Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

Ayu Anggreny Mangi, S.Kep NS1914901019


Citra Afriliyanti, S.Kep NS1914901025
Vanessa Valensia Lebang, S.Kep NS1914901149
Elni Angriani Toding, S.Kep NS1914901047
Flaviana Fransiska Manes, S.Kep NS1914901058
Jecklin Angelia Rumondor, S.Kep NS1914901078
Meyren Noviasari, S.Kep NS1914901102
Nova Yunus, S.Kep NS1914901111
Pricilia Puteri Maharani Puntu, S.Kep NS1914901118
Angelina Sumeng, S.Kep NS1914901011
Eleonora Salvatrix, S.Kep NS1914901046
Agustina Talu, S.Kep (Sr) NS1914901006

PROFESI NERS

STIK STELLA MARIS

MAKASSAR 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
proposal yang berjudul “Ronde Keperawatan Dengan Pasien Covid-19”

Proposal ini berisi tentang informasi mengenai Ronde Keperawatan serta


informasi mengenai Covid-19. Diharapkan dengan adanya proposal ini, dapat
memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada seluruh pembaca.

“Tak ada gading yang tak retak” begitu pula kami menyadari bahwa
proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
proposal ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta membantu kami dalam menyelesaikan proposal ini.

Makassar, 26 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manajemen adalah proses bekerja melalui staf keperawatan untuk


memberikan asuhan keperawatan secara professional. Disini, dituntut agar
tugas manajer keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin,
dan mnegevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan
asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga,
dan masyarakat (Gillies, 2016)
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan manajemen keperawatan
karena dengan adanya factor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi
wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus
lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan iptek maka perlu pengembangan dan
pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan profesional yang efektif dan
efisien (Nursalam, 2014).
Pelayanan keperawatan pada klien secara professional dapat membantu
klien dalam mengenal dan mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi
klien. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang professional tersebut
dengan memperhatikan seluruh keluhan yang dirasakan klien kemudian
mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan
masalahnya. Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk
mencapai hal tersebut adalah Ronde Keperawatan.
Ronde keperawatan yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas
secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan
kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
primer/associate, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim keperawatan
dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan(Nursalam,
2014). Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat
akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan
pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik keperawatan(Nursalam, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk
menyusun makalah tentang ronde keperawatan untuk mengetahui lebih dalam
tentang manajemen ronde keperawatan. Sehingga perawat mampu
mengahapi masalah klien dengan baik dan semua kebutuhan dasar klien
dapat terpenuhi. Serta adanya role play tentang ronde keperawatan ini sangat
perlu dilakukan agar mahasiswa paham mengenai ronde keperawatan dan
dapat mengaplikasikannya kelak saat bekerja dan dapat meningkatkan
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawtaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, makadapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari ronde keperawatan?
2. Apa karakteristik dari ronde keperawatan?
3. Apa tujuan dari ronde keperawatan?
4. Apa manfaat dari ronde keperawatan?
5. Bagaimana kriteria pasien dari ronde keperawatan?
6. Bagaimana peran dari ronde keperawatan?
7. Bagaimana langkah-langkah dari ronde keperawatan?
8. Bagaimana kriteria evaluasi dari ronde keperawatan?
9. Bagaimana rencana kegiatan dari ronde keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan pada Program Studi Profesi
Ners Keperawatan di STIK Stella Maris Makassar.
2. Tujuan khusus
Diharapkan Mahasiswa mampu :
a. Untuk mengetahui definisi dari ronde keperawatan.
b. Untuk mengetahui karakteristik dari ronde keperawatan.
c. Untuk mengetahui tujuan dari ronde keperawatan.
d. Untuk mengetahui manfaat dari ronde keperawatan.
e. Untuk mengetahui kriteria pasien dari ronde keperawatan.
f. Untuk mengetahui peran dari ronde keperawatan.
g. Untuk mengetahui langkah-langkah dari ronde keperawatan.
h. Untuk mengetahui kriteria evaluasi dari ronde keperawatan.
i. Untuk mengetahui rencana kegiatan dari ronde keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Ronde keperawatan (Nursing Rounds) merupakan proses interaksi antara
pengajar dan perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran.
Ronde keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan
anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan
efek perawatan untuk setiap pasien (Saleh, 2012).
Ronde Keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan oleh
perawat, di samping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat assosciate, dan
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim (Nursalam, 2014).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan ronde
keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan oleh perawat di dalam
suatu tim untuk mengetahui, membahas, dan melaksanakan asuhan
keperawatan untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek
perawatan untuk setiap pasien.

B. Karakteristik
Menurut Nursalam (2011), karakteristik ronde keperawatan sebagai berikut :
1. Klien dilibatkan secara langsung.
2. Klien merupakan fokus kegiatan.
3. Perawat assosciate, perawat primer, dan konsuler melakukan diskusi
bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan perawat assosciate,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dala mengatasi masalah.

C. Tujuan Ronde Keperawatan


Menurut Nursalam (2002), tujuan dari ronde keperawatan yaitu :
- Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
- Meningkatkan validitas data klien.
- Menilai kemampuan justifikasi.
- Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
- Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
- Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.

D. Manfaat Ronde Keperawatan


Manfaat ronde keperawatan yaitu sebagai berikut (Kinchay, A 2012)

- Masalah pasien dapat teratasi.


- Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
- Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional.
- Terjalinnya kerja sama antartim kesehatan.
- Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar.

E. Kriteria Pasien
Menurut Nursalam (2014), mengatakan Pasien yang dipilih untuk dilakukan
ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sbb:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.

F. Peran
Menurut Nursalam (2002), dalam ronde keperawatan setiap perawat memiliki
peran masing-masing diantaranya :
1. Perawat primer dan perawat assosciate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa
untuk memaksimalkan keberhasilan, antara lain:
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama.
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2. Perawat primer lain atau konsuler
a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reinforcement.
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
G. Tipe-Tipe Ronde Keperawatan
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan.
Diantaranya ada empat tipe ronde keperawatan yaitu (Nursallam, 2011)
1) Metron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal
rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa standart
pelayanan, kebersihan, kerapihan, dan menilai penampilan dan kemajuan
perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien
2) Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005) ronde ini
adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan
implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan
yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga pada proses
interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat
dan head nurse.
3) Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde disini
berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit.
Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan
pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari, perawat
menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
4) Teavhing rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan antara
teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana terjadi
proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh perawat atau
mahasiswa perawat.Dengan pembelajaran langsung. Perawat atau
mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung
pada pasien
Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physician-
nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah ronde
yang dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician- nurse adalah
ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter dengan perawat, sedangkan
interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh
berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta
fisioterapi, dan sebagainya (Nursalam, 2011)

H. Tahapan Ronde Keperawatan


1) Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan),
orientation (orientasi).
2) Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),
observation (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan).
3) Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran), reflection
(refleksi), preparation (persiapan)

I. Langkah-langkah Ronde Keperawatan


Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut:
Tahap Pra
PP

1. Penepatan

Persiapan pasien :

Informed concent
Hasil pengkajian/ validasi data

Apa diagnosis keperawatan?


Apa data yang mendukung?
3. Penyajian Masalah Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?

4. Validasi data di Bed Pasien


Tahap Pelaksanaan

di Nurse Station Diskusi PP-PP,


konselor, KARU

6. Kesimpulan dan
rekomendasi 5. Lanjutan diskusi
solusi masalah di nurse station

Tahap Pelaksanaan

di kamar pasien

Pascaronde (nurse station)

Keterangan :

1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber atau literature.
d. Membuat proposal.
e. Pemberian informed consent dan pengkajian kepada klien/keluarga.
f. Diskusi : Apa diagnosis keperawatan?, Apa data yang mendukung?,
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?, dan Apa hambatan
yang ditemukan selama perawatan?

2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor/kepala
ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.

3. Pasca Ronde
a. Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
b. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
c. Kesimpulan dan rekomendasikan penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.

H. Kriteria Evaluasi
Menurut Nursalam (2014), kriteria evalusi yang dapat diambil yaitu :
1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan.
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
d. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
e. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
f. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
g. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
h. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
i. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
j. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
k. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
BAB III
RENCANA KEGIATAN
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN TAHUN
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
PADA DIAGNOSIS MEDIS PNEUMONIA ( PDP COVID-19)

Topik : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah

Sasaran :

Hari/tanggal :

Waktu :

A. Pengorganisasian

1. Kepala Ruangan :
2. PP 1 :
3. PP 2 :
4. PA 1 :
5. PA 2 :
6. Konselor :
dr. :
Ahli Gizi :
Perawat Konselor :
7. Pasien :
8. Keluarga :

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu
2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
C. Sasaran

Pasien
D. Materi

1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan


2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan
3. Intervensi keperawatan pada pasien dengan

E. Metode
Diskusi dan Tanya Jawab

F. Media

1. Dokumen/status pasien.
2. Sarana diskusi: kertas, bulpen.
3. Materi yang disampaikan secara lisan.

G. Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksan Kegiatan Tempat


a pasien
1 hari Pra Praronde
sebelum ronde
1. Menentukan kasus dan topik PP1, PP2, - Nurse
ronde
2. Menentukan tim ronde dan KR Station
3. Menetukan literature
4. Membuat proposal
PP1, PP2,
5. Mempersiapkan pasien
dan
6. Diskusi pelaksanaan Ruang B
PA1,PA2 P dan K
7. Melakukan persetujuan untuk III
memberi
menandatangani informed
respon
concent
8. Mengkaji keadaan pasien
5 menit Ronde Pembukaan Kepala - Nurse
(Nurse Ruangan Stadion
1. Salam pembukaan
Station) (Karu)
2. Memperkenalkan tim ronde
3. Menyampaikan identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan dari
ronde
15 menit Penyajian Masalah Karu, - Nurse
PP1,PP2, Station
1. Menjelaskan riwayat penyakit
PA1, PA2,
dan keperawatan pasien
Ahli Gizi,
2. Menjelaskan masalah pasien
dan rencana tindakan yang Dokter,
telah dilaksanakan dan serta Perawat

menetapkan prioritas yang Konselor

perlu didiskusikan

5 menit Validasi data (bed pasien) Karu, PP1, P dan K B III


PP2, PA1,
1. Mencocokkan data pasien Memberik
PA2, Ahli
an respon
Gizi,
dan
Dokter,
menjawab
Perawat
pertanyaa
Konselor
n

10 menit Lanjutan diskusi Karu, PP1, - Nurse


1. Pemberian justifikasi oleh PP2, PA1, Station

perawat primer atau konselor PA2, Ahli


Gizi,
atau kepala ruang tentang
Dokter,
masalah pasien serta
Perawat
rencana yang akan dilakukan
Konselor
2. Menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah
ditetapkan
10 menit Pasca 1. Melanjutkan diskusi dan Karu, PP1, - Nurse
ronde masukan dari tim PP2, PA1, Station

2. Menyimpulkan untuk PA2

menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah
ditetapkan.
3. Evaluasi dan rekomendasi
intervensi keperawatan
4. Penutup

H. Kriteria Evaluasi

1. Struktur:
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di
b. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.

2. Proses:
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.

3. Hasil:
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

Lampiran

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN

RONDE KEPERAWATAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : …………………………..

Umur : ……………………..........

Alamat : ……………………..........

Adalah suami/ istri/ orang tua/ anak dari pasien :

Nama : ……………………………

Umur : ……………………………

Alamat : ……………………………

Ruang : …………………………..

No RM : …………………………..

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan

Makassar, April 2020

Perawat yang menerangkan Penanggung Jawab

………………………………… ……………………………………

Saksi - saksi Tanda tangan

1. ……………………. 1. …………………………

2. …………………….
2. …………………………
LAMPIRAN

CORONAVIRUS 2019 (COVID-19)


A. DEFENISI

Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah coronavirus jenis baru yang dapat


menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang
lebih parah seperti pneumonia dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian
terutama pada kelompok yang rentan seperti orang tua, ana-anak, dan orang-
orang dengan kondisi kesehatan yang kurang adekuat.
Pneumonia Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sindrom gejala klinis yang muncul beragam, dari
mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok septik (berat).
B. ETIOLOGI

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak

bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.

Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan

karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu

- Alpha Coronavirus

- Beta Coronavirus

- Delta Coronavirus

- Gamma Coronavirus.

C. PATOFISIOLOGI

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.


Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda,
kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang
ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa
patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar,
tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk
Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk
kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory
syndrome (MERS). Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked
palm civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka
sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa
luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe
bars) sebagai host alamiahnya.Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke
manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet,
rute feses dan oral.
Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan
empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East respiratory syndrome-
associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute respiratory syndrome-
associated coronavirus (SARS-CoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru
yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus
2019 (2019-nCoV).
Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1
diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan
penyakit akut laringotrakeitis.
Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan
gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti
SARS atau MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi
Coronavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut
terkait dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang
cenderung banyak perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan
karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban
tidak terlalu tinggi. Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Pneumonia
Coronavirus jenis baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan
populasi normal, bergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam
jumlah besar dalam satu waktu, dapat menimbulkan penyakit walaupun sistem
imun tubuh berfungsi normal. Orang-orang dengan sistem imun lemah seperti
orang tua, wanita hamil, dan kondisi lainnya, penyakit dapat secara progresif
lebih cepat dan lebih parah. Infeksi Coronavirus menimbulkan sistem kekebalan
tubuh yang lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi.

D. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.


Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia,
gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari
pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara
cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit
dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari.
Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan
demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil
dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat
muncul jika terinfeksi.
Sindrom Klinis Yang Dapat Muncul Ketika Terinfeksi :
a. Tidak Berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan
pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal.
Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan
gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi
diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pnemonia Ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk dan sesak
Namun tidak ada tanda pnemonia berat. Pada anak-anak dengan
pnemonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernafas
atau tanpak sesak disertai nafas cepat atau takipnue tanpa adanya
tanda pnemonia berat.
Definisi takipnue pada anak:
 < 2 bulan : ≥ 60x/menit
 2-11 bulan : ≥ 50x/menit
 1-5 tahun : ≥ 40x/menit
c. Pnemonia berat pada pasien dewasa
Gejala yang umum yaitu demam atau curiga infeksi saluran
pernafan, dan anda yang muncul biasa takipnea (frekuensi napas:
> 30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen
pasien <90% udara luar.
d. Pada pasien anak-anak
Gejala : batuk atau tanpak sesak, ditambah satu diantara kondisi
Berikut.
 Sianosis sentral atau SpO2 <90%
 Distress nafas berat (retraksi dada berat )
 Pnemonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau
minum; latergi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
e. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui
kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia.
Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂ ) dibagi fraksi
oksigen inspirasi (FIO₂ ) kurang dari< 300 mmHg.

E. KLASIFIKASI

1. Orang Tanpa Gejala (OTG)


Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG) merupakan kontak erat
dengan kasus konfirmasi COVID-19.
2. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
- Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi
lokal.
- Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
3. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
- Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam
(≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit
pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia
ringan hingga berat# DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang
melaporkan transmisi lokal.
- Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi COVID-19.
- Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.
4. Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif
melalui pemeriksaan PCR.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologi: Foto Thoraks, CT-Scan, USG thoraks


Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateralkonsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tanpilan ground-glass. Pada
stage awal terlihat banyangan multiple kecil dengan perubahan intertisial yang
jelas menunjukkan perifer paru dan kemudian berkembang menjadi
banyangan multiple ground-gless.dan infiltrat dikedua paru. Pada kasus berat,
dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan efusi
pleura(jarang).
2. Pemeriksaan spesimen saluran nafas atas dan bawah
 Saluran nafas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)
 Saluran nafas bawah (sputum, bilasan bronkus , BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal.

Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia).


Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan APD yang tepat. Ketika
mengambil sampel dari saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril
atau rayon bukan kapas) dan media transport virus. Jangan sampel dari tonsil
atau hidung. Pada pasien dengan curiga infeksi COVID-19 terutama
pneumonia atau sakit berat, sampel tunggal saluran napas atas tidak cukup
untuk eksklusi diagnosis dan tambahan saluran napas atas dan bawah
direkomendasikan. Klinisasi hanya dapat mengambil sampel saluran nafas
bawah jika langsung tersedia seperti pasien dengan intubasi. Jangan
mengindiksi sputum karena meningkatkan transmisi aerasol. Kedua sampel
(saluran nafas atas dan bawah) dapat diperiksakan jenis patogen lain. Bila
tidak terdapat RT-PCR dilakukan pemriksaan serologi.
Pada kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi pengambilan sampel
dari saluran nafas aas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus.frekuensi
pemeriksaan 2-4 hari sampai 2 kali hasil negatif dari kedua sampel serta secra
klinis perbaikan setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan untuk keperluan
pencegahan infeksi dan transmisi, specimen dapat diambil sesering mungkin
yaitu harian.

3. Bronkoskopi

4. Pemeriksaan kimia darah


 Darah perifer lengkap
Leukosit dapat ditemukan lemah atau ,enurun; hitung jenis
limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CPR
meningkat.
 Analisis gas darah
 Funsi hepar (pada beberapa pasien, enzim liver dan otot
meningkat)
 Funsi ginjal
 Gula darah sewaktu
 Elektrolit
 Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada ksus berat, D-
dimer meningkat
 Prolaksitonin (bila dicurigai bakteriais)
 Laktat(untuk menunjang kecurigaan sepsis)
 Pemeriksaan fesef dan urin (untuk investigasi kemungkinan
penularan)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pasien dengan hasil pemeriksaan RT antibodi positif yang dirawat di Rumah


Sakit akan diberikan obat sebagai berikut, sampai hasil pemeriksaan spesifik
terbukti negatif:
1. Antibiotik empiris
a. Makrolide yaitu, azitromicin 1x500 mg selama 5-7 hari atau,
b. Fluoroquinolone yaitu, Levofloxacin 1x750mg selama 7 hari
2. Antivirus
3. Vitamin C dosis tinggi selama 14 hari
4. Chloroquine phosphate dapat ditambahkan pada pasien dengan kondisi berat
5. Terapi simptomatik sesuai dengan gejala
6. Hepatoprotektor bila SGOT dan SGPT meningkat
7. Obat-obat lain sesuai penyakit penyerta

Pasien dengan hasil pemeriksaan positif yang dirawat di rumah dan di fasilitas
khusus/RS darurat maka obat diberikan secara oral. Dilarang menggunakan
kortikosteroid, kecuali pada kasus dengan komorbid tertentu. Untuk pasien anak
dosis obat disesuaikan.

Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menghindari terkena virus corona
ini.

1. Kebersihan tangan. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air


selama 20 detik; jika air dan sabun tidak tersedia, gunakan pembersih tangan
berbahan dasar alkohol.
2. Jauhkan tangan dari wajah Anda. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut
dengan tangan yang tidak dicuci.
3. Tidak ada kontak dekat dengan orang sakit. Hindari kontak dekat dengan
orang yang sakit, dan tinggal di rumah saat Anda sakit.
4. Etiket batuk dan bersin yang tepat. Tutupi batuk atau bersin dengan tisu, lalu
buang tisu ke tempat sampah.
5. Perawatan suportif. Orang yang terinfeksi COVID-19 harus
menerima perawatan suportif untuk membantu meringankan gejala.
6. Kasus yang parah. Untuk kasus yang parah, perawatan harus mencakup
perawatan untuk mendukung fungsi organ vital.

H. KOMPLIKASI

1. Pneumonia Ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas
cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
2. Pneumonia Berat
Pada pasien dewasa
 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.

Pada pasien anak-anak: Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu
diantara kondisi berikut:

 Sianosis central atau SpO2 <90%


 Distress napas berat (retraksi dada berat)
 Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum; letargi
atau
penurunan kesadaran; atau kejang)

3. ARDS (Acute Respirasy Distress Syndrom)


Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah
diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi
hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂ ) dibagi
fraksi oksigen inspirasi (FIO₂ ) kurang dari< 300 mmHg. Pemeriksaan
penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto toraks, CT Scan
toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan:
opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps
paru atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh
gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain
seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab
edema jika tidak ada faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah
untuk melihat tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat keparahan
ARDS serta terapi. Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS.
Dewasa:
 ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP
atau CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
 ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi
 ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau
tanpa diventilasi
 Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga ARDS (termasuk
pasien tanpa ventilasi)

Anak :
 Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah:
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
 ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) <8 or 5 ≤
OSI < 7.5
 ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤ oxygenation
index using SpO2 (OSI) < 12.3
 ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.326

4. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek
infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda
disfungsi organ perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi
napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah, kulit
mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia,
asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia.

5. Syok Septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum
adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65
mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L. Definisi syok septik pada anak yaitu
hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah rata rata
tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3 kondisi
berikut :
 Perubahan status mental
 Bradikardia atau takikardia
 Pada balita: frekuensi nadi <90 x/menit atau >160x/menit
 Pada anak-anak: frekuensi nadi <70x/menit atau >150x/menit26
 Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat
dengan bounding pulse
 Takipnea
 Kulit mottled atau petekia atau purpura
 Peningkatan laktat
 Oliguria
 Hipertemia atau hipotermia

6. Disseminated intravascular coagulation (DIC)


Penyakit ini akan membuat proses pembekuan darah terganggu. Sehingga,
tubuh akan membentuk gumpalan-gumpalan darah yang tidak pada
tempatnya. Hal ini bisa menyebabkan perdarahan pada organ dalam atau
gagal organ vital (gagal ginjal, gagal hati, gagal jantung, dan lainnya). Di
Tiongkok, penyakit ini umum dialami oleh pasien yang meninggal akibat
infeksi Covid-19

7. Rhabdomyolisis
Penyakit ini sebenarnya sangat jarang terjadi. Namun, para dokter dan
peneliti menilai penyakit ini perlu dimonitor pada pasien-pasien berisiko
tinggi yang positif Covid-19.
Pada rhabdomyolisis, jaringan otot akan rusak dan mati. Hal ini
menyebabkan protein dalam sel yang disebut myoglobin menjadi tumpah
memenuhi aliran darah. Jika ginjal tidak bisa menyaring myoglobin dengan
baik, maka akan terjadi kerusakan fungsi di tubuh dan mengakibatkan
kematian.
DAFTAR PUSTAKA

Fehr, A.R., Perlman, S. (2015). Coronavirus: An Overview of Their


Repkication and Pathogenesis. Methods Mol Biol. 2015 ; 1282: 1-5

Isbania, Fathiyah, dkk. 2020. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian


Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI &
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik


Klinis: Pneumonia 2019- nCoV. PDPI: Jakarta

Lumbantoruan, pirton, dkk (2017) BTCL and disaster management.


Medhatama testyan: Tangerang selatan

Nursalam. (2001). Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam. (2007). Manajemen keperawatan dan aplikasinya. Jakarta: EGC

Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.


Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik


keperawatan profesional edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perry.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses,


dan praktik. Jakarta : Erlangga

Penatalaksanaan covid-19 https://www.who.int/docs/default-


source/searo/indonesia/covid19/tatalaksana-klinis-suspek-penyakit-covid-
1935867f18642845f1a1b8fa0a0081efcb.pdf?sfvrsn=abae3a22_2 Diakses
tanggal 26 April 2010, Jam 12.10 wita

Alur Diagnosis dan penatalaksanaan


https://www.persi.or.id/images/2020/data/alur_pneumonia_covid19.pdf
Diakses tanggal 26 April 2010, Jam 12.15 wita

Pedoman umum hadapi pandemi covid-19


https://www.kemendagri.go.id/documents/covid-
19/BUKU_PEDOMAN_COVID-19_KEMENDAGRI.pdf Diakses tanggal 26
April 2010, Jam 12.20 wita

Anda mungkin juga menyukai