RONDE KEPERAWATAN
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DIRUANG BEDAH CEMPAKA RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE 29 APRIL – 25 MEI 2019
Disusun oleh :
KELOMPOK 4
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga proposal kegiatan ronde keperawatan praktek profesi menejemen keperawatan di
Ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah selesai. Proposal kegiatan ini dibuat
untuk merencanakan kegiatan dalam pemenuhan kompetensi menejemen keperawatan dalam
penerapan model asuhan keperawatan profesional pada profesi menejemen.
Kami selaku tim penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu pula
proposal kegiatan yang kami buat ini, baik dari segi isi maupun penulisannya. Kritik dan saran
dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan kegiatan kami selanjutnya.
Kami juga berterima kasih pada pembimbing klinik Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga, pembimbing klinik di RS, pasien dan keluarga serta teman-teman kelompok yang
telah membantu dalam proses penyelesaian proposal kegiatan ronde keperawatan. Semoga
proposal kegiatan ini dapat digunakan untuk merencanakan tindakan ronde keperawatan dengan
baik dan tepat.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dan perawat di ruangan mampu melaksanakan ronde keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1 Menjelaskan tentang definisi ronde keperawatan
2 Menjelaskan karakteristik ronde keperawatan
3 Mengetahui manfaat ronde keperawatan
4 Menjelaskan kriteria pasien ronde keperawatan
5 Menjelaskan langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan
6 Menjelaskan peran perawat dalam ronde keperawatan
7 Menjelaskan kriteria evaluasi ronde keperawatan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pasien :
1) Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2) Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada klien.
3) Memenuhi kebutuhan klien
4) Menurunkan biaya perawatan yang dikeluarkan oleh klien
1.4.2 Bagi Ruangan :
1) Meningkatkan kognitif dan afektif dan psikomotor perawat di ruangan.
2) Meningkatkan kerjasama antar tim.
3) Menciptakan kerja perawat yang profesional.
1.4.3 Bagi rumah sakit :
1) Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2) Menurunkan lama hari perawatan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan diskusi
2) Tujuan khusus
(1) Membutuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
(2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
(3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
(4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
(5) Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
(6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja (Nursalam,2015 ).
2.1.4 Manfaat
1) Masalah pasien teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Tercapainya komunitas keperawatan yang profesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar
2.1.5 Karakteristik Pasien Ronde Keperawatan
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru dan langka
3) Alur Kegiatan Ronde Keperawatan
PP
1. Penetapan klien
Tahap persiapan
2. Persiapan klien :
Informed Consent
Hasil Pengkajian /
Validasi Data
Apa diagnosis
3. Penyajian Masalah
keperawatan?
Apa data yang
mendukung
Tahap pelaksanaan di
Nurse Station Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan?
Apa hambatan yang
ditemukan?
2.1.6 Keterangan
1) Tahap persiapan
(1) Menentukan kasus dan topik
(2) Menentukan tim ronde
(3) Mencari sumber atau literatur
(4) Membuat proposal
(5) Pemberian informed consent kepada klien / keluarga
(6) Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan keperawatan yang
dilakukan dan hambatan selama perawatan
2) Tahap pelaksanaan ronde
(1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer / ketua tim yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih
prioritas yang perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
(3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer / perawat konselor / kepala ruangan tentang
masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3) Tahap pasca ronde
(1) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
(2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan selanjutnya.
2.2.2 Epidemiologi
Meskipun melanoma maligna terhitung hanya 4% dari semua kanker kulit, melanoma
maligna menyebabkan 80% kematian dari kanker kulit (Miller dan Mihm, 2006). Melanoma
maligna terhitung 3% dari semua keganasan di seluruh dunia. Melanoma maligna kanker yang
paling banyak pada dewasa muda (20-39 tahun) dan paling banyak menyebabkan kematian
karena kanker (Chan dan Greenbaum, 2013).
Secara geografis, insiden dan mortalitas bervariasi di seluruh dunia. Kejadian
melanoma maligna tertinggi dimana Negara yang populasinya didominasi oleh
Caucasian (kulit putih) dan rendah pada Negara yang berpenduduk asli Asian atau
African (de Vries et al., 2006). Semua Negara Eropa melaporkan insiden melanoma
maligna tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Sebaliknya, di Australia dan Amerika
Utara laki-laki lebih tinggi daripada perempuan (MacKie, Hauschild, dan Eggermont,
2009) sedangkan untuk bagian tubuh yang sering ditemukan pada laki-laki adalah
trunkus dan pada perempuan sering pada daerah tungkai dan trunkus. Jarang
ditemukan pada bagian tubuh yang tertutup pakaian (Pasaribu, 2006).
Penyebab utama terjadi peningkatan insiden melanoma maligna secara umum adalah
paparan radiasi ultraviolet (UV). Menurut Elwood et al. dalam MacKie, Hauschild,
dan Eggermont (2009), terpapar sinar matahari yang membakar kulit dalam waktu
singkat tapi berulang-ulang diketahui sebagai faktor risiko utama (MacKie,
Hauschild, dan Eggermont, 2009).
2.2.3 Etiologi
A. Faktor Genetik
Berdasarkan hasil penelitian 25-40% dari anggota keluarga yang menderita
melanoma maligna diidentifikasi terdapat germline mutation pada cyclin-dependent
kinase inhibitor 2A (CDKN2A) dan juga sedikit didapatkan mutasi pada cyclin-
dependent kinase 4 (CDK4). Terdapat dasar rasional untuk hubungan antara kejadian
melanoma dan mutasi pada CDKN2A dan CDK4 karena kedua tersebut adalah
tumor-suppresor genes (Miller dan Mihm, 2006). Lima sampai sepuluh persen dari
semua melanoma maligna adalah dari pasien dengan familial atypical multiple mole
melanoma syndrome (FAMMM). Pasien dengan FAMMM mempunyai risiko 70%
selama hidup untuk berkembangnya sebuah melanoma maligna (Holterhues, 2011).
Mutasi pada tumor-suppressor genes seperti c-kit, p53, dan BRAF dilaporkan
meningkatkan risiko melanoma maligna. Namun, masih belum jelas seberapa
pentingya mutasi dari gen-gen ini dianggap sebagai faktor risiko melanoma maligna
(Holterhues, 2011).
B. Faktor Lingkungan
Paparan radiasi ultraviolet (UV) dari matahari menjadi faktor penting dikaitkan
dengan peningkatan kejadian melanoma maligna, terutama pada sinar matahari yang
membakar kulit dalam waktu singkat tapi berulang-ulang (Putra, 2008). Dari hasil
penelitian yang lain juga memperlihatkan bahwa paparan sinar matahari yang
berlebihan, berulang-ulang tetapi dalam waktu singkat (intermittent), dan lama dapat
menyebabkan terjadinya melanoma maligna. Terutama pada waktu intens terpapar
oleh sinar matahari seperti membakar kulit pada waktu anak-anak ataupun remaja
menjadi faktor risiko melanoma maligna (Holterhues, 2011). Perubahan gaya hidup
masyarakat yang lebih menyukai berjemur ataupun karena pekerjaan yang memang
harus terpapar matahari juga menjadi risiko terjadinya melanoma. Sama halnya
dengan pemakaian sunbed (MacKie, Hauschild, dan Eggermont, 2009).
C. Fenotipe
Orang Caucasian, rambut pirang atau merah, banyak freckles (ephelides),
terdapat lebih dari 50 banal melanocytic nevi, nevi besar, atypical nevi, dan
dysplastic nevi merupakan faktor risiko melanoma maligna (MacKie, Hauschild, dan
Eggermont, 2009).
D. Status Sosio-Ekonomi
Melanoma maligna lebih sering pada orang yang memiliki status sosio-ekonomi
tinggi memungkinkan mereka terkena terpapar sinar UV berulang-ulang tapi dalam
waktu singkat yang tinggi dan berlebihan (olahraga outdoor, olahraga musim dingin,
dan sunbathing). Peningkatan kekayaan pada Caucasian dalam waktu 6 dekade ini
berkontribusi dalam peningkatan insiden melanoma maligna (de Vries et al., 2006).
E. Penyakit Dahulu dan Penyerta
Orang yang berisiko selanjutnya, yaitu orang yang pernah menderita melanoma
maligna sebelumnya, yang menderita xeroderma pigmentosum, giant congenital
pigmented naevus. Selain itu, orang yang dengan kondisi immune compromised
seperti terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), Hodkin’s disease, dan
orang yang mendapat terapi cyclosporine A berisiko menderita melanoma maligna
(Chan dan Greenbaum, 2013).
2.2.4 Patofisiologi
1. Poliferasi dari Melanosit (benign lesions)
Hal yang pertama terjadi yaitu sebuah proliferasi dari melanosit menjadi benign
nevus. Secara klinis, nevi ini berbentuk datar dan sedikit menonjol dengan warna
yang seragam atau gambaran teratur dari pigmen dot-like pada sebuah latar yang
cokelat atau hitam kecokelatan. Secara histologi, lesi ini memiliki peningkatan
jumlah dari kumpulan melanosit yang bersarang sepanjang lapisan basalis (Paek et
al., 2008).
2. Dysplastic Nevi (random atypia)
Selanjutnya perkembangan dari pertumbuhan yang abnormal. Ini mungkin
terdapat pada tempat yang sebelumnya ada benign nevus atau pada tempat yang
baru. Secara klinis lesi ini mungkin asimetris, batasan tidak rata, mengandung lebih
dari satu warna, atau memiliki diameter yang lebih besar. Secara histologi, lesi ini
memiliki sel yang abnormal bentuk yang bebas dan sel-selnya tidak berdampingan
lagi (Miller dan Mihm, 2006).
3. Fase Radial-growth (pertumbuhan intraepidermal)
Selama fase radial-growth, sel-sel memiliki kemampuan untuk berproliferasi
secara intraepidermal. Secara klinis, lesi ini kadang-kadang bisa menonjol. Lesi ini
tidak lagi memperlihatkan sel abnormal yang bebas dan sebagai gantinya dia
memperlihatkan bentuk sel kanker di seluruh lesi (Paek et al., 2008).
4. Fase Vertical-growth (Invasi dermis)
Lesi yang berlanjut ke fase vertical-growth memiliki kemampuan untuk masuk ke
dermis dan membentuk nodul besar, meluas ke papillary dermis. Sel-sel kanker bisa
juga masuk ke reticular dermis dan sel adipose (Miller dan Mihm, 2006).
5. Mestastasis Melanoma
Akhir dari semua perkembangan kanker yaitu berhasil menyebarkan sel-sel
kanker ke bagian kulit lain dan organ-organ tubuh lainnya, dimana sel-sel tersebut
bisa berproliferasi dan metastasis (Miller dan Mihm, 2006).
Bentuk dini sangat sulit dibedakan dengan tumor lainnya. Karena melanoma
maligna merupakan penyakit yang fatal bila telah metastasis jauh, maka kemampuan
untuk mengenali keganasan dini perlu diperdalam. Lokalisasi dilaporkan terbanyak di
ekstremitas bawah, kemudian didaerah badan, kepala/leher, ektremitas atas, kuku. Kunci
penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini, sehingga diagnosis melanoma
harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya
tahi lalat yang berubah, seperti:
1. Perubahan alam warna
2. Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3. Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar, atau rasa sakit)
4. Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5. Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
Berkembangnya lesi satelitBandarchi et al (2010) dan Holterhues (2011)
menyebutkan manifestasi klinis ditemukan pada melanoma maligna sudah dikenal
dengan “Melanoma Maligna ABCDEF”, sebagai berikut:
1. A-Asymetry, yaitu bentuk tumor yang asimetris
2. B-Border irregularity, yaitu garis batas yang tidak teratur
3. C-Color variegation, yaitu memiliki lebih dari satu warna seperti cokelat atau
hitam. Bisa juga merah, biru, abu-abu, hipopigmentasi atau depigmentasi
4. D-Diameter, yaitu diameter tumor lebih dari 6 mm
5. E-Evolution atau change, yaitu ada perubahan dari warna, ukuran, simetris,
dan gejala
6. F-Funny-looking lesions
2.2.6 Klasifikasi
A. Tumor Ganas
1. Melanoma Maligna Lentigo (LMM)
LMM disebut juga Hutchinson’s melanotic freckle atau prakanker Dubreilh.
LMM timbul dari lesi lentigo maligna yang telah ada sebelumnya. LMM menduduki
kira-kira 5% dari melanoma kulit primer, terutama terjadi pada orang tua.
Berlawanan dengan substipe melanoma lainnya, LMM mengenai daerah tubuh yang
terpapar sinar matahari, terutama wajah. Lesi pada lentigo maligna biasanya berupa
bercak makula kecil, berwarna coklat gelap, coklat, atau hitam. Pada permukaannya
dapat dijumpai adanya bercak-bercak pigmentasi, yang tersebar tidak teratur. Lesi
meluas secara perlahan dan ireguler. Dapat berkembang menjadi nodul biru
kehitaman yang invasif dan agak hiperkeratotik.
B. Klasifikasi Klinik
Sampai saat ini digunakan Stadium Klinik (dengan beberapa modifikasi) sebagai
klasifikasi standar Melanoma Maligna, terdiri atas 3 stadium :
1. Stadium I
Melanoma Maligna lokal tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar limfe regional.
Termasuk stadium I :
a. Melanoma primer yang belum diobati atau telah dilakukan biopsi eksisi.
b. Melanoma rekuren lokal yang berada dalam jarak 4 sentimeter dari lesi
primer.
c. Melanoma primer multipel
2. Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe regional.
Termasuk Stadium II :
a. Melanoma primer yang mengadakan metastasis secara simultan.
b. Melanoma primer yang terkontrol dan kemudian terjadi metastasis.
c. Melanoma rekuren lokal dengan metastasis.
3. Stadium III
Melanoma diseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
Termasuk Stadium III :
Bila sudah terjadi metastasis ke alat- alat dalam dan atau subkutan. Pada kira-kira
25-30% penderita Melanoma Maligna sudah menunjukkan adanya metastasis
ke kelenjar limfe regional, walaupun secara klinik belum teraba pembesaran
kelenjar limfe. Hal ini menerangkan bahwa untuk menentukan prognosis dan
tindakan pengobatannya tidak cukup hanya didasarkan pada klasifikasi
Stadium Klinik saja, tetapi perlu disertai dan ditentukan berdasarkan
histologik.
4. Non Melanoma
a. Karsinoma Sel Basal (KSB)
Suatu tumor ganas kulit yang berasal dari pertumbuhan neoplastik
sel basal epidermis dan apendiks kulit, juga merupakan kanker kulit yang
timbul dari lappisan sel basal epidermis atau folikel rambut yang paling
umum dan jarang bermetastasis. Penyebab tersering yaitu terpapar sinar
matahari atau UV dan sering muncul pada usia di atas 40 tahun.
KSB ini merupakan kanker kulit yang paling sering dijumpai pada
manusia. Etiologi KSB yaitu paparan sinar UV, terutama spektrum
ultraviolet B (UVB) (290-320 nm) yang dapat menginduksi gen tumor
p53. Selain itu faktor lain seperti umur, ras, genetik, jenis kelamin, radiasi
ionisasi, bahan-bahan karsinogenik, trauma mekanis kulit juga berperan.
b. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
Suatu bentuk karsinoma sel skuamosa yang terbatas pada epidermis dan
belum menyusup ke jaringan bawah (dermis). KSS biasa menyerang pada
usia antara 40-60 tahun dan bayak terjadi pada daerah ekstremitas,
genetalia, bibir, hidung, telinga, dan pipi. KSS sering mengarah ke
metastasis. Kulit yang terkena tampak coklat-merah dan bersisik
terkadang menyerupai bercak pada dermatitis atau infeksi jamur.
2.2.8 Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker melanoma maligna ini adalah
pengangkatan secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah
diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat
jaringan di sekitarnya. Untuk pengobatan secara medikomentosa dengan kemoterapi
(obat-obat anti kanker) yang dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu: alkylating
agents, antimetabolit, alkaloid tanaman, antibiotik antitumor, enzim, hormon dan
pengubah respon biologis. Dan pengobatan secara nonmedikomentosa meliputi
radioterapi, pembedahan dan terapi fisik. Pembagian terapi berdasarkan stadium
melanoma:
1. Stadium Klinik I Melanoma Maligna
Sampai saat ini metode pembedahan dengan eksisi luas masih tetap merupakan
cara pengobatan melanoma maligna yang terbaik. Penanganan pada lesi tipe ALM
lebih memerlukan tindakan khusus dibandingkan jenis yang lainnya, yaitu:
a. untuk lesi yang terletak pada dasar kuku (melanoma subungual) dan jari
tangan atau kaki bagian distal, dilakukan disartikulasi metakarpal atau
metatarsal.
b. untuk lesi yang terletak di jari tangan atau kaki bagian proksimal, dilakukan
amputasi karpometakarpal atau tarsometatarsal
c. untuk lesi yang terletak pada telapak tangan atau kaki (palmar atau plantar
melanoma), dilakukan eksisi luas dengan batas tepi eksisi yang disesuaikan
dengan anatomi dan fungsinya. Penentuan batas tepi eksisi optimal dan
pertimbangan pengangkatan kelenjar limfe regional sebagai tindakan
profilaksis, terutama tergantung pada jenis dan lokasi melanoma maligna,
tingkat invasi Clark dan kedalaman (ketebalan) Breslow.
2. Stadium Klinik II dan III Melanoma Maligna
a. Maligna 1. Kemoterapeutik sistemik
Agen kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu Dacarbazine/Dimetil
Triazeno Imidazole Carboxamide (DTIC). Dapat diberikan tersendiri atau
dikombinasi dengan obat kemoterapeutik sistemik lainnya. Respon pengobatan
dengan DTIC terjadi pada 20-25% penderita. Kemoterapeutik sistemik yang
direkomendasikan adalah:
1) a) DTIC: 200-300 mg/m2 (intravena) selama 5 hari, diulang tiap 3-4
minggu.
b) Nitrosourea: 200 mg/m2 dosis tunggal (oral), diulang tiap 6 minggu.
c) Atau kombinasi DTIC dan nitrosourea.
2) Imunoterapi
BCG merupakan imunoterapi aktif non spesifik, terutama digunakan
untuk pengobatan melanoma maligna yang mengadakan metastasis ke
kulit. Diberikan secara intralesi dan memberikan pengaruh yang cukup
bermanfaat. Hasilnya tidak menentu, tergantung pada sistem imunitas
penderita. Akhir-akhir ini dilakukan imunoterapi adoptif, dengan
memakai leukaferesis untuk mendapatkan limfosit dari kanker pasien,
kemudian sel itu diinkubasi dengan interleukin-2, untuk membentuk sel
pembunuh yang mengaktifkan limfokin (LAK), dan kemudian sel-sel
LAK diinfuskan kembali bersama pemberian interleukin-2. cPengobatan
dengan disertai keuntungan dan kerugiannya:
a) Kuretase dan elektrodesikasi.
Cara ini biasanya digunakan untuk membuang pertumbuhan sel
kanker. Kanker diambil dengan kurette, satu alat yang berbentuk
sudu tajam dan seterusnya dialirkan arus elektrik dari suatu mesin
khas untuk mengawal pendarahan dan membunuh sel kanker yang
tinggal di sekitar bagian itu. Keuntungan :
(1) Teknik sederhana
(2) Meninggalkan luka yang teratur dan kering.
Kerugian :
(1) Tidak efektif, hanya bisa di lakukan pada jenis kanker karsioma
sel basal.
(2) tidak didapat konfirmasi pada batas tepi pembuangan jaringan
yang adekuat.
b) Bedah Eksesi
Keuntungan :
(1) penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.
Kerugian :
(1) membutuhkan waktu.
(2) Biaya mahal
(3) pengambilan jaringan normal dapat berlebihan.
c) Radioterapi
Sinaran tenaga tinggi digunakan untuk merusakkan sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhan.
Keuntungan :
(1) bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan
metode pembedahan
(2) bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas memungkinkan
dilakukan anestesi umum.
Kerugian :
(1) memerlukan peralatan yang mahal
(2) memerlukan kunjungan yang berulang kali.
(3) memberikan efek samping yang signifikan.
d) Beda Beku
Keuntungan :
(1) tekniknya cepat.
(2) peralatan yang dibutuhkan sederhana
(3) tidak mempengruhi syaraf pembuluh darah besar, tulang rawan,
dan sistem saluran air mata.
Kerugian :
(1) rasa nyeri dan edema.
(2) dapat terjadi hipopigmentasi.
e) Bedah mikrografik mohs
Teknik ini adalah untuk pertumbuhan kanker yang besar dan sukar
dirawat. Lapisan kulit dibuang lapis demi lapis dan dilihat di bawah
mikroskop sehingga tidak ada sel kanker yang tertinggal.
Keuntungan :
(1) evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100%
dibandingkan dengan teknik seksi vertikal tradisional.
(2) dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan
ditelusuri semua fokus-fokus kanker yang masih tertinggal.
(3) Reseksi hanya pada daerah kanker, sehingga dapat menghemat
jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang.
Kerugian :
(1) memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi
yang terlatih.
(2) Biayanya mahal.
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang daqpatr terjadi diantaranya:
a. Invasi local dan kerusakan jaringan dapat terjadi pada semua jenis kanker kulit
b. Dapat terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional dan ke seluruh tubuh terutama
melanoma maligna. Karsinoma sel basal sangat kecil untuk bermetastasis,
sedangkan karsinoma sek skuamosa berpotensi sedang.
BAB 3
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
1.3 Materi
Melanoma Maligna Regio Plantar Sinistra (Kiri) + Anemia
1.4 Metode
1) Presentasi kasus
2) Diskusi dan tanya jawab
3.5 Media
1) Dokumentasi klien / Medical Record
2) Materi yang disampaikan secara lisan
3) Sarana diskusi (alat tulis dan LCD)
3.6 Mekanisme kegiatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
Pasien
Bedah
1 hari Persiapan Persiapan/pra ronde : Penanggung - Cempaka
sebelum 1. Menentukan kasus jawab
ronde dan topic
2. Menentukan
literatur
3. Membuat proposal
4. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian
informed consent
Huber, D. L. 2000. Leadership and Nursing Care Management, 3rd ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier.
Jong, Wimde. 2004. Kanker, Apa itu?. Jakarta: Arcan.
Nursalam, 2015, Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional,
Jakarta, Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 8.
Jakarta : EGC.
Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta
: Mitra Cendika Press.
Suarli, YB. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta : EGC.
Wardhani, Savitri Restu. Biopsi dalam Bidang Dermatologi.
Lampiran 1
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N) FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DI RUANG BEDAH
CEMPAKA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
( ) ( )
Saksi
( )
Lampiran 4
A. Role Sharing
NUM : Nur Puji Winasis, S.Kep
Primary Nurse 1 : Mardhatillah Syauqina Putri, S.Kep
Primary Nurse 2 : Tessa Widya Kosati, S.Kep
Asosiate Nurse : Shanti Indah Lestari, S.Kep
Counselor Nurse : Yudi Pramono, Amd.Kep
Doctor :
Pharmacist
: Elfri Padulo, SpFRS.,Apt
Academic coach
: Dr. Rizki F, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Dr. Mira Triharini, S.Kp.M.Kep
B. Scenario
Round Nursing Preparation
Suatu hari di Ruang Bedah Cempaka, PP (Ns. Mardha) sedang menilai
perkembangan kondisi pasien Tn. K yang masih memiliki masalah keperawatan
yang belum terselesaikan yaitu Nyeri Kronis dan gangguan integritas kulit. Ns.
Mardha berpikir bahwa masalah pasien perlu didiskusikan untuk mendapatkan
solusi yang tepat dan masalah ini segera terselesaikan. Kemudian Ns. Mardha
pergi ke kantor Kepala Ruangan untuk berkonsultasi mengenai masalah Tn. K.
One day in the Cempaka Surgery Room, PP (Ns. Mardha) was assessing the
progress of Mr. W who still has unresolved nursing problems, it’s Chronic pain
and impaired skin integrity. Ns. Mardha thinks that patient problems need to be
discussed to get the right solution and this problem is resolved soon. Then Ns.
Mardha went to the Head of the Office to consult on the matter of Mr. W.
PP1 :”Terima kasih, saya akan memperkenalkan tim ronde keprawatan hari
ini. Ns. Nuri sebagai kepala ruangan, saya Ns. Mardha sebagai
perawat primer, Ns. Tessa seagai peraat primer 2, Ns. Shanti sebagai
perawat asosias, dokter ... sebagai DPJP, ahli gizi…….Farmasi...
Konselor.... Okay, izinkan saya menjelaskan masalah Tn. W dengan
hari rawat ke 26 dengan diagnosis Melanoma Maligna Regio Plantar
Sinistra (Kiri) + Anemia.” (Menjelaskan ppt)
“Thank you, I will introduce today's nursing round team. Ns. Nuri as
the head of the room, I'm Ns. Mardha as primary nurse, Ns. Tessa as
primary patient 2, Ns. Shanti as an associate nurse, doctor ... as
DPJP, nutritionist ... Pharmacy ... Counselor ... Okay, let me explain
the problem Mr. W with 26th day of care with a diagnosis of Plantar
Sinistra Malignant Melanoma (Left) + Anemia”
NUM, Perawat Primer dan Perawat Asosiasi bersama dengan tim ronde
keperawatan datang ke ruang pasien untuk validasi
PP1 : “Selamat pagi, kami dari tim ronde keperawatan akan memvalidasi
kondisi Bapak W”
Keluarga : “Ya, silakan di periksa”
PP1 : “ Kondisi Bapak bagaimana? Apakah masih nyeri, pak? Atau ada
keluhan lain?”
Keluarga : “ Ya Ners, masih Nyeri”
PA : “ Permisi…saya akan memeriksa tekanan darahnya lagi, nadi dan suhu
dulu.” (Melakukan pemeriksaan fisik dan tanyakan semua hal yang
diperlukan untuk mendukung data yang ada )
PP1 : “Kami akan berdiskusi dulu masalah kesehatan Ibu SM ya bapak/ibu
dan kami akan cari solusinya"
Keluarga : "Ya, terima kasih"
Ronde Keperawatan
Setelah memvalidasi data pasien, tim ronde keperawatan kembali ke ners station
untuk menindak lanjuti dan mendiskusikan kasus tersebut.
NUM : "Setelah kita memvalidasi ke pasien, saya meminta tim perawat
untuk memberikan pendapat tim untuk memecahkan masalah Tn.K"
"After we validate the patient, I ask the nurse team to give the team's
opinion to solve the problem of Mr.K"
PP 1 : "Terima kasih atas kesempatannya, setelah memvalidasi data ke
pasien secara langsung, kami dapatkan kondisinya masih nyeri,
menurut saya masalah akan berlanjut sampai penyakitnya sembuh.
Jadi apa yang bisa kita lakukan sebagai perawat sambil menunggu
tindakan medikasi ?
" Thank you for the opportunity, after validating the data to the
patient directly, we found that the condition was still painful, in my
opinion the problem would continue until the disease healed. So
what can we do as nurses while waiting for medication action?
NUM : Oke, dalam hal ini apakah dari tim farmasi ada tambahan?
Farmasi : ..............................
PP1 : Dari segi nutrisi, kami menganjurkan untuk menghabiskan porsi diet
untuk nutrisinya. Kami juga selalu memantau perkembangan lesi
pada pasien. Untuk sementara lesi masih dengan benjolan, apakah
ada diet khusus untuk pasien tersebut seperti diet TKTP?”
NUM : Ya, mungkin ada umpan balik dari ahli gizi yang menangani?”
Tim ahli gizi: "Ya, terima kasih atas kesempatan ini.”
“Tn. K mengonsumsi diet………….”
NUM : "Terima kasih dari tim Ahli gizii. Mungkin ada tambahan lain atau
masukkan dari perawat konselor?
Perawat konselor : "............................."
NUM : "Bagus atas masukan dari tim ronde keperawatan hari ini. Semoga
bisa memberikan solusi untuk pasien Tn.K. Ners Mardha silakan
baca kesimpulannya "
PP1 : "Terima kasih. Saya akan membacakan hasil diskusi kali ini sebagai
validasi tindakan untuk Tn.K. (baca hasil simpulan)
NUM : "Terimakasih Ns. Mardha. Saya pikir sudah cukup untuk ronde
keperawatan hari ini pada pasien Tn.K dan terima kasih atas
partisipasi Anda dalam menghadiri ronde kali ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb dan selamat pagi
Lampiran 3
RESUME KLIEN – PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Nama klien : Tn. K
2. Umur : 65 tahun
3. Status : Sudah menikah
4. Suku / Bangsa : Batak
5. Agama : Islam
: Gunungsari Indah H-26,
6. Alamat Surabaya
7. Sumber Biaya : BPJS
B. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada kaki kiri
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan tumor kulit ganas di paha kiri yang berdarah sejak 3 hari
yang lalu. Darah keluar terus sampai membasahi kasa yang digunkan untuk
membalut luka. Pasien dengan riwayat kanker kulit sejak ±8 tahun yang lalu.
Aalnya muncul benjolan di telapak kaki kiri sebesar kelereng dan warna
kehitaman. Sudah dilakukan operasi pengangkatan tumor tahun 2012, namun
kambuh lagi. Pasien sudah menjalani operasi sebanyak tiga kali, terakhir tahun
2018. Pasien sedang menjalani kemoterapi sejak Juni 2018 dan sudah menjalani
kemoterapi sebanyak 8 kali. Kemoterapi terakhir bulan April 2019. Pasien
direncanakan kemoterapi lagi pada tanggal 21 Mei 2019. Saat dilakukan
kemoterapi, pasien tidak ada keluhan sesak, batuk atau nyeri kepala, tidak ada
keluhan mual/muntah. Pasien mengeluh muncul benjolan dilipat paha kiri sejak
April 2018 dan pada bulan Desember 2018 mulai muncul benjolan kecil-kecil
warna hitam di paha kiri sampai ke pantat. Saat dilakukan pengkajian tanggal 13
Mei 2019 pukul 13.00 di Ruang Bedah Cempaka, pasien mengeluh nyeri pada
kaki kiri, nyeri terasa tertusuk-tusuk, skala 7, dan nyeri berlangsung selama ±30
menit. Kaki kiri dari ujung tungkai hingga paha nampak membengkak dan
terdapat benjolan berwarna hitam pada paha. Hasil TTV yang didapatkan, yaitu
TD: 102/65 mmHg; N:117x/menit; T:35,5°C; RR:20x/menit; SPO2: 98%. Hasil
pemeriksaan Hemoglobin (Hb) 8,1 g/dL.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit Hipertensi.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit kronik
F. Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan
Tidak terkaji
G. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
TD = 102/65 mmHg; Nadi= 117 x/menit; RR= 20x/menit; Suhu= 35,5oC,
SPO2= 98 %
Klien terlihat tidak sesak napas, tidak menggunakan alat bantu napas
oksigen, RR= 20x/menit, SPO2= 98 %, irama napas teratur, suara napas
vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
H. Pengkajian Psikososial
Persepsi klien terhadap penyakitnya :
Klien mengatakan bahwa klien pasrah dan ikhlas setelah mengetahui menderita
penyakitnya, namun klien tetap berusaha untuk berobat. Klien juga
mengganggap penyakitnya sebagai ujian dari Tuhan
I. Personal Hygiene dan Kebiasaan
Klien dalam memenuhi ADL dibantu oleh keluarga dan petugas medis.
Klien terlihat rapi dan bersih.
J. Pengkajian Spiritual Kebiasaan beribadah:
Sebelum sakit : klien mengatakan sering menunaikan ibadah
Selama sakit : klien tidak dapat menunaikan ibadah , namun dapat berdo’a di
tempat tidur.
.
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
JENIS HASIL HASIL HASIL NILAI NORMAL
(13-5-2019)
HbsAg -
Ph -
PcO2 -
PO2 -
HCO3 -
TCO2 -
BEecf -
SO2 -
AaDO2 -
b. Hasil Pemeriksaan EKG
Tidak ada
Intravena/ 17.00 √ √ √
8 jam 01.00 √ √ √
500mg/Intravena 17.00 √ √ √
Tiap 8 jam
01.00 √ √ √
V. RIWAYAT KEMOTERAPI
No. Kemoterapi Jenis Kemoterapi
ke -
1. 1-6 Cisplatin, Cyclophospamid
2. 7-8 Decarbasin
VI. ANALISA DATA
Senin/13 Mei Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Anjurkan pasien untuk
2019 Kulit b.d kondisi klinis selama 1 x 24 jam, gangguan integritas menggunakan pakaian yang
terkait (Melanoma longgar
kulit pasien berkurang dengan kriteria
Maligna) 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
hasil : 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
1. Tidak ada luka/lesi baru bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
2. Perfusi jaringan baik
pasien) setiap dua jam sekali
3. Mampu melindungi kulit dan 5. Monitor kulit akan adanya
mempertahankan kelembapan kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby
oil pada daerah yang tertekan
kulit 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
10. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
11. Kolaborasi pemberian terapi
farmakologi jika perlu
Senin/13 Mei Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bersihkan lingkungan setelah
2019 Penyakit kronis selama 1 x 24 jam, risiko infeksi tidak dipakai pasien lain
(Melanoma Maligna) 2. Pertahankan teknik isolasi
terjadi dengan kriteria hasil :
3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 4. Instruksikan pada pengunjung
infeksi untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung
2. Jumlah WBC/Leulosit dalam
meninggalkan pasien
3
batas normal = 3,37-10 X 10 µ/L 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
3. Suhu tubuh dalam batas normal = cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan
36°C – 37,5°C
sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
13. Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
14. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
15. Monitor hitung granulosit, WBC
16. Monitor kerentangan terhadap
infeksi
17. Kolaborasi pemberian analgetik
bila perlu
Senin/13 Mei Perfusi Perifer tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
2019 efektif b.d Anemia selama 1 x 24 jam, ketidakefektifan hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
perfusi ferifer dapat teratasi dengan
2. Monitor adanya paretese
kriteria hasil : 3. lnstruksikan keluarga untuk
1. TTV dalam batas normal mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
TD = 120/80 - 130/85 mmHg
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
Suhu = 36,1-37,5°C 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
N = 60 – 100 x/menit punggung
6. Monitor kemampuan BAB
RR = 12-20 x/menit
7. Kolaborasi pemberian analgetik
SPO2 = 95-100% 8. Monitor adanya tromboplebitis
2. Berkomunikasi dengan jelas dan 9. Diskusikan menganai penyebab
sesuai dengan kemampuan perubahan sensasi
Senin/13 Mei Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitoring vital sign
2019 Fisik b.d kerusakan selama 1 x 24 jam, gangguan mobilitas sebelum/sesudah latihan dan lihat
integritas jaringan fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : respon pasien saat latihan
1. Klien meningkat dalam aktivitas 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
fisik tentang rencana ambulasi sesuai
2. Mengerti tujuan dan peningkatan dengan kebutuhan
mobilitas 3. Bantu klien untuk menggunakan
3. Mampu berpindah dengan tongkat saat berjalan dan cegah
penggunaan alat (kursi roda) terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
IX. EVALUASI
Diagnosa Senin, 13 Mei 2019 Selasa,14 Mei 2019
Keperawatan
Nyeri kronis b.d S : pasien mengeluh nyeri di kaki kiri dan pinggang S : pasien mengeluh nyeri di kaki kiri dan
P = bergerak sedikit menjalar ke pinggang
infiltrasi tumor/Pagi
Q = tertusuk-tusuk (nyeri tumpul) P = bergerak sedikit
R = kaki kiri Q = tertusuk-tusuk (nyeri tumpul)
S = skala 7 R = kaki kiri
T = terus menerus S = skala 6
O: T = terus menerus
1. Terpasang NaCl 500ml O:
2. TD = 102/65 mmHg 1. Terpasang fenflon sejak 11 Mei 2019
N = 117 x/menit 2. TD = 130/60 mmHg
RR = 20 x/menit N = 100 x/menit
SPO2 = 97% RR = 20 x/menit
T = 35,5°C SPO2 = 97%
EWS = 2 T = 35,8°C
3. Edema pada kaki kiri EWS = 2
4. Terdapat benjolan berwarna hitam pada kaki kiri 3. Edema pada kaki kiri
(Melanoma Maligna) 4. Terdapat benjolan berwarna hitam pada
5. Hb = 8,1 g/dl kaki kiri (Melanoma Maligna)
5. Hb = 8,1 g/dl
A : Nyeri Kronis
P : Nyeri dapat berkurang skala 5 A : Nyeri Kronis
I: P : Nyeri dapat berkurang skala 5
1. Monitoring EWS/4 jam I:
2. Memonitor Hb = 8,1g/dl 1. Memposisikan pasien dengan nyaman
3. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain untuk 2. Monitoring EWS/4 jam
rencana tranfusi 3. Memonitor Hb = 8,1g/dl
4. Memonitoring nyeri 4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis
5. Memberikan terapi obat sesuai RPO lain untuk pemberian tranfusi (transfusi
Vit. K 1 amp/IV/8jam PRC/O+/233ml)
Asam mefenamat 500mg/IV/8jam 5. Memonitoring nyeri
6. Edukasi nyeri dengan relaksai (nafas dalam) 6. Edukasi nyeri dengan relaksai (terapi
musik)
7. Memberikan terapi obat sesuai RPO
Vit. K 1 amp/IV/8jam
Asam mefenamat 500mg/IV/8jam
Gangguan Integritas S : pasien mengeluh nyeri di kaki kiri dan pinggang S : pasien mengeluh nyeri di kaki kiri dan
Kulit b.d kondisi klinis O: pinggang
terkait (Melanoma 1. Terpasang NaCl 500ml O:
Maligna)/pagi 2. TD = 102/65 mmHg 1. Terpasang fenflon sejak 11 Mei 2019
N = 117 x/menit 2. TD = 130/60 mmHg
RR = 20 x/menit N = 100 x/menit
SPO2 = 97% RR = 20 x/menit
T = 35,5°C SPO2 = 97%
EWS = 2 T = 35,8°C
3. Edema pada kaki kiri EWS = 2
4. Terdapat benjolan berwarna hitam pada kaki kiri 3. Edema pada kaki kiri
(Melanoma Maligna) 4. Terdapat benjolan berwarna hitam pada
5. Hb = 8,1 g/dl kaki kiri (Melanoma Maligna)
5. Hb = 8,1 g/dl
A : Gangguan Integritas Kulit
P : gangguan mobilitas fisik dapat teratasi A : Gangguan Integritas Kulit
I: P : gangguan mobilitas fisik dapat teratasi
1. Monitoring EWS/4 jam I:
2. Melakukan kolaborasi pemberian terapi farmakologi 1. Monitoring EWS/4 jam
(belum dilakukan rawat luka) 2. Melakukan kolaborasi pemberian terapi
3. memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien farmakologi (sudah dilakukan rawat luka)
4. memonitor status nutrisi pasien 3. memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
5. menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi 4. memonitor status nutrisi pasien
6. merubah posisi pasien setiap dua jam sekali 5. menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. merubah posisi pasien setiap dua jam
sekali