)
pasien

Pasien dinyatakan MRS oleh


DPJP

Keluarga pasien melakukan pendaftaran TPPRI

TPPRI mengkonfirmasi ke Ruang Rawat Inap

Ruang Rawat Inap menyiapkan ruangan serta


kebutuhan yang dibutuhkan pasien

Pasien dikirim keruangan oleh perawat IGD


Gambar 3.1 Alur pasien masuk ruang Azzara 1
Pasien datang ke UGD/Poli RSI Jemursari Surabaya dengan
keluhannya, setelah itu petugas kesehatan yang berada di UGD melakukan
Triage, serta dilakukan pemeriksaan oleh DPJP yang bertugas di UGD
biasanya dari hasil pengkajian awal serta pemeriksaan fisik pasien dapat
dinyatakan langsung untuk rawat inap, namun adapula pasien yang masih
belum dapat dinyatakan rawat inap harus melalui pemeriksaaan penunjang
seperti pemeriksaan laboratorium maupun radiologi untuk menegakkan
diagnosa medis pasien. Selanjutnya pasien yang sudah dinyatakan harus rawat
inap oleh DPJP melalui keluarga pasien dapat diarahkan ke TPPRI (tempat
pendaftaran pasien rawat inap) oleh petugas UGD untuk melakukan
pendaftaran rawat inap serta pemilihan ruangan rawat inap, setelah
menyelesaikan administrasi TPPRI mengkonfirmasi ke ruang rawat inap untuk
validasi ruangan, dan perawat ruangan menyiapkan ruang rawat inap serta
kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien melalui perawat UGD, setelah itu
perawat UGD mengirim pasien ke ruang rawat inap.
2) Flow of care Pasien keluar

Pasien
Pasien berada
berada di
di ruang
ruang Azzara
Azzara 11

DPJP
DPJP visit
visit untuk
untuk mengobservasi
mengobservasi kondisi
kondisi pasien
pasien

Pasien
Pasien dinyatakan
dinyatakan KRS
KRS oleh
oleh DPJP
DPJP

Perawat
Perawat
ruangruang
rawatrawat
inap inap

Persiapan Persiapan
pasien pulang:
pasien pulang :
Retur obatobat
1. Retur
Resep obatobat
2. Resep pulang
pulang
Surat keterangan sakitsakit
3. Surat keterangan dan dan
suratsurat
kontrol
kontrol
Hasil lab dan radiologi
4. Hasil lab dan radiologi

CloseClose
BillingBilling
RuanganRuangan

Keluarga pasien mengurus administrasi

Anggota BPJS Umum, Asuransi Pribadi


BPJS Center Keuangan

Surat keterangan penyelesaian administrasi

Pasien pulang

Surat keterangan penyelesaian administrasi

Pasien pulang
Gambar 3.2 Alur pasien keluar ruang Azzara 1
Penjelasan untuk pasien yang akan keluar dari ruang rawat inap yaitu
pasien yang berada dalam ruang rawat inap yang awalnya dalam kondisi sakit
dan saat ini dalam tahap pemulihan diobservasi oleh DPJP, setelah melakukan
observasi DPJP menyatakan pasien sudah diperbolehkan untuk keluar rumah
sakit (pulang). Perawat ruangan menerima bukti surat keterangan
penyelesaian, perawat persiapan pulang pasien yaitu dengan meretur obat,
resep obat pulang, surat keterangan sakit dan surat kontrol, hasil lab dan
radiologi serta melakukan aff infus serta pelepasan gelang pasien. Perawat
melakukan close billing ruangan, selanjutnya perawat ruangan memberikan
arahan kepada keluarga pasien untuk menyelesaikan administrasi. Biaya
adminisatrasi pasien tergantung golongan pembiayaan pasien baik anggota
BPJS maupuan biaya secara mandiri atau asuransi pribadi. Untuk pasien
dengan golongan anggota BPJS diarahkan ke BPJS center untuk melakukan
penyelesaian daministrasi, sedangkan untuk biaya mandiri atau asuransi
pribadi keluarga pasien diarahkan ke bagian keuangan untuk melakukan
penyelesaian administrasi. Administrasi selesai keluarga pasien diberi bukti
surat keterangan penyelesaian yang diberikan kepada perawat ruangan.
Selanjutnya pasien diperbolehkan meninggalkan ruangan.
a) Manajemen Unit
STRUKTUR ORGANISASI RUANG AZZARA 1 RSI JEMURSARI SURABAYA
KANIT IRNA
Dr Maita

Koordinator R. Azzahra 1
Himyatul Khoiroh, S. Kep, Ns
Pekarya
Mafazatin

KATIM 1 KATIM 2 KATIM 3 KATIM 4


Dwi Wahyu, Amd. Kep Silvi S.Kep, Ns Eerike Egita Y. I. S Ragil Ratu P, Amd. Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Rahmad K, S. Kep, Ns Maya Erina, Amd. Kep Masita Novelina S.Kep Anisatul L S.Kep,Ns

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Iis Yuni Putri, Amd. Ayu Widia, Amd. Kep Rafika Dwi, Amd. Kep Siti Romania, Amd. Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Siti Aminah, S. Kep, Ns Santi Mayang, Amd. R. Darma, S.Kep, Ns Anik Umro Amd, Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Dwi Nur C, Amd. Kep Silva Sari, Amd. Kep Bagus M, S. Kep, Ns Siti Nur A, Amd. Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Rahma S.Kep,Ns Hindun, S. Kep, Ns Oni P, S. Kep., Ns

Pasien Pasien Pasien Pasien

Gambar 3.3 Bagan Struktur Organisasi Ruang Azzara 1 RSI Jemursari Surabaya berdasarkan observasi tanggal
13 April 2020
Di Ruang Azzara 1 Rumah Sakit Islam Surabaya menggunakan model
MAKP TIM dimana masing-masing tim dalam satu shift terdiri dari 5
perawat diantaranya 1 perawat penanggung jawab yang berpengalaman dan
membawahi 4 perawat asossiate. Dalam metode tim ini 1 perawat
memegang 6-8 pasien.
f. Analisis terhadap Klien
a) Karakteristik
Tabel 3.1 Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Azzara 1 dari Desember
2019 – Februari 2020
No Nama penyakit Desember Januari Februari Total
1. DM 27 26 18 71
2. TF 14 17 22 53
3. GEA 17 17 17 51
4. HT 3 2 3 8
5. DYSPEPSIA 2 3 4 9
6. CKD 2 2 2 6
7. CVA 19 23 17 59
8. KOLIK RENAL 5 2 3 10
9. VETIGO 1 3 4 8
10. SEFALGIA 1 1 2 4
11. FEBRIS 3 4 5 11
12. ANEMIA 2 2 12 16
13. DF 11 10 14 35
14. FRAKTUR 1 1 1 3

g. Sumber Daya/Kekuatan Kerja


Sumber daya/kekuatan kerja di dapat dari pengkajian ruangan
selama 1 minggu yaitu tanggal 13 April – 15 April 2020.

77
1) M1-Man
a) Daftar Nama Tenaga Keperawatan Azzara 1
Tabel 3.3 Daftar Nama Tenaga Keperawatan Di Ruang Azzara 1 RSI Jemursari Surabaya Pada tahun 2020
No. Nama Jabatan Ijazah Sertifikat/ Mulai Status Keterangan
terakhir Seminar kerja kepegawaian
1. Himyatul Khoiroh, S.Kep, Coordinator S1 Kep 1. BCLS Juni Tetap Pegawai tetap kurang
Ns 2. PPGD 2007 lebih 9 tahun, mulai
3. Pelatihan CE 2010 sampai dengan
4. Terapi cairan sekarang
5. Seminar empowering nursing care
6. Workshop service execellence
7. Penyakit ginjal kronik
8. Pelatihan dasar PPI
9. Pelatihan manajemen bangsal
keperawatan
10.Pelatihan EKG
2. Dwi wahyu K, Amd. Kep PJS/CE D3 Kep 1. Medical of Surgical Juni Tetap Pegawai tetap kurang
2. Pelatihan Osteoporosis 2007 lebih 9 tahun, mulai
3. Pelatihan EKG, Palliative Patient 2010 sampai dengan
4. Kegawatdaruratan Trauma dan sekarang
Cardiac
5. Workshop service excellence
6. Medical Of Surgical
3. Ragil Ratu P, Amd. Kep PJS D3 Kep 1. PPPGD, ACLS Agustu Tetap Pegawai tetap kurang

78
2. Pelatihan cairan s 2011 lebih 5 tahun, mulai
3. Workshop service excellence 2014 sampai dengan
4. Penyakit ginjal kronik sekarang
5. Pelatihan dasar PPI
4. Siti Romania, Amd. Kep Perawat D3 Kep 1. GELS April Tetap Pegawai tetap kurang
pelaksana 2. Pandemic H1N1 Swine Flu 2013 lebih 3 tahun, mulai
3. Seminar Awam Bedah Plastik 2016 sampai dengan
4. Alat Reproduksi Eksternal sekarang
5. DM Pada Kehamilan
6. Pendidikan Kesehatan Reproduksi
7. Penyakit Ginjal Kronik
8. Penatalaksanaan TB Dengan DOTS
5. Bagus Margaretha, S. Kep., Perawat S1 Kep 1. Increasing the quality of nurse Desem Tetap Pegawai tetap kurang
Ns pelaksana 2. Peningkatan mutu pelayanan ber lebih 1 tahun, mulai
keperawatan 2014 2018 sampai dengan
3. Pengelolaan pendidikan tinggi sekarang
keperawatan
4. Pelatihan heacting perawatan luka
5. Problematika seksual dan sadism
6. BLS
7. TOEFL
8. Invasive cardiologi in the cathlab
9. PPGD
6. Silva Sari Rosalina, Amd. Perawat D3 Kep 1. PPGD Juli Tetap Pegawai tetap kurang
Kep pelaksana 2. Seks bebas pada remaja 2011 lebih 5 tahun, mulai
3. Penyakit ginjal kronik 2014 sampai sekarang
7. Mashita Novelina, S. Kep., Perawat S1 Kep 1. GELS April Tetap Pegawai tetap kurang
Ns pelaksana 2. Seminar Kanker Serviks 2014 lebih 2 tahun, mulai
3. Neuro Emergencies management 2016 sampai sekarang
4. Emergency Case Pre Hospital Care
5. Pandemic H1N1 Swine Flu 2009
8. Oni Purwanto, S. Kep, Ns Perawat S1 Kep 1. BT & CLS Maret Kontrak 1 Pegawai kontrak 1
pelaksana 2. Askep Pada Pasien Hipertensi 2018 kurang lebih 1 tahun,
3. Perawat Dalam Penanganan mulai 2018 sampai
Bencana sekarang
4. Interpretasi EKG Pada
Hipertensi
5. Tatalaksana Kegawatdaruratan
6. Penatalaksanaan Pasien DM
9. Anisah Lukitasari, S. Kep., Perawat S1 Kep 1. GELS April Kontrak 1 Pegawai kontrak 1
Ns pelaksana 2. Pelatihan Water Rescue 2018 kurang lebih 11 bulan,
mulai 2018 sampai
sekarang
10. Rahma Afiatuc Cahya, S Perawat S1 Kep 1. PPGD Mei Traince Pegawai traince
Kep., Ns pelaksana 2. Seminar Retradasi Mental 2019 kurang lebih 4 bulan,
3. Seminar Stroke Brain Attack mulai 2019 sampai
4. Seminar Rehabilitasi Post sekarang
Trepanasi
11 Hindun Kurniawati S.Kep,Ns Perawat S1 Kep Tetap Pegawai tetap
pelaksana
12 Nur Chalimah Perawat S1 Kep 1. BTCLS Juli Traince Pegawai traince
pelaksana 2. Penanganan Trauma Maternal- 2019 kurang lebih 2 bulan,
Neonatal mulai 2019 sampai
3. Balut Bidai Pada Kasus Trauma sekarang
4. CWCCA
13 Mafazatin Nailiyah PKR D1 1. Aplikasi Komputer Perkantoran Februa Kontrak II Pegawai kontrak 2
Asisten ri 2018 kurang lebih 7 bulan,
Perawat mulai 2019 sampai
sekarang
14 Ayu widiawati, Amd kep Perawat D3 kep 1. GELS 01 juli Kontrak II Pegawai kontrak II
pelaksana 2015 kurang lebih 2 tahun,
mulai 2017 sampai
sekarang
15 Rafika dwi lestari, Amd. Kep Perawat D3 Kep 1. GELS Juli Tetap Pegawai tetap kurang
pelaksana 2. Sertifikat seminar nasional 2015 lebih 1 tahun, mulai
kesehatan 2018 sampai sekarang
3. Persalinan metode hypnobirthing
4. Nurse preneur yang berkualitas
5. Sosialisasi asi ekslusif
6. Penatalaksanaan Tb Dengan DOTS
16 Rahmat Darma-wan S. Kep., Perawat S1 Kep 1. PPGD Mei Tetap Pegawai tetap kurang
Ns pelaksana 2. Palliatif Pasient 2016 lebih 2 tahun, mulai
3. HIV & BEP 2017 sampai sekarang
17 Silvi Rachmayanti, Amd. PJS D3 Kep 1. GELS Desem Tetap Pegawai tetap kurang
Kep 2. Managemen DM -ber lebih 2 tahun, mulai
3. Concept emergency management 2013 2017 sampai sekarang
4. Kanker serviks
5. Pelatihan disaster
6. Dressing luka kronis
18 Anik Umrotus S, Amd Kep Perawat D3 Kep 1. GELS & PPDG Juni Tetap Pegawai tetap kurang
pelaksana 2. Wound Care Managemen 2015 lebih 1 tahun, mulai
2018 sampai sekarang
19 Siti Aminah, S. Kep, Ns Perawat D3 Kep 1. Peluang perawat praktik mandiri Agustu Tetap Pegawai tetap kurang
pelaksana 2. PPGD s 2006 lebih 13 tahun, mulai
2006 sampai dengan
2017
20 Dwi Nur Cahya. Amd. Kep Perawat D3 Kep 1. BLS Mei Tetap Pegawai tetap kurang
pelaksana 2. PPGD 2011 lebih 6 tahun, mulai
2013 sampai sekarang
21 Maya Erina Amd. Kep Perawat D3 Kep 1. PPGD, Homebirth Juni Tetap Pegawai tetap kurang
pelaksana 2. Concept Emergency Management 2014 lebih 2 bulan, mulai
3. Recent Advance In The Treatment 01 Juni sampai
4. Sosiaisasi Asi Eksekutif sekarang
5. Pelatihan disaster
6. Kegawatdaruratan trauma
7. Workshop service Excellence
8. Penyakit ginjal kronik
22 Iis yuni putri R, Amd. kep Perawat D3 kep 1. GELS, pelatihan disaster Mei Tetap Pegawai tetap kurang
pelaksana 2. Motivasi nurse 2014 lebih 2 tahun, mulai
3. Kanker serviks dan payudara 2017 samapai
4. Optimalisasi tenaga kesehatan sekarang
5. Concept emergency manaje-men
23 Eerike Egita Y. I. S. Kep, Ns PJS/CE S1 Kep 1. GELS Februa Tetap Pegawai tetap kurang
2. Emergency Case Pre Hospital Care ri 2014 lebih 2 tahun, mulai
3. Pelatihan disaster 2016 sampai sekarang
4. Stop free sex doing safety
5. Kanker serviks
6. EKG & CODE BLUE
24 Rahmad kurnia-wan, S. Kep., Perawat S1 Kep 1. GELS, STOGELS Novem Tetap Pegawai tetap kurang
Ns pelaksana/C 2. Tata laksana bedah digestive ber lebih 2 tahun, mulai
E 3. Manajemen penanganan kegawatan 2013 2017 sampai sekarang
4. Kebijakan penertiban SIPP
5. Trauma tulang belakang
6. Palliative care nursing
7. Abnormalitas kehamilan
25 Siti Nur Afifah. Amd. Kep Perawat D3 Kep 1. PPGD Mei Tetap Pegawai tetap kurang
pelaksana 2. Kegawatdaruratan Psikiatri 2011 lebih 8 tahun, mulai
3. Emergency Burn Trauma 2011 sampai sekarang
4. Disaster Emergency Management
5. Triage Management
6. Tumbuh kembang bayi
7. Dressing luka kronis

Keterangan: Katim : ketua tim PKR : Prakarya


b) Jumlah Tenaga di Ruang Azzara 1
(1) Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan adalah :
Tabel 3.5 Tenaga Keperawatan di Ruang Azzara 1 RSI Jemursari Surabaya.

No. Kualifikasi Jumlah Jenis


7 Pegawai tetap
1. S1 Keperawatan 11 2 Pegawai kontrak I
2 pegawai training
11 Pegawai tetap
2. D3 Keperawatan 13
2 Pegawai kontrak II
TOTAL 24 Pegawai

Tabel 3.6 Komposisi Ketenagaan Non Keperawatan di Ruang


Azzara 1 RSI Jemursari Surabaya.
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Pekarya D1 Keperawatan 1 orang Pegawai tetap
(2) Struktur Organisasi
Ruang Azzara 1 rumah sakit islam jemursari Surabaya dipimpin oleh 1
kepala ruangan, 4 ketua tim, 19 perawat pelaksana, dan 1 orang pekarya.
(3) Berdasarkan Jumlah
Jumlah perawat di Ruang Azzara 1: 11 orang S1 keperawatan, 13 orang
D3 keperawatan, dan 1 orang D1 Keperawatan. Pengaturan ketenagaan
berdasarkan jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien
dan tingkat ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
(a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
(b) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
(c) Perawatan maksimal / total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam
Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok
menggunakan klasifikasi dan tingkat kriteria ketergantungan pasien
berdasarkan Orem yaitu teori self care deficit, sedangkan untuk mengetahui
jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut
Douglas (1984).

84
(4) Kebutuhan Tenaga Perawat sesuai tingkat ketergantungan pasien Ruangan
Azzara 1
Berdasarkan data yang dikaji dari tanggal 13 – 15 April 2020
didapatkan hasil sebagai berikut :
a) Ruangan Keseluruhan pada Senin, 13 April 2020. Tingkat
Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan pasien di ruangan Azzara 1 dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem:
Total, parsial, dan minimal care (Nursalam, 2012). Berdasarkan data yang
dikaji pada tanggal 13 April 2020 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat
Jumlah
ketergantunga Pagi Sore Malam
pasien
n
Minimal 0 0x0,17= 0 0x0,14= 0 0x0,07= 0
Parsial 19 19x0,27= 5,13 19x0,15= 2,85 19x0,10= 1,9
Total 4 4x1,08= 4,32 4x0,90= 3,6 4x0,60= 2,4
Jumlah 23 9,45 6,45 4,3
9 orang 6 orang 4 orang
Total tenaga perawat:
Pagi : 9 orang
Sore : 6 orang
Malam : 4 orang
19 Orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86X19 = 5,85 = 5 orang


279

Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam
1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas di ruang Azzara
1 Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya adalah 19 orang + 1 Kepala ruangan
+ 5 libur = 25 orang. Dalam kenyataannya di ruangan yang berdinas berjumlah
18 orang perawat, 8 dinas pagi, 6 dinas sore, 4 dinas malam, jumlah tersebut
sudah termasuk karu dan pekarya. Terdapat 2 orang cuti, 5 orang libur

85
b) Ruangan Keseluruhan pada Selasa, 14 April 2020. Tingkat
Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan pasien di ruangan Azzara 1 dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem:
Total, parsial, dan minimal care (Nursalam, 2012). Berdasarkan data yang
dikaji pada tanggal 14 April 2020 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Jumla
Tingkat
h Pagi Sore Malam
ketergantungan
pasien
Minimal 0 0 x0,17= 0 0 x0,14= 0 0 x0,07= 0
Parsial 20 20 x0,27= 5,4 20 x0,15= 3 20 x 0,10=2
Total 3 3 x1,08= 3,24 3 x0,90= 2,7 3 x0,60= 1,8
Jumlah 23 8,64 5,7 3,8
9 orang 6 orang 4 orang
Total tenaga perawat:
Pagi : 9 orang
Sore : 6 orang
Malam : 4 orang___
19 Orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 x 4 = 5,85 = 5 orang
279

Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam
1 tahun, sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Azzara 1 Rumah Sakit Islam Surabaya adalah 19 orang + 5 orang libur + 1
orang Kepala ruangan = 25 orang. Dalam kenyataannya di ruangan yang
berdinas berjumlah 17 orang perawat, 7 dinas pagi, 5 dinas sore, 4 dinas
malam, jumlah tersebut sudah termasuk karu dan pekarya. Terdapat 8 orang
libur
c) Ruangan Keseluruhan pada Rabu, 15 April 2020. Tingkat
Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat

86
Tingkat ketergantungan pasien di ruangan Azzara 1 dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem:
Total, parsial, dan minimal care (Nursalam, 2012). Berdasarkan data yang
dikaji pada tanggal 15 April 2020 didapatkan hasil sebagai berikut :
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Jumla
Tingkat
h Pagi Sore Malam
ketergantungan
pasien
Minimal 0 0 x0,17= 0 0 x0,14= 0 0 x0,07= 0
Parsial 16 16x0,27= 4,32 16 x0,15= 2,4 16x0,10=
1,6
Total 2 2 x1,08= 2,16 2 x0,90= 1,8 2 x0,60= 1,2
Jumlah 18 6,48 4,2 2,8
6 orang 4 orang 3 orang
Total tenaga perawat:
Pagi : 6 orang
Sore : 4 orang
Malam : 3 orang___
13 Orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86 x 13 = 4,007 = 4 orang
279

Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1
tahun, sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Azzara 1 Rumah Sakit Islam Surabaya adalah 13 orang + 4 orang libur + 1
orang Kepala ruangan = 18 orang. Dalam kenyataannya di ruangan yang
berdinas berjumlah 17 orang perawat, 8 dinas pagi, 5 dinas sore, 4 dinas
malam, jumlah tersebut sudah termasuk karu dan pekarya. Terdapat 7 orang
libur, 1 orang cuti.
2) M2-Material
a. Instrument
Rincian instrument yang ada diruang Azzara 1 dirumah sakit Islam
Jemursari Surabaya
No Nama Alat Jumla Keterangan

87
. h
1 Bad Pan + Tutup ( B ) 11 Baik
2 Bad Pan + Tutup ( K ) 5 Baik
3 Bak Instrument + Tutup ( S ) 1 Baik
4 Baskom stanlees 37 Baik
5 Bengkok 23 cm 3 Baik
6 Cucing ( STANLESS ) 5 Baik
7 Gunting Aj 2 Baik
8 Gunting Ferban 5 Baik
9 Gunting Op. Lurus tajam2 2 Baik
10 Gunting Preparat 2 Baik
11 Klem Arteri Lurus 2 Baik
12 Kom + Tutup 2 Baik
13 Korentang + Tempat 2 Baik
14 Pinset Anatomi 14 cm 8 Baik
15 Pinset Anatomi 18 cm 3 Baik
16 Pinset Chirurgie 14 cm 6 Baik
17 Pinset Chirurgi 18 cm 3 Baik
18 Reflek Hummer 1 Baik
19 Tongue Spatel 6 Baik
20 Tromol ( B ) 1 Baik
21 Tromol ( S ) 1 Baik
22 Tromol ( K ) 1 Rusak
23 Baskom stenlis besar 37 Baik

b. Alat kesehatan
Rincian alat kesehatan yang ada diruang Azzara 1 dirumah sakit Islam
Jemursari Surabaya
No
. Nama Alat Jumlah Keterangan
spare part rol paper
1 ECG + Kabel 4 hilang, ECG baik
2 GDA 1 Baik
3 Kursi Roda 4 Baik
4 Matras Angin 1 Baik
5 Nebulizer 2 Baik
6 O2 Dinding + Humudifier 20 Baik
7 O2 Transfer + Regulator + Trolly 3tbg, 3reg Baik
8 Penlight 1 Rusak
9 Standart Infus 14 Baik
10 Stetoscope dewasa 6 Baik
11 Stetoscope bayi /anak 2 Baik
12 Suction portable 1 Baik

88
13 Skup pindah px 1 Baik
14 Syringe pump + kabel 4 Baik
15 Tensi Air Raksa 3 Baik
16 Thermometer Air Raksa + Digital 4 Baik
17 Thermmeter Digital 6 4 Baik, 2 Rusak
18 Timbangan Berdiri 1 Baik
19 Timbangan Berdiri 1 Baik
20 Tourniquet 2 4 baik
21 Trolly Sedang 2 Baik
22 Trolly tindakan 2 Baik
23 WWZ 5 Baik
24 Martil Obat 1 Baik
25 Ambubag dewasa 1 Baik
26 Ambubag anak oval 1 Baik
27 Troly Emergency besi susun 1 Baik
28 Berangkat merk rise fall 1 Baik
29 Trolly washen 2 susun 1 Baik
30 Saturasi (elitech) 1 Baik

c. Linen
Rincian linen yang ada diruang Azzara 1 dirumah sakit Islam Jemursari
Surabaya
No
. Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Sprei Putih 156 Baik
2 Sarung Bantal Putih 170 Baik
3 Sarung Guling Putih 116 Baik
4 Sprei Px VIP 26 Baik
5 Sprei Penunggu VIP 26 Baik
6 Sarung Bantal Px VIP 26 Baik
7 Sarung Bantal Penunggu VIP 26 Baik
8 Sarung Guling Px VIP 26 Baik
9 Perlak 112 Baik
10 Selimut Cokelat 119 Baik
11 Stik Laken 226 Baik
12 Gorden 39 SET Baik
13 Bantal 51 Baik
14 Guling 41 Baik

d. Mebeller
Rincian mebel yang ada diruang Azzara 1 dirumah sakit Islam Jemursari
Surabaya

89
No Jumla
. Nama Alat h KET
1 Almari Kaca 4 Baik
2 Almari Besi 4 Baik
3 Bed Px 34 Baik
4 Kursi Kain  32 Baik
5 Kursi Lipat 12 Baik
6 Kursi Putar 4 Baik
7 Locker 6 Pintu 3 Baik
8 Meja Kantor 6 Baik
9 Meja Pasien 34 Baik
10 Nurse Station 1 Baik
11 Bancik 34 Baik
12 Spring Bed penunggu pasien 2 Baik
13 Meja makan pasien 2 Baik
14 Locker 5 Pintu 2 Baik
15 Kursi Meja Lipat 6 Baik

*kamar 109.3, 112.2 Roda meja pasien patah 1


e. Rumah Tangga
Rincian rumah tangga yang ada diruang Azzara 1 dirumah sakit Islam
Jemursari Surabaya
No Jumla
. Nama barang h Keterangan
1 Jemuran Baju 3 Baik
2 Senter 2 Baik
3 Jam Dinding 13 Baik
4 Dispenser 1 Baik
5 Tempat Linen kotor 1 Baik
6 Rak baskom 2 Baik
7 Troly handtrukc 1 Baik
8 trolly makan susun 4 1 Baik
9 Lemari makan piring kotor 1 Baik
10 Troly Linen 2 Baik

f. Elektronik
Rincian elektronik yang ada diruang Azzara 1 dirumah sakit Islam
Jemursari Surabaya
Jumla
No. NAMA BARANG h Keterangan
1 Kulkas obat 1 pintu 1 Baik
2 Komputer 4 Baik

90
3 Cpu 4 Baik
4 Keyboard 4 Baik
5 Mouse 4 Baik
6 Printer 2 Baik
7 TV LCD 11 Baik
10 baik, 1 hilang proses
8 Remote TV 10 pencarian
9 AC 21 Baik
4 remote ac hilang proses
10 Remote AC 10 pencarian
11 Bel Pintu 1 Baik
12 Alat baca foto 1 Baik
13 Telfone Ezitel 1 Baik
14 Nursecall 34 Baik
15 Kulkas 1 Pintu 3 Baik
16 HP andromax 1 Baik
17 Kipas Angin 1 Baik
18 Telefon wirles merk Panasonic 1 Baik
19 Kulkas 1 Pintu VIP 2 Baik
20 Note Book Asus 1 Baik

3) M3-Method
a) Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Dari hasil wawancara yang dilakukan di ruang “Azzara 1” pada tanggal 13
April 2020 model asuhan keperawatan yang digunakan diruangan tersebut, adalah
metode tim, yang berencana akan menerapkan ke metode modular. Kepala
ruangan di Azzara 1 lulusan Sarjana Keperawatan Ners. Kepala ruangan selaku
narasumber menjelaskan bahwa beliau memahami sistem asuhan keperawatan
yang digunakan tersebut, beliau menjelaskan untuk yang digunakan di ruangan
Azzara 1 adalah metode tim dimana masing-masing tim dalam satu shift terdiri
dari 5 perawat diantaranya 1 perawat penanggung jawab yang berpengalaman dan
membawahi 4 perawat asossiate. Dalam metode tim ini 1 perawat memegang 6-8
pasien.
Dari hasil pengamatan kami model asuhan keperawatan yang digunakan
diruangan Azzara 1 sudah sesuai dengan teori karena pembagian katim dan
anggota tim dilakukan oleh karu dan berganti setiap hari sesuai jumlah pasien
yang ada di ruangan.
b) Timbang Terima

91
Hasil pengkajian dengan observasi dan wawancara pada 13 April 2020, saat
timbang terima di ruang Azzara 1 dilakukan di nurse station. Dari segi alur
timbang terima di Azzahra 1 sudah sesuai dengan teori, yaitu kedua shift dalam
keadaan siap (shift yang mengoperkan hanya penanggung jawab, sedangkan untuk
PA tetap di meja pelayanan), shift yang akan menyerahkan laporan sudah
mempersiapkan hal-hal yang akan disampaikan, menyampaikan operan, operan ke
ruang pasien dan kembali lagi ke nurse station. Dari segi isi timbang terima, di
ruang Azzahra 1 pada saat timbang terima yang dibacakan hanya asuhan medis,
dan diagnosa medis pasien tetapi asuhan keperawatan sendiri tidak disampaikan.
Sedangkan dari segi pendokumentasian, sudah ada format khusus untuk
mempermudah proses timbang terima, disertai adanya bukti berupa tanda tangan
antar kedua shift , laporan ini di dokumentasikan pada rekam medis pasien
(lembar catatan perkembangan) dan dicatat pada buku timbang terima khusus
sebagai bukti telah dilakukan timbang terima antar shift. Ketika melakukan
operan ke pasien ada beberapa ruangan dimana perawat bertanggung jawab
memperkenalkan diri kepada pasien tersebut, sehingga saat dikonfirmasi pasien
mengetahui perawat siapa yang bertanggung jawab atas dirinya pada saat itu. Pada
saat timbang terima dari shift malam ke shift pagi maupun dari shift pagi ke shift
siang dilakukan di ruang Azzahra 1 yang dipimpin oleh kepala ruangan.
Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang
sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat (Suarli & Yayan B, 2009).
Proses timbang terima yang efektif dan terstruktur akan memperkuat status
professional perawat dalam pelayanan kesehatan era modern (Davis and Priestly,
2006).
a) Ronde Keperawatan
Menurut hasil wawancara pada tanggal 13 April 2020 dengan kepala
ruangan, selama ini ronde keperawatan hanya dilakukan jika ada
mahasiswa praktik manajemen keperawatan diruangan. Dan untuk
diruangan Azzahra 1 sendiri tidak melakukan ronde keperawatan.
b) Pengelolahan Obat (Sentralisasi Obat)

92
Menurut hasil wawancara pada tanggal 13 April 2020 dengan kepala
ruangan, selama ini di ruangan Azzahra 1 sudah melakukan sentralisasi
obat dengan baik menggunakan sistem Unit Dose Dispensing (UDD) yaitu
suatu sistem distribusi obat kepada pasien rawat inap disiapkan dalam
bentuk dosis terbagi siap pakai untuk pemakaian selama 24 jam. Dalam
ruang Azzahra 1 sentralisasi obat dengan UDD dimana pihak farmasi telah
menyiapkan obat untuk penggunaan dalam 2 hari masa komsumsi 2 x 24
jam. Untuk obat oral distribusi dilakukan langsung oleh petugas farmasi
hanya pada saat shift pagi, untuk shift siang dan malam pendistribusian
dilakukan oleh perawat dan untuk obat injeksi petugas farmasi hanya
bertugas menyediakan obat dalam sediaan ampul ataupun vial, sedangkan
untuk pengaplikasian dilakukan oleh perawat.
Menurut penilaian, di Ruang Azzahra 1 dalam penerapan sentralisasi
obat telah meminta persetujuan dalam bentuk terlutis (ttd) terhadap
keluarga pasien setelah pendistribusian obat baik oral maupun injeksi serta
penjelasan mengenai obat apa yang akan di injeksikan.
c) Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
meningkatkan kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat
melakukan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efzektif. (Sudjana, 2004)
Dari hasil pengkajian dan wawancara terhadap kepala Ruangan
Azzahra 1 menyatakan bahwa di Ruang Azzahra 1 memiliki jadwal rutin
untuk melakukan supervisi pada setiap perawat yang dilakukan setiap 1
bulan 1-3kali dengan Kepala Ruangan sebagai coordinator atau yang
mensupervisi. Supervisi yang dilakukan yaitu mengenai beberapa tindakan
keperawatan seperti hand hygine, pemasangan kateter, kumbah lambung
dan lainnya yang juga ditunjang dengan adanya instrument supervisi.
Proses supervisi pada Ruangan Azzahra 1 ini sebelumnya dilakukan
kontrak jadwal sebelum supervisi, kemudian pelaksanaan supervisi dan
kemudians diberikan penilaian dan selanjutnya kepala ruangan memanggil
perawat yang disupervisi tersebut untuk membahas hasil dari supervisi

93
tersebut. Kepala ruangan akan memberikan beberapa masukan yang
mungkin diperlukan serta pujian yang sekiranya pantas diterima oleh
perawat tersebut. Dari hasil pengamatan kami pada tanggal 13 April 2020
kami tidak mendapatkan tindakan supervisi.
Di Ruang Azzahra 1 telah memiliki SAK (standart Asuhan
Keperawatan), SOP (standart Operasional Prosedur) dan instrument
supervisi yang digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan supervisi.
Sehingga perawat ruangan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
d) Penerimaan Pasien baru
Penerimaan pasien baru adalah kegiatan yang sangat penting dilakukan
dalam manajemen keperawatan dirumah sakit. Hal ini bertujuan agar
pasien yang baru masuk mengerti tentang kondisi ruangan dan tata tertib
pada ruangan tersebut. Di Azzahra 1, penerimaan pasien baru dilakukan
pada pasien dewasa karena ruangan ini ditujukan untuk pasien dewasa
yang baru pindah dari ruangan lain atau baru masuk rumah sakit.
Hasil pengkajian dan wawancara, di ruang Azzahra 1 penerimaan
pasien baru yang dilakukan sudah bagus, baik dan cepat. Di ruangan saat
ada pasien baru, perawat dengan sendirinya membagi tugas yaitu
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, kemudian perawat melakukan
pengkajian serta mengorientasi ruangan pada keluarga pasien, manfaat
gelang identitas sebagai tanda pengenal pasien, dan pemberian stiker
kuning, merah yang ditempel pada gelang pasien atau bed pasien. Selain
itu perawat tidak memberikan edukasi tentang cuci tangan pada pasien
atau keluarga.
Banyaknya pasien baru yang datang bersamaan menyebabkan perawat
terkadang lupa untuk mengorientasi pasien baru dan juga tidak mampu
mengorientasi pasien baru secara detail. Selain itu tugas perawat yang
banyak juga mempengaruhi kurang maksimalnya perawat dalam
menerima pasien baru.
Di ruangan Azzahra 1 telah mempunyai format khusus untuk orientasi
pasien baru yang dapat mempermudah perawat untuk menjelaskan kepada

94
keluarga pasien tentang apa saja urutan yang dijelaskan mulai dari hak dan
kewajiban pasien dan keluarga, orientasi ruangan, dokter yang merawat,
perawat yang bertanggung jawab serta jam kunjung dan peraturan rumah
sakit. Penerimaan pasien baru diruangan ini dilakukan dengan lisan dan
tulisan tetapi belum sempurna.
e) Perencanaan Pulang (dischare planning)
Bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera
setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang
menggambarkan usaha kerjasama antar tim kesehatan, klien dan keluarga
kien.
Hasil pengkajian dan wawancara, di ruang Azzahra 1 melakukan
discharge planning dari pasien datang sampai pasien akan pulang.
Ruangan Azzahra 1 sudah memiliki format khusus tentang discharge
planning. Format discharge planning terdiri dari identitas pasien, nomor
rekam medis, informasi kesehatan pasien (informasi kondisi kesehatan,
tindakan medis/operasi, rencana pemulangan, tanggal rencana
pemulangan, tanda dan gejala dari penyakit yang perlu diwaspadai,
tindakan yang dapat dilakukan sebelum ke rumah sakit, pemberian nomor
telepon ruangan yang bisa dihubungi), informasi perawatan dirumah
(aktivitas yang boleh dilakukan, alat bantu yang digunakan, pelatihan
untuk aktivitas dan penggunaan alat bantu, edukasi tentang perawatan
dirumah, pengaturan diiit dan nutrisi dirumah sakit dan dirumah, obat-
obatan dirumah sakit dan dirumah), persiapan pemulangan (tempat
perawatan selanjutnya, hasil-hasil pemeriksaan yang akan dibawa pulang,
obat-obatan dirumah, alat bantu, rencana kontrol, alat transportasi untuk
pulang, pelepasan gelang pasien). Tetapi dalam pemberian HE (Health
Education) pada waktu pasien pulang diberikan pada pasien atau keluarga
pasien masih kurang, perawat hanya memberitahu waktu kontrol dan
pemberian obat saja kepada keluarga pasien, tanpa adanya leaflet dan
perawat hanya menyampaikan dengan lisan. Pemberian leaflet itu
sebenarnya sangat penting karena nanti saat dirumah pasien bisa melihat
kembali leaflet jika pasien lupa dengan informasi yang diberikan perawat.

95
f) Dokumentasi
Dari hasil pengkajian, observasi dan wawancara, dari ruang Azzahra 1
terdapat sarana dan prasarana untuk tenaga kesehatan (saran administrasi
penunjang). Di ruang Azzahra 1 sistem pendokumentasian menggunakan
sistem tulis tangan dan setiap selesai pendokumentasian perawat memberi
tanda tangan pada laporan yang di tulis. Pendokumentasian menggunakan
sistem SOR (Sources Oriented Record) yang dimodifikasi. Untuk
penulisan laporan ruang Azzahra 1 menggunakan sisitem komunikasi
SBAR (Situation, Background, Assesment, Recomendation), begitu juga
dalam proses timbang terima dalam ruangan Azzahra 1 menggunakan
dokumentasi SBAR.
4) M4-Money
Hasil pengkajian dan wawancara pada 12 April 2020 di ruang Azzara
1 untuk pengadaan dana ruangan (renovasi ruangan), sumber dana
operasional ruangan dan sumber kesejahteraan ruangan dan karyawan,
didapatkan dari pendapatan ruangan yang bersumber dari biaya pasien
selama dirawat di ruang Azzara 1, baik menggunakan dana pribadi pasien
maupun dari BPJS, Asuransi dan perusahaan yang bekerja sama dengan
RSI Surabaya.
Apabila terdapat keluarga pegawai tetap MRS dan dirawat inap, biaya
selama di rawat di tanggung oleh BPJS. Untuk alat kesehatan sekali pakai
maupun alat kesehatan permanen di data setiap hari untuk mengetahui alat
kesehatan yang habis dan akan di tulis di buku permintaan.
Pendanaan alat kesehatan dan bahan kesehatan habis pakai didapatkan
dari resep dokter untuk pasien yang sebelumnya telah didaftar nama alat
dan obat oleh perawat ruangan. Sedangkan pendanaan fasilitas kesehatan
bagi karyawan menggunakan dari dana BPJS dan RSI. Sumber pendapatan
ruangan yang berasal dari biaya yang dikeluarkan pasien selama dirawat di
ruangan Azzara 1 perinciannya adalah sebagai berikut:
a) Tarif Ruangan
Tabel 3.16 Rincian Biaya Kamar Rawat Inap di Ruang Azzara 1 Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya:

96
JASA
TARIF
NO KELAS FASILITAS KETERANGAN DOKTER
KAMAR
(VISITE)
1 TT pasien & TT
penunggu pasien
Spesialis Rp 200.000
AC
1 VIP Rp 700.000
TV
Lemari es
Guru Besar Rp 250.000
Kamar mandi dalam
2 TT pasien
Spesialis Rp 175.000
AC
2 I Rp 500.000
TV
Guru Besar Rp 250.000
Kamar mandi dalam
3 TT pasien
Spesialis Rp 150.000
AC
3 II Rp 350.000
TV
Guru Besar Rp 175.000
Kamar mandi dalam
4 TT / 6 TT / 7 TT
Spesialis Rp 125.000
4 III AC Rp 200.000
Kamar mandi dalam Guru Besar Rp 150.000

b) Tarif Alat dan Jasa Tindakan


Tabel 3.17 Rincian Tarif Tindakan Perawatan di Ruang Azzara 1 Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya tahun 2020
TARIF TINDAKAN PERAWATAN
N
JENIS TINDAKAN TARIF
O
1 Angkat Jahitan Rp 40.000
2 Asisten Intubasi Rp 90.000
3 Asisten Pungsi Pleura Rp 60.000
4 Asisten Vena Sectie Rp 60.000
5 Injeksi Rp 30.000
6 Irigasi Rp 75.000
7 Kumbah Lambung Rp 90.000
8 Lepas Kateter Rp 30.000
9 Makan/Minum Per Sonde Rp 30.000
10 Mantoux Test Rp 150.000
11 Kain Kafan Rp 30.000
12 Lavement Rp 40.000
13 Pasang Bidai Rp 30.000
14 Pasang Cervical Colar Rp 25.000
15 Pasang Chateter Rp 50.000
16 Pasang Darmbuis Rp 30.000
17 Pasang Elastic Bandage Rp 15.000

97
18 Pasang Infus Dewasa Rp 40.000
19 Pasang LMA Rp 100.000
20 Pasang Maagslang Rp 40.000
21 Pasang Ransel Verban Rp 50.000
22 Pasang Skin Traksi Rp 50.000
23 Pasang Stopper Rp 40.000
24 Pasang Tampon Hidung Rp 55.000
25 Pasang Umbilikal Chateter Rp 90. 000
26 Penghisapan Lendir/Sekret (≥ 5 X / Hari) Rp 60.000
27 Perawatan Colostomi Rp 90.000
28 Perawatan Jenazah Rp 60.000
29 Rawat Luka Besar Rp 60.000
30 Rawat Luka Kecil Rp 30.000
31 Rawat Luka Khusus (Gangren) Rp 90.000
32 Rawat Luka Sedang Rp 40.000
33 Regulasi Insulin Rp 50.000
34 Rjpo/Resutasi/Bagging Rp 90.000
35 Skin Test Rp 30.000
36 Supp Rp 5.000
37 Tambahan @Jahitan Rp 20. 000
38 Total Care Rp 90.000
39 Transfusi Rp 30.000

Tabel 3.16 Rincian Tarif Jasa Dokter di Ruang Azzara 1 Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya tahun 2020
Visite Dokter Tarif
pasien
VIP 1 2 3
Umum Dokter Rp. Rp. Rp. Rp.
Spesialis 200.000 175.000 150.000 200.000
BPJS Dokter Rp. Rp. Rp. Rp.
Spesialis 175.000 150.000 125.000 100.000
Catatan: Tarif di atas untuk 1 hari perawatan

Tabel 3.21 Rincian Tarif Sewa Alat Medis di RS Islam Jemursari


Surabaya tahun 2020
TARIF SEWA ALAT MEDIS (ALKES)
N JENIS TINDAKAN TARIF
O
1 Ambubag Rp 50.000
2 Baby Term Rp 100.000
3 Bagging Otomatis Rp 120.000
4 Blender O2 Rp 120.000
5 Blood Warmer Rp 90.000
6 Breast Pupm (Manual) Rp 30.000

98
7 Breast Pump (Elektrik) Rp 60.000
8 Couter Rp 315.000
9 Buble CPAP Rp 460.000
10 DC Shock / Defibrilator Rp 350.000
11 Diatermi / Radiotom Rp 100.000
12 Doppler Rp 70.000
13 EKG / ECG Rp 90.000
14 Foto Bayi Rp 50.000
15 Fototerapi /24jam (per alat) Rp 220.000
16 Gula Darah Acak (GDA/GDR) Rp 40.000
17 Head Box Rp 100.000
18 Incubator Rp 230.000
19 Incubator Transport Rp 180.000
20 Infant Warmer Rp 130.000
21 Infusi Pump Rp 110.000
22 Matras Decubitus / 24jam Rp 130.000
23 Microscope Mata 580.000/jam
24 Microscope NS 580.000/jam
25 Microscope Phaco 750.000/jam
26 Monitor ECG Rp 360.000
27 Monitor Portable (BM3) Rp 100.000
28 Nebulizer Rp 60.000
29 Neo puff Rp 130.000
30 Neo Tee Rp 50.000
31 NST Rp 170.000
32 O2 Ventilator Rp 170.000
33 Oksigen (O2) /hari Rp 100.000
34 Oksigen/ 2L / mnt / jam Rp 40.000
35 Oksigen Transport Rp 20.000
36 Phototherapy / 24jam Rp 220.000
37 Respirator / Ventilator Rp 760.000
38 Sensor SP O2 Rp 100.000
39 Semua Alat AV Shunt Rp 250.000
40 Sewa Alat Bedah Saraf Advance Rp 6.960.000
41 Sewa Alat Bedah Saraf Spine Rp 4.430.000
42 Sewa Alat Bedah Saraf Trebanasi Rp 5.700.000
43 Sewa Alat Bedah Saraf Tumor Rp 5.200.000
44 Sewa Alat Box Bedah Saraf Rp 575.000
45 Sewa Alat Laparascopy Rp 7.450.000
46 Sewa Alat Phacoemulsifikasi Rp 1.730.000
47 Sewa Alat Urologi Rp 1.730.000
48 Suction Rp 70.000
49 Syringe pump Rp 110.000
50 Tensi monitor eletric Rp 70.000
51 Tur-P Rp 1.000.000
52 USG Kandungan Rp 130.000

99
53 Vaccum Ekstraksi Rp 290.000
54 Vries Coup Rp 950.000
55 WSD (Bullow Drainage) Rp 130.000
56 Y Piece Rp 40.000

5) M5-Marketing
Rumah Sakit Islam Jemursari merupakan rumah sakit tipe B dan sebagai
RS pendidikan dengan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang. Di lain
pihak perawat tidak memiliki tugas khusus tim mutu secara langsung untuk
mencari klien dalam mencari pelayanan jasa kesehatan. Ruangan Azzahra1
memberikan pelayanan yang terbaik agar pasien merasa puas.
1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
a. Angka kejadian jatuh: Dari data hasil didapatkan bahwa 100% pasien
tidak mengalami jatuh selama dilakukan perawatan oleh perawat
ruangan. Meskipun sebagian pasien mempunyai risiko jatuh, akan
tetapi dari hasil tabulasi menunjukkan tidak ada pasien yang
mengalami jatuh.
APJ pada Desember2019 – Februari 2020 :

Jumlah pasien yang jatuh


X 1000
Jumlah pasien yang berisiko jatuh

Desember 2019

0
Angka Kejadian Jatuh : X 1000=0
100

januari 2019

0
Angka Kejadian Jatuh : X 1000=0
100
Februari 2020
0
Angka Kejadian Jatuh : X 1000=0
100

b. Angka kejadian flebitis: Kejadian flebitis selama Bulan Desember


2019 – Februari 2020 ruang Azzarah 1 sebagai berikut :
Jumlah kejadian flebitis
X 1000
Jumlah pasienterpasang infus

100
Presentase kejadian flebitis di Ruangan Azzarah 1 RS.Islam
Surabaya pada Bulan Desember 2019 – Februari 2020

Jumlah Kejadian Jumlah Pasien


Bulan Hasil
Flebitis Terpasang Infuse
0
Desember 2019 0 154 X 1000=0
154
2
Januari 2019 0 184 X 1000=0
184
0
Februari 2020 0 112 X 1000=0
112

2. Indikator mutu tingkat kepuasan pasien


Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasaan pasien terhadap kinerja
petugas di ruang Azzahra 1 seperti perawat, dokter, ahli gizi, dan cleaning
service. pelaksanaan evaluasi mengagunnakan kuesionner yang berisi 6
soal berbentuk pilihan, yang mencakup pemberian penjelasan orientasi
ruangan, pemberian penjelasan setiap prosedur tindakan, dan sikap
perawat selama memberikan asuhan keperawatan. pilihan dari jawaban
bila jawaban buruk (1), kurang (2), baik (3), sangat baik (4). Kuesioner
dibagikan pada 5 orang pasien yang menyatakan. Bahwa pasien merasa
pelayanan yang diberikan BAIK

Tingkat kepuasan pasien di ruang Azzahra 1 RS. Islam Jemursari


Surabaya
No Kriteria Persentase %
1. Sangat Baik 70%
2. Baik 30%
3. Kurang Baik 0%
Total 100%

Sangat Baik
Baik
Kurang Baik

101
3. Tingkat kepuasaan perawat
Berikut ini akan di paparkan mengenai kepuasaan perawat di ruang
Azzahra 1. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuisioner yang berisi
20 soal berbentuk tentang gaji,kerja ekstra, fasilitas penunjang, kondisi
ruangan kerja, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja seperti
supervise. Pilihan dari jawaban bila jawaban ”Puas” ((3),”Cukup
puas”(2),”Kurang Puas”(1).
Tingkat kepuasan perawat di ruang Azzahra 1 RS. Islam Jemursari
Surabaya.
No Kriteria Persentase %
1. Puas 60,54%
2. Cukup puas 23,6%
3. Kurang Puas 01,20%
Total 100%
Dari hasil pengkajian di dapatkan bahwa ruangan Azzarah 1 memiliki
kapasitas tempat tidur 27 tempat tidur. dan didapatkan hasil sebagai
berikut:
Jumlah pasien keluar Lama Hari
Bulan
Hidup Mati Rujuk rawat rawat
Desember 2019 209 9 3 4-7 hari 3
Januari 2020 231 9 5 1-3 hari 3
Februari 2020 227 4 5 1-3 hari 3

a. BOR (Bad Occuption Rate)


Berdasarkan hasil pengkajian pada 10-12 Februari 2020, didapatkan
gambaran kapasitas tempat tidur di Ruang Azzarah 1Rumah Sakit Islam
Jemursari Surabaya yaitu 27 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
Rumus:
Jumlah hari perawatan Rs
x 100 %
Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu waktu

102
Tabel Rata-Rata BOR Pasien Bulan November 2019 – Januari 2020 di
Ruangan Azzahra 1 RS.Islam Surabaya.
No. Bulan Jumlah pasien Rumus BOR Hasil BOR
538
1. Desember 2019 176 x 100 % 66,41%
27 x 30
639
2. Januari 2020 219 x 100 % 78,89%
27 x 30
630
3. Februari 2020 204 x 100 % 77,78%
27 x 30

BOR Harian Tanggal 10 – 12 Februari 2020


Tanggal VVIP VIP Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 BOR
Februari 2020 0 2 5 4 6 17/34 x 100% = 50 %
Februari 2020 0 1 6 5 6 18/34 x 100 % = 53 %
Februari 2020 0 0 5 4 7 15/34 x 100 % = 44%

BOR Harian Kamar Kelolaan Tanggal 13-15 Mei 2020


Tanggal Kelas 3 BOR
13 Mei 6 6/12 x 100% = 50%
14 Mei 7 7/12 x 100% = 58%
15 Mei 6 6/12 x 100% = 50%

a) ALOS (Average long of stay)


Rata-rata lama rawat inap pasien.
Rumus:
Jumlah hari perawatan pasien keluar
Jumlah pasienkeluar dalam satu periode waktu
Tabel ALOS Desember 2019 – Februari 2020 di Ruang Azzarah 1 RS.
Islam Jemursari Surabaya.

Lama Jumlah pasien keluar Rumus Hasil


No. Bulan
rawat ALOS ALOS
Hidup Mati Rujukan
1. Desember 541 176 0 0 538 3,07 = 3
175 hari
2. Januari 659 1 0 639 3,02 = 3
218
211 hari
3. Februari 612 1 0 630 3,01 = 3
203
209 hari

103
b. Kasus terbanyak
Tabel laporan kasus terbanyak di ruang Azzarah 1 bulan Desember
2019 – Februari 2020
Di atas menunjukkan kasus terbanyak di Ruang Azzarah1 bulan Desember
2019 – Februari 2020.
No Nama penyakit Desember Januari Februari Total
1. DM 27 26 18 71
2. TF 14 17 22 53
3. GEA 17 17 17 51
4. HT 3 2 3 8
5. DYSPEPSIA 2 3 4 9
6. CKD 2 2 2 6
7. CVA 19 23 17 59
8. KOLIK RENAL 5 2 3 10
9. VETIGO 1 3 4 8
10. SEFALGIA 1 1 2 4
11. FEBRIS 3 4 5 11
12. ANEMIA 2 2 12 16
13. DF 11 10 14 35
14. FRAKTUR 1 1 1 3

104
140

120

100

80
NOVEMBER
60
DESEMBER
40 JANUARI
JUMLAH
20

0
DM TF
GE
A HT SIA CKD CVA NAL IGO GIA BRIS MIA DF TUR
EP L
RE VET FA FE NE AK
Y SP IL K SE A FR
D
KO

Tabel laporan jumlah pasien dirawat dan pasien keluar bulan Desember 2019
– Februari 2020 di ruang Azzarah 1
No Bulan Pasien rawat Pasien keluar
Umum BPJS Asuransi Meningga Rujuk Keluar
l
1. Desember 38 162 18 9 3
1
2019
2. Januari 2020 36 191 13 9 5
6
3. Februari2020 40 181 10 4 5
5

3. Mutu pelayanan keperawatan


Rumah sakit islam surabaya telah menerapkan mutu perawatan pasien,
terdapat beberapa aspek penilaian penting yang terdapat di dalamnya,
diantaranya:
4. Keselamatan pasien (patient Safety) berdasarkan sasaran keselamatan
pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh standar akreditasi Rumah sakit Edisi
1( Kemenkes, 2011) dan Acredition, maka sasaran tersebut meliputi 6
elemen berikut:
a. Sasaran I: ketepatan identifikasi pasien.
b. Sasaran II: peningkatan komunikasi yang efektif
c. Sasaran III: peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-
alert medications)

105
d. Sasaran IV: kepastian tepat- lokasi, tepat –prosedur, tepat pasien
operasi
e. Sasaran V : pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
f. Sasaran VI: pengurangan risiko pasien jatuh.
Berikut adalah penerapan beberapa parameter keselamatan pasien yang
bisa dilihat pada halaman lain pada buku ini.
1). Angka kejadian jatuh
Dari data hasil didapatkan bulan juli – september bahwa 100%
pasien tidak mengalami jatuh selama dilakukan perawatan oleh
perawat ruangan.
2). Kesalahan pengobatan ( Medication error)
Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat
obat, tidak tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat
pasien, tidak tepat waktu pemberian dan tidak ada waspada
terhadap efek pemberian obat tidak terjadi selama periode bulan
Desember 2019 – Februari 2020, pemberian obat dilakukan secara
benar sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter.
5. Meningkatkan mutu pelayanan
Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dinilai dari beberapa
aspek antara lain:
i. Dari data yang didapat selama bulan Desember 2019 – Februari
2020, ditemukan kejadian dekubitus
ii. Dari data yang didapat, dari bulan Desember 2019 – Februari 2020
kasus terbanyak adalah kasus penyakit dalam.
6. Upaya pengurangan infeksi nasokomial :
Indikator penilaian inos adalah:
Tabel indikator penilaian infeksi Nasokomial Ruang Azzarah 1 bulan
Desember 2019 – Februari 2020
Bulan
No. Nama Penyakit Total
Desember Januari Februari
1. Dekubitus 0 0 0 0
2. Flebitis 0 0 0 0

106
a. Angka kejadian flebitis
Kejadian flebitis, pada bulan Desember 2019 – Februari 2020 tercatat
1679 pasien yang terpasang intravena line (IVL). Dari 1679 pasien yang
terpasang IVL, ada yang terjadi kejadian flebitis (0%)
Angka kejadian dekubitus
Kejadian dekubitus, dari data yang didapatkan selama bulan November
2019 – Januari 2020 tidak terdapat pasien yang mengalami decubitus
(0%).
6) M6-Mechine
Dalam ruangan Azzara 1 untuk penyediaan alat-alat canggih tidak ada,
ruangan hanya memiliki alat-alat standart dalam ruang antara lain nebulizer,
suction portable, syringe pump, EKG.
Alat dan fasilitas penunjang medis merupakan hal yang sangat membantu
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Beberapa alat
dan fasilitas di ruangAzzara 1 meliputi:
No. NamaAlatMedis Jumlah Keterangan
1. Syringe Pump + kabel 4 Baik
2. Nebulizer 2 Baik
3. Suction portable 1 Baik
4. EKG + kabel 1 Baik

A. Instrument

No. Nama instrumen Des-19 Jan-20 Feb-20 Keterangan


1. Bad Pan + tutup 11 11
(B)
2. Bad Pan + tutup 5 5
(K)
3. Bak Instrumen + 1 1
tutup (S)
4. Bengkok 23 cm 3 3
5. Cucing (Stanless) 0 0
6. Gunting Aj 0 0
7. Gunting ferban 5 5
8. Gunting Op. Lurus 0 0
tajam2
9. Gunting preparat 0 0
10. Klem arteri lurus 0 0
11. Kom + tutp 0 0
12. Korentang + 0 0

107
tempat
13. Pinset anatomi 14 0 0
cm
14. Pinset anatomi 18 0 0
cm
15. Pinset chirurgie 14 0 0
cm
16. Pinset chirurgie 18 0 0
cm
17. Reflek hummer 1 1
18. Tongue spatel 0 0
19. Tromol (B) 1 1
20. Tromol (S) 1 1
21. Tromol (K) 0 0
22. Baskom stenless 37 37
besar

B. Alkes

No Nama Awal Des-19 Jan-20 Feb-20 Keterangan


. instrumen
1. ECG + kabel 1 1 1 Spare part rol
paper hilang,
ECG baik
2. GDA 2 1 1 Baik
3. Kursi roda 3 4 4 Baik
4. Matras angin 1 1 1 Baik
5. Nebulizer 1 2 2 Baik
6. O2 dinding + 24 20 20 Baik
humidifier
7. O2 transfer + 9 3tbg,3re 3tbg,3re Baik
regulator g g
8. Penlight 4 1 1 Rusak
9. Standart infus 15 14 14 Baik
10. Stetoscope 5 6 6 Baik
dewasa
11. Stetoscope 2 0 0 Baik
bayi/anak
12. Suction portable 1 1 1 Baik
13. Skup pindah 1 1 1 Baik
pasien
14. Syringe pump + 1 4 4 Baik
kabel
15. Tensi digital + 5 4 4 Baik
tensi lipat
16. Thermo meter 5 6 6 4 baik, 2
digital rusak

108
17. Timbangan 1 1 1 Baik
berdiri
18. Tourniquet 10 2 2 Baik
19. Trolly sedang 8 2 2 Baik
20. Trolly tindakan 2 2 2 Baik
21. WWZ 10 5 5 Baik
22. Martil obat 2 1 1 Baik
23. Ambubag 1 1 1 Baik
dewasa
24. Ambubag anak 1 0 0
oval
25. Trolly 0 1 1 Baik
emergency besi
susun
26. Berangkat merk 0 1 1 Baik
rise fall
27. Trolly washen 2 0 1 1 Baik
susun
28. Saturasi 0 1 1 Baik
(elitech)

C. Linen

No Nama instrumen Des-19 Jan-20 Feb-20 Keterangan


.
1. Sprei putih 156 Baik
2. Sarung bantal putih 170 Baik
3. Sarung guling putih 116 Baik
4. Sprei pasien VIP 26 Baik
5. Sprei penunggu VIP 26 Baik
6. Sarung bantal pasien 26 Baik
VIP
7. Sarung guling pasien 26 Baik
VIP
8. Sarung bantal 26 Baik
penunggu VIP
9. Perlak 112 Baik
10. Selimut coklat 119 Baik
11. Selimut VIP 26 Baik
12. Stik laken 226 Baik
13. Gorden 39 set Baik
14. Bantal 51 Baik
15. Guling 41 Baik

D. Mebeller

109
No. Nama instrumen Des-19 Jan-20 Feb-20 Keterangan
1. Almari kaca 4 4 Baik
2. Almari besi 5 4 Baik
3. Bed pasien 34 34 Baik
4. Kursi kain 32 33 Baik
5. Kursi lipat 17 17 Baik
6. Kursi putar 4 4 Baik
7. Loker 6 pintu 2 3 Baik
8. Meja kantor 6 6 Baik
9. Meja pasien 34 34 Baik
10. Nurse station 1 1 Baik
11. Bancik 34 34 Baik
12. Spring bed 2 2 Baik
penunggu pasien
13. Meja makan pasien 2 2 Baik
14. Loker 5 pintu 2 2 Baik
15. Kursi meja lipat 6 6 Baik

E. Rumah tangga

No. Nama instrumen Des-19 Jan-20 Feb-20 Keterangan


1. Jemuran baju 3 3 Baik
2. Senter 2 2 Baik
3. Jam dinding 13 13 Baik
4. Dispenser 1 1 Baik
5. Tempat linen kotor 1 Baik
6. Rak baskom 2 2 Baik
7. Trolly handtruks 1 1 Baik
8. Trolly makan susun 4 1 0 Baik
9. Lemari makan piring 1 1 Baik
kotor
10. Trolly linen 2 1 Baik

F. Elektro

No. Nama instrumen Awal Des-19 Keterangan


1. Kulkas obat 1 pintu 1 1 Baik
2. Komputer 2 4
3. CPU 2 4 Baik
4. Keyboard 2 4 Baik
5. Mouse 2 4 Baik
6. Printer 1 2 Baik
7. TV LCD 11 11 10 baik, 1 hilang proses
pencarian
8. Remote TV 11 10 Baik
9. AC 21 21 Baik

110
10. Remote AC 19 10 Baik
11. Bel pintu 1 1 Baik
12. Alat baca foto 1 1 Baik
13. Telphone ezitel 1 1 Baik
14. Nurse call 34 34 Baik
15. Kulkas 1 pintu 1 1 Baik
16. Hp Andromax 0 1 Baik
17. Kipas angin 1 1 Baik
18. Telephone wireless 1 1 Baik
merk panasonic
19. Kulkas 1 pintu vip 2 2 Baik
20. Note book ASUS 0 1 Baik

No. Nama instrumen Awal Jan-20 Keterangan


1. Kulkas obat 1 pintu 1 1 Baik
2. Komputer 2 4 Baik
3. CPU 2 4 Baik
4. Keyboard 2 4 Baik
5. Mouse 2 4 Baik
6. Printer 1 2 Baik
7. TV LCD 11 11 Baik
8. Remote TV 11 7 7 baik, 3 hilang proses
pencarian
9. AC 21 21 Baik
10. Remote AC 19 7 6 remote ac hilang proses
pencarian
11. Bel pintu 1 1 Baik
12. Alat baca foto 1 1 Baik
13. Telphone ezitel 1 1 Baik
14. Nurse call 34 34 Baik
15. Kulkas 1 pintu 1 1 Baik
16. Hp Samsung 0 1 Baik
17. Kipas angin 1 1 Baik
18. Telephone wireless 1 1 Baik
merk panasonic
19. Note book ASUS 1 1 Baik
Hp andromax bulan januari 2020 dikembalikan ke logistik
Datang Hp Samsung bulan januari tgl 31/01/2020

111
ANALISIS DATA SERTA SINTESA PERMASALAHAN MANAJEMEN
KEPERAWATAN
A. Analisis SWOT
Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Pengisian Item Internal Factors (IFAS) dan External Factors (EFAS).
Cara pengisian data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh
pengumpulan data pada bagian lain). Data tersebut dibedakan menjadi dua
yaitu: IFAS yang meliputi aspek kelemahan (weakness) dan kekuatan
(strength) dan EFAS yang meliputi aspek peluang (opportunity) dan
ancaman (trheatened).
2. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai
dengan 0,0 (tidak penting).
3. Peringkat (rating). Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan
berdasarkan pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran
langsung. Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja
positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai
kinerja yang negatif kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk
mendapatkan nilai masing-masing faktor.
4. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor maka untuk mendapatkan
nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (S-W) dan EFAS adalah
peluang dikurangi ancaman (O-T). Hasil dari IFAS dan EFAS kemudian
dimasukkan didalam diagram layang untuk mengetahui masalah dan
strategi perencanaan berdasarkan letak kuadrat.
a. Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/ turn
around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan (peluang).
b. Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan
mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan
peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan.

112
c. Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan
tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi
faktor ancaman dari luar.
d. Pada kekuatan WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan
tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi tetap ada dan dapat
menjalankan fungsinya secara minimal.
Identifikasi situasi ruangan berdasarkan pendekatan analisis SWOT. Dari
hasil pengkajian dilakukan analisis SWOT berdasarkan elemen penerapan
model MAKP yang meliputi :
1. M1 – Ketenagaan dan pasien
2. M2 – Sarana prasarana
3. M3 – Methode (Metode)
a. MAKP
b. Timbang terima
c. Ronde keperawatan
d. Sentralisasi obat
e. Supervise
f. Penerimaan pasien baru
g. Discharge planning
h. Dokumentasi
4. M4 – Money (Keuangan)
5. M5 – Market (Mutu Pelayanan)

113
ANALISA SWOT
Tabel Identifikasi Ruang Az-Zahra 1 Rs Islam Surabaya Berdasarkan
Pendekatan Analisis SWOT
Bobo
No Analisis SWOT Rating Bobot x Rating
t
1. M1 (Ketenagaan)
a. Internal faktor
( IFAS)
Strength / Kekuatan (S).
1. 46% perawat di ruang Az-Zahra 1 0,2 3 0,6
pendidikan S1 Keperawatan
2. Sebagian besar perawat di Ruang 0,4 3 1,2
Az-Zahra 1 telah mengikuti
program pelatihan
3. Pembagian tenaga keperawatan 0,2 3 0,6
dinas tiap shift sudah sesuai
dengan tingkat ketergantungan
pasien 0,2 3 0,6
4. Mahasiswa diberikan kesempatan
untuk belajar dan praktik
manajemen keperawatan secara
luas 1 3 S–W=
TOTAL 3–2=1

Weakness /Kelemahan (W)


1. Sebagian besar (13 orang) masih 0,3 2 0,6
ada perawat di Ruang Az-Zahra 1
yang berpendidikan D3
Keperawatan
2. Sebenarnya perawat banyak yang 0,3 2 0,6
berminat melanjutkan ke jenjang
selanjutnya tetapi adanya syarat
pengajuan yang tidak mudah
3. sebagian besar perawat belum 0,4 3 1,2
mengikuti pelatihan MAKP 1 2
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity / Peluang (O)
1. Adanya program pelatihan seminar 0,4 4 1,6
khusus tentang manajemen
keperawatan.
2. Adanya mahasiswa profesi ners 0,4 3 1,2
yang sedang praktek manajemen
keperawatan.
3. Adanya kerjasama yang baik 0,2 3 0,6 O–T=
antara mahasiswa dengan perawat 3,4 – 3,6 =

114
klinik. 1 3,4 -0,2
TOTAL
1.
Treath / Ancaman (T)
1. Adanya tuntutan tinggi dari 0,3 4 1,2
masyarakat untuk melakukan
pelayanan lebih professional.
2. Terbatasnya kuota tenaga yang 0,2 3 0,6
melanjutkan jenjang pendidikan
tiap tahun
3. Semakin tinggi pengetahuan 0,2 3 0,6
masyarakat tentang hak dan
kewajiban sebagai pasien.
4. Persaingan antar rumah sakit di 0,3 4 1,2
Surabaya yang semakin kuat dalam
pemberian pelayanan kesehatan
TOTAL 1 3,6
2. M2 (Sarana Prasarana)
a. Internal factor (IFAS)
Strength/Kekuatan (S)
1. Sudah tersedia peralatan medis 0,10 4 0,4
yang menunjang tindakan
keperawatan 0,10 3 0,3
2. Tenaga keperawatan mampu
menggunakan sarana dan
prasarana yang ada dan sim rs 0,1 3 0,3
dikomputer 0,3 3 0,9
3. Tersedianya Nurse Station
4. Terdapat administrasi penunjang
(misal: buku injeksi, buku
observasi, buku timbang terima, 0,1 3 0,3
SOP, dll)
5. RS Islam Jemursari sebagai RS 0,2 4 0,8
Pendidikan S – W =
6. Adanya ruangan khusus untuk 3,2 – 3=
kepala ruangan, ruang dokter, 0,1 2 0,2 0,2
ruang linen ruangan penyimpanan
obat. 1 3,2
7. Pengadaan sarpras dan perbaikan
sarpras yang rusak di rs
TOTAL
Weakness / Kelemahan (W)
1. Tidak ada ruangan isolasi 0,4 3 1,2
2. Pemeliharaan dan perawatan 0,3 3 0,9
masih belum maksimal
3. Ada alat yang rusak dan belum 0,3 3 0,9
ada perbaikan
TOTAL 1 3

115
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity/Peluang (O) 0,4 4 1,6
1. Adanya pengadaan sarana dan
prasarana yang rusak dari bagian
pengadaan barang 0,3 3 0,9
2. Adanya pelatihan tentang
pengoperasian alat/penggunaan
alat-alat kesehatan 0,3 3 0,9
3. Kemajuan teknologi yang dapat O–T=
membantu dan mempermudah 3,4 – 2,7 =
input data pasien 1 3,4 0,7
TOTAL
Ancaman (T)
1. Adanya tuntutan tinggi dari 0,3 3 0,9
masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana
2. Adanya persaingan alat – alat 0,4 3 1,2
canggih dari RS lain
3. Banyak rumah sakit lain yang 0,3 3 0,6
menyediakan fasilitas yang lebih
baik dan lengkap
TOTAL 1 2,7
3. METHODE (M3)
I. I. MAKP
a. a. Internal Faktor (IFAS)
Strength:
1) Terdapat model MAKP yang 0,15 3 0,6
digunakan yaitu metode TIM.
2) Terlaksananya komunikasi yang 0,15 3 0,6
adekuat antara perawat dan tenaga
medis lain.
3) Adanya struktur organisasi yang 0,15 3 0,8
ditempel diruangan
4) Pembagian katim dan anggota 0,15 3 0,8 S – W =
sudah sesuai teori dilakukan oleh 0,6 3,4 – 3 =
karu 0,10 3 0,4
5) Mempunyai protap setiap tindakan. 0,3 4
6) Ketenagaan keperawatan sudah
memenuhi syarat untuk MAKP 3,4
tim-primer (ada yang lulusan
Sarjana Diploma 3, dan D1). 1
TOTAL
Weakness: 0,5 3 1,5
1) Ruangan Azzara 1 sudah
memiliki visi dan misi ruangan
tetapi belum di tempel di ruangan 0,5 3 1,5
2) Pelaksanaan model MAKP sudah

116
dilaksanakan namun sosialisasi
kepada semua tim masih kurang. 1 3
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity:
1) Adanya mahasiswa profesi ners 0,3 3 0,9
praktik manajemen keperawatan.
2) Adanya kebijakan pemerintah 0,3 4 1,2
tentang profesionalisasi perawat.
3) Adanya kebijakan RS tentang 0,4 3 1,2 O – T =
pelaksanaan MAKP. 3,3 – 3 =
TOTAL 1 3,3 0,3
Treathened:
1) Persaingan dengan RS swasta yang 0,5 3 1,5
semakin ketat.
2) Adanya harapan masyarakat yang 0,5 3 1,5
semakin tinggi terhadap pelayanan
keperawatan yang lebih
professional.
TOTAL 1 3
II. TIMBANG TERIMA
a. a. Internal Faktor (IFAS)
Strength:
1) Timbang terima merupakan 0,2 4 0,8
kegiatan rutin yang dilakukan
setiap pergantian shift di nurse
station 0,2 4 0,8
2) Kepala ruangan memimpin
kegiatan timbang terima setiap 0,3 4 1,2
pagi
3) Adanya laporan jaga setiap shift. S–W=
4) Kegiatan timbang terima di ruang 0,3 3 0,9 3,6 – 3,5 =
Azzara 1 dilakukan secara on time. 0,1
5) Pelaporan timbang terima secara
langsung ditulis dalam buku
timbang terima dan ditanda 1
tangani oleh perawat kedua shift
TOTAL 0,4 2 0,8
Weakness:
1) Perawat kurang melakukan 0,3 2 0,6
validasi ke ruang pasien
2) Isi timbang terima masih
belum terfokus pada masalah
keperawatan tetapi masih 0,3 2 0,6
terfokus pada masalah medis.
3) Belum ada buku khusus untuk
mempermudah proses timbang 1 2
terima

117
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity: 0,3 3 1,8 O–T=
1) Adanya mahasiswa profesi ners 3,2 – 3 =
yang praktik manajemen. 0,4 4 0,8 0,2
2) Adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa S1
keperawatan yang praktek
dengan perawat ruangan. 0,4 4 1,6
3) Kebijakan rs (bidang
keperawatan) tentang timbang 1
terima
TOTAL 0,4 3 1,2
Treathened:
1) Persaingan dengan RS swasta yang 0,4 3 1,2
semakin ketat.
2) Semakin kritisnya masyarakat 0,2 3 0,6
dalam menilai pelayanan kesehatan
3) Adanya kebijakan dari pemerintah 1 3
tentang keperawatan professional
TOTAL
III. RONDE KEPERAWATAN
a. a. Internal Faktor (IFAS)
Strength:
1) Beberapa perawat diruang Azzara 0,5 4 2
1. mengerti tentang ronde
keperawatan.
2) Bidang perawatan dan ruangan 0,5 3 1,5
mendukung adanya kegiatan
ronde keperawatan di Ruang
Azzara 1 1 3,5
TOTAL S–W=
Weakness 0,3 2 0,6 3,5– 2,5 =
1) Tim keperawatan di Ruang Azzara 1
1 belum dibentuk untuk dilakukan
kegiatan Ronde keperawatan. 0,3 3 0,9
2) Karakteristik tenaga yang
memenuhi kualifikasi belum 0,4 2 0,8
merata.
3) Ronde keperawatan hanya 1 2,5
dilakukan ketika ada mahasiswa
praktik
TOTAL
External Factor (EFAS) 0,5 3 1,5
Opportunity
1) Adanya kesempatan dari kepala
ruangan untuk mengadakan ronde
keperawatan pada perawat dan 0,5 4 2

118
mahasiswa praktik.
2) Adanya kebijakan dari rs tentang O–T=
diadakannya kegitan ronde 1 3,5 3,5 – 3=
keperawatan di ruang azzara 1 0,5
Total 0,5 3 1,5
Treathened
1) Setiap dilakukan kegiatan Ronde
Keperawatan di Ruang Azzara 1,
keluarga pasien banyak yang tidak 0,5 3 1,5
memahami kegiatan tersebut
2) Adanya tuntutan yang lebih tinggi 1 3
dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang
professional
TOTAL
IV. SENTRALISASI OBAT
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1) Semua perawat mengemukakan 0,10 4 0,4
jawaban mengerti tentang
sentralisasi obat
2) Tersedianya sarana dan prasarana 0,15 3 0,45
untuk pengelolahan sentralisasi
obat yaitu lemari untuk
menyimpan obat (oral, injeksi),
cairan infuse dan troli.
3) Sudah dilaksanakan kegiatan 0,15 3 0,45
sentralisasi obat oleh perawat
yang berkolaborasi dengan depo
farmasi RS.
4) Di ruangan Azzara 1 sudah 0,2 3 0,6
dilakukan sentralisasi obat dengan
menggunakan sistem UDD (Unit
Dose Dispensing) suatu sistem
distribusi obat kepada pasien
rawat inap yang disiapkan dalam
bentuk dosis terbagi siap pakai
untuk pemakaian selama 24 jam.
5) Ada lembar pendokumentasian 0,15 3 0,45
obat yang diterima di setiap S–W=
satatus pasien. 3,45 – 2 =
6) Adanya form persetujuan 0.10 3 0,3 1,45
sentralisasi obat
7) Adanya pemisahan kepemilikan 0,2 4 0,8
obat-obat pasien berdasarkan
nama, kamar, dan bed.
TOTAL 1 3,45
Weakness

119
1) Ketika proses penerimaan obat 1 2 2
pasien tidak dijelaskan nama obat,
rincian jumlahnya, dan efek
samping obat yang diterima,
hanya kegunaanya. 1 2
TOTAL
External Factor (EFAS)
Opportunity
1) Kerjasama yang baik antara
perawat, mahasiswa, farmasi dan 1 4 4
pasien.
TOTAL 1 4
Treathened
1) Adanya tuntutan pasien untuk 0,3 3 0,9
mendapatkan pelayanan yang
profesional O–T=
2) Dalam pelaksanaa SO pasien dan 0,3 3 0,9 4,0 – 3 = 1
keluarga mempunyai kepercayaan
yang tinggi kepada perawat,
namun masih ada kritikan dari
pasien atau keluarga terhadap
pengelolahan sentralisasi obat.
3) Semakin tingginya pengetahuan 0,4 3 1,2
masyarakat akan pentingnya
menerima penjelasan obat yang
diberikan
TOTAL 1 3
V. SUPERVISI
Internal Factor (IFAS)
Strength
1) Sebagian besar perawat di Ruang 0,15 3 0,45
Azzara 1 mengerti tentang
Supervisi 0,15 3 0,45
2) Perawat pernah mendapatkan
sosialisasi tentang supervisi. 0,10 3 0.3
3) Di Ruang Azzara 1 Supervisi bisa
dilakukan oleh Karu atau Katim
setiap 1 bulan 1 kali 0,10 3 0,3
4) Supervisi dilakukan langsung saat
perawat melakukan tindakan ke
pasien 0,10 3 0,3
5) Dilakukan penyampaian penilaian
(fair) dan evaluasi kepada yang
disupervisi. 0,10 3 0,3
6) Adanya umpan balik (feedback)
dari perawat yang disupervisi
terhadap penilaian yang telah 0,10 3 0,3 S–W=
disampaikan. 3,1 – 2=

120
7) Adanya tindakan untuk 0,10 3 0,3 1,1
memecahkan permasalahan (follow
up).
8) Di Ruang Azzara 1 terdapat format 0,10 4 0,4
supervisi untuk tindakan yang akan
disupervisi yang disimpan oleh
Karu.
9) Adanya format supervisi dari 1 3,1
Rumah sakit yang menjadi
penilaian dari ketertiban tindakan 1 2 2
sesuai SOP di ruang Azzara 1
TOTAL
Weakness 1 2
1) Ketidakpastian jadwal supervisi
yang akan dilakukan karena
mengikuti ada tidaknya tindakan di
ruangan 0,3 4 1,2
TOTAL
External Factor (EFAS) 0,2 3 0,6
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa yang praktek
manajemen keperawatan.
2) Adanya reward dalam bentuk 0,3 4 1,2
pelatihan, sekolah, maupun jasa O–T=
bagi yang melaksanakan pekerjaan 3,6 – 3 =
dengan baik 0,2 3 0,6 0,6
3) Adanya teguran dari kepala
ruangan bagi perawat yang tidak
melaksanakan tugas dengan baik 1 3,6
4) Hasil Supervisi dapat dilakukan
sebagai pedoman untuk daftar
penilaian prestasi pegawai 1 3 3
TOTAL
TREATHENED
1) Tuntutan pasien sebagai konsumen 1 3
untuk mendapatkan pelayanan
yang prefesional
TOTAL
VI. PENERIMAAN PASIEN BARU
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1) Penerimaan pasien baru di 0,2 3 0,6 S–W=
ruangan Azzara 1 oleh Perawat 2,8 – 1,7=
Penanggung jawab (PP) 1,1
2) Tersedianya format untuk 0,2 4 0,8
mengkaji pasien baru.
3) Setelah melakukan anamnesa ke 0,2 3 0,6
pasien perawat melakukan

121
dokumentasi.
4) Mengkaji pasien dilakukan 0,2 4 0,8
dengan cara wawancara dan
observasi 0,2 3 0,6
5) Perawat sudah melakukan
orientasi ruangan kepada pasien 1 2,8
TOTAL
WEAKNESS
1) Dalam mengkaji pasien tidak 0,3 2 0,6
dilakukan pemeriksaan head to
Toe sesuai apa yang ada di Format
pengkajian, tidak menjelaskan
waktu jam kunjung, jumlah
penunggu pasien, dan waktu jam
makan
2) Tidak diberikan penjelasan
tentang diagnosa penyakit dan 0,2 2 0,4
jenis perawatannya sehingga ada
pasien yang tidak paham dengan
penyakitnya termasuk sentralisasi
obatnya.
3) Dalam mengorientasi pasien 0,2 2 0,4
belum lengkap
4) Tidak semua diberikan HE saat 0,2 1 0,2
pasien baru
5) Perawat belum melakukan 0,10 1 0,1
perkenalan secara menyeluruh
seperti untuk orientasi ruangan
hanya mengenai bel dan kamar
mandi saja dan tidak di
perkenalkan dengan pasien
sekamarnya bila ada. 1 1,7
TOTAL
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Keterbukaan perawat untuk 0,4 3 1,2 O–T=
berbagi ilmu dengan mahasiswa 3–4=-1
praktek 0,3 3 0,9
2) Memberi kesempatan mahasiswa
untuk melakukan anamnesa dan
observasi ke pasien 0,3 3 0,9
3) Peluang perawat untuk
meningkatkan kualitas
pendokumentasian pasien 1 3
TOTAL
Treathened 0,5 4 2
1) Semakin pintarnya masyarakat
yang tau akan hak-haknya 0,5 4 2

122
2) Semakin banyaknya Rumah sakit
yang baru 1 4
TOTAL
VII. DISCHARGE PLANNING
a. a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
a) Adanya pemahaman tentang 0,15 4 0,6
discharge planning oleh perawat.
b) Adanya kemauan perawat dalam 0,15 3 0,45
melaksanakan discharge planning.
c) Memberikan health education 0,15 4 0,6
kepada pasien dan keluarga pasien,
mengingatkan waktu kontrol dan
jadwal pemberian obat kepada
pasien.
d) Perawat menggunakan bahasa yang 0,10 3 0,3
mudah dipahami oleh pasien dan
keluarga.
e) Terdapat dokumentasi discharge 0,15 3 0,45
planning. S–W=
f) Perawat memberikan HE pada 0,10 4 0,4 3,4 – 2 =
pasien-pasien tertentu secara 1,4
informal saat dirawat di ruangan.
g) Adanya kartu kontrol berobat. 0,10 3 0,3
h) Pemberian health education 0,10 3 0,3
dilakukan secara lisan dan tertulis
kepada pasien atau keluarga pasien
TOTAL 1 3,4
Weakness
1) Discharge planning dilakukan oleh 0,4 2 0,8
perawat yang sedang dinas tanpa
adanya pembagian tugas.
2) Pelaksanaan discharge planning 0,4 2 0,8
belum optimal karena hanya
dilakukan pada saat pasien akan
pulang.
3) Masih ada beberapa pasien yang 0,2 1 0,2
tidak diberi leaflet ketika pulang
mengenai penyakit dan pencegahan
infeksi
4) Tidak dijelaskanya kegunaan obat, 0,3 1 2
serta efek sampingnya
TOTAL 1
Faktor Eksternal (EFAS)
Opportunity
1) Adanya mahasiswa profesi Ners 0,4 3 1,5
yang melakukan praktik dan
adanya kerjasama antara

123
mahasiswa dan perawat.
2) Adanya kerjasama yang baik 0,3 3 1,2
dengan kepala tim perawat untuk
melaksanakan discard planning. O–T=
3) Adanya kemauan pasien dan 0,3 4 0,9 3,3 – 3 =
keluarga terhadap anjuran perawat. 0,3
TOTAL 1
Threatened
1) Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,3 3 1,2
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional. 3,3
2) Semakin tingginya kesadaran 0,3 3
masyarakat akan pentingnya 0,9
kesehatan.
3) Kurangnya pemahaman pasien 0,4 3
karena HE hanya diberikan ketika 0,9
pasien di RS tanpa diberikan
leaflet/brosur untuk dipelajari lagi
di rumah 1,2
TOTAL 1
3
VIII. DOKUMENTASI
a. a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1) Tersedianya sarana dan prasarana 0,4 4 1,6
dokumentasi untuk tenaga
kesehatan seperti buku catatan
keperawatan, SIM RS yang dapat
dimaksimalkan dalam hal
pendokumentasian.
2) Format asuhan keperawatan sudah 0,2 3 0,6
ada.
3) Pengisian format dokumentasi 0,2 3 0,6
keperawatan sudah SBAR
4) Adanya kesadaran perawat 0,2 3 0,6
tentang tenggung jawab dan
tanggung gugat.
TOTAL 1 3,4 S–W=
Weakness 3,4 – 1,9 =
1) SAK dan SOP belum maksimal 0,3 2 0,6 1,5
digunakan.
2) Perawat sering lalai atau tidak 0,3 2 0,6
mengisi dalam memberi tanggal
dan jam pada resume keperawatan
saat pasien akan pulang
3) Sistem pendokumentasian masih 0,2 2 0,4
dilakukan secara manual (belum
ada komputerisasi)

124
4) Tidak tersedianya buku catatan 0,10 2 0,2
pasien bpjs, umum, ausransi,
pegawai untuk mempermudah
pendataan pasien.
5) Belum ada format untuk 0,10 1 0,1
menghitung kategori
ketergantungan pasien
TOTAL 1 1,8

Eksternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY O–T=
1) Kemajuan teknologi dibidang 0,4 3 1,2 3 – 3,5 =
pendokumentasian. -0,5
2) Adanya upaya dan sosialisasi 0,3 4 1,2
mengenai perbaikan dalam
melaksanakan pendokumentasian
secara optimal.
3) Adanya mahasiswa profesi ners 0,3 2 0,6
praktik manajemen
TOTAL 1 3
Threatened
1) Tingkat kesadaran masyarakat 0,5 4 2
(pasien dan keluarga) akan
tanggung jawab dan tanggung
gugat.
2) Persaingan RS dalam memberikan 0,5 3 1,5
pelayanan keperawatan.
TOTAL 1 3,5
M4 (Money)
Internal faktor( IFAS)
Strength
1) Ada pendapatan dari jasa medik, 1 4 4
untuk pasien dengan biaya BPJS
yang dapat di klaim setelah
perawatan
TOTAL 1 4
Weakness IFAS =
1) Tidak ada pendapatan tambahan 0,5 2 1 S-W
seperti dari usaha koperasi ruangan 4 - 2=2
2) Tidak terdapat kas ruangan 0,5 2 1
TOTAL 1 2

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1) Pengeluaran sebagian besar telah 0,3 3 0,9
dibiayai Rumah sakit
2) Ada kesempatan untuk 0,3 3 0,9
menggunakan instrumen medis

125
dengan re-use sehingga EFAS =
menghemat pengeluaran. O-T=
3) Banyaknya kebutuhan klien, dan 0,4 3 1,2 3 - 4= -0,1
seringnya ruangan digunakan
sebagai lahan praktik mahasiswa
keperawatan dapat menjadi
peluang untuk ruangan melakukan
kegiatan wirausaha
TOTAL 1 3
Threatened
1) Adanya tuntutan dari masyarakat 1 4 4
untuk pelayanan yang lebih
professional
TOTAL 1 4
M5 (Mutu)
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH/ Kekuatan (S)

1) Dari 13 responden menyatakan 0,2 3 0,6


60,54% (Puas) terhadap pelayanan
perawatan di rauag Azzara 1 S -W
2) Dari 7 perawat menyatakan 100% 0,2 3 0,6 3-0=
cukup puas dengan hasil kinerja. 3
3) BOR paien di ruang Azzara 1 0,2 3 0,6
periode Desember 2019 – Februari
2020 mengalami peningkatan
sebesar 11,37%
4) Rata-rata lama rawat inap (ALOS) 0,2 3 0,6
di ruang Azzahra 1 periode
Desember 2019 - Februari 2020
yaitu 3 hari
5) Pada bulan Desember 2019 – 0,2 3 0,6
Februari 2020 tercatat 1679 pasien
tidak ada kejadian flebitis dan
decubitus.
TOTAL 1 3

WEAKNESS
TOTAL 0 0

Eksternal factor (EFAS)


OPPORTUNITY
1) Terdapat Mahasiswa Profesi ners 0,4 4 1,6
praktik manajemen di Ruang
Azzara 1
2) Adanya kerjasama yang baik 0,6 3 1,8
antara perawat dan mahasiswa
TOTAL 1 3,4

126
O-T
THREATENED 3,5 – 4 =
1) Tuntutan masyarakat untuk 0,5 4 2 -0,5
meningkatkan pelayanan
kesehatan 0,5 3 1,5
2) Adanya saingan RS lain yang
manajemen market lebih baik 1 3,5
TOTAL

M6-MACHINE
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH 0,3 3 0,9 S-W =
1) Tersedianya alat-alat mechine 0,4 3 1,2 3,3 – 2=
2) Perawat ruangan mampu 1,3
menggunakan alat-alat mechine 0,3 4 1,2
3) Terdapat SOP untuk penggunaan
alat-alat mechine 1 3,3
TOTAL

WEAKNESS 1 2 2
1) Kurangnya alat / machine untuk
memenuhi kabutuhan pasien dan
manajemen waktu 1 2
TOTAL

Eksternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY 0,5 3 1,5 O – T=
1) Adanya pengadaan alat-alat 3,5 – 4=
mechine 0,5 4 2 -0,5
2) Mudahnya mendapatkan informasi
tentang pengoperasian alat /
machine melalui kemajuan
teknologi 1 3,5
TOTAL
THREATENED 1 4 4
1) Terdapat alat yang lebih canggih
yang sudah dioperasikan oleh
Rumah Sakit lain 1 4
TOTAL

127
Keterangan Analisis SWOT
1) Untuk mengisi analisis SWOT nilai untuk bobot rentang nilai dari 0-1
dan total nilai tidak boleh lebih dari 1
2) Untuk mengisi rating nilai dari 1-4 yaitu 4 (sangat baik), 3 (baik), 2
(cukup), 1 (kurang).
Berdasarkan analisa SWOT diatas, analisa masalah yang kami dapat antara
lain :
Skor Analisis
Masalah SWOT Jumlah Prioritas
IFAS EFAS
M1-Man 1 -0,2 0,8 IX
M2-Material 0,2 0,7 0,9 VIII
M3-Method
a. MAKP 0,4 0,3 0,7 X
b. Timbang Terima 0,1 0,2 0,3 XI
c. Ronde 1 0,5 1,5 VII
Keperawatan
d. Sentralisasi Obat 1,45 1 2,45 II
e. Supervisi 1,1 0,6 1,7 VI
f. Penerimaan Pasien 1,1 1 3,1 I
Baru
g. Discharge 1,4 0,3 1,7 IV
Planning
h. Dokumentasi 1,5 -0,5 1,5 VII
M4-Money 2 -0,1 1,9 V
M5-Marketing 3 -0,5 2,5 III
M6-Machine 1,3 -0,5 0,8 IX

128
Keterangan :
1. M1 : Ketenagakerjaan
2. M2 : Sarana dan Prasarana
3. M3 : Metode Penerapan Model
4. M4 : Keuangan
5. M5 : Mutu
6. M6 : Mesin
7. RK : Metode Ronde Keperawatan
8. SO : Metode Sentralisasi obat
9. DP : Metode Discharge Planing
10. TT : Metode Operan/ Timbang Terima
11. PPB : Penerimaan Pasien Baru
12. DO : Dokumentasi
13. SU : Supervisi

B. Identifikasi/ Perumusan Masalah

1. M1-Man
Diruang Azzahra 1 masih kurang tenaga perawat profesional dimana
ruangan masih terdapat D3 Keperawatan sebanyak 13 orang sedangkan S1
Keperawatan sebanyak 11 orang, dan pekarya sebanyak 1 orang.

129
Perawat yang mengikuti pelatihan PPI hanya sebanyak 2 orang, dalam
hal ini tidak ditemukan kejadian flebitis dan dekubitus pada pada bulan
Desember 2019 sampai Februari 2020.
2. M2-Material
Diruang Azzahra 1 sarana dan prasarana sudah hampir memenuhi
standart (ruangan khusus untuk karu, dokter, dan ruang obat serta ruang
diskusi) sudah ada satu set alat emergency. Serta terdapat 2 ruangan VIP
dengan terdiri dari 1 TT pasien, 1 TT penunggu, AC, TV, Lemari es, dan
Kamar mandi dalam.
3. M3-Method
a. Diruang Azzahra 1 model asuhan keperawatan yang digunakan adalah
metode tim. Kepala ruangan selaku narasumber menjelaskan bahwa beliau
memahami sistem model asuhan keperawatan yang digunakan tersebut,
beliau menjelaskan metode tim terdiri atas kelompok klien dan perawat yang
dipimpin oleh perawat yang berijazah yang berpengalaman. Didalam ruang
Azzahra ini memiliki 4 katim yang pertimnya dibantu oleh perawat pelaksana
4-5 orang. Dimana masing-masing tim dalam satu shift terdiri dari 5 perawat
diantaranya 1 perawat penanggung jawab yang berpengalaman dan
membawahi 4 perawat asosiate. Dalam metode tim ini 1 perawat
bertanggungjawab terhadap 6-8 pasien.
b. Prosedur pelaksanaan timbang terima diruang Azzahra 1 dilakukan di nurse

station. Dari segi alur timbang terima di Azzahra 1 tidak sesuai dengan teori,

yaitu kedua shift dalam keadaan siap (shift yang mengoperkan hanya

penanggung jawab, sedangkan untuk PA tetap di meja pelayanan), shift yang

akan menyerahkan laporan sudah mempersiapkan hal-hal yang akan

disampaikan, menyampaikan operan, operan ke ruang pasien dan kembali

lagi ke nurse station. Dari segi isi timbang terima, di ruang Azzahra 1 pada

saat timbang terima yang dibacakan hanya asuhan medis, asuhan keperawatan

130
sendiri tidak disampaikan serta tidak adanya penyampaian diagnosa medis

pasien.

c. Ronde keperawatan diruang Azzahra 1 tidak pernah dilakukan kecuali jika

ada mahasiswa/i praktik diruangan dengan stase Manajemen Keperawatan.

Dan untuk diruangan Azzahra 1 sendiri jika ada permasalahan pasien lama

dirawat diruangan Azzahra 1 dan tidak ada perkembangan, perawat hanya

menyelesaikan sendiri bersama perawat lain dan dokter yang merawat.

d. Ruangan Azzahra 1 sudah melakukan sentralisasi obat dengan cukup baik,

dimana menggunakan sistem Unit Dose Dispensing (UDD) yaitu suatu sistem

distribusi obat kepada pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk dosis terbagi

siap pakai untuk pemakaian selama 24 jam. Dalam ruang Azzahra 1

sentralisasi obat dengan UDD dimana pihak farmasi telah menyiapkan obat

untuk penggunaan dalam 2 hari masa komsumsi 2 x 24 jam. Untuk obat oral

distribusi dilakukan langsung oleh petugas farmasi hanya pada saat shift pagi,

untuk shift siang dan malam pendistribusian dilakukan oleh perawat dan

untuk obat injeksi petugas farmasi hanya bertugas menyediakan obat dalam

sediaan ampul ataupun vial, sedangkan untuk pengaplikasian dilakukan oleh

perawat. Penerapan sentralisasi obat telah meminta persetujuan dalam bentuk

terlutis (ttd) terhadap keluarga pasien setelah pendistribusian obat baik oral

maupun injeksi serta penjelasan mengenai obat apa yang akan di injeksikan.

e. Ruang Azzahra 1 memiliki jadwal rutin untuk melakukan supervisi pada

setiap perawat yang dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan Kepala Ruangan

sebagai coordinator atau yang mensupervisi. Supervisi yang dilakukan yaitu

mengenai beberapa tindakan keperawatan seperti hand hygine, pemasangan

131
kateter, kumbah lambung dan lainnya yang juga ditunjang dengan adanya

instrument supervisi. Proses supervisi pada Ruangan Azzahra 1 ini

sebelumnya dilakukan kontrak jadwal sebelum supervisi, kemudian

pelaksanaan supervisi dan kemudians diberikan penilaian dan selanjutnya

kepala ruangan memanggil perawat yang disupervisi tersebut untuk

membahas hasil dari supervisi tersebut. Kepala ruangan akan memberikan

bebrapa masukan yang mungkin diperlukan serta pujian yang sekiranya

pantas diterima oleh perawat tersebut. Dari hasil pengamatan kami pada

tanggal 12 Maret 2018 kami tidak mendapatkan tindakan supervisi.

f. Ruang Azzahra 1 penerimaan pasien baru yang dilakukan sudah bagus, baik

dan cepat. Di ruangan saat ada pasien baru, perawat dengan sendirinya

membagi tugas yaitu melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, kemudian

perawat melakukan pengkajian serta mengorientasi ruangan pada keluarga

pasien, manfaat gelang identitas sebagai tanda pengenal pasien, dan

pemberian stiker kuning, merah yang ditempel pada gelang pasien atau bed

pasien. Selain itu perawat tidak memberikan edukasi tentang cuci tangan pada

pasien atau keluarga.

g. Hasil pengkajian dan wawancara, di ruang Azzahra 1 melakukan discharge

planning dari pasien datang sampai pasien akan pulang. Ruangan Azzahra 1

sudah memiliki format khusus tentang discharge planning. Dalam pemberian

HE (Health Education) pada waktu pasien pulang diberikan pada pasien atau

keluarga pasien masih kurang, perawat hanya memberitahu waktu kontrol dan

pemberian obat saja kepada keluarga pasien, tanpa adanya leaflet dan perawat

hanya menyampaikan dengan lisan. Pemberian leaflet itu sebenarnya sangat

132
penting karena nanti saat dirumah pasien bisa melihat kembali leaflet jika

pasien lupa dengan informasi yang diberikan perawat.

h. Di ruang Azzahra 1 sistem pendokumentasian menggunakan sistem tulis

tangan dan setiap selesai pendokumentasian perawat memberi tanda tangan

pada laporan yang di tulis. Pendokumentasian menggunakan sistem SOR

(Sources Oriented Record) yang dimodifikasi. Untuk penulisan laporan ruang

Azzahra 1 menggunakan sisitem komunikasi SBAR (Situation, Background,

Assesment, Recomendation), begitu juga dalam proses timbang terima dalam

ruangan Azzahra 1 menggunakan dokumentasi SBAR.

4. M4-Money
Di ruang Azzara 1 belum ada Koperasi khusus. Sistem pengelolaan di ruang

Azzara 1 dan selama ini mengikuti pengelolaan keuangan Rumah Sakit.

5. M5-Market

Perawat di ruang Azzara l tidak memiliki tugas khusus sebagai tim marketing

untuk mencari konsumen. Hasil pengkajian tentang kepuasan pelayanan

pasien, didapatkan sebesar 76,9% pasien menyatakan puas dengan

pelayanan ruangan dan 23,1% menyatakan pelayanan kurang puas.

6. M6-Machine

Di ruangan Azzara 1 untuk penyediaan alat-alat canggih tidak ada, ruangan

hanya memiliki alat-alat standart dalam ruangan antara lain nebulizer, suction

portable, EKG, syringe pump.

BAB 4
RENCANA TINDAKAN

133
A. POA (Plan Of Action)
1. Prioritas Masalah
Prioritas masalah di Ruang Azzahra 1 dapat dilakukan dengan memperhatikan
aspek :
a. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah tersebut
(magnitude)
b. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (severity)
c. Bisa dipecahkan (manageability)
d. Nursing concern
e. Ketersediaan sumber daya (affordability)
Nilai yang diberikan dari aspek 1 sampai 5 (nilai 1 = sangat sedikit, nilai 2
= sedikit, nilai 3 = cukup, nilai 4 = besar, nilai 5 = sangat besar)
Tabel 4.1 prioritas masalah di Ruang Azzahra 1.
M Total
No. Masalah Mg Sv Nc Af Prioritas
n score
1. (M1- Man) Jenis ketenagakerjaan di 3 3 2 1 2 11 VIII
ruang Azzahra 1 lebih banyak
perawat D3 dari pada S1

2. (M2 – Material) Di ruang Azzahra 3 3 2 1 2 11 IX


1 sudah memenuhi standar ruangan
pada umumnya
3. (M3 – Method) 4 4 1 2 3 14 IV
- Penerapan MAKP
Metode keperawatan yang
digunakan diruangan Azzahra 1
adalah metode tim. Perawat
mengatakan dalam penerapan sehari
– hari sudah di jalankan dimana
setiap shift terdapat penanggung
jawab dilanjutkan dengan perawat
pelaksana 4 4 3 5 4 20
- Sentralisasi obat
Diruang Azzahra1 meggunakan
format UDD (Unit dose dispansing)
Perawat memberikan obat injeksi
maupun oral perawat langsung
meminta tanda tangan persetujuan
kepada pasien atau keluarga bukti
obat sudah diberikan.

134
- Supervisi 4 4 5 3 4 20
Pelaksanaan supervisi di ruangan
Azzahra 1 rutin dilakukan 1bulan
sekali dengan karu sebagai
coordinator dan hanya dilakukan
diruangan. 5 3 2 3 3 16
- Timbang Terima
Menurut hasil pengamatan timbang
terima diruang Azzahra 1 dilakukan
di nurse station. Dari segi alur
timbang terima di Azzahra 1 tidak
sesuai dengan teori, yaitu kedua
shift dalam keadaan siap (shift yang
mengoperkan hanya penanggung
jawab, sedangkan untuk PA tetap di
meja pelayanan 4 3 5 5 4 21
- Discharge Planning
Menurut hasil pengamatan Pada
saat pasien pulang perawat hanya
memberi tahu waktu control serta
obat pulang tanpa adanya leaflet
dan perawat hanya menyampaikan
dengan lisan 3 3 1 3 4 14
- Ronde Keperawatan
keperawatan diruang Azzahra 1
tidak pernah dilakukan. 3 3 2 4 3 15
- Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan yang
diterapkan di ruang Shofa Marwah
menggunakan pola S-O-A-P dan
saat perawat melakukan
komunikasi dengan tenaga medis
lain baik via Whatsapp atau via
telfon perawat mendokumentasikan
menggunakan sistem SBAR
4 M4 (Money) 3 3 1 1 1 9 IX
Lamanya biaya klaim BPJS dari
Rumah Sakit
5 M5 (Marketing) 4 2 2 1 1 10 X
Perawat bukan sebagai tim pencari
konsumen, lebih dari 50% pasien
mengatakan puas pada pelayanan
ruangan azzahra 1
6 M6 (Machine) 3 3 1 1 1 10 XI
Di ruang azzahra 1 sebagian besar
alat yang digunakan dalam laik
pakai tetapi tidak memiliki alat
canggih

135
B. Cara Pemecahan Masalah
Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = M)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitifitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Biaya (Cost = C)
Nilai yang diberikan pada aspek 1 sampai 5 (nilai 1 = sangat kurang
penting, nilai 2 = kurang penting, nilai 3 = cukup penting, nilai 4 = penting
dan nilai 5 = sangat penting)
Tabel 4.2 Alternatif penyelesaian masalah di Ruang Azzahra 1.
Alternatif penyelesaian Efektivitas Efisiensi Total
No. Prioritas
masalah M I V C MxIxV/C
1. M1-Man
Analisa Masalah
Di Ruang Azzahra 1
masih kurang tenaga
perawat professional
dimana sebagian besar (13
orang) masih lulusan D3
Keperawatan.

Pemecahan Masalah
Perlu peningkatan 4 4 2 4 4x4x2/4 III
kualifikasi pendidikan = 16
untuk tenaga keperawatan
2. M2-Material
Analisa Masalah
Di Ruang Azzahra 1
sarana dan pra sarana
sudah memadai, namun
dalam pemeliharaan dan
perawatan belum
maksimal. Terdapat
beberapa alat yang rusak
belum dilakukan
perbaikan.

Pemecahan Masalah
Memberikan usulan untuk 5 4 3 3 5x4x3/3 II
dilakukan pengecekan alat = 20
secara berkala.
3. Penerimaan pasien baru

136
Analisa Masalah
Di Ruang Azzahra 1
dalam mengkaji pasien
baru tidak dilakukan
pemeriksaan head to toe
sesuai apa yang ada di
dalam format pengkajian.

Pemecahan Masalah
Dilakukan supervisi secara 5 5 3 3 5x5x3/3 I
berkala agar perawat = 25
melakukan pemeriksaan
head to toe sesuai dengan
format pengkajian yang
ada.
4. Sentralisasi obat
Analisa Masalah
Di Ruang Azzahra 1 saat
memberikan obat kepada
pasien tidak dijelaskan
nama obat, rincian
jumlahnya, dan efek
samping obat yang
diterima.

Pemecahan Masalah
Perawat diberi arahan 3 3 2 2 3x3x2/2 V
untuk memberitahu =9
kepada pasien nama obat,
dosis obat yang akan
diminum sesuai dengan
kriteria 5B+1S agar pasien
memahami dan tidak
terjadi kesalahan dalam
pemberian obat.
5. M4-Money
Analisa Masalah
Di Ruang Azzahra 1
belum ada koperasi
khusus. Sistem
pengelolaan di Ruang
Azzahra 1 selama ini
mengikuti sistem
pengelolaan rumah sakit.

Pemecahan Masalah
Dibuat koperasi khusus 2 2 2 2 2x2x2/2 VII
untuk ruangan. =4

137
6. M5-Marketing
Analisa Masalah
Di Ruang Azzahra 1
perawat tidak memiliki
tugas khusus sebagai tim
marketing untuk mencari
konsumen.

Pemecahan Masalah
Dibentuk tim marketing 2 2 2 1 2x2x2/1 VI
khusus untuk bagian =6
pemasaran.
7. M6-Machine
Analisa Masalah
Di Ruang Azzahra 1
jumlah alat yang tersedia
belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan
sesuai dengan jumlah
pasien.

Pemecahan Masalah
Mengusulkan untuk 5 4 3 5 5x4x3/5 IV
penambahan jumlah alat = 12
yang sudah ada.

138
Tabel 4.3 Plan of Action (POA)
Indikator / Target Peanggun
No. Masalah Tujuan Program Kegiatan Waktu
keberhasilan g jawab
1. M3 - Penerimaan Paien Proses 1. Membuat Kartu Sehat yang Semua perawat Semua
Baru. penerimaan berisi tentang kondisi pasien mampu melakukan mahasiswa
Di ruangan Azzara 1 sudah pasien baru sampai dengan orientasi penerimaan pasien yang
dilakukan penerimaan terlaksana ruangan baru dengan optimal praktik
pasien baru, tetapi masih secara optimal 2. Membuat leaflet masalah manajemen
banyak hal yang belum keperawatan yang sering sesuai
dilakukan seperti tidak terjadi di ruangan perannya
dilakukannya orientasi 3. Melaksanakan penerimaan masing-
ruangan kepada pasien dan pasien baru bersama dengan masing
keluarga, pasien baru tidak perawat ruangan
diperkenalkan dengan 4. Menjelaskan hal-hal yang
pasien yang sekamar (bila dibutuhkan pada penerimaan
ada), dan tidak dilakukan pasien baru
pemeriksaan head to toe
sesuai apa yang ada di
dalam format pengkajian.
2. M3 – Sentralisasi obat Sentralisasi 1. Menyusun proposal 1. Seluruh obat klien Semua
Di Ruang Azzahra 1 saat obat sentralisasi obat. sudah mahasiswa
memberikan obat kepada dilaksanakan 2. Menentukan penanggung tersentralisasi yang
pasien tidak dijelaskan secara optimal jawab sentralisasi obat. dengan baik praktik
nama obat, rincian 3. Melaksanankan sentralisasi 2. Sentralisasi obat manajemen
jumlahnya, dan efek obat klien bekerjasama dengan didokumentasikan sesuai
samping obat yang perawat, dokter, dan bagian dengan baik dan perannya
diterima. farmasi. benar. masing-
4. Mendokumentasikan hasil masing

139
pelaksanaan pengelolaan
sentralisasi obat.
5. Membuat format pencatatan
sentralisasi obat.

140

Anda mungkin juga menyukai