Anda di halaman 1dari 144

SEMINAR AWAL

PRAKTIK STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG ASTER RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH:
Kelompok Aster II B:

1. Novia Rahmawati 20231490104055


2. Trimariane 20231490104075
3. Prinawati 20231490104059
4. Riko 20231490104062
5. Selvi Indriana 20231490104066
6. Winarti 20231490104083
7. Yudetie 20231490104090

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
1. Novia Rahmawati 20231490104055
2. Trimariane 20231490104075
3. Prinawati 20231490104059
4. Riko 20231490104062
5. Selvi Indriana 20231490104066
6. Winarti 20231490104083
7. Yudetie 20231490104090
Prodi : Profesi Ners
Judul Praktik Kegiatan Manajemen Keperawatan Di Ruangan Aster RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya
:

Telah melaksanakan Proposal Akhir sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Menajemen Keperawatan Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTEK

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Septian Mugi Rahayu, Ners, M.Kep. Evie Eko Indiyani, S.Kep., Ners
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
Manajemen Keperawatan di Ruang Aster RSUD RS dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas State Manajemen
Keperawatan pada Program Profesi Ners. Selain itu, laporan ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada
waktu yang akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Proposal
Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ady Fraditha, S.Kep., Ners. selaku Plt. Direktur RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
2. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Meilitha Carolina., Ners. selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan.
4. Ibu Septian Mugi Rahayu, Ners, M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan
Desiminasi Akhir.
5. Ibu Evie Eko Indiyani, S.Kep., Ners. Selaku pembimbing klinik yang telah
banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan Diseminasi
Awal ini
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam pelaksanaan penulisan Diseminasi Awal ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Diseminasi Awal ini masih jauh
dari sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak.
Palangka Raya, 2024.
Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkret
dalam pelaksanaannya. Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di
Rumah Sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan
untuk pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar
individu, pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan
keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab, dan
bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan
standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. Manajemen
Asuhan Keperawatan Profesional merupakan suatu praktek keperawatan yang
sesuai dengan kaidah ilmu menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang manajemen asuhan keperawatan
profesional adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di
ruang manajemen asuhan keperawatan profesional adalah kegiatan perencanaan
yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang model asuhan keperawatan
profesional mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim (perawat
pelaksana), dalam menerapkan praktek keperawatan profesional karena bisa
memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien namun karena
berbagai kendala terutama reward yang belum didapatkan dan dirasakan oleh
perawat.
Pelayanan keperawatan yang diberikan model asuhan keperawatan
profesional memiliki pedoman dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan
bukan atas dasar kehendak perawat sendiri dimana pelayanan yang diberikan
disesuaikan dengan masalah pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan
dapat efektif dan efisien sesuai sasaran masalah yang terjadi pada pasien, asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual jadi meliputi segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik dari
kesehatan fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun
keagamaannya.
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas
pelayanan ditatanan pelayanan di rumah sakit (Nursallam, 2011). Perawat sebagai
profesi yang mempunyai kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
selama 24 jam secara berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga maupun
profesi atau tenaga kesehatan yang lain. Manajemen diperlukan guna tercapainya
pelayanan keperawatan berkualitas. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan
yang berkualitas, pengelolaan pelayanan keperawatan haruslah mendapat
perhatian secara menyeluruh. Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan
pelayanan di rumah sakit dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
haruslah dapat dikelola secara efektif dan efisien dengan menggunakan proses
manajemen, khususnya manajemen keperawatan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kami mencoba menerapkan kembali
MAKP sesuai standar di Ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
MAKP yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan diruangan akan
melaksanakan role play yang meliputi supervisi, ronde keperawatan, timbang
terima, sentralisasi obat, dan dokumentasi dengan melibatkan perawat ruangan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilaksanakannya praktik penerapan MAKP, mahasiswa mampu
mengerti, memahami serta menerapkan konsep teori model pemberian asuhan
keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip MAKP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Dengan melaksanakan kegiatan program profesi Ners pada stase
Manajemen Keperawatan, mahasiswa mampu:
1. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan
2. Mampu mengumpulkan data tentang ketenagaan, pasien, model pemberian
asuhan keperawatan, dan dokumentasi.
3. Mampu menganalisis data dengan pendekatan SWOT
4. Mampu menyusun rencana strategis berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional.
5. Mampu melaksanakan penerapan model prima: bermain peran, overran,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervise dan evaluasi kepuasan
pasien.
6. Evaluasi keperawatan
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan Model
Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional yang diaplikasikan.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan
penerapan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional.
4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan professional
1.3.2 Bagi Perawat Ruangan
1. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan Manajemen
Asuhan Keperawatan Profesional.
2. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
3. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
4. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga
1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan Model Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional Tim.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manejemen dapat di definisikan sebagai suatu proses koordinasi dan
intergrasi sumber daya keperawatan dengan menerapakan proses manajamen
untik mecapai perawatan, tujuan pelayanan dan objektif. (Nursalam 2014)
Manajemen keperawatan adalah suatau tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber
daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008).
Munijaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya Yaitu efisien dalam femamfaatan
sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan rasioanal dalam pengambilan keputusan manajerial.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena
manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat
manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode
yang berkaitan pada institusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya,
termasuk setiap unit.Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujaun dari
institusi tetap dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi
atau tujauan devisi keperawatan.Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat
manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelyanan
keperawatan (Swanburg, 2000).
Menurut swanbrurg (2000), keterampilan manajemen dapat di klasifikasikan
dalam tiga tingkat yaitu:
1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori,
keterampilan berfikir.
2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau tekni.
3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam
berinteraksi dalam individu ataun kelompok.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
Pada fungsi manajemen keperawatan terhadap beberapa elemen utama yaitu
Planning (Perencanaan), Organisasi (Pengorganisasian), Staffing (Kepegawaian),
Directing (Pengarahan), Controling (Pengendalian/Evaluasi).
2.1.2.1 Planning (Perencanaan)
Fungsi Planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manaejemen, oleh karena fungsi ini akan menetukan fungsi manajemen
lainnya. Menurut Muninjayqa, (1999) fungsi perencanaan merupakan
lanadasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi
perencanaan tidak mungkin fungsi mkanajemen lainnya akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang
secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan di jalankan, siapa
yang akan melekukan, dan kapan akan di lakukan. Perencanaan merupakan
tuntuna terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Swaburg (2000), mengatakan bahwa Planning adalah memutuskan seberapa
luas akan di lakukan, bagaiman melakukan dan siapa yang melakukannya.
Di bidang kesehatan perencanaan dapat di definisikan sebagai proses
untuk menumbuhkan merumuskan masalah-masalah kesehatan di amsyarakat
menetukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan tersebut.
1) Tujuan perencanaan
(1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
(2) Agar penggunaan dan fasilitas tersedia lebih efektif
(3) Membatu dalam koping individu dengan situasi kritis
(4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
(5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang
(6) Dapat di gunakan untuk menentukan kebutuhan untuk berubah
(7) Penting untuk melakukan yang lebih efektif
2) Tahap dalam perencanaan
(1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektip
(2) Analisa situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta
(3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prositas masalah
(4) Merumuskan tujauan program dan besarnya target yang ingin di capai
(5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program
(6) Menyusun rencana kerja operasianal (RKO)
3) Jenis perencanaan
(1) Perencanaan strategi
Perencanaan strategi merupakan suatu proses keseimbangan, proses
yaitu sistematis dalam pembuatan dan pemgambilan keputusan mas kini
dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek
perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu
untuk melaksakan keoputusan ini terhadap hasil yang di harapkan melalui
mekanisme umpan balik yang dapat di percaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang
langka, termasuk uang dan waktu, dan mengatur pekerjaan devisi
keperawatan.
(2) Perencanaan operasional
Perencanaan operasional mengraikan aktivitas dan prosedur yang akan
di gunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menetukan
siapa orang-orang yang bertanggungjawab untuk setiap aktivitas dan
prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-oraang untuk bekerja dan
juga standar untuk mengevakuasi perawat pasien. Di dalam perencanaan
operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali
pakai.Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di
dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standar prosedur
operasional dan peraturan.Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari
program dan proyek.
(3) Manfaat perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c) Memudahkan kordinasi
d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
e) Membantu penempatan tanggung jawab lebih cepat
f) Membantu tujuan lebih khusus, lebih rinci dan mudah di pahami
g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak passti
h) Menghemat waktu dan dana
(4) Keuntungan perencanaan
a) Mengurangi aatau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif
b) Dapat di pakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang di capai
c) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajmen lainnya terutama
fungsi keperawatan
d) Memodifikasi gaya manajemen
e) Fleksibelitas dalam pengambilan keputusan
(5) Kelemahan perencanaan
a) Perencanaan mempunyai keterbatsan dalam hal ketepatan informasi
dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
b) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
c) Perencanaan mempunyai hambtan psikologis
d) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
e) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu di
ambil
2.1.2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisaian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan
dan mengatut berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang
beraspek personil, finansial, materila dan tata cara dalam rangka dalam mencapai
tujuan yang telah di tetapkan (Muninjaya, 1999). Berdasrkan penjelasan tersebut,
organisasi dapat di pandang sebagai rangkian aktivitas menyusun suatu kerangka
yang menjadi wadah bagi setiap kegiatan usaha kerja sama dengan jalan
membagikan dan mengelompokkan pekerjaan yang harus di laksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
1) Manfaat pengorganisasian
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasian tersebut
melalui kegiatan yang di lakukannya
c) Pendelegasian wewenang
d) Pemafaatan staff dan fsilitas fisk
2) Langkah pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus di pahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan
c) Menggolongkan kegiatan pokok dalam suatu satuan-satuan kegiatan yang
praktis
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus di laksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang di perlukan
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f) Mendelegasikan wewenang
3) Staffing (kepegawaian)
Merupakan metologi pengaturan staf, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang di terapkan untuk menentukan jumlah personil suatu
organisasi yang di butuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses
pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem
kontrol penjadwalan, dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK).
SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien. Karateristik dan
kebutuhan perawat pasien, pikiran suplay tenaga perawat yang di
perlukan.Logistik dari pada program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi
kualitas perawatan yang di berikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang
mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Kebutuhan khusus
individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah rest, obat-obatan dan
pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas personil perawat yang di perlukan akan mempengaruhi penempatan
mereka.
Pengaturan staf juga di pengaruhi oleh organisasi devisi keperawatan.
Rencana harus di tinjau ulang dan di perbaharui umtuk mengatur depertemen
bereporasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi, dan
objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan
prosedur tertulis, pengmbangan program staff efektif, dan evaluasi periodik
terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffling adalah prinsip
rektrumen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi
pasien pengekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi
Untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.Tujuan
orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri
pada situasi baru.Produktivitas meningkatkan karena lebih sedikit orang yang
dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus
merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar
untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal
modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang
biasa.
4) Directing (pengarahan)
Pengarahan adalah sehubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat dipahami dan
membagi pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang
nyata.Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen.Menurut stokdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah
suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya
dan menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000)
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses persuasi dan memberi
contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompok untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manager yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu
untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan
(memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok
organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000) terdapat beberapa macam
gaya kepemimpnan yaitu:
1) Aotokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri.Mereka lebih cenderung
menyelesaikan tugas daripada memperhatikan kariawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
2) Demokrasi
Pemimpinkan bawahanya dalam proses pengambilan keputusan mereka
berorientasi pada bawahan danmenitikberatkan pada hubungan antara manusia
dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokrasi meningkatkan produktivitas dan
keputusan kerja.
3) Laisse faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staf.Pemimpin tersebut membantu kebebasan
pada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang.Hal ini dapat
mengakibatkan produktifitas rendah dan kariawan frustasi.
Manejer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku
yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
profesional dan tenaga perawat lainnya.Perilaku ini termasuk promosi autonomi,
membuat keputusan dan manajemen partisivasi oleh perawat profesional.
e. Controlling ( pengendalian/evaluasi )
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controling) merupakan fungsi yang
terakhir dalam proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi
lainya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi
sesuai dengan rencana yang di tetapkan/disepakati, intruksi yang telah di
keluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki ( Fayol, 1998 ).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standaryang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencampaian tujuan perusahaan
( Mockler, 2002 ).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati instruksi yang diberikan,
serta prinsip-prinsip yang telah dilakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang
manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan prinsif sebagai berikut:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur, menempati jam kerja.
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
3) Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komintmen
terhadap kegiatan program.
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk menyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta
alat untuk memperbaiki kinerja .
5) Terdapat 10 karakteristik suatu sistem kontrol yang baik:
a) Harus menunjukan sifat dari aktivitas
b) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c) Harus memandang ke depan
d) Harus menunjukan penerimaan pada titik kritis
e) Harus objektif
f) Harus fleksibel
g) Harus menunjukan pola organisasi
h) Harus ekonomis
i) Harus mudah dimengerti
j) Harus menunjukan tindakan perbaikan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.
Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab
mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan
mingguan, dan penugasan, serta pengguanaan sumber-sumber secara efektif.
Kegiatan-kegiatan control dutujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode
pengukuran yang di gunakan untuk mengkaji mencapai tujuan-tujuan keperawatan
adalah:
1) Analisa Tugas
Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran.Hanya mengkur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa
tugas dalam keperawatan.
2) Kontrol kualitas
Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat akibat
dari pelayanan keperawatan.Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian
dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan di peroleh manfaat :
(1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standar atau rencana kerja
(2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam pelaksanaan tugas tugasnya
(3) Dapat di ketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan teleh digunakan secara benar
(4) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan
2.1.3 Prinsip dasar Manajemen Keperawatan
1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
2) Tahap perencanaan atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran,
identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi
3) Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan
keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur strategi
organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji
sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan, yang ada dan aktifitas
yang spesifik serta prioritasnya
4) Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang efektif
5) Manajemen keperawatan melibatkan pengmbilan keputusan
6) Manajemen keperawatan harus terorganisasi
7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
8) Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan diberikan persamaan pandangan arah dan
pengertian di antara pegawai dalam suatu tatanan organisasi
9) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
2.1.4 Komponen manajemen Keperawatan
1) Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas.
2) Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses
merupakan kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga
mempengaruhi hasil yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
3) Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan
staf, serta kegiatan penelitian untuk menindak lanjuti hasil atau keluaran.
4) Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Kontrol dalam manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
5) Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui
laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.

2.2 Sumber Daya Manusia (M1/ MAN)


2.2.1 Umur
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinan keluar
dari pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan lain. Disamping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah
bekerja lebih lama, memperoleh gajih yang lebih besar dan berbagai keuntungan
lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas di percaya menurun
dengan bertambahnya usia. hal ini disebabkan karena keterampilan keterampilan
fisiknya sudah mulai menurun tetapi produktivitas seseorang tidak hanya
tergantung pada keterampilan fisik serupa itu. Karyawan yang bertambah tua, bisa
meningkat produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam
mengambil keputusan (Nursalam 2014).
2.2.2 Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan pendapat-
pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria
ketika bekerja. Misalnya ada/tidaknya perbedaan yang konsisten pria-wanita
dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan, analisis, dorongan,
motivasi, sosialbilitas atau kemampuan bekerja (Robbins, 2001).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktivitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tetapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja darai pada laki-laki (Anonim, 2005). Alasan yang
paling logis adalah karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab
urusan rumah tangga dan keluarga.Bila ada anggota keluarga yang sakit atau
urusan sosial seperti kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak
sering tidak masuk kerja.
2.2.3 Masa kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas.meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa di telusuri dari prestasi
kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat di ambil kesimpulan yang
meyakinkan antara dua variabel tersebut.Hasil riset menunjukkan bahwa suatu
hubungan yang positifantara senioritas dan produktivitas pekerjaan.Masa kerja
yang di ekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi peramal yang
baik terhadap produktivitas kariyawan.Studi juga menunjukkan senioritas
berkaitan negatif dengan kemangkiran.Masa kerja hubungan negatif dengan
keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal tunggal paling baik
tentang luar masuknya karyawan (Mangkunegara, 2003).
2.2.4 Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan didalam tumbuhnya anak anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keslamatan
dan kebahagian yang setinggi tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan
sumber daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam
hubungan interpersonal.Sebagian besar pendidikan parawat adalah vokasional (D3
Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners.Tetapi bila ingin menjadi
perawat vokasional (Primary Nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan / akademi
keperawatan.Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3
keperawatan atau langsung ke S1 keperawatan dan Ners.Dari pendidikan S1 dan
Ners baru ke Magister keperawatan/spesialis dan Doktor/konsultan.
2.2.5 Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak
dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumber daya manusia, yang di
dalamnya terjadi proses perencanaan penempatan, dan pengembangan tenaga
manusia. Dalam proses pengembangannya di upayakan agar sumber daya manusia
dapat di berdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat juga menyatakan bahwa ‘’pelatihan adalah suatu bagian
pendidikna yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku,dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha
untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingka laku dan pengetahuan,
sesuai dengan keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang
bersangkutan.Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang
lebih luas dan tidak terbatas semata mata hanya untuk mengembangkan
keterampilan dan bimbingan saja.Pelatihan di berikan dengan harapan individu
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti
pelatihan dengan baik biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak
dan baik pula dari pada individu yang tidak mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih di tekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian / keterampilan (Skill), pengalaman, dan sikap peserta
pelatihan tentang bagaimana pelaksanaan aktivitas atau pekerjaan tertentu hal ini
sejalan dengan pendapat Henry Simamora yang menjelaskan bahwa latihan
merupakan serangkaian aktivitas yang di rancang untuk meningkatkan keahlian,
pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seseorang individu atau
kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.
1.2.6 Bed Occuption Rate (BOR)
BOR adalah indikator tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rumah
sakit. Rumus untuk mencari BOR adalah sebagai berikut:
Jumlah pasien
BOR/hari = x 100 %
TT
Jumlah pasien dalam30 hari
BOR/bulan = x 100 %
TTx 30 hari
Jumlah pasien dalam1 tahun
BOR/tahun = x 100 %
TTx 365 hari
1.2.7 Kebutuhan Tenaga Keperawatan
a. Metode Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga
keperawatan di satu unit perawatan adalagh sebagai berikut :

A x B xC F
= =H
( C−D ) x E G
Keterangan:
A = Rata-rata jumlah perawatan/ pasien/ hari
B = Rata-rata jumlah pasien / hari
C = Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
pelayanan, yaitu:
1. Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh
perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan
fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan
dalam empat kelompok, yaitu self care, partial care, total care
dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan
keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari
sedangkan untuk:
a. Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
b. Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
c. Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
d. Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
2. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan,
melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha
Detroit (Gillies, 1989) = 38 menit/pasien/hari, sedangkan
menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989) = 60 menit/pasien/hari
dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60
menit/ pasien (Gillies, 1994).
3. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi
aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/pasien/hari.
b. Metode Douglass
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan
Metode Douglas (1984).
Tabel 2.1. Tingkat Ketergantungan Pasien
No. Klasifikasi dan Kriteria
1. Minimal Care (1-2 jam)
- Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian
dan minum.
- Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
- Observasi Tanda vital setiap shift.
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
- Persiapan prosedur pengobatan.
2. Parsial Care (3-4 jam)
- Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi
- Observasi tanda vital tiap 4 jam
- Pengobatan lebih dari 1 kali
- Pakai foley kateter
- Pasang infuse, intake out-put dicatat
- Pengobatan perlu prosedur
3. Total Care (5-6 jam)
- Dibantu segala sesuatunya
- Posisi diatur
- Observasi tanda vital tiap 2 jam
- Pakai NG tube
- Terapi intravena, pakai suction
- 6. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar

KLASIFIKASI PASIEN
Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
c. Metode DEPKES
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan
menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI
(2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-
masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan adalah tingkat
ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus, rata-rata pasien per
hari, jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien, jam perawatan
yang diperlukan/ruanagan/hari dan jam kerja efektif tiap perawat atau
bidan 7 jam per hari.
Contoh Perhitungan:
Rata-rata Jumlah jam
Jumlah jam
jumlah perawatan
No. Kategori* perawat/
pasien/har ruangan/ hari (c x
hari**
i d)
A B C d E
1 Askep Minimal 7 2,00 14,00
2 Askep sedang 7 3,08 21,56
3 Askep agak berat 11 4,15 45,65
4 Askep maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37
Keterangan:
* : Uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : Berdasarkan penelitian di luar negeri
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah jam perawatan ruangan /hari 87 , 37
= =12 ,5 perawat
Jam kerja efektif perawat 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor
koreksi) dengan:
 Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
( Jumlah hari minggu dalam setahun+cuti+ hari besar) x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
(52+12+14) x 12 , 5
=3 , 4
286
Perawat yang mengerjakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing
jobs) Seperti membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan,
kebersihan alat-alat makan pasien, dan lain-lain. Diperkirakan 25% dari
jam pelayanan keperawatan.
( Jumlahtenaga perawat +loss day ) x 25 %=( 12 , 5+3 , 4 ) x 25 %=3 , 9
Jadi, jumlah tenaga yang diperlukan = Tenaga yang tersedia + Faktor
koreksi
= 12,5+3,4+3,9=19,8
(dibulatkan jadi 20 orang perawat)

2.3 Sarana dan Prasarana (M2)


Sarana adalah segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselanggaranya suatu proses (Usaha,
pembangunan, proyek). Untuk lebih membedakan keduanya, sarana lebih di
tunjukkan untuk benda benda yang bergerak seperti computer dan mesin mesin
sedangkan prasarana lebih di tunjukkan untuk benda benda yang tidak bergerak
seperti gedung.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dan bahan
untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses produksi. Prasarana adalah
segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselanggaranya produksi.
2.3.1 Ruang Lingkup sarana dan Prasarana
1) Peralatan/ perlengkapan yang berbentuk lembaran
Peralatan/ perlengkapan yang berbentuk lembaran/ helayan, yaitu
kertas HVS, kertas polio bergaris, kertas karbon, kertas stensil, formulir,
kertas berkop, plastik transfaran, kertas karton, kertas buffalo, amplop dan
map.
2) Peralatan/ perlengkapan berbentuk non lembaran
Peralatan atau perlengkapan yang berbentuk non lembaran (bukan
berupa kertas lembaran), yaitu pulpen, pensil, spidol, penghapus, penggaris,
rautan, gunting, pemotong kertas (Cutter), pembuka surat (Letter Opener),
pelubang kertas dll.
3) Peralatan / perlengkapan berbentuk buku
Peralatan / perlengkapan yang berbentuk buku, antara lain :
a) Buku catatan (block note), yaitu buku untuk menulis catatan harian
sekretaris.
b) Buku pedoman organisasi, yaitu buku panduan tentang informasi yang
berkaitan dengan organisasi, mulai sejarah, struktur, produk dan jasa,
hingga prosedur kerja.
c) Buku agenda surat, yaitu buku yang mencatat keluar masuknya surat
sehari hari.

4) Peralatan/ perlengkapan kantor di lihat dari penggunaaannya:


a) Barang habis pakai
Barang habis pakai adalah barang / benda kantor yang penggunaannya
hanya satu / beberapa kali pakai atau tidak tahan lama. Contoh : kertas,
tinta, karbon, klip, pensil dan pulpen.
b) Barang tidak habis pakai
Barang yang tidak habis pakai adalah barang / benda kantor yang
penggunaannya tahan lama. Contoh : staples, perforator, cutter, dan
gunting.
Tabel 2.2.
Standar Keperawatan Dan Kebidanan Di Ruang Rawat Inap
Menurut DEPKES (2001)
No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Tensi meter 2/ruangan
2 Stetoskop 2/ruangan
3 Timbangan BB/TB 1/ruangan
4 Irigator set 2/ruangan
5 Sterilisator 1/ruangan
6 Tabung oksigen + flow meter 2/ruangan
7 Slym Zuiger 2/ruangan
8 V C set 2/ruangan
9 Gunting verband 2/ruangan
10 Korentang dan semptung 2 /ruangan
11 Bak instrument besar 2/ruangan
12 Bak instrument sedang 2/ruangan
13 Bak instrument keci 2/ruangan
14 Blas spuit 2/ruangan
15 Gliserin spuit 2/ruangan
16 Bengkok 2/ruangan
17 Pispot 1: ½
18 Urinal 1: ½
19 Set angka jahitan 1: ½
20 Set ganti balutan 5/ruangan
21 Thermometer 5/ruangan
22 Standar infuse 1:1
23 Eskap 1: ¼
24 Masker O2 2/ruangan
25 Nasal kateter 2/ruangan
26 Reflek hamer 2/ruangan

Tabel 2.3. Alat Tenun Menurut DEPKES (2001)


No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Gurita 1: 1 ½
2 Gordyn 1:2
3 Kimono/ baju besar 1:5
4 Sprei besat 1:5
5 Manset dewasa 1: ¼
6 Manset anak 1: 1/3
7 Mitela/ topi 1: 1/3
8 Penutup sprei 1:5
9 Piyama 1:5
10 Selimut wool 1:1
11 Selimut biasa 1:5
12 Selimut anak 1:6-8
13 Sprei kecil 1:6-8
14 Sarung bantal 1: 6
15 Sarung guling 1:3
16 Sarung kasur 1:1
17 Sarung buli-buli panas 1: ¼
18 Sarung eskap 1: ¼
19 Sarung windring 1: 1/10
20 Sarung O2 1: 1/3
21 Taplak meja pasien 1:3
22 Taplak meja teras 1:3
23 Vitrase 1:2
24 Tutup alat 1:2
25 Steek laken 1:6-8
26 Handuk 1:3
27 Waslap 1:5
28 Banak short 1: ½
29 Gurita dewasa 1: ½
No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
30 Handuk fontanin 1: 1/5
31 Lap piring 1: ¼
32 Lap kerja 1: ½
33 Masker 1: ½
34 Popok bayi 1:15
35 Baju bayi 1:8
36 Duk 1: 1/3
37 Duk bolong 1: 1/3

Tabel 2.5. Alat Rumah Tangga Menurut DEPKES (2001)


No. Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Kursi roda 2-3/ruangan
2 Komot 1/ruangan
3 Lemari obat emergency 1/ruangan
4 Light cast 1/ruangan
5 Meja pasien 1:1
6 Over bed table 1:1
7 Standard infuse 2-3/ruangan
8 Standard Waskom double 4-6/ruangan
9 Waskom mandi 8-12/ruangan
10 Lampu sorot 1/ruangan
11 Lampu senter 1-2/ruangan
12 Lampu kunci duplikat 1/ruangan
13 Nampan 2-3/ruangan
14 Tempat tidur fungsional 1:1ruangan
15 Tempat tidur biasa 1:1/2 /ruangan
16 Troly obat 1/ruangan
17 Troly balut 1/ruangan
18 Troly pispot 1/ruangan
19 Troly suntik 1/ruangan
20 Timbangan BB/TB 1/ruangan
21 Timbangan bayi 1/ruangan
22 Dorongan O2 1/ruangan
23 Plato/ piring makan 1:1/ruangan
24 Piring snack 1:1/ruangan
25 Gelas 1:2/ruangan
26 Tatakan dan tuutp gelas 1:2/ruangan
27 Sendok 1:2/ruangan
28 Garpu 1:2/ruangan
29 Kran air 1:1/ruangan
30 Baki 5/ruangan
31 Tempat sampah pasien 1:1/ruangan
32 Tempat sampah besar tertutup 4/ruangan
33 Senter 2/ruangan

Tabel 2.6 Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat Inap


Menurut DEPKES (2001)
No. Nama Barang Ratio Pasien: Alat
1 Formulirpengkajian awal 1:1
2 Formulirrencana keperawatan 1:5
3 Formulircatatan perkembangan pasien 1:10
4 Formulirobservasi 1:10
5 Formulirresume keperawatan 1:1
6 Formulircatatan pengobatan 1:10
7 Formulirmedik lengkap 1:1
8 Formulirlaboratorium lengkap 1:3
9 Formulirrontgen 1:2
10 Formulirpermintaan darah 1:1
11 Formulirketerangan kematian 5 lambar /bulan
12 Resep 10 buku / bulan
13 Formulir konsul 1;5
14 Formulir permintaan makanan 1:1
15 Formulir permintaan obat 1:1
16 Buku ekspidisi 10 / ruangan / tahun
17 Buku register pasien 4 / ruangan / tahun
18 Buku folio 4/ ruangan / tahun
19 White board 1/ ruangan
20 Perforator 1/ruangan
21 Steples 2/ ruangan
22 Pensil 5/ ruangan
23 Pensil merah biru 2/ ruangan
24 Spidol White board 6/ ruangan

2.4 M3 Metode Asuhan Keperawatan


2.4.1 Penerapan MAKP
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu model praktek
keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh terhadap
asuhan keperawatan yang di berikan kepada pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar Rumah Sakit.Model ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan keperawatan dan pelaksana asuhan
keperawatan selama pasien di rawat.Model ini di tandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang di tugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan kordinasi asuhan keperawatan selama pasien
di rawat.Konsep dasar dan model ini adalah tanggung jawab dan tanggung gugat.
Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing. Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menompang pemberian asuhan tersebut menurut (Hoffart & Woods, 1996).
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP di RSUPN Cipto
Mangunkusumo sejak 1996, dan masukan dari berbagai pihak telah dipikirkan
untuk mengembangkan suatu MPKP, sebagai transisi menuju model PKP yang
disebut model praktek keperawatan professional pemula (PKPP). Disamping itu
sehubungan dengan adanya pola pengembangan pendidikan tinggi keperawatan
antara lain rencana pembukaan pendidikan spesialis keperawatan, maka perlu
dipikirkan pemanfaatan tenaga ini nantinya di klinik. Oleh karena itu
direncanakan terdapat beberapa jenis MPKP, yaitu:
- Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan MPKP III dapat diberikan asuhan keperawatan
professional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan dokter dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaat hasil-hasil
riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini, akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat II. Pada ketenagan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan
kepada perawat primer pada area spesialisasinya. Disamping itu melakukan riset
dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Jumlah perawatan spesialis direncanakan 1 orang untuk 10 perawat primer
(1:10).
- Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model praktek keperawatan professional pemula (MPKP), merupakan tahap
awal untuk menuju MPKP. Pada model ini mampu diberikan asuhan
keperawatan professional tingkat pemula. Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan
penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Model ini
merupakan model yang akan dikembangkan secara bertahap (Developmental
model) dan telah telah diuji coba di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSUP
Persahabatan.

1) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang
lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus,
modifikasi metode tim-primer.
- Metode Fungsional (Bukan MAKP)
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode
ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah,
tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini
tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
- Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang
terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan
pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi
antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim.
Namun, komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah
ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala
ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada pasien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media
untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan
asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan
keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan
keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih
baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat
menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
Bagan 2.4.
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team Nursing

Kepala Ruangan

Perawat Primer Perawat Primer

Perawat Associate Perawat Associate

Perawat Primer Perawat Primer

- Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar
metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada
otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat
primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai
tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana
keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara
perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan
pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan
yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi
- Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti:
isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus
per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.

Bagan 2.6.
Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing

Kepala Ruangan
Perawat Perawat Perawat

Pasien Pasien Pasien

- Metode Modifikasi Tim-Primer


Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan
keperawatan.
Adapun tugas dari Kepala Ruangan, Perawat Primer, dan Perawat Asociate
menurut MPKP Pemula adalah sebagai berikut ini:
1. Kepala Ruang Rawat
Ada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah
perawat dengan kemampuan D3 keperawatan yang berpengalaman dan pada
MPKP tingkat satu adalah perawat dengan kemampuan SKP atau Ners yang
berpengalaman. Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas
pagi.
1) Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
2) Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketrampilan ruangan.
3) Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah diruangan.
4) Bimbingan membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan
pembimbing klinik). Dalam pemberian askep diruangan, dengan
mengikuti sistim MPKP yang sudah ada.
5) Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
6) Mengorientasikan pegawai baru residen, mahasiswa kedokteran atau
keperawatan yang akan melakukan praktik diruangan.
7) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
pasien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang rawat
mengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang perawat tim yang
bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.
8) Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima set
setiap hari.
9) Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi
MPKP termasuk sikap dan tingkah laku profesional.
10) Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepasa PA
senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah pengawasan
kepala ruang rawat dan CCM.
11) Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan
diruangan.
12) Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada
diruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.
13) Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan
(bersama dengan CCM).
14) Membuat peta resiko diruangan.
2. Perawat Primer/Ketua Tim
Perawat primer (PP) pemula adalah perawat lulusan DIII kepewatan
dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada MPKP minimal 1 tahun. PP
dapat bertugas pada pagi, sore atau malam hari. Namun sebaiknya PP hanya
bertugas pada pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari, PP
akan libur beberapa hari sehingga sulit untuk menilai perkembangan pasien.
Melakukan konrak dengan pasien/keluarga pada awal masuk ruangan
sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus
menerus. Pada saat melakukan pengkajian/tindakan pada pasien/ keluarga.
1) Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian
yang sudah dilakukan oleh PP pada sore, malam atau hari libur
2) Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar
renpra sesuai dengan hasil pengkajian
3) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah tanggung
jawabnya sesuai pasien yang dirawat
4) Menetapkan PA yang bertangung jawab ada setiap pasien, setia kali giliran
jaga. Pembaggian pasien berdasarkan jumlah pasien, tingkat
ketergantungan pasien
5) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakkan
tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP
6) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
7) Membantu tindakan keperawatan yang bersikap terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
8) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
9) Melakukan kegiatan serah terima pasien dibawah tanggung jawabnya
besama PA
10) Mendamingi dr visite pasien dibawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak
ada, visite didampingi oleh PA sesuai dengan timnya
11) Melakukan evaluasi asuha keperawatan dan membuat catatan
perkembangan pasien setiap hari
12) Melakukan pertemuan dengan pasien/ keluarga minimal setiap dua hari
untuk membahas kondisi keperawatan pasien (bergantung pada kondisi
pasien)
13) Bila PP cuti /libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah
ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat atau CCM
14) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien/ keluarga
15) Membuat perencanaan pulang pasien
16) Bekerja sama denganCCM dalam mengidentifikasi isu yang memerlukan
pembuktian sehingga tercipta Evidence Based Practice (EBP)
3. Perawat Acocciate/ Perawat Pelaksana
PA pada MPK pemula atau MPKP tingkat satu, sebaiknya adalah
perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. Namun, pada beberapa
kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan, beberapa
MPKP, PA adalah perawat dengan pendidikan dengan SPK tetapi memiliki
pengalaman yang cukup lama dirumah sakit.
1) Membaca ranpra yang telah ditetakan PP
2) Membina hubungan tarapeutik dengan pasien/ keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan PP
3) Menerima pasien baru (kontrak dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi pasien/keluarga jika PP tidak ada di tempat
4) Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
5) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
6) Mengikuti visite dokter jika PP tidak ada di tempat
7) Melakukan tinadakn keperawatan pada pasiennya berdasarkan renpra
8) Membuat laporan pergantian dinas setelah selesai dinas diparaf
9) Mengkomunikasikan kepada PP /PJ dinas bila menemukan masalah yang
perlu diselesaikan
10) Berperanserta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien/keluarga yang dilakukan oleh PP
11) Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkaitan dengan timny
12) Membantu tim lainyan yang membutuhkan
13) Memberikan resep dan meneria obat dari keluarga pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP
Sedangkan menurut JCIA (Joint Comition International Acreditation) tugas
dari Kepala Ruangan, Perawat Primer, dan Perawat Asociate adalah sebagai
berikut ini:
1. Kepala Ruang Rawat
1) Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan
bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik
2) Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA
3) Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan
4) Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian
5) Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan
penelitian
6) Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan
7) Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi
tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi
tentang implementasi MPKP
8) Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberikan
masukan untuk perbaikan
9) Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian
tentang asuhan keperawatan
2. Ketua Tim
1) Bersama anggota group melaksanakan ASKEP sesuai standar
2) Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim
(group petugas ganti) mengawasi: kondisi pasien/anggota keluarga,
logistik keperawatan, administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan
penunjang, kolaborasi program pengobatan
3) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnnya
4) Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya
5) Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter
7) Membantu pelaksanaan rujukan
8) Melakukan orientasi terhadap pasien/anggota keluarga baru mengenai: tata
tertib ruangan RS, perawat yang bertugas
9) Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
10) Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning
service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang
ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan
11) Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
12) Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan ASKEP serta tenaga
keperawatan
13) Menulis laporan tim mengenai pasien/anggota keluarga dan lingkungan
3. Perawat Pelaksana
1) Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2) Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai kondisi pasien/anggota keluarga, logistik keperawatan,
administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi
program pengobatan
3) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya
4) Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya
5) Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter
7) Membantu pelaksanaaan rujukan
8) Melakukan orientasi terhadap pasien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai: tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9) Menyiapkan pasien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan
kesehatan
10) Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning
service dan peserta didik
11) Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan
12) Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
13) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan
14) Menulis laporan tim/group mengenai kondisi pasien/anggota keluarga dan
lingkungannya
15) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/anggota
keluarga/keluarga
Menurut fungsi-fungsi manajemen tugas dari Kepala Ruangan, Perawat
Primer, dan Perawat Asociate adalah sebagai berikut ini:
1. Kepala Ruangan
1) Perencanaan
a. Menunjukkan ketua TIM akan bertugas di ruangan masing-masing
b. mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang, bersama ketua TIM
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua TIM, mengatur
penugasan atau penjadwalan
e. Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan
f. Mengikuti Visite dokter untukmnegetahui kondisi,patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan Rumah Sakit
2) Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas ketua TIM dan anggota TIM secara jelas
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 3 ketua TIM,
dan ketua TIM membawahi 2-3 perawat
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuatproses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lainnya
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g. Mengatur dan mengendalikan dituasi tempat praktek
h. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di tempat kepada
ketua TIM
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien
j. Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya
k. Identifikasi masalah dan penanganannya
3) Pengarahan
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
b. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan
baik
c. Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan ASKEP pasien
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
g. Meninggkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
4) Pengawasan
a. Melalui Komunikasi
b. Mengawasi dan berkomunikasi lansung dengan ketua TIM maupun
pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien
c. Melalui Supervisi
d. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki
atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua TIM,
membacadan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laoran ketua TIM tentang pelaksanaan
tugas. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua TIM dan Audit
keperawatan.
2. Ketua TIM
1) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan pasien sejak
masuk sampai pulang
2) Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya
3) Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya
4) Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
5) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim
6) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan
keperawatan
7) Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan
8) Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu
9) Mengembangkan perencanaan pulang
10) Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
anggota tim
11) Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan
lainnya untuk membahas perkembangan kondisi pasien
12) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konfrensi
13) Mengevaluasi pemberian ASKEP dan hasil yang di capai serta
pendokumentasiannya
3. Anggota TIM
1) Menjalankan asuhan keperawatan sesuai standar
2) Membina hubungan terapeutik dengan pasien/keluarga
3) Mengikuti serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai kondisi pasien/anggota keluarga, logistic keperawatan,
administrasi rekam medik, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi
program pengobatan
4) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya
5) Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter bila Kepala Group tidak ditempat
7) Membantu pelaksanaaan rujukan dan menyiapkan pasien untuk
pemeriksaan diaganostik, laboratorium, pengobatan, dan tindakan
8) Melakukan orientasi terhadap pasien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai: tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9) Membuat laporan pergantian dinaas dan setelah selesai diparaf
10) Menyiapkan pasien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan
kesehatan
11) Memelihara kebersihan ruang rawat dengan: mengatur tugas cleaning
service dan peserta didik
12) Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan
13) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan
14) Menulis laporan tim/group mengenai kondisi pasien/anggota keluarga dan
lingkungannya
15) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/anggota
keluarga/keluarga
16) Mengkomunikasikan kepada Kepala Ruangan/Kepala Group jika ada
masalah yang belum terselesaikan
17) Memeriksa kelengakapan status keperawatan
18) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan kepala group.
a. Timbang Terima
- Pengertian
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nursalam, 2011).
- Tujuan
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh
dinas berikutnya
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
- Langkah-Langkah
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal – hal apa yang akan disampaikan
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift
yang selanjutnya meliputi:
 Kondisi atau keadaan pasien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4) Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu–buru
5) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama
langsung melihat keadaan
- Prosedur
 Persiapan
o Sarana Prasarana
 Saat timbang terima perawat menyiapkan status pasien
 Perawat telah menyiapkan buku catatan dan peralatan
tulis
o Perawat
 Kedua kelompok dalam keadaan siap
 Timbang terima di pimpin oleh kepala ruangan pada
pergantian shift dan malam ke pagi dari pagi ke sore.
Sedangkan pergantian shift dari sore ke malam
dipimpin oleh ketua tim atau perawat primer
 Pelaksanaan
o Urutan Pelaksanaan
 Dilaksanakan setiap pergantian shift
o Pelaksanaan dimulai dari nurse station
 Timbang terima di lanjutkan melihat
langhsung kondisi pasien
 Hal-hal yang sifatnya khusus dicatat dan di
serah terimakan pada perawat shift berikutnya
 Perawat shift berikutnya validasi data kepasien
 Perawat menyapa pasien dan menanyakan
kondisi/ keluhan yang dirasa saat ini
 Waktu untuk timbang terima tidak lebih dari 5
menit kecuali pasien kondisi khusus
 Penyampaian dilakukan singkat dan jelas
o Isi Timbang Terima
 Perawat menyebutkan identitas pasien
 Perawat menyebutkan diagniosa medis
 Perawat menyebutkan data obyektif
 Perawat menyebutkan data penunjang lain
 Perawat menyebutkan masalah keperawatan
yang belum dilaksanakan
 Perawat menyebutkan intervensi kolaboratif
 Perawat menyebutkan persiapan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan selanjutnya
 Post Timbang Terima
 Perawat kembali ke nurse station untuk mendiskusikan
hasil validasi data langsung
 Perawat yang memimpin timbang terima menyebutkan
rencana kerja bagi shift berikutnya
 Mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima di buku
laporan oleh perawat primer atau ketua tim
Situation

Data Demografi Diagnosis Medis Diagnosa Keperawatan (Data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assesment:
KU; TTV; DX Keperawatan (poin yang
penting)

Recomendation
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Dihentikan
4. Dimodifikasi

Gambar 2.1 Alur Timbang Terima (Nursalam, 2015)

a. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


- Pengertian
Dokumentasi adalah bukti bahwa tanggung jawab hukum dan etik
perawat terhadap pasien sudah dipenuhi dan bahwa pasien menerima
asuhan keperawatan yang bermutu (Lyer, 2005).
Menurut Tungpalan (1983) dalam Handayaningsih (2009),
dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian
merupakan pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa baik dari objek
maupun pemberi jasa yang dianggap berharga dan penting.
Menurut Fisbach (1991) dalam Hartati (2010), pelaksanaan
dokumentasi keperawatan adalah sebagai salah satu alat ukur untuk
mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan
keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit.
- Tujuan dan Manfaat
Tujuan pencatatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan adalah
untuk mengidentifikasi status kesehatan pasien (pasien) dalam rangka
mencatat kebutuhan pasien, merencanakan, melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan, serta untuk penelitian,
keuangan, hukum, dan etika.
Dokumentasi asuhan keperawatan harus dibuat dengan lengkap,
jelas, obyektif, ada tanggal, dan harus ditandatangani oleh perawat,
karena mempunyai manfaat yang penting bila dilihat dari berbagai aspek,
yaitu:
a. Hukum: Data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif,
dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal, dan
perlu dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interprestasi yang salah.
b. Jaminan Mutu Pelayanan: Pendokumentasian data pasien yang
lengkap dan akurat akan memberikan jaminan mutu pelayanan.
c. Komunikasi: Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat
“perekam” terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien
d. Keuangan: Semua asuhan keperawatan yang belum, sedang, dan
telah diberikan yang didokumentasikan dengan lengkap dan dapat
dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya
keperawatan bagi pasien.
e. Pendidikan: Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan
yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran.
f. Penelitian: Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan atau obyek riset dan
pengembangan profesi keperawatan
g. Akreditasi: Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat
sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien (Nursalam, 2009).
- Komponen Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Komponen dokumentasi asuhan keperawatan meliputi komponen
isi dokumentasi dan komponen dalam konsep penyusunan dokumentasi.
Komponen isi dokumentasi meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan,
rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi, tanda
tangan dan nama terang perawat, catatan keperawatan, resume
keperawatan, dan catatan pasien pulang atau meninggal dunia (Nursalam,
2009). Sedangkan komponen model dokumentasi yang digunakan
mencakup tiga aspek, yaitu:
1) Keterampilan berkomunikasi yang baik memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada profesi kesehatan lainnya
mengenai apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh
perawat
2) Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan, intervensi. Perawat kemudian
mengobservasi dan mengevaluasi respons pasien terhadap
intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi
tersebut kepada profesi kesehatan lainnya
3) Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat
pola pendokumentasi, sebagai pedoman praktik pendokumentasian.
(Nursalam, 2009).
- Tahap-Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
 Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Standar dokumentasi untuk pengkajian keperawatan adalah
perawat mendokumentasikan data pengkajian keperawatan dengan
cara yang sistematis, komprehensif, akurat, dan terus-menerus
(Nursalam, 2009). Berikut adalah kriteria penulisan dokumentasi
pengkajian keperawatan:
 Gunakan format yang sistematis untuk mendokumentasikan
pengkajian
 Gunakan format yang telah tersusun untuk mendokumentasikan
pengkajian
 Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang
digunakan
 Tulis data objektif tanpa bias dan memasukkan pendapat pribadi
 Sertakan pernyataan yang mendukung interprestasi data objektif
 Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis
 Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati oleh
instansi
 Tuliskan secara jelas dan ringkas
 Dokumentasi Diagnosis Keperawatan
Pendokumentasian diagnosis keperawatan merupakan daftar
masalah kesehatan pasien yang menyertakan catatan keperawatan
(Nursalam, 2009). Kriteria penulisan diagnosis keperawatan adalah
sebagai berikut:
 Memakai PE dan PES (Problem, Etiologi, Sign/Symptom)
 Catat diagnosis keperawatan potensial dalam sebuah
problem/format etiologi
 Memakai istilah yang telah distandarkan oleh NANDA
 Merujuk pada daftar yang dapat diterima
 Memulai penulisan pernyataan diagnosis sesuai dengan penulisan
diagnosis
 Pastikan definisi karakteristik telah didokumentasikan
 Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan ditulis pada
daftar masalah
 Hubungkan tiap-tiap diagnosis keperawatan bila saling merujuk
 Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk
pengkajian, intervensi, dan evaluasi
 Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari
langkah-langkah proses keperawatan
 Pendokumentasian semua diagnosis keperawatan harus
merefleksikan dimensi dalam masalah yang berorientasi pada
sistem pendokumentasian perawat
 Suatu agenda mungkin diperlukan untuk membuat diagnosis
keperawatan dan sistem pendokumentasian yang relevan
 Dokumentasi Rencana Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien dengan
kriteria penulisan rencana asuhan keperawatan yang efektif, yaitu:
 Sebelum menulis rencana asuhan keperawatan, kaji ulang data
yang ada
 Daftar dan jenis masalah aktual, risiko, dan potensial
 Berilah gambaran dan ilustrasi khususnya diagnosis
 Kriteria hasil harus ditulis dengan jelas, khusus, dan terukur
 Rencana keperawatan harus selalu ditandatangani dan diberi
tanggal
 Mulai rencana intervensi dengan menggunakan kata kerja (action
verb)
 Alasan prinsip kekhususan (specificity)
 Tuliskan rasionalisasi dari rencana intervensi
 Rencana intervensi harus selalu tertulis dan ditandatangani
 Rencana intervensi harus didokumentasikan sebagai hal permanen
 Sertakan pasien dan keluarganya dalam perencanaan jika
memungkinkan
 Rencana intervensi harus sesuai dengan waktu yang ditentukan
dan diusahankan untuk selalu diperbaharui (Nursalam, 2009).
 Dokumentasi Intervensi Keperawatan
Komponen penting pada dokumentasi intervensi adalah
mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap pasien, apa yang
terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi
(Nursalam, 2009).
 Why. Harus dijelaskan alasan intervensi harus dilaksanakan
 What. Ditulis secara jelas ringkas dari pengobatan/intervensi
 When. Pendokumentasian ketika melaksanakan intervensi sangat
penting
 How. Intervensi dilaksanakan dalam penambahan
pendokumentasian
 Who. Siapa yang melaksanakan intevensi harus selalu dituliskan
pada dokumentasi serta tanda tangan sebagai pertanggung
jawaban
 Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan hasil
observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat dan setelah intervensi keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini
dapat dilakukan secara spontan dan memberi kesan apa yang terjadi
saat itu. Sedangkan evaluasi somatif, yaitu evaluasi yang merupakan
rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan pasien sesuai dengan kerangka waktu yang telah
ditetapkan pada tujuan keperawatan (Nursalam, 2009)
- Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Standar dokumentasi asuhan keperawatan menurut Departemen
Kesehatan (1995) dalam Nursalam (2011) sebagai berikut:
Tabel 2.1.
Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
No Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Mendokumentasikan data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosio-spriritual)
3. Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
4. Masalah dirumuskan berdasarkan masalah kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan
B. DIAGNOSIS
1. Diagnosis keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2. Diagnosis keperawatan mencerminkan PE/PES
No Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan
3. Merumuskan diagnosis keperawatan aktual/potensial
C. PERENCANAAN
1. Berdasarkan diagnosis keperawatan
2. Disusun menurut urutan prioritas
3. Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subjek, perubahan
perilaku, kondisi pasien, dan/atau kriteria
4. Rencana intervensi mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci,
dan jelas, dan/atau melibatkan pasien/keluarga
5. Rencana intervensi menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga
6. Rencana intervensi menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain
D. INTERVENSI
1. Intervensi dilaksanakan mengacu pada rencana asuhan keperawatan
2. Perawat mengobservasi respons pasien terhadap intervensi keperawatan
3. Revisi intervensi berdasarkan hasil evaluasi
4. Semua intervensi yang telah dilaksanakan didokumentasikan dengan
ringkas dan jelas
E. EVALUASI
1. Evaluasi mengacu pada tujuan
2. Hasil evaluasi didokumentasikan
F. CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menulis pada format yang baku
2. Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan intervensi yang dilaksanakan
3. Pendokumentasian ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan
benar
4. Setiap melakukan intervensi/kegiatan perawat mencantumkan paraf dan
nama dengan jelas, serta tanggal dan waktu dilakukannya intervensi
5. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
Sumber: Nursalam (2015)

b. Ronde Keperawatan
- Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat, di samping
pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer dan atau konsulen, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim (Nursalam, 2009).
- Karakteristik:
 Pasien dilibatkan secara langsung
 Pasien merupakan fokus kegiatan
 Perawat associate, perawat primer dan konsulen melakukan
diskusi bersama
 Konsulen memfasilitasi kreatifitas
 Konsulen membantu mengembangkan kemampuan perawat
associate, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah.

- Tujuan
 Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah keperawatan yang ada pada pasien
melalui pendekatan berpikir kritis
 Tujuan Khusus
 Memudahkan cara berpikir kritis dan sistematis
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
- Memudahkan pemikiran tentang keperawatan yang berasal
dari masalah pasien
- Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
asuhan masalah pasien
 Meningkatkan kemampuan justifikasi
 Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- Peran
 Perawat Primer dan Perawat Associate
Dalam melaksanakan pekerjaan perlu adanya sebuah
peranan yang dapat memaksimalkan kebersihan antara lain:
 Menjelaskan keadaan dan data demografi pasien
 Menjelaskan masalah keperawatan utama
 Menjelaskan intervensi yang belum akan dilakukan
 Menjelaskan tindakan selanjutnya
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
 Peran Perawat Primer Lain dan Konsulen
 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
 Mengarahkan dan koreksi

 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari


- Pelaksanaan
 Persiapan
 Penetapan kasus minimal sehari sebelum waktu
pelaksanan ronde
 Pemberian informed consent kepada pasien dan keluarga
 Melakukan pengkajian
 Melakukan analisa data
 Membuat rencana keperawatan
 Melakukan implementasi asuhan keperawatan
 Membuat catatan perkembangan
 Pelaksanaan Ronde
 Penjelasan tentang ronde pasien oleh perawat primer
dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana yang akan atau dilaksanakan
dan memiliki prioritas yang akan didiskusikan
 Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
 Pemberi justifikasi oleh perawat primer atau perawat
konselor/manajer tentang masalah pasien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah
ada yang akan ditetapkan
 Pasca Ronde
 Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada pasien
tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
 Bagaimana peran perawat primer dan perawat associate
dalam pelaksanaan pengorganisasian ronde
Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

PP
Tahap praronde

1. Penetapan Pasien

2. PersiapanPasien :
 Informed Concent
 HasilPengkajian/ Validasi data

Tahap Pelaksanaan di
Nurse Station 3. Penyajian Masalah
 Apa diagnosis keperawatan?
 Apa data yang mendukung?
 Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
 Apa hambatan yang ditemukan?

Tahap Pelaksanaan di
4. Validasi data di bed pasien
kamar pasien

PP, Konselor, KARU

Pascaronde 5. Lanjutan-Diskusi di Nurse Station

Simpulan dan rekomendasi


solusi masalah

Gambar 2.2 Alur pelaksanaan ronde keperawatan

c. Pengelolaan Sentralisasi Obat


- Pengertian
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat,
sebagai salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam suatu
pola/ alur yang sistematis sehingga penggunaan obat benar –
benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian
baik secara material maupun secara non material dapat
dieliminir (Nursalam, 2009).
- Tujuan
a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien, terutama
dalam pemberian obat
b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum
maupun secara moral
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efesien
d. Menyeragamkan pengelolaan obat
e. Mengamankan obat – obat yang dikelola
f. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat
pasien, dosis, waktu, dan cara
- Teknik Pengelolaan
Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh ( sentralisasi)
adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya pada perawat.
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan pada staf yang
ditunjuk.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat.
3) Penerimaan Obat:
- Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh
keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar serah terima obat
- Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol dan diketahui
oelh keluarga / pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan
penjelasan kapan/ bilamana obat tersebut akan habis
- Pasien/ keluarga untuk selanjutnya mendapatkan
salinan obat yang harus diminum beserta sediaan obat
- Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat
4) Pembagian Obat
- Obat yang diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar pemberian obat
- Obat – obat yang telah disiapkan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur
yang etrcantum dalam buku daftar pemberian obat,
dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di
instruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien
- Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek
samping
- Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek tiap pagi oleh
kepala ruangan/ petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat yang
hampir habis diinformasikan pada keluarga dan
kemudian dimintakan kepada dokter penanggung
jawab pasien.
5) Penambahan Obat Baru
- Informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk
obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu
sediaan obat
- Obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi
hanya dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan pada keluarga dengan
kartu khusus obat
6) Obat Khusus
- Sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian obat yang cukup sulit,
memiliki efek samping yang cukup besar
- Pemberian obat khusus menggunakan kartu khusus
- Informasi yang diberikan kepada keluarga/ pasien:
nama obat, kegunaan, waktu pemberian, efek
samping, penanggung jawab obat, dan wadah obat.
Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian
obat.

Gambar 2.3 Alur pelaksanaan sentralisasi obat

d. Supervisi Keperawatan
 Pengertian
Supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan
dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling).
Swanburg (2000) melihat dimensi supervisi sebagai suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk
penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan
pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan
perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan
(Muninjaya, 1999 dalam Universitas Sumatera Utara, 2012).
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai
pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari
pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan
untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi
semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan
bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan
para perawat (Suyanto, 2008 dalam Universitas Sumatera Utara,
2012).
 Prinsip Supervisi
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang
keperawatan (Nursallam, 2011) antara lain:
1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan
standard.
4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis
antara supervisor dan perawat pelaksana.
5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan
rencana yang spesifik.
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi.
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya
guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi
kepuasan pasien, perawat dan manajer.
 Sasaran Supervisi
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola
yang disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran
atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika
supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan,
maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa
bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak
langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar,
2009).
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi
antara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat
yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak
menyimpang, pembagian tugas dan wewenang,
penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan
keuangan (Suyanto, 2008 dalam Universitas Sumatera Utara,
2012).
 Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan
diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan
efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis
antara atasan dan bawahan
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja.
Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin
berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-
sia akan dapat dicegah.
Bagan 2.14. Alur Supervisi Keperawatan
Sumber: Nursalam (2009)
e. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
 Pengertian
Perencanaan pulang meruakan suatu proses yang dinamis
dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang
dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah
pulang (Carpenito, 2000).
Menurut Hurts (2000) perencanaan pulang merupakan
proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri di rumah.
Perencanaan pulang di dapatkan dari proses interaksi
dimana perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi
untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang
di perlukan oleh pasien di mana perencanaan harus berpusat
pada masalah pasien, yaitu pencegahan, teraupetik, rehabilitatif,
serta perawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2000).
 Tujuan
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis,
dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat
 Manfaat
a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat
pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.
b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang
digunakan intuk menjamin kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana
pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi
kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
perawatan rumah (Spath, 2003).
 Prinsip
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai
keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu di kaji dan di
evaluasi
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini
dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat
pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang
tumbul di rumah dapat segera diantisipasi
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif,
perencanaan pulang merupakan pelayanan multi disiplin
dan setiap tim harus saling bekerja sama
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan
fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana yang akan di
lakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan
dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem
pelayanan kesehatan. Setiap pasien masuk tatanan
pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan
 Jenis-Jenis
1) Conditioning Discharge (pulang sementara atau cuti),
keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik
dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara
dirawat dirumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau puskesmas terdekat
2) Absolute Discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara
ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah
sakit. Namun apabila pasien perlu di rawat kembali, maka
prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3) Judicial Discharge (pulang paksa), kondisi ini di
perbolehkan pulang, tetapi pasien harus di pantau dengan
melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.
Menurut Neylor (2003), beberapa tindakan keperawatan
yang dapat di berikan pada pasien sebelum pasien di perbolehkan
pulang antara lain:
a. Pendidikan kesehatan, diharapkan bisa mengurangi angka
kambuh atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan
serta keluarga tentang perawaytan asien pulang
b. Program pulang bertahap, bertujuan untuk melatih pasien
untuk kembali ke lingkung keluarga dan masyarakat antara
lain apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa
yang harus dilakukan keluarga
c. Rujukan, integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai
hubungan langsung antara perawat komunitas atau praktik
mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga dapat
mengetahui perkembangan pasien di rumah
Bagan 2.4
Alur Discharge Planning
(Sumber : Alur discharge planning (Nursalam, 2015)

Dokter dan tim Ners


kesehatan PP dibantu PA
lain

Penetuan keadaan pasien


1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE Lain-lain


administr a. Kontrol dan obat / nersan
asi b. Nutrisi
c. Aktivitas dan istirahat
d. Perawatan diri

Monitor
(sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas

Pembiayaan (M4/ MONEY)


2.5.1 Kompensasi
Kompesansi merupakan terminology luas yang berhubungan dengan
imbalan financial.Terminologi dalam kompesansi adalah:
1) Upah dan Gajih (wages) biasanya berhubungan dengan tariff gaji per jam.
Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tariff bayaran mingguan, bulanan, atau
tahunan
2) Intensif. Intensif (incentive) adalah tambahan kompensasi di atas atau diluar
gaji atau upah yang diberikan organisasi
3) Tunjangan
4) Fasilitas (Simamora, 2004)
2.5.2 Reward
Reward yaitu hadiah dan hukuman dalam situasi kerja, hadiah
menunjukan adanya penerimaan terhadapa perilaku dan perbuatan,
sedangkan hukuman menunjukan penolakian perilaku dan perbuatanya
Wahyuningsih (2009) juga mengidentifikasi reward adalah
penghargaan/hadiah untuk sesuatu hal yang tercapai. Fransisca (2006)
memfokuskan defenisi reward sebagai hadiah atau bonus yang diberikan
karena perestasi seseorang. Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling
sederhana berupa kata-kata seperti pujiaan adalah salah satu bentuknya.
Reward biasanya digunakan untuk mengendalikan jam kerja seseorang dalam
organisasi (Raharja. 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tampa ada
kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai
evaluasi kinerja sebelumnya, Selebihnya, dengan reward seseorang dapat
meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga
ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Raharja (2006) bahwa reward yang dapat
diperoleh atau di harapkan akan diperoleh sebagai konsekwensi dari apa
yangmereka kerjakan akan merubah perilaku manusia secara fundamental.

2.4.2 Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/
pelaggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setip orang pasti
pasti beda persepsi dan beda pandapat (Wahyuningsih, 2009).
Punishmentmerupan penguatan yang negative, tetapi diperlukan dalam
perusahaan.Punishment yang dimaksud disini adalah tidak seperti hukuman
di penjara atau potomg tangan, tetapi punishment yang bersifat
mendidik.Selain itu punishment juga juga merupakan alat pendidikan
regresif, artinya punishment ini digunakan sebagai alat untuk menyadarkan
karyawan kepada hal-hal yang benar. Ngalin purwanto (1988:238) membagi
punishment dua macan yaitu:
1) Hukum prefentif
Yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud atau supaya tidak terjadi
pelanggaran.Hukuman ini bermuksud untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran, sehingga hal ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran
dilakukan.Contoh perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan ancaman.
2) Hukuman refresif
Yaitu hukuman yang dilakukan, oleh karena adanya pelangaran, oleh adanya
dosa yang telah diperbuat.Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi kesalahan.

2.1.1 Pemasaran (M5/ marketing)


1. Indeks Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan
keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen dari produk
yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hoffman dan Beteson (1997),
yaitu: ”weithout custumers, the service firm has no reason to exist”. Definisi
kepuasan masyarakat menurut Mowen (1995,): ”Costumers satisfaction is defined as
the overall attitudes regarding goods or services after its acquisition and
uses”. Oleh karena itu, badan usaha harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat sehingga mencapai kepuasan masyarakat dan lebih jauh lagi kedepannya
dapat dicapai kesetiaan masyarakat. Sebab, bila tidak dapat memenuhi kebutuhan
dan kepuasan masyarakat sehingga menyebabkan ketidakpuasan masyarakat
mengakibatkan kesetiaan masyarakat akan suatu produk menjadi luntur dan beralih
ke produk atau layanan yang disediakan oleh badan usaha yang lain.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut:
a. Efektif
b. Sederhana
c. Kejelasan dan kepastian
d. Keterbukaan
e. Efisiensi
f. Ketepatan waktu
g. Responsif
h. Adaptif
Berkembangnya era servqual juga memberi inspirasi pemerintah Indonesia
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pelayanan sektor publik. Salah satu
produk peraturan pemerintah terbaru tentang pelayanan publik yang telah
dikeluarkan untuk melakukan penilaian dan evaluasi terhadap kinerja unit pelayanan
publik instansi pemerintah adalah Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: KEP- 25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Pebruari 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Ke-
14 indikator yang akan dijadikan instrumen pengukuran berdasarkan keputusan
menteri pendayagunaan aparatur negara di atas adalah sebagai berikut:
a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung jawab).
Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan
pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang
berlaku. Tanggung jawab petugas pelayanan yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
b. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat.
c. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
d. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
e. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling
menghargai dan menghormati.
f. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya
biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
g. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
h. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
i. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang
bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada
penerima pelayanan.
j. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang
diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


Hak Pasien:
1. Hak untuk memperoleh informasi meliputi:
1) Diagnosa penyakit yang di deritanya
2) Tindakan medis yang akan atau telah dilakukan
3) Kemunginan penyakit yang timbul sebagai akibat tersebut serta rencana tindakan
untuk mengatasainya
4) Perkiraaan biaya pengobatan
2. Hak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan
peraturan yang berlaku dirumah sakit Pelabuhan Palembang
1) Hak untuk memberikan persetujuan/ menolak untuk tindakan atau pemeriksaan
yang akan dilakukan atas dirinya sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
2) Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi
kedokteran
3) Hak mendapat pelayanan yang manusiawi tanpa diskriminasi
4) Berhak memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar profesi
keperawatan
5) Hak atas “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk rekam
medisnya
Kewajiban Pasien:
Pasien, dan keluarga tau penaggung jawab pasien berkewajiban:
1) Mentaati segala peraturan dan tata tertib Rumah Sakit Pelabuhan Palembang
2) Memberikan informasi yang jujur dan lengkap tentang penyakit yang diderita kepada
dokter dan para medis
3) Mematuhi segala petunjuk dokter, para medis, bidan yang merawat
4) Pasien dan atau penanggung jawabnya wajib melunasi semua biaya pelayanan
pengobatan
5) Wajib mematuhi hal-hal yang telah disepakati bersama pihak Rumah Sakit sebelum
dan selama menjalani pengobatan
2.2 Fungsi Manajemen
Manajemen berasal dari Manage, yaitu mengatur. Dimana dalam hal
mengatur ada beberapa pertanyaan; mengapa harus diatur dan apa tujuan
pengaturan tersebut diadakan. Manajemen merupakan usaha dari orang-orang
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Visi dan Misi) sehingga akan
ada hubungan antara administrasi, manajemen, dan organisasi. Manajemen
dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan
sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama
diperlukannya manajemen:
1) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi
2) Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-
sasaran dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak berkepentingan
dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan,
konsumen, supplier, serikat kerja, asosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah
3) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja organisasi dapat diukur dengan
banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan
efektivitas.
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Kepegaw
aian), Directing (Pengarahan), Controlling (Pengendalian/Evaluasi).
2.2.1 Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen,
oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari
fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah
memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang
melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
1. Tujuan Perencanaan
a. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
c. Membantu dalam koping dengan situasi kritis
d. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan
masa lalu dan akan datang
f. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2. Tahap Dalam Perencanaan
a. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
c. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai
e. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program
f. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
3. Jenis Perencanaan
a. Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses
yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan
keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik
yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu,
dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
b. Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard
untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan operasional terdiri
dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap
adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap
hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan
peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
4. Manfaat Perencanaan
a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan
b. Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c. Memudahkan kordinasi
d. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara
jelas
e. Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h. Menghemat waktu dan dana
5. Keuntungan Perencanaan
a. Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif
b. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
c. Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi
keperawatan
d. Memodifikasi gaya manajemen
e. Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
6. Kelemahan Perencanaan
a. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-
fakta tentang masa yang akan datang
b. Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
c. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
d. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
e. Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2.2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan
dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang
seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang
beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut,
organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka
yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan
membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan
serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
1. Manfaat Pengorganisasian
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b. Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya
c. Pendelegasian wewenang
d. Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
2. Langkah-langkah Pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi perencanaan
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan
e. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f. Mendelegasikan wewenang
2.2.3 Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana
pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang
mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana
pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat
hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah
dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana
departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah
dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan
khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan
pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan
mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi,
filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,
kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi
periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.
Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit
orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan
siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat
distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu
dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal
modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang
biasa.
2.2.4 Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat
dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang
nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen.
Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses
yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan
mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa
kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga
individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil
tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu
untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan
(memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok
organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam
gaya kepemimpinan yaitu:
1. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
2. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
3. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,
membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.2.5 Controlling (Pengendalian/Evaluasi)


Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi
yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas
seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur,
misalnya menepati jam kerja
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi
3. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap
kegiatan program
4. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran
dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk
memperbaiki kinerja
5. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
a. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
b. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
c. Harus memandang ke depan
d. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
e. Harus objektif
f. Harus fleksibel
g. Harus menunjukkan pola organisasi
h. Harus ekonomis
i. Harus mudah dimengerti
j. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.
Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab
mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan
mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif.
Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode
pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan
keperawatan adalah:
1. Analisa tugas: Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas
dalam keperawatan.
2. Kontrol kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-
akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan
tepat, maka akan diperoleh manfaat:
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standard atau rencana kerja
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar
4. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan
latihan lanjutan
Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
b. Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran,
identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi
c. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan
adalah menganalisis dan mengkaji system, mengatur strategi organisasi dan
menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi,
mengidentifikasi kemampuan yang ada dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya
d. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang efektif
e. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
f. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
g. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
h. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan
akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara pegawai dalam
suatu tatanan organisasi
i. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
Komponen Manajemen Keperawatan
a. Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan
dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil
yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
c. Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran.
d. Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Control dalam manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan
perbaikan kegiatan yang akan dating. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan
melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.

2.3 Model Asuhan Keperawatan


2.3.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem
MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menetukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.
Unsur-unsur dalam praktek keperawatan dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Dalam menetapkan suatu model, keempat hal terebut harus menjadi bahan
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2.3.1.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP
1. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selal berbicara
mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
c. Mempertahankan eksistensi institusi
d. Meningkatkan kepuasan kerja
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar
2. Standar praktik keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh Depkes RI (1995)
terdii atas beberapa standar. Menurut JCHO (1999) terdapat delapan standar asuhan
keperawatan yang meliputi (Novuluri,1999):
a. Menghargai hak-hak pasien
b. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit
c. Observasi keadaan pasien
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
e. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administrative
f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasive
g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga
h. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 kebutuhan dasar manusia dari
Henderson) meliputi:
a. Oksigen
b. Cairan dan elektrolit
c. Eliminasi
d. Keamanan
e. Kebersihan dan kenyaman fisik
f. Istirahat dan tidur
g. Aktivitas dan gerak
h. Spiritual
i. Emosional
j. Komunikasi
k. Mencegah dam mengatasi risiko psikologis
l. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m. Penyuluhan
n. Rehabilitasi
3. Model Praktik
a. Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat professional (ners) mempunyai wewenang dan tanggun jawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan
rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan
profesional, seperti proses dan prosedur registrasi dan legislasi keperawatan.
b. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan sebagai lanjutan dari pelayanan rumah sakit.
Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui
pengikutsertaan perawat professional yang melakukan praktik keperawatan
berkelompok
c. Praktik Keperawatan Berkelompok
Beberapa perawat profesinal membuka praktik keperawatan selama 24 jam
kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit
dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dihadapi oleh masyarakat dan
dipandang perlu dimasa depan. Lama rawat pasien dirumah sakit perlu
dipersingkat karena biaya perawatan dirumah sakit diperkirakan akan terus
meningkat.
d. Praktik Keperawatan Individual
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk
praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman
secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik
tertentu untuk memberikan asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam
keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Praktik keperawatan ini sangat
diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari
fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.
2.3.1.2 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan
tuntutan perkembangan iptek, maka metode pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efesien.
Ada beberapa metode system pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Mc Laughhin, Thomas dan Bartern (1995) mengidentifikasi 8 model
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah
asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan primer.
Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu
mempertimbangkan kesesuian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap
unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola
asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan,sarana dan
prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Terdapat enam unsurr yang utama dalam
penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston,
1998: 143).
1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.


Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu
model, tanpa di tunjang biaya memadai, maka tidak akan dapat hasil yang
sempurna.
d. Terpenuhi kepuasaan pasien, keluarga dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasaan pelanggan atau pasien
trehadap asuhan keperawatan dan di berikan oleh perawat. Oleh karena itu model
yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasaan
pelanggan.
e. Kepuasaan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksaan suatu model sangat di tentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model di pilihan harus meningkatkan kepuasaan perawat, bukan
justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan pertimbangan penentuan model asuhan keperawatan di harapkan akan
dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga
kesehatan yang lainnya.
2. Metode Asuhan Keperawatan (MAKP) Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga kerja professional,
teknikal, dan pembantu dalam ssatu kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihan:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim

Kelemahan :
Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu yang sibuk.
Konsep metode Tim :
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
b. Pentingkan komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim
c. Memberikan laporan
Tanggung jawab ketua tim :
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang :
a. Perencanaan
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shif sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,transisi dan persiapan
pulang, bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua
tim membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat kepada
ketua tim
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya
c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
2) Melalui supervisi:
a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri
dan melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim:
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
c) Evaluasi, mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
Audit keperawatan
Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota
Anggota

Pasien/Pasien Pasien/Pasien Pasien/Pasien

Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing” (Marquis & Huston,


1998 : 138).

2.3.2 Model Praktik Keperawatan Profesional ( MPKP )


2.3.2.1 Pengertian MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang
dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
2.3.2.2 Tujuan dari MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan.
2.3.2.3 Macam-macam Metode Penugasan MPKP dalam Keperawatan
1. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali
digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat
akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu
periode dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada
kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan pasien. (Sitorus, 2006).
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis
program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemanfaatan
tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang
diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian
dikembangkan metode fungsional. (Sitorus, 2006).
2. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada
penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk
dilaksanakan kepada semua pasien di satu ruangan. (Sitorus, 2006).
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu
ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan
dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan pasien.
Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah
perawat sedikit, tetapi pasien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya.
(Sitorus, 2006).
Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :
1) Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan
pada pemenuhan kebutuhan holistik
2) Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan keperawatan
terfragmentasi
3) Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang
mengetahui tentang satu pasien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala
ruangan.
4) Keterbatasan itu sering menyebabkan pasien merasa kurang puas terhadap
pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali pasien tidak mendapat
jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.
5) Pasien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa perawat
pemimpin (nurse leader) mulai mempertanyakan keefektifan metode tersebut
dalam memberikan asuhan keperawatan profesional kemudian pada tahun 1950
metode tim digunakan untuk menjawab hal tersebut. (Sitorus, 2006).
3. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1992). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi (Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :
a. Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua
tim adalah :
1) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan renpra
2) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
3) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
4) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin. Komunikasi
yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui renpra
tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil baik
apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala ruang diharapkan telah :
1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
2) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
4) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
5) Menjadi narasumber bagi ketua tim
6) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
7) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Hasil penelitian Lambertson dalam Douglas (1992) menunjukkan bahwa
metode tim jika dilakukan dengan benar adalah metode pemberian asuhan yang
tepat untuk meningkatkan kemanfaatan tenaga keperawatan yang bervariasi
kemampuannya. (Sitorus, 2006).
Kekurangan metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal
sehingga pakar menge mbangkan metode keperawatan primer. (Sitorus, 2006).
4. Metode perawatan primer
Menurrut Gillies (1989) “Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara pasien dan seorang perawat tertentu yang bertanggungjawab
dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasi asuha keperawatan pasien, selama
pasien dirawat.” (Sitorus, 2006).
Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab terhadap
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse) disingkat
dengan PP. (Sitorus, 2006).
Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonomi,
otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas, komunikasi, kolaborasi,
koordinasi, dan komitmen. (Sitorus, 2006).
Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 pasien dan bertanggungjawab selama
24 jam selama pasien tersebut dirawat dirumah sakit atau di suatu unit. Perawat akan
melakukan wawancara mengkaji secara komprehensif, dan merencanakan asuhan
keperawatan. Perawat yang peling mengetahui keadaaan pasien. Jika PP tidak sedang
bertugas, kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain (associated
nurse). PP bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan pasien dan
menginformasikan keadaan pasien kepada kepala ruangan, dokter, dan staff
keperawatan. (Sitorus, 2006).
Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan
keperawatan, tetapi juga mempunyai kewengangan untuk melakukan rujukan kepada
pekerja sosial, kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal
perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain lain. Dengan diberikannya
kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang
diberikan. Metode keperawatan primer memberikan beberapa keuntungan terhadap
pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989). (Sitorus, 2006).
Keuntungan yang dirasakan pasien ialah mereka merasa lebih dihargai sebagai
manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi dan tercapainya layanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi, dan advokasi. Metode itu dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan karena (Sitorus, 2006):
a. Hanya ada 1 perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan koordinasi
asuhan keperawatan
b. Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 pasien
c. PP bertanggung jawab selama 24 jam
d. Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal
e. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.
Keuntungan yang dirasakan oleh PP adalah memungkinkan bagi PP untuk
pengembangan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan. Hal ini dimungkinkan
karena adanya otonomi dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan
pasien. Staf medis juga merasakan kepuasannya dengan metode ini karena senantiasa
mendapat informasi tentang kondisi pasien yang mutakhir dan komprehensif. (Sitorus,
2006).
Informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui
keadaan pasien. Keuntungan yang diperoleh oleh rumah sakit adalah rumah sakit tidak
harus memperkerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan
perawat yang bermutu tinggi. (Sitorus, 2006).
Huber (1996) menjelaskan bahwa pada keperawatan primer dengan asuhan
berfoukus pada kebutuhan pasien, terdapat otonomi perawat dan kesinambungan
asuhan yang tinggi. Hasil penelitian Gardner (1991) dan Lee (1993) dalam Huber
(1996) mengatakan bahwa mutu asuhan keperawatan lebih tinggi dengan keperawatan
primer daripada dengan metode tim. Dalam menetapkan seseorang menjadi PP perlu
berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, yaitu perawat yang menunjukkan
kemampuan asertif, perawat yang mandiri, kemampuan menmgambil keputusan yang
tepat, menguasai keperawatan klini, akuntabel, bertanggung jawab serta mampu
berkolaborasi dengan baik dengan berbagai disiplin. Di negara maju pada umumnya
perawat yang ditunjuk sebagai PP adalah seorang spesialis perawat klinis (clinical
nurse specialist) dengan kualifikasi master keperawatan. Menurut Ellis dan Hartley
(1995), Kozier et al (1997) seorang PP bertanggung jawab untuk membuat keputusan
yang terkait dengan asuhan keperawatan pasien oleh karena itu kualifikasi
kemampuan PP minimal adalah sarjana keperawatan/Ners. (Sitorus, 2006).
5. Differentiated practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995) menjelaskan baha
differentiated practice adalah suatu pendekatan yang bertujuan menjamin mutu asuhan
melalui pemanfaatan sumber-sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua model
yaitu model kompetensi dan model pendidikan. Pada model kompetensi, perawat
terdaftar (registered nurse) diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan struktur
peran yang sesuai dengan kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas
keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan. Bedasarkan pendidikan, perawat
akan ditetapkan apa yang menjadi tnggung jawab setiap perawat dan bagaimana
hubungan antar tenaga tersebut diatur (Sitorus, 2006).
6. Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan secara multi
disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim
kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan
kesehatan yang optimal. ANA dalam Marquis dan Hutson (2000) mengatakan bahwa
manajemen kasus merupakan proses pemberian asuhan kesehatan yang bertujuan
mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas hidup, dan efisiensi pembiayaan.
Focus pertama manajemen kasus adalah integrasi, koordinasi dan advokasi pasien,
keluarga serta masyarakat yang memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode
manajemen kasus meliputi beberapa elemen utama yaitu, pendekatan berfokus pada
pasien, koordinasi asuhan dan pelayanan antar institusi, berorientasi pada hasil,
efisiensi sumber dan kolaborasi (Sitorus, 2006).
2.3.2.4 Komponen dari MPKP
Berdasarkan MPKP ysng sudah dikembangkan diberbagai rumah sakit
Hoffart dan Woods menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima komponen,
yakni:
1. Nilai-nilai profesional
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik
keperawatan profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan inti dari MPKP. Nilai-
nilai seperti penghargaan atas otonomi pasien, menghargai pasien, dan melakukan
yang terbaik untuk pasien harus tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.

2. Pendekatan manajemen
Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia, yang bilamana ingin memenuhi kebutuhan dasar tersebut seorang
perawat harus melakukan pendekatan penyelesaian masalah, sehingga dapat
diidentifikasi masalah pasien, dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan yang
tepat untuk masalah pasien.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional,
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya metode kasus,
fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta manajemen kasus. Dalam praktik
keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan pemberian asuhan
keperawatan profesional adalah metode yang menggunakan the breath of keperawatan
primer.
4. Hubungan profesional
Pemberian asuhan kesehatan kepada pasien diberikan oleh beberapa anggota
tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan adalah pasien. Karena
banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat, maka dari itu perlu kesepakatan
tentang cara melakukan hubungan kolaborasi tersebut.
5. Sistem kompensasi dan penghargaan
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak atas
kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi yang didapat
merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang terlebih dahulu dipenuhi. Kompensasi
dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat disepakati di setiap institusi
dengan mengacu pada kesepakatan bahwa layanan keperawatan adalah pelayanan
profesional.
2.3.2.5 Karakteristik MPKP
1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga keperawatan
berdasarkan jumlah pasien sesuai dengan derajat ketergantungan pasien.
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa
jenis tenaga yang memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager
(CCM), Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut
terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab terhadap
manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut. Peran dan fungsi masing-
masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas
dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar renpra perlu
ditetapkan, karena berdasarkan hasil obsevasi, penulisan renpra sangat menyita waktu
karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia (Potter &
Perry, 1997).
4. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP digunakan metode
modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang
disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan
keperawatan yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM)
yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan.
CCM diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada masa yang akan datang.
2.3.2.6 Langkah-langkah dalam MPKP
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu (Sitorus, 2006).:
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai
tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini
melibatkan staf dari institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini merupakan
kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini
bisa terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala
ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2006).
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan pasien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali dari dokumentasi keperawatan,
lama hari rawat dan angka infeksi noksomial. (Sitorus, 2006).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen,staf keperawtan, dan staf lain
yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat
implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).
4) Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan tempat
implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006) :
a) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini
diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat
pembinaan tentang kerangka kerja MPKP
b) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1 swasta
dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelatihan
bagi perawat dari ruang rawat lain.
5) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan
dari klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan
jumlah tenaga keperawtan di suatu ruangrawat didahului dengan menghitung
jumlah pasien derdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal
selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2006).
6) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang
rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:
a) Kepala ruang rawat
b) Clinical care manager
c) Perawat primer
d) Perawat asosiet
7) Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan
Pengembangan standar renpra bertujuan untuk mengurangi waktu perawat
menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan
tindakan sesuai kebutuhan pasien. Adanya standar renpra menunjukan asuhan
keperawtan yang diberikan berdasarkan konsep dan teori keperwatan yang kukuh,
yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan professional. Format standar
renpra yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan:
diagnose keperawatan dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan
kolom keterangan. (Sitorus, 2006).
8) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar renpra, format dokumentasi keperawatan lain yang diperlukan
adalah (Sitorus, 2006) :
a) Format pengkajian awal keperawatan
b) Format implementasi tindakan keperawatan
c) Format kardex
d) Format catatan perkembangan
e) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
f) Format laporan pergantian shif
g) Resume perawatan
9) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan
fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas tambahan yang
di perlukan adalah (Sitorus, 2006) :
a) Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi
nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali sat
melakukan kontrak dengan pasien/keluarga.
b) Papan MPKP
Papan MPKP berisi darfat nama-nama pasien, PP, PA, dan timnya serta
dokter yang merawat pasien.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus,
2006) :
a. Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
b. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan setelah melaukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal
dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat
mengurangi gangguan dari luar. (Sitorus, 2006).
c. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan
porawat asosiet (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP
untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi pasien. (Sitorus, 2006).
d. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.
Standar renpra merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada
standar tersebut. (Sitorus, 2006).

e. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan


pasien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan pasien/keuarga merupakan kesepakatan antara
perawat dan pasien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini
diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan pasien dapat terbina.
Kontrak diawali dengan pemberian orientasibagi pasien dan keluarganya. (Sitorus,
2006).
f. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus pasien
yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang
ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2006).
g. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP
dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi
MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan
bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan
karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur
gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM
tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi.
(Sitorus, 2006).
h. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada
pasien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat menjadi penting.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evsluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi prses dilakukan oleh CCM dua kali dalam seminggu.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini maslah-masalah yang
ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan. Evluasi hasil
(outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2006) :
a. Memberika instrumen evaluasi kepuasan pasien/keluarga untuk setiap pasien
pulang.
b. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan
dokumentasi.
c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
d. Penilaian rata-rata lama hari rawat.
4. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal,
perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang
MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat
untuk menerapkannya. (Sitorus, 2006).
a. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula
diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai kemampuan
sebagai SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan
sebagai PP (bukan PP pemula). (Sitorus, 2006).
b. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP
adalah SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan
ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners sepeialis yang
akan berperan sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners
ditingkatkan menjadi ners spesialis. (Sitorus, 2006).
c. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat
denga kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan.
Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen
yang dapat meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu
keperawatan. (Sitorus, 2006).
2.3.2.7 Tingkatan MPKP Menurut Sudarsono (2000),
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari
berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP yang
disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada beberapa
jenis model PKP yaitu:
1. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan model PKP III
dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat
tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi
untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada model ini akan mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat
dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu.
Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan
kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah
perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area
spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang
untuk 10 perawat primer (1:10).
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I. Pada model ini perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan
penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode
keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer. d. Model Praktek
Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
(MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat
3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

2.3.2.8 Pilar-pilar MPKP


1. Pilar 1: Pendekatan manajemen keperawatan
Terdiri dari :
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
( perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek, harian,
bulanan dan tahunan).
b. Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas, dan daftar
alokasi pasien.
c. Pengarahan
d. Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi, manajemen
waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post conference, dan
manajemen konflik.
2. Pilar 2: Sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan
baru.
3. Pilar 3: Hubungan profesional
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan)
dalam penerimaan pelayanan keperawatan (pasien dan keluarga). Pada
pelaksanaannya hubungan profesional secara internal artinya hubungan yang terjadi
antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah
hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
4. Pilar 4: Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
2.3.3 SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawtan Professional)
2.3.3.1 Pengertian SP2KP
SP2KP adalah Sistem Pemberian Pelayanan Keperawtan Professional.
SP2KP adalah system pemberian pelayanan keperawatan professional yang
merupakan pengembangan dari MPKP (Model praktek Keperawatan Profesional)
dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama professional antara perawat primer
(PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya.
2.3.3.2 Kelebihan SP2KP
Kelebihan dari SP2KP adalah pelayanan keperawatan kepada pasien lebih
terstruktur dan kinerja perawat lebih professional.
2.3.3.3 Mana yang Lebih Baik SP2KP atau MPKP
Lebih terstruktur, terorganisir SP2KP karena SP2KP merupakan bantuk
pengembangan dari MPKP yang lebih profesional dan lebih baik dalam
memberikan tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap pasien
2.3.3.4 Perbedaan MPKP dan SP2KP
Dalam model MPKP tidak terdapat PP (perawat primer), jika di SP2KP
mengenal mengenai PP dan PA (perawat associate).
2.3.3.5 Hambatan dalam penerapan SP2KP dan MPKP
Adapun hambatan dalam penerapan MPKP dan SP2KP adalah kurangnya
sumber daya manusia yang kompeten
2.3.3.6 MPKP (model keperawatan tim) diubah menjadi SP2KP (model keperawatan
profesional)
1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan psecara
berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung
gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional
2. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab
dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP ,
perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
3. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain.
2.3.3.7 Kinerja Perawat Setelah Penerapan SP2KP
Lebih bertanggung jawab kepada pasien, lebih profesional dari pada
sebelumnya.
2.3.3.8 Peran PP dalam SP2KP
Dalam pengembangan konsep SP2KP, perawat PP berugas dalam
menjalankan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokterm, ahli gizi,
farkamasi, dll. Dalam hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil
pemeriksaannya berdasarkan hasil pengkajiannya dan yang berhubungan dengan
perawatannya pasien, sehingga dapat membantu dalam memutuskan tindakan
medis nantinya.
2.3.3.9 Perkembangan SP2KP di rumah sakt di sekitar Semarang
Menurut sumber yang kami dapatkan bahwa Rumah Sakit di sekitar
Semarang yang sudah berhasil menerapkan MPKP dan SP2KP adalah Rumah
Sakit Kariadi. Karena RS Kariadi merupakan Rumah Sakit Pusat di Semarang dan
mempunyai banyak sumber daya manusia yang unggul.
2.3.3.10 Perbedaan dampak bagi pasien setelah penerapan SP2KP
Setelah diterapkannya SP2KP di rumah sakit memberikan dampak
tersendiri bagi pasien. Pasien di rumah sakit menjadi merasa lebih diperhatikan
karena rumah sakit tekah menggunakan metode yang lebih professional yakni
metode moduler.
2.3.3.11 Renpra
Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi sebagai :
1. Pedoman bagi PP-PA
2. Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai penunjuk
perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi sebagai media komunikasi PP
pada PA. Berdasarkan renpra ini, PP mendelegasikan PA untuk melakukan
sebagian tindakan keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu,
sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika PP tidak
membuat perencanaan asuhan keperawatan ( renpra ). Hal ini menunjukan bahwa
renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar memenuhi ketentuan ( biasanya
ketentuan dalam menentukan akreditasi rumah sakit ).
2.3.3.12 Fungsi Perawat Melakukan Konferen
Konferensi adalah pertemuan yang direncanakan antara PP dan PA untuk
membahas kondisi pasien dan rencana asuhan yang dilakukan setiap hari.
Konferensi biasanya merupakan kelanjutan dari serah terima shift. Hal-hal yang
ingin dibicarakan lebih rinci dan sensitif dibicarakan didekat pasien dapat dibahas
lebih jauh didalam konferensi. Konferensi akan efektif jika PP telah membuat
renpra dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan dalam konferensi.
Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA tentang rencana
asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA dan hal lain yang terkait. Ketika
PP melakukan konferensi, biasanya melalui tahap pre konferen, konferen, dan
post konferen. Pada saat konferen PP akan menjelaskan mengenai renpra yang
telah dibuat, dan untuk menyatukan pendapat antara perawat PP dan PA.
BAB 3
TINJAUAN LAHAN

3.1 Profil/Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruang Praktek


3.1.1 Sejarah Singkat
Perkembangan RSUD dr Doris Sylvanus dimulai pada tahun 1959 dengan
adanya kegiatan klinik di rumah bapak Abdul Gapar Aden, Jl. Suta Negara Nomor
447 yang dikelolanya sendiri dibantu oleh isterinya, ibu Lamus Lamon. Nama dr.
Doris Sylvanus sendiri diambil nama seorang dokter pertama asli Kalimantan
Tengah.
Pada tahun 1960 Klinik pindah ke Jl. Suprapto (rumah mantan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah) dan pada tahun 1961 pindah lagi di Jl
Bahutai Dereh (sekarang Jl. Dr Sutomo Nomor 9) dan berubah menjadi rumah sakit
kecil berkapasitas 16 tempat tidur yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan
beserta laboratorium.
Sampai dengan tahun 1973 Rumah Sakit Palangka Raya masih dibawah
pengelolaan/milik Pemerintah Dati II Kodya Palangka Raya dan selanjutnya
dialihkan pengelolaannya/menjadi milik Pemerintah Provinsi Dati I Kalimantan
Tengah.
Rumah sakit terus dikembangkan menjadi 67 tempat tidur dan pada tahun
1977 secara resmi menjadi rumah sakit kelas D (sesuai dengan klasifikasi
Departemen Kesehatan RI). Kapasitas terus meningkat menjadi 100 tempat tidur
pada tahun 1978 Pada tahun 1980 kelas rumah sakit ditingkatkan menjadi kelas C
sesuai dengan kriteria Departemen Kesehatan RI dan SK Gubernur Kalimantan
Tengah Nomor 641/ KPTS/ 1980 dengan kapasitas 162 tempat tidur. Sembilan belas
tahun kemudian pada tahun 1999 sesuai Perda Nomor 11 tahun 1999 RSUD dr.
Doris Sylvanus kelasnya ditingkatkan menjadi kelas B non pendidikan walaupun
belum diterapkan secara operasional karena pejabatnya belum dilantik. Dengan
dilantiknya pejabat pengelola pada 1 Mei 2001, maka kelas B non pendidikan mulai
diberlakukan secara operasional. Pada Tahun 2011 RSUD dr. Doris Sylvanus
terakreditasi 12 pelayanan dan menjadi Badan Layanan Umum Daerah.
Pada tahun 2014 Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus sudah menjadi Rumah
Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.03/I/0115/2014 Tentang penetapan RSUD dr. Doris Sylavnus sebagai Rumah
Sakit Pendidikan. Dan pada tahun 2015 Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus sudah
memiliki 306 tempat tidur.

3.1.2 Falsafah, Motto, Visi, Misi dan Tujuan


1). Visi
Menjadi Rumah Sakit Unggulan di Kalimantan.
2). Misi
 Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK)
 Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkomitmen
tinggi
 Meningkatkan prasarana dan sarana yang modern
 Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien
 Meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran
dan kesehatan
3). Motto
“ BAJENTA BAJORAH “
Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua orang dengan ramah tamah,
tulus hati dan kasih sayang.
4). Tujuan
Menjadi rumah sakit pendidikan unggulan di Kalimantan dalam pelayanan medis
khususnya bidang Kebidanan dan Kandungan serta dalam bidang Service
Excellence.
3.1.3 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
3.1.3.1 Kepala Instalasi Rawat Inap
1. Nama Jabatan : Kepala Instalasi Rawat Inap
2. Pengertian : Seorang tenaga keperawatan yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam
mengatur dan mengendalikan kegiatan
pelayanan di instalasi rawat inap.
3. Persyaratan :
a. Pendidikan : S1 Keperawatan + Ners
b. Kursus/Pelatihan : - Manajemen Pelayanan Keperawatan
Ruang/Bangsal
- BHD
c. Pengalaman Kerja : - Sebagai Perawat Pelaksana 3-5 tahun
- Pengalaman kerja lebih dari 10 tahun
- Memiliki kemampuan manajerial
keperawatan
- Pernah memimpin ruangan rawat inap
- Mampu menjalin hubungan interpersonal
yang baik.
d. Kondisi Fisik : - Sehat Jasmani dan Rohani
4. Tanggung Jawab :
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Instalasi Rawat Inap bertanggung
jawab kepada Direktur melalui Wadir Pelayanan terhadap hal-hal :
a. Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
b. Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
keperawatan
c. Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga keperawatan
d. Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru
e. Kebenaran dan ketepatan Protap/SOP pelayanan Keperawatan
f. Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelayanan
Instalasi Rawat Inap
g. Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat
h. Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan program bimbingan
mahasiswa/mahasiswa institusi pendidikan keperawatan
5. Wewenang :
a. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
b. Memberikan petunjuk dan bimbingan pelaksana tugas bawahan di
lingkungan Instalasi Rawat Inap
c. Mengkoordinasikan, mengendalikan dan memantau penggunaan
fasilitas dan kegiatan pelayanan keperawatan
d. Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang kepala Instalasi Rawat Inap
e. Memberi saran dan pertimbanagn kepada atasan
f. Menilai kinerja semua tenaga yang bekerja di Instalasi rawat inap
yang di koordinasi dengan kepala ruangan
g. Menegur bawahan bila melanggar disiplin kerja
6. Uraian Tugas
a. Perencanaan
- Mempelajari program Rumah Sakit, kebijakan Direktur Rumah
Sakit sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
- Menyusun rencana operasional Instalasi Rawat Inap dengan
menganalisis berdasarkan rencana kerja tahun sebelumnya,
proyeksi kegiatan yang akan datang, berdasarkan arahan dari
atasan agar pelaksanaan pelayanan di Instalasi Rawat Inap dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien
- Membuat rencana kebutuhan rutin obat-obatan, alat kesehatan,
alat tulis kantor, alat rumah tangga dengan menginventarisasi dan
mengoreksi daftar kebutuhan yang diajukan bawahan, guna di
usulkan ebagai rencana kebutuhan Instalasi Rawat Inap
- Merencanakan dan menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di Instalasi Rawat Inap
b. Pelaksanaan
- Menyusun tata cara kerja Instalasi Rawat Inap yang meliputi cara
pelaksanaan tugas, pendistribusian tugas, penentuan target kerja
serta bimbingan dan pengendalian pelaksanaannya
- Mengkoordinasikan dan mengendalikan penggunaan fasilitas dan
pelaksanaan kegiatan layanan rawat inap bagi pasien serta
pengadministrasiannya, agar terjalin kerja sama untuk
meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Rawat Inap
- Mengadakan rapat koordinasi dengan unit kerja yang berada di
lingkungan rawat inap dan antar bidang
- Melakukan koordinasi dengan satuan kerja terkait mengenai hal
yang berhubungan dengan pelayanan di Instalasi Rawat Inap
sesuai dengan permasalahannya agar pelaksanaan pelayanan dapat
berjalan efektif dan efisien
- Membuat laporan berkala dan laporan khusu Instalasi Rawat Inap
dengan menganalisa data pelaksaan, informasi, dokumen dan
laporan yang dibuat oleh bawahan untuk disampaikan ke Kepala
Bidang Keperawatan
- Membuat ususlan tenaga medis, tenaga keperawatan, dan tenaga
lainnya sesuai kebutuhan berdasarkan beban dan bobot kerja,
untuk diajukan kebutuhannya sesuai prosedur yang berlaku
- Memberi bimbingan langsung kepada kepla ruangan dan
membantumenyelesaikan permasalahan yang timbul di ruang
rawat tentang pelaksanaan pelayanan keperawatan, sesuai
kebijakan bidang keperawatan
- Mengadakan pertemuan secara berkala di Ruang Rawat inap
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di Bidang
Keprawatan melalui pertemuan ilmiah dan seminar/symposium
c. Pengawasan
- Membimbing dan menilai mutu pelayanan Instalasi Rawat Inap
yang berkaitan dengan SDM dan fasilitas agar kegiatan berjalan
dengan lancar
- Memantau dan menilai mekanisme kerja tugas bawahan melalui
laporan atau memeriksa langsung hasil kerja bawahan untuk
mengetahui adanya permasalahan dan memberi petunjuk cara
penyelesaiannnya
d. Evaluasi
- Membuat analisa staf yang berkaitan denganPelayanan Instalasi
Rawat Inap dengan menganalisa data, permasalahan yang ada,
alternatif pemecahan masalah sebagai bahan masukan dalam
pengambilan keputusan Direktur Rumah Sakit

3.1.3.2 Kepala Ruang Pelayanan Rawat Inap


1. Nama Jabatan : Kepala Ruangan
2. Pengertian : Seorang tenaga keperawatan yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam
mengatur dan mengendalikan pelayanan
keperawatan di Ruang Rawat Inap
3. Persyaratan :
a. Pendidikan : S1 Keperawatan + Ners
b. Kursus/Pelatihan : - Manajemen Pelayanan Keperawatan
Ruang/Bangsal
c. Pengalaman Kerja : - Sebagai Perawat Pelaksana 3-5 tahun
d. Kondisi Fisik : - Sehat Jasmani dan Rohani
4. Tanggung Jawab :
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Ruangan bertanggung jawab
kepada Kepala Instalasi Rawat Inap terhadap hal-hal :
a. Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
b. Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan
keperawatan
c. Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga keperawatan
d. Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru
e. Kebenaran dan ketepatan Protap/SOP pelayanan Keperawatan
f. Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelayanan
keperawatan
g. Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat
h. Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan program bimbingan
mahasiswa/mahasiswi institusi pendidikan keperawatan
5. Wewenang :
a. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
b. Memberikan petunjuk dan bimbingan pelaksana tugas staf
keperawatan
c. Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan mutu Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap
d. Menandatangani surat dan dokumen yang di tetapkan menjadi
wewenang Kepala Ruangan
e. Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Instalasi/Kasub bid/Kepala
Rumah Sakit untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan keperawatan
6. Uraian Tugas
a. Menyusun rencana kerja (harian, bulanan dan tahunan) kepala ruangan
b. Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperaatan di
ruang rawat yang bersangkutan
c. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi untuk ruang rawat, koordinasi dengan Kepala
Instalasi
d. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat, melalui kerjasama dengan petugas lain yang bertugas di
ruang rawatnya
e. Menyusun jadwal/daftar dinas bulanan dan cuti tahunan tenaga
keperawatan dan tenaga lain sesuia kebutuhan pelayanan dan
peraturan yang berlaku di RS
f. Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga lain
yang akan bekerja diruang rawat
g. Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan
pelayanan/Asuhan Keperawatan sesuai standar
h. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf
keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya
i. Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti
kegiatan ilmiah dengan koordinasi Kepala Instalasi/Kepala Bidang
Keperawatan
j. Mengupayakan pengadaan peralatan sesuai kebutuhan berdaarkan
ketentuan/kebijakan rumah sakit
k. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam
keadaan siap pakai
l. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk kelancaran
pemberian Asuhan Keperawatan
m. Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan
n. Melaksanakan supervisi asuhan keperawatan secara teratur kepada
ketua tim dan perawat pelaksana
o. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan dan asuhan keperawatan
dari pengumpulan data sampai dengan menyusun rencana tindak lanjut
baik secara mandiri atau koordinasi dengan tim terkait sesuai dengan
indikator mutu yang di tetapkan
p. Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada di
bawah tanggung jawabnya

3.1.3.3 Uraian Tugas Ketua Tim


1. Nama Jabatan : Ketua TIM di Ruang Rawat
2. Pengertian : Seorang tenaga keperawatan yang diberi
wewenang untuk memimpin tim dalam
memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat
3. Persyaratan :
a. Pendidikan : Berijazah pendidikan formal keperawatan/
dan kebidanan yang disahkan oleh pemerintah/ yang
pengalaman dari semua jenjang pendidikan berwenang
b. Kondisi Fisik : Sehat Jasmani dan Rohani
4. Tanggung Jawab :
Dalam melaksanakan tugasnya Ketua Tim bertanggung jawab kepada
Kepala Ruang Rawat Inap terhadap hal-hal :
a. Kebenaran dan ketepatan dalam Asuhan Keperawatan pada setiap
pasien
b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksana
Asuhan Keperawatan/kegiatan lain yang dilakukan
c. Memimpin tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dalam tim yang di pimpin
5. Wewenang :
a. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
b. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batas kewenangannya
6. Uraian Tugas
a. Menjamin ketepatan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, evaluasi dan dokumentasi) seluruh asuhan
keperawatan pasien yang dikelola oleh tim
b. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan membahas kasus dan
upaya meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan
c. Melaksanakan tugas pagi-sore malam dan hari libur secara bergiliran
sesuai jadwal dinas
d. Meningkatkan pengetahuan danj keterampilan di bidang keperawatan
yang tepat antara lain melalui pertemuan ilmiah atas ijin/persetujuan
atasan
e. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara
lisan maupun tertulis pada saat pergantian dinas
3.1.3.4 Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap
1. Nama Jabatan : Perawat Pelaksana di Ruang Rawat
2. Pengertian : Seorang tenaga keperawatan yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam
melaksanakan pelayanan/asihan keperawatan di
Ruang Rawat Inap
3. Persyaratan :
e. Pendidikan : S1 Keperawatan + Ners
f. Kondisi Fisik : Sehat Jasmani dan Rohani
4. Tanggung Jawab :
Dalam melaksanakan tugasnya Perawat Pelaksana bertanggung jawab
kepada Ketua Tim terhadap hal-hal :
a. Kebenaran dan ketepatan dalam Asuhan Keperawatan pada setiap
pasien
b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksana
Asuhan Keperawatan/kegiatan lain yang dilakukan
5. Wewenang :
a. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
b. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batas kewenangannya
6. Uraian Tugas
a. Menyusun rencana Keperawatan atas persetujuan ketua tim sesuai
dengan kemampuannya
b. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien sesuai kompetensi
c. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan sesuai kompetensi
d. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan membahas kasus dan
upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan
e. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergantian
sesuai jadwal dinas
f. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang rawat
g. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan
yang tepat antara lain melalui pertemuan ilmiah atas ijin/persetujuan
atasan
h. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara
lisan maupun tulis, pada saat pergantian dinas
3.1.3.5 Pelaksana Administrasi dan Pelaporan
Persyaratan Jabatan :
1. Pendidikan : D III / SMA / Sederajat
2. Berkepribadian dan berakhlak baik
3. Berkemampuan untuk memahami petunjuk dan berkomunikasi dengan orang
lain
4. Sehat jasmani, rohani dan social
Tugas Pokok :
Menyelenggarakan sistem administrasi yang teratur dan melaksanakan
kegiatan administrasi umum, kepegawaian dan pelaporan serta pengelolaan arsip
yang tertib dan rapi di instalasi Rawat Inap
Bertanggung jawab kepada : Kepala Instalasi Rawat Inap
Wewenang :
1. Merencanakan dan meminta kebutuhan logistik penunjang alat tulis untuk
keperluan di instalasi Rawat Inap
2. Mengkompilasi semua laporan instalasi Rawat Inap
Uraian Tugas :
1. Merencanakan kebutuhan logistik pendukung untuk keperluan instalasi Rawat
Inap
2. Merencanakan sistem administrasi yang teratur, tertib dan efisien
3. Melakukan kegiatan administrasi dan pengelolaan arsip yang tertib, rapi
terhadap seluruh kegiatan ke Rawat Inap meliputi:
a. Administrasi surat menyurat
b. Administrasi keuangan
c. Administrasi kegiatan dan kinerja
d. Administrasi sumber daya manusia
e. Laporan perbekalan Rawat Inap setiap bulan
f. Administrasi hasil audit mutu
4. Menyiapkan semua data informasi yang diperlukan Kepala Instalasi Rawat Inap
5. Memberikan data dan informasi yang dibutuhkan oleh kepala ruang perawatan/
supervisor
6. Membantu supervisor dalam pengelolaan data kegiatan
7. Mengumpulkan laporan kegiatan dari tiap unit/ruang rawat setiap bulan
sebelum tanggal 10 (sepuluh).
8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Uraian Tugas Administrasi Rawat Inap :
1) Ikut merencanakan persiapan alat dan bahan untuk kebutuhan pelayanan
unit/ruang rawat inap
2) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh koordinator rawat jalan

3.1.4 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


a. Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan
1. Klinik Penyakit Dalam
2. Klinik Kebidanan dan Kandungan
3. Klinik Bedah
4. Klinik Jantung dan Pembuluh Darah
5. Klinik Mata
6. Klinik THT (Telinga-Hidung-Tenggorok)
7. Klinik Saraf
8. Klinik Gigi dan Mulut
9. Klinik Kulit dan Kelamin
10. Instalasi Rehabilitasi Medis / Fisioterapi
11. Klinik Anak
12. Klinik Tumbuh Kembang
13. Klinik VCT
14. Klinik Bedah Urologi (Bedah Saluran Kemih)
15. Klinik Bedah Orthopedi ( Bedah Tulang dan Trauma)
16. Klinik Paru
17. Klinik Jiwa
18. Klinik Gizi
19. Klinik Bedah Syaraf
20. Klinik Patologi Anatomi
21. Hemodialisa
Jam Pelayanan Loket :
Senin – Kamis : 06:30 – 12:00 WIB
Jumat : 06:30 – 09:30 WIB
Sabtu : 06:30 – 11:00 WIB
b. Pelayanan di Instalasi Rawat Inap
Berdasarkan SK Direktur RSUD dr. Doris Sylvanus No.
6369/KH-HK/RSUD/102015 Tentang Jumlah Tempat Tidur di RSUD dr.Doris
Sylvanus maka dalam melaksanakan pelayanan rawat inap RSUD dr. Doris
Sylvanus menyediakan 306 tempat tidur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dari pelayanan rawat inap kelas III sampai VIP. Karena RSUD dr.Doris Sylvanus
merupakan rumah sakit pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Tengah dengan
salah satu tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak mampu, maka
pelayanan rawat inap kelas III untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kurang
mampu disediakan 110 tempat tidur atau sebanyak 35,94 % dari seluruh tempat
tidur yang ada.
Untuk pasien yang memilih pelayanan VIP disediakan 52 tempat tidur.
Untuk pelayanan VIP pasien dapat memilih dokter spesialis sesuai yang
diinginkan.
Untuk informasi mengenai tarif dan fasilitas rawat inap, pihak rumah sakit
menyediakan papan informasi yang dapat dilihat pada poliklinik rawat jalan dan
pada Instalasi rawat inap RSUD dr.Doris Sylvanus.
3.2 Input
1. Tenaga dan Pasien (M1-Man)
a. Tenaga
Tabel 3.2.1 Komposisi Tenaga Keperawatan di Aster
% Pelatihan yang pernah
No Kualifikasi Jumlah
Diikuti
1. Komunikasi efektif, K3RS,
S1 Keperawatan Ners 4 Orang 40%
BHD
2. D4 Keperawatan 1 orang 10% Preseptor Mentor, Rekam
Medik
3. D3 Keperawatan 15 orang 50% CI, Manajemen Mutu,
keselamatan pasien
Total 20 Orang 100%

Tenaga Kesehatan di Ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus palangka raya
berjumlah 20 orang, sudah termasuk Kepala Ruangan
1. Jumlah Perawat yang berada di ruangan berdasarkan tingkat pendidikan
meliputi :
Sarjana Keperawatan Ners : 4 orang
D IV Keperawatan : 3 orang
D IIIKeperawatan : 14 orang
2. Jumlah perawat yang berada di ruang berdasarkan kepegawaian meliputi :
PNS : 14 orang
Non PNS : 6 orang
3. Tenaga perawat di Ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
seluruhnya berjumlah 20 orang, termasuk Kepala Ruangan dan Katim.
4. Berdasarkan jenjang karir
No Jenis Tenaga Jumlah %
1 Perawat Klinis I 6 30%
2 Perawat Klinis II 7 35%
3 Perawat Klinis III 7 35%
Total 20 100%

b. Pasien
Data 10 penyakit terbanyak di Ruang Aster bulan Maret 2024
Tabel 3.2.4 (Sepuluh) penyakit terbanyak di Ruang Aster
No. Nama Penyakit Jumlah %
1 CKD 20 28.42%
2 DM 8 17.76%
3 HIPOKALEMIA 3 10.87%
4 DHF 11 11.08%
5 THALASEMIA 8 8.25%
6 HIPERTENSI 8 7.42%
7 GASTRITIS 5 6.17%
8 PNEUMONIA 4 3.87%
9 SNH 4 3.66%
10 SIROSIS HEPATIS 4 2.19%

c. Perhitungan Jumlah Tenaga di Ruangan


Pada saat pengkajian dan wawancara dengan kepala ruangan tanggal 19
April 2024 di dapatkan keterangan bahwa jumlah perhitungan tenaga di ruang
Aster masih belum mencukupi dan tidak sesuai kualifikasi pasien serta ada
beberapa tenaga perawat yang cuti melahirkan dan sebagian baru melahirkan
kurang dari 6 bulan sehingga dijadwalkan dinas pagi, sehingga perawat yang
berdinas sore dan malam dikurangi sehingga tidak memenuhi kualifikasi
pelayanan.
Rata-rata jumlah perawatan pasien per hari berdasarkan tingkat
ketergantungan menurut teori DEPKES RI di Ruang Aster RSUD dr. Doris
sylvanus Palangka Raya pada tanggal 19 April 2024.
Dengan rumus sebagai berikut :
TP = A + B + C
A = Jumlah tenaga perawatan
= Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per shift (7 jam)
B = Loss Day
= Jlh hr minggu dlm setahun + Cuti + Hari besar x A
Jumlah hari kerja efektif
C = Faktor koreksi
=( A + B ) x 25%
TP = A + B + C
Rata-rata jam perawatan klien berdasarkan penelitian LN
A = jumlah jam perawatan = 65 = 9,2
Jumlah kerja efektif per shift 7
Rata-Rata Jam Perawatan Klien Berdasarkan Tk.Kertergantungan
A = jumlah jam perawatan = 59,51 = 8,5
Jumlah kerja efektif per shift 7

Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam


No
Jenis/kategori Pasien/har Perawatan/Pasien/har Perawatan/har
i i i
1 Askep 7 2 6
Minimal
2 Askep Sedang 7 3,8 26,6
4 Askep 3 6,16 6,16
Maksima
l
17 59,51

B = Jml hari Minggu dalam 1 thn + cuti + hari besar x jml prwt tersedia
Jml hari kerja efektif
= 52+ 12 + 14 = 78 hari x 20 = 5,45
286 286
C = Jumlah tenaga keperawatan (A) + loss day (B) x 25 %
= ( 20 + 8,5 ) x 25 = 7,12
100
= Jumlah tenaga = Tenaga Tersedia + Loss Day + Faktor Koreksi
= 20 + 5,45 + 7,1 = 27,9 = 32,5 Orang

Jumlah perawat ruang Aster total 20 orang, dan dari perhitungan menurut
metode DEPKES RI adalah 28 orang, artinya tenaga perawat ruang Aster masih
kurang 8 orang. Masalah dalam M1 Man yaitu Jumlah perawat yang tidak sesuai
dengan jumlah dan klasifikasi pasien.

3.2.1 Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2-Material)


Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 19 April 2024 didapatkan bahwa
lingkungan Ruang Aster Masih dikategorikan kekurangan sarana prasarana seperti
jam dinding untuk pasien orientasi waktu. Di ruang alat-alat kesehatan tidak ada
brankar dan sebagian alat ada yang rusak dan kurang baik.
Dari hasil perbandingan alat dari Ruangan Aster dan alat-alat teori
Menurut Depkes ada beberapa alat-alat kesehatan yang tidak ada di ruangan
Bougenville contoh nya seperti irigator set, sterilisator, slym Zuiger,VC set,
korentang dan semptung, glesrin spuit, eskap, gurita, Gordyn, kimono/baju besar,
Manset dewasa, manset anak, piyama , selimut wool,sarung buli-buli panas,sarung
eskap,sarung windring, taplak meja pasien,sarung 02, taplak meja teras, vitrase,
banak short, komot,light cas, lampu kunci duplikat, nampan, tempat tidur
fungsional,troly pispot.
1. Fasilitas untuk pasien
1) Secara keseluruhan ruang Aster memiliki 24 tempat tidur terdiri dari:
1. Kelas I : 1,2,3,4,5, ruangan, dengan kapasitas 1 tempat tidur
2. Kelas II : 8 ruangan, dengan kapasitas 3 tempat tidur
3. Kelas III : 6,7,9 ruangan, dengan kapasitas 5 tempat tidur
2) Bantal : 24 buah
3) Kursi Roda : 5 Buah
4) Kamar Mandi dan WC : 9 buah
5) Wastafel : 9 Buah
6) Lemari pasien : 24 buah
7) Urinal/Pispot : buah
1) Fasilitas dan alat kesehatan di Ruang Aster RSUD dr. Doris sylvanus Palangka
Raya
Keadaan Barang
No. Jenis Barang Jumlah Kurang
Baik Rusak
Baik
1. Ranjang Pasien 24 Buah 23
2. Kasur Pasien 24 Buah 23
3. Oximeter 1 Buah 1
4. Suction 1 Buah 1
5. EKG 2 Buah 1 1
7. Lampu Baca Rontgen 1 Buah 1
8. Glucotest 1 Buah 1
9. BSM 3 Buah 2 1
10. Regulator 24Buah 15 3
12. Kursi Roda 5 Buah 2 1
13. Brankard Pasien 1 Buah
14. Tiang Infus 24 Buah 12 8 3
15. Nebulizer Buah 1 1
16. Ambu Bag Adult 1 Buah 1
17. Bed Side Cabinat 23 Buah 23
18. Lemari Obat Emergency 1 Buah 1
19. Tensi digital 3Buah 1 1
20. Tensi Monitor 0 Buah 2
21. Torniquet 1Buah 1 2
22. Termometer 1Buah 1 2
23. Alat Huknah 1 Buah 1
24. Penlight 1 Buah 1

2). Daftar alat rumah tangga


No Nama Barang Jumlah Ratio
1 Printer 1 /Ruangan
2 Kipas angin
4 Kulkas 1 /Ruangan
5 Komputer PC 4 /Ruangan
6 Monitor PC 4 /Ruangan
7 TV 3
8 Jam Dinding 1
11 AC 13
12 Rak Tempat Obat Klien 1 /Ruangan
13 Wastafel 9 /Ruangan
14 Lemari Linen 1 /Ruangan
15 Bak sampah besar 4 / Ruangan
16 Bak sampah medis 4 /Ruangan
17 APAR 1 /Ruangan
18 Brankar 1 /Ruangan
19 Kursi roda 5 / Ruangan
18 Standar infuse 24 /Ruangan
20 Lemari Obat High Alert 1 /Ruangan
21 Lemari Pasien 24 /Ruangan
22 Safety box 1 /Ruangan
23 Lampu rontgen 1 /Ruangan
24 Lemari loker 1 /Ruangan
25 Kotak saran 0 /Ruangan
26 Troli Dresing 2 / Ruangan
27 Troli Injeksi 2 / Ruangan
28 Meja Kerja 2

29 Kursi Besi Lipat 6

30 Kursi Busa Berputar 3

3).Daftar alat kantor


No Nama Barang Jumlah Alat Ratio Ideal
1 Loker perawat 1 / Ruangan
2 Lemari arsip besi 1 / Ruangan
3 Lemari obat 2 / Ruangan
4 Lemari RM 1 /Ruangan
4 Telepon 1 / Ruangan
5 Papan tulis putih 1 / Ruangan
6 Lemari kayu 1 / Ruangan
7 Meja kerja 2 / Ruangan
8 Printer 1 / Ruangan
9 Komputer 4 / Ruangan

2. Alat tenun
1. Sprei : 35buah
2. Sarung Bantal : 35buah
3. Stik laken : 5 buah
4. Selimut Dewasa : 10buah
5. Baju Operasi : 5 buah
3. Administrasi Penunjang Ruangan
1. Buku Register pasien masuk-keluar
2. Buku register pasien pulang – meninggal
3. Buku konsul baca rontgen thorax
4. Buku TTV
5. Buku Visite dokter
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
1) Penerapan Model Asuhan Keperawatan
a) M1 (manusia / ketenagaan)
Berdasarkan hasil observasi, Ruangan Aster RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya menerapkan Model Asuhan Keperawatan Metode MAKP Tim.
Berdasarkan dari struktur MAKP Tim yang ada di ruangan Aster didapatkan
bahwa model asuhan keperawatan profesional yang digunakan di Ruang Aster
adalah model Tim. Hanya saja pada pelaksanaannya sehari-hari masih belum
dilaksanakan dengan maksimal karena tidak sesuai dengan uraian tugasnya
masing-masing dan jumlah staf perawat masih kurang dibandingkan jumlah
pasien yang dirawat.
Pada dinas pagi menggunakan metode tim yaitu kepala ruangan
menjalankan tugas managerial, sedangkan baik ketua tim dan perawat
pelaksana bertugas menjalankan asuhan keperawatan dan fungsi administrasi
ruangan (pasien pulang)
Pada dinas sore dan malam, metode yang digunakan adalah fungsional,
dimana pemberian asuhan keperawatan dengan karakteristik, kontinuitas dan
komprehensif dalam asuhan keperawatan oleh dua orang perawat yang
bertanggung jawab merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasikan
selama pasien dirawat diruang perawatan, perawat yang bertanggung jawab
selama shif dinas dengan tugas pokok menerima dan mengorientasikan pasien
yang masuk, melakukan pengkajian dan menegakkan diagnosis, membuat
rencana dan mengadakan komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain
antara rencana yang dibuat, mengevaluasi hasil tindakan, membuat rencana
pulang dan melakukan rujukan. Hal ini disebabkan karena jumlah perawat
yang dinas terbatas dan ada beberapa perawat yang hanya bisa dinas pagi dan
sore saja.
Penyebab lain penerapan model tim tidak bisa dilaksanakan antara lain
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan perawat di ruangan. Di ruangan
Aster hanya terdapat 4 perawat yang lulusan S1 Ners, 1 perawat lulusan D4
Keperawatan, 15 perawat lulusan D3 Keperawatan. Metode MAKP Tim
mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat
sedikit, tetapi pasien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya.

Diagram 3.1 Apakah Kepala ruangan sudah optimal dalam melaksanakan


tugas- tugasnya
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 18 perawat (92%) mengatakan kepala ruangan sudah
optimal dalam melaksanakan tugas- tugasnya, 2 perawat (8%) mengatakan
kepala ruangan tidak optimal dalam melaksanakan tugas- tugasnya.

Diagram 3.2 Apakah jumlah perawat dan pasien diruangan sudah sesuai
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan jumlah perawat dan
pasien diruangan sudah sesuai, (0%) perawat mengatakan jumlah perawat dan
pasien diruangan tidak sesuai.

Diagram 3.3 Apakah pembagian tugas yang dilakukan di ruangan sudah


sesuai dengan struktur organisasi yang telah ada
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 18 perawat (92%) mengatakan pembagian tugas yang
dilakukan di ruangan sudah sesuai dengan struktur organisasi yang telah ada, 2
perawat (8%) mengatakan pembagian tugas yang dilakukan di ruangan tidak
sesuai dengan struktur organisasi yang telah ada.
b) M2 (material dan prasarana)

Diagram 3.4 Apakah peralatan diruangan sudah lengkap untuk perawatan


pasien
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan peralatan diruangan
sudah lengkap untuk perawatan pasien, (0%) mengatakan peralatan diruangan
tidak lengkap untuk perawatan pasien.

Diagram 3.5 Apakah jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan rasio
pasien
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan jumlah alat yang
tersedia sudah sesuai dengan rasio pasien, (0%) mengatakan jumlah alat yang
tersedia tidak sesuai dengan rasio pasien.
c) M3 (Metode)

Diagram 3.6 Apakah anda mengetahui model asuhan keperawatan yang


digunakan perawat diruangan saat ini
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan mengetahui model
asuhan keperawatan yang digunakan perawat diruangan saat ini , (0%)
mengatakan tidak mengetahui model asuhan keperawatan yang digunakan
perawat diruangan saat ini

Diagram 3.6 Apakah telah terlaksanan komunikasi yang adekuat antara


perawat dengan kesehatan lain
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 17 perawat (83%) mengatakan telah terlaksanan
komunikasi yang adekuat antara perawat dengan kesehatan lain , 3 perawat
(17%) mengatakan tidak terlaksanan komunikasi yang adekuat antara perawat
dengan kesehatan lain.

Diagram 3.7 Apakah anda mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 15 perawat (75%) mengatakan mengenal atau
mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien, 5
perawat (25%) mengatakan tidak mengenal atau mengetahui kondisi pasien
dan tidak dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.

2) Timbang Terima
Kegiatan timbang terima pasien di ruang Aster terkadang tidak tepat
waktu dan di lakukan di nurse station secara lisan atau tertulis dan tanpa
melihat pasien langsung. Hanya secara berkala saja ke ruangan pasien
langsung sesuai kondisi pasien.

Diagram 3.8 Berapa kali operan / timbang terima dilakukan diruangan


Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan 3 kali operan/ timbang
terima dilakukan diruangan. (0%) perawat mengatakan 2 kali operan/ timbang
terima dilakukan diruangan, (0%) perawat mengatakan 1 kali operan/ timbang
terima dilakukan diruangan,

Diagram 3.9 Apakah kegiatan operan/ timbang terima dilakukan dan


didampingi oleh penanggung jawab
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 8 perawat (34%) mengatakan kegiatan operan/ timbang
terima dilakukan dan didampingi oleh kepala ruangan, 6 perawat (33%)
mengatakan kegiatan operan/ timbang terima dilakukan dan didampingi oleh
perawat primer, 6 perawat (33%) mengatakan kegiatan operan/ timbang terima
dilakukan dan didampingi oleh katim.
3) Sentralisasi Obat
Di ruang Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
menggunakan metode ODD (One Day Distribution) di mana seluruh obat
yang diberikan oleh farmasi diserahkan seluruh pengelolaannya kepada
perawat. Setelah farmasi memberikan obat kemudian obat diberikan pada
pasien sesuai dengan indikasi, pada saat pemberian obat perawat menjelaskan
mengenai obat apa yang akan diberikan.
Diagram 3.10 Apakah diruangan terdapat sentralisasi obat
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan diruangan terdapat
sentralisasi obat, (0%) mengatakan diruangan tidak terdapat sentralisasi obat.

Diagram 3.11 Apakah kelengkapan sarana dan prasarana pendukung


sentralisasi obat telah lengkap
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung sentralisasi obat telah lengkap, (0%) mengatakan
kelengkapan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi obat telah tidak
lengkap.
Diagram 3.12 Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada pasien
anda selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang
telah digunakan.
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 15 perawat (73%) mengatakan selama ini sebelum
memberikan obat kepada pasien perawat selalu menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah digunakan, 5 perawat (27%) mengatakan selama
ini sebelum memberikan obat kepada pasien perawat tidak menginformasikan
jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan.
4) Supervisi Keperawatan
Di Ruang Aster untuk supervisi pendokumentasian dan pemberian
asuhan keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan. Untuk pelaksanaan
supervisi belum berjalan optimal, belum ada uraian yang jelas dan belum
tersedia format bakunya.

Diagram 3.13 Apakah supervisi telah dilakukan diruangan


Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan supervisi tidak dilakuan
terjadwal (setiap hari), (0%) perawat mengatakan supervisi 2x/bulan, (0%)
perawat mengatakan supervisi 1x/bulan.
Diagram 3.14 Apakah format untuk supervisi sudah sesuai standar
keperawatan
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan format untuk supervisi
sudah sesuai standar keperawatan, (0%) mengatakan format untuk supervise
tidak sesuai standar keperawatan.

5) Perencanaan Pulang (discharge planning )


Untuk discharge planning di Ruang Aster didapatkan data perencanaan
pulang pada pasien sudah dilaksanakan dengan pemberian informasi tentang
waktu kontrol dan obat yang harus diminum ketika pulang.

Diagram 3.15 Apakah perawat mengerti tentang perencanaan pulang


Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 18 perawat (92%) mengatakan mengerti tentang
perencanaan pulang, 2 perawat (8%) mengatakan tidak mengerti tentang
perencanaan pulang.
Diagram 3.16 Apakah setiap selesai melakukan perencanaan pulang anda
melakukan pendokumentasian.
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 15 perawat (77%) mengatakan setiap selesai melakukan
perencanaan pulang perawat melakukan pendokumentasian. 5 perawat (23%)
mengatakan setiap selesai melakukan perencanaan pulang perawat tidak
melakukan pendokumentasian.

6) Ronde Keperawatan
Di ruangan Aster ronde keperawatan belum dilaksanakan. Hanya akan
dilaksanakan apabila ada mahasiswa Ners praktek Stase Manajemen.

Diagram 3.17 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan diruangan sudah


optimal
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 12 perawat (58%) mengatakan pelaksanaan ronde
keperawatan diruangan sudah optimal. 8 perawat (42%) mengatakan
pelaksanaan ronde keperawatan diruangan tidak optimal.
Diagram 3.18 Apakah ronde keperwatan dilaksanakan rutin 1 bulan sekali
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 10 perawat (50%) mengatakan ronde keperwatan
dilaksanakan rutin 1 bulan sekali, 10 perawat (50%) mengatakan ronde
keperwatan tidak dilaksanakan rutin 1 bulan sekali.

7) Standar/ Pedoman Protap

Diagram 3.19 Apakah perawat sudah melaksanakan asuhan keperawatan


diruangan sesuai dengan SOP yang ada
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan perawat sudah
melaksanakan asuhan keperawatan diruangan sesuai dengan SOP yang ada,
(0%) mengatakan perawat sudah melaksanakan asuhan keperawatan diruangan
sesuai dengan SOP yang ada.
8) Dokumentasi Keperawatan
Di Ruang Aster perawat mengatakan format catatan perawatan yang
mencakup problem, intervensi dan evaluasi yang telah disusun selalu
berdasarkan satuan kerja. Pendokumentasian di ruangan biasanya segera
dilakukan setelah melakukan tindakan.

Diagram 3.20 Apakah perawat ada format pendokumentasian yang baku


diruangan
Berdasarkan diagram di atas dari 20 orang perawat di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 20 perawat (100%) mengatakan perawat ada format
pendokumentasian yang baku diruangan, (0%) mengatakan perawat tidak ada
format pendokumentasian yang baku diruan.

3.1 Tingkat kepuasan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan

Diagram 3.1.1 Reability (Keandalan), Perawat memberikan informasi tentang


fasilitas yang tersedia, cara penggunaanya, dan tata tertib yang
berlaku dirumah sakit
Berdasarkan diagram di atas dari 17 orang pasien di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 11 pasien (65%) mengatakan sangat puas mengenai
Reability (Keandalan) perawat Perawat memberikan informasi tentang
fasilitas yang tersedia, cara penggunaanya, dan tata tertib yang berlaku
dirumah sakit, 6 pasien (35%) mengatakan puas mengenai Reability
(Keandalan) perawat Perawat memberikan informasi tentang fasilitas yang
tersedia, cara penggunaanya, dan tata tertib yang berlaku dirumah sakit

Diagram 3.1.2 Assurance (jaminan), perawat teliti dan terampil dalam


melaksanakan tindakan keperawatan kepada anda
Berdasarkan diagram di atas dari 17 orang pasien di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 7 pasien (47%) mengatakan sangat puas mengenai
assurance (jaminan) , 8 pasien (47%) mengatakan puas mengenai assurance
(jaminan), 2 pasien (12%) mengtakan tidak puas mengenai assurance
(jaminan), (0%) mengatakan sangat tidak puas mengenai assurance (jaminan).

Diagram 3.1.3 Tangibles (kenyataan), perawat menjaga kebersihan dan


kesiapan alat-alat kesehatan yang digunakan
Berdasarkan diagram di atas dari 17 orang pasien di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 10 pasien (59%) mengatakan sangat puas perawat
menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan yang digunakan, 5 pasien
(29%) mengatakan puas perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat
kesehatan yang digunakan, 2 pasien (12%) mengatakan tidak puas perawat
menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan yang digunakan, (0%)
pasien mengatakan sangat tidak puas perawat menjaga kebersihan dan
kesiapan alat-alat kesehatan yang digunakan.

Diagram 3.4 Emphaty (empati), perawat memberikan informasi kepada anda


tentang segala tindakan keperawatan yang akan anda
laksanakan
Berdasarkan diagram di atas dari 17 orang pasien di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 8 pasien (47%) mengatakan sangat puas saat perawat
memberikan informasi kepada anda tentang segala tindakan keperawatan yang
akan anda laksanakan, 8 pasien (47%) mengatakan puas saat perawat
memberikan informasi kepada anda tentang segala tindakan keperawatan yang
akan anda laksanakan, 1 pasien (6%) mengatakan tidak puas saat perawat
memberikan informasi kepada anda tentang segala tindakan keperawatan yang
akan anda laksanakan, (0%) pasien mengatakan sangat tidak puas saat perawat
memberikan informasi kepada anda tentang segala tindakan keperawatan yang
akan anda laksanakan

Diagram 3.6 responsiveness (tanggung jawab), perawat membantu anda


untuk pelaksanaan pelayanan foto dan laboratorium
Berdasarkan diagram di atas dari 17 orang pasien di Ruang Aster
didapatkan sebanyak 6 pasien (35%) mengatakan sangat puas mengenai
tanggung jawab perawat membantu anda untuk pelaksanaan pelayanan foto
dan laboratorium , 8 pasien (47%) mengatakan puas mengenai tanggung jawab
perawat membantu anda untuk pelaksanaan pelayanan foto dan laboratorium,
3 pasien mengatakan tidak puas mengenai tanggung jawab perawat membantu
anda untuk pelaksanaan pelayanan foto dan laboratorium, (0%) pasien
mengatakan sangat tidak puas mengenai tanggung jawab perawat membantu
anda untuk pelaksanaan pelayanan foto dan laboratorium.

DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT

4
3.8
DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT
3.6
3.4
3.2
3
2.8
2.6
2.4
2.2
2 RO [X VALUE]; [Y VALUE]
1.8
1.6
1.4
1.2
1
MAKP [X VALUE]; [Y VALUE]
0.8
0.6 M2 [X VALUE]; [YM4
VALUE]
[X VALUE]; [Y VALUE]
0.4
M1 [X VALUE]; [Y VALUE] M5 [X VALUE]; [Y VALUE]
0.2 M3 [X VALUE]; [Y VALUE]
-2.6 -2.4 -2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.20 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
-2

KETERANGAN

M1 = Ketenagakerjaan
M2 = Sarana dan Prasarana
M3 = Metode
M4 = Money
M5 = Mutu (Marketing )
RO = Ronde Keperawatan
Analisa SWOT

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


1. M1-Ketenagaan
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (strength)
a. Pembagian tugas di ruang aster sudah 0,2 3 0,6
sesuai struktur organisasi
b. Pendidikan tenaga medis ruang aster
S -W
Sarjana keperawatan ners 4 orang 2
0,2 0.4
D4 Keperawatan : 1 orang 2,8 – 2,6 =
D3 Keperawatan : 15 orang. 0,2
c. Adanya pelatihan meningkatkan
kompetensi perawat 0,3 3 0,9
d. Lama masa kerja perawat
< 5 tahun : 8 orang
0,3 3 0,9
5-10 tahun : 2 orang
>10 tahun : 10 orang

Total 1 2,8
Kelemahan ( weakness)
a. Belum optimalnya pelatihan bagi semua 0,3 3 0,9
perawat
b. Pelatihan yang sudah diikuti semua
0,3 3 0,9
perawat ruang aster hanya pelatihan K3
dan APAR
c. Baru 4 perawat dari 20 orang yang sudah 0,2 2 0,4
mengikuti BTCLS
d. Baru 4 orang yang berpendidikan S1 Ners 0,2 2 0,4

Total 1 2,6
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity)
a. Sebagian besar perawat mempunyai 0,3 3 0,9
kemauan untuk meningkatkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. O –T
0,3 3 0,9
b. Adanya kesempatan melanjutkan
3-2,7 = 0,3
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
c. Adanya kebijakan rumah sakit tentang 0,4 3 1,2
profesionalisasi perawat

Total 1 3

Ancaman (threatened)
a. Makin tingginya kesadaran masyrakat 0,3 2 0,6
akan adanya perlindungan hukum
terhadap tindakan kesehatan yang
diberikan
0,4 3 1,2
b. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat
untuk pelayanan yang lebih professional 0,3 3 0,9
c. Adanya pertanggung jawaban legaitas
bagi pasien

Total 1 2,7

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


M2 (Sarana dan Prasarana)
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
a. Ruang aster mempunyai 24 tempat tidur 0,4 2 0,8
b. Adanya Wastafel, WC, AC disetiap 0,2 3 0,6
ruangan pasien dan ruang perawat
c. Semua perawat mengerti cara 0,2 2 0,4 S–W
menggunakan alat sarana medis
d. Tersedianya bak sampah medis dan non 0,2 2 0,4 2,2 - 2 = 0,2
medis
Total 1 2,2
Kelemahan ( weakness)
a. Kurangnya sarana medis seperti pispot 0,4 2 0,8
b. Adanya keluarga pasien yang
menggunakan wastafel untuk mencuci
piring dan gelas 0,6 2 1,2

Total 1 2
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity)
a. Adanya pengadaan sarana dan 0,4 3 1,2
prasarana yang dari bagian pengadaan
barang
b. Adanya peluang untuk memperbaiki
0,6 2 1,2
dan membenahi keadaan sarana yang
rusak tersebut
Total 1 2,4
Ancaman (threatened)
a. Adanya keluhan dan tuntutan dari 0,4 3 1,2 O –T
masyarakat tentang kesediaan sarana dan
prasarana yang memadai 2,4 – 3 = -0,6
b. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat
0,6 3 1,8
untuk pelayanan yang profesional

Total 1 3

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


3. M3 (Method-MAKP)
Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
a. Sudah ada model asuhan keperawatan 0,3 3 0,9
yang digunakan S -W
b. Mempunyai SPO Tindakan keperawatan 0,2 3 0,6
c. Tersedianya status pasien yang baku 3-2=1
d. Timbang terima merupakan kegiatan rutin 0,2 3 0,6
yang telah di laksanakan
e. Kerjasama tim yang dibagi per tim sudah 0,3 3 0,9
terlaksana dengan baik sesuai tugasnya
Total 1 3
Kelemahan ( weakness)
a. Ronde keperawatan belum pernah 1 2 2
dilaksanakan
Total 1 2
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity)
a. Adanya mahasiswa Ners keperawatan 0,2 2 0,4
praktek manajemen keperawatan di
ruangan aster
b. Adanya mahasiswa Koas yang berdinas 0,2 2 0,4 O –T
di ruangan aster
c. Adanya tenaga keperwatan yang 0,3 3 0,9 2,6-2,4 = 0,2
melakukan tugas supervisior
d. Timbang terima sudah berfokus pada 0,3 3 0,9
masalah keperawatan

Total 1 2,6
Ancaman (threatened)
a. Persaingan dengan rumah sakit swasta 0,4 3 1,2
yang semakin ketat
b. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0,3 2 0,6
hukum
c. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0,3 2 0,6
pentingnya kesehatan
Total 1 2,4

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


4. M4 ( Money )
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
a. Dana operasional ruangan aster diperoleh 0,5 3 1,5 S -W
dari APBD Rumah Sakit dr Doris
Sylvanus Palangkaraya 3-2=1
b. Memiliki daftar tarif distribusi jasa 0,5 3 1,5
pelayanan Kesehatan pasien sesuai dengan
kelasnya
Total 1 3
Kelemahan ( weakness)
a. Tidak ada masalah yang signifikan, 1 2 2
karena pembiayaan di setiap ruangan
atas anggaran rumah sakit yang telah di
tetapkan .
Total 1 2
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity) O –T
a. Adanya kerjasama pendanaan dengan 0,6 4 2,4
pihak ketiga dalam hal pembiayaan 3,6 – 3= 0,6
b. Perawat terlihat semangat dan dapat
menyelesaikan tugas/pekerjaan sesuai 0,4 3 1,2
dengan waktu yang ditetapkan.

Total 1 3,6
Ancaman (threatened)
a. Adanya tuntutan dari masyarakat yang
lebih profesional dengan harga yang 0,6 3 1,8
terjangkau : persaingan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan keperawatan
b. Adanya tuntutan dari klien/keluarga untuk 0,4 3 1,2
memperbaiki fasilitas atau kebutuhan tidak
terduga
Total 1 3

No Analisis Bobot Rating Bobot x Rating


5. M5 (Marketing )
Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional
Faktor internal (IFAS) S-W
Kekuatan
a. Kepuasan pasien terhadap pelayanan di 0,5 4 2 4 – 2,6 = 1,4
ruangan sebanyak 47% menyatakan
sangat puasa dan 47% menyatakan puas
dengan pelayanan yang diberikan
b. Masyarakat bisa menggunakan jasa 0.5 4 2
ASKES, JAMKESMAS, JAMSOSTEK

Total 1 4
Kelemahan ( weakness)
a. Pasien yang dirawat lebih banyak dari 0,6 3 1,8
Kabupaten
b. Kurangnya jumlah dan jenis leafleat,
banner berdasarkan 10 penyakit 0,4 2 0,8
terbanyak
Total 1 2,6
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (opportunity)
a. Adanya survey kepuasan pasien 0,3 4 1,2
b. Adanya SOP Tindakan keperawatan 0,7 3 2,1

O–T
Total 1 3,3
Ancaman (threatened) 3,3 – 3 = - 0,3
a. Adanya tuntutan dari keluarga /pasien 0,4 3 1,2
untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
b. Adanya peningkatan standar kesehatan
0,3 3 0,9
masyarakat yang harus dipenuhi
c. Persaingan RS dalam memberikan 0,3 3 0,9
pelayanan kesehatan

Total 1 3
Identifikasi Masalah

No Kategori Data

1. M1 Belum optimalnya pelatihan bagi semua perawat


(man/tenaga e. Baru 4 perawat dari 20 orang yang sudah mengikuti BTCLS
kerja) f. Baru 4 orang yang berpendidikan S1 Ners
g. Pelatihan yang sudah diikuti semua perawat ruang aster hanya
pelatihan K3 dan APAR

2 M2 a. Kurangnya sarana medis seperti pispot


(material) b. Adanya keluarga pasien yang menggunakan wastafel untuk
mencuci piring dan gelas

3 M3 a. Ronde keperawatan belum pernah dilaksanakan


(methode)
4M4 M4 Tidak ada masalah yang signifikan, karena pembiayaan di setiap
(money) ruangan atas anggaran rumah sakit yang telah di tetapkan .

5 M5 c. Pasien yang dirawat lebih banyak dari Kabupaten


(mutu d. Kurangnya jumlah dan jenis leafleat, banner berdasarkan 10
marketing) penyakit terbanyak
Perencanaan (Rencana Strategi)

Indikator
No Masalah Tujuan Sasaran Program/Kegiatan Evaluasi
Keberhasilan
M1 (MAN)
1. Ketenagaan Diharapkan Kepala Memaksimalkan Tercapainya pelatihan Kepala ruangan
Belum optimalnya kedepannya dapat ruangan dan pelatihan bagi semua yang maksimal untuk menerima usulan dari
pelatihan bagi ditingkatkan Perawat perawat perawat kelompok
semua perawat pelatihan bagi diruangan
semua perawat
M2
1 Kurangnya sarana Mengupayakan Pasien/ Identifikasi kebutuhan Terpenuhinya Kepala ruangan
non medis seperti terpenuhinya keluarga sarana medis dan non kebutuhan sarana menerima usulan dari
pispot kebutuhan sarana medis sesuai standar penanggung jawab
medis dan non sarana ruang rawat inap
medis Mengusulkan untuk Rasio alat non medis
pengajuan sarana non dengan pasien sesuai
medis
M3
1. Ronde Terlaksananya Semua 1. Menentukan kasus 1. Tersedianya Telah terlaksananya
Keperawatan ronde pemberi untuk ronde buku pedomandan ronde keperawatan
Belum pernah di keperawatan di asuhan keperawatan SOP tentang ronde dalam 3 bulan kedepan
dilaksanakan ruang A keperawatan 2. Mempersiapkan keperawatan di
pasien. ruangan
3. Informed consent 2. Dilakukannya
kepadapasien/keluarga. ronde keperawatan
4. Melakukan ronde secara rutin sesuai
keperawatan SOP dan melibatkan
5. Kepala ruangan, tim medis lainnya 1x
perawat primer, seminggu dalam 6
perawat asosiet dan bulan kedepan
konsule
rmenyimpulkan hasil
ronde dan diskusi
untuk
merekomendasikan
solusi yang dilakukan
dalam
mengatasimasalah
ronde keperawatan

M5 (MARKETING/MUTU)
1. Kurangnya Pasien dan keluarga Pasien/ Kelompok membuat Pasien/keluarga dapat 1. Kepala ruangan
jumlah dan dapat mengetahui keluarga leaflet tentang penyakit membaca dan menerima saran
jenis leafleat, informasi kesehatan terbanyak dan dibagikan mengetahui informasi kelompok
banner untuk pasien dan kesehatan dari media 2. Kelompok
berdasarkan 10 keluarga leaflet membagikan leaflet
penyakit kepada
terbanyak Pasien/keluarga

Anda mungkin juga menyukai