Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
DI RUANG ARAFAH RSUIT ORPEHA TULUNGAGUNG
PERIODE TANGGAL 6 – 18 JUNI 2022

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK I

1. Adin Toni Pradana, S.Kep. (A3R21075)


2. Andik Mahmudiono, S.Kep. (A3R21076)
3. Ariningsih, S.Kep. (A3R21077)
4. Dahan Civiade, S.Kep. (A3R21078)
5. Diyan Rika Wati, S.Kep. (A3R21079)
6. Ellyta Andiastuti, S.Kep. (A3R21081)
7. Ita’ul Maslahaha, S.Kep. (A3R21084)
8. Kanthi Rahayu, S.Kep. (A3R21085)
9. Muhammad Ansor, S.Kep. (A3R21087)
10. Slamet Sayudi, S.Kep. (A3R21094)
11. Sumarsih, S.Kep. (A3R21095)
12. Yeni Khuroidah, S.Kep. (A3R21097)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2022
PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN
DI RUANG ARAFAH RSUIT ORPEHA TULUNGAGUNG

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
DI RUANG ARAFAH RSUIT ORPEHA TULUNGAGUNG
PERIODE TANGGAL 6 – 18 JUNI 2022

Mengetahui,

Mengetahui,

Ketua Kelompok Penanggung Jawab

(Muhammad Ansor, S. Kep) (Yeni Khuroidah, S.Kep)


NIM. A3R21087 NIM. A3R21097

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

(Rio Ady Erwansyah, S.Kep.Ners, M.Kep) (Rudiyanto Dony P.A, S.Kep.Ners)

Kepala Ruangan

(Umi Mahmudah, S.Kep.Ners)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena dengan limpahan
rahmat dan ijin-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Ronde
Keperawatan ini dengan baik.
Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk melengkapi tugas
manajemen pada pelaksanaan praktik keperawatan program studi Profesi Ners STIKes
“Hutama Abdi Husada” Tulungagung. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih
banyak atas kerjasama dan dukungan dari semua pihak, diantaranya :
1. Direktur RSUIT Orpeha Tulungagung yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan.
2. Ibu Umi Mahmudah, S.Kep,Ners. selaku Kepala Ruang Arafah RSUIT
Orpeha Tulungagung yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan
kegiatan praktik manajemen keperawatan di Ruang Arafah.
3. Bapak Rudiyanto Dony P.A, S.Kep.Ners. selaku pembimbing klinik Ruang
Arafah yang telah membimbing dengan baik kelompok kami dalam
melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan.
4. Bapak Rio Ady Erwansyah, S.Kep.Ners, M.Kep. selaku pembimbing
akademik praktik manejemen keperawatan di Ruang Arafah.
5. Teman-teman angggota kolompok yang telah membantu penyelesaian
laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penyusunan proposal selanjutnya. Semoga proposal
ini dapat berguna bagi semua pihak baik mahasiswa maupun petugas kesehatan yang
memanfaatkannya

Tulungagung, 8 Juni 2022

Kelompok I

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 3
BAB II TINJAUAN TEORI4
A. Pengertian 4
B. Tujuan 4
C. Manfaat 5
D. Kriteria ronde keperawatan 5
E. Langkah-langkah 5
F. Peran 7
G. Alur ronde keperawatan 8
H. Laporan pendahuluan pada kasus DHF 10
BAB III RENCANA KEGIATAN 21
A. Pelaksanaan kegiatan 21
B. Pengorganisasian 21
C. Materi 21
D. Metode 21
E. Media 21
F. Kegiatan ronde keperaatan 22
BAB IV HASIL EVALUASI 24
A. kesimpulan 25
B. saran 25
Lampiran 1 26
Lampiran 2 27
Lampiran 3 28
DAFTAR PUSTAKA 29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat
dan perkembangan iptek, maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model
asuhan keperawatan profesional yang efektif dan efisien. (Nursalam,2014)
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian
pelayanan kesehatan dimana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan yaitu
suatu metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada klien dan kebutuhan klien akan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat primer atau associate, konselor, kepala ruang dan seluruh
anggota tim keperawatan dengan melibatkan klien secara langsung sebagai fokus
kegiatan. (Nursalam, 2014)
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam masalah dan kebutuhan klien serta merupakan suatu proses belajar bagi
perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Kepekaaan dan cara berpikir perawat akan tumbuh dan terlatih melalui
suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktek
keperawatan. (Nursalam. 2014)
Dari hasil wawancara dan observasi pelaksanaan ronde keperawatan di
ruang Arafah RSUIT Orpeha Tulungagung sudah dilakukan. Selama ini, telah
berjalan rapat untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah pasien yang sulit
seperti pasien dengan kasus baru atau langka dan pasien yang mempunyai masalah
keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
Rapat ini melibatkan berbagai tenaga baik medis maupun non medis misalnya ahli
gizi, dokter yang merawat, dokter konsultan, perawat pelaksana, dan petugas
laboratorium.
Adapun kriteria klien yang dilakukan ronde adalah sebagai berikut:
Klien dengan penyakit DHF, Vomiting, Diare, GEA, Kejang Demam, Thypoid,
Viral infection, Pneumonia, DM, ataupun penyakit lainnya, dan klien dengan
permasalahan keperawatan yang belum terselesaikan. Meskipun Ronde
Keperawatan bukan suatu hal yang baru, dan perawat Ruang Arafah RSUIT
Orpeha Tulungagung sudah pernah melakukan bersama dengan mahasiswa

5
praktik profesi manajemen namun ronde keperawatan jarang terlaksana di ruang
Arafah RSUIT Orpeha Tulungagung karena keterbatasan jumlah perawat, tingkat
pendidikan perawat yang bervariasi dan tingginya tingkat ketergantungan pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun
makalah tentang ronde keperawatan untuk mengetahui lebih dalam tentang
manajemen ronde keperawatan. Sehingga perawat mampu mengahapi masalah
klien dengan baik dan semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi. Serta adanya
role play tentang ronde keperawatan ini sangat perlu dilakukan agar mahasiswa
paham mengenai ronde keperawatan dan dapat mengaplikasikannya kelak saat
bekerja (Saleh 2012).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah diadakan ronde keperawatan perawat mampu mengatasi masalah
keperawatan klien.
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu :
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien.
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien.
c. Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
g. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
h. Melaksanakan asuhan keperawatan.
i. Menumbuhkan kemampuan berdiskusi dengan tenaga terkait lainya

C. MANFAAT
1. Bagi rumah sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
b. Menurunkan lama hari perawatan pasien

6
2. Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
perawat.
b. Menjalin kerjasama tim.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi Klien :
a. Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat masa
penyembuhan klien.
b. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
c. Memenuhi kebutuhan pasien

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN RONDE KEPERAWATAN


Ronde Keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan oleh
perawat, di samping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
dan atau konselor, kepala ruangan, perawat assosciate, dan perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim (Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat
atau mahasiswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan
dilakukan oleh teacher nurse atau head nurse dengan anggota stafnya atau siswa
untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap
pasien (Saleh, 2012)
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan
tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan
melibatkan seluruh anggota tim. Karakteristik :
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat asosiate, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. Konsuler menfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiate, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

B. TUJUAN RONDE
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah klien yang belum teratasi melalui pendekatan berfikir
kritis.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu:
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien.

8
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien.
c. Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
d. Meningkatkan kemampuan menentukan dan memodifikasi diagnosa
keperawatan.
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

C. MANFAAT
1. Masalah klien dapat teratasi.
2. Kebutuhan klien dapat terpenuhi.
3. Terciptakomunitasperawatanklien yang profesional.
4. Terjalin kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan benar

D. KRITERIA KLIEN
Klien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Klien dengan kasus baru atau langka

E. LANGKAH-LANGKAH
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan
a. Kasus klien
Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde dimana
penetapan klien dengan masalah belum teratasi meski sudah dilakukan
tindakan, klien dengan kasus langka atau baru.
2. Sarana dan prasarana
1) Buku laporan
2) Status klien/rekam medik dan dokumentasi

9
2. Pra ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
b. Menentukan tim ronde keperawatan
c. Mencari sumber dan literatur
d. Membuat proposal
e. Pemberian informend consent kepada klien dan keluarga
f. Diskusikan : apa diagnosa keperawatan, apa yang mendukung, bagaimana
intervensi yang telah di lakukan selama perawatan.
3. Pelaksanaan ronde
a. Menjelaskan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien
c. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
d. Meningkatkan kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
4. Pasca ronde
a. Struktur
1. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll).
2. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
3. Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
1. Seluruh anggota tim ronde keperawatan mengikuti kegiatan dari awal
hingga akhir.
2. Seluruh anggota tim ronde keperawatan berperan aktif dalam kegiatan
ronde sesuai peran yang telah ditentukan.
c. Hasil
1. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2. Masalah klien dapat teratasi.
3. Perawat dapat:
a) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.

10
b) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.
c) Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
d) Meningkatkan kemampuan menentukan dan memodifikasi
diagnosis keperawatan.
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien

F. PERAN
1. Perawat primer ( ketua tim ) dan perawat asosiate ( anggota tim )
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang
bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
a. Menjelaskan data dan demografi klien
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya
e. Menjelaskan alasan ilmiahtindakan yang akan diambil
2. Peran perawat primer ( ketua tim ) lain dan konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan, serta
tindakan yang rasional
d. Mengarahkan dan mengoreksi
e. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah di pelajari.

11
G. ALUR RONDE KEPERAWATAN

TAHAP PRA PP
RONDE

PenetapanPasien

PersiapanPasien :
 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

 Apa diagnosis keperawatan?


TAHAP  Data apa yang mendukung?
PELAKSANAAN Penyajian  Bagaimana intervensi yang
DI NURSE Masalah sudah dilakukan?
STATION  Apa hambatan yang
ditemukan?

TAHAP RONDE Validasi data


DI BED PASIEN

TAHAP PASCA Diskusi PP-PP,


RONDE Konselor-,KARU, dokter,
ahli gizi

Lanjutan diskusi
di Nurse Station

Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah

12
1. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll).
2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
3) Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
1) Seluruh anggota tim ronde keperawatan mengikuti kegiatan dari awal
hingga akhir.
2) Seluruh anggota tim ronde keperawatan berperan aktif dalam kegiatan
ronde sesuai peran yang telah ditentukan.
c. Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2) Masalah klien dapat teratasi.
3) Perawat dapat:
a) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
b) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.
c) Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
d) Meningkatkan kemampuan menentukan dan memodifikasi
diagnosis keperawatan.
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien

13
H. LAPORAN PENDAHULUAN “DIABETES MELITUS”
1. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009). Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin
dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008). DM merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

2. ETIOLOGI
a. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pankreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe 1
2) Faktor imunologi (autoimun)
3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi beta

14
b. DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relativ sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 :
usia, obesitas, riwayat dan keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2
jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu :
1) <140mg/dl : normal
2) 140-200mg/dl : toleransi glukosa terganggu
3) ≥200mg/dl : diabetes (Nursalam

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Diabetes Tipe I
1) hiperglikemia berpuasa
2) glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3) keletihan dan kelemahan
4) ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
b. Diabetes Tipe II
1) lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2) gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
3) komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)

4. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl. Peningkatan mobilisasi
lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan
tubuh. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat

15
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan, pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal
normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/ 100 ml), akan timbul
glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat
glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cendrung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga
pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya
atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat
untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren (Price,2005 dalam Manurung, 2018).
Diabetes Melitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecatatan dalam
produksi insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang
melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap abnormalitas yang
paling utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap insulin, yang ditandai
dengan peningkatan kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini hiperglikemia
dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap insulin atau mengurangi produksi gula dari
hepar, namun semakin parah penderita, sekresi insulin pun semakin berkurang,
dan terapi dengan insulin pun kadang dibutuhkan (Muzakkir, 2016).

16
5. PATHWAY

Resiko Ketidakstabilan
Kadar Gula

Defisit Nutrisi

Hipovolemia

Pucat, sianosis

Intoleransi
Aktivitas

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya dua kali
pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg / dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg / dl (7,8 mmol/L)
b. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi

17
c. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
1) GDP, GDS
2) Tes glukosa urin :
- Tes konvensional ( metode reduksi/benedict )
- Tes carik celup ( metode glucose oxidase/hexokinase )
d. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (glukosa
darah 2 jam post prandial), glukosa jam ke 2 TTGO
e. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah :
1) GDP : plasma vena, darah kapiler
2) GD2PP : plasma vena
3) A1c : darah vena, darah kapiler
f. Tes untuk mendekteksi komplikasi
1) Mikroalbuminuria : urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total : plasma vena ( puasa )
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)

7. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

18
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
d. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
2) Mekanisme kerja sulfanilurea Obat ini bekerja dengan cara
menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang
sekresi insulin dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada
penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang berat badannya sedikit lebih.
3) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
 Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
19
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
 Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
 Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraselluler
 Suntikan insulin subkutan insulin regular mencapai puncak
kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan
absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor.
e. Cangkok pancreas, pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental
dari donor hidup saudara kembar identic

8. KOMPLIKASI
a. Jantung coroner
b. Pembuluh darah otak
c. Retinopati diabetic
d. Nefropati diabetic
e. Neuropati diabetik

9. DIAGNOSA
a. Intoleransi Aktivitas (D.0056)b.d (penurunan perfusi jaringan perifer)
b. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d Peningkatan Metabolisme
c. Hipovolemia (D.0034) b.d Kekurangan Intake cairan
d. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah (D.0038)d.d hiperglikemia

20
10. INTERVENSI

No DX KEP. LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)

1. Intoleransi Setelah dilakukan Observasi :


Aktivitas intervensi 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
(D.0056) b.d keperawatan 2. Monitor pola dan jam tidur
(penurunan selama 1x24 jam Terapeutik :
perfusi diharapkan 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
jaringan Intoleransi rendah stimulus (cahaya, suara,
perifer) Aktivitas kunjungan)
menurun dengan 2. Berikan aktifitas distraksi yang
kriteria hasil : menenangkan
- Menigkatnya Edukasi :
kemudahan 1. Anjurkan tirah baring
dalam 2. Anjurkan untuk melakukan aktivitas
melakukan secara bertahap
aktivitas Kolaborasi :
sehari-hari Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
- Menurunnya meningkatkan asupan makanan
keluhan lelah
- Membaiknya
Frekwensi
nadi
- Membaiknya
Tekanan darah

2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Observasi


(D.0019) b.d intervensi 1. Identifikasi status nutrisi
Peningkatan keperawatan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Metabolisme) selama 1x24 jam makanan
diharapkan status 3. Identifikasi makanan yang disukai
nutrisi membaik 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dengan kriteria nutrien
hasil : 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang

21
- Porsi makanan nasogastrik
yang dihabiskan 6. Monitor asupan makanan
(meningkat) 7. Monitor berat badan
- Verbalisasi 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
keinginan untuk Terapeutik
meningkatkan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
nutrisi jika perlu
(meningkat) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Pengetahuan (mis. piramida makanan)
tentang pilihan 3. Sajikan makanan secara menarik dan
makanan yang suhu tubuh yang sesuai
sehat 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
(meningkat) mencegah konstipasi
- Sikap terhadap 5. Berikan makanan tinggi kalori dan
makanan atau tinggi protein
minuman sesuai 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
dengan tujuan 7. Hentikan pemberian makanan melalui
kesehatan selang nasogastrik jika asupan oral
(meningkat) dapat ditoleransi
- Perasaan cepat Edukasi
kenyang 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
(menurun) 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
- Nyeri abdomen Kolaborasi
(menurun) 1. Kolaborasi pemberian analgetik jika
- Frekuensi makan perlu Kolaborasi pemberian medikasi
(membaik) sebelum makan (mis. pereda nyeri,
- Nafsu makan antiemetik), jika perlu
(membaik) 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Bising usus menentukan jumlah kalori dan jenis
(membaik) nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

3. Hipovolemia Setelah dilakukan Observasi :


(D.0034) b.d intervensi 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia
Kekurangan keperawatan 2. Monitor intake dan output cairan
22
Intake cairan selama 1x24 jam Terapeutik :
diharapkan status 1. Hitung kebutuhan cairan
cairan meningkat 2. Berikan posisi modifikasi tredenleburg
dengan kriteria 3. Berikan asupan cairan oral
hasil : Edukasi :
- Kekuatan nadi 1. Anjurkan memperbanyak asupan
(Meningkat) cairan oral
- Output urine 2. Anjurkan menghindari perubahan
(Meningkat) posisi mendadak
- Dyspnea Kolaborasi :
(Menurun) 1. Pemberian cairan IV isotonis (NaCl,
- Perasaan lemah RL)
(Menurun) 2. Pemberian cairan IV hipotonis
- Konsentrasi (glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
urine (Menurun) 3. Pemberian cairan koloid (Albumin,
- Tekanan darah plasmanate)
(membaik)
- Frekuensi nadi
(membaik)
- Turgor kulit
(membaik)
- Hemoglobin
(membaik)
- Intake cairan
(membaik)
- Suhu tubuh
(membaik)
4. Resiko ketidak Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
stabilan kadar intervensi Observasi
glukosa darah keperawatan 1. Indetifikasi penyebab Hiperglikemia
(D.0038) d.d selama 1x24 jam 2. Monitor tanda gejala hiperlikemia
hiperglikemia kadar gula darah 3. Monitor kadar glukosa darah
stabil dengan Terapeutik
kriteria hasil:
23
1. Kestabilan Berikan asupan cairan oral
kadar glukosa Edukasi
darah 1. Anjurkan kepatuhan diet dan olah raga
2. Kadar glukosa 2. Ajarkan penglolaan diabetes
dalam urine Kolaborasi
menurun 1. Kolaborasi pemberian insulin, jika
3. Rasa lapar perlu
menurun 2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika
4. Rasa haus perlu
menurun 3. Kolaborasi pemberian kalium, jika
perlu

24
BAB III
RENCANA KEGIATAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
 Topik : Kegiatan mengatasi masalah keperawatan klien di Ruang
Arafah RSUIT Orpeha Tulungagung
 Hari/tanggal : Rabu, 15 Juni 2022
 Pukul : 10.00- 11.30 WIB
 Pelaksanaan : Karu,Katim, PP, ahli gizi, Dokter, Apoteker
 Sasaran : Keluarga/Pasien
 Tempat : Ruang Arafah

B. PENGORGANISASIAN
 Penanggung jawab : Wakhidatun Nur Riani, S.Kep
 Kepala ruangan : Habib Tri Putra Perkasa, S.Kep
 Katim 1 : Niken Puspari S.Kep
 PP Shift Pagi : 1) Irma Soviya Afriliana S.Kep,
2) Faiz Ilhami S.Kep,
 Dokter yang merawat : dr. Prili Ajeng L/
 Ahli Gizi : Ibu Frida Amd,Gz
 Farmasi : Ibu Apriani S. Si. Apt

C. MATERI
1. Teori Perawatan
2. Masalah-masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan

D. METODE
Ronde keperawatan, Diskusi dan tanya jawab.

E. MEDIA
a. Dokumen/ status pasien
b. Inform consent
c. Materi yang disampaikan secara lisan
25
F. KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
TAHAP KEGIATAN WAKTU Pelaksana Tempat
Pra – Pra – ronde : H-1 Karu Ruang
ronde 1. Menentukan kasus dan Ronde Rawat
topic Mawar
2. Menentukan tim ronde
3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien
6. Diskusi pelaksanaan
Ronde Pembukaan : 5 menit Karu, PP,PA, Nurse
1. Salam pembuka Ahli Gizi stasion
2. Memperkenalkan tim ronde
3. Menyampaikan identitas
dan masalah pasien
Penyajian masalah : 30 menit Karu, PP,PA, Nurse
1. Memberi salam dan Ahli Gizi, stasion
memperkenalkan pasien Keluarga
dan keluarga kepada tim pasien
ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan keperawatan
pasien.
3. Menjelaskan masalah
pasien dan rencana tindakan
yang telah dilaksanakan dan
serta menetapkan prioritas
yang perlu didiskusikan.

Validasi data:
1. Mencocokkan dan
menjelaskan kembali data
yang telah disampaikan
2. Diskusikan antar anggota
26
tim dan pasien tentang
masalah keperawatan
tersebut
3. Pemberian justifikasi oleh
perawat primer atau
konselor atau kepala ruang
tentang masalah pasien
serta rencana tindakan yang
akan dilakukan.
4. Menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah
ditetapkan
Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi 10 menit Karu, Nurse
ronde intervensi keperawatan PP,PA stasion
2. Penutup Ahli Gizi,
Pembimbing,

BAB IV
27
HASIL EVALUASI
A. a. Resume Kasus
Anak perempuan (12 tahun) dirawat di ruang Anak kamar mawae bed 4.8
dengan diagnosa medis DHF. Keluhan saat ini badan panas, lemas. Hasil
pemeriksaan didapatkan suhu 39,9⁰C, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi
110x/mnt lemah, RR 20x/mnt, pemeriksaan laboratorium didapat hasil
Hb 12 gr/dl, Hematokrit 35%, Trombosit 84/mm 3 , GCS 3-4-5, nafsu
makan menurun.
b. Identitas
Nama : Keyra Sabrina
No Rekam Medis : 389616
Umur : 12 Tahun
Alamat : Ds. Panggung Rejo Bendil, Tulungagung, Jawa Timur
c. Keluhan utama : klien datang dengan keluhan demam sudah 3 hari
d. Riwayat Penyakit Sekarang : DHF
e. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
f. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga
seperti DM/Kejang
1. Evaluasi Struktur
1. Pelaksaan ronde keperawatan dilaksanakan di ruangan
2. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
3. Menyusun proposal
4. Menetapkan kasus
5. Perawat yang bertugas dalam pelaksanaan ronde keperawatan
2. Evaluasi Proses
1. Kelancaran kegiatan
2. Peran serta perawat yang bertugas
3. Pelaksanaan ronde keperawatan sesuai dengan rencana dan alur yang
telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil
1. Klien puas dengan hasil pelaksanaan ronde keperawatan
2. Masalah klien dapat teratasi

BAB V

28
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ronde kepearwatan merupakan kegiatan yng bertujuan untuk mengatasi
masalahh keperawatan yang berfokus pada pasien dan dilakukan oleh perawat.
Dalam hal ini pasien dilibatkan secara langsung dan pasien yang dipilih memeiliki
kriteria pasien dengan kasus baru atau langka, serta pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakuakan tindakan
keperawatan. Ronde keperawatan akan meninhkatkan keterampilan dan
pengetahuan pada perawat, selain perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah
diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui ronde keperawatan, evaluasi
kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan
keperawatan dapat dinilai.
Ada berbagai empat macam tipe ronde keperawatan yang dikenal yaitu
matrons’rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching
rounds. Sedangkan untuk langkah – langkah keperawatan dapat dibagi menjadi pra
ronde, pelaksanaan ronde, serta pasca ronde. Adapun strategi ronde keperawatan
yang efektif dapat dilakukan dengan melakukan persiapan yang seksama, membuat
perencanaan apa yg akan dilakukan, orientasikan pada perawat tujuan yang ingin
dicapai, memprekenalkan diri pada tim, meninggalkan waktu untuk pertanyaan,
serta melakukan evaluasi pelaksnaan yang telah dilakukan..

B. SARAN
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah
agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang
berhubungan dengan penatalaksaan yang lebih efektif mengenai ronde keperawatan
karena di dalam makalah ini pelaksanaan masih banyak kekurangan.

Lampiran 1

29
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN

RONDE KEPERAWATAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat : Ds. Panggung bendil RT 03/03 Tulungagung

Adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien :

Nama : An. Keyra

Umur : 12 Tahun

Alamat : Ds. Panggung bendil RT 03/03 Tulungagung

Ruang : Mawar Bed 4.8

No. RM : 150304

Dengan ini menyetakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Tulungagung, 03 Februari2022

Perawat yang menerangkan Penanggung jawab

....................................... .........................................

Saksi – saksi Tandatangan

1. ……………………………….. ……………………………….…

2. ……………………………….. …………………………………..

30
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738
Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id
Tulungagung, 03 Februari 2022

No :
Hal : Undangan
Lampiran :-

Kepada
Bapak/ Ibu/ Saudara :
Di Tempat

Dengan hormat,
Mengundang Bapak dan Ibu untuk menghadiri kegiatan roleplay manajemen
keperawatan mahasiswa STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung pada :
Hari/ Tanggal : Kamis, 03 Februari 2022
Tempat : Ruang Mawar RS Bhayangkara Tulungagung
Acara : Ronde Keperawatan
Waktu : 10.00 WIB
Demikian surat undangan ini dibuat, kami ucapkan terima kasih.

CE Rumah Sakit Ketua Kelompok

Anjaz Novitasari, S.Kep, Ners Faiz Ilhami

31
Lampiran 3
*Dokumentasi roleplay ronde keperawatan

32
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Gillies, 2010. Manajemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi


Terjemahan. Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

33

Anda mungkin juga menyukai