Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL KEGIATAN ROLE PLAY

RONDE KEPERAWATAN
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DIRUANG BEDAH CEMPAKA RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE 29 APRIL – 25 MEI 2019

Disusun oleh :
KELOMPOK 4

Mardhatillah Syauqina Putri, S.Kep 131813143090


Nining Ambarwati, S.Kep 131813143027
Nur Puji Winasis, S.Kep 131813143088
Pratiwi Putri Marminingrum, S.Kep 131813143084
Retno Dewi Anggraini, S.Kep 131813143034
Ridha Cahya Prakhasita, S.Kep 131813143064
Shanti Indah Lestari, S.Kep 131813143023
Tessa Widya Kosati, S.Kep 131813143094
Titin Paramida, S.Kep 131813143063
Yenis Anggi Prastiwi, S.Kep 131813143100

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga proposal kegiatan ronde keperawatan praktek profesi menejemen keperawatan di
Ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah selesai. Proposal kegiatan ini dibuat
untuk merencanakan kegiatan dalam pemenuhan kompetensi menejemen keperawatan dalam
penerapan model asuhan keperawatan profesional pada profesi menejemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu pula
proposal kegiatan yang kami buat ini, baik dari segi isi maupun penulisannya. Kritik dan saran
dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan kegiatan kami selanjutnya.
Kami juga berterima kasih pada pembimbing klinik Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga, pembimbing klinik di RS, pasien dan keluarga serta teman-teman kelompok yang
telah membantu dalam proses penyelesaian proposal kegiatan ronde keperawatan. Semoga
proposal kegiatan ini dapat digunakan untuk merencanakan tindakan ronde keperawatan dengan
baik dan tepat.

Surabaya, 11 Mei 2018

Tim Praktik Menejemen Keperawatan


Ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan dan perkembangan


IPTEC maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model keperawatan profesional yang
efektif dan efesien. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
memaksimalkan peran dan fungsi perawat, khususnya peranan fungsi mandiri perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Ronde keperawatan merupakan bentuk dari pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan dengan metode Keperawatan Primer, dan metode pemberian
pelayanan keperawatan yang harus ditingkatkan. Ronde keperawatan ditujukan untuk menggali
dan membahas lebih mendetail mengenai masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien
sehingga dengan adanya ronde keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah melalui
berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan (Nursalam, 2015).
Tingginya standar pelayanan rumah sakit menuntut perawat untuk lebih berfikir kritis
dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada klien secara holistik. Ronde keperawatan
merupakan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien
serta sebagai proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan
terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan mengaplikasikan konsep teori kedalam praktik
keperawatan. Pelayanan keperawatan yang perlu di kembangkan untuk mencapai hal tersebut
adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat
baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang
terjadi pada klien yang melibatkan klien, keluarga klien dan seluruh tim keperawatan termasuk
konsultan keperawatan (Nursalam, 2015).
Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien
terhadap pelayanan keperawatan. Pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan ini dapat
meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan di Ruang Bedah Cempaka RSUD
DR. Soetomo Surabaya. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo dilakukan 1 tahun sekali pada pasien melalui metode studi kasus pada pasien dengan
masalah penyakit yang tak kunjung mengarah ke perbaikan serta kasus baru atau langka. Selain
itu perawat juga akan melakukan diskusi dengan profesi lain seperti dokter dengan melibatkan
keluarga. Diskusi ini sejenis ronde keperawatan, dengan membahas usaha kolaborasi antara
perawat dengan profesi lain untuk menangani kasus tersebut. Pelaksanaan ronde keperawatan
menemui beberapa hambatan, antara lain: jumlah tenaga keperawatan yang ada di ruangan
masih terbatas, dengan beban kerja yang tinggi dan waktu yang terbatas. Perawat ruangan akan
saling membantu antar ruangan, jika pekerjaan di ruangannya sudah selesai. Pelaksanaan
dilakukan oleh satu tim yang sudah dibentuk terdiri dari karu, perawat primer, perawat
associate, unit yang bersangkutan dengan kasus yang diangkat.
Setelah dilakukan pelaporan kasus secara lisan, dilakuan validasi ke pasien secara
bersama-sama. Reassesment yang didapatkan menjadi dasar dari rencana perawatan pasien
selanjutnya. Keakuratan data yang diberikan saat ronde keperawatan sangat penting, karena
dengan ronde keperawatan ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa
dilakukan secara profesional. Informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan
keperawatan. Hal ini akan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, menurunkan cost dan
hari perawatan sertameningkatkan kepuasan pasien.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program S1 Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan UNAIR akan melaksanakan ronde keperawatan pasien di ruang Bedah Cempaka
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah definisi ronde keperawatan ?
2) Bagaimana karakteristik ronde keperawatan ?
3) Apakah manfaat ronde keperawatan ?
4) Bagaimanakah kriteria pasien ronde keperawatan ?
5) Apa saja langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan ?
6) Bagaimana peran perawat dalam ronde keperawatan ?
7) Apa saja kriteria evaluasi ronde keperawatan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dan perawat di ruangan mampu melaksanakan ronde keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1 Menjelaskan tentang definisi ronde keperawatan
2 Menjelaskan karakteristik ronde keperawatan
3 Mengetahui manfaat ronde keperawatan
4 Menjelaskan kriteria pasien ronde keperawatan
5 Menjelaskan langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan
6 Menjelaskan peran perawat dalam ronde keperawatan
7 Menjelaskan kriteria evaluasi ronde keperawatan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pasien :
1) Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2) Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada klien.
3) Memenuhi kebutuhan klien
4) Menurunkan biaya perawatan yang dikeluarkan oleh klien
1.4.2 Bagi Ruangan :
1) Meningkatkan kognitif dan afektif dan psikomotor perawat di ruangan.
2) Meningkatkan kerjasama antar tim.
3) Menciptakan kerja perawat yang profesional.
1.4.3 Bagi rumah sakit :
1) Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2) Menurunkan lama hari perawatan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ronde Keperawatan


2.1.1 Definisi
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat selain itu melibatkan pasien dalam
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Saat –saat dalam kasus tertentu ronde
keperawatan dilaksanakan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat
pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2015).

2.1.2 Karakteristik Ronde


1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan fokus kegiatan
3) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah (Nursalam, 2015)

2.1.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan diskusi
2) Tujuan khusus
(1) Membutuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
(2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
(3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
(4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
(5) Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
(6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja (Nursalam,2015 ).

2.1.4 Manfaat
1) Masalah pasien teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Tercapainya komunitas keperawatan yang profesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar
2.1.5 Karakteristik Pasien Ronde Keperawatan
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru dan langka
3) Alur Kegiatan Ronde Keperawatan

PP

1. Penetapan klien
Tahap persiapan

2. Persiapan klien :
Informed Consent
Hasil Pengkajian /
Validasi Data

Apa diagnosis
3. Penyajian Masalah
keperawatan?
Apa data yang
mendukung
Tahap pelaksanaan di
Nurse Station Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan?
Apa hambatan yang
ditemukan?

4. Validasi data di bed pasien

Tahap pelaksanaan di bed Diskusi PP, Konselor,


klien KARU

Lanjutan diskusi di Nurse Station

Kesimpulan dan rekomendasi


Tahap Pasca ronde (nurse station) solusi masalah

Gambar 1.1 Alur pelaksanaan ronde keperawatan (Nursalam,2015)

2.1.6 Keterangan
1) Tahap persiapan
(1) Menentukan kasus dan topik
(2) Menentukan tim ronde
(3) Mencari sumber atau literatur
(4) Membuat proposal
(5) Pemberian informed consent kepada klien / keluarga
(6) Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan keperawatan yang
dilakukan dan hambatan selama perawatan
2) Tahap pelaksanaan ronde
(1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer / ketua tim yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
(3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer / perawat konselor / kepala ruangan tentang
masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3) Tahap pasca ronde
(1) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
(2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan selanjutnya.

2.1.7 Peran perawat


1) Peran perawat primer dan perawat associate
(1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah klien
(2) Menjelaskan diagnosis keperawatan
(3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
(4) Menjelaskan hasil yang didapat
(5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
(6) Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2) Peran perawat konselor dan tenaga kesehatan lainnya
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

2.1.8 Kriteria Evaluasi Ronde Keperawatan


1) Struktur
(1) Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya)
(2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
(3) Persiapan dilakukan sebelumnya
2) Proses
(1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
(2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan
3) Hasil
(1) klien merasa puas dengan hasil pelayanan
(2) Masalah pasien dapat teratasi
(3) Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang aktif dan kritis.
2) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
3) Meningkatkan kemampuan validitas data klien
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien
6) Meningkatkan kemampuan pada modifikasi rencana asuhan keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

2.2 Melanoma Maligna


2.2.1 Definisi
Melanoma maligna adalah sebuah kanker dari sel yang menghasilkan melanin.
Oleh karena itu, bisa timbul pada kulit, mukosa, retina, dan leptomeninges (Chan dan
Greenbaum, 2013). Melanoma maligna merupakan sebuah keganasan dari sel yang
menghasilkan pigmen (melanosit), biasanya berada di kulit tapi juga ditemukan di
telinga, saluran pencernaan, mata, mulut, mukosa genital, dan leptomeninges (McCourt,
Dolan, dan Gormley, 2014).

2.2.2 Epidemiologi
Meskipun melanoma maligna terhitung hanya 4% dari semua kanker kulit, melanoma
maligna menyebabkan 80% kematian dari kanker kulit (Miller dan Mihm, 2006). Melanoma
maligna terhitung 3% dari semua keganasan di seluruh dunia. Melanoma maligna kanker yang
paling banyak pada dewasa muda (20-39 tahun) dan paling banyak menyebabkan kematian
karena kanker (Chan dan Greenbaum, 2013).
Secara geografis, insiden dan mortalitas bervariasi di seluruh dunia. Kejadian
melanoma maligna tertinggi dimana Negara yang populasinya didominasi oleh
Caucasian (kulit putih) dan rendah pada Negara yang berpenduduk asli Asian atau
African (de Vries et al., 2006). Semua Negara Eropa melaporkan insiden melanoma
maligna tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Sebaliknya, di Australia dan Amerika
Utara laki-laki lebih tinggi daripada perempuan (MacKie, Hauschild, dan Eggermont,
2009) sedangkan untuk bagian tubuh yang sering ditemukan pada laki-laki adalah
trunkus dan pada perempuan sering pada daerah tungkai dan trunkus. Jarang
ditemukan pada bagian tubuh yang tertutup pakaian (Pasaribu, 2006).
Penyebab utama terjadi peningkatan insiden melanoma maligna secara umum adalah
paparan radiasi ultraviolet (UV). Menurut Elwood et al. dalam MacKie, Hauschild,
dan Eggermont (2009), terpapar sinar matahari yang membakar kulit dalam waktu
singkat tapi berulang-ulang diketahui sebagai faktor risiko utama (MacKie,
Hauschild, dan Eggermont, 2009).

2.2.3 Etiologi
A. Faktor Genetik
Berdasarkan hasil penelitian 25-40% dari anggota keluarga yang menderita
melanoma maligna diidentifikasi terdapat germline mutation pada cyclin-dependent
kinase inhibitor 2A (CDKN2A) dan juga sedikit didapatkan mutasi pada cyclin-
dependent kinase 4 (CDK4). Terdapat dasar rasional untuk hubungan antara kejadian
melanoma dan mutasi pada CDKN2A dan CDK4 karena kedua tersebut adalah
tumor-suppresor genes (Miller dan Mihm, 2006). Lima sampai sepuluh persen dari
semua melanoma maligna adalah dari pasien dengan familial atypical multiple mole
melanoma syndrome (FAMMM). Pasien dengan FAMMM mempunyai risiko 70%
selama hidup untuk berkembangnya sebuah melanoma maligna (Holterhues, 2011).
Mutasi pada tumor-suppressor genes seperti c-kit, p53, dan BRAF dilaporkan
meningkatkan risiko melanoma maligna. Namun, masih belum jelas seberapa
pentingya mutasi dari gen-gen ini dianggap sebagai faktor risiko melanoma maligna
(Holterhues, 2011).
B. Faktor Lingkungan
Paparan radiasi ultraviolet (UV) dari matahari menjadi faktor penting dikaitkan
dengan peningkatan kejadian melanoma maligna, terutama pada sinar matahari yang
membakar kulit dalam waktu singkat tapi berulang-ulang (Putra, 2008). Dari hasil
penelitian yang lain juga memperlihatkan bahwa paparan sinar matahari yang
berlebihan, berulang-ulang tetapi dalam waktu singkat (intermittent), dan lama dapat
menyebabkan terjadinya melanoma maligna. Terutama pada waktu intens terpapar
oleh sinar matahari seperti membakar kulit pada waktu anak-anak ataupun remaja
menjadi faktor risiko melanoma maligna (Holterhues, 2011). Perubahan gaya hidup
masyarakat yang lebih menyukai berjemur ataupun karena pekerjaan yang memang
harus terpapar matahari juga menjadi risiko terjadinya melanoma. Sama halnya
dengan pemakaian sunbed (MacKie, Hauschild, dan Eggermont, 2009).
C. Fenotipe
Orang Caucasian, rambut pirang atau merah, banyak freckles (ephelides),
terdapat lebih dari 50 banal melanocytic nevi, nevi besar, atypical nevi, dan
dysplastic nevi merupakan faktor risiko melanoma maligna (MacKie, Hauschild, dan
Eggermont, 2009).
D. Status Sosio-Ekonomi
Melanoma maligna lebih sering pada orang yang memiliki status sosio-ekonomi
tinggi memungkinkan mereka terkena terpapar sinar UV berulang-ulang tapi dalam
waktu singkat yang tinggi dan berlebihan (olahraga outdoor, olahraga musim dingin,
dan sunbathing). Peningkatan kekayaan pada Caucasian dalam waktu 6 dekade ini
berkontribusi dalam peningkatan insiden melanoma maligna (de Vries et al., 2006).
E. Penyakit Dahulu dan Penyerta
Orang yang berisiko selanjutnya, yaitu orang yang pernah menderita melanoma
maligna sebelumnya, yang menderita xeroderma pigmentosum, giant congenital
pigmented naevus. Selain itu, orang yang dengan kondisi immune compromised
seperti terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), Hodkin’s disease, dan
orang yang mendapat terapi cyclosporine A berisiko menderita melanoma maligna
(Chan dan Greenbaum, 2013).

2.2.4 Patofisiologi
1. Poliferasi dari Melanosit (benign lesions)
Hal yang pertama terjadi yaitu sebuah proliferasi dari melanosit menjadi benign
nevus. Secara klinis, nevi ini berbentuk datar dan sedikit menonjol dengan warna
yang seragam atau gambaran teratur dari pigmen dot-like pada sebuah latar yang
cokelat atau hitam kecokelatan. Secara histologi, lesi ini memiliki peningkatan
jumlah dari kumpulan melanosit yang bersarang sepanjang lapisan basalis (Paek et
al., 2008).
2. Dysplastic Nevi (random atypia)
Selanjutnya perkembangan dari pertumbuhan yang abnormal. Ini mungkin
terdapat pada tempat yang sebelumnya ada benign nevus atau pada tempat yang
baru. Secara klinis lesi ini mungkin asimetris, batasan tidak rata, mengandung lebih
dari satu warna, atau memiliki diameter yang lebih besar. Secara histologi, lesi ini
memiliki sel yang abnormal bentuk yang bebas dan sel-selnya tidak berdampingan
lagi (Miller dan Mihm, 2006).
3. Fase Radial-growth (pertumbuhan intraepidermal)
Selama fase radial-growth, sel-sel memiliki kemampuan untuk berproliferasi
secara intraepidermal. Secara klinis, lesi ini kadang-kadang bisa menonjol. Lesi ini
tidak lagi memperlihatkan sel abnormal yang bebas dan sebagai gantinya dia
memperlihatkan bentuk sel kanker di seluruh lesi (Paek et al., 2008).
4. Fase Vertical-growth (Invasi dermis)
Lesi yang berlanjut ke fase vertical-growth memiliki kemampuan untuk masuk ke
dermis dan membentuk nodul besar, meluas ke papillary dermis. Sel-sel kanker bisa
juga masuk ke reticular dermis dan sel adipose (Miller dan Mihm, 2006).
5. Mestastasis Melanoma
Akhir dari semua perkembangan kanker yaitu berhasil menyebarkan sel-sel
kanker ke bagian kulit lain dan organ-organ tubuh lainnya, dimana sel-sel tersebut
bisa berproliferasi dan metastasis (Miller dan Mihm, 2006).

2.2.5 Manifestasi Klinis

Bentuk dini sangat sulit dibedakan dengan tumor lainnya. Karena melanoma
maligna merupakan penyakit yang fatal bila telah metastasis jauh, maka kemampuan
untuk mengenali keganasan dini perlu diperdalam. Lokalisasi dilaporkan terbanyak di
ekstremitas bawah, kemudian didaerah badan, kepala/leher, ektremitas atas, kuku. Kunci
penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini, sehingga diagnosis melanoma
harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya
tahi lalat yang berubah, seperti:
1. Perubahan alam warna
2. Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3. Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar, atau rasa sakit)
4. Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5. Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
Berkembangnya lesi satelitBandarchi et al (2010) dan Holterhues (2011)
menyebutkan manifestasi klinis ditemukan pada melanoma maligna sudah dikenal
dengan “Melanoma Maligna ABCDEF”, sebagai berikut:
1. A-Asymetry, yaitu bentuk tumor yang asimetris
2. B-Border irregularity, yaitu garis batas yang tidak teratur
3. C-Color variegation, yaitu memiliki lebih dari satu warna seperti cokelat atau
hitam. Bisa juga merah, biru, abu-abu, hipopigmentasi atau depigmentasi
4. D-Diameter, yaitu diameter tumor lebih dari 6 mm
5. E-Evolution atau change, yaitu ada perubahan dari warna, ukuran, simetris,
dan gejala
6. F-Funny-looking lesions
2.2.6 Klasifikasi
A. Tumor Ganas
1. Melanoma Maligna Lentigo (LMM)
LMM disebut juga Hutchinson’s melanotic freckle atau prakanker Dubreilh.
LMM timbul dari lesi lentigo maligna yang telah ada sebelumnya. LMM menduduki
kira-kira 5% dari melanoma kulit primer, terutama terjadi pada orang tua.
Berlawanan dengan substipe melanoma lainnya, LMM mengenai daerah tubuh yang
terpapar sinar matahari, terutama wajah. Lesi pada lentigo maligna biasanya berupa
bercak makula kecil, berwarna coklat gelap, coklat, atau hitam. Pada permukaannya
dapat dijumpai adanya bercak-bercak pigmentasi, yang tersebar tidak teratur. Lesi
meluas secara perlahan dan ireguler. Dapat berkembang menjadi nodul biru
kehitaman yang invasif dan agak hiperkeratotik.

2. Penyebaran Melanoma Maligna Permukaan (SSM)


Pada umumnya timbul dari nevus atau pada kulit normal (de novo). Merupakan
jenis yang sering dijumpai, yaitu sekitar 70% dari seluuh melanoma maligna. Lebih
sering dijumpai pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan LMM, yaitu
berkisar antara 40-50 tahun. Lesi berupa plak archiformis berukuran 0,5-3 cm dengan
tepi meninggi dan ireguler. Pada permukaannya terdapat campuran dari bermacam-
macam warna seperti coklat, abu-abu, biru, hitam, dan sering kemerahan. Meluas
secara radial. Pada umumnya setelah lesi mencapai ukuran 1-2,5 cm, terjadi fase
pertumbuhan secara vertikal dan berkembang menjadi nodul biru kehitaman.
Predileksinya pada wanita dijumpai pada tungkai bawah dan punggung, sedangkan
pada pria dibadan dan leher.
3. Melanoma Maligna Bernodul (NM)
Dapat terjadi tanpa didahului fase pertumbuhan radial. Sehingga aturan ABCD
tidak dapat diterapkan pada subtipe ini. Kira-kira 10-30% kasus melanoma adalah
tipe noduler. Tempat yang sering terkena adalah kepala, leher dan badan. Lesi
biasanya berupa nodul yang meninggi, berpigmen seragam. Warnanya berkisar dari
biru kehitaman sampai coklat gelap, atau kadang-kadang amelanotik.

4. Melanoma Maligna Lentigo Akral (ALM)


Pada umumnya timbul pada kulit normal (de novo). Merupakan tipe yang paling
jarang terjadi (1%), tapi dapat sangat ganas karena keterlambatan diagnosis.
Predileksinya pada telapak kaki dan tangan, jari-jari tangan dan kaki, dasar kuku, dan
membrana mukosa. Lesi berupa bercak dengan pigmen yang tersebar dengan
intensitas yang bervariasi. Pada permukaannya dapat timbul papul, nodul, dan dapat
mengalami ulserasi.

B. Klasifikasi Klinik
Sampai saat ini digunakan Stadium Klinik (dengan beberapa modifikasi) sebagai
klasifikasi standar Melanoma Maligna, terdiri atas 3 stadium :
1. Stadium I
Melanoma Maligna lokal tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar limfe regional.
Termasuk stadium I :
a. Melanoma primer yang belum diobati atau telah dilakukan biopsi eksisi.
b. Melanoma rekuren lokal yang berada dalam jarak 4 sentimeter dari lesi
primer.
c. Melanoma primer multipel
2. Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe regional.
Termasuk Stadium II :
a. Melanoma primer yang mengadakan metastasis secara simultan.
b. Melanoma primer yang terkontrol dan kemudian terjadi metastasis.
c. Melanoma rekuren lokal dengan metastasis.
3. Stadium III
Melanoma diseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
Termasuk Stadium III :
Bila sudah terjadi metastasis ke alat- alat dalam dan atau subkutan. Pada kira-kira
25-30% penderita Melanoma Maligna sudah menunjukkan adanya metastasis
ke kelenjar limfe regional, walaupun secara klinik belum teraba pembesaran
kelenjar limfe. Hal ini menerangkan bahwa untuk menentukan prognosis dan
tindakan pengobatannya tidak cukup hanya didasarkan pada klasifikasi
Stadium Klinik saja, tetapi perlu disertai dan ditentukan berdasarkan
histologik.
4. Non Melanoma
a. Karsinoma Sel Basal (KSB)
Suatu tumor ganas kulit yang berasal dari pertumbuhan neoplastik
sel basal epidermis dan apendiks kulit, juga merupakan kanker kulit yang
timbul dari lappisan sel basal epidermis atau folikel rambut yang paling
umum dan jarang bermetastasis. Penyebab tersering yaitu terpapar sinar
matahari atau UV dan sering muncul pada usia di atas 40 tahun.
KSB ini merupakan kanker kulit yang paling sering dijumpai pada
manusia. Etiologi KSB yaitu paparan sinar UV, terutama spektrum
ultraviolet B (UVB) (290-320 nm) yang dapat menginduksi gen tumor
p53. Selain itu faktor lain seperti umur, ras, genetik, jenis kelamin, radiasi
ionisasi, bahan-bahan karsinogenik, trauma mekanis kulit juga berperan.
b. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
Suatu bentuk karsinoma sel skuamosa yang terbatas pada epidermis dan
belum menyusup ke jaringan bawah (dermis). KSS biasa menyerang pada
usia antara 40-60 tahun dan bayak terjadi pada daerah ekstremitas,
genetalia, bibir, hidung, telinga, dan pipi. KSS sering mengarah ke
metastasis. Kulit yang terkena tampak coklat-merah dan bersisik
terkadang menyerupai bercak pada dermatitis atau infeksi jamur.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Dermoskopi
Dermoskopi adalah suatu metode non invasif yang memungkinkan dalam
evaluasi warna dan struktur epidermis secara mikro (histologis) yang tidak bisa
dilihat dengan mata telanjang. Evaluasi penyebaran warna dari lesi dan struktur
histologis dapat membedakan apakah lesi tersebut jinak atau ganas terutama pada lesi
kulit berpigmen. Hal yang perlu diperhatikan adalah ABCDE (Asymmetry, irregular
Borders, multiple Colors, Diameter >6 mm, Enlarging lesion), bila hal tersebut
didapatkan pada lesi yang diperiksa, kemungkinan lesi tersebut bersifat ganas
(karsinoma).
2. Pemeriksaan Biopsi
Tujuannya untuk memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologis,
untuk membantu menetapkan diagnosis, serta staging tumor (menentukan
keganasan). Waktu pelaksanaan biopsy sangat penting sebab dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan radiologis yang dipergunakan pada staging. Apabila pemeriksaan
CT-Scan dibuat setelah dilakukan biopsy, maka akan Nampak perdarahan pada
jaringan lunak yang memberikan kesan gambaran suatu keganasan pada jaringan
lunak. Dikenal dua metode pemeriksaan biopsy, yaitu:
a. Biopsy tertutup, dengan menggunakan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)
untuk melakukan sitodiagnosis. Merupakan salah satu cara biopsy untuk
melakukan diagnosis pada tumor. Keuntungan dari FNAB adalah:
1) Tidak perlu perawatan
2) Risiko komplikasi kecil
3) Mencegah penyebaran tumor
4) Cepat mendapatkan hasil
b. Biopsy terbuka, metode biops melalui tindakan operatif. Keunggulannya yaitu
dapat diambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologik dan
pemeriksaan ultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan dan
mengurangi kecenderungan perbedaan diagnostic tumor jinak dan tumor ganas
seperti antara enkodroma dan kondrosarkoma, osteoblastoma dan osteosarkoma.
Biopsy terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada
prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi en-bloc. (Brunner &
Suddarth. 2006).

2.2.8 Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker melanoma maligna ini adalah
pengangkatan secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah
diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat
jaringan di sekitarnya. Untuk pengobatan secara medikomentosa dengan kemoterapi
(obat-obat anti kanker) yang dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu: alkylating
agents, antimetabolit, alkaloid tanaman, antibiotik antitumor, enzim, hormon dan
pengubah respon biologis. Dan pengobatan secara nonmedikomentosa meliputi
radioterapi, pembedahan dan terapi fisik. Pembagian terapi berdasarkan stadium
melanoma:
1. Stadium Klinik I Melanoma Maligna
Sampai saat ini metode pembedahan dengan eksisi luas masih tetap merupakan
cara pengobatan melanoma maligna yang terbaik. Penanganan pada lesi tipe ALM
lebih memerlukan tindakan khusus dibandingkan jenis yang lainnya, yaitu:
a. untuk lesi yang terletak pada dasar kuku (melanoma subungual) dan jari
tangan atau kaki bagian distal, dilakukan disartikulasi metakarpal atau
metatarsal.
b. untuk lesi yang terletak di jari tangan atau kaki bagian proksimal, dilakukan
amputasi karpometakarpal atau tarsometatarsal
c. untuk lesi yang terletak pada telapak tangan atau kaki (palmar atau plantar
melanoma), dilakukan eksisi luas dengan batas tepi eksisi yang disesuaikan
dengan anatomi dan fungsinya. Penentuan batas tepi eksisi optimal dan
pertimbangan pengangkatan kelenjar limfe regional sebagai tindakan
profilaksis, terutama tergantung pada jenis dan lokasi melanoma maligna,
tingkat invasi Clark dan kedalaman (ketebalan) Breslow.
2. Stadium Klinik II dan III Melanoma Maligna
a. Maligna 1. Kemoterapeutik sistemik
Agen kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu Dacarbazine/Dimetil
Triazeno Imidazole Carboxamide (DTIC). Dapat diberikan tersendiri atau
dikombinasi dengan obat kemoterapeutik sistemik lainnya. Respon pengobatan
dengan DTIC terjadi pada 20-25% penderita. Kemoterapeutik sistemik yang
direkomendasikan adalah:
1) a) DTIC: 200-300 mg/m2 (intravena) selama 5 hari, diulang tiap 3-4
minggu.
b) Nitrosourea: 200 mg/m2 dosis tunggal (oral), diulang tiap 6 minggu.
c) Atau kombinasi DTIC dan nitrosourea.
2) Imunoterapi
BCG merupakan imunoterapi aktif non spesifik, terutama digunakan
untuk pengobatan melanoma maligna yang mengadakan metastasis ke
kulit. Diberikan secara intralesi dan memberikan pengaruh yang cukup
bermanfaat. Hasilnya tidak menentu, tergantung pada sistem imunitas
penderita. Akhir-akhir ini dilakukan imunoterapi adoptif, dengan
memakai leukaferesis untuk mendapatkan limfosit dari kanker pasien,
kemudian sel itu diinkubasi dengan interleukin-2, untuk membentuk sel
pembunuh yang mengaktifkan limfokin (LAK), dan kemudian sel-sel
LAK diinfuskan kembali bersama pemberian interleukin-2. cPengobatan
dengan disertai keuntungan dan kerugiannya:
a) Kuretase dan elektrodesikasi.
Cara ini biasanya digunakan untuk membuang pertumbuhan sel
kanker. Kanker diambil dengan kurette, satu alat yang berbentuk
sudu tajam dan seterusnya dialirkan arus elektrik dari suatu mesin
khas untuk mengawal pendarahan dan membunuh sel kanker yang
tinggal di sekitar bagian itu. Keuntungan :
(1) Teknik sederhana
(2) Meninggalkan luka yang teratur dan kering.
Kerugian :
(1) Tidak efektif, hanya bisa di lakukan pada jenis kanker karsioma
sel basal.
(2) tidak didapat konfirmasi pada batas tepi pembuangan jaringan
yang adekuat.
b) Bedah Eksesi
Keuntungan :
(1) penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.
Kerugian :
(1) membutuhkan waktu.
(2) Biaya mahal
(3) pengambilan jaringan normal dapat berlebihan.
c) Radioterapi
Sinaran tenaga tinggi digunakan untuk merusakkan sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhan.
Keuntungan :
(1) bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan
metode pembedahan
(2) bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas memungkinkan
dilakukan anestesi umum.
Kerugian :
(1) memerlukan peralatan yang mahal
(2) memerlukan kunjungan yang berulang kali.
(3) memberikan efek samping yang signifikan.
d) Beda Beku
Keuntungan :
(1) tekniknya cepat.
(2) peralatan yang dibutuhkan sederhana
(3) tidak mempengruhi syaraf pembuluh darah besar, tulang rawan,
dan sistem saluran air mata.
Kerugian :
(1) rasa nyeri dan edema.
(2) dapat terjadi hipopigmentasi.
e) Bedah mikrografik mohs
Teknik ini adalah untuk pertumbuhan kanker yang besar dan sukar
dirawat. Lapisan kulit dibuang lapis demi lapis dan dilihat di bawah
mikroskop sehingga tidak ada sel kanker yang tertinggal.
Keuntungan :
(1) evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100%
dibandingkan dengan teknik seksi vertikal tradisional.
(2) dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan
ditelusuri semua fokus-fokus kanker yang masih tertinggal.
(3) Reseksi hanya pada daerah kanker, sehingga dapat menghemat
jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang.
Kerugian :
(1) memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi
yang terlatih.
(2) Biayanya mahal.

2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang daqpatr terjadi diantaranya:
a. Invasi local dan kerusakan jaringan dapat terjadi pada semua jenis kanker kulit
b. Dapat terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional dan ke seluruh tubuh terutama
melanoma maligna. Karsinoma sel basal sangat kecil untuk bermetastasis,
sedangkan karsinoma sek skuamosa berpotensi sedang.
BAB 3
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


: Melanoma Maligna Regio Plantar Sinistra (Kiri)
Topik + Anemia
Hari / Tanggal : Rabu 15 Mei 2019
Waktu :10.00 WIB
Tempat : Ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
3.2 Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Yenis Anggi Prastiwi, S.Kep
Kepala ruangan : Nur Puji Winasis, S.Kep
: Mardhatillah Syauqina Putri,
Perawat Primer 1 S.Kep
Perawat Primer 2 : Tessa Widya Kosati S.Kep
Perawat Asosiate : Shanti Indah Lestari, S.Kep
Perawat Konselor : Yudi Pramono, Amd.Kep
Farmasi : Elfri Padulo, SpFRS, Apt
Dokter :
Ahli Gizi : Akh. Syukron Zakaria, S.Gz
Narator : Nining Ambarwati, S.Kep
Pembimbing Akademik : Dr. Rizki F, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Dr. Mira Triharini, S.Kp.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Sri Rahayu, S.Kep.,Ns
Bambang S, S.Kep.,Ns.,MM.Kes

1.3 Materi
Melanoma Maligna Regio Plantar Sinistra (Kiri) + Anemia

1.4 Metode

1) Presentasi kasus
2) Diskusi dan tanya jawab
3.5 Media
1) Dokumentasi klien / Medical Record
2) Materi yang disampaikan secara lisan
3) Sarana diskusi (alat tulis dan LCD)
3.6 Mekanisme kegiatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
Pasien
Bedah
1 hari Persiapan Persiapan/pra ronde : Penanggung - Cempaka
sebelum 1. Menentukan kasus jawab
ronde dan topic
2. Menentukan
literatur
3. Membuat proposal
4. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian
informed consent

20 menit Pembukaan: Kepala - Nurse


Ronde keperawatan 1. Salam pembukaan Ruangan Station
2. Memperkenalkan
tim ronde
3. Menjelaskan tujuan
ronde
4. Presentasi Kasus
a. Menjelaskan
riwayat penyakit,
masalah
keperawatan
pasien, rencana Perawat
tindakan, Primer (1)
implementasi, dan
penetapan
prioritas yang
perlu didiskusikan
10 Ronde Validasi data (bed Tim Ronde Memberikan Bed Pasien
menit Keperawatan pasien) (Dokter, Ahli respon dan
Memvalidasi data yang Gizi, Farmasi, menjawab
telah disampaikan Perawat pertanyaan
dengan wawancara, konselor,
secara langsung dan Karu,PP1,PP2,
melihat dokumentasi PA)
(RM)
30 Pasca Ronde 1. Melakukan diskusi Tim Ronde - Nurse
Menit Keperawatan dengan tim ronde (Dokter, Ahli Station
keperawatan tentang Gizi, Farmasi,
Perawat
masalah keperawatan
konselor,
pada pasien tersebut Karu,PP1,PP2,
2. Pemberian masukan PA)
dari dokter, farmasi,
ahli gizi, perawat
konselor, dan
perawat yang terlibat
(PA/PP2)
Perawat
3. Menyimpulkan untuk Primer (1)
menentukan tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah ditetapkan Perawat
4. Merekomendasi Konselor,
Pembimbing
intervensi
keperawatan
5. Penutup
3.7 Kriteria Evaluasi
1) Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan Ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo,
b. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan
ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2) Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.
3) Hasil :
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2009. Jakarta. EGC.


Graham-Brown, Robin dan Tony Burns. 2005. Lecture Note on Dermatologi.Jakarta : PT Gelora
Aksara Pratama.
Graham-Brown, Robin. 2005. Dermatologi ed.8. Jakarta: Erlangga.
Handayani I, Kuswadji. 1999. Penatalaksanaan Karsinoma Sel Basal. Dalam: MDVI Volume I,
No 26.

Huber, D. L. 2000. Leadership and Nursing Care Management, 3rd ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier.
Jong, Wimde. 2004. Kanker, Apa itu?. Jakarta: Arcan.
Nursalam, 2015, Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional,
Jakarta, Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 8.
Jakarta : EGC.
Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta
: Mitra Cendika Press.

Suarli, YB. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta : EGC.
Wardhani, Savitri Restu. Biopsi dalam Bidang Dermatologi.
Lampiran 1
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N) FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DI RUANG BEDAH
CEMPAKA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

FORMAT DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN

Topik Kasus : Melanoma Maligna Regio Plantar Sinistra (Kiri) + Anemia


Hari/Tanggal : Rabu, 15 Mei 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya

No Tenaga Prioritas Masalah Rekomendasi Tanda


Medis (sesuai keilmuan) Tangan
Lampiran 2
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N) FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DI RUANG BEDAH
CEMPAKA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menyatakan setuju untuk diikutertakan dalam role play
ronde keperawatan

Surabaya, 14 Mei 2018


Perawat Keluarga pasien

( ) ( )

Saksi

( )
Lampiran 4

SCRIPT OF ROLE PLAY OF NURSING ROUND

A. Role Sharing
NUM : Nur Puji Winasis, S.Kep
Primary Nurse 1 : Mardhatillah Syauqina Putri, S.Kep
Primary Nurse 2 : Tessa Widya Kosati, S.Kep
Asosiate Nurse : Shanti Indah Lestari, S.Kep
Counselor Nurse : Yudi Pramono, Amd.Kep
Doctor :

Nutritionists : Akh. Syukron Zakaria, S.Gz

Pharmacist
: Elfri Padulo, SpFRS.,Apt
Academic coach
: Dr. Rizki F, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Dr. Mira Triharini, S.Kp.M.Kep

B. Scenario
Round Nursing Preparation
Suatu hari di Ruang Bedah Cempaka, PP (Ns. Mardha) sedang menilai
perkembangan kondisi pasien Tn. K yang masih memiliki masalah keperawatan
yang belum terselesaikan yaitu Nyeri Kronis dan gangguan integritas kulit. Ns.
Mardha berpikir bahwa masalah pasien perlu didiskusikan untuk mendapatkan
solusi yang tepat dan masalah ini segera terselesaikan. Kemudian Ns. Mardha
pergi ke kantor Kepala Ruangan untuk berkonsultasi mengenai masalah Tn. K.
One day in the Cempaka Surgery Room, PP (Ns. Mardha) was assessing the
progress of Mr. W who still has unresolved nursing problems, it’s Chronic pain
and impaired skin integrity. Ns. Mardha thinks that patient problems need to be
discussed to get the right solution and this problem is resolved soon. Then Ns.
Mardha went to the Head of the Office to consult on the matter of Mr. W.

PP1: “Selamat pagi Ns. Nuri..”


“Good morning Ns. Nuri”
NUM: “ Selamat pagi, silakan duduk”
“good morning, have a seat please.”
PP1: “Terima kasih, saya ingin membicarakan masalah keperawatan pada klien
kamar 14 , Tn. K dengan diagnosa medis Melanoma Maligna Regio
Plantar Sinistra (Kiri) + Anemia. Masalah keperawatan Nyeri Kronis dan
gangguan integritas kulit. Kondisi pasien saat ini dengan keadaan ada
benjolan berwarna hitam dan kaki membengkak.
“Thank you, I want to talk about nursing problems with client in room
14, he's Mr. W with medical diagnosis of Malignant Melanoma
Plantar Sinistra Region (Left) + Anemia., with nursing problems
Chronic pain nursing problems and impaired skin integrity. The
current condition of the patient with a black lump and swollen legs
NUM : “Saya pikir itu ide yang bagus. Apakah Anda sudah membentuk tim
ronde ? Siapa yang mau bergabung dengan tim ronde dan kapan akan
dilaksanakan?”
“I think it’s a great idea. Have you form a nursing round team?who
want to join this nursing round? And when it’ll be held?”
PP1 : “Rencana akan diadakan hari ini, dan yang akan bergabung dengan
tim ronde adalah saya sebagai perawat primer 1 dan Ns. Tessa sebagai
perawat primer 2, Ns. Shanti sebagai perawat associate, dokter sebagai
DPJP tim ahli gizi, dan tim farmasi”
“Plans will be held today, and those who will join the round team are
me as primary nurses 1 and Ns. Tessa as primary nurse 2, Ns. Shanti
as an associate nurse, doctor as DPJP, team of nutritionists, and
pharmaceutical team"
NUM : “Apakah Ns. Mardha sudah siap? Ok, buat kontrak dengan klien atau
keluarga dan harus menandatangani lembar persetujuan.”
“Are you ready? Okay, please make a contract with the client or her
family for make sure to sign the informed concent”
PP1 : “ Baik Ns. Nuri. Setelah mendapat izin dari Anda, saya akan
segera menemui pasien untuk menjelaskan ronde keperawatan
yang akan diadakan hari ini dan tujuannya serta meminta persetujuan
pasien dan keluarga dengan mengisi lembar persetujuan.”
"Okay, Ns. Nuri. After getting your permission, I will immediately see
the patient to explain the nursing round that will be held today, its
purpose, and then ask the patient and family for approval by filling in
the consent sheet."
NUM : “Baik, persiapkan semuanya untuk ronde keperawatan hari ini agar
berjalan dengan lancar dan dapatkan solusi yang tepat untuk masalah
ini.”
“Okay, so prepare everything you need for nursing round today and I
hope everything being well”
PP1 : “Terima kasih, saya akan mempersiapkannya Ns.
Nuri”
“Thankyou, I’ll prepare it, Ns. Nuri.”

Implementation of the Round of Nursing


Kepala ruangan, perawat primer dan perawat lain berkumpul di ners station.
Perawat primer akan menjelaskan kondisi pasien.
NUM, Primary nurse, and associate nurse will being explain about client in the
nurse station together.
NUM : “Selamat pagi. Terima kasih atas kehadirannya di ronde keperawatan
hari ini. Kita semua tahu bahwa pasien atas nama Tn. K telah di rawat
di Ruang Bedah Cempaka selama kurang lebih 2 hari dengan diagnosa
medis Melanoma Maligna Regio Plantar Sinistra (Kiri) + Anemia.
Pengobatan dan asuhan keperawatan yang telah kami berikan sudah
sesuai dengan prosedur. Untuk lebih jelasnya Ns. Mardha akan
menyampaikan masalah yang ada pada pasien Tn. K”
"Good morning everyone. Thank you for being present in the nursing
round today. We all know that clients are on behalf of Tn. K has been
treated in the Bedah Cempaka Room for more or less 2nd days with a
medical diagnosis of Malignant Melanoma Plantar Sinistra Region
(Left) + Anemia. The treatment and nursing care that we have
provided are in accordance with the procedure. For more details, Ns.
Mardha will explain the problems that exist in the patient Tn.K "

PP1 :”Terima kasih, saya akan memperkenalkan tim ronde keprawatan hari
ini. Ns. Nuri sebagai kepala ruangan, saya Ns. Mardha sebagai
perawat primer, Ns. Tessa seagai peraat primer 2, Ns. Shanti sebagai
perawat asosias, dokter ... sebagai DPJP, ahli gizi…….Farmasi...
Konselor.... Okay, izinkan saya menjelaskan masalah Tn. W dengan
hari rawat ke 26 dengan diagnosis Melanoma Maligna Regio Plantar
Sinistra (Kiri) + Anemia.” (Menjelaskan ppt)
“Thank you, I will introduce today's nursing round team. Ns. Nuri as
the head of the room, I'm Ns. Mardha as primary nurse, Ns. Tessa as
primary patient 2, Ns. Shanti as an associate nurse, doctor ... as
DPJP, nutritionist ... Pharmacy ... Counselor ... Okay, let me explain
the problem Mr. W with 26th day of care with a diagnosis of Plantar
Sinistra Malignant Melanoma (Left) + Anemia”

NUM : “Bagaimana dengan tanda-tanda vital?”


“how about the vital sign?”

AN : “Pengamatan pasien tadi pagi TD:…..mmHg, N:…x/mnt,


RR:…..x/mnt, Suhu:…..C.
“patient observation this morning are blood preassure : …… Heart rate
:….. Rerpiration Rate : …… and temperature is.... :…..C.
NUM : “ Terima kasih, nah sekarang mari kita validasi ke pasien”
“thank you, so we will validate on the patient”

NUM, Perawat Primer dan Perawat Asosiasi bersama dengan tim ronde
keperawatan datang ke ruang pasien untuk validasi

PP1 : “Selamat pagi, kami dari tim ronde keperawatan akan memvalidasi
kondisi Bapak W”
Keluarga : “Ya, silakan di periksa”
PP1 : “ Kondisi Bapak bagaimana? Apakah masih nyeri, pak? Atau ada
keluhan lain?”
Keluarga : “ Ya Ners, masih Nyeri”
PA : “ Permisi…saya akan memeriksa tekanan darahnya lagi, nadi dan suhu
dulu.” (Melakukan pemeriksaan fisik dan tanyakan semua hal yang
diperlukan untuk mendukung data yang ada )
PP1 : “Kami akan berdiskusi dulu masalah kesehatan Ibu SM ya bapak/ibu
dan kami akan cari solusinya"
Keluarga : "Ya, terima kasih"

Ronde Keperawatan
Setelah memvalidasi data pasien, tim ronde keperawatan kembali ke ners station
untuk menindak lanjuti dan mendiskusikan kasus tersebut.
NUM : "Setelah kita memvalidasi ke pasien, saya meminta tim perawat
untuk memberikan pendapat tim untuk memecahkan masalah Tn.K"
"After we validate the patient, I ask the nurse team to give the team's
opinion to solve the problem of Mr.K"
PP 1 : "Terima kasih atas kesempatannya, setelah memvalidasi data ke
pasien secara langsung, kami dapatkan kondisinya masih nyeri,
menurut saya masalah akan berlanjut sampai penyakitnya sembuh.
Jadi apa yang bisa kita lakukan sebagai perawat sambil menunggu
tindakan medikasi ?
" Thank you for the opportunity, after validating the data to the
patient directly, we found that the condition was still painful, in my
opinion the problem would continue until the disease healed. So
what can we do as nurses while waiting for medication action?

NUM : "Oke, mungkin dari dokter yang bertanggung


jawab untuk memberikan pendapat mengenai masalah
kesehatan dan terapi perawatan yang dilakukan ?”
"Okay, maybe the doctor can give some opinions."
Dokter: "…………………………………………………….”

**Mulai dari season ini, menggunakan Bahasa Indonesia.


NUM : "Oke, terima kasih dokter. Bagaimana dengan Ners Tessa?
PP2 : "Ya, saya pikir kita bisa memberikan terapi musik atau latihan nafas
dalam untuk relaksasi dan distraksi nyeri dan menjalankan terapi
farmakologi sesuai dengan rpo”
PP1 : saya setuju dengan Ns. Tessa, lalu saya ingin menanyakan terkait
terapi farmakologi yang diberikan, apakah masih dilanjutkan untuk
diberikan asam mefenamat 500mg? Karena menurut saya, terapi ini
belum bisa menurunkan nyeri pasien tsb”

NUM : Oke, dalam hal ini apakah dari tim farmasi ada tambahan?

Farmasi : ..............................

AN : "Lalu untuk gangguan integritas kulit, sementara pasien masih


diberikan rawat luka dan hanya dibersihkan saja. Apakah dalam hal
ini pasien perlu mendapatkan terapi farmakologi yang lain?
Farmasi : .......................

PP1 : Dari segi nutrisi, kami menganjurkan untuk menghabiskan porsi diet
untuk nutrisinya. Kami juga selalu memantau perkembangan lesi
pada pasien. Untuk sementara lesi masih dengan benjolan, apakah
ada diet khusus untuk pasien tersebut seperti diet TKTP?”

NUM : Ya, mungkin ada umpan balik dari ahli gizi yang menangani?”
Tim ahli gizi: "Ya, terima kasih atas kesempatan ini.”
“Tn. K mengonsumsi diet………….”
NUM : "Terima kasih dari tim Ahli gizii. Mungkin ada tambahan lain atau
masukkan dari perawat konselor?
Perawat konselor : "............................."
NUM : "Bagus atas masukan dari tim ronde keperawatan hari ini. Semoga
bisa memberikan solusi untuk pasien Tn.K. Ners Mardha silakan
baca kesimpulannya "
PP1 : "Terima kasih. Saya akan membacakan hasil diskusi kali ini sebagai
validasi tindakan untuk Tn.K. (baca hasil simpulan)

NUM : "Terimakasih Ns. Mardha. Saya pikir sudah cukup untuk ronde
keperawatan hari ini pada pasien Tn.K dan terima kasih atas
partisipasi Anda dalam menghadiri ronde kali ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb dan selamat pagi
Lampiran 3
RESUME KLIEN – PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN

Tanggal MRS : 13 Mei 2019 Jam Masuk : 12.45 WIB


Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2019 No. RM : 10.17. XX.XX
Jam Pengkajian : 13.00 WIB
Hari rawat ke- : 1 hari
: Melanoma Maligna Regio Plantar Sinistra residif +
Diagnosa Medis Anemia

I. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Nama klien : Tn. K
2. Umur : 65 tahun
3. Status : Sudah menikah
4. Suku / Bangsa : Batak
5. Agama : Islam
: Gunungsari Indah H-26,
6. Alamat Surabaya
7. Sumber Biaya : BPJS
B. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada kaki kiri
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan tumor kulit ganas di paha kiri yang berdarah sejak 3 hari
yang lalu. Darah keluar terus sampai membasahi kasa yang digunkan untuk
membalut luka. Pasien dengan riwayat kanker kulit sejak ±8 tahun yang lalu.
Aalnya muncul benjolan di telapak kaki kiri sebesar kelereng dan warna
kehitaman. Sudah dilakukan operasi pengangkatan tumor tahun 2012, namun
kambuh lagi. Pasien sudah menjalani operasi sebanyak tiga kali, terakhir tahun
2018. Pasien sedang menjalani kemoterapi sejak Juni 2018 dan sudah menjalani
kemoterapi sebanyak 8 kali. Kemoterapi terakhir bulan April 2019. Pasien
direncanakan kemoterapi lagi pada tanggal 21 Mei 2019. Saat dilakukan
kemoterapi, pasien tidak ada keluhan sesak, batuk atau nyeri kepala, tidak ada
keluhan mual/muntah. Pasien mengeluh muncul benjolan dilipat paha kiri sejak
April 2018 dan pada bulan Desember 2018 mulai muncul benjolan kecil-kecil
warna hitam di paha kiri sampai ke pantat. Saat dilakukan pengkajian tanggal 13
Mei 2019 pukul 13.00 di Ruang Bedah Cempaka, pasien mengeluh nyeri pada
kaki kiri, nyeri terasa tertusuk-tusuk, skala 7, dan nyeri berlangsung selama ±30
menit. Kaki kiri dari ujung tungkai hingga paha nampak membengkak dan
terdapat benjolan berwarna hitam pada paha. Hasil TTV yang didapatkan, yaitu
TD: 102/65 mmHg; N:117x/menit; T:35,5°C; RR:20x/menit; SPO2: 98%. Hasil
pemeriksaan Hemoglobin (Hb) 8,1 g/dL.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit Hipertensi.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit kronik
F. Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan
Tidak terkaji

G. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
TD = 102/65 mmHg; Nadi= 117 x/menit; RR= 20x/menit; Suhu= 35,5oC,
SPO2= 98 %

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

1. Sistem Pernapasan (B1)

Klien terlihat tidak sesak napas, tidak menggunakan alat bantu napas
oksigen, RR= 20x/menit, SPO2= 98 %, irama napas teratur, suara napas
vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah


2. Sistem Kardiovaskuler (B2)

TD = 102/65 mmHg; Nadi= 117 x/menit, tidak ada nyeri dada.


Irama jantung reguler, suara jantung S1/S2 Tunggal. Capillary Refill
Time 1 detik.Akral hangat, pucat, kering.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

3. Sistem Persyarafan (B3)


Kesadaran klien compos mentis dengan GCS E4 V5 M6. Suhu 35,5oC. Pupil
isokor dengan diameter 3/3 mm. Sklera kanan dan kiri anikterus,
konjungtiva anemis, kornea kanan dan kiri jernih. Nyeri pada kaki kiri yang
terkena melanoma maligna.

Masalah Keperawatan : Nyeri Kronis

4. Sistem Perkemihan (B4)


Kebersihan genetalia bersih, tidak ada sekret, tidak ada ulkus, matus uretra
bersih., Klien tidak terpasang kateter. BAK spontan, frekuensi 4-5x/menit

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Sistem Pencernaan (B5)


Nafsu makan klien baik namun porsi makan tidak habis. Mukosa bibir
lembab, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada nyeri tekan pada abdomen,
bentuk abdomen supel, peristaltik 5 x/menit, BAB terakhir tanggal 11 Mei
2019 frekuensi 1 x/ hari tekstur lunak, jumlah sedikit, tidak ada darah
maupun lendir.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

6. Sistem Muskuloskeletal (B6)


Turgor klien menurun. Kaki kiri bengkak, terdapat benjolan berwarna hitam
di paha. Tonus otot kaki kiri lemah. Pasien dapat mobilisasi di tempat tidur
dan menggunakan kursi roda.
Masalah Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik,
7. Pemeriksaan pada kulit
Kaki membengkak dari ujung telapak kaki hingga paha, kulit terlihat tebal,
terdapat benjolan berwarna merah dan terdapat pus berarna kuning, serta bau
yang tidak enak. Riwayat operasi pengangkatan Tumor kulit pada tahun 2019.
WBC = 14,360 X 103 µ/L.

Masalah Keperawatan : Kerusakan integritas kulit, risiko infeksi

H. Pengkajian Psikososial
Persepsi klien terhadap penyakitnya :
Klien mengatakan bahwa klien pasrah dan ikhlas setelah mengetahui menderita
penyakitnya, namun klien tetap berusaha untuk berobat. Klien juga
mengganggap penyakitnya sebagai ujian dari Tuhan
I. Personal Hygiene dan Kebiasaan
Klien dalam memenuhi ADL dibantu oleh keluarga dan petugas medis.
Klien terlihat rapi dan bersih.
J. Pengkajian Spiritual Kebiasaan beribadah:
Sebelum sakit : klien mengatakan sering menunaikan ibadah
Selama sakit : klien tidak dapat menunaikan ibadah , namun dapat berdo’a di
tempat tidur.
.
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
JENIS HASIL HASIL HASIL NILAI NORMAL
(13-5-2019)

Glukosa -- < 100 mg/dL

Kreatinin 0,50-1,20 mg/dL


serum

BUN - 10-20 mg/dL

SGOT - <41 U/L

SGPT - 0-35 U/L

Albumin - 3,40-5,00 g/dL

Creatinin - 0,5 – 0,9 mg/dL

LDH - 82-234 U/L

CRP Kimia - 0,00-10,00 mg/L

Natrium - 136-144 mmol/l

Kalium - 3,8-5,0 mmol/L

Klorida - 97-103 mmol/L

Kalsium - 2,12- 2,62 mmol/L

Magnesium - 1,6-2,4 mEq/L

WBC 14,360 3,37-10 X 103 µ/L

RBC 2,680 3,60-5,46 X 106 µ/L


HGB 8,1 11,0-14,7 g/Dl

HCT 23,300 5,2-46,7 %

MCV 86,900 86,7 – 102,3 fL

MCH 30,200 27,1 – 32,4

MCHC 34,800 29,7 – 33,1 g/dL

RDW 42,5 12,2 – 14,6 %

PLT 16,700 160 – 450 X 103 µ/L

MPV 9,100 9,2 – 12 Fl

Neut % 92,800 39,8 – 70, 5 %

Lymph % 2,700 23,1 – 49,9 %

Mono % 4,300 4,3 – 10,10%

Eos % 0,01 0,6 – 5,4 %

Baso % 0,1 0,3 – 1,4 %

HbsAg -

Ph -

PcO2 -

PO2 -

HCO3 -

TCO2 -

BEecf -

SO2 -

AaDO2 -
b. Hasil Pemeriksaan EKG
Tidak ada

c. Hasil Foto Thorax


Tidak nampak tanda mestastase

III. TERAPI LAIN


Nama Obat dan Jam 12 - 05 13-05 14-05 10-5
Dosis Pemberian 2019 2019 2019 2019
Pemberian

Vit.K 1 amp 09.00 √ √ √

Intravena/ 17.00 √ √ √

8 jam 01.00 √ √ √

Asam mefenamat 09.00 √ √ √

500mg/Intravena 17.00 √ √ √
Tiap 8 jam
01.00 √ √ √

IV. RIWAYAT OPERASI


No. Tahun Jenis Operasi
1. 2012 wide eksisi tumor di plantar pedis (s)
2. 2017 Wide eksisi tumor residif
3. 2018 Wide eksisi + tutup dengan skin graft + diseksi ingunal(s)

V. RIWAYAT KEMOTERAPI
No. Kemoterapi Jenis Kemoterapi
ke -
1. 1-6 Cisplatin, Cyclophospamid
2. 7-8 Decarbasin
VI. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS : pasien mengatakan Tumor ganas Nyeri Kronis
nyeri pada kaki kiri
DO :
Terjadi Ulserasi
1. P : nyeri saat
bergerak minimal
Q : tertusuk-tusuk Terputusnya jaringan kulit
(cekot-cekot)
R : kaki kanan Rangsangan terhadap reseptor
S : Skala 7
T : ±30 menit nyeri di korteks serebri
2. Kaki terlihat tebal
3. Terdapat benjolan Nyeri Kronis
berwarna hitam
pada kaki kiri
4. Riwayat kanker
kulit 8 tahun yang
lalu
5. TD = 102/65
mmHg; Nadi= 117
x/menit; RR=
20x/menit; Suhu=
35,5oC, SPO2= 98
%
6. Ekspresi wajah px
nampak menahan
nyeri

2 DS : px mengatakan tidak Tumor ganas Gangguan integritas


nyaman dengan kulit
penyakitnya (tidak
Perubahan pigmentasi pada
bisa bergerak)
nodul yang berasal dari lesi
DO :
1. Riwayat kanker
kulit 8 tahun yang Perubahan terhadap fungi
lalu kulit
2. Terdapat benjolan
berwarna hitam
pada kaki kiri Kerusakan integritas kulit
3. Kaki terlihat tebal
4. Terdapat pus
warna kuning

3 DS :px mengatakan nyeri Tumor ganas Gangguan Mobilitas


saat bergerak, Fisik
sehingga
kebutuhan setiap Kerusakan jaringan kulit
hari dibantu oleh
anak dan
keluarganya Ekstremitas tidak dapat
DO :
berfungsi dengan baik
1. Terdapat kursi
roda di dalam bed
pasien Gangguan Mobilitas Fisik
2. Terdapat
pembengkakan
pada kaki kiri
3. Kaki kiri terlihat
membengkak
(besar)

4. DS : tidak ada keluhan Tumor ganas Risiko Infeksi


DO :
1. Kaki terlihat tebal
2. Terdapat benjolan Timbul nodul, papul, ulserasi
berwarna hitam
pada kaki kiri
reaksi inflamasi
3. Riwayat kanker
kulit 8 tahun yang
lalu gatal
4. TD = 102/65
mmHg; Nadi= 117
x/menit; RR= Risiko Infeksi
20x/menit; Suhu=
35,5oC, SPO2= 98
%
5. WBC : 14,360
(3,37-10 X 103)
µ/L
6. Riwayat operasi
Wide eksisi +
tutup dengan skin
graft + diseksi
ingunal(s) (2018)

5. DS : pasien mengatakan Tumor ganas Perfusi perifer tidak


nyeri pada kaki kiri efektif
DO :
1. Hb = 8,1 g/dl sel-sel tumor merusak jarigan
2. Adanya kulit
pembengkakan
pada kaki kiri
3. Turgor kulit kerusakan pembulu darah
menurun
4. Pasien dengan
aliran darah pada
anemia
5. Riwayat kanker pembuluh darah tidak lancar
kulit seak 8 tahun
yang lalu
Gangguan perfusi jaringan

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor
2. Gangguan Integritas Kulit b.d kondisi klinis terkait (Melanoma Maligna)
3. Risiko Infeksi b.d Penyakit kronis (Melanoma Maligna)
4. Perfusi Perifer tidak efektif b.d Anemia
5. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas jaringan
VIII INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Senin/13 Mei Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pemberian kompres dingin/hangat
2019 infiltrasi tumor selama 1 x 24 jam, nyeri kronis pasien 2. Pengaturan posisi yang nyaman
berkurang dengan kriteria hasil : 3. Tingkatkan istirahat dan tidur yang
1. Tidak ada gangguan tidur adekuat
2. Tidak ada ekspresi menahan nyeri 4. Jelaskan pada pasien penyebab
3. Tidak ada ungkapan nyeri secara nyeri
verbal 5. Edukasi teknik relaksasi dan
4. Skala nyeri berkurang distraksi nyeri
6. Monitor nyeri
7. Edukasi efek kemoterapi
8. Edukasi memanajemen stres
9. Kolaborasi pemberian analgetik

Senin/13 Mei Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Anjurkan pasien untuk
2019 Kulit b.d kondisi klinis selama 1 x 24 jam, gangguan integritas menggunakan pakaian yang
terkait (Melanoma longgar
kulit pasien berkurang dengan kriteria
Maligna) 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
hasil : 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
1. Tidak ada luka/lesi baru bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
2. Perfusi jaringan baik
pasien) setiap dua jam sekali
3. Mampu melindungi kulit dan 5. Monitor kulit akan adanya
mempertahankan kelembapan kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby
oil pada daerah yang tertekan
kulit 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
10. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
11. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi jika perlu

Senin/13 Mei Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bersihkan lingkungan setelah
2019 Penyakit kronis selama 1 x 24 jam, risiko infeksi tidak dipakai pasien lain
(Melanoma Maligna) 2. Pertahankan teknik isolasi
terjadi dengan kriteria hasil :
3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 4. Instruksikan pada pengunjung
infeksi untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung
2. Jumlah WBC/Leulosit dalam
meninggalkan pasien
3
batas normal = 3,37-10 X 10 µ/L 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
3. Suhu tubuh dalam batas normal = cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan
36°C – 37,5°C
sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
13. Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
14. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
15. Monitor hitung granulosit, WBC
16. Monitor kerentangan terhadap
infeksi
17. Kolaborasi pemberian analgetik
bila perlu

Senin/13 Mei Perfusi Perifer tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
2019 efektif b.d Anemia selama 1 x 24 jam, ketidakefektifan hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
perfusi ferifer dapat teratasi dengan
2. Monitor adanya paretese
kriteria hasil : 3. lnstruksikan keluarga untuk
1. TTV dalam batas normal mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
TD = 120/80 - 130/85 mmHg
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
Suhu = 36,1-37,5°C 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
N = 60 – 100 x/menit punggung
6. Monitor kemampuan BAB
RR = 12-20 x/menit
7. Kolaborasi pemberian analgetik
SPO2 = 95-100% 8. Monitor adanya tromboplebitis
2. Berkomunikasi dengan jelas dan 9. Diskusikan menganai penyebab
sesuai dengan kemampuan perubahan sensasi

3. Tidak ada tanda tanda


peningkatan tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15 mmHg)

Senin/13 Mei Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitoring vital sign
2019 Fisik b.d kerusakan selama 1 x 24 jam, gangguan mobilitas sebelum/sesudah latihan dan lihat
integritas jaringan fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : respon pasien saat latihan
1. Klien meningkat dalam aktivitas 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
fisik tentang rencana ambulasi sesuai
2. Mengerti tujuan dan peningkatan dengan kebutuhan
mobilitas 3. Bantu klien untuk menggunakan
3. Mampu berpindah dengan tongkat saat berjalan dan cegah
penggunaan alat (kursi roda) terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.

IX. EVALUASI
Diagnosa Senin, 13 Mei 2019 Selasa,14 Mei 2019
Keperawatan
Nyeri kronis b.d S : pasien mengeluh nyeri di kaki kiri dan pinggang S : pasien mengeluh nyeri di kaki kiri dan
P = bergerak sedikit menjalar ke pinggang
infiltrasi tumor/Pagi
Q = tertusuk-tusuk (nyeri tumpul) P = bergerak sedikit
R = kaki kiri Q = tertusuk-tusuk (nyeri tumpul)
S = skala 7 R = kaki kiri
T = terus menerus S = skala 6
O: T = terus menerus
1. Terpasang NaCl 500ml O:
2. TD = 102/65 mmHg 1. Terpasang fenflon sejak 11 Mei 2019
N = 117 x/menit 2. TD = 130/60 mmHg
RR = 20 x/menit N = 100 x/menit
SPO2 = 97% RR = 20 x/menit
T = 35,5°C SPO2 = 97%
EWS = 2 T = 35,8°C
3. Edema pada kaki kiri EWS = 2
4. Terdapat benjolan berwarna hitam pada kaki kiri 3. Edema pada kaki kiri
(Melanoma Maligna) 4. Terdapat benjolan berwarna hitam pada
5. Hb = 8,1 g/dl kaki kiri (Melanoma Maligna)
5. Hb = 8,1 g/dl
A : Nyeri Kronis
P : Nyeri dapat berkurang skala 5 A : Nyeri Kronis
I: P : Nyeri dapat berkurang skala 5
1. Monitoring EWS/4 jam I:
2. Memonitor Hb = 8,1g/dl 1. Memposisikan pasien dengan nyaman
3. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain untuk 2. Monitoring EWS/4 jam
rencana tranfusi 3. Memonitor Hb = 8,1g/dl
4. Memonitoring nyeri 4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
5. Memberikan terapi obat sesuai RPO lain untuk pemberian tranfusi (transfusi
Vit. K 1 amp/IV/8jam PRC/O+/233ml)
Asam mefenamat 500mg/IV/8jam 5. Memonitoring nyeri
6. Edukasi nyeri dengan relaksai (nafas dalam) 6. Edukasi nyeri dengan relaksai (terapi
musik)
7. Memberikan terapi obat sesuai RPO
Vit. K 1 amp/IV/8jam
Asam mefenamat 500mg/IV/8jam

Gangguan Integritas S : pasien mengeluh nyeri di kaki kiri dan pinggang S : pasien mengeluh nyeri di kaki kiri dan
Kulit b.d kondisi klinis O: pinggang
terkait (Melanoma 1. Terpasang NaCl 500ml O:
Maligna)/pagi 2. TD = 102/65 mmHg 1. Terpasang fenflon sejak 11 Mei 2019
N = 117 x/menit 2. TD = 130/60 mmHg
RR = 20 x/menit N = 100 x/menit
SPO2 = 97% RR = 20 x/menit
T = 35,5°C SPO2 = 97%
EWS = 2 T = 35,8°C
3. Edema pada kaki kiri EWS = 2
4. Terdapat benjolan berwarna hitam pada kaki kiri 3. Edema pada kaki kiri
(Melanoma Maligna) 4. Terdapat benjolan berwarna hitam pada
5. Hb = 8,1 g/dl kaki kiri (Melanoma Maligna)
5. Hb = 8,1 g/dl
A : Gangguan Integritas Kulit
P : gangguan mobilitas fisik dapat teratasi A : Gangguan Integritas Kulit
I: P : gangguan mobilitas fisik dapat teratasi
1. Monitoring EWS/4 jam I:
2. Melakukan kolaborasi pemberian terapi farmakologi 1. Monitoring EWS/4 jam
(belum dilakukan rawat luka) 2. Melakukan kolaborasi pemberian terapi
3. memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien farmakologi (sudah dilakukan rawat luka)
4. memonitor status nutrisi pasien 3. memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
5. menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi 4. memonitor status nutrisi pasien
6. merubah posisi pasien setiap dua jam sekali 5. menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. merubah posisi pasien setiap dua jam
sekali

Anda mungkin juga menyukai