TINJAUAN PUSTAKA
LANSIA
1. Definisi
Lanjut usia adalah hal yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Supraba, 2015). Lanjut usia merupakan seorang laki-
laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih
maju seperti Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan mereka yang telah
sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan
manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan 11 yang tidak
dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu (Prasetya, 2010). Tahap
usia lanjut menurut teori Erik Erikson tahun 1963 merupakan tahap integrity
versus despair, yakni individu yang sukses dalam melampauin tahap ini akan
dialaminya. Sebaliknya mereka yang gagal maka akan melewati tahap ini
dengan keputusasaan (despair), lanjut usia mengalami kondisi penuh stres, rasa
penolakan, marah dan putus asa terhadap kenyataan yang dihadapinya (Setiati et
al., 2009)
A. Teori Biologis
Teori radikal bebas Teori radikal bebas pertama kali diperkenalkan oleh Denham
Harman pada tahun 1956, yang menyatakan bahwa proses menua adalah proses
yang normal, merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas (Setiati et
al., 2009). Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak
akan mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain
terutama protein dan lemak tidak jenuh. Sebagai contoh, karena membran sel
tersebut membran sel menjadi lebih permeabel terhadap beberapa substansi dan
didalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh membran yang
mengandung lemak, sehingga mudah diganggu oleh radikal bebas (Setiati et al.,
2009).
antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun antioksidan tersebut tidak
dapat melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas tersebut (Setiati et al.,
2009)
Teori imunologis
Menurut Potter dan Perry (2006) dalam (Marta, 2012) penurunan atau perubahan
yang meningkat secara bertahap. Disfungsi sistem imun ini menjadi faktor dalam
Teori ini dikemukakan oleh Hart dan Setlow. Mereka menunjukkan bahwa adanya
perbedaan pola laju perbaikan (repair) kerusakan DNA yang diinduksi oleh sinar
ultraviolet (UV) pada berbagai fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada spesies
terbesar dan korelasi ini dapat ditunjukkan pada berbagai mamalia dan primata
Teori genetika
Menurut teori genetika adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan
yang berjalan dari waktu ke waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan
kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia ditentukan sebelumnya
Teori wear-and-tear
Teori wear-and- tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah
metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintensis DNA, sehingga mendorong
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi
B. Teori Psikososial
Teori disengagment
Teori disengagment (teori pemutusan hubungan), menggambarkan proses
penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya.
Proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari,
dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.
Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial berkurang dan tanggung jawab
telah diambil oleh generasi lebih muda (Stanley & Beare, 2006 dalam Putri,
2013).
Teori aktivitas
Teori ini menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk
tua yang aktif secara sosial lebih cendrung menyesuaikan diri terhadap
1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
meningkatnya keratin
lapang pandang.
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga
sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran
prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang
tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel
lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut
dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga
2. Perubahan Mental
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Intelegentia Question :
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
1. Definisi
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi
keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan
bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang (Amien et al, 2012). Salah satu
masalah yang sering ditemukan pada lansia adalah nyeri punggung bawah atau
Nyeri
punggung bawah (NPB) merupakan salah
satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik (Ningsih, 2009)
Nyeri
punggung bawah (NPB) merupakan salah
satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik (Ningsih, 2009)
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu
didaerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke
arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke
daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
LBP lebih sering terjadi antara usia 25 sampai 64 tahun (World Health
Organization [WHO], 2001), meskipun dapat terjadi pada semua rentang usia.
Prevalensi LBP menurun dari 33% pada tahun 2000 menjadi 24,7% pada tahun
2005 di Eropa (Paoli dan Merllie, 2001; Parent-Thirion et al., 2007 dikutip dari
Norasteh, 2012).
dikutip dari Norasteh, 2012). Faktor risiko yang mempengaruhi LBP yaitu
merokok, obesitas, usia di atas 50 tahun, wanita, secara fisik pekerjaan berat atau
menetap, tingkat pendidikan rendah, ketidakpuasan kerja dan depresi, gangguan
2. Klasifikasi
mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa
ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang
atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi.
e. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh
berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
3. Etiologi
beberapa faktor, ialah (a) otot, (b) discus intervertebralis, (c) sendi apofiseal,
anterior, sakroiliaka, (d) kompresi saraf / radiks, (e) metabolik, (f) psikogenik, (g)
NPB.
penyebab utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
sudah lama tidak melakukannya dapat menderita NPB akut, atau melakukan
pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan NPB
kronik. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus
(penyakit Marie-Strumpell).
waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak
lain).
metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya
karena trauma ringan. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus
di daerah pinggang.
h. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan
psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai
dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan
patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan
gangguan fisiknya.
j. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin,
sebelumnya.
4. Patofisiologi
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi
oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap individu.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli
tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari
medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri
inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri
neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf
saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal
yang serupa pun dapat menyebabkan sindroma yang berbeda dari pasien. Pada
umumnya sindroma lumbal adalah nyeri. Sindroma nyeri muskulo skeletal yang
miofasial khas ditandai nyeri dan nyeri tekan seluruh daerah yang bersangkutan
(trigger points), kehilangan ruang gerak kelompo otot yang tersangkut (loss of
range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri
mengakibatkan nyeri dan nyeri tekan daerah punggung bawah, kekakuan, rasa
lelah, dan nyeri otot (Dachlan, 2009). Gejala penyakit punggung yang sering
dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas, dan nyeri serta paraestesia atau rasa
lemah pada tungkai. Gejala serangan pertama sangat penting. Dari awal kejadian
serangan perlu diperhatikan, yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba – tiba,
– kadang berkurang. Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala
yang penting pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine, dan
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanan
a. Penatalaksanaan Keperawatan.
badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin)
masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda,
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi
b. Medis
Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
Asghar Norasteh. (2012). Low back pain. Advances in Neurology (Vol. 90)
Amien et al (2012). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Low Back Pain
Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandangserang Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Universitas Muhammdiyah Semarang Vol. 5 No.2
Appley, G.A & Solomon, Louis. (2013). Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.
Jakarta: Widya Medika
Dachlan L.M., 2009. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah. Tesis
Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Dewi, Putri Rossyana & I Wayan Sudhana. (2013). Gambaran Kualitas Hidup
pada Lansia dengan Normotensi dan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Gianyar I Periode Bulan November Tahun 2013. Jurnal Medika Udayana vol.
3 no 9 (2014)
Juwita R. 2013. Hubungan Keluarga dengan Dpresi Pada Lansia di UPTD Rumoh
Sejahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh Tahun 2013. Penelitian.
STIKES U’Budiyah Banda Aceh. Banda Aceh
Prasetya, Anton Surya., Hamid, Achir Yani S., Susanti, Herni. (2010). Penurunan
Tingkat Depresi Klien Lansia Dengan Terapi Senam Latih Otak di Panti
Wreda. http://journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/article/viewFile/2357/1805